Anda di halaman 1dari 3

Nama : Richard Tommy Pantow

Nim : 2040057030
Kelas :K
Mata Kuliah : Hukum Kebijakan Publik dan Perizinan
Dosen : Pdt. Marudut Parulian Silitonga, S.Th.,M.H.

Resume seminar nasional “ Penguatan Partisipasi masyarakat Dalam Pembuatan Undang-


Undang di Indonesia” (Chanel Youtube FH UKI)
Diselenggarakan Fakultas Hukum UKI 21 September 2022

Dalam penyusunan peraturan perundang-undangan terdapat satu hal yang tidak dapat
dilupakan adalah adanya partisipasi masyarakat, menurut Plt. Direktur Jenderal Peraturan
Perundang-undangan Kemenkumham RI, Dr. Dhahana Putra, Pasal 96 Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2022 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, telah memberikan dasar hukum untuk
memperkuat keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam proses pembentukan Peraturan
Perundang-undangan. Dalam pelaksanaan partisipasi masyarakat pembentukan peraturan
perundang-undangan dapat melakukan kegiatan konsultasi publik melalui rapat dengar
pendapat, kunjungan kerja, seminar,lokakarya, diskusi, maupun kegiatan lainnya. Hasil kegiatan
konsultasi publik tersebut menjadi bahan pertimbangan dalam perencanaan penyusunan dan
pembahasan perancangan peraturan perundang-undangan, pembentukan peraturan
perundang-undangan dapat menjelaskan kepada masyarakat mengenai hasil pembahasan
masukan masyarakat, penjelasan tersebut berisi diterima atau ditolaknya masukan masyarakat
tersebut dan di berikan penjelasan mengenai ditolaknya masukan masyarakat tersebut.
Dosen Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik Fisipol UGM, Bevaola Kusumasari,
Ph.D mengutarakan bahwa partisipasi efektif warga negara dalam pembuatan kebijakan adalah
jantung reformasi pemerintahan dan memiliki potensi untuk memperbaharui hubungan antara
pembuat kebijakan dan warga. Negara perlu menggunakan potensi penuh untuk memasukkan
umpan balik warga dalam inisiatif pembuatan kebijakan untuk menciptakan kebijakan yang
lebih baik yang berdampak positif pada kehidupan warga. “Menerjemahkan kebijakan ke dalam
perbaikan nyata untuk warga negara sangat tergantung pada tingkat dan waktu partisipasi
dalam langkah yang berbeda dari siklus kebijakan,” ujarnya. Menurutnya, seiring dengan
meningkatkan digitalisasi dunia, partisipasi masyarakat melalui social networking site,
digunakan sebagai sumber data baru untuk mengatasi keterbatasan infrastruktur data. Data
baru ini muncul dari berbagai sumber digital yang membentuk data besar untuk dapat
digunakan untuk analisis kebijakan berbasis bukti.
Menurut Dr. Bivitri Susanti (Dosen STHI Jentera dan Anggota Constitutional and
Administrative Law Society) bahwa partisipasi kerap diperlakukan sebagai suatu keharusan
formal, sehingga justru meninggalkan esensi partisipasi itu sendiri sebagai bagian dari proses
deliberatif dalam pembentukan peraturan perundang-undangan. Karena itu pula partisipasi
juga kerap dilihat sebagai tujuan, bukan alat demokrasi deliberative, untuk itu pemahaman
mesti dimulai dari hal mendasar tentang esensi partisipasi, sehingga bisa kreatif dan inovatif
dalam mengembangkan proses partisipasi serta perlu ada penekanan pada soal-soal (1)
transparansi proses dan ketersediaan dokumen (2) inklusi dan (3) waktu yang cukup . sebab
inilah tantangan yang nyata ada dan kerap terlupakan karena partisipasi “dipaksa” saja.
Proses pembuatan undang-undang tidak bisa secara keseluruhan tergantung kepada
parlemen, Iftitahsari (peneliti Institute for Criminal Justice Reform) mengemukakan bahwa
pentingnya partisipasi public itu harus ada didalam setiap proses perumusan undang-undang
khususnya juga kebijakan pidana dan juga peradilan pidana yang sangat berdampak pada
kehidupan masyarakat sehari-hari. Dan yang menarik victim trust fund (VTF) merupakan salah
satu kontribusi konkret bagaimana partisipasi public hadir sehingga bisa memberikan suatu hal
yang baru didalam pembentukan peraturan undang-undang.
Prof. Dr. Suparji, S.H., M.H. (Guru Besar Ilmu Hukum FH Universitas Al Azhar Indonesia),
mengemukakan bahwa dalam kehidupan negara undang-undang mempuyai peranan sangat
penting semua perubahan kehidupan ini di dominasi adanya suatu peraturan perundang-
undangan pada sisi yang lain adalah banyaknya peraturan perundang-undangan yang tumpeng
tindih, yang tidak aspiratif, tidak berpihak kepada kepentingan public, peraturan perundang-
undangan yang inkonstitusional dan sebagainya. Masalahnya bagaimana mengatasi hal
tersebut dan bagaimana masyarakat berperan dan sekaligus bagaimana perguruan tinggi
mendorong peranan tersebut. Oleh karenanya berangkat dari fakta dan masalah tersebut
maka sampailah pada sebuah solusi secara sederhana; pertama; adalah kalau kita bermaksud
mendorong partisipasi mayarakat maka perguruan tinggi harus mampu memberikan asupan gisi
kepada masyarakat terkait dengan pembentukan peraturan perundang-undangan, jadi tidak
boleh kemudian perguruan tinggi bermaksud berperan mendorong partisipasi masyarakat
menjadi kelompok elitis oleh karenanya perguruan tinggi bagian dari Menara air, indikator
kinerja utama salah satunya adalah bagaimana penelitian-penelitian Perguruan tinggi itu
mampu menyelami hati masayarakat. Kedua; Perguruan tinggi harus memposisi sebagai
manager perubahan masyarakat karena masyarakat tentunya tidak mampu menyerap dan
mengakselrasi serta mendorong masyarakat maka butuh manager yaitu institusi Perguruan
tinggi dalam arti memanage kehendak masyarakat, menyalurkan kehendak masyarakat dan
mendorong serta merealisasikan kehendak masyarakat itu. Ketiga ; perguruan tinggi harus
mampu memberikan afeksi, nilai, penyadaran kepada masyarakat dalam konteks urgensi
sebuah undang-undang . artinya dibekali masyarakat itu kemampuan-kemampuan
menyalurkan aspirasinya , misalnya mendatangi DPRD, DPRI dan sebagainya sehingga
masyarakat menyampaikan aspirasinya secara professional dan secara terampil karena
masukan-masukan Perguruan Tinggi.

Anda mungkin juga menyukai