Disusun Oleh:
Sarah Harum Krismelissa 1111160361
Puput Putri Ayu Lestari 1111160363
Alvan Nugra Secario 1111160369
Farhan Agustina 1111160371
Ilham Rahmatullah 1111160391
Fariz Rizky Ramadhan 1111160426
1
DAFTAR ISI
DAFTAR
ISI
.........................................................................................................................................
i
BAB I
PENDAHULUAN
.........................................................................................................................................
1
1.1.Latar Belakang
...................................................................................................................................
1
1.2.Rumusan Masalah
...................................................................................................................................
1
BAB II
PEMBAHASAN
.........................................................................................................................................
2
2
2.3 Ruang Lingkup Hak dan Kewajiban Profesi
Hukum
...................................................................................................................................
3
2.4 Kode Etik
Hakim
...................................................................................................................................
5
2.5 Kasus Bupati Jepara Diduga Suap
Hakim
...................................................................................................................................
6
2.6 Analisis Kasus
...................................................................................................................................
8
DAFTAR ISI
.........................................................................................................................................
11
3
BAB I
PENDAHULUAN
Hakim adalah pegawai negeri sipil yang mempunyai jabatan fungsional. Tugas
hakim adalah mengkonstatir, mengkwalifisir dan kemudian mengkonstituir. Apa yang
harus dikonstatirnya adalah peristiwa dan kemudian peristiwa ini harus dikwalifisir,
pasal 5 ayat 1 UU. 14/1970 mewajibkan hakim mengadili menurut hukum. Maka oleh
4
karena itu hakim harus mengenal hukum di samping peristiwanya. Seorang hakim
haruslah independen, tidak memihak kepada siapapun juga walaupun itu keluarganya,
kalau sudah dalam sidang semuanya diperlakukan sama.Hakim harus berpegang
kepada Tri Parasetya Hakim Indonesia. Hakim harus dapat membedakan antar sikap
kedinasan sebagai jabatannya sebagai pejabat negara yang bertugas menegakkan
keadilan dengan sikap hidup sehari-hari sebagai bagian dari keluarga dan
masyarakat.Untuk membedakan itu hakim mempunyai kode etik sendiri bagaimana
supaya dia dapat mengambil sikap. Zaman sekarang kadang-kadang hakim salah
menempatkan sikapnya, yang seharusnya sikap itu harus dilingkungan keluarga, ia
bawa waktu persidangan. Ini tentunya akan mempengaruhi putusan.Masalah kode etik
inilah yang menjadi latar belakang penulisan makalah ini.
2. Bagaimana Kronologi dan analisis Kasus Suap Buapti Jepara Kepada Hakim
Pengadilan Negeri Semarang?
5
BAB II
PEMBAHASAN
Etika adalah salah satu bagian dari filsafat yang mengadakan studi tentang
kehendak manusia. Secara lebih sederhana, dapat dikatakan bahwa etika adalah filsafat
tingkah laku manusia, yang mencari pedoman tentang cara manusia bertindak atau
berbuat. Sasaran etika adalah tingkah laku atau perbuatan manusia yang dilakukan
dengan sengaja. Baik – tidaknya, tercela-tidaknya, suatu perbuatan diilai dengan ada-
tidaknya kesengajaan.1
1 Muhammad Nuh, Etika Profesi Hukum, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011, hlm 47.
6
Dalam kamus besar bahasa Indonesia di jelaskan pengertian profesi adalah
bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian ( keterampilan, kejujuran dan
sebagainya ) tertentu.
Menurut Frans Magnis Suseno, profesi itu harus dibedakan dalam dua jenis, yaitu
profesi pada umumnya dan profesi luhur. Profesi pada umumnya, paling tidak ada dua
prinsip yang wajib ditegakkan yaitu:
Profesi hukum merupakan salah satu dari sekian profesi lain, misalnya profesi
dokter, profesi teknik, dn lain-lain. Profesi hukum mempunyai ciri tersendiri, karena
profesi ini sangat bersentuhan langsung dengan kepentingan manusia yang lazim
disebut dengan klien. Profesi hukum mempunyai keterkaitan dengan bidang-bidang
hukum yang terdapat dalam negara kesatuan Repoblik Indonesia, misalnya kehakiman,
kejaksaan, kepolisian, mahkamah agung, serta mahkamah konstitusi.
Profesi adalah pekerjaan tetap bidang tertentu berdasarkan keahlian khusus yang
dilakukan secara bertanggung jawab dengan tujuan memperoleh penghasilan.
7
Profesi hukum adalah profesi untuk mewujudkan ketertiban berkeadilan yang
memungkinkan manusia dapat menjalani kehidupannya secara wajar (tidak perlu
tergantung pada kekuatan fisik maupun finansial). Hal ini dikarenakan Ketertiban
berkeadilan adalah kebutuhan dasar manusia, dan Keadilan merupakan Nilai dan
keutamaan yang paling luhur serta merupakan unsur esensial dan martabat manusia.
Profesi hukum adalah profesi yang melekat pada dan dilaksanakan oleh aparatur
hukum dalam suatu pemerintahan suatu negara.
Profesi hukum dari aparatur hukum negara Republik Indonesia dewasa ini diatur
dalam ketetapan MPR II/MPR/1993 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara.
Profesi hukum merupakan salah satu profesi yang menuntut pemenuhan nilai
moral dari pengembannya. Nilai moral itu merupakan kekuatan yang mengarahkan dan
mendasari perbuatan luhur. Setiap profesional hukum dituntut agar memiliki nilai
moral yang kuat. Franz Magnis Suseno mengemukakan lima kriteria nilai moral yang
kuat yang mendasari kepribadian profesional hukum.2
2 Abdulkadir Muhammad, Etika Profesi Hukum ( Cet III., Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2006 )
Hal 74
8
Ruang Lingkup Etika Profesi Hukum adalah Untuk melaksanakan suatu fungsi,
pada semua ini dalam setiap bidang pada dasarnya terdapat beberapa unsur pokok,
yaitu : Tugas, yang merupakan kewajiban dan kewenangan. Aparat, orang yang
melaksanakan tugas tersebut. Lembaga, yang merupakan tempat atau wadah yang
dilengkapi dengan sarana dan prasarana bagi aparat yang akan melaksanakan tugasnya.
Bagi seorang aparat, mendapatkan tugas merupakan mendapatkan kepercayaan untuk
dapat mengemban tugas dengan baik dan harus dikerjakan dengan sebaiknya. Untuk
mengerjakan tugas tersebut akan terkandung sebuah tanggung jawab dalam
melaksanakan dan mengerjakan tugas tersebut.3
Tanggung jawab dapat dibedakan menjadi 3 hal yakni : moral, teknis profesi dan
hukum. Tanggung jawab hukum merupakan tanggung jawab yang menjadi beban
aparat untuk melaksanakan tugasnya sesuai dengan rambu-rambu hukum yang telah
ada, dan wujud dari pertanggung jawaban ini merupakan sebuah sanksi. Sementara itu
tanggung jawab moral merupakan tanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai, norma-
norma yang berlaku dalam lingkungan kehidupan yang bersangkutan (kode etik
profesi). Pada dasarnya tuhan menciptakan manusia tidaklah sendiri diperlukannya
berinteraksi dan bekerjasama dengan oranglain dalam melakukan tugasnya. Namun
dalam menjalankan tugasnya sering kali manusia harus berbenturan dengan satu
samalain. Dalam hal ini dibutuhkan sebuah pranata sosial berupa aturan-aturan hukum.
hukum melalui peradilan akan memberikan prelindungan hak, terhadap serangan atas
kehormatan dan harga diri serta memulihkan hak yang terampas.
3 Supriadi, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia ( Cet. I; Jakarta: Sinar Grafika, 2006
), h. 16.
9
kebutuhan warga masyarakat yang memerlukan pelayanan dalam bidang hukum, untuk
itu tentunya memerlukan keahlian yang berkeilmuan serta dapat dipercaya.
4 Sufirman Rahman dan Qamar Nurul, Etika Profesi Hukum ( Cet. I; Makassar: Pustaka Refleksi, 2014
), h. 76-77.
10
1. Adil
2. Jujur
3. Arif dan bijaksana, yaitu kemampuan untuk bertindak sesuai dengan norma-
norma yang dianut oleh masyarakat, baik norma hukum, norma agama, adat
atau etika, dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi
4. Mandiri
5. Integritas yang tinggi
6. Bertanggung jawab, yaitu menerima konsekuensi tindakan yang diambil dalam
kinerja maupun pelaksanaan kewenangannya
7. Menjunjung tinggi harga diri
8. Berdisiplin tinggi
9. Rendah hati
10. Professional
11
martabat, serta menegakkan hukum, kebenaran dan keadilan berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa.
A. Kronologi Kasus
Pada tanggal 13 November 2017, Hakim tunggal PN Semarang, Lasito
mengabulkan permohonan Marzuqi yang membatalkan (surat perintah
peenyidikan) sprindik terkait perkara praperadilan kasus bantuan keuangan untuk
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Kabupaten Jepara pada periode 2011–2013
sebesar Rp. 78.000.000 (Tujuh Puluh Delapan Juta Rupiah) dengan tersangka
Marzuki sebagai Ketua DPC PPP Jepara. Surat iu dinilai tidak sah lantaran tiidak
memenuhi dua alat bukti yang cukup, yaitu keterangan saksi dan bukti surat.
