Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Etika dan Profesi Hukum


“Studi Kasus Bupati Jepara Diduga Suap Hakim Pengadilan Negeri
Semarang”
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika dan Profesi
Hukum
Dosen Pengampu : Dr. Iin Ratna Sumirat S.H., M.Hum.

Disusun Oleh:
Sarah Harum Krismelissa 1111160361
Puput Putri Ayu Lestari 1111160363
Alvan Nugra Secario 1111160369
Farhan Agustina 1111160371
Ilham Rahmatullah 1111160391
Fariz Rizky Ramadhan 1111160426

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA


FAKULTAS HUKUM - ILMU HUKUM
2018

1
DAFTAR ISI

DAFTAR
ISI
.........................................................................................................................................
i

BAB I
PENDAHULUAN
.........................................................................................................................................
1

1.1.Latar Belakang
...................................................................................................................................
1
1.2.Rumusan Masalah
...................................................................................................................................
1

BAB II
PEMBAHASAN
.........................................................................................................................................
2

2.1 Pengertian Etika


...................................................................................................................................
2
2.2 Pengertian Profesi dan Profesi
Hukum
...................................................................................................................................
2

2
2.3 Ruang Lingkup Hak dan Kewajiban Profesi
Hukum
...................................................................................................................................
3
2.4 Kode Etik
Hakim
...................................................................................................................................
5
2.5 Kasus Bupati Jepara Diduga Suap
Hakim
...................................................................................................................................
6
2.6 Analisis Kasus
...................................................................................................................................
8

BAB III PENUTUP


.........................................................................................................................................
10

DAFTAR ISI
.........................................................................................................................................
11

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
masyarakat manusia sehingga di dalam masyarakat selalu ada sistem hukum, ada
masyarakat ada norma hukum (ubi societas ibi ius). Hal tersebut dimaksudkan oleh
Cicero bahwa tata hukum harus mengacu pada penghormatan dan perlindungan bagi
keluhuran martabat manusia. Hukum berupaya menjaga dan mengatur keseimbangan
antara kepentingan atau hasrat individu yang egoistis dan kepentingan bersama agar
tidak terjadi konflik.

Kehadiran hukum justru mau menegakkan keseimbangan perlakuan antara hak


perorangan dan hak bersama. Oleh karena itu, secara hakiki hukum haruslah pasti dan
adil sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Hal tersebut menunjukkan pada
hakikatnya para penegak hukum (hakim, jaksa, Notaris, Advokat, dan polisi) adalah
pembela kebenaran dan keadilan sehingga para penegak hukum harus menjalankan
dengan itikad baik dan ikhlas, sehingga profesi hukum merupakan profesi terhormat
dan luhur (officium nobile). Oleh karena itu mulia dan terhormat, profesional hukum
sudah semestinya merasakan profesi ini sebagai pilihan dan sekaligus panggilan
hidupnya untuk melayani sesama di bidang hukum.

Kewenangan hukum adalah hak seorang individu untuk melakukan sesuatu


tindakan dengan batas-batas tertentu dan diakui oleh individu lain dalam suatu
kelompok tertentu. Penegak hukum mempunyai batas kewenangan profesi hukum
seperti batas kewenangan notaris, jaksa, advokat dan lain-lain.

Hakim adalah pegawai negeri sipil yang mempunyai jabatan fungsional. Tugas
hakim adalah mengkonstatir, mengkwalifisir dan kemudian mengkonstituir. Apa yang
harus dikonstatirnya adalah peristiwa dan kemudian peristiwa ini harus dikwalifisir,
pasal 5 ayat 1 UU. 14/1970 mewajibkan hakim mengadili menurut hukum. Maka oleh

4
karena itu hakim harus mengenal hukum di samping peristiwanya. Seorang hakim
haruslah independen, tidak memihak kepada siapapun juga walaupun itu keluarganya,
kalau sudah dalam sidang semuanya diperlakukan sama.Hakim harus berpegang
kepada Tri Parasetya Hakim Indonesia. Hakim harus dapat membedakan antar sikap
kedinasan sebagai jabatannya sebagai pejabat negara yang bertugas menegakkan
keadilan dengan sikap hidup sehari-hari sebagai bagian dari keluarga dan
masyarakat.Untuk membedakan itu hakim mempunyai kode etik sendiri bagaimana
supaya dia dapat mengambil sikap. Zaman sekarang kadang-kadang hakim salah
menempatkan sikapnya, yang seharusnya sikap itu harus dilingkungan keluarga, ia
bawa waktu persidangan. Ini tentunya akan mempengaruhi putusan.Masalah kode etik
inilah yang menjadi latar belakang penulisan makalah ini.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Etika, profesi dan profesi hukum?

2. Bagaimana Kronologi dan analisis Kasus Suap Buapti Jepara Kepada Hakim
Pengadilan Negeri Semarang?

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Etika

Etika adalah salah satu bagian dari filsafat yang mengadakan studi tentang
kehendak manusia. Secara lebih sederhana, dapat dikatakan bahwa etika adalah filsafat
tingkah laku manusia, yang mencari pedoman tentang cara manusia bertindak atau
berbuat. Sasaran etika adalah tingkah laku atau perbuatan manusia yang dilakukan
dengan sengaja. Baik – tidaknya, tercela-tidaknya, suatu perbuatan diilai dengan ada-
tidaknya kesengajaan.1

Di era modernisasi dengan segala kecanggihan yang membawa perubahan dan


pengaruh terhadap nilai-nilai moral, adanya berbagai pandangan ideologi yang
menawarkan untuk menjadi penuntun hidup tentang bagaimana harus hidup dan
tentunya kita hidup dalam masyarakat yang semakin pluralistik, juga dalam bidang
moral sehingga bingung harus mengikuti moralitas yang mana, untuk itu sampailah
pada suatu fungsi utama etika, sebagaimana disebutkan Magnis Suseno (1991 : 15),
yaitu untuk membantu kita mencari orientasi secara kritis dalam berhadapan dengan
moralitas yang membingungkan.

2.2. Pengertian Profesi dan Profesi Hukum

1 Muhammad Nuh, Etika Profesi Hukum, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011, hlm 47.

6
Dalam kamus besar bahasa Indonesia di jelaskan pengertian profesi adalah
bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian ( keterampilan, kejujuran dan
sebagainya ) tertentu.

Sejalan dengan pengertian profesi diatas, Habeyb menyatakan bahwa profesi


adalah pekerjaan dengan keahlian khusus sebagai mata pencarian. Sementara itu
menurut Kamaruddin, profesi ialah suatu jenis pekerjaan yang karena sifatnya
menuntut pengetahuan yang tinggi, khusus dan latihan yang istimewa.

Menurut Frans Magnis Suseno, profesi itu harus dibedakan dalam dua jenis, yaitu
profesi pada umumnya dan profesi luhur. Profesi pada umumnya, paling tidak ada dua
prinsip yang wajib ditegakkan yaitu:

1. Prinsip agar menjalankan profesinya secara bertanggung jawab; dan


2. Hormat terhadap hak-hak orang lain.
Dalam profesi yang luhur motifasi utamanya untuk memperoleh nafkah dari
pekerjaan yang dilakukannya, disamping itu juga terdapat dua prinsip yang penting,
yaitu:

a. Mendahulukan kepentingan orang yang di bantu; dan


b. Mengabdi pada tuntutan luhur profesi.
Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk
menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.

Profesi hukum merupakan salah satu dari sekian profesi lain, misalnya profesi
dokter, profesi teknik, dn lain-lain. Profesi hukum mempunyai ciri tersendiri, karena
profesi ini sangat bersentuhan langsung dengan kepentingan manusia yang lazim
disebut dengan klien. Profesi hukum mempunyai keterkaitan dengan bidang-bidang
hukum yang terdapat dalam negara kesatuan Repoblik Indonesia, misalnya kehakiman,
kejaksaan, kepolisian, mahkamah agung, serta mahkamah konstitusi.

Profesi adalah pekerjaan tetap bidang tertentu berdasarkan keahlian khusus yang
dilakukan secara bertanggung jawab dengan tujuan memperoleh penghasilan.

7
Profesi hukum adalah profesi untuk mewujudkan ketertiban berkeadilan yang
memungkinkan manusia dapat menjalani kehidupannya secara wajar (tidak perlu
tergantung pada kekuatan fisik maupun finansial). Hal ini dikarenakan Ketertiban
berkeadilan adalah kebutuhan dasar manusia, dan Keadilan merupakan Nilai dan
keutamaan yang paling luhur serta merupakan unsur esensial dan martabat manusia.

Profesi hukum adalah profesi yang melekat pada dan dilaksanakan oleh aparatur
hukum dalam suatu pemerintahan suatu negara.

Profesi hukum dari aparatur hukum negara Republik Indonesia dewasa ini diatur
dalam ketetapan MPR II/MPR/1993 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara.

Pengemban profesi hukum harus bekerja secara profesional dan fungsional,


memiliki tingkat ketelitian, kehati-hatian, ketekunan. kritis, dan pengabdian yang
tinggin karena mereka bertanggung jawab kepada diri sendiri dan sesama anggota
masyarakat, bahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pengemban profesi hukum bekerja
sesuai dengan kode etik profesinya, apabila terjadi penyimpangan atau pelanggaran
kode etik, mereka harus rela mempertanggungjawabkan akibatnya sesuai dengan
tuntutan kode etik. Biasanya dalam organisasi profesi, ada dewan kehormatan yang
akan mengoreksi pelanggaran kode etik.

Profesi hukum merupakan salah satu profesi yang menuntut pemenuhan nilai
moral dari pengembannya. Nilai moral itu merupakan kekuatan yang mengarahkan dan
mendasari perbuatan luhur. Setiap profesional hukum dituntut agar memiliki nilai
moral yang kuat. Franz Magnis Suseno mengemukakan lima kriteria nilai moral yang
kuat yang mendasari kepribadian profesional hukum.2

2.3. Ruang Lingkup Hak dan Kewajiban Profesi Hukum

2 Abdulkadir Muhammad, Etika Profesi Hukum ( Cet III., Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2006 )
Hal 74

8
Ruang Lingkup Etika Profesi Hukum adalah Untuk melaksanakan suatu fungsi,
pada semua ini dalam setiap bidang pada dasarnya terdapat beberapa unsur pokok,
yaitu : Tugas, yang merupakan kewajiban dan kewenangan. Aparat, orang yang
melaksanakan tugas tersebut. Lembaga, yang merupakan tempat atau wadah yang
dilengkapi dengan sarana dan prasarana bagi aparat yang akan melaksanakan tugasnya.
Bagi seorang aparat, mendapatkan tugas merupakan mendapatkan kepercayaan untuk
dapat mengemban tugas dengan baik dan harus dikerjakan dengan sebaiknya. Untuk
mengerjakan tugas tersebut akan terkandung sebuah tanggung jawab dalam
melaksanakan dan mengerjakan tugas tersebut.3

Tanggung jawab dapat dibedakan menjadi 3 hal yakni : moral, teknis profesi dan
hukum. Tanggung jawab hukum merupakan tanggung jawab yang menjadi beban
aparat untuk melaksanakan tugasnya sesuai dengan rambu-rambu hukum yang telah
ada, dan wujud dari pertanggung jawaban ini merupakan sebuah sanksi. Sementara itu
tanggung jawab moral merupakan tanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai, norma-
norma yang berlaku dalam lingkungan kehidupan yang bersangkutan (kode etik
profesi). Pada dasarnya tuhan menciptakan manusia tidaklah sendiri diperlukannya
berinteraksi dan bekerjasama dengan oranglain dalam melakukan tugasnya. Namun
dalam menjalankan tugasnya sering kali manusia harus berbenturan dengan satu
samalain. Dalam hal ini dibutuhkan sebuah pranata sosial berupa aturan-aturan hukum.
hukum melalui peradilan akan memberikan prelindungan hak, terhadap serangan atas
kehormatan dan harga diri serta memulihkan hak yang terampas.

Pengembangan profesi termasuk profesi hukum sebenarnya tergantung dari


pribadi yang bersangkutan karena mereka secara pribadi mempunyai tanggung jawab
penuh atas mutu pelayanan profesinya dan harus secara mandiri mampu memenuhi

3 Supriadi, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia ( Cet. I; Jakarta: Sinar Grafika, 2006
), h. 16.

9
kebutuhan warga masyarakat yang memerlukan pelayanan dalam bidang hukum, untuk
itu tentunya memerlukan keahlian yang berkeilmuan serta dapat dipercaya.

Pemenuhan nilai-nilai yang terkandung dalam etika profesi berupa kesediaan


memberikan pelayanan profesional dibidang hukum terhadap masyarakat dengan
keterlibatan penuh dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas
yang berupa kewajiban terhadap masyarakat yang membutuhkan pelayanan hukum
yang diserta refleksi yang seksama merupakan wujud dari kewajiban profesi.

Didalam kewajiban hukum sendiri, kepentingan tidak semata mata pada


kesadaran terhadap kewajiban untuk taat pada ketentuan undang-undang saja, tetapi
juga kepada hokum yang tidak tertulis. Bahkan kesadaran akan kewajiban hokum ini
sering timbul dari kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang nyata.

Kewajiban hukum dan kewajiban profesi terletak pada kesadaran akan


kewajiban pada orang lain, yaitu mengingat, memperhatikan, dan menghormati serta
tidak merugikan kepentingan orang lain tanpa mengabaikan kepentingan sendiri atau
organisasi profesinya.4

2.4. Kode Etik Hakim


Untuk menjaga martabat profesi hakim, Mahkamah Agung mengeluarkan
pedoman perilaku hakim yang berlaku untuk hakim di seluruh pengadilan di Indonesia.
Pedoman Perilaku Hakim Ini Merupakan prinsip – prinsip dasar bagi para hakim,
termasuk hakim Pengadilan Niaga dan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. Hal ini juga
sepenuhnya konsisten dengan tujuan dan sifat dari kegiatan Pengadilan Niaga dan
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. Pedoman Perilaku Hakim disusun berdasarkan
sepuluh prinsip dan perilaku berikut:

4 Sufirman Rahman dan Qamar Nurul, Etika Profesi Hukum ( Cet. I; Makassar: Pustaka Refleksi, 2014
), h. 76-77.

10
1. Adil
2. Jujur
3. Arif dan bijaksana, yaitu kemampuan untuk bertindak sesuai dengan norma-
norma yang dianut oleh masyarakat, baik norma hukum, norma agama, adat
atau etika, dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi
4. Mandiri
5. Integritas yang tinggi
6. Bertanggung jawab, yaitu menerima konsekuensi tindakan yang diambil dalam
kinerja maupun pelaksanaan kewenangannya
7. Menjunjung tinggi harga diri
8. Berdisiplin tinggi
9. Rendah hati
10. Professional

Hakim dituntut untuk berintegritas dan profesional serta mejunjung tinggi


pedoman etika dan perilaku hakim. Profesionalisme tanpa etika menjadikannya “bebas
sayap” (vluegel vrij), dalam arti tanpa kendali serta tanpa pengarahan yang akan
berakibat otoriter. Sebaliknya, etika tanpa profesionalisme menjadikannya “lumpuh
sayap” (vluegellam) dalam arti tidak maju, bahkan tidak tegak. Pelanggaran atas suatu
pedoman etika dan perilaku hakim tidaklah terbatas sebagai masalah internal badan
peradilan, tetapi juga merupakan masalah masyarakat dan pencari keadilan.5

Perilaku hakim dapat menimbulkan kepercayaan, tetapi juga memnyebabkan


ketidakpercayaan masyarakat pada putusan pengadilan.sejlan dengan hal tersebut,
hakim dituntut untuk selalu menjaga dan menegakkan kehormatan, keluruhan

5 Diakses Pada : http://catatanpenailahi.blogspot.com/2014/10/makalah-etika-profesi-hukum-


tentang.html Pada Tanggal 16 Februari 2019 Pukul 17:00 WIB

11
martabat, serta menegakkan hukum, kebenaran dan keadilan berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa.

2.5. Kasus Bupati Jepara Diduga Suap Hakim

A. Kronologi Kasus
Pada tanggal 13 November 2017, Hakim tunggal PN Semarang, Lasito
mengabulkan permohonan Marzuqi yang membatalkan (surat perintah
peenyidikan) sprindik terkait perkara praperadilan kasus bantuan keuangan untuk
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Kabupaten Jepara pada periode 2011–2013
sebesar Rp. 78.000.000 (Tujuh Puluh Delapan Juta Rupiah) dengan tersangka
Marzuki sebagai Ketua DPC PPP Jepara. Surat iu dinilai tidak sah lantaran tiidak
memenuhi dua alat bukti yang cukup, yaitu keterangan saksi dan bukti surat.

Pada Juni 2016, Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah menerbitkan sprindik


bernomor PRINT-840/O.3/Fd.1/06/2016, tertanggal 16 Juni 2016. Namun, dalam
perkembangannya, penyidik tak cukup menemukan alat bukti hingga menerbitkan
SP-3 itu kemudian digugat praperadilan oleh Masyarakat Anti Korupsi Indonesia
(MAKI).

