Anda di halaman 1dari 16

ILMU NEGARA

TUJUAN MAKALAH INI AGAR DAPAT MEMAHAMI TENTANG ILMU


NEGARA SECARA SOSIOLOGIS DAN YURIDIS

DIBUAT OLEH :

KELOMPOK 2

1. YUDIA TUNNAJA (1600874201026)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BATANGHARI

T . A 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat
dan karunia Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Ilmu Negara”
ini dengan tepat waktu. Selama proses penulisan makalah ini, tentunya banyak
pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
memberikan bimbingan, bantuan, dan dukungan yang sangat berarti bagi kami.
Oleh karena itu kami berterimakasih pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Kami berharap agar makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan mengenai proses sosial masyarakat terhadap lingkunganya.
Tentunya makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Maka
dari itu, penulis sangat menerima dengan senang hati apabila ada kritik atau saran
demi kesempurnaannya makalah ini.
DAFTAR ISI
Cover....................................................................................................................... 1
Kata pengantar..................................................................................................... 2
Daftar Isi.............................................................................................................. 3
Bab I Pendahuluan :
a. Latar Belakang Masalah........................................................................... 4
b. Rumusan Masalah..................................................................................... 4
c. Tujuan Penulisan.................................................................................... 5
Bab II Pembahasan :
a. ........................................... 6
b. ............................................... 8
c. ................. 8
d. .................................................................................. 10
e. ............................................................... 11
f. ............................................................ 11
Bab III Penutup :
a. Kesimpulan.............................................................................................. 13
Bab IV :
Daftar Pustaka............................................................................................. 15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bentuk negara adalah merupakan batas antara peninjauan secara sosiologis


dan peninjauan secara yuridis mengenai negara. Peninjauan secara sosiologis jika
negara dilihat secara keseluruhan (ganzhit) tanpa melihat isinya, sedangkan secara
yuridis jika negara\peninjauan hanya dilihat dari isinya atau strukturnya.

Ilmu Negara sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial umumnya
harus bekerja sama dengan cabang-cabang ilmu pengetahuan sosial lainnya karena
dapat memberi dan menerima pengaruhnya dan bantuan jasanya satu sama lain
yang saling memerlukan sehingga dapat saling mengisi dan lengkap melengkapi,
sehingga terwujud hubungan komplementer. Karenanya akan lebih bermanfaat
bila memahami objek yang diselidikinya.

Terdapat hubungan secara interdependen di antara cabang-cabang ilmu


pengetahuan sosial itu dengan yang lainnya, dikarenakan mempergunakan metode
dan teknik yang sama. Metode dan teknik ilmu pengetahuan sosial pada umumnya
dipergunakan pula oleh hampir semua cabang-cabang ilmu pengetahuan sosial
pada khususnya, seperti ilmu negara, ilmu hukum, ilmu politik dan lain
sebagainya.

Dalam hubungan secara khusus antara ilmu negara dengan cabang-cabang


ilmu pengetahuan sosial tertentu, dimaksudkan adanya hubungan yang pada
pokoknya dititik beratkan dan digolongkan kepada objek penyelidikan yang sama
yaitu; negara. Hal ini terutama nampak dengan jelas hubungan khusus antara ilmu
negaradengan ilmu politik, ilmu hukum tata negara dalam arti luas dan ilmu
perbandingan hukum tata negara.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana teori Ilmu Negara secara Sosiologis


a) Bagaimana sifat hakikat Negara ?
b) Bagaimana pembenaran Negara ?
c) Bagaimana terjadinya Negara ?
d) Bagaimana tipe-tipe Negara Utama ?
e) Bagaimana Tujuan Negara ?
2. Bagaimana teori Ilmu Negara secara Yuridis
a) Bagaimana bentuk Negara ?
b) Bagaimana susunan Negara ?
c) Apa saja unsur-unsur Negara ?
d) Dimanakah letak kedaulatan Negara ?
e) Bagaimana keberadaan Konstitusi Negara ?
f) Apa saja alat-alat perlengkapan Negara ?
g) Bagaimana sistem dan lembaga perwakilan Negara ?
h) Bagaimana fungsi Negara itu diatur ?
i) Apa Sendi-sendi Pemerintah yang dipakai untuk menjalankan
organisasi Negara tersebut ?

C. Tujuan Penulisan

1. untuk memperoleh pengetahuan tentang segala hal dan semua seluk-beluk


keberadaan hukum dan segala yang melingkupinya yang begitu luas.
2. Untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang dasar-dasar
kenegaraan dari sisi hukum.
3. sebagai bahan kajian kenegaraan ketika memasuki kehidupan
bermasyrakat, bernegara dan berbangsa dalam kehidupan disuatu Negara.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ilmu Negara secara Sosiologis menurut pokok bahasan

A.1 Sifat Hakikat Negara

teori sifat hakekat negara berfungsi untuk mengetahui dan memahami apa
sebenarnya suatu negara itu. Dari sisi sosiologis, maksud suatu negara
adalah memahaminya sebagai anggota masyarakat atau zoon politicon.
Negara sebagai wadah bangsa menggambarkan cita-cita kehidupan
bangsanya.

Berikut ini adalah pandangan dan karya-karya pemikiran dari beberapa pakar
mengenai hakekat negara:

1. Socrates
Menurut socrates, semua masyarakat pada dasarnya menginginkan
kehidupan yang tentram, aman, dan lepas dari gangguan yang
memusnahkan harkat manusia. Pada saat itu, orang-orang ini akan
berkumpul dan membangun benteng sehingga menjadi satu kelompok
yang dinamakan sebagai Polis oleh Socrates. Dalam pandangannya,
Socrates mengidentikkan polis dengan masyarakat dan masyarakat
indentik dengan negara.

1. Plato
Plato merupakan murid dari Socrates sehingga memiliki pandangan yang
hampir serupa. Paham Plato mengenai negara adalah keinginan kerja sama
antar manusia untuk memenuhi keinginan mereka. Kesatuan mereka
inilah yang kemudian disebut masyarakat dan masyarakat merupakan
negara. Menurut Plato, antara masyarakat dan negara memiliki beberapa
kesamaan sifat, seperti sifat pemikir manusia identik dengan golongan
penguasa, sifat keberanian manusia identik dengan golongan tentara
sedangkan sifat membutuhkan aneka kebutuhan identik dengan golongan
pekerja dalam negara.

2. Aristoteles
Menurut Aristitoles, yang juga merupakan murid dari Plato, negara adalah
gabungan keluarga sehingga membentuk sebuah kelompok besar.
Kebahagiaan dalam negara akan tercapai bila terciptanya kebahagiaan
individu. Sebaliknya, bila manusia ingin bahagia, ia harus bernegara,
karena manusia saling membutuhkan satu sama lain untuk kepentingan
hidupnya. Berbeda dengan Plato yang merupakan peletak dasar ajaran
idealisme, Aristoteles merupakan pengembang ajaran realisme.

4. F. Oppenheimer
Dalam bukunya yang berjudul Die Sache, Oppenheimer menyatakan
bahwa negara adalah alat dari golongan yang kuat untuk melaksanakan
suatu tertib masyarakat, golongan yang kuat tadi dilaksanakan pada
golongan yang lemah. Maksudnya untuk menyusun dan membela
kakuasaan dari penguasa.

5. Leon Duguit
Dalam bukunya berjudul Traite de Droit Constitutionel, Duguit
menyatakan bahwa negara adalah kekuasaan arang-orang kuat memerintah
orang-orang lemah, bahkan dalam negara moderen, kekuasaan orang-
orang yang kuat diperoleh dari faktor-faktor politik.

6. R. Kranenburg
a, negara itu pada hakekatnya adalah suatui organisasi kekuasaan, yang
diciptakan oleh sekelompok manusia yang disebut bangsa. Jadi menurut
Kranenburg, terlebih dahulu harus ada sekelompok manusia yang memiliki
kesadaran untuk medirikan suatu organsasi dengan tujuan untuk
memelihara kepentingan dari kelompok tersebut.
Kranenburg Juga beranggapan bahwa pengelompokkan manusia
didasarkan atas 4 macam ukuran, yaitu:
a. Pengelompokkan berada pada suatu tempat tertentu dan teratur,
b. Pengelompokkan berada pada suatu tempat tertentu dan tidak
teratur,
c. Pengelompokkan tidak berada pada suatu tempat tertentu tetepi
gteratur,dan
d. Pengelompokkan tidak pada suatu tempat tertentu dan tidak
teratur.

7. Logemann
Dalam pandangannya, Logemann mengatakan bahwa negara itu pada
hakekatnya adalah suatu organisasi kekuasaan yang meliputi atau
menyatukan kelompok manusia yang disebut bangsa. Jadi, pertama-tama
negara iu adalah suatu organisasi kekuasaan, maka organisasi ini memiliki
suatu kewibawaan, dalam makna bisa memaksakan kehendaknya pada
semua orang yang diliputi oleh organisasi itu.

A.2 Pembenaran Negara secara Sosiologis


Sebagaimana kita pahami bahwa suatu pemerintahan negara tidak
akan mungkin untuk berjalan efektif tanpa adanya legitimasi yang penuh.
Pemerintahan negara dan alat perlengkapannya sebagai instrumen
penataan masyarakat yang memegang kekuasaan politik utama harus
memiliki pembenaran atau pendasaran yang sah(legitimasi) atas kekuasaan
yang dijalankannya agar ia dapat efektif.
Dalam ilmu negara umum disebutkan bahwa keberadaan negara
(existence) dapat dibenarkan berdasarkan sumber-sumber kekuasaan
antara lain:
a. Kewenangan langsung maupun yang tidak langsung dari Tuhan
Semesta Alam, yang diterapkan dalam bentuk konstitutif dan
kepercayaan yang diformalkan dalam ketentuan negara (Teori
Teokrasi);
b. Kekuatan jasmani maupun rohani, serta materi (finansial) yang
diefektifkan sebagai alat berkuasa, dalam bentuknya yang modern
seperti kekuatan militer yang represif, kharisma para rohaniawan
yang berpolitik, atau dalam bentuk money politics (Teori
Kekuatan);
c. Ada perjanjian, baik yang dipersepsi sebagai perjanjian perdata
maupun publik, serta adanya pandangan dari perspektif hukum
keluarga dan hukum benda ( Teori Yuridis).

Secara rasional, pemerintah mana pun di dunia tidak mungkin lagi


menyadarkan klaim wewenang dan kekuasaannya atas dasar kekuatan fisik
angkatan perang (militer) yang represif atau mitos-mitos feodlistik
maupun teokratik. Klaim-klaim yang bersifat tidak rasional dan
dipaksakan semakin lama akan semakin ditinggalkan sejalan dengan
kemajuan gerakan-gerakan pemikiran kritis filsafat dan politik serta
perkembangan teknologi yang menafikan irasionalitas. Dapat disimpulkan
bahwa tanpa legitimasi yang rasional dan objektif, suatu negara tidak akan
mungkin berjalan efektif.

Pembenaran negara merupakan sesuatu yang amat diperlukan bagi


negara jika mau pemerintahannya berjalan dengan efektif, karena dengan
adanya pembenaran negara maka Pemerintah Negara yang bertindak
sebagai lembaga penataan masyarakat yang memegang kekuasaan politik
akan memiliki legitimasi yang sah atas kekuasaannya.

A.3 Terjadinya suatu Negara


Dalam pembentukan Negara ada beberapa syarat minimal yang harus di
penuhi suatu negara tersebut yang harus di penuhi agar dapat di sebut sebagai
negara, syarat tersebut berlaku secara umum dan meupakan unsur terpenting.
syarat-syarat tersebut dapat di golongkan menjadi dua Bagian Yakni :
Unsur terbentuknya negara secara Unsur Konstitutif
Syarat ini merupakan unsur yang mutlak harus di penuhi pada saat negara itu
didirikan. Unsur konstitutif meilputi rakyat, wilayah, dan pemerintahan berdaulat
Oleh karenanya hal ini sangatlah penting jika ingin membangun sebuah Negara
yang di akui seluruh Negara di dunia ini.

Unsur terbentuknya negara secara Unsur Deklaratif


Syarat ini merupakan unsur yang tidak mutlak ada pada saat negara
berdiri, tetapi unsur ini boleh dipenuhi atau menyusul dipenuhi setelah negara
berdiri. Unsur-unsur Deklaratif adalah pengakuan dari negara lain. jadi sekarang
teman-teman sudah mulai faham bukan, mari kita teruskan pembahasan kita.
Bila kita melihat Konvensi Montevideo (Uruguay) tahun 1933, dalam konvensi
hukum internasional dimana negara harus mempunyai empat unsur konstitutif
antara lain seperti di bawah ini :
 Harus ada penghuni (rakyat, penduduk negara) atau bangsa (staatsvolk)
 Harus ada wilayah atau lingkungan kekuasaan
 Harus ada kekuasaan tertinggi (penguasa yang berdaulat) atau
pemerintahan yang berdaulat
 Kesanggupan berhubungan dengan negara-negara lain.

Jika kita melihat unsur konstitutif, negara dipandang sebagai satu kesatuan
politis yang konkret, negara in concreto, sebagaimana terjelmanya negara dalam
sejarah bentuk pengelompokan sosial, sebagai asosiasi manusia. Jadi, bukan
negara sebagai ide yang terlepas dari kenyataan sosialnya, Negara dipandang
sebagai gabungan antara penduduk, wilayah, dan pemerintah.
Unsur-Unsur Terbentuk Negara Secara Umum
1. Rakyat
Pengertian Rakyat Secara sosiologis, Pengertian Rakyat adalah
sekumpulan manusia yang dipersatukan oleh rasa persamaan, dan yang bersama-
sama mendiami suatu wilayah tertentu. Secara umum, rakyat merupakan warga
negara dalam suatu negara yang memiliki ikatan hukum dengan peemerintah.
sementara itu jika Secara sosiologis, Pengertian penduduk adalah semua orang
yang pada suatu waktu mendiami wilayah negara.
Rakyat di dalam suatu Negara merupakan semua orang yang secara nyata
berada di dalam wilayah negara yang tunduk dan patuh kepada peraturan yang ada
di dalam negara tersebut, Berdasakan bentuknya Rakyat suatu negara dapat kita
kelompokkan menjadi Beberapa, di antaranya sebagai berikut ini :

a. Penduduk
Penduduk merupakan orang-orang yang berdomisili yang secara tetap
tinggal di dalam daerah suatu negara untuk jangka waktu yang lama dan banyak
yang hingga akhir hayatnya. Jika kita ambil contoh di Indonesia, Penduduk yang
memiliki status kewarganegaraan di sebut dengan WNI(warga negara indonesia)
yang merupakan orang indonesia asli, atau warga negara (WNA),seperti orang
asing yang Menetap di indonesia karena bekerja dan kesengsem dengan indonesia
lalu mereka memutuskan untuk tetap tinggal di Indonesia hingga akhir hayatnya.

b. Bukan Penduduk
Bukan penduduk merupakan orang-orang yang berada di dalam suatu
negara tidak secara menetap melainkan hanya tinggal di dalam negara tersebut
Untuk sementara waktu, satatus keawrga negaranya adalah Warga negara asing,
Kita ambil contoh mudahnya adalah Turis asiing yang berlibur ke Negara
Indonesia.

2. Wilayah
Wilayah nerupakan unsur yang mutlak di dalam suatu Negara, jika warga
negara meupakan Personal di dalam suatu Negara, akan tetapi wilayah adalah
landasan material atau landasan Fisik negara tersebut. Suatu bangsa Nomaden
yang selalu berpindah-pindah tidak mungkin memiliki Negara, walaupun mereka
memiliki Rakyat dan Penguasa tersendiri, luas wilayah negara di tentukan oleh
perbatasanya. Di dalam batas- batas itu negara menjalankan yurisdiksi teritorial
atas orang dan benda yang berada dalam wilayah itu, kecuali ada beberapa
golongan orang dan benda yang dibebaskan dari yurisdiksi itu. Dapat kita ambil
contoh perwakilan diplomatik negara asing dengan harta benda mereka. Wilayah
negara secara umum dapat kita dibedakan atas wilayah daratan, wilayah lautan,
wilayah udara, dan wilayah ekstrateritorial. yang kesemuanya akan kita bahas
secara Mendetail di bawah ini :

a. Wilayah Daratan
Wilayah daratan tidak sepenuhnya dapat di miliki sendiri oleh suatu
negara, yang berarti suatu negara harus berbagi wilayah dengan negara tetangga,
hal ini terjadi jika negara tersebut ada di wilayah datan yang sama, seperti Benua
dan pulau yang sama. Untu perbatasan Negara biasanya di sepakati melalui
perjanjian antar negara yang di sebut dengan Perjanjian Internasional. perjanjian
ini berbentuk bilateral yang apa bila hanya menyangkut kepentingan dua negara
tersebut, dan dapat pula berbentuk multilateral jika peratasan dengan negara
tersebut meliatkan lebih dari dua negara Batas-batas daratan biasanya ditentukan
dalam perjajian perbatasan dengan negara-negara tetangga. Sebagai batas
biasanya ditentukan ciri-ciri alamiah seperti gunung dan sungai. Kadang-kadang
batas “buatan” harus dibangun, misalnya dalam bentuk tembok pembatas. Batas
wilayah suatu negara dengan negara lain di darat dapat berwujud sebagai berikut
ini :
Batas alamiah, yaitu batas suatu negara dengan negara lain yang terjadi
secara alamiah, seperti dalam bentuk sungai, pegunungan dan hutan
Batas buatan, batas suatu negara dengan bentuk negara lain yang sengaja dibuat
oleh manusia dalam bentuk pagar tembok, pos penjagaan, dan kawat berduri
Batas secara geografis, yaitu batas wilayah suatu negara dengan negara lain yang
dapat ditentukan berdasarkan letak geografis yang melalui garis lintang dan garis
bujur. Misalnya, letak negara Indonesia secara geografis berada pada 6°LU –
11°LS, 95°BT- 141°BT.

b. Wilayah Lautan
Jika kita perhatikan lagi di semua negara, tidaklah semua negara di dunia
ini mendapatkan anugrah Lautan, terutama negara yang ada di tengah-tengah
benua, negara yang seperti itu di kenal dengan nama land-locked atau Negara
yang tidak memiliki laut. Negara yang memiliki wilayah laut patut bersyukur
karen wilaya ini dapat dijadikan modal bagi kesejahteraan rakyat dan negara.
Sebagaimana wilayah daratan, wilayah laut pun memiliki batas-batas.

Konferensi ini menetapkan bahwa wilayah laut terdiri atas hal-hal sebagai
berikut..

1. Laut teritorial, yaitu wilayah yang menjadi hak kedaulatan penuh suatu
negara di laut. Lebaranya adalah 12 mil laut diukur dari pulau terluar kepulauan
suatu negara pada saat air surut.
2. Zona bersebelahan, yaitu wilayah yang laut yang lebarnya 12 mil dari laut
teritorial suatu negara. Jadi, kalau negara sudah memiliki wilayah teritorial sejauh
12 mil, maka wilayahnya menjadi 24 mil laut diukur dari pantai

3. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), yaitu wilayah laut suatu negara yang
lebarnya 200 mil ke laut bebas. Di zona ini, negara pantai berhak menggali dan
mengolah segala kekayaan alam untuk kegiatan ekonomi eksklusif negara
tersebut. Di dalam zona tersebut, negara pantai berhak menangkap nelayan asing
yang ditemukan sedang menangkap ikan.

4. Landas kontinen, yaitu daratan di bawah permukaan laut di luar laut


teritorial dengan kedalaman 200 m atau lebih.
5. Landas benua, yaitu wilayah laut suatu negara yang lebarnya lebih dari
200 mil laut. Di tempat ini, negara boleh mengelola kekayaan dengan kewajiban
membagi keuntungan dengan masyarakat Indonesia.

