Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KASUS PELANGGARAN HAK


ASASI MANUSIA
DALAM PERSPEKTIF
PANCASILA
 

Disusun oleh :
1. Awindri Rahmani Puji Lestari (06)
2. Hanifa Delfiera (17)
3. Ihsanuddin Halim Fajrian (19)
4. Muhammad Hanafi (27)
5. Rizki Aulia Putri (35)

KELAS : XI MIPA 2

TAHUN PELAJARAN 2017/2018


SMA NEGERI 3 SUKOHARJO
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“ Menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia di depan hukum dengan
menitik beratkan pada nilai-nilai pancasila’’

PERSEMBAHAN
Makalah ini kami persembahkan dengan penuh rasa syukur kepada:
1.      Bapak dan Ibu Tersayang.
2.      Guru Pembimbing dalam proses pembuatan Makalah kami.
3.      Bapak dan Ibu Guru SMA Negeri 3 Sukoharjo.
4.      Sahabat dan teman-teman di SMA Negeri 3 Sukoharjo.
5.      Pembaca yang berminat pada makalah yang sederhana ini.

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................. ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN....................................................................................... iii
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... iv
DAFTAR ISI......................................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
   1.1 Latar Belakang............................................................................................................... 1
   1.2 Tujuan............................................................................................................................... 2
   1.3 Manfaat............................................................................................................................. 3
BAB II KASUS PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DALAM  
              PERSPEKTIF PANCASILA
    2.1 Substansi Hak Asasi Manusia dalam Pancasila............................................................... 4
                 2.1.1 Hak Asasi Manusia dalam Nilai Ideal Sila-Sila Pancasila.......................... 5
                 2.1.2 Hak Asasi Manusia dalam Nilai Instrumental Sila-Sila                       
                          Pancasila…………………………....................……………………….......6
               2.1.3 Hak Asasi Manusia dalam Nilai Praksis Sila-Sila Pancasila......................... 9
   2.2  Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia...................................................... 12
      2.2.1 Jenis-jenis pelanggaran Hak Asasi Manusia.......................................................... 13
            2.2.2 Penyimpangan Nilai-Nilai Pancasila dalam kasus
                     Pelanggaran Hak  Asasi Manusia…………………………….........................15
 2.3 Upaya Penyelesaian Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia…………...............…….21
         2.3.1 Peradilan dan Sanksi Atas Pelanggaran Hak  Asasi Manusia
                  di Indonesia……………………………………………………….................…21
          2.3.2 Peradilan dan Sanksi Atas Pelanggaran Hak Asasi Manusia
                   Internasional………………………................………………………………...25
BAB III PENUTUP
  3.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 27
   3.2 Saran............................................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 30
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah Nya,
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum dan pemerintahan
dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Hak-hak asasi manusia dalam Pancasila dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945 dan
terperinci di dalam batang tubuh UUD 1945 yang merupakan hukum dasar konstitusional dan
fundamental tentang dasar filsafat negara Republik Indonesia serat pedoman hidup bangsa
Indonesia, terdapat pula ajaran pokok warga negara Indonesia. Yang pertama ialah
perumusan ayat ke 1 pembukaan UUD tentang hak kemerdekaan yang dimiliki oleh segala
bangsa didunia. Oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Pancasila baik sebagai Dasar Negara maupun sebagai ideologi bangsa banyak mendapat
sorotan. Pada tatanan faktual misalnya selalu digeneralisasi bahwa adanya penyimpangan-
penyimpangan dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
pelanggaran Hak Asasi Manusia dan bentuk lainnya, dianggap sebagai bukti
ketidakberdayaan ideologi Pancasila dalam mengatasi berbagai masalah bangsa yang timbul
dalam era reformasi sekarang dan pengaruh kehidupan global. Pancasila juga mendapat
sorotan dari para penulis dari berbagai disiplin ilmu. Meskipun demikian, pada dasarnya
semua menyadari bahwa Pancasila memuat sejumlah nilai dasar (sistem nilai universal) yang
melandasi Hak Asasi Manusia dan tidak dapat dipisahkan dari cita rakyat Indonesia.
Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan UUD 1945 sebagai landasan konstitusional.
Masalah Hak Asasi Manusia adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan
dibahas terutama dalam era reformasi ini. Hak Asasi Manusia lebih dijunjung tinggi dan lebih
diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa dalam
hal  pemenuhan hak,  kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan orang lain.
Jangan sampai kita melakukan pelanggaran Hak Asasi Manusia terhadap orang lain dalam
usaha perolehan atau pemenuhan Hak Asasi Manusia  pada diri kita sendiri.

1.2        Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1)      Untuk mengetahui substansi Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Pancasila.
2)      Untuk mengetahui kasus kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia.
3)      Untuk mengetahui upaya penyelesaian kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia.

1.3         Manfaat
Adapun manfaat khusus penyusunan makalah ini yaitu :
1)      Agar dapat mengetahui substansi Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Pancasila.
2)      Agar dapat mengetahui kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia.
3)      Agar dapat mengetahui upaya penyelesaian kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia.

BAB II
KASUS PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DALAM
PERSPEKTIF PANCASILA

2.1         Substansi Hak Asasi Manusia Dalam Pancasila


Salah satu karakteristik hak asasi manusia adalah bersifat universal. Artinya, hak asasi
merupakan hak yang dimiliki oleh setiap manusia di dunia tanpa membeda-bedakan suku
bangsa, agama, ras maupun golongan. Oleh karena itu, setiap negara wajib menegakkan hak
asasi manusia. Akan tetapi, karakteristik penegakan hak asasi manusia berbeda-beda antara
negara yang satu dengan negara lainnya. Ideologi, kebudayaan dan nilai-nilai khas yang
dimiliki suatu negara akan mempengaruhi pola penegakan hak asasi manusia di suatu negara.
Contohnya, di Indonesia, dalam proses penegakan hak asasi manusia dilakukan dengan
berlandaskan kepada ideologi negara yaitu Pancasila.
Pancasila merupakan ideologi yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan. Pancasila
sangat menghormati hak asasi setiap warga negara maupun bukan warga negara Indonesia.
Bagaimana Pancasila menjamin hak asasi manusia ? Pancasila menjamin hak asasi manusia
melalui nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Nilai-nilai Pancasila dapat dikategorikan
menjadi tiga, yaitu nilai ideal, nilai instrumental dan nilai praksis. Ketiga kategori nilai
Pancasila tersebut mengandung jaminan atas hak asasi manusia, sebagaimana dipaparkan
berikut ini.

2.1.1 Hak Asasi Manusia dalam Nilai Ideal Sila-Sila Pancasila


Nilai ideal disebut juga nilai dasar berkaitan dengan hakikat kelima sila Pancasila,
yaitu: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Nilai-nilai dasar tersebut bersifat universal
sehingga di dalamnya terkandung cita-cita, tujuan, serta nilai-nilai yang baik dan benar. Nilai
dasar ini bersifat tetap dan terlekat pada kelangsungan hidup negara. (http://fatmasusanti-
civiceducation.blogspot.co.id/2015/10/kasus-kasus-pelanggaran-hak-asasi.html)
Hubungan antara hak asasi manusia dengan Pancasila dapat dijabarkan secara singkat
sebagai berikut.
1)      Sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjamin hak kemerdekaan untuk memeluk agama,
melaksanakan ibadah dan menghormati perbedaan agama.
2)      Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab menempatkan setiap warga negara pada
kedudukan yang sama dalam hukum serta memiliki kewajiban dan hak-hak yang sama untuk
mendapat jaminan dan perlindungan hukum.
3)      Sila Persatuan Indonesia mengamanatkan adanya unsur pemersatu diantara warga negara
dengan semangat rela berkorban dan menempatkan Kepentingan bangsa dan Negara di atas
kepentingan pribadi atau golongan. Hal ini sesuai dengan prinsip hak asasi manusia, bahwa
hendaknya sesama manusia bergaul satu sama lainnya dalam semangat persaudaraan.
4)      Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan dicerminkan dalam kehidupan pemerintahan, bernegara, dan
bermasyarakat yang demokratis. Menghargai hak warga negara untuk bermusyawarah
mufakat yang dilakukan tanpa adanya tekanan, paksaan, ataupun intervensi yang
membelenggu hak-hak partisipasi masyarakat.
5)      Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia mengakui hak milik perorangan dan
dilindungi pemanfaatannya oleh negara serta memberi  kesempatan sebesar-besarnya pada
masyarakat.

2.1.2 Hak Asasi Manusia dalam Nilai Instrumental Sila-Sila Pancasila


Nilai instrumental merupakan penjabaran dari nilai-nilai dasar Pancasila. Nilai
instrumental sifatnya lebih khusus dibandingkan dengan nilai dasar. Dengan kata lain, nilai
instrumental merupakan pedoman pelaksanaan kelima sila Pancasila. Perwujudan nilai
instrumental pada umumnya berbentuk ketentuan-ketentuan konstitusional mulai dari
Undang-Undang Dasar sampai dengan peraturan daerah.
Hak asasi manusia juga dijamin oleh nilai-nilai instrumental Pancasila. Adapun
peraturan perundang-undangan yang menjamin hak asasi manusia diantaranya sebagai
berikut.
1)      Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terutama Pasal 28 A – 28 J.
2)      Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia. Didalam  Tap MPR
tersebut terdapat Piagam Hak Asasi Manusia Indonesia.
3)      Ketentuan dalam Undang-undang organik berikut.
a)      Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1998 tentang Konvensi Menentang
Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman yang Kejam, Tidak Manusiawi, atau
Merendahkan Martabat Manusia.
b)      Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi
Manusia.
c)      Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2005 tentang Kovenan Internasional
tentang Hak-hak Sipil dan Politik.
d)     Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2005 tentang Kovenan Internasional
Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya.
4)      Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu) Nomor 1 Tahun
1999 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.
5)      Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah berikut.
a)      Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2002 tentang Tata cara Perlindungan terhadap Korban
dan Saksi dalam Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang Berat.
b)      Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2002 tentang Kompensasi, Restitusi, Rehabilitasi
terhadap Korban Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat.
6)      Ketentuan dalam Keputusan Presiden (Kepres).
a)      Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.
b)      Keputusan Presiden Nomor 83 Tahun 1998 tentang Pengesahan Konvensi Nomor 87 tentang
Kebebasan Berserikat dan Perlindungan untuk Berorganisasi.
c)      Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pengadilan Hak Asasi
Manusia pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Pengadilan Negeri Surabaya, Pengadilan
Negeri Medan dan Pengadilan  Negeri Makassar.
d)     Keputusan Presiden Nomor 96 Tahun 2001 tentang Perubahan Kepres Nomor 53 Tahun 2001
tentang Pembentukan Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad Hoc pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat.
e)       Keputusan Presiden Nomor 40 Tahun 2004 tentang Rencana Aksi Nasional Hak Asasi
Manusia Indonesia Tahun 2004-2009.

2.1.3 Hak Asasi Manusia dalam Nilai Praksis Sila-Sila Pancasila


Nilai praksis merupakan realisasi nilai-nilai instrumental suatu pengalaman dalam
kehidupan sehari-hari. Nilai praksis Pancasila senantiasa berkembang dan selalu dapat
dilakukan perubahan dan perbaikan sesuai dengan perkembangan zaman dan aspirasi
masyarakat. Hal tersebut dikarenakan Pancasila merupakan ideologi yang terbuka.
(http://fatmasusanti-civiceducation.blogspot.co.id/2015/10/kasus-kasus-pelanggaran-hak-
asasi.html)
Hak asasi manusia dalam nilai praksis Pancasila dapat terwujud apabila nilai-nilai dasar
dan instrumental Pancasila itu sendiri dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari oleh
seluruh warga negara. Hal tersebut dapat diwujudkan apabila setiap warga negara
menunjukkan sikap positif dalam kehidupan sehari-hari. Adapun, sikap positif tersebut di
antaranya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
No Sila Pancasila Sikap yang Ditunjukkan
1. Ketuhanan Yang Maha Esa. a.       Hormat-menghormati dan bekerja sama
antar umat beragama sehingga terbina
kerukunan hidup.

b.      Saling menghormati kebebasan beribadah


sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
c.       Tidak memaksakan suatu agama dan
kepercayaan kepada orang lain.
2. Kemanusian yang Adil dan
a.       Mengakui persamaan derajat, hak dan
Beradab. kewajiban antara sesama manusia.
b.      Saling mencintai sesama manusia.
c.       Tenggang rasa kepada orang lain.
d.      Tidak semena-mena kepada orang lain.
e.       Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
f.       Berani membela kebenaran dan keadilan.
g.      Hormat-menghormati dan bekerjasama
dengan bangsa lain.
3. Persatuan Indonesia. a.       Menempatkan persatuan, kesatuan,
kepentingan dan keselamatan bangsadan
negara di atas kepentingan pribadi atau
golongan.
b.      Rela berkorban untuk kepentingan bangsa
dan negara.
c.       Cinta tanah air dan bangsa.
d.      Bangga sebagai bangsa Indonesia dan ber-
Tanah Air Indonesia.
e.       Memajukan pergaulan demi persatuan dan
kesatuan bangsa yang ber–Bhinneka
Tunggal Ika.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh
a.       Mengutamakan kepentingan negara dan
Hikmat Kebijaksanaan dalam masyarakat.
Permusyawaratan/Perwakilan. b.      Tidak memaksakan  kehendak  kepada
orang lain.
c.       Mengutamakan musyawarah dalam
mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
d.      Menerima dan melaksanakan
setiapkeputusan musyawarah.
e.       Mempertanggungjawabkan setiap
keputusan musyawarah secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh
a.       Menjaga keseimbangan antara hak dan
Rakyat Indonesia. kewajiban.
b.      Menghormati hak-hak orang lain.
c.       Suka memberi pertolongan kepada orang
lain.
d.      Menjauhi sikap pemerasan kepada orang
lain.
e.       Menjauhi sifat boros dan gaya hidup
mewah.
f.       Rela bekerja keras.
g.      Menghargai hasil karya orang lain

2.2  Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia Di Indonesia


Di Indonesia, meskipun pemerintah telah mengeluarkan peraturan perundang  undangan
mengenai hak asasi manusia, namun pelanggran hak asasi manusia tetap selalu ada baik yang
dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat sendiri. Pelanggaran-pelanggaran tersebut
merupakan cerminan telah terjadi kelalaian atas pelaksanaan kewajiban asasi manusia.
padahal sudah sangat jelas bahwa setiap hak asasi itu disertai dengan kewajiban asasi, yaitu
kewajiban untuk  menghormati hak asasi orang lain dan kewajiban untuk patuh pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.2.1  Jenis-Jenis Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM)


Secara yuridis, Pasal 1 Angka 6 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa pelanggaran hak asasi manusia adalah
setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara, baik disengaja
maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi,
membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang
dijamin oleh Undang-undang dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan
memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang
berlaku. Dengan demikian, dalam konteks Negara Indonesia, pelanggaran Hak Asasi
Manusia merupakan tindakan pelanggaran kemanusiaan, baik dilakukan oleh individu
maupun oleh institusi negara atau institusi lainnya terhadap hak asasi manusia.
Pelanggaran Hak Asasi Manusia berat menurut Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia dapat diklasifikasikan menjadi
dua yaitu:
a)      Kejahatan genosida, yaitu setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa,  ras,  kelompok
etnis, kelompok agama, dengan cara:
1)      membunuh anggota kelompok;
2)      mengakibatkan penderitaan fisik dan mental yang berat terhadap anggota-anggota kelompok;
3)      menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara
fisik baik seluruh atau sebagiannya;
4)       memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran didalam  kelompok;
atau
5)      memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain.
b)      Kejahatan terhadap kemanusiaan, yaitu salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian
dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut
ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa:
1)      Pembunuhan;
2)      Pemusnahan;
3)      Perbudakan;
4)      Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa;
5)      perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang
yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum Internasional;
6)      Penyiksaan;
7)      Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan, kehamilan, pemandulan
atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang setara;
8)      Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan
paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang
telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional;
9)      Penghilangan orang secara paksa; atau
         10)   Kejahatan apartheid.

2.2.2 Penyimpangan Nilai Nilai Pancasila dalam kasus Pelanggaran Hak


               Asasi Manusia.
a)        Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia
Di Indonesia, meskipun pemerintahan telah mengeluarkan peraturan perundang-
undangan mengenai Hak Asasi Manusia, namun pelanggaran Hak Asasi Manusia tetap selalu
ada baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat sendiri. Pelanggaran-
pelanggaran tersebut merupakan cerminan telah terjadi kelalaian atas pelaksanaan kewajiban
asasi manusia. Padahal sudah sangat jelas bahwa setiap hak asasi itu disertai dengan
kewajiban asasi, yaitu kewajiban untuk menghormati hak asasi orang lain dan kewajiban
untuk patuh pada peraturan perundang – undangan yang berlaku.
Berikut ini beberapa contoh-contoh kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia yang pernah
terjadi di Indonesia :
1)      Kasus Tanjung Priok Tahun 1984.
Kasus Tanjung Priok terjadi tahun 1984 antara aparat dengan warga sekitar yang berawal dari
masalah SARA dan unsur politis. Dalam peristiwa ini diduga terjadi pelanggaran Hak Asasi
Manusia dimana terdapat ratusan korban yang meninggal dunia akibat kekerasan dan
penembakan.
2)      Kasus terbunuhnya Marsina, seorang pekerja wanita PT Catur Putera Surya Porong, Jawa
Timur Tahun  1994.
Marsinah adalah salah satu korban pekerja dan aktivis yang hak – hak pekerja di PT Catur
Putera Surya, Porong Jawa Timur. Dia meninggal secara mengenaskan dan diduga menjadi
pelanggaran Hak Asasi Manusia berupa penculikan, penganiayaan dan pembunuhan.
3)      Kasus terbunuhnya wartawan Udin dari harian umum Bernas Tahun 1996.
Wartawan Udin (Fuad Muhammad Syafruddin) adalah seorang wartawan dari harian Bernas
