Anda di halaman 1dari 13

 

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami  Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah. Makalah ini membahas tentang hakikat negara, unsur-
unsur negara dan teori asal mula negara. 

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Seftia Azrianti, S.H., M.H. selaku dosen
pengampu kami. Kami sadar dalam penyusunan Makalah ini banyak kesalahan serta kekhilafan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun
materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah
selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

                                                                                                

Batam, Oktober 2016


     
                                                                                                                                 
Penyusun
 

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................
1.1  Latar Belakang..........................................................................................................................
1.2  Rumusan Masalah.....................................................................................................................
1.3  Tujuan Penulis...........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................
2.1 Hakikat Negara.........................................................................................................................
       2.1.1 Hakikat negara secara sosiologis.....................................................................................
       2.1.2 Hakikat Negara secara Yuridis.......................................................................................

2.2 Unsur- unsur negara..................................................................................................................


       2.2.1 Wilayah...........................................................................................................................
       2.2.2  Rakyat............................................................................................................................
       2.2.3  Pemerintahan yang berdaulat.........................................................................................
       2.2.4  Pengakuan negara lain...................................................................................................
2.3. Teori asal mula negara..............................................................................................................
         2.3.1 Teori perjanjian masyarakat..........................................................................................
         2.3.2 Teori pengalihan hak.....................................................................................................
         2.3.3 Teori penaklukan...........................................................................................................
         2.3.4  Teori organis................................................................................................................
         2.3.5  Teori Ketuhanan..........................................................................................................
         2.3.6 Teori garis kekeluargaan...............................................................................................
         2.3.7 Teori metafisis...............................................................................................................
         2.3.8 Teori Alamiah...............................................................................................................

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................


        3.1 Kesimpulan
        3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................... 

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


      
         Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia. Manusia
memiliki ciri khas yang secara prinsipil berbeda dari hewan. Ciri khas manusia yang
membedakannya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu dari apa yang disebut hakikat
manusia. Disebut sifat hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh
manusia dan tidak terdapat pada hewan. Oleh karena itu strategis jika pembahasan tentang
hakikat manusia ditempatkan pada seluruh pengkajian tentang pendidikan, dengan harapan
menjadi titik tolak bagi  paparan selanjutnya. Untuk mencapai pengetahuan hakikat manusia
tersebut akan dikemukan materi yang meliputi : arti hakikat manusia, beberapa tinjauan terhadap
manusia, Unsur-unsur negara dan teori asal mula negara.

1.2 RUMUSAN MASALAH

        1. Apa pengertian hakikat negara?


        2. Apa unsur- unsur negara ?
        3. Bagaimana teori asal mula negara?

1.3  TUJUAN

       1. Untuk mengkaji beberapa pengertian tentang hakikat negara.


       2. Untuk  saja unsur negara .
       3. Agar mengerti bagaimana teori asal mula negara.
       4.Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah.

        
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Negara

- Keberadaan suatu negara menjadi penting manakala rakyat membutuhkan wadah yang dapat
menjamin kelangsungan hidup mereka. Berikut ini adalah pendapat beberapa tokoh tentang
hakikat negara.. 

Plato
Menurut plato Hakikat negara adalah suatu tubuh yang senantiasa maju, berevolusi, dan terdiri
dari orang-orang (individu-individu)

Hugo de Groot (Grotius)


Menurut Hugo de Groot (Grotius) Hakikat negara adalah ibarat suatu perkakas yang dibuat
manusia untuk melahirkan keberuntungan dan kesejahteraan umum. 

Thomas Hobbes
Menurut Thomas Hobbes Hakikat negara adalah suatu tubuh yang dibuat oleh orang
banyak, yang masing-masing berjanji akan memakainya menjadi alat untuk keamanan dan
perlindungan mereka

J.J. Rousseau
 Menurut J.J. Rousseau Hakikat negara adalah perserikatan rakyat dalam melindungi
dan mempertahankan hak masing-masing diri dan harta benda anggota-anggota yang tetap hidup
dengan bebas merdeka. 

Karl Marx  
Menurut Karl Marx Hakikat negara adalah suatu alat kekuasaan bagi manusia (penguasa)
untuk menindas kelas manusia yang lain.

J.H.A. Logemann
 Menurut J.H.A. Logemann, Hakikat negara adalah suatu organisasi kemasyarakatan yang
mempunyai tujuan melalui kekuasaannya dalam mengatur serta menyelenggarakan sesuatu yang
berkaitan dengan jabatan, fungsi lembaga kenegaraan, atau lapanga kerja yang terdapat dalam
masyarakat. 

Roger F. Soltau
 Menurut Roger F. Soltau, Hakikat negara adalah suatu alat (agency) atau kewenangan
(authority) yang mengatur atau mengendalikan dalam berbagai persoalan-persoalan bersama atas
nama masyarakat

Hans Kelsen
Menurut Hans Kelsen, Hakikat negara adalah suatu pergaulan hidup bersama dengan tata paksa

R. Kranenburg
Menurut R.Kranenburg, Hakikat negara adalah suatu organisasi yang kekuasaan diciptakan oleh
sekelompok manusia yang disebut dengan bangsa

Ibnu Khaldun
Menurut Ibnu Khaldun, Hakikat negara adalah suatu tubuh yang persis sama seperti tubuh
manusia. Tubuh manusia mengalami masa lahir dan tumbuh (groei). Ada masa muda dan dewasa
(bloei). Ada masa tua dan mati (vergaan). 

Secara Umum Hakikat Negara - Sejak kata "negara" diterima sebagai pengertian yang
menunjukkan organisasi bangsa yang bersifat teritorial (kewilayahan) dan mempunyai kekuasaan
tertinggi, yang perlu ada untuk menyelenggarakan kepentingan bersama dan mencapai tujuan
bersama, sejak itu pula kata "negara" ditafsirkan dalam berbagai antara lain sebagai berikut :

 "Negara" dipakai dalam arti pengusa, yaitu orang yang melakukan kekuasaan tertinggi
atas persekutuan rakyat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu

 "Negara" dipakai dalam arti persekutuan rakyat, yaitu suatu bangsa yang hidup di suatu
daerah, dengan dibawah kekuasaan tertinggi menurut kaidah-kaidah hukum yang sama. 

Dari penafsiran diatas dapat diketahui bahwa pengertian negara dibedakan menjadi dua yaitu
dalam arti formal dan material.

 Dalam arti formal, pengertian negara adalah suatu organisasi kekuasaan dengan suatu
pemerintahan pusat. Negara dalam pengertian diartikan seagai pemerintah (staat-
overheid). Karakteristik negara formal adalah kewenangan pemerintah untuk
menjalankan paksaan fisik secara legal. 

 Dalam arti material, pengertian negara adalah suatu masyarakat (staat-gemenschaap)


atau negara sebagai persekutuan hidup.

2.1.1  Hakikat Negara secara Sosiologis :

a. Ikatan suatu bangsa.


b. Sebagai suatu organisasi kewibawaan.
c. Organisasi sebagai jabatan (ambten organisatie).
d. Organisasi kekuasaan.

a) Ikatan suatu bangsa 


Suatu komunitas sosiologis yang hidup bersama dalam suatu wilayah, senasib dan
sepenanggungan dalam menjalankan hidupnya.

b).Organisasi kewibawaan 
Negara sebagai organisasi yang memiliki wibawa untuk memutuskan hal-hal yang penting bagi
kehidupan bersama. Kewibawaan ini ditunjukkan dengan adanya kepatuhan komunitas untuk
melaksanakan putusan bersama tersebut.
c) Organisasi Jabatan
Negara terbagi dalam jabatan-jabatan yang menjalankan fungsi tertentu. Organisasi ini muncul
karena organisasi kewibawaan mengasumsikan adanya jabatan-jabatan untuk menjalankan
fungsi-fungsi negara itu secara bersama-sama.

d) Organisasi kekuasaan 
 Negara merupakan alat untuk menjalankan kekuasaan dalam arti luas. Kekuasaan ini dapat
memaksakan kehendak (dwang organisatie) orang yang berkuasa. Oleh sebab itu banyak orang
ingin menjadi pejabat negara untuk memperoleh kekuasaan guna memuaskan vested interesnya.

2.1.2 Hakikat Negara secara Yuridis :

  Pemilik atau penguasa atas tanah (teori patrimonial-feodal).


   Pihak yang menguasai atau memerintah (hasil perjanjian timbal balik antara dua pihak –
dualistis).
  Sebagai pelindung dari hak-hak asasi manusia, negara sebagai pelaksana dari kehendak umum
(volente generale).
  4. Penjelmaan tata hukum nasional (personificatie van het rechtorde) karena eksistensi negara
tampak dari adanya bangunan sistem hukum yang berlaku dalam mengatur kehidupan komunitas
bangsa tersebut.