Hasilnya, gugatan MAKI dikabulkan dan SP-3 untuk Marzuqi dibatalkan.


Hakim kala itu memerintahkan kepada penyidik untuk mendalami alat bukti yang
dimaksud. Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah pun kembali menetapkan tersangka
untuk Marzuqi dengan nomor 1092/O.3/Fd.1/07/2017 tertanggal 26 juli 2017.

Penggeledahan di Pendopo Pemerintah Kabupaten Jepara dimulai pada pukul


12:00 WIB. Menurut Bupati Ahmad Marzuqi, ada sebanyak lima orang KPK yang
datang ke kantornya.

12
Mereka kata dia, ada yang bertugas mengambil gambar video satu orang,
melakukan introgasi dua orang, dan mengecek adminitrasi dua orang, “Saya
dimintai keterangan terkait hakim lasito dari Pengadian Negeri yang
menyidangkannya kasus praperadilan,” Ujarnya, Mrarjuqi mengaku tidak pernah
bertemu dan mengenal Hakim Lasito. Apalagi, memberikannya sesuatu.

Marzuqi mengatakan Tim KPK juga meminta salinan sumpah janji sebagai
bupati, Salinan surat keputusan tahun 2017, pelantikan maupun perberhentian
sebagai bupati Jepara, salinan SK pelantikan sebagai bupati periode 2017 – 2022,
serta laporan tentang OPD tentang kegiatan kepada dirinya. Selain tempat kerja
yang digeledah, KPK juga menggeledah kamar tidur Marzuqi, “ Tim dari KPK
menyarankan saya agar bersifat kooperatif “ , Ujarnya.

Dia mengaku akan bersikap kooperatif, Namun dia juga berharap agar surat
yang dari KPK juga disesuaikan dengan tanggal pemanggilannya. “ Jangan sampai
dimint hadir tanggal 5, maka undangannya setidaknya diterima tanggal 1.” Ujarnya.

Pada 2017, Marzuqi dua kali dipanggil KPK. Namun, Marzuqi tidak hadir
pernah hadir dengan alasan.

Kepala Biro Humas KPK Febri Diansyah mengatakan, penggeledah di Jepara


dilakukan setelah proses penyidikan. Namun, ia belum bisa menyebutkan siapa
tersangkanya .” Penyidikan di KPK tentu sudah ada tersangkanya, tapi siapa yang
jadi tersangka belum bisa disampaikan.” Kata Febri

Menurut dia, Tim dari KPK masih bekerja hingga malam ini. “ Nanti kalau
sudah selesai baru bisa disampaikan. Karena.” Ujarnya.

Dari hasil penggeledahan di Kantor Bupati di beberapa lokasi itu kami duuga
ada bukti – bukti yang perlu dikumpulkan dan dianalisi terlebih dahulu Jepara, tim
penyidik KPK menyita sejumlah dokumen. Febri belum mengetahui apakah turut
disita barang bukti elektronik.

13
KPK menetapkan Lasito sebagai tersangka karena menerima suap
Rp.700.000.000 dari Bupati Jepara Ahmad Marzuqi. KPK menduga suap itu
diberikan untuk mempengaruhi vonis.

2.6. Analisis Kasus

Kasus ini berawal dari Ahmad Marzuqi sempat ditetapkan oleh Kejaksaan
Tinggi Jawa Tengah sebagai tersangka korupsi dana bantuan keuangan untuk Partai
Persatuan Pembangunan (PPP) Kabupaten Jepara tahun 2011-2012, pada pertengahan
2017.

Dia kemudian mengajukan permohonan praperadilan ke Pengadilan Negeri


(PN) Semarang. Hakim tunggal Lasito lantas membatalkan Surat Perintah Penyidikan
(sprindik) atas nama Marzuqi nomor 1092/O.3/Fd.1/07/2017 tertanggal 26 Juli 2017,
pada November 2017.

Lasito dilaporkan ke Bawas MA oleh Masyarakat Anti Korupsi Indonesia


(MAKI) atas putusan memenangkan gugatan pra peradilan Bupati Jepara, Ahmad
Marzuqi.

