Anda di halaman 1dari 3

NAMA : LEA VANESSA POSLEONIK

NIM : E0019235

MATA KULIAH : HUKUM PENITENSIER

UJIAN TENGAH SEMESTER 4

1. Hukum Penitensier atau hukum pelaksanaan pidana adalah keseluruhan ketentuan-


ketentuan atau peraturan-peraturan ang berisi tentang cara bagaimana melaksanakan
putusan hakim terhadap seseorang yang memiliki status sebagai terhukum. Nama lain dari
hukum penitensier adalah hukum pelaksanaan pidana (maka dari itu pengertiannya sama).
2. Ruang lingkup hukum penitensier adalah tentang pidana dan pemidanaan. Hukum
penitensier mempelajari tentang sanksi pidana, tindakan peidanaan, serta tata cara dalam
pelaksanaan putusan hakim.
3. Hukum penitensier perlu dipelajari terutama bagi Mahasiswa Fakultas Hukum karena
hukum penitensier mempelajari sanksi berupa pidana dan tindakannya. Sanksi pidana dan
tindakan (maatregel) termasuk dalam hukum pidana. Dengan mempelajari hukum
penitensier, mahasiswa dapat memahami tentang sanksi pidana dan pemidanaan.
4. Pemidanaan bertujuan untuk:
a. Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma hukum demi
pengayoman masyarakat
b. Memasyarakatatkan terpidana dengan mengadakan pembinaan sehingga menjadi orang
yang baik dan berguna
c. Menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana, memulihkan
keseimbangan dan mendatangkan rasa damai dalam memasyarakatkan, dan :
d. Membebaskan rasa bersalah pada terpidana
e. Pemidanaan tidak dimaksudkan untuk merendahkan martabat manusia .
5. Pedoman pemidanaan tetap dibutuhkan dalam menjalankan putusan hakim, hal tersebut
dikarenakan agar penjalanan putusa tersebut tetap pada jalurnya dan tidak menyimpang
sesuai apa yang seharusnya diterima oleh terpidana.
6. Pidana tambahan tidak boleh dijatuhkan sebelum penjatuhan pidana pokok serta tidak
dapat dijatuhkan sendiri tanpa adanya pidana pokok, hal ini dikarenakan prinsip dasar dari
pidana tambahan sebagai penambah pidana pokok.
7. Pidana mati dalam KUHP dikenal sebagai jenis sanksi pidana pokok dengan urutan
pertama, sedangkan dalam RUU KUHP, pidana mati bukan lagi sebagai jenis pidana pokok
melainkan diatur sebagai pidana yang bersifat khusus untuk tindak pidana tertentu yang
ditentukan oleh Undang-undang. Hal ini dikarenakan dalam Pasal 98 RKUHP, bahwa
pidana ini sebagai upaya terakhir untuk mengayomi masyarakat.
8. pidana bersyarat memiliki keterkaitan dengan masa percobaan selama pidana bersyarat itu
dilakukan, yakni suatu pemidanaan dimana pidana tidak usah dijalani, kecuali jika
dikemudian hari, ada putusan hakim yang menentukan lain, disebabkan (salah satunya)
karena si terpidana melakukan suatu tindak pidana sebelum masa percobaan yang
ditentukan dalam perintah tersebut habis. Inilah yang kemudian dalam praktiknya, pidana
bersyarat disamakan dengan pidana percobaan.
9. Pembebasan Bersyarat dapat diberikan kepada Narapidana yang telah memenuhi syarat:
a. Telah menjalani masa pidana paling singkat 2/3 (dua per tiga), dengan ketentuan
2/3 (dua per tiga) masa pidana tersebut paling sedikit 9 (sembilan) bulan;
b. Berkelakuan baik selama menjalani masa pidana paling singkat 9 (sembilan) bulan
terakhir dihitung sebelum tanggal 2/3 (dua per tiga) masa pidana;
c. Telah mengikuti program pembinaan dengan baik, tekun, dan bersemangat; dan
d. Masyarakat dapat menerima program kegiatan pembinaan Narapidana.
10. Pengertian
a. Pidana dan pemidanaan anak merupakan pemberlakuan sanksi pidana terhadap anak
karena sebuah tindakan yang melanggar ketentuan UU melewati keseluruhan proses
penyelesaian perkara Anak yang berhadapan dengan hukum, mulai tahap penyelidikan
sampai dengan tahap pembimbingan setelah menjalani pidana. yang berkonflik dengan
hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak
pidana.
b. Pidana pengawasan adalah bersifat alternatif pidana perampasan kemerdekaan
bersyarat, yaitu adanya ketentuan untuk tidak dijalankannya pidana yang telah
dijatuhkan (yang berkaitan dengan pidana penjara) dengan diadakannya syarat-syarat
tertentu dan ditetapkan masa percobaan paling lama 3 tahun
c. Pidana kerja sosial merupakan jenis pidana baru di Indonesia dan bertujuan untuk
membina dan memberi efek jera bagi pelaku dengan pola- pola dan konsep yang
manusiawi dan bermanfaat bagi pelaku serta masyarakat dalam rangka mencapai tujuan
pemidanaan di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai