1. Hukum Penitensier atau hukum pelaksanaan pidana adalah keseluruhan ketentuan-
ketentuan atau peraturan-peraturan ang berisi tentang cara bagaimana melaksanakan putusan hakim terhadap seseorang yang memiliki status sebagai terhukum. Nama lain dari hukum penitensier adalah hukum pelaksanaan pidana (maka dari itu pengertiannya sama). 2. Ruang lingkup hukum penitensier adalah tentang pidana dan pemidanaan. Hukum penitensier mempelajari tentang sanksi pidana, tindakan peidanaan, serta tata cara dalam pelaksanaan putusan hakim. 3. Hukum penitensier perlu dipelajari terutama bagi Mahasiswa Fakultas Hukum karena hukum penitensier mempelajari sanksi berupa pidana dan tindakannya. Sanksi pidana dan tindakan (maatregel) termasuk dalam hukum pidana. Dengan mempelajari hukum penitensier, mahasiswa dapat memahami tentang sanksi pidana dan pemidanaan. 4. Pemidanaan bertujuan untuk: a. Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma hukum demi pengayoman masyarakat b. Memasyarakatatkan terpidana dengan mengadakan pembinaan sehingga menjadi orang yang baik dan berguna c. Menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana, memulihkan keseimbangan dan mendatangkan rasa damai dalam memasyarakatkan, dan : d. Membebaskan rasa bersalah pada terpidana e. Pemidanaan tidak dimaksudkan untuk merendahkan martabat manusia . 5. Pedoman pemidanaan tetap dibutuhkan dalam menjalankan putusan hakim, hal tersebut dikarenakan agar penjalanan putusa tersebut tetap pada jalurnya dan tidak menyimpang sesuai apa yang seharusnya diterima oleh terpidana. 6. Pidana tambahan tidak boleh dijatuhkan sebelum penjatuhan pidana pokok serta tidak dapat dijatuhkan sendiri tanpa adanya pidana pokok, hal ini dikarenakan prinsip dasar dari pidana tambahan sebagai penambah pidana pokok. 7. Pidana mati dalam KUHP dikenal sebagai jenis sanksi pidana pokok dengan urutan pertama, sedangkan dalam RUU KUHP, pidana mati bukan lagi sebagai jenis pidana pokok melainkan diatur sebagai pidana yang bersifat khusus untuk tindak pidana tertentu yang ditentukan oleh Undang-undang. Hal ini dikarenakan dalam Pasal 98 RKUHP, bahwa pidana ini sebagai upaya terakhir untuk mengayomi masyarakat. 8. pidana bersyarat memiliki keterkaitan dengan masa percobaan selama pidana bersyarat itu dilakukan, yakni suatu pemidanaan dimana pidana tidak usah dijalani, kecuali jika dikemudian hari, ada putusan hakim yang menentukan lain, disebabkan (salah satunya) karena si terpidana melakukan suatu tindak pidana sebelum masa percobaan yang ditentukan dalam perintah tersebut habis. Inilah yang kemudian dalam praktiknya, pidana bersyarat disamakan dengan pidana percobaan. 9. Pembebasan Bersyarat dapat diberikan kepada Narapidana yang telah memenuhi syarat: a. Telah menjalani masa pidana paling singkat 2/3 (dua per tiga), dengan ketentuan 2/3 (dua per tiga) masa pidana tersebut paling sedikit 9 (sembilan) bulan; b. Berkelakuan baik selama menjalani masa pidana paling singkat 9 (sembilan) bulan terakhir dihitung sebelum tanggal 2/3 (dua per tiga) masa pidana; c. Telah mengikuti program pembinaan dengan baik, tekun, dan bersemangat; dan d. Masyarakat dapat menerima program kegiatan pembinaan Narapidana. 10. Pengertian a. Pidana dan pemidanaan anak merupakan pemberlakuan sanksi pidana terhadap anak karena sebuah tindakan yang melanggar ketentuan UU melewati keseluruhan proses penyelesaian perkara Anak yang berhadapan dengan hukum, mulai tahap penyelidikan sampai dengan tahap pembimbingan setelah menjalani pidana. yang berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak pidana. b. Pidana pengawasan adalah bersifat alternatif pidana perampasan kemerdekaan bersyarat, yaitu adanya ketentuan untuk tidak dijalankannya pidana yang telah dijatuhkan (yang berkaitan dengan pidana penjara) dengan diadakannya syarat-syarat tertentu dan ditetapkan masa percobaan paling lama 3 tahun c. Pidana kerja sosial merupakan jenis pidana baru di Indonesia dan bertujuan untuk membina dan memberi efek jera bagi pelaku dengan pola- pola dan konsep yang manusiawi dan bermanfaat bagi pelaku serta masyarakat dalam rangka mencapai tujuan pemidanaan di Indonesia.