Koordinator MAKI, Boyamin Saiman, mengatakan, pihaknya melaporkan


hakim Lasito yang memenangkan gugatan pra peradilan Bupati Jepara, Achmad
Marzuqi.

Dalam putusan, hakim tunggal Lasito menyatakan penetapan tersangka


terhadap Achmad Marzuqi tidak sah.

Putusan ini berbanding terbalik dengan putusan hakim sebelumnya yang


menyatakan Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) terkait kasus dugaan korupsi
Bupati Jepara harus dibatalkan. Hakim juga meminta Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah
menerbitkan surat perintah penyidikan baru untuk Achmad Marzuqi.

14
Setelah Marzuki dan Lasito diperiksa oleh KPK, akhirnya mereka diputuskan
sebagai tersangka.6

Lantaran perbuatan tersebut Lasito disangka sebagai tersangka penerima suap


dengan sangkaan Pasal 11 Undang-Undang No 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun
dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.250.000.000,00 (dua ratus lima puluh
juta rupiah) atau Pasal 12 Huruf c Undang – udang No 20 Tahun 2001 Dipidana dengan
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Sementara Ahmad diduga sebagai pemberi suap dengan sangkaan melanggar Pasal 6
ayat 1 huruf a Undang – undang 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima
belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh
juta rupiah) dan paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah)
atau Pasal 13 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.7

Selain itu juga Lasito sebagai Hakim melanggar kode etik pedoman prinsip
perilaku hakim seperti yang sudah dijelaskan diatas. Tindakan yang dilakukan oleh

Lasito ini sudah mencedrai citra sebagai hakim yang seharusnya bersikap jujur, adil,
berintegritas dan profesional.

6 Diakses Pada : http://grupsyariah.blogspot.com/2012/04/hak-dan-kewajiban-etika-dan-profesi-


hukum.html Pada Tanggal 16 Februari 2019 Pukul 17:20 WIB
7 Diakses Pada : http://zulpiero.wordpress.com/2010/04/26/kewenangan-kewajiban-dan-larangan-
notaris-dalam-uujn.html Pada Tanggal 16 Februari 2019 Pukul 17:30 WIB

15
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Etika adalah salah satu bagian dari filsafat yang mengadakan studi tentang
kehendak manusia. Secara lebih sederhana, dapat dikatakan bahwa etika adalah
filsafat tingkah laku manusia, Profesi adalah pekerjaan tetap bidang tertentu
berdasarkan keahlian khusus yang dilakukan secara bertanggung jawab dengan
tujuan memperoleh penghasilan. Profesi hukum adalah profesi untuk
mewujudkan ketertiban berkeadilan yang memungkinkan manusia dapat
menjalani kehidupannya secara wajar (tidak perlu tergantung pada kekuatan
fisik maupun finansial).

2. Hakim PN Semarang, Lasito diduga terima suap dari Bupati Jepara Ahmad
Marzuqi sebesar Rp.700.000.000. Atas perbuatan tersebut, Lasito dipidana
Pasal 11 Undang-Undang No 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi atau Pasal 11 Undang-Undang No 20 Tahun 2001 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Sementara itu, Ahmad Marzuqi
dipidana Pasal 6 Undang-Undang No 20 Tahun 2001.
3.2. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari
kesempurnaan oleh sebab itu Kritik dan Saran yang membangun semangat, kami
harapkan demi kesempurnaan makalah kami.

16
DAFTAR PUSTAKA

Supriadi, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia ( Cet. I;


Jakarta: Sinar Grafika, 2006 ), h. 16.

Sufirman Rahman dan Qamar Nurul, Etika Profesi Hukum ( Cet. I; Makassar:
Pustaka Refleksi, 2014 ), h. 76-77.

Abdulkadir Muhammad, Etika Profesi Hukum ( Cet. III., Bandung: PT Citra


Aditya Bakti, 2006), h. 74.

http://grupsyariah.blogspot.com/2012/04/hak-dan-kewajiban-etika-profesi-
hukum.html

https://zulpiero.wordpress.com/2010/04/26/kewenangan-kewajiban-dan-
larangan-notaris-dalam-uujn/

http://catatanpenailahi.blogspot.com/2014/10/makalah-etika-profesi-hukum-
tentang.html

17
Muhammad Nuh. Etika Profesi Hukum.Bandung. CV. Pustaka Setia. 2011

18

Anda mungkin juga menyukai