Disusun oleh :
1. Awindri Rahmani Puji Lestari (06)
2. Hanifa Delfiera (17)
3. Ihsanuddin Halim Fajrian (19)
4. Muhammad Hanafi (27)
5. Rizki Aulia Putri (35)
KELAS : XI MIPA 2
PERSEMBAHAN
Makalah ini kami persembahkan dengan penuh rasa syukur kepada:
1. Bapak dan Ibu Tersayang.
2. Guru Pembimbing dalam proses pembuatan Makalah kami.
3. Bapak dan Ibu Guru SMA Negeri 3 Sukoharjo.
4. Sahabat dan teman-teman di SMA Negeri 3 Sukoharjo.
5. Pembaca yang berminat pada makalah yang sederhana ini.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................. ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN....................................................................................... iii
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... iv
DAFTAR ISI......................................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................... 1
1.2 Tujuan............................................................................................................................... 2
1.3 Manfaat............................................................................................................................. 3
BAB II KASUS PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DALAM
PERSPEKTIF PANCASILA
2.1 Substansi Hak Asasi Manusia dalam Pancasila............................................................... 4
2.1.1 Hak Asasi Manusia dalam Nilai Ideal Sila-Sila Pancasila.......................... 5
2.1.2 Hak Asasi Manusia dalam Nilai Instrumental Sila-Sila
Pancasila…………………………....................……………………….......6
2.1.3 Hak Asasi Manusia dalam Nilai Praksis Sila-Sila Pancasila......................... 9
2.2 Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia...................................................... 12
2.2.1 Jenis-jenis pelanggaran Hak Asasi Manusia.......................................................... 13
2.2.2 Penyimpangan Nilai-Nilai Pancasila dalam kasus
Pelanggaran Hak Asasi Manusia…………………………….........................15
2.3 Upaya Penyelesaian Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia…………...............…….21
2.3.1 Peradilan dan Sanksi Atas Pelanggaran Hak Asasi Manusia
di Indonesia……………………………………………………….................…21
2.3.2 Peradilan dan Sanksi Atas Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Internasional………………………................………………………………...25
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 27
3.2 Saran............................................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 30
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah Nya,
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum dan pemerintahan
dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Hak-hak asasi manusia dalam Pancasila dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945 dan
terperinci di dalam batang tubuh UUD 1945 yang merupakan hukum dasar konstitusional dan
fundamental tentang dasar filsafat negara Republik Indonesia serat pedoman hidup bangsa
Indonesia, terdapat pula ajaran pokok warga negara Indonesia. Yang pertama ialah
perumusan ayat ke 1 pembukaan UUD tentang hak kemerdekaan yang dimiliki oleh segala
bangsa didunia. Oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Pancasila baik sebagai Dasar Negara maupun sebagai ideologi bangsa banyak mendapat
sorotan. Pada tatanan faktual misalnya selalu digeneralisasi bahwa adanya penyimpangan-
penyimpangan dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
pelanggaran Hak Asasi Manusia dan bentuk lainnya, dianggap sebagai bukti
ketidakberdayaan ideologi Pancasila dalam mengatasi berbagai masalah bangsa yang timbul
dalam era reformasi sekarang dan pengaruh kehidupan global. Pancasila juga mendapat
sorotan dari para penulis dari berbagai disiplin ilmu. Meskipun demikian, pada dasarnya
semua menyadari bahwa Pancasila memuat sejumlah nilai dasar (sistem nilai universal) yang
melandasi Hak Asasi Manusia dan tidak dapat dipisahkan dari cita rakyat Indonesia.
Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan UUD 1945 sebagai landasan konstitusional.
Masalah Hak Asasi Manusia adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan
dibahas terutama dalam era reformasi ini. Hak Asasi Manusia lebih dijunjung tinggi dan lebih
diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa dalam
hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan orang lain.
Jangan sampai kita melakukan pelanggaran Hak Asasi Manusia terhadap orang lain dalam
usaha perolehan atau pemenuhan Hak Asasi Manusia pada diri kita sendiri.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui substansi Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Pancasila.
2) Untuk mengetahui kasus kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia.
3) Untuk mengetahui upaya penyelesaian kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat khusus penyusunan makalah ini yaitu :
1) Agar dapat mengetahui substansi Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Pancasila.
2) Agar dapat mengetahui kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia.
3) Agar dapat mengetahui upaya penyelesaian kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia.
BAB II
KASUS PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DALAM
PERSPEKTIF PANCASILA
3) Invasi atau agresi suatu negara ke negara lain (The crime of aggression)
Invasi atau agresi ialah suatu bentuk penyerangan dengan menggunakan kekuatan militer
yang dilakukan oleh suatu negara atau bangsa terhadap negara atau bangsa lainnya, dengan
dasar untuk mencaplok wilayah yang dikuasai negara yang diinvasi, memerangi kejahatan
internasional, dan sebagainya. Akan tetapi, hal tersebut dilakukan dengan tidak menggunakan
dasar hukum yang kuat serta melegalkan tindakan tersebut. Contoh dari tindakan invasi
tersebut diantaranya invasi Irak ke Iran pada 22 September1980 dan invasi Amerika Serikat
beserta sekutunya kepada Irak pada 20 Maret 2003.
4) Kejahatan perang (War crimes)
Kejahatan perang adalah suatu tindakan pelanggaran, dalam cakupan hukum internasional,
terhadap hukum perang oleh satu atau beberapa orang, baik militer maupun sipil. Pelaku
kejahatan perang ini disebut penjahat perang. Setiap pelanggaran hukum perang pada konflik
antar bangsa merupakan kejahatan perang. Pelanggaran yang terjadi pada konflik internal
suatu negara belum tentu dapat dianggap kejahatan perang.
Kejahatan perang meliputi semua pelanggaran terhadap perlindungan yang telah
ditentukan oleh hukum perang, dan juga mencakup kegagalan untuk tunduk pada norma
prosedur dan aturan pertempuran, seperti menyerang pihak yang telah mengibarkan bendera
putih, atau sebaliknya, menggunakan bendera perdamaian itu sebagai taktik perang untuk
mengecoh pihak lawan sebelum menyerang.
Beberapa mantan kepala negara dan kepala pemerintahan yang telah diadili karena
kejahatan perang antara lain adalah Karl Dönitz dari Jerman, mantan Perdana Menteri Hideki
Tojo dari Jepang dan mantan Presiden Liberia Charles Taylor. Pada awal 2006 mantan
Presiden Irak Saddam Hussein dan mantan Presiden Yugoslavia Slobodan Milošević juga
diadili karena kejahatan perang.
2.3 Upaya Penyelesaian Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia
2.3.1 Peradilan dan Sanksi Atas Pelanggaran Hak Asasi Manusia di
Indonesia
Kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia akan senantiasa terjadi jika tidak secepatnya
ditangani. Negara yang tidak mau menangani kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia yang
terjadi di negaranya akan disebut sebagai unwillingness state atau negara yang tidak
mempunyai kemauan menegakkan Hak Asasi Manusia. Kasus pelanggaran Hak Asasi
Manusia yang terjadi dinegara tersebut akan disidangkan oleh Mahkamah Internasional. Hal
ini tentu saja menggambarkan bahwa kedaulatan hukum negara itu lemah dan wibawanya
jatuh didalam pergaulan bangsa-bangsa yang beradab.
Sebagai negara hukum dan beradab, tentu saja Indonesia tidak mau disebut
sebagai unwillingnessstate. Indonesia selalu menangani sendiri kasus pelanggaran Hak Asasi
Manusia yang terjadi di negaranya tanpa bantuan dari Mahkamah Internasional. Contoