FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
i
KATA PENGANTAR
Terlepas dari pembuatan makalah ini, kami hanyalah manusia biasa yang penuh
dengan kekurangan. Sehingga jika didalam penulisan makalah ilmiah ini terjadi
ketidaksesuaian serta penulisan kata-kata yang belum sempurna, mohon diberikan
kritik dan masukkan guna membangun dan bisa membantu mengembangkan
keterampilan menulis kami.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.
ii
DAFTAR ISI
COVER ......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KONSTITUSI
Dari aspek bahasa, konstitusi berasal dari bahasa Inggris “contitution” yang
berasal dari kata “constitute”, “constitue” atau “to constitue” yang artinya
adalah “membentuk”. Oleh karena itu kata “konstitusi” maknanya selalu
terikat dalam konteks pembentukan suatu organ dan organisasi. Bahkan,
adakalanya konstitusi itu ditempatkan sebagai dokumen pembentukan atau
akta kelahiran suatu organisasi.
Pengertian konstitusi dapat dipahami dalam dua arti, yaitu dalam arti luas
dan arti sempit. Menurut arti luas, konstitusi adalah keseluruhan tatanan
aturan dalam rangka penyelenggaraan Negara baik tertulis maupun tidak
tertulis. Dalam pengertian arti luas ini, setiap Negara pasti mempunyai
konstitusi untuk mengatur jalannya kehidupan Negara. Sedangkan menurut
arti sempit, konstitusi adalah aturan dasar yang tertuang secara tertulis dalam
satu naskah atau dokumen tertentu dan diberikan sifat agung serta luhur
sebagai landasan konstitusional tertinggi dalam mengatur negara.
3
diperlukan pengaturan dan kebutuhan diwujudkan dalam satu dokumen
tertulis juga menjadi semakin penting. Oleh karena itu di era modern
konstitusi diartikan oleh Brian thompson sebagai “a document which
containts the rules for the operation of an organization”.
4
2. Konstitusi bersifat politis yang ditulis dalam sebuah naskah sebagai
undang-undang.
3. Konstitusi bersifat yuris yang merupakan suatu kesatuan kaidah yang
hidup di masyarakat.
B. SEJARAH KONSTITUSI
5
1. Pemerintah
2. Perundang-undangan
3. Kepolisian
4. Pengadilan.
Van Vollenhoven menilai kekuasaan eksekutif itu terlalu luas dan karenanya
perlu dipecah menjadi dua jenis kekuasaan lagi yaitu kekuasaan
pemerintahan dan kekuasaan kepolisian. Wirjono Prodjodikoro dalam
bukunya Azas-azas Hukum Tata Negara di Indonesia mendukung gagasan
Van Vollenhoven ini, bahkan ia mengusulkan untuk menambah dua lagi
jenis kekuasaan negara yaitu kekuasaan Kejaksaan dan Kekuasaan
Pemeriksa Keuangan untuk memeriksa keuangan negara serta menjadi jenis
kekuasaan ke-lima dan ke-enam.
Berdasarkan teori hukum ketatanegaran yang dijelaskan diatas maka dapat
disimpulkan bahwa jenis kekuasaan negara yang diatur dalam suatu
konstitusi itu umumnya terbagi atas enam dan masing-masing kekuasaan itu
diurus oleh suatu badan atau lembaga tersendiri yaitu:
1. Kekuasaan membuat undang-undang (legislatif)
2. Kekuasaan melaksanakan undang-undang (eksekutif)
3. Kekuasan melaksanakan undang-undang (yudikatif)
4. Kekuasaan kepolisian
5. Kekuasaan kejaksaan
6. Kekuasaan memeriksa keuangan negara.
a. Konstitusi Indonesia.
Konstitusi negara Indonesia adalah UUD 1945 yang untuk pertama kali
disahkan oleh Panitia persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada
tanggal 18 Agustus 1945.
1. Konstitusi yang pernah berlaku di indonesia
a. UUD 1945 (17 agustus 1945-27 desember 1949)
b. Konstitusi Republik Indonesia Serikat ( 27 desember 1949 -17
Agustus1950)
c. UUD sementara 1950 (17 agustus 1950- 5 juli 1959)
d. UUD 1945 belaku lagi semenjak dikeluarkan dekrit presiden 1959
sampai sekarang.
6
Dalam keempat periode berlakunya keempat macam Undang-Undang
Dasar itu, UUD 1945 berlaku dalam dua kurun waktu. kurun waktu
pertama berlaku UUD 1945 sebagaimana diundangkan dalam berita
Republik Indonesia Tahun II No. 7. Kurun waktu kedua berlaku sejak
presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 sampai
sekarang. Melalui dekrit itu, telah dinyaakan berlakunya kembali
UUD 1945
7
D. SIFAT KONSTITUSI
a. Sifat Konstitusi
Sifat dari konstitusi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Kaku
Konstitusi yang sifatnya kaku atau rigid, yang hanya dapat diubah
melalui prosedur berbeda dengan membuat undang-undang pada
negara yang bersangkutan.
2. Supel
Konstitusi yang sifatnya flexibel dimana konstitusi dapat diubah
melalui sebuah prosedur yang sama dengan prosedur membuat
undang-undang pada negara yang bersangkutan.
E. KEDUDUKAN KONSTITUSI
1. Hukum Dasar
Hal ini dikarenakan dalam konstitusi terdapat aturan pokok mengenai
penyelenggaran negara sebagai suatu badan dan lembagapemerintahan
yang memberikan kekuasaan serta adanya suatu bentuk dan prosedur
penggunaan kekuasaan tersebut kepada badan-badan pemerintahan.
2. Hukum Tertinggi
Hal ini dikarenakan konstitusi mempunyai kedudukan lebih tinggi
dibandingkan peraturan-peraturan lain yang ada dalam ketatanegaraan.
Maka dari itu, aturan yang tingkatannnya berada di bawah konstitusi
tidak akan dan tidak boleh bertentangan dan tentunya tetap harus
disesuaikan dengan aturan yang ada dalam konstitusi.
F. JENIS-JENIS KONSTITUSI
8
Jenis konstitusi terdiri dari dua macam, diantaranya adalah:
1. Konstitusi Tertulis
Berupa naskah yang menjelaskan kerangka dan tugas pokok dari badan
pemerintahan dimana naskah tersebut tutur menentukan cara kerja dari
suatu badan pemerintahan. Konstitusi ini disebut undang-undang dasar.
G. UNSUR-UNSUR KONSTITUSI
H. NILAI-NILAI KONSTITUSI
1. Nilai Normatif berarti suatu konstitusi resmi diterima oleh bangsa dan
bagi mereka konstitusi itu tidak hanya berlaku dalam artian hukum, tetapi
juga nyata berlaku dalam masyarakat dalam arti berlaku efektif dan
dilaksanakan secara murni dan konsekuen.
2. Nilai Nominal. Nilai nominal berarti suatu konstitusi yang menurut
hukum tetaplah berlaku, tetapi tidak sempurna. Ketidak sempurnaan itu
disebabkan pasal-pasal tertentu tidak berlaku/ tidak seluruh pasal-pasal
yang terdapat dalam UUD itu berlaku bagi seluruh wilayah negara.
3. Nilai Semantik adalah suatu konstitusi yang berlaku hanya untuk
kepentingan penguasa saja. Dalam memobilisasi kekuasaan, penguasa
menggunakan konstitusi sebagai alat melaksanakan politik.
9
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
10