Anda di halaman 1dari 22

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................. ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN...................................................................... iii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iv
DAFTAR ISI.......................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Tujuan...................................................................................................... 2
1.3 Manfaat................................................................................................... 3
BAB II KASUS PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DALAM
PERSPEKTIF PANCASILA
2.1 Substansi Hak Asasi Manusia dalam Pancasila...................................... 4
2.1.1 Hak Asasi Manusia dalam Nilai Ideal Sila-Sila Pancasila..............
5
2.1.2 Hak Asasi Manusia dalam Nilai Instrumental Sila-Sila

Pancasila.....6
2.1.3 Hak Asasi Manusia dalam Nilai Praksis Sila-Sila Pancasila.............
9
2.2 Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia........................... 12
2.2.1 Jenis-jenis pelanggaran Hak Asasi Manusia................................ 13
2.2.2 Penyimpangan Nilai-Nilai Pancasila dalam kasus
Pelanggaran Hak Asasi Manusia..........15
2.3 Upaya Penyelesaian Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia.21
2.3.1 Peradilan dan Sanksi Atas Pelanggaran Hak Asasi Manusia
di Indonesia.21
2.3.2 Peradilan dan Sanksi Atas Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Internasional...25
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................. 27
3.2 Saran...................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 30
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah Nya, yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi
oleh negara, hukum dan pemerintahan dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.
(http://wwwelyichan.blogspot.co.id/2011/06/hak-asasi-manusia-dalam-
pancasila.html).
Hak-hak asasi manusia dalam Pancasila dirumuskan dalam pembukaan
UUD 1945 dan terperinci di dalam batang tubuh UUD 1945 yang merupakan
hukum dasar konstitusional dan fundamental tentang dasar filsafat negara
Republik Indonesia serat pedoman hidup bangsa Indonesia, terdapat pula ajaran
pokok warga negara Indonesia. Yang pertama ialah perumusan ayat ke 1
pembukaan UUD tentang hak kemerdekaan yang dimiliki oleh segala bangsa
didunia. Oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak
sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Pancasila baik sebagai Dasar Negara maupun sebagai ideologi bangsa
banyak mendapat sorotan. Pada tatanan faktual misalnya selalu digeneralisasi
bahwa adanya penyimpangan-penyimpangan dalam penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, pelanggaran Hak Asasi Manusia dan
bentuk lainnya, dianggap sebagai bukti ketidakberdayaan ideologi Pancasila
dalam mengatasi berbagai masalah bangsa yang timbul dalam era reformasi
sekarang dan pengaruh kehidupan global. Pancasila juga mendapat sorotan dari
para penulis dari berbagai disiplin ilmu. Meskipun demikian, pada dasarnya
semua menyadari bahwa Pancasila memuat sejumlah nilai dasar (sistem nilai
universal) yang melandasi Hak Asasi Manusia dan tidak dapat dipisahkan dari cita
rakyat Indonesia. Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan UUD 1945 sebagai
landasan konstitusional.
Masalah Hak Asasi Manusia adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan
dan dibahas terutama dalam era reformasi ini. Hak Asasi Manusia lebih dijunjung
tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum
reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak
sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita
melakukan pelanggaran Hak Asasi Manusia terhadap orang lain dalam usaha
perolehan atau pemenuhan Hak Asasi Manusia pada diri kita
sendiri.(http://www.academia.edu/10703298/Makalah-Hak-Asasi-Manusia.html)

1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui substansi Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Pancasila.
2) Untuk mengetahui kasus kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia.
3) Untuk mengetahui upaya penyelesaian kasus pelanggaran Hak Asasi
Manusia.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat khusus penyusunan makalah ini yaitu :
1) Agar dapat mengetahui substansi Hak Asasi Manusia dalam Perspektif
Pancasila.
2) Agar dapat mengetahui kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia.
3) Agar dapat mengetahui upaya penyelesaian kasus pelanggaran Hak Asasi
Manusia.
BAB II
KASUS PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DALAM
PERSPEKTIF PANCASILA

2.1 Substansi Hak Asasi Manusia Dalam Pancasila


Salah satu karakteristik hak asasi manusia adalah bersifat universal. Artinya,
hak asasi merupakan hak yang dimiliki oleh setiap manusia di dunia tanpa
membeda-bedakan suku bangsa, agama, ras maupun golongan. Oleh karena itu,
setiap negara wajib menegakkan hak asasi manusia. Akan tetapi, karakteristik
penegakan hak asasi manusia berbeda-beda antara negara yang satu dengan
negara lainnya. Ideologi, kebudayaan dan nilai-nilai khas yang dimiliki suatu
negara akan mempengaruhi pola penegakan hak asasi manusia di suatu negara.
Contohnya, di Indonesia, dalam proses penegakan hak asasi manusia dilakukan
dengan berlandaskan kepada ideologi negara yaitu Pancasila.(http://fatmasusanti-
civiceducation.blogspot.co.id/2015/10/kasus-kasus-pelanggaran-hak-asasi.html)
Pancasila merupakan ideologi yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan.
Pancasila sangat menghormati hak asasi setiap warga negara maupun bukan
warga negara Indonesia. Bagaimana Pancasila menjamin hak asasi manusia ?
Pancasila menjamin hak asasi manusia melalui nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya. Nilai-nilai Pancasila dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu nilai ideal,
nilai instrumental dan nilai praksis. Ketiga kategori nilai Pancasila tersebut
mengandung jaminan atas hak asasi manusia, sebagaimana dipaparkan berikut
ini.(http://fatmasusanti-civiceducation.blogspot.co.id/2015/10/kasus-kasus-
pelanggaran-hak-asasi.html)

2.1.1 Hak Asasi Manusia dalam Nilai Ideal Sila-Sila Pancasila


Nilai ideal disebut juga nilai dasar berkaitan dengan hakikat kelima sila
Pancasila, yaitu: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Nilai-nilai dasar tersebut bersifat universal sehingga di dalamnya terkandung cita-
cita, tujuan, serta nilai-nilai yang baik dan benar. Nilai dasar ini bersifat tetap dan
terlekat pada kelangsungan hidup negara. (http://fatmasusanti-
civiceducation.blogspot.co.id/2015/10/kasus-kasus-pelanggaran-hak-asasi.html)
Hubungan antara hak asasi manusia dengan Pancasila dapat dijabarkan
secara singkat sebagai berikut.
1) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjamin hak kemerdekaan untuk memeluk
agama, melaksanakan ibadah dan menghormati perbedaan agama.
2) Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab menempatkan setiap warga negara
pada kedudukan yang sama dalam hukum serta memiliki kewajiban dan hak-hak
yang sama untuk mendapat jaminan dan perlindungan hukum.
3) Sila Persatuan Indonesia mengamanatkan adanya unsur pemersatu diantara warga
negara dengan semangat rela berkorban dan menempatkan Kepentingan bangsa
dan Negara di atas kepentingan pribadi atau golongan. Hal ini sesuai dengan
prinsip hak asasi manusia, bahwa hendaknya sesama manusia bergaul satu sama
lainnya dalam semangat persaudaraan.
4) Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan dicerminkan dalam kehidupan pemerintahan,
bernegara, dan bermasyarakat yang demokratis. Menghargai hak warga negara
untuk bermusyawarah mufakat yang dilakukan tanpa adanya tekanan, paksaan,
ataupun intervensi yang membelenggu hak-hak partisipasi masyarakat.
5) Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia mengakui hak milik
perorangan dan dilindungi pemanfaatannya oleh negara serta memberi
kesempatan sebesar-besarnya pada masyarakat.

2.1.2 Hak Asasi Manusia dalam Nilai Instrumental Sila-Sila Pancasila


Nilai instrumental merupakan penjabaran dari nilai-nilai dasar Pancasila.
Nilai instrumental sifatnya lebih khusus dibandingkan dengan nilai dasar. Dengan
kata lain, nilai instrumental merupakan pedoman pelaksanaan kelima sila
Pancasila. Perwujudan nilai instrumental pada umumnya berbentuk ketentuan-
ketentuan konstitusional mulai dari Undang-Undang Dasar sampai dengan
peraturan daerah.(http://fatmasusanti-
civiceducation.blogspot.co.id/2015/10/kasus-kasus-pelanggaran-hak-asasi.html)
Hak asasi manusia juga dijamin oleh nilai-nilai instrumental Pancasila.
Adapun peraturan perundang-undangan yang menjamin hak asasi manusia
diantaranya sebagai berikut.
1) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terutama Pasal 28
A 28 J.
2) Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia. Didalam
Tap MPR tersebut terdapat Piagam Hak Asasi Manusia Indonesia.
3) Ketentuan dalam Undang-undang organik berikut.
a) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1998 tentang Konvensi
Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman yang Kejam, Tidak
Manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia.
b) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan Hak Asasi Manusia.
c) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2005 tentang Kovenan
Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik.
d) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2005 tentang Kovenan
Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya.
4) Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu)
Nomor 1 Tahun 1999 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.
5) Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah berikut.
a) Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2002 tentang Tata cara Perlindungan
terhadap Korban dan Saksi dalam Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang Berat.
b) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2002 tentang Kompensasi, Restitusi,
Rehabilitasi terhadap Korban Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat.
6) Ketentuan dalam Keputusan Presiden (Kepres).
a) Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia.
b) Keputusan Presiden Nomor 83 Tahun 1998 tentang Pengesahan Konvensi Nomor
87 tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan untuk Berorganisasi.
c) Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pengadilan Hak
Asasi Manusia pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Pengadilan Negeri
Surabaya, Pengadilan Negeri Medan dan Pengadilan Negeri Makassar.
d) Keputusan Presiden Nomor 96 Tahun 2001 tentang Perubahan Kepres Nomor 53
Tahun 2001 tentang Pembentukan Pengadilan Hak Asasi ManusiaAd Hoc pada
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
e) Keputusan Presiden Nomor 40 Tahun 2004 tentang Rencana Aksi Nasional Hak
Asasi Manusia Indonesia Tahun 2004-2009.

2.1.3 Hak Asasi Manusia dalam Nilai Praksis Sila-Sila Pancasila


Nilai praksis merupakan realisasi nilai-nilai instrumental suatu pengalaman
dalam kehidupan sehari-hari. Nilai praksis Pancasila senantiasa berkembang dan
selalu dapat dilakukan perubahan dan perbaikan sesuai dengan perkembangan
zaman dan aspirasi masyarakat. Hal tersebut dikarenakan Pancasila merupakan
ideologi yang terbuka. (http://fatmasusanti-
civiceducation.blogspot.co.id/2015/10/kasus-kasus-pelanggaran-hak-asasi.html)
Hak asasi manusia dalam nilai praksis Pancasila dapat terwujud apabila
nilai-nilai dasar dan instrumental Pancasila itu sendiri dapat dilaksanakan dalam
kehidupan sehari-hari oleh seluruh warga negara. Hal tersebut dapat diwujudkan
apabila setiap warga negara menunjukkan sikap positif dalam kehidupan sehari-
hari. Adapun, sikap positif tersebut di antaranya dapat dilihat dalam tabel di
bawah ini.
No Sila Pancasila Sikap yang Ditunjukkan

1. Ketuhanan Yang Maha Esa. a. Hormat-menghormati dan


bekerja sama antar umat
beragama sehingga terbina
kerukunan hidup.

b. Saling menghormati kebebasan


beribadah sesuai dengan agama
dan kepercayaannya.
c. Tidak memaksakan suatu agama
dan kepercayaan kepada orang
lain.
2. Kemanusian yang Adil dan
a. Mengakui persamaan derajat,
Beradab. hak dan kewajiban antara
sesama manusia.
b. Saling mencintai sesama
manusia.
c. Tenggang rasa kepada orang
lain.
d. Tidak semena-mena kepada
orang lain.
e. Menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan.
f. Berani membela kebenaran dan
keadilan.
g. Hormat-menghormati dan
bekerjasama dengan bangsa lain.
3. Persatuan Indonesia. a. Menempatkan persatuan,
kesatuan, kepentingan dan
keselamatan bangsadan negara
di atas kepentingan pribadi atau
golongan.
b. Rela berkorban untuk
kepentingan bangsa dan negara.
c. Cinta tanah air dan bangsa.
d. Bangga sebagai bangsa
Indonesia dan ber-Tanah Air
Indonesia.
e. Memajukan pergaulan demi
persatuan dan kesatuan bangsa
yang berBhinneka Tunggal Ika.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh
a. Mengutamakan kepentingan
Hikmat Kebijaksanaan dalam negara dan masyarakat.
Permusyawaratan/Perwakilan. b. Tidak memaksakan kehendak
kepada orang lain.
c. Mengutamakan musyawarah
dalam mengambil keputusan
untuk kepentingan bersama.
d. Menerima dan melaksanakan
setiapkeputusan musyawarah.
e. Mempertanggungjawabkan
setiap keputusan musyawarah
secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh
a. Menjaga keseimbangan antara
Rakyat Indonesia. hak dan kewajiban.
b. Menghormati hak-hak orang
lain.
c. Suka memberi pertolongan
kepada orang lain.
d. Menjauhi sikap pemerasan
kepada orang lain.
e. Menjauhi sifat boros dan gaya
hidup mewah.
f. Rela bekerja keras.
g. Menghargai hasil karya orang
lain

2.2 Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia Di Indonesia


Di Indonesia, meskipun pemerintah telah mengeluarkan peraturan perundang
undangan mengenai hak asasi manusia, namun pelanggran hak asasi manusia tetap
selalu ada baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat sendiri.
Pelanggaran-pelanggaran tersebut merupakan cerminan telah terjadi kelalaian atas
pelaksanaan kewajiban asasi manusia. padahal sudah sangat jelas bahwa setiap
hak asasi itu disertai dengan kewajiban asasi, yaitu kewajiban untuk menghormati
hak asasi orang lain dan kewajiban untuk patuh pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

2.2.1 Jenis-Jenis Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM)


Secara yuridis, Pasal 1 Angka 6 Undang-undang Republik Indonesia Nomor
39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa pelanggaran hak
asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk
aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara
hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut hak asasi
manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang dan
tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian
hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku. Dengan
demikian, dalam konteks Negara Indonesia, pelanggaran Hak Asasi Manusia
merupakan tindakan pelanggaran kemanusiaan, baik dilakukan oleh individu
maupun oleh institusi negara atau institusi lainnya terhadap hak asasi manusia.
Pelanggaran Hak Asasi Manusia berat menurut Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
a) Kejahatan genosida, yaitu setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras,
kelompok etnis, kelompok agama, dengan cara:
1) membunuh anggota kelompok;
2) mengakibatkan penderitaan fisik dan mental yang berat terhadap anggota-anggota
kelompok;
3) menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan
kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya;
4) memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran didalam
kelompok; atau
5) memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain.
b) Kejahatan terhadap kemanusiaan, yaitu salah satu perbuatan yang dilakukan
sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya
bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil,
berupa:
1) Pembunuhan;
2) Pemusnahan;
3) Perbudakan;
4) Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa;
5) perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-
wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum Internasional;
6) Penyiksaan;
7) Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan, kehamilan,
pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual
lain yang setara;
8) Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari
persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin
atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang
menurut hukum internasional;
9) Penghilangan orang secara paksa; atau
10) Kejahatan apartheid.

2.2.2 Penyimpangan Nilai Nilai Pancasila dalam kasus Pelanggaran Hak


Asasi Manusia.
a) Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia
Di Indonesia, meskipun pemerintahan telah mengeluarkan peraturan
perundang-undangan mengenai Hak Asasi Manusia, namun pelanggaran Hak
Asasi Manusia tetap selalu ada baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh
masyarakat sendiri. Pelanggaran-pelanggaran tersebut merupakan cerminan telah
terjadi kelalaian atas pelaksanaan kewajiban asasi manusia. Padahal sudah sangat
jelas bahwa setiap hak asasi itu disertai dengan kewajiban asasi, yaitu kewajiban
untuk menghormati hak asasi orang lain dan kewajiban untuk patuh pada
peraturan perundang undangan yang berlaku.
Berikut ini beberapa contoh-contoh kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia
yang pernah terjadi di Indonesia :
1) Kasus Tanjung Priok Tahun 1984.
Kasus Tanjung Priok terjadi tahun 1984 antara aparat dengan warga sekitar yang
berawal dari masalah SARA dan unsur politis. Dalam peristiwa ini diduga terjadi
pelanggaran Hak Asasi Manusia dimana terdapat ratusan korban yang meninggal
dunia akibat kekerasan dan penembakan.
2) Kasus terbunuhnya Marsina, seorang pekerja wanita PT Catur Putera Surya
Porong, Jawa Timur Tahun 1994.
Marsinah adalah salah satu korban pekerja dan aktivis yang hak hak pekerja di
PT Catur Putera Surya, Porong Jawa Timur. Dia meninggal secara mengenaskan
dan diduga menjadi pelanggaran Hak Asasi Manusia berupa penculikan,
penganiayaan dan pembunuhan.
3) Kasus terbunuhnya wartawan Udin dari harian umum Bernas Tahun 1996.
Wartawan Udin (Fuad Muhammad Syafruddin) adalah seorang wartawan dari
harian Bernas yang diduga di culik, dianiaya oleh orang tak dikenal dan akhirnya
ditemukan sudah tewas.
4) Peristiwa Aceh Tahun 1990.
Peristiwa yang terjadi di Aceh sejak tahun 1990 telah banyak memakan korban,
baik dari pihak aparat maupun penduduk sipil yang tidak berdosa. Peristiwa Aceh
diduga dipicu oleh unsur politik dimana terdapat pihak-pihak tertentu yang
menginginkan Aceh merdeka.
5) Peristiwa Penculikan Para Aktivis Politik Tahun 1998.
Telah terjadi peristiwa penghilangan orang secara paksa (penculikan) terhadap
para aktivis yang menurut catatan kontras ada 23 orang (1 orang meninggal , 9
orang dilepaskan dan 13 orang lainnya masih hilang ).
6) Peristiwa Trisakti dan Semanggi Tahun 1998.
Tragedi Trisakti terjadi pada 12 Mei 1998 (4 Mahasiswa meninggal dan puluhan
lainnya luka-luka). Tragedi Semanggi I terjadi pada 11-13 November 1998(17
orang warga sipil meninggal) dan tragedi Semanggi II terjadi pada 24 September
1999 (1 orang mahasiswa meninggal dan 217 orang luka luka).
7) Peristiwa kekerasan di Timor Timur pasca jejak pendapat Tahun 1999.
Kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia menjelang dan pasca jejak pendapat 1999
di Timor Timur secara resmi ditutup setelah penyerahan laporan komisi kebenaran
dan persahabatan (KKP) Indonesia Timor Leste kepada dua kepala negara
terkait.
8) Kasus Ambon Tahun 1999.
Peristiwa yang terjadi di Ambon Ini berawal dari masalah sepele yang merambat
ke masalah SARA, sehingga dinamakan perang saudara dimana telah terjadi
penganiayaan dan pembunuhan yang memakan banyak korban.
9) Kasus Poso Tahun 1998-2000.
Telah terjadi bentrokan di Poso yang memakan banyak korban yang diakhiri
dengan bentuknya Forum Komunikasi Umat Beragama (FKAUB) di kabupaten
Dati II Poso.
10) Kasus Dayak dan Madura Tahun 2000.
Terjadi bentrokan antara suku dayak dan Madura (pertikaian etnis) yang juga
memakan banyak korban dari kedua belah pihak.
11) Kasus Bom di Bali Tahun 2002.
Telah terjadi peristiwa pemboman di Bali , yaitu tahun 2002 dan tahun 2005 yang
dilakukan oleh teroris dengan menelan banyak korban rakyat sipil baik dari warga
Negara asing maupun warga Negara Indonesia sendiri.
12) Kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia terbunuhnya Munir Pada 7
September 2004.
Tragedi ini bermula saat Munir menuju Amsterdam untuk melanjutkan studi
progam master (S2) di Universitas Urecth Belanda. Munir naik pesawat Garuda
Indonesia GA-974 menuju Singapura untuk kemudian transit di Singapura dan
terbang kembali ke Amsterdam. Namun dua jam sebelum mendarat di Bandara
Schipor Amsterdam Munir telah meninggal dunia dalam pesawat dan di indikasi
karena keracunan.
b) Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia Internasional
Kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia internasional yang terjadi pada
umumnya disebabkan belum dipahaminya konsep Hak Asasi Manusia dan
banyaknya akses pelanggaran disiplin serta tata tertib oleh oknum di lapangan.
Selain itu, sistem peradilan nasional di setiap negara tidak selalu efektif
melakukan proses peradilan terhadap pelaku pelanggaran Hak Asasi Manusia
tersebut.
Kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia Internasional dapat dibedakan menjadi
empat kategori.
1) Kejahatan genosida (The crime of genocide)
Dalam sejarah penegakan Hak Asasi Manusia, di dunia ini pernah terjadi beberapa
peristiwa yang tergolong ke dalam kejahatan genosida, di antaranya tragedy My
Lai pada 16 Maret 1968 di Vietnam serta tragedi Shabra dan Shatila pada
September 1982 di Beirut, Lebanon.
2) Kejahatan melawan kemanusian (Crime againts humanity)
Kejahatan kemanusian dapat berbentuk pembunuhan, pemusnahan,
penyiksaan, perbudakan, pengusiran, perampasan kemerdekaan yang melanggar
hukum internasional dan sebagainya. Contoh kasus kejahatan melawan
kemanusiaan yang pernah terjadi di dunia ini, diantaranya pembuhunan rakyat
Uganda dan pembunuhan rakyat Kamboja.

3) Invasi atau agresi suatu negara ke negara lain (The crime of aggression)
Invasi atau agresi ialah suatu bentuk penyerangan dengan menggunakan kekuatan
militer yang dilakukan oleh suatu negara atau bangsa terhadap negara atau bangsa
lainnya, dengan dasar untuk mencaplok wilayah yang dikuasai negara yang
diinvasi, memerangi kejahatan internasional, dan sebagainya. Akan tetapi, hal
tersebut dilakukan dengan tidak menggunakan dasar hukum yang kuat serta
melegalkan tindakan tersebut. Contoh dari tindakan invasi tersebut diantaranya
invasi Irak ke Iran pada 22 September1980 dan invasi Amerika Serikat beserta
sekutunya kepada Irak pada 20 Maret 2003.( http://fatmasusanti-
civiceducation.blogspot.co.id/2015/10/kasus-kasus-pelanggaran-hak-asasi.html)
4) Kejahatan perang (War crimes)
Kejahatan perang adalah suatu tindakan pelanggaran, dalam cakupan hukum
internasional, terhadap hukum perang oleh satu atau beberapa orang, baik militer
maupun sipil. Pelaku kejahatan perang ini disebut penjahat perang. Setiap
pelanggaran hukum perang pada konflik antar bangsa merupakan kejahatan
perang. Pelanggaran yang terjadi pada konflik internal suatu negara belum tentu
dapat dianggap kejahatan perang.
(http://fatmasusanticiviceducation.blogspot.co.id/2015/10/kasus-kasus-
pelanggaran-hak-asasi.html)
Kejahatan perang meliputi semua pelanggaran terhadap perlindungan yang
telah ditentukan oleh hukum perang, dan juga mencakup kegagalan untuk tunduk
pada norma prosedur dan aturan pertempuran, seperti menyerang pihak yang telah
mengibarkan bendera putih, atau sebaliknya, menggunakan bendera perdamaian
itu sebagai taktik perang untuk mengecoh pihak lawan sebelum menyerang.
Beberapa mantan kepala negara dan kepala pemerintahan yang telah diadili
karena kejahatan perang antara lain adalah Karl Dnitz dari Jerman, mantan
Perdana Menteri Hideki Tojo dari Jepang dan mantan Presiden Liberia Charles
Taylor. Pada awal 2006 mantan Presiden Irak Saddam Hussein dan mantan
Presiden Yugoslavia Slobodan Miloevi juga diadili karena kejahatan perang.
2.3 Upaya Penyelesaian Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia
2.3.1 Peradilan dan Sanksi Atas Pelanggaran Hak Asasi Manusia di
Indonesia
Kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia akan senantiasa terjadi jika tidak
secepatnya ditangani. Negara yang tidak mau menangani kasus pelanggaran Hak
Asasi Manusia yang terjadi di negaranya akan disebut sebagai unwillingness
state atau negara yang tidak mempunyai kemauan menegakkan Hak Asasi
Manusia. Kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terjadi dinegara tersebut
akan disidangkan oleh Mahkamah Internasional. Hal ini tentu saja
menggambarkan bahwa kedaulatan hukum negara itu lemah dan wibawanya jatuh
didalam pergaulan bangsa-bangsa yang beradab.
Sebagai negara hukum dan beradab, tentu saja Indonesia tidak mau disebut
sebagaiunwillingnessstate. Indonesia selalu menangani sendiri kasus pelanggaran
Hak Asasi Manusia yang terjadi di negaranya tanpa bantuan dari Mahkamah
Internasional. Contoh-contoh kasus yang dikemukakan pada bagian sebelumnya
merupakan bukti bahwa di negara kita terdapat proses peradilan untuk menangani
masalah Hak Asasi Manusia, terutama yang sifatnya berat.
Sebelum berlakunya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun
2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, kasus pelanggaran Hak Asasi
Manusia diperiksa dan diselesaikan di pengadilan Hak Asasi Manusia ad
hoc yang dibentuk berdasarkan keputusan presiden dan berada di lingkungan
peradilan umum. Setelah berlakunya undang-undang tersebut, kasus pelanggaran
Hak Asasi Manusia di Indonesia ditangani dan diselesaikan melalui proses
peradilan di Pengadilan Hak Asasi Manusia.
Berdasarkan Pasal 10 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26
tahun 2000, penyelesaian kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia berat dilakukan
berdasarkan ketentuan Hukum Acara Pidana. Proses penyidikan dan penangkapan
dilakukan oleh Jaksa Agung dengan disertai surat perintah dan alasan
penangkapan, kecuali tertangkap tangan. Penahanan untuk pemeriksaan dalam
sidang di Pengadilan Hak Asasi Manusia dapat dilakukan paling lama 90 hari dan
dapat diperpanjang paling lama 30 hari oleh pengadilan negeri sesuai dengan
daerah hukumnya. Penahanan di Pengadilan Tinggi dilakukan paling lama 60 hari
dan dapat diperpanjang paling lama 30 hari. Penahanan di Mahkamah Agung
paling lama 60 hari dan dapat diperpanjang paling lama 30 hari.
Adapun penyelidikan terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat
dilakukan oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Dalam melakukan
penyelidikan, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dapat membentuk Tim ad
hoc yang terdiri dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dan unsur masyarakat.
Hasil penyelidikan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang berupa laporan
pelanggaran hak asasi manusia, diserahkan berkasnya kepada Jaksa Agung yang
bertugas sebagai penyidik. Jaksa Agung wajib menindak lanjuti laporan dari
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia tersebut. Jaksa Agung sebagai penyidik
dapat membentuk penyidik ad hoc yang terdiri dari unsur pemerintah dan
masyarakat.
Proses penuntutan perkara pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat
dilakukan oleh Jaksa Agung. Dalam pelaksanaan tugasnya, Jaksa Agung dapat
mengangkat penuntut umum ad hoc yang terdiri dari unsur pemerintah atau
masyarakat. Setiap saat Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dapat meminta
keterangan secara tertulis kepada Jaksa Agung mengenai perkembangan
penyidikan dan penuntutan perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat.
Jaksa penuntut umum ad hoc sebelum melaksanakan tugasnya harus
mengucapkan sumpah atau janji.
Selanjutnya, perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat diperiksa
dan diputuskan oleh Pengadilan Hak Asasi Manusia yang dilakukan oleh Majelis
Hakim pengadilan Hak Asasi Manusia paling lama 180 hari setelah berkas perkara
dilimpahkan dari penyidik kepala Pengadilan Hak Asasi Manusia. Majelis Hakim
Pengadilan Hak Asasi Manusia yang berjumlah lima orang terdiri atas dua orang
hakim pada Pengadilan Hak Asasi Manusia yang bersangkutan dan tiga orang
hakim ad hoc yang diketuai oleh hakim dari Pengadilan Hak Asasi Manusia yang
bersangkutan.
Dalam hal perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat dimohonkan
banding ke Pengadilan Tinggi, perkara tersebut diperiksa dan diputus dalam
waktu paling lama 90 hari terhitung sejak perkara dilimpahkan ke Pengadilan
Tinggi. Pemeriksaan perkara pelanggaran Hak Asasi Manusia di Pengadilan
Tinggi dilakukan oleh majelis hakim yang terdiri atas dua orang hakim Pengadilan
Tinggi yang bersangkutan dan tiga orang hakim ad hoc. Kemudian, dalam hal
perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat dimohonkan kasasi ke
Mahkamah Agung, perkara tersebut diperiksa dan diputus dalam waktu paling
lama 90 hari terhitung sejak perkara dilimpahkan ke Mahkamah Agung
Pemeriksaan perkara pelanggaran Hak Asasi Manusia berat di Mahkamah Agung
dilakukan oleh majelis hakim terdiri atas dua orang Hakim Agung dan tiga orang
hakim ad hoc. Hakim ad hoc di Mahkamah Agung diangkat oleh Presiden selaku
Kepala Negara atas usulan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