yang diduga di culik, dianiaya oleh orang tak dikenal dan akhirnya ditemukan sudah tewas.
4)      Peristiwa Aceh Tahun 1990.
Peristiwa yang terjadi di Aceh sejak tahun 1990 telah banyak memakan korban, baik dari
pihak aparat maupun penduduk sipil yang tidak berdosa. Peristiwa Aceh diduga dipicu oleh
unsur politik dimana terdapat pihak-pihak tertentu yang menginginkan Aceh merdeka.
5)      Peristiwa Penculikan Para Aktivis Politik  Tahun 1998.
Telah terjadi peristiwa penghilangan orang secara paksa (penculikan) terhadap para aktivis
yang menurut catatan kontras ada 23 orang (1 orang meninggal , 9 orang dilepaskan dan 13
orang lainnya masih hilang ).
6)      Peristiwa Trisakti dan Semanggi Tahun 1998.
Tragedi Trisakti terjadi pada 12 Mei 1998 (4 Mahasiswa meninggal dan puluhan lainnya
luka-luka). Tragedi Semanggi I terjadi pada 11-13 November 1998(17 orang warga sipil
meninggal) dan tragedi Semanggi II terjadi pada 24 September 1999 (1 orang mahasiswa
meninggal dan 217 orang luka luka).
7)      Peristiwa kekerasan di Timor Timur pasca jejak pendapat  Tahun 1999.
Kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia menjelang dan pasca jejak pendapat 1999 di Timor
Timur secara resmi ditutup setelah penyerahan laporan komisi kebenaran dan persahabatan
(KKP) Indonesia – Timor Leste kepada dua kepala negara terkait.
8)      Kasus Ambon Tahun 1999.
Peristiwa yang terjadi di Ambon Ini berawal dari masalah sepele yang merambat ke masalah
SARA, sehingga dinamakan perang saudara dimana telah terjadi penganiayaan dan
pembunuhan yang memakan banyak korban.
9)      Kasus Poso Tahun 1998-2000.
Telah terjadi bentrokan di Poso yang memakan banyak korban yang diakhiri dengan
bentuknya Forum Komunikasi Umat Beragama (FKAUB) di kabupaten Dati II Poso.
10)  Kasus Dayak dan Madura Tahun 2000.
Terjadi bentrokan antara suku dayak dan Madura (pertikaian etnis) yang juga memakan
banyak korban dari kedua belah pihak.
11) Kasus Bom di Bali Tahun 2002.
Telah terjadi peristiwa pemboman di Bali , yaitu tahun 2002 dan tahun 2005 yang dilakukan
oleh teroris dengan menelan banyak korban rakyat sipil baik dari warga Negara asing
maupun warga Negara Indonesia sendiri.
12)  Kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia terbunuhnya Munir Pada 7
        September 2004.
Tragedi ini bermula saat Munir menuju Amsterdam untuk melanjutkan studi progam master
(S2) di Universitas Urecth Belanda. Munir naik pesawat Garuda Indonesia GA-974 menuju
Singapura untuk kemudian transit di Singapura dan terbang kembali ke Amsterdam. Namun
dua jam sebelum mendarat di Bandara Schipor Amsterdam Munir telah meninggal dunia
dalam pesawat dan  di indikasi karena keracunan.
b)      Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia Internasional
Kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia internasional yang terjadi pada umumnya
disebabkan belum dipahaminya konsep Hak Asasi Manusia dan banyaknya akses
pelanggaran disiplin serta tata tertib oleh oknum di lapangan. Selain itu, sistem peradilan
nasional di setiap negara tidak selalu  efektif melakukan proses peradilan terhadap pelaku
pelanggaran Hak Asasi Manusia tersebut.
Kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia Internasional dapat dibedakan menjadi empat 
kategori.
1)      Kejahatan genosida (The crime of genocide)
Dalam sejarah penegakan Hak Asasi Manusia, di dunia ini pernah terjadi beberapa peristiwa
yang tergolong ke dalam kejahatan genosida, di antaranya tragedy My Lai pada 16 Maret
1968 di Vietnam serta tragedi Shabra dan Shatila pada September 1982 di Beirut, Lebanon.
2)      Kejahatan melawan kemanusian (Crime againts humanity)
Kejahatan kemanusian dapat berbentuk pembunuhan, pemusnahan,
penyiksaan, perbudakan, pengusiran, perampasan kemerdekaan yang melanggar hukum
internasional dan sebagainya. Contoh kasus kejahatan melawan kemanusiaan yang pernah
terjadi di dunia ini, diantaranya pembuhunan rakyat Uganda dan pembunuhan rakyat
Kamboja.

3)      Invasi atau agresi suatu negara ke negara lain (The crime of aggression)
Invasi atau agresi ialah suatu bentuk penyerangan dengan menggunakan kekuatan militer
yang dilakukan oleh suatu negara atau bangsa terhadap negara atau bangsa lainnya, dengan
dasar untuk mencaplok wilayah yang dikuasai negara yang diinvasi, memerangi kejahatan
internasional, dan sebagainya. Akan tetapi, hal tersebut dilakukan dengan tidak menggunakan
dasar hukum yang kuat serta melegalkan tindakan tersebut. Contoh dari tindakan invasi
tersebut diantaranya invasi Irak ke Iran pada 22 September1980 dan invasi Amerika Serikat
beserta sekutunya kepada Irak pada 20 Maret 2003.
4)      Kejahatan perang (War crimes)
Kejahatan perang adalah suatu tindakan pelanggaran, dalam cakupan hukum internasional,
terhadap hukum perang oleh satu atau beberapa orang, baik militer maupun sipil. Pelaku
kejahatan perang ini disebut penjahat perang. Setiap pelanggaran hukum perang pada konflik
antar bangsa merupakan kejahatan perang. Pelanggaran yang terjadi pada konflik internal
suatu negara belum tentu dapat dianggap kejahatan perang.                        
Kejahatan perang meliputi semua pelanggaran terhadap perlindungan yang telah
ditentukan oleh hukum perang, dan juga mencakup kegagalan untuk tunduk pada norma
prosedur dan aturan pertempuran, seperti menyerang pihak yang telah mengibarkan bendera
putih, atau sebaliknya, menggunakan bendera perdamaian itu sebagai taktik perang untuk
mengecoh pihak lawan sebelum menyerang.
Beberapa mantan kepala negara dan kepala pemerintahan yang telah diadili karena
kejahatan perang antara lain adalah Karl Dönitz dari Jerman, mantan Perdana Menteri Hideki
Tojo dari Jepang dan mantan Presiden Liberia Charles Taylor. Pada awal 2006 mantan
Presiden Irak Saddam Hussein dan mantan Presiden Yugoslavia Slobodan Milošević juga
diadili karena kejahatan perang.
2.3         Upaya Penyelesaian Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia
2.3.1 Peradilan dan Sanksi Atas Pelanggaran Hak Asasi Manusia di  
         Indonesia
Kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia akan senantiasa terjadi jika tidak secepatnya
ditangani. Negara yang tidak mau menangani kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia yang
terjadi di negaranya akan disebut sebagai unwillingness state atau negara yang tidak
mempunyai kemauan menegakkan Hak Asasi Manusia. Kasus pelanggaran Hak Asasi
Manusia yang terjadi dinegara tersebut akan disidangkan oleh Mahkamah Internasional. Hal
ini tentu saja menggambarkan bahwa kedaulatan hukum negara itu lemah dan wibawanya
jatuh didalam pergaulan bangsa-bangsa yang beradab.
Sebagai negara hukum dan beradab, tentu saja Indonesia tidak mau disebut
sebagai unwillingnessstate. Indonesia selalu menangani sendiri kasus pelanggaran Hak Asasi
Manusia yang terjadi di negaranya tanpa bantuan dari Mahkamah Internasional. Contoh-
contoh kasus yang dikemukakan pada bagian sebelumnya merupakan bukti bahwa di negara
kita terdapat proses peradilan untuk menangani masalah Hak Asasi Manusia, terutama yang
sifatnya berat.
Sebelum berlakunya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2000
tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia diperiksa dan
diselesaikan di pengadilan Hak Asasi Manusia ad hoc yang dibentuk berdasarkan keputusan
presiden dan berada di lingkungan peradilan umum. Setelah berlakunya undang-undang
tersebut, kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia ditangani dan diselesaikan
melalui proses peradilan di Pengadilan Hak Asasi Manusia.
Berdasarkan Pasal 10 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2000,
penyelesaian kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia berat dilakukan berdasarkan ketentuan
Hukum Acara Pidana. Proses penyidikan dan penangkapan dilakukan oleh Jaksa Agung
dengan disertai surat perintah dan alasan penangkapan, kecuali tertangkap tangan. Penahanan
untuk pemeriksaan dalam sidang di Pengadilan Hak Asasi Manusia dapat dilakukan paling
lama 90 hari dan dapat diperpanjang paling lama 30 hari oleh pengadilan negeri sesuai
dengan daerah hukumnya. Penahanan di Pengadilan Tinggi dilakukan paling lama 60 hari
dan dapat diperpanjang paling lama 30 hari. Penahanan di Mahkamah Agung paling lama 60
hari dan dapat diperpanjang paling lama 30 hari.
Adapun penyelidikan terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat dilakukan
oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Dalam melakukan penyelidikan, Komisi Nasional
Hak Asasi Manusia dapat membentuk Tim ad hoc yang terdiri dari Komisi Nasional  Hak
Asasi Manusia dan unsur masyarakat. Hasil penyelidikan Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia yang berupa laporan pelanggaran hak asasi manusia, diserahkan berkasnya kepada
Jaksa Agung yang bertugas sebagai penyidik. Jaksa Agung wajib menindak lanjuti laporan
dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia tersebut. Jaksa Agung sebagai penyidik dapat
membentuk penyidik ad hoc yang terdiri dari unsur pemerintah dan masyarakat.
Proses penuntutan perkara pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat dilakukan oleh
Jaksa Agung. Dalam pelaksanaan tugasnya, Jaksa Agung dapat mengangkat penuntut
umum ad hoc yang terdiri dari unsur pemerintah atau masyarakat. Setiap saat Komisi
Nasional Hak Asasi Manusia dapat meminta keterangan secara tertulis kepada Jaksa Agung
mengenai perkembangan penyidikan dan penuntutan perkara pelanggaran hak asasi manusia
yang berat. Jaksa penuntut umum ad hoc sebelum melaksanakan tugasnya harus
mengucapkan sumpah atau janji.
Selanjutnya, perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat diperiksa dan
diputuskan oleh Pengadilan Hak Asasi Manusia yang dilakukan oleh Majelis Hakim
pengadilan Hak Asasi Manusia paling lama 180 hari setelah berkas perkara dilimpahkan dari
penyidik kepala Pengadilan Hak Asasi Manusia. Majelis Hakim Pengadilan Hak Asasi
Manusia yang berjumlah lima orang terdiri atas dua orang hakim pada Pengadilan Hak Asasi
Manusia yang bersangkutan dan tiga orang hakim ad hoc yang diketuai oleh hakim dari
Pengadilan Hak Asasi Manusia yang bersangkutan.
Dalam hal perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat dimohonkan banding ke
Pengadilan Tinggi, perkara tersebut diperiksa dan diputus dalam waktu paling lama 90 hari
terhitung sejak perkara dilimpahkan ke Pengadilan Tinggi. Pemeriksaan perkara pelanggaran
Hak Asasi Manusia di Pengadilan Tinggi dilakukan oleh majelis hakim yang terdiri atas dua
orang hakim Pengadilan Tinggi yang bersangkutan dan tiga orang hakim ad hoc. Kemudian,
dalam hal perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat dimohonkan kasasi ke
Mahkamah Agung, perkara tersebut diperiksa dan diputus dalam waktu paling lama 90 hari
terhitung sejak perkara dilimpahkan ke Mahkamah Agung Pemeriksaan perkara pelanggaran
Hak Asasi Manusia berat di Mahkamah Agung dilakukan oleh majelis hakim terdiri atas dua
orang Hakim Agung dan tiga orang hakimad hoc. Hakim ad hoc di Mahkamah Agung
diangkat oleh Presiden selaku Kepala Negara atas usulan Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia.

2.3.2   Peradilan dan Sanksi Atas Pelanggaran Hak Asasi Manusia


               Internasional
Poses penanganan dan peradilan terhadap pelaku kejahatan Hak Asasi Manusia
Internasional secara umum sama dengan penanganan dan peradilan terhadap pelaku kejahatan
yang lain, sebagaimana diatur dalam hukum acara pidana di Indonesia.
Secara garis besar, apabila terjadi pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat dan
berskala Internasional, proses peradilannya sebagai berikut:
a)      Jika suatu negara sedang melakukan penyelidikan, penyidikan atau penuntutan atas kejahatan
yang terjadi, maka pengadilan pidana Internasional berada dalam
posisi inadmissible (ditolak) untuk menangani perkara kejahatan tersebut. Akan tetapi,
posisi inadmissible dapat berubah menjadi admissible (diterima untuk menangani perkaran
pelanggaran Hak Asasi Manusia), apabila negara yang bersangkutan
enggan (unwillingness) atau tidak mampu (unable) untuk melaksanakan tugas investigasi dan
penuntutan.
b)      Perkara yang telah diinvestigasi oleh suatu negara, kemudian Negara yang bersangkutan
telah memutuskan untuk tidak melakukan penuntutan lebih lanjut terhadap pelaku kejahatan
tersebut, maka pengadilan pidana internasional berada dalam posisi inadmissible. Namun,
dalam posisi inadmissible dapat berubah menjadi admissible bila putusan yang berdasarkan
keengganan (unwillingness)dan ketidakmampuan (unability) dari negara untuk melakukan
penuntutan.
c)      Jika pelaku kejahatan telah diadili dan memperoleh kekuatan hukum yang tetap, maka
terhadap pelaku kejahatan tersebut sudah melekat asas nebusin idem. Artinya, seseorang tidak
dapat dituntut untuk kedua kalinya dalam perkara yang sama setelah terlebih dahulu
diputuskan perkaranya oleh putusan pengadilan peradilan yang berkekuatan tetap.
Putusan pengadilan yang menyatakan bahwa pelaku kejahatan itu bersalah, berakibat
akan jatuhnya sanksi. Sanksi Internasional dijatuhkan kepada negara yang dinilai melakukan
pelanggaran atau tidak peduli terhadap pelanggaran hak asasi manusia di negaranya. Sanksi
yang diterapkan bermacam-macam, di antaranya:
1)      Diberlakukannya travel warning (peringatan bahaya berkunjung ke negara tertentu) terhadap
warga negaranya,
2)      Pengalihan investasi atau penanaman modal asing,
3)      Pemutusan hubungan diplomatik,
4)      Pengurangan bantuan ekonomi,
5)      Pengurangan tingkat kerja sama,
6)      Pemboikotan produk ekspor,
7)      Embargo ekonomi.
BAB III
PENUTUP