12
Mereka kata dia, ada yang bertugas mengambil gambar video satu orang,
melakukan introgasi dua orang, dan mengecek adminitrasi dua orang, “Saya
dimintai keterangan terkait hakim lasito dari Pengadian Negeri yang
menyidangkannya kasus praperadilan,” Ujarnya, Mrarjuqi mengaku tidak pernah
bertemu dan mengenal Hakim Lasito. Apalagi, memberikannya sesuatu.
Marzuqi mengatakan Tim KPK juga meminta salinan sumpah janji sebagai
bupati, Salinan surat keputusan tahun 2017, pelantikan maupun perberhentian
sebagai bupati Jepara, salinan SK pelantikan sebagai bupati periode 2017 – 2022,
serta laporan tentang OPD tentang kegiatan kepada dirinya. Selain tempat kerja
yang digeledah, KPK juga menggeledah kamar tidur Marzuqi, “ Tim dari KPK
menyarankan saya agar bersifat kooperatif “ , Ujarnya.
Dia mengaku akan bersikap kooperatif, Namun dia juga berharap agar surat
yang dari KPK juga disesuaikan dengan tanggal pemanggilannya. “ Jangan sampai
dimint hadir tanggal 5, maka undangannya setidaknya diterima tanggal 1.” Ujarnya.
Pada 2017, Marzuqi dua kali dipanggil KPK. Namun, Marzuqi tidak hadir
pernah hadir dengan alasan.
Menurut dia, Tim dari KPK masih bekerja hingga malam ini. “ Nanti kalau
sudah selesai baru bisa disampaikan. Karena.” Ujarnya.
Dari hasil penggeledahan di Kantor Bupati di beberapa lokasi itu kami duuga
ada bukti – bukti yang perlu dikumpulkan dan dianalisi terlebih dahulu Jepara, tim
penyidik KPK menyita sejumlah dokumen. Febri belum mengetahui apakah turut
disita barang bukti elektronik.
13
KPK menetapkan Lasito sebagai tersangka karena menerima suap
Rp.700.000.000 dari Bupati Jepara Ahmad Marzuqi. KPK menduga suap itu
diberikan untuk mempengaruhi vonis.
Kasus ini berawal dari Ahmad Marzuqi sempat ditetapkan oleh Kejaksaan
Tinggi Jawa Tengah sebagai tersangka korupsi dana bantuan keuangan untuk Partai
Persatuan Pembangunan (PPP) Kabupaten Jepara tahun 2011-2012, pada pertengahan
2017.
14
Setelah Marzuki dan Lasito diperiksa oleh KPK, akhirnya mereka diputuskan
sebagai tersangka.6
Selain itu juga Lasito sebagai Hakim melanggar kode etik pedoman prinsip
perilaku hakim seperti yang sudah dijelaskan diatas. Tindakan yang dilakukan oleh
Lasito ini sudah mencedrai citra sebagai hakim yang seharusnya bersikap jujur, adil,
berintegritas dan profesional.
15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Etika adalah salah satu bagian dari filsafat yang mengadakan studi tentang
kehendak manusia. Secara lebih sederhana, dapat dikatakan bahwa etika adalah
filsafat tingkah laku manusia, Profesi adalah pekerjaan tetap bidang tertentu
berdasarkan keahlian khusus yang dilakukan secara bertanggung jawab dengan
tujuan memperoleh penghasilan. Profesi hukum adalah profesi untuk
mewujudkan ketertiban berkeadilan yang memungkinkan manusia dapat
menjalani kehidupannya secara wajar (tidak perlu tergantung pada kekuatan
fisik maupun finansial).
2. Hakim PN Semarang, Lasito diduga terima suap dari Bupati Jepara Ahmad
Marzuqi sebesar Rp.700.000.000. Atas perbuatan tersebut, Lasito dipidana
Pasal 11 Undang-Undang No 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi atau Pasal 11 Undang-Undang No 20 Tahun 2001 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Sementara itu, Ahmad Marzuqi
dipidana Pasal 6 Undang-Undang No 20 Tahun 2001.
3.2. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari
kesempurnaan oleh sebab itu Kritik dan Saran yang membangun semangat, kami
harapkan demi kesempurnaan makalah kami.
16
DAFTAR PUSTAKA
Sufirman Rahman dan Qamar Nurul, Etika Profesi Hukum ( Cet. I; Makassar:
Pustaka Refleksi, 2014 ), h. 76-77.
http://grupsyariah.blogspot.com/2012/04/hak-dan-kewajiban-etika-profesi-
hukum.html
https://zulpiero.wordpress.com/2010/04/26/kewenangan-kewajiban-dan-
larangan-notaris-dalam-uujn/
http://catatanpenailahi.blogspot.com/2014/10/makalah-etika-profesi-hukum-
tentang.html
17
Muhammad Nuh. Etika Profesi Hukum.Bandung. CV. Pustaka Setia. 2011
18