2.3.2 Peradilan dan Sanksi Atas Pelanggaran Hak Asasi Manusia


Internasional
Poses penanganan dan peradilan terhadap pelaku kejahatan Hak Asasi
Manusia Internasional secara umum sama dengan penanganan dan peradilan
terhadap pelaku kejahatan yang lain, sebagaimana diatur dalam hukum acara
pidana di Indonesia.
Secara garis besar, apabila terjadi pelanggaran Hak Asasi Manusia yang
berat dan berskala Internasional, proses peradilannya sebagai berikut:
a) Jika suatu negara sedang melakukan penyelidikan, penyidikan atau penuntutan
atas kejahatan yang terjadi, maka pengadilan pidana Internasional berada dalam
posisiinadmissible (ditolak) untuk menangani perkara kejahatan tersebut. Akan
tetapi, posisiinadmissible dapat berubah menjadi admissible (diterima untuk
menangani perkaran pelanggaran Hak Asasi Manusia), apabila negara yang
bersangkutan enggan(unwillingness) atau tidak mampu (unable) untuk
melaksanakan tugas investigasi dan penuntutan.
b) Perkara yang telah diinvestigasi oleh suatu negara, kemudian Negara yang
bersangkutan telah memutuskan untuk tidak melakukan penuntutan lebih lanjut
terhadap pelaku kejahatan tersebut, maka pengadilan pidana internasional berada
dalam posisiinadmissible. Namun, dalam posisi inadmissible dapat berubah
menjadi admissiblebila putusan yang berdasarkan keengganan (unwillingness) dan
ketidakmampuan(unability) dari negara untuk melakukan penuntutan.
c) Jika pelaku kejahatan telah diadili dan memperoleh kekuatan hukum yang tetap,
maka terhadap pelaku kejahatan tersebut sudah melekat asas nebusin idem.
Artinya, seseorang tidak dapat dituntut untuk kedua kalinya dalam perkara yang
sama setelah terlebih dahulu diputuskan perkaranya oleh putusan pengadilan
peradilan yang berkekuatan tetap.
Putusan pengadilan yang menyatakan bahwa pelaku kejahatan itu bersalah,
berakibat akan jatuhnya sanksi. Sanksi Internasional dijatuhkan kepada negara
yang dinilai melakukan pelanggaran atau tidak peduli terhadap pelanggaran hak
asasi manusia di negaranya. Sanksi yang diterapkan bermacam-macam, di
antaranya:
1) Diberlakukannya travel warning (peringatan bahaya berkunjung ke negara
tertentu) terhadap warga negaranya,
2) Pengalihan investasi atau penanaman modal asing,
3) Pemutusan hubungan diplomatik,
4) Pengurangan bantuan ekonomi,
5) Pengurangan tingkat kerja sama,
6) Pemboikotan produk ekspor,
7) Embargo ekonomi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia
sebagai anugerah Tuhan yang dibawa sejak lahir. Ciri pokok hakikat Hak Asasi
Manusia yaitu Hak Asasi Manusia tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi,
Hak Asasi Manusia berlaku untuk semua orang, dan Hak Asasi Manusia tidak
bisa dilanggar. Hak Asasi Manusia merupakan salah satu contoh dari penerapan
pancasila sila kedua. Hak asasi manusia dalam pancasila harus selalu ada
keserasian atau keseimbangan antara hak dan kewajiban itu sesuai dengan hakikat
kehidupan manusia. Prinsip Hak Asasi Manusia dilandasi oleh system nilai
universal dalam Pancasila yaitu (a) nilai religius atau ketuhanan, (b) nilai
kemanusiaan, (c) nilai persatuan, (d) nilai kerakyatan, dan (e) nilai keadilan.
(http://royalcloud.blogspot.co.id/2012/04/makalah-pancasila-dan-hak-asasi-
manusia.html)
Upaya penegakan Hak Asasi Manusia dilaksanakan oleh lembaga
Internasional maupun lembaga nasional. Lembaga Internasional misalnya Office
of the United Nations High Commissioner for Human Rights, United Nations
Security Council, United Nation Human Rights Council, International Criminal
Court, dll. Dan lembaga nasional misalnya Mahkamah Konstitusi, Komnas HAM,
Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Komisi Ombudsman Nasional, dll.
Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia masih sering terjadi. Hal ini
menunjukkan bahwa instrumentasi tentang Hak Asasi Manusia belum mampu
melindung warga Negara. Masalah utama yang dihadapi dalam penegakan Hak
Asasi Manusia yaitu Hak Asasi Manusia merupakan masalah yang sedang hangat
dibicarakan, Hak Asasi Manusia sarat dengan masalah tarik ulur antara paham
universalisme dan partikularisme, serta ada tiga tataran diskusi tentang Hak Asasi
Manusia.
3.2 Saran
Mewujudkan Hak Asasi Manusia dengan baik memang tidak mudah, perlu
ada usaha dari setiap individu. Yang paling utama, tentu saja diperlukan adanya
niat untuk memahami nilai-nilai pancasila yang ditetapkan. Baik dari individu,
keluarga, masyarakat bangsa dan Negara. Mempraktekkan nilai nilai tersebut
secara terus-menerus atau membiasakannya, sehingga tidak ada lagi pelanggaran
kepada Hak Asasi Manusia. Dengan demikian, Hak Asasi Manusia pun dapat
terlaksana dengan baik.
Tidak hanya itu dalam hal kita memerlukan pembelajaran, yaitu belaja
rmemahami betapa pentingnya Hak Asasi Manusia itu. Kita dapat belajar dari
media-media yang telah tersedia, salah satunya melalui media elektronik,
disamping itu, kita juga telah memanfaatkan teknologi dengan baik. Dalam usaha
mempertahankan Hak Asasi Manusia setiap manusia kita kadang mengalami
kegagalan disana sini,tetapi itu tidak mengendurkan niat kita untuk terus berusaha
memperbaikinya dari hari ke hari.
Suatu hari nanti, kita berharap bahwa kita harus mampu mempertahankan
dan memperjuangkan Hak Asasi Manusia kita sendiri. Serta kita juga harus bisa
menghormati dan menjaga Hak Asasi Manusia orang lain, jangan sampai kita
melakukan pelanggaran Hak Asasi Manusia. Dan jangan sampai pula Hak Asasi
Manusia kita dilanggar dan diinjak-injak oleh orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

DPR.1999. Undang-Undang RI Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi


Manusia. http://www.dpr.go.id. Html. Diakses pada tanggal 14 Februari 2016
pukul 14.20 WITA
Elyichan. 2011. Hak Asasi Manusia Dalam Pancasila.
http://www.elyichan.blogspot.co.id/2011/06/hak-asasi-manusia-
dalam- pancasila.html. Diakses pada tanggal 14 Februari 2016 pukul
13.00 Wita.
Fatmasusanti. 2015. Kasus Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia.
http://fatmasusanti-civiceducation.blogspot.co.id/2015/10/kasus-kasus-
pelanggaran-hak-asasi.html. Diakses pada 19 Maret 2016 pukul 18.00 Wita.
Iswanto, Dedi, dkk. 2015. Menapaki Jalan Terjal Penegakan Hak Asasi
Manusia Di Indonesia. Makalah untuk Memenuhi Tugas Mata
Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 Tanjung Selor.
Kompasiana. Gotong Royong Sederhana Namun Berarti Besar.
http://www.kompasiana.com/gotong-royong-sederhana-namun-berarti
besar.html. Diakses pada tanggal 19 Maret 2016 Pukul 18.20 Wita

Manado. 2012. Manado Menjadi Kota Model Kerukunan Umat Beragama.


http://www.manadonyaman.wordpress.com/2012/05/09/manado-
menjadi-kota-model-kerukunan-umat-beragama.html. Diakses pada
tanggal 20 Maret 2016 pukul 10.33 Wita.
MPR.1998. Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi
Manusia. http://www.mpr.go.id. Html. Diakses pada tanggal 14
Februari 2016 pukul 14.00 WITA
Paschall. 2015. Pengadilan HAM di Indonesia.
http://www.paschall-ab.blogspot.com/2015/02/pengadilan-ham-di-
indonesia.html. Diakses pada tanggal 20 Maret 2016 pukul 10.23
Wita.
Royalcluod. 2012. Makalah Pancasila dan Hak Asasi Manusia.
http://www.royalcloud.blogspot.co.id/2012/04/makalah-
pancasila-dan-hak-asasi-manusia.html. Diakses pada tanggal 14
Februari 2016 pukul 13.30 wita.
Salikun,dkk. 2015. pendidikan pancasila dan kewarganegaraan 2015.
Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang,
Kemendikbud.
Zonapikir. 2009. Konflik Israel Palestina Mungkinkan Berakhir.
http://www.zonapikir.wordpress.com/2009/01/07/konflik-israel-
palestina-mungkinkan-berakhir.html. Diakses pada tanggal 20
Maret 2016 Pukul 10.42 Wita.

Anda mungkin juga menyukai