2.2. UNSUR- UNSUR NEGARA

Yang dimaksud dengan unsur- unsur negara adalah bagaian- bagian yang menjadikan negara itu
ada, unsur- unsur negara adalah :

1.      Wilayah tertentu


2.      Rakyat.
3.      Pemerintahan yang berdaulat.
4.      Pengakuan dari negara lain.

2.2.1 Wilayah 

Wilayah merupakan unsur mutlak suatu negara. Jika warga negara merupakan dasar personal
suatu negara, maka "wilayah" merupakan landasan material atau landasan fisik negara. Suatu
bangsa nomaden (selalu berpindah-pindah) tidak mungkin mempunyai negara, walaupun mereka
memiliki warga dan penguasa sendiri. Luas wilayah negara yang ditentukan oleh perbatasannya. Di
dalam batas- batas itu negara menjalankan yurisdiksi teritorial atas orang dan benda yang berada
dalam wilayah itu, kecuali ada beberapa golongan orang dan benda yang dibebaskan dari yurisdiksi
itu. Contohnya adalah perwakilan diplomatik negara asing dengan harta benda mereka. Wilayah
negara secara umum dapat dibedakan atas wilayah daratan, wilayah lautan, wilayah udara, dan
wilayah ekstrateritorial.

a. Wilayah Daratan 
Wilayah daratan tidak sepenuhnya dapat dimiliki sendiri oleh suatu negara. Ini berarti bahwa suatu
negara harus berbagi suatu wilayah daratan dengan negara lain. Hal itu jika negara-negara tersebut
berada dalam suatu wilayah darat yang sama, seperti benua atau pulau yang sama. Perbatasan
wilayah suatu negara umumnya disepakati melalui suatu perjanjian antarnegara (perjanjian
internasional). Perjanjian tersebut dapat berbentuk bilateral apabila hanya menyangkut kepentingan
dua negara, dan dapat pula berbentuk multilateral jika perbatasan dengan negara lain itu melibatkan
lebih dua negara. Batas-batas daratan biasanya ditentukan dalam perjajian perbatasan dengan
negara-negara tetangga. Sebagai batas biasanya ditentukan ciri-ciri alamiah seperti gunung dan
sungai. Kadang-kadang batas "buatan" harus dibangun, misalnya dalam bentuk tembok pembatas.
Batas wilayah suatu negara dengan negara lain di darat dapat berwujud :

 Batas alamiah, yaitu batas suatu negara dengan negara lain yang terjadi secara alamiah,
seperti dalam bentuk sungai, pegunungan dan hutan
 Batas buatan, batas suatu negara dengan bentuk negara lain yang sengaja dibuat oleh
manusia dalam bentuk pagar tembok, pos penjagaan, dan kawat berduri 
 Batas secara geografis, yaitu batas wilayah suatu negara dengan negara lain yang dapat
ditentukan berdasarkan letak geografis yang melalui garis lintang dan garis bujur. Misalnya,
letak negara Indonesia secara geografis berada pada 6°LU - 11°LS, 95°BT- 141°BT. 

b. Wilayah Lautan 
Tidak semua negara diberi anugerah memiliki laut, apalagi kalau negara tersebut berada di tengah-
tengah benua. Negara yang demikian disebut dengan negara land-locked (negara yang tidak memili
laut). Negara yang memiliki wilayah laut patut bersyukur karen wilaya ini dapat dijadikan modal bagi
kesejahteraan rakyat dan negara. Sebagaimana wilayah daratan, wilayah laut pun memiliki batas-
batas. Pada mulanya ada dua konsep dasar mengenai wilayah lautan, yaitu sebagai berikut..

 Res nullius, yaitu konsepsi yang menyatakan bahwa laut dapat diambil dan dimiliki oleh
setiap negara. Konsep ini dikembangkan oleh John Sheldon (1584-1654) dari Inggris dalam
bukunya Mare Clausum- The Right and Dominion of the Sea. 
 Res communis, yaitu konsepsi yang beranggapan bahwa laut adalah milik masyarakat
dunia, sehingga tidak dapat diambil atau dimiliki oleh setiap negara. Konsep ini
dikembangkan oleh Hugo de Groot dari Belanda (1608) dalam bukunya Mare Liberum (laut
bebas). 

Saat ini, wilayah laut yang masuk ke dalam wilayah negara tertentu disebut perairan wilayah atau
laut teritorial. Di luar wilayah laut merupakan lautan bebas atau perairan internasional (mare
liberum). Mengenai wilayah laut Indonesia, pada mulanya PBB menetapkannya sejauh 3 mil (1 mil =
1852 meter) dari pantai pada waktu surut. Pada tanggal 10 desember 1982, PBB (UNCLOS)
menyelenggarakan Konferensi Hukum Laut Internasional III di Jamaika. Hasil konferensi ini
ditandatangani oleh 119 peserta. Sejumlah 117 peserta mewakili negara dan dua peserta mewakili
organisasi internasional. Konferensi ini menetapkan bahwa wilayah laut terdiri atas hal-hal sebagai
berikut..

 Laut teritorial, yaitu wilayah yang menjadi hak kedaulatan penuh suatu negara di laut.
Lebaranya adalah 12 mil laut diukur dari pulau terluar kepulauan suatu negara pada saat air
surut. 
 Zona bersebelahan, yaitu wilayah yang laut yang lebarnya 12 mil dari laut teritorial suatu
negara. Jadi, kalau negara sudah memiliki wilayah teritorial sejauh  12 mil, maka wilayahnya
menjadi 24 mil laut diukur dari pantai
 Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), yaitu wilayah laut suatu negara yang lebarnya 200 mil ke
laut bebas. Di zona ini, negara pantai berhak menggali dan mengolah segala kekayaan alam
untuk kegiatan ekonomi eksklusif negara tersebut. Di dalam zona tersebut, negara pantai
berhak menangkap nelayan asing yang ditemukan sedang menangkap ikan.   
 Landas kontinen, yaitu daratan di bawah permukaan laut di luar laut teritorial dengan
kedalaman 200 m atau lebih. 
 Landas benua, yaitu wilayah laut suatu negara yang lebarnya lebih dari 200 mil laut. Di
tempat ini, negara boleh mengelola kekayaan dengan kewajiban membagi keuntungan
dengan masyarakat Indonesia.  

c. Wilayah Udara 
Wilayah udara suatu negara dapat diklaim berdasarkan perjanjian internasional. Perjanjian
internasional yang pernah disepakati mengenai wilayah udara suatu negara adalah konvensi Paris
1919 dan Konvensi Chicago 1944. Di Indonesia, ketentuan wilayah udara suatu negara diatur dalam
UU No. 20 tahun 1982. Berdasarkan UU tersebut dinyatakan bahwa batas wilayah kedaulatan
dirgantara yang termasuk orbit geostasioner adalah setinggi 35. 761 km. Dalam Konvensi Paris
(1949) dinyatakan dalam bahwa negara-negara merdeka dan berdaulat berhak mengadakan
eksplorasi dan eksploitasi di wilayah udaranya, seperti untuk kepentingan radio, penerbangan dan
satelit.
Teori Konsep Wilayah Udara - Ada dua teori tentang konsepsi wilayah udara yang dikenal saat ini,
yaitu sebagai berikut..
1). Teori Udara Bebas (Air Freedom Theory)  - Penganut teori udara bebas terbagi dalam dua aliran
antara lain sebagai berikut...
a). Aliran kebebasan ruang udara tanpa batas. Aliran ini berpendapat bahwa ruang udara itu bebas
dan dapat digunakan oleh siapapun. Tidak ada negara yang mempunyai hak dan kedaulatan di
ruang udara.
b). Aliran kebebasan udara terbatas. yang berpendapat bahwa :

 setiap negara berhak mengambil tindakan tertentu untuk memelihata keamanan dan
keselamatannya dan 
 negara kolong (negara bawah, subjacent state) hanya mempunya hak terhadap
wilayah/zona teritorial. 

2). Teorni Negara Berdaulat di Udara (The Air Sovereignty)

 Teori kemanan. Teori yang menyatakan bahwa suatu negara mempunyai kedaulatan atas
wilayah udaranya sampai batas yang diperlukan untuk menjaga kemananan negara itu.  
 Teori pengawasan Cooper adalah kedaulatan negara ditentukan oleh kemampuan negara
yang bersangkutan untuk mengawasi ruang udara yang ada diatas wilayahnya secara fisik
dan ilmiah. 
 Teori udara schacter adalah teori yang wilayah udara harus sampai suatu ketinggian, di
mana udara masih mengangkat (mengapungkan) balon dan pesawat udara. 

d. Wilayah Ekstrateritorial 
Wilayah ekstrateritorial adalah wilayah suatu negara yang berada di luar wilayah negara itu. Dengan
kata lain, wilayah negara tersebut berada di wilayah negara lain atau di luar wilayah teritorial suatu
negara. Contoh untuk ini adalah kantor kedutaan besar suatu negara di negara lain atau kapal asing
yang berlayar di laut bebas dengan berbendera suatu negara. Seorang dua besar memiliki hak
ekstrateritorial, selain itu kekebalan diplomatik (hak imunitas yang bersifat pribadi), yaitu hak
kedaulatan atas bangunan, gedung dan halaman keduataan besar sampai sebatas pagar. Tak
seorang pun boleh memasuki halaman kedutaan besar tanpa izin dari negara atau kedutaan besar
yang bersangkutan.

