Anda di halaman 1dari 2

Aliran yang cocok di indonesia

Aliran yang berlaku di Indonesia ialah aliran Rechtsvinding, yakni


hakim dalam memutuskan perkara berpegang pada undang-undang dan
hukum lainnya yang berlaku di dalam masyarakat. Tindakan hakim
tersebut dilindungi oleh hukum dan didasarkan pada :
a. Pasal 20 AB
Yang mengatakan bahwa hakim harus mengadili berdasarkan
kepada Undang-Undang.
b. Pasal 22 AB
Hakim tidak boleh menolak mengadili perkara yang diajukan

Aliran Interessenjurisprudenz

Penganut aliran ini tidak sependapat dengan aliran Legisme dan aliran
Begriffsjurisprudenz, mereka menyatakan bahwa undang-undang tidak
lengkap, ia bukan satu-satunya sumber hukum, sedang hakim dan pejabat
lainnya mempunyai kebebasan yang seluas-luasnya dalam menentukan
hukum.
Demi untuk mencapai hukum yang seadil-adilnya, menurut aliran ini
hakim malahan boleh menyimpang dari peraturan-peraturan undang-
undang.
Kemudian terhadap abstraksi yang kosong dari aliran Historis dan
Begriffsjurisprudenz, Rudolf Von Jhering menyatakan, bahwa hukum itu
mempunyai arti masyarakat tertentu.
Penganut aliran ini tidak sependapat dengan aliran Legisme dan aliran
Begriffsjurisprudenz, mereka menyatakan bahwa undang-undang tidak
lengkap, ia bukan satu-satunya sumber hukum, sedang hakim dan pejabat
lainnya mempunyai kebebasan yang seluas-luasnya dalam menentukan
hukum.
Demi untuk mencapai hukum yang seadil-adilnya, menurut aliran ini
hakim malahan boleh menyimpang dari peraturan-peraturan undang-
undang.
Kemudian terhadap abstraksi yang kosong dari aliran Historis dan
Begriffsjurisprudenz, Rudolf Von Jhering menyatakan, bahwa hukum itu
mempunyai arti masyarakat tertentu.
Jadi peraturan hukum itu oleh hakim haruslah dilihat tidak secara logis
formal, melainkan seyogyanya dinilai menurut tujuannya.
Pada dasarnya tujuan itu adalah, bahwa peraturan itu bermaksud
melindungi kepentingan tertentu.
Pembuat undang-undang ketika ia mengeluarkan suatu peraturan, telah
mempertimbangkan berbagai kepentingan dan membandingkannya satu
sama lain dan kemudian mengadakan pilihan.
Dalam ketentuan undang-undang itu telah ditetapkan manakah yang
bernilai penuh dalam mata pembuat undang-undang.
Bila hakim diminta akan memberikan putusan (suatu keputusan nilai
dalam suatu pertentangan kepentingan), maka hakim tersebut harus
mencari hubungan dengan kepentingan yang tercantum dalam undang-
undang.
Ia tidak boleh atas wewenang sendiri menilai kepentingan konkrit dari
pihak-pihak yang bersangkutan, tetapi ia harus mengambil dari dalamnya
unsur, yang telah dinilai oleh pembuat undang-undang dan berdasarkan
itu memberikan suatu keputusan.
Namun hakim adalah juga pencipta hukum yang baru.
Sebab apabila pembuat undang-undang pada pertimbangannya belum
dapat memperhatikan kepentingan tertentu, maka hakim masih dapat
menimbang kepentingan itu.
Ia harus bertanya kepada diri sendiri, apa yang dibuat oleh pembuat
undang-undang, apabila kepentingan itu pada waktu itu dapat menambah
berat dalam pertimbangannya, akan diubahnya pada suatu peraturan atau
ditambahkannya.
Disini hakim menciptakan hukum yang baru, menjadikan undang-undang
yang telah ada ketinggalan dari perubahan-perubahan gejala-gejala sosial.
Hakim tidak hanya mempunyai tugas menciptakan hukum yang baru,
tetapi juga menjaga peraturan-peraturan yang ada supaya tetap dalam
jalur tujuannya.
Kiranya penggunaan dogmatis yang kaku dari undang-undang hendaknya
orang bekerja dengan alasan-alasan yang tidak menyimpang dari kejadian
yang akan diputus itu.
Aliran ini juga disebut sebagai Aliran Hukum Bebas, dengan kuat
mempropagandakan pemakaian pengertian dari itikad baik, adat
istiadat baik, pendapat masyarakat, tidak hanya ditempat-tempat yang
secara tegas ditunjuk oleh undang-undang, tetapi juga di luarnya,
sehingga dengan demikian hakim memperoleh suatu senjata melalui
keputusan yang tidak adil yang dilarikan dari pemakaian undang-undang
yang cermat.

Anda mungkin juga menyukai