3.1         Kesimpulan
Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia sebagai
anugerah Tuhan yang dibawa sejak lahir. Ciri pokok hakikat Hak Asasi Manusia yaitu Hak
Asasi Manusia tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi, Hak Asasi Manusia berlaku
untuk semua orang, dan Hak Asasi Manusia tidak bisa dilanggar. Hak Asasi Manusia
merupakan salah satu contoh dari penerapan pancasila sila kedua. Hak asasi manusia dalam
pancasila harus selalu ada keserasian atau keseimbangan antara hak dan kewajiban itu sesuai
dengan hakikat kehidupan manusia. Prinsip Hak Asasi Manusia dilandasi oleh system nilai
universal dalam Pancasila yaitu (a) nilai religius atau ketuhanan, (b) nilai kemanusiaan, (c)
nilai persatuan, (d) nilai kerakyatan, dan (e) nilai keadilan.
Upaya penegakan Hak Asasi Manusia dilaksanakan oleh lembaga Internasional maupun
lembaga nasional. Lembaga Internasional misalnya Office of the United Nations High
Commissioner for Human Rights, United Nations Security Council, United Nation Human
Rights Council, International Criminal Court, dll. Dan lembaga nasional misalnya Mahkamah
Konstitusi, Komnas HAM, Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Komisi Ombudsman
Nasional, dll.
Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia masih sering terjadi. Hal ini
menunjukkan bahwa instrumentasi tentang Hak Asasi Manusia belum mampu melindung
warga Negara. Masalah utama yang dihadapi dalam penegakan Hak Asasi Manusia yaitu Hak
Asasi Manusia merupakan masalah yang sedang hangat dibicarakan, Hak Asasi Manusia
sarat dengan masalah tarik ulur antara paham universalisme dan partikularisme, serta ada tiga
tataran diskusi tentang Hak Asasi Manusia.
3.2         Saran
Mewujudkan Hak Asasi Manusia dengan baik memang tidak mudah, perlu ada usaha
dari setiap individu. Yang paling utama, tentu saja diperlukan adanya niat untuk memahami
nilai-nilai pancasila yang ditetapkan. Baik dari individu, keluarga, masyarakat bangsa dan
Negara. Mempraktekkan nilai – nilai tersebut secara terus-menerus atau membiasakannya,
sehingga tidak ada lagi pelanggaran kepada Hak Asasi Manusia. Dengan demikian, Hak
Asasi Manusia pun dapat terlaksana dengan baik.
Tidak hanya itu dalam hal kita memerlukan pembelajaran, yaitu belaja rmemahami
betapa pentingnya Hak Asasi Manusia itu. Kita dapat belajar dari media-media yang telah
tersedia, salah satunya melalui media elektronik, disamping itu, kita juga telah memanfaatkan
teknologi dengan baik. Dalam usaha mempertahankan Hak Asasi Manusia setiap manusia
kita kadang mengalami kegagalan disana sini,tetapi itu tidak mengendurkan niat kita untuk
terus berusaha memperbaikinya dari hari ke hari.
Suatu hari nanti, kita berharap bahwa kita harus mampu mempertahankan dan
memperjuangkan Hak Asasi Manusia kita sendiri. Serta kita juga harus bisa menghormati dan
menjaga Hak Asasi Manusia orang lain, jangan sampai kita melakukan pelanggaran Hak
Asasi Manusia. Dan jangan sampai pula Hak Asasi Manusia kita dilanggar dan diinjak-injak
oleh orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

DPR.1999. Undang-Undang RI Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi


Manusia. http://www.dpr.go.id. Html. Diakses pada tanggal  14 Februari 2016 pukul 14.20
WITA
Elyichan. 2011. Hak Asasi Manusia Dalam Pancasila. 
http://www.elyichan.blogspot.co.id/2011/06/hak-asasi-manusia-
dalam- pancasila.html. Diakses pada tanggal 14 Februari 2016 pukul
13.00 Wita.
Fatmasusanti. 2015. Kasus Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia.
http://fatmasusanti-civiceducation.blogspot.co.id/2015/10/kasus-kasus-pelanggaran-hak-
asasi.html. Diakses pada 19 Maret 2016 pukul 18.00 Wita.
Iswanto, Dedi, dkk. 2015. “Menapaki Jalan Terjal Penegakan Hak Asasi
Manusia Di Indonesia”. Makalah untuk Memenuhi Tugas Mata
Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 Tanjung Selor.
Kompasiana. Gotong Royong Sederhana Namun Berarti Besar.              
http://www.kompasiana.com/gotong-royong-sederhana-namun-berarti  besar.html.  Diakses
pada tanggal 19 Maret 2016 Pukul 18.20 Wita
Manado. 2012. Manado Menjadi Kota Model Kerukunan Umat Beragama.
http://www.manadonyaman.wordpress.com/2012/05/09/manado-     
menjadi-kota-model-kerukunan-umat-beragama.html. Diakses pada
tanggal 20 Maret 2016 pukul 10.33 Wita.
MPR.1998. Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi
Manusia. http://www.mpr.go.id. Html. Diakses pada tanggal 14
Februari 2016 pukul 14.00 WITA
Paschall. 2015. Pengadilan HAM di Indonesia.
http://www.paschall-ab.blogspot.com/2015/02/pengadilan-ham-di-
indonesia.html. Diakses pada tanggal 20 Maret 2016 pukul 10.23
Wita.
Royalcluod. 2012. Makalah Pancasila dan Hak Asasi Manusia.            
http://www.royalcloud.blogspot.co.id/2012/04/makalah-
pancasila-dan-hak-asasi-manusia.html. Diakses pada tanggal 14
Februari 2016 pukul 13.30 wita.
Salikun,dkk. 2015. pendidikan pancasila dan kewarganegaraan 2015.  
 Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang,
Kemendikbud.
Zonapikir. 2009. Konflik Israel –Palestina Mungkinkan Berakhir.
http://www.zonapikir.wordpress.com/2009/01/07/konflik-israel-
palestina-mungkinkan-berakhir.html. Diakses pada tanggal 20
Maret 2016 Pukul 10.42 Wita.

Anda mungkin juga menyukai