2.2.2 Rakyat 
         Rakyat secara devinitive sebagai sekumpulan manusia yang hidup disuatu tempat yang
dilawankan dengan makhluk- makhluk lain yang hidup didunia. Beberapa istilah yang erat
pengertiannaya dengan rakyat :
a)    Rumpun (Ras)
b)    Bangsa (Volks)
c)    Nazi (Natie)

       Rumpun diartikan sebagai sekumpulan manusia yang merupakan suatu kesatuan karena
mempunyai ciri- ciri jasmaniah yang sama. Karena persamaan ciri- ciri jasmaniah ini sendiri maka
penduduk dunia ini dibagi- bagi dalam macam- macam rumpun seperti rumpun melayu, kuning,
putih, hitam, dll.

       Bangsa diartikan sebagai sekumpulan manusia yang merupakan suatu kesatuan karena
mempunyai perasaan kebudayaan, misalnya Bahasa, adat, agama, dll. Oleh karena itu orang
menyebut bangsa arab, walaupun didalamnya terdiri bangsa- bangsa mesir, irak, yordania, dll.
Dengan ciri-ciri di atas maka jelaslah bahwa arti rumpun dibedakan aripada bangsa.

        Natie juga sering disebut dengan bangsa akan tetapi mempunyai ciri yang berbeda. Natie
diartikan sebagai sekumpulan manusia yangmerupaka suatu kesatuan karena mempunyai kesatuan
politik yang sama, contoh: Swis karena sebenarnya terdiri dari bangsa- bangsa yang berbeda
bahasanya sehingga negara itu disebut sebagai negara nasional karena negara itu didirikan atas
keadaan nasional.

       Setelah diuraikan arti rumpun, bangsa dan natie maka rakyat itu mempunyai arti yang netral
dan rakyat sebagai salah satu unsur daripada negara harus dihubungkan dengan ikatannya dengan
negara karena itu rakyat harus dimaksudkan sebagai warga negara yang dibedakan dengan orang
asing.

     
 Ikatan seseorang yang menjadi warga negara menimbulkan hak dan kewajiban maka kedudukan
seorang warga negara dapat disimpulkan dalam empat hal yang disebut:
1 Status positif.
       Memberi hak kepadanya untuk menuntut tindakan positif daripada negara mengenai
perlindungan atas jiwa , raga, milik, kemerdekaan dan sebagainya. Untuk itu maka negara
membentuk badan- badan penyenggaraan negara demi kepentingan warganya.

2. Status negatif.
        Status negatif seorang warga negara akan memberi jaminan kepadanya bahwa negara tidak
boleh mencampuri terhadap hak- hak asasi warga negaranya terkecuali untuk kepentingan umum.

3.Status aktif.  
        Status pasif ini merupakan kewajiban bagi setiap warga negaranya untuk mentaati dan tunduk
terhadap segala perintah negaranya, contoh: wajib militer saat terjadi perang.

Mengenai soal kewarganegaraan masing- masing negara menganut asas yang menguntungkan,
misalnya orang mengenal dua macam asas kewarganegaraan dan lainnya adalah campuran dari
kedua asas itu.
     1. Ius Sanguinus adalah suatu asas dimana seseorang menjadi warga negara negara
berdasarkan keturunan jadi seorang menjadi WNI karena dia lahir di Indonesia dengan orang tua
yang berkewarganegaraan Indonesia.
2. Ius Soli adalah suatu asas yang seorang menjadi warga negara berdasarkan tempat kelahiran.
Jadi seorang menjadi WNI bila dia lahir diwilayah Indonesia.
Bisa dikatakan dengan campuran apabila kedua asas itu diperlakukan.

DWIKEWARGANEGARAAN.
     Menurut syarat kewarganegaraan Ingris seorang yang dilahirkan dalam wilayah inggris dianggap
sebagai British Citizen walaupun orang tuanya warga negara Belanda dan menurut
kewarganegaraan Belanda seorang yang diturunkan oleh seorang belanda walaupun dilahirkan
diluar negeri Belanda. Dengan demikian maka timbul keadaan bahwa orang mempunyai itu
mempunyai dua macam kewarganegaraan.

TANPA KEWARGANEGARAAN.
      Menurut syarat kewarganegaraan Inggris seorang yang dilahirkan diluar wilayah United Kingdom
dari keluarga British Citizen dan setelah umur 20 tahun tidak melaporkan diri tentang
kewarganegaraannya pada perwakilan Inggris setempat dan batas waktu untuk melaporkan itu
sudah lewat yaitu 12 bulan maka orang itu akan kehilangan kewarganegaraannya sebagai British
Citizen dan juga tidak memiliki kewarganegaraan lain sehingga ia menjadi tanpa kewarganegaraan
atau a patide.

2.2.3 Pemerintahan yang Berdaulat 


Adanya suatu pemerintahan yang berkuasa atas seluruh wilayahnya dan segenap rakyatnya
merupakan syarat mutlak keberadaan negara. Pemerintahan lain atau negara lain tidak berkuasa di
wlayah dan atas rakyat negara itu. Kekuasaan seperti itu disebut kedaulatan (sovereignty). Jadi,
kedaulatan adalah kekuasaan terntinggi dalam suatu negara yang berlaku terhadap seluruh wilayah
dan segenap rakyat negara itu. Kedaulatan negara itu bersifat (1) asli, karena bukan berdasarkan
kekuasaan lain; (2) tertinggi, karena tidak ada kekuasaan lain yang lebih tinggi di atasnya; dan
(3) tidak dapat dibagi-bagi, karena baik ke dalam maupun keluar, negara itu berdaulat sepenuhnya.

Menurut Jean Bodin, ada empat sifat kedaulatan, yaitu (1) asli, artinya kekuasaan itu tidak berasal
dari kekuasaan lain yang lebih tinggi; (2) permanen, artinya kekuasaan itu tetap ada selama negara
itu berdiri, walaupun pemegang kedaulatan berganti-ganti; (3) tunggal (bulat, artinya kekuasaan itu
merupakan satu-satunya kekuasaan tertinggi dalam negara yang tidak dibagi-bagi kepada badan
lain; dan (4) tidak terbatas, artinya kekuasaan itu tidak dibatasi oleh kekuasaan lain. Bila ada
kekuasaan lain yang membatasinya, maka kekuasaan tertinggi yang dimilikinya akan lenyap.
Pemerintah bida dibedakan atas pemerintah dalam arti luas dan pemerintah dalam arti sempit.
Pemerintah dalam arti luas adalah keseluruhan alat perlengkapan negara yang memegang
kekuasaan, yaitu kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Di pihak lain, pemerintah dalam arti
sempit adalah seluruh alat perlengkapan negara yang melaksanakan fungsi pemerintahan saja,
yaitu lebmaga negara yang melaksanakan fungsi pemerintahan saja, yaitu lembaga eksekutif
(presiden dan para menteri) yang bertugas menjalankan undang-undang yang telah dibuat oleh
lembaga legislatif.

Adapun kedaulatan yang dimiliki pemerintah dapat berupa :

 Kedaulatan ke dalam, artinya pemerintah memiliki kewenangan tertinggi dalam mengatur


dan menjalankan organsiasi negara sesuai dengna peraturan perundangan yang berlaku
 Kedaulatan ke luar, artinya pemerintah berkuasa bebas, tidak terikat dan tidak tunduk
kepada kekuatan lain. Pemerintah harus pula menghoramti kekuasaan negara yang
bersangkutan dengan tidak mencampuri urusan dalam negerinya. 

2.2.4 Pengakuan dari Negara Lain

Pengakuan dari negara lain merupakan unsur yang memperkuat terbentuknya sebuah negara.
Pengakuan dari negara lain merupakan unsur yang menerangkan bahwa suatu negara telah berdiri
sehingga negara tersebut dikenal oleh negara-negara lain. Pengakuan dari negara lain terdiri atas
dua macam antaralain sebagai berikut...
a. Pengakuan de facto, adalah pengakuan yang berdasarkan kenyataan yang berupa ada atau
fakta yang sungguh-sungguh nyata tentang berdirinya suatu negara

 Pengakuan de facto yang bersifat tetap, adalah pengakuan dari negara lain terhadap suatu
negara yang bisa menimbulkan hubungan di bidang perdagangan dan ekonomi. 
 Pengakuan de facto yang bersifat sementara, adalah pengakuan yang diberikan oleh negara
lain tanpa melihat perkembangan negara tersebut. Apabila negara tersebut hancur, maka
negara lain akan menarik pengakuannya. 

b. Pengakuan de jure, adalah pengakuan yang berdasarkan pada pernyataan resmi menurut
hukum internasional. 

 Pengakuan de jure bersifat tetap , adalah pengakuan dari negara lain yang berlaku untuk
selamanya karena kenyataan yang menunjukkan adanya pemerintahan yang stabil. 
 Pengakuan de jure bersifat penuh, adalah terjadinya hubungan antarnegara yang mengakui
dan diakui dalam hubungan dagang, ekonomi dan diplomatik. Negara yang mengakui
berhak menempati konsulat atau membuka kedutaan di negara yang diakui. 

2.3 TEORI ASAL MULA NEGARA.

Mengenai asal-usul berdirinya suatu negara, teori-teori yang dibangun lebih bertumpu kepada
hasil pemikiran teoritis-deduktif, dibandingkan dengan kajian empiris- induktif. Dalam ilmu
politik dikenal banyak teori tentang lahirnya sebuah negara, teori-teori tersebut merupakan
pengaruh dari perkembangan ilmu-ilmu sosial. Para ahli umumnya membagi delapan teori
mengenai terbentuknya sebuah negara sebgai berikut :

1. Teori perjanjian masyarakat (kontrak sosial)


2. Teori pengalihan hak.
3. Teori penaklukan.
4. Teori organis.
5. Teoti ketuhanan.
6. Teori garis kekeluargaan (partiarkhal atau matriarkhal)
7. Metafisis (idealistis)
8. Teori alamiah.

2.3.1 Teori perjanjian masyarakat (kontrak sosial)

Teori ini pertama kali dikembangkan oleh beberapa ahli filsafat dengan tokoh utamanya adalah
Thomas Hobbes, Jhon Locke, dan JJ. Rosseau. Teori ini mengemukakan bahwa negara didirikan
atas dasar kesepakatan para anggota masyarakat. Mereka kemudian menyerahkan hak-hak yang
dimilikinya untuk diatur oleh negara.

Negara berdiri atas kompromi-kompromi politik antar warga masyarakat, maka kelangsungan
negara yang dibentuk sangat tergantung dari bagaimana warga masyarakat mampu saling
bekerjasama dan mengakomodasi setiap perbedaan yang muncul dengan jalan dialog atau
musyawarah.

Thomas Hobbes mengemukakan bahwa lahirnya negara adalah dengan adanya kesepakatan
untuk membentuk negara, maka rakyat menyerahkan semua hak yang mereka miliki sebelumnya
secara alamiah (sebelum adanya negara), untuk diatur sepenuhnya oleh kekuasaan negara.

John Locke mengatakan bahwa sebagian besar anggota masyarakat membentuk persatuan
terlebih dahulu, baru kemudian anggota masyarakat tersebut menjadi rakyat dari suatu negara
yang didirikan. Negara dalam pandangan John Locke tidak berkuasa secara absolut sebagaimana
pandangan Hobbes. Hal ini karena dalam ralitasnya, ada bagian yang dimiliki masing-masing
orang yaitu hak asasi.

Jean Jacques Rosseau dalam bukunya yang terkenal Du Contract Social (1762), meletakan dasar
berdirinya sebuah negara, yakni dengan mengemukakan paham kedaulatan rakyat. Yaitu adanya
suatu perjanjian atau kesepakan untuk membentuk negara, tetapi rakyat tidak sekaligus harus
menyerahkan hak-hak yang dimilikinya untuk diatur negara. Agar partisipasi rakyat dapat
tersalurkan maka rakyat wajib memilih wakil-wakilnya untuk duduk dalam pemerintahan yang
didirikan serta menyusun birokrasi pemerintah secara lebih partisipatif.

2.3.2 Teori Pengalihan Hak

Teori pengalihan hak merupakan teori negara yang dipelopori oleh Sir Robert Filmer dan
Loyseau. Pengertian umumnya adalah bahwa hak yang dimiliki oleh negara pada hakikatnya
diperoleh setelah rakyat melepaskan sebagian hak yang dimilikinya atau rakyat membiarkan
berlakunya hak tersebut untuk dikelola oleh negara. Pada umumnya pengalihan hak tepat
diterapkan untuk mengkaji terbentuknya negara monarkhi. Pengalihan hak ini dapat dianalogikan
kepada pembentukan negara sebagai hasil revolusi.
2.3.3 Teori Penaklukan

Teori penaklukan banyak dikemukakan oleh ilmuwan politik antara lain, Ludwig Gumplowitz,
Gustav Ratzenhover, Georg Simmel, dan Lester Frank Ward. Teori ini erat kaitanya dengan
doktrin “ kekuatan menimbulkan hak”. Bahwa pihak atau kelompok yang kuat, akan menaklukan
pihak atau kelompok lainya, dan selanjutnya mendirikan sebuah negara. Pembuktian dan
penggunaan kekuatan berlaku sebagai dasar terbentuknya negara.

2.3.4 Teori Organis

Teori organis merupakan teori yang banyak dipengaruhi oleh cara pandang dalam ilmu eksakta,
dengan tokohnya, Georg Wilhelm Hegel, J.K. Bluntscli, John Salisbury, Marsiglio Padua,
Pfufendrorf, Henrich Ahrens, J.W Scelling, FJ Schitenner dan lain sebagainya.

Negara adalah suatu organisme. Negara lahir sebagai analogi kelahiran makhluk hidup lainya.
Jika ada embrionya dari masyarakat-masyarakat atau suku-suku bangsa, maka perlahan-lahan
berkembang masyarakat atau suku bangsa tersebut menjadi sebuah negara. Teori organis
mengenai lahirnya negara dapat dianalogikan dengan teori historis atau teori evolusi. Negara
tumbuh sebagai hasil suatu evolusi yang memerlukan proses panjang.

2.3.5 Teori Ketuhanan

Teori ketuhanan pada awalnya banyak dianut oleh sebagian besar ilmuwan politik pada abad 18
M, dengan tokohnya Thomas Aquinas. Kekuasaan atas negara dan terbentuknya negara adalah
karena hak-hak yang dikaruniakan oleh Tuhan. Dalam implementasinya setiap kebijakan negara
senantiasa mengatasnamakan Tuhan, sehingga rakyat harus mematuhi apa yang telah diputuskan
pemimpinya.

2.3.6 Teori Garis Kekeluargaan (Patriarkhal, atau Matriarkhal)

Teori ini banyak dipengaruhi oleh perkembangan ilmu sosiologi dan antropologi, yang mendunia
sejak awal abad 19 M, dengan tokohnya Henry S. Maine, Herbert Spencer, dan Edward Jenks.
Menurut teori ini negara dapat terbentuk dari perkembangan suatu keluarga yang menjadi besar
dan kemudian bersatu membentu negara, sehingga negara yang terbentuk adakalanya manganut
garis kekeluargaan berdasarkan garis ayah (patriarkhal), dan bahkan adakalanya garis ibu
(matriarkhal).
Teori ini juga disebut sebagai teori perkembangan suku. Orang-orang yang mempunyai
hubungan darah (kekeluargaan) berkembang menjadi suatu suku, kemudian berkembang secara
lebih luas lagi sampai membentuk suatu negara.

2.3.7 Teori Metafisis (idealistis)


Teori metafisis banyak mendapat pengaruh dari para ahli filsafat, dengan tokohnya yang
terkemuka adalah Immanuel Kant. Negara ada, lahir, dan terbentuk karena memang seharusnya
ada dengan sendirinya, maka ketika jumlah manusia semakin banyak secara otomatis negara
akan lahir dengan sendirinya. Dalam prosesnya, negara adalah kesatuan supranatural,
terbentuknyapun karena dorongan supranatural atau metafisis.

2.3.8 Teori Alamiah

Teori alamiah merupakan pandangan awal tentang berdirinya sebuah negara, dengan tokohnya
Aristoteles. Negara terbentuk karena kodrat alamiah manusia. Sebagai zoon politikon (manusia
politik yang bermasyarakat), maka manusia membutuhkan adanya negara. Sehubungan dengan
kebutuhan alamiah inilah, maka dibentuk sebuah negara dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.[1]

                                               

                                                    BAB III PENUTUP


3.1 KESIMPULAN

        Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang kekuasaannya baik politik, militer,
ekonomi, sosial maupun budayanya diatur oleh pemerintahan yang berada di wilayah tersebut.
Unsur- unsur pembentuk Negara terdiri atas Rakyat, Wilayah.Pemerintah yang berdaulat dan  
pengakuan dari Negara lainBangsa adalah sekelompok manusia / orang yang memiliki cita-cita
bersama yang mengikat dan menjadi satu kesatuan, perasaan senasib sepenanggungan, karakter
yang sama, adat istiadat / budaya yang sama, satu kesatan wilayah, teroganisir dalam satu
wilayah hukum.Istilah Negara merupakan terjemahan dari de staat (belanda), the
state (inggris), I’etat (prancis), statum (latin), lo stato (Italia), dan  der staat (jerman).Menurut
bahasa sansekerta, nagari atau Negara, berarti kota, sedangkan menurut bahasa suku-suku di
Indonesia sering disebut negeri atau Negara, yaitu tempat tinggal.Secara umum dikenal adanya 2
proses pembentukan  bangsa-negara, yaitu model ortodoks dan model mutakhir. Unsur-unsur
negara antara lain rakyat atau masyarakat, wilayah / daerah, meliputi udara, darat, dan perairan
(perairan bukan merupakan syarat mutlak) dan pemerintah yang berdaulat.Beberapa teori
terjadinya negara adalah Teori hukum alam, Teori ketuhanan dan Teori perjanjian

3.2 SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus
dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih
banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap
kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan. Untuk bagian terakhir dari makalah
adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain akan saya jelaskan tentang daftar pustaka makalah.

DAFTAR  PUSTAKA
http://www.artikelsiana.com/2015/05/sifat-negara-hakikat-negara-pengertian.html
http://www.tugassekolah.com/2016/01/penjelasan-unsur-unsur-negara-secara-detail-dan-
lengkap.html
http://agil-asshofie.blogspot.co.id/2011/11/teori-asal-mula-negara.html

Anda mungkin juga menyukai