HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................. ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN...................................................................... iii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iv
DAFTAR ISI.......................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Tujuan...................................................................................................... 2
1.3 Manfaat................................................................................................... 3
BAB II KASUS PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DALAM
PERSPEKTIF PANCASILA
2.1 Substansi Hak Asasi Manusia dalam Pancasila...................................... 4
2.1.1 Hak Asasi Manusia dalam Nilai Ideal Sila-Sila Pancasila..............
5
2.1.2 Hak Asasi Manusia dalam Nilai Instrumental Sila-Sila
Pancasila.....6
2.1.3 Hak Asasi Manusia dalam Nilai Praksis Sila-Sila Pancasila.............
9
2.2 Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia........................... 12
2.2.1 Jenis-jenis pelanggaran Hak Asasi Manusia................................ 13
2.2.2 Penyimpangan Nilai-Nilai Pancasila dalam kasus
Pelanggaran Hak Asasi Manusia..........15
2.3 Upaya Penyelesaian Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia.21
2.3.1 Peradilan dan Sanksi Atas Pelanggaran Hak Asasi Manusia
di Indonesia.21
2.3.2 Peradilan dan Sanksi Atas Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Internasional...25
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................. 27
3.2 Saran...................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 30
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui substansi Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Pancasila.
2) Untuk mengetahui kasus kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia.
3) Untuk mengetahui upaya penyelesaian kasus pelanggaran Hak Asasi
Manusia.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat khusus penyusunan makalah ini yaitu :
1) Agar dapat mengetahui substansi Hak Asasi Manusia dalam Perspektif
Pancasila.
2) Agar dapat mengetahui kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia.
3) Agar dapat mengetahui upaya penyelesaian kasus pelanggaran Hak Asasi
Manusia.
BAB II
KASUS PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DALAM
PERSPEKTIF PANCASILA
3) Invasi atau agresi suatu negara ke negara lain (The crime of aggression)
Invasi atau agresi ialah suatu bentuk penyerangan dengan menggunakan kekuatan
militer yang dilakukan oleh suatu negara atau bangsa terhadap negara atau bangsa
lainnya, dengan dasar untuk mencaplok wilayah yang dikuasai negara yang
diinvasi, memerangi kejahatan internasional, dan sebagainya. Akan tetapi, hal
tersebut dilakukan dengan tidak menggunakan dasar hukum yang kuat serta
melegalkan tindakan tersebut. Contoh dari tindakan invasi tersebut diantaranya
invasi Irak ke Iran pada 22 September1980 dan invasi Amerika Serikat beserta
sekutunya kepada Irak pada 20 Maret 2003.( http://fatmasusanti-
civiceducation.blogspot.co.id/2015/10/kasus-kasus-pelanggaran-hak-asasi.html)
4) Kejahatan perang (War crimes)
Kejahatan perang adalah suatu tindakan pelanggaran, dalam cakupan hukum
internasional, terhadap hukum perang oleh satu atau beberapa orang, baik militer
maupun sipil. Pelaku kejahatan perang ini disebut penjahat perang. Setiap
pelanggaran hukum perang pada konflik antar bangsa merupakan kejahatan
perang. Pelanggaran yang terjadi pada konflik internal suatu negara belum tentu
dapat dianggap kejahatan perang.
(http://fatmasusanticiviceducation.blogspot.co.id/2015/10/kasus-kasus-
pelanggaran-hak-asasi.html)
Kejahatan perang meliputi semua pelanggaran terhadap perlindungan yang
telah ditentukan oleh hukum perang, dan juga mencakup kegagalan untuk tunduk
pada norma prosedur dan aturan pertempuran, seperti menyerang pihak yang telah
mengibarkan bendera putih, atau sebaliknya, menggunakan bendera perdamaian
itu sebagai taktik perang untuk mengecoh pihak lawan sebelum menyerang.
Beberapa mantan kepala negara dan kepala pemerintahan yang telah diadili
karena kejahatan perang antara lain adalah Karl Dnitz dari Jerman, mantan
Perdana Menteri Hideki Tojo dari Jepang dan mantan Presiden Liberia Charles
Taylor. Pada awal 2006 mantan Presiden Irak Saddam Hussein dan mantan
Presiden Yugoslavia Slobodan Miloevi juga diadili karena kejahatan perang.
2.3 Upaya Penyelesaian Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia
2.3.1 Peradilan dan Sanksi Atas Pelanggaran Hak Asasi Manusia di
Indonesia
Kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia akan senantiasa terjadi jika tidak
secepatnya ditangani. Negara yang tidak mau menangani kasus pelanggaran Hak
Asasi Manusia yang terjadi di negaranya akan disebut sebagai unwillingness
state atau negara yang tidak mempunyai kemauan menegakkan Hak Asasi
Manusia. Kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terjadi dinegara tersebut
akan disidangkan oleh Mahkamah Internasional. Hal ini tentu saja
menggambarkan bahwa kedaulatan hukum negara itu lemah dan wibawanya jatuh
didalam pergaulan bangsa-bangsa yang beradab.
Sebagai negara hukum dan beradab, tentu saja Indonesia tidak mau disebut
sebagaiunwillingnessstate. Indonesia selalu menangani sendiri kasus pelanggaran
Hak Asasi Manusia yang terjadi di negaranya tanpa bantuan dari Mahkamah
Internasional. Contoh-contoh kasus yang dikemukakan pada bagian sebelumnya
merupakan bukti bahwa di negara kita terdapat proses peradilan untuk menangani
masalah Hak Asasi Manusia, terutama yang sifatnya berat.
Sebelum berlakunya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun
2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, kasus pelanggaran Hak Asasi
Manusia diperiksa dan diselesaikan di pengadilan Hak Asasi Manusia ad
hoc yang dibentuk berdasarkan keputusan presiden dan berada di lingkungan
peradilan umum. Setelah berlakunya undang-undang tersebut, kasus pelanggaran
Hak Asasi Manusia di Indonesia ditangani dan diselesaikan melalui proses
peradilan di Pengadilan Hak Asasi Manusia.
Berdasarkan Pasal 10 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26
tahun 2000, penyelesaian kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia berat dilakukan
berdasarkan ketentuan Hukum Acara Pidana. Proses penyidikan dan penangkapan
dilakukan oleh Jaksa Agung dengan disertai surat perintah dan alasan
penangkapan, kecuali tertangkap tangan. Penahanan untuk pemeriksaan dalam
sidang di Pengadilan Hak Asasi Manusia dapat dilakukan paling lama 90 hari dan
dapat diperpanjang paling lama 30 hari oleh pengadilan negeri sesuai dengan
daerah hukumnya. Penahanan di Pengadilan Tinggi dilakukan paling lama 60 hari
dan dapat diperpanjang paling lama 30 hari. Penahanan di Mahkamah Agung
paling lama 60 hari dan dapat diperpanjang paling lama 30 hari.
Adapun penyelidikan terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat
dilakukan oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Dalam melakukan
penyelidikan, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dapat membentuk Tim ad
hoc yang terdiri dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dan unsur masyarakat.
Hasil penyelidikan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang berupa laporan
pelanggaran hak asasi manusia, diserahkan berkasnya kepada Jaksa Agung yang
bertugas sebagai penyidik. Jaksa Agung wajib menindak lanjuti laporan dari
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia tersebut. Jaksa Agung sebagai penyidik
dapat membentuk penyidik ad hoc yang terdiri dari unsur pemerintah dan
masyarakat.
Proses penuntutan perkara pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat
dilakukan oleh Jaksa Agung. Dalam pelaksanaan tugasnya, Jaksa Agung dapat
mengangkat penuntut umum ad hoc yang terdiri dari unsur pemerintah atau
masyarakat. Setiap saat Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dapat meminta
keterangan secara tertulis kepada Jaksa Agung mengenai perkembangan
penyidikan dan penuntutan perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat.
Jaksa penuntut umum ad hoc sebelum melaksanakan tugasnya harus
mengucapkan sumpah atau janji.
Selanjutnya, perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat diperiksa
dan diputuskan oleh Pengadilan Hak Asasi Manusia yang dilakukan oleh Majelis
Hakim pengadilan Hak Asasi Manusia paling lama 180 hari setelah berkas perkara
dilimpahkan dari penyidik kepala Pengadilan Hak Asasi Manusia. Majelis Hakim
Pengadilan Hak Asasi Manusia yang berjumlah lima orang terdiri atas dua orang
hakim pada Pengadilan Hak Asasi Manusia yang bersangkutan dan tiga orang
hakim ad hoc yang diketuai oleh hakim dari Pengadilan Hak Asasi Manusia yang
bersangkutan.
Dalam hal perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat dimohonkan
banding ke Pengadilan Tinggi, perkara tersebut diperiksa dan diputus dalam
waktu paling lama 90 hari terhitung sejak perkara dilimpahkan ke Pengadilan
Tinggi. Pemeriksaan perkara pelanggaran Hak Asasi Manusia di Pengadilan
Tinggi dilakukan oleh majelis hakim yang terdiri atas dua orang hakim Pengadilan
Tinggi yang bersangkutan dan tiga orang hakim ad hoc. Kemudian, dalam hal
perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat dimohonkan kasasi ke
Mahkamah Agung, perkara tersebut diperiksa dan diputus dalam waktu paling
lama 90 hari terhitung sejak perkara dilimpahkan ke Mahkamah Agung
Pemeriksaan perkara pelanggaran Hak Asasi Manusia berat di Mahkamah Agung
dilakukan oleh majelis hakim terdiri atas dua orang Hakim Agung dan tiga orang
hakim ad hoc. Hakim ad hoc di Mahkamah Agung diangkat oleh Presiden selaku
Kepala Negara atas usulan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
3.1 Kesimpulan
Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia
sebagai anugerah Tuhan yang dibawa sejak lahir. Ciri pokok hakikat Hak Asasi
Manusia yaitu Hak Asasi Manusia tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi,
Hak Asasi Manusia berlaku untuk semua orang, dan Hak Asasi Manusia tidak
bisa dilanggar. Hak Asasi Manusia merupakan salah satu contoh dari penerapan
pancasila sila kedua. Hak asasi manusia dalam pancasila harus selalu ada
keserasian atau keseimbangan antara hak dan kewajiban itu sesuai dengan hakikat
kehidupan manusia. Prinsip Hak Asasi Manusia dilandasi oleh system nilai
universal dalam Pancasila yaitu (a) nilai religius atau ketuhanan, (b) nilai
kemanusiaan, (c) nilai persatuan, (d) nilai kerakyatan, dan (e) nilai keadilan.
(http://royalcloud.blogspot.co.id/2012/04/makalah-pancasila-dan-hak-asasi-
manusia.html)
Upaya penegakan Hak Asasi Manusia dilaksanakan oleh lembaga
Internasional maupun lembaga nasional. Lembaga Internasional misalnya Office
of the United Nations High Commissioner for Human Rights, United Nations
Security Council, United Nation Human Rights Council, International Criminal
Court, dll. Dan lembaga nasional misalnya Mahkamah Konstitusi, Komnas HAM,
Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Komisi Ombudsman Nasional, dll.
Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia masih sering terjadi. Hal ini
menunjukkan bahwa instrumentasi tentang Hak Asasi Manusia belum mampu
melindung warga Negara. Masalah utama yang dihadapi dalam penegakan Hak
Asasi Manusia yaitu Hak Asasi Manusia merupakan masalah yang sedang hangat
dibicarakan, Hak Asasi Manusia sarat dengan masalah tarik ulur antara paham
universalisme dan partikularisme, serta ada tiga tataran diskusi tentang Hak Asasi
Manusia.
3.2 Saran
Mewujudkan Hak Asasi Manusia dengan baik memang tidak mudah, perlu
ada usaha dari setiap individu. Yang paling utama, tentu saja diperlukan adanya
niat untuk memahami nilai-nilai pancasila yang ditetapkan. Baik dari individu,
keluarga, masyarakat bangsa dan Negara. Mempraktekkan nilai nilai tersebut
secara terus-menerus atau membiasakannya, sehingga tidak ada lagi pelanggaran
kepada Hak Asasi Manusia. Dengan demikian, Hak Asasi Manusia pun dapat
terlaksana dengan baik.
Tidak hanya itu dalam hal kita memerlukan pembelajaran, yaitu belaja
rmemahami betapa pentingnya Hak Asasi Manusia itu. Kita dapat belajar dari
media-media yang telah tersedia, salah satunya melalui media elektronik,
disamping itu, kita juga telah memanfaatkan teknologi dengan baik. Dalam usaha
mempertahankan Hak Asasi Manusia setiap manusia kita kadang mengalami
kegagalan disana sini,tetapi itu tidak mengendurkan niat kita untuk terus berusaha
memperbaikinya dari hari ke hari.
Suatu hari nanti, kita berharap bahwa kita harus mampu mempertahankan
dan memperjuangkan Hak Asasi Manusia kita sendiri. Serta kita juga harus bisa
menghormati dan menjaga Hak Asasi Manusia orang lain, jangan sampai kita
melakukan pelanggaran Hak Asasi Manusia. Dan jangan sampai pula Hak Asasi
Manusia kita dilanggar dan diinjak-injak oleh orang lain.
DAFTAR PUSTAKA