c. Wilayah Udara
Wilayah udara suatu negara dapat diklaim berdasarkan perjanjian
internasional. Perjanjian internasional yang pernah disepakati mengenai wilayah
udara suatu negara adalah konvensi Paris 1919 dan Konvensi Chicago 1944. Di
Indonesia, ketentuan wilayah udara suatu negara diatur dalam UU No. 20 tahun
1982. Berdasarkan UU tersebut dinyatakan bahwa batas wilayah kedaulatan
dirgantara yang termasuk orbit geostasioner adalah setinggi 35. 761 km. Dalam
Konvensi Paris (1949) dinyatakan dalam bahwa negara-negara merdeka dan
berdaulat berhak mengadakan eksplorasi dan eksploitasi di wilayah udaranya,
seperti untuk kepentingan radio, penerbangan dan satelit.

d. Wilayah Ekstrateritorial
Merupakan suatu negara yang berada di luar wilayah negara itu sendiri,
dengan kata lain dapat kita artikan Negara tersebut berada di wilayah negara lain
atau di luat wilayah teritorial suatu negara Contoh untuk ini adalah kantor
kedutaan besar suatu negara di negara lain atau kapal asing yang berlayar di laut
bebas dengan berbendera suatu negara. Seorang dua besar memiliki hak
ekstrateritorial, selain itu kekebalan diplomatik (hak imunitas yang bersifat
pribadi), yaitu hak kedaulatan atas bangunan, gedung dan halaman keduataan
besar sampai sebatas pagar. Tak seorang pun boleh memasuki halaman kedutaan
besar tanpa izin dari negara atau kedutaan besar yang bersangkutan.

3. Pemerintahan yang Berdaulat


Jika unsur wilayah yang sangat penting iu sudah terpenuhi maka
selanjutnya adalah pemerintah yang berdaulat, yang mana Adanya suatu
pemerintahan yang berkuasa atas seluruh wilayahnya dan segenap rakyatnya
merupakan syarat mutlak keberadaan negara. edaulatan adalah kekuasaan
terntinggi dalam suatu negara yang berlaku terhadap seluruh wilayah dan segenap
rakyat negara itu.
Adapun kedaulatan yang dimiliki pemerintah dapat berupa point, yang mana
dapat kita lihat sebagai berikut :

 Kedaulatan ke dalam, artinya pemerintah memiliki kewenangan tertinggi


dalam mengatur dan menjalankan organsiasi negara sesuai dengna
peraturan perundangan yang berlaku
 Kedaulatan ke luar, artinya pemerintah berkuasa bebas, tidak terikat dan
tidak tunduk kepada kekuatan lain.
 Pemerintah harus pula menghoramti kekuasaan negara yang bersangkutan
dengan tidak mencampuri urusan dalam negerinya.

4. Pengakuan dari Negara Lain


Unsur ini bisa menyusul ketika suatu pemerintahan membentuk Negara,
Pengakuan dari negara lain merupakan unsur yang menerangkan bahwa suatu
negara telah berdiri sehingga negara tersebut dikenal oleh negara-negara lain.
Pengakuan dari negara lain terdiri atas dua macam antaralain sebagai berikut ini :

a. Pengakuan de facto
Merupakan pengakuan yang berdasarkan kenyataan yang berupa data atau
fakta yang sungguh-sungguh nyata tentang berdirinya suatu negara tersebut
Pengakuan de facto yang bersifat tetap, adalah pengakuan dari negara lain
terhadap suatu negara yang bisa menimbulkan hubungan di bidang perdagangan
dan ekonomi.
Pengakuan de facto yang bersifat sementara, adalah pengakuan yang diberikan
oleh negara lain tanpa melihat perkembangan negara tersebut. Apabila negara
tersebut hancur, maka negara lain akan menarik pengakuannya.

b. Pengakuan de jure
Pengakuan de jure Merupakan pengakuan yang berdasarkan pada
pernyataan resmi menurut hukum internasional;

 Pengakuan de jure bersifat tetap , adalah pengakuan dari negara lain yang
berlaku untuk selamanya karena kenyataan yang menunjukkan adanya
pemerintahan yang stabil.
 Pengakuan de jure bersifat penuh, adalah terjadinya hubungan antarnegara
yang mengakui dan diakui dalam hubungan dagang, ekonomi dan
diplomatik. Negara yang mengakui berhak menempati konsulat atau
membuka kedutaan di negara yang diakui.

Anda mungkin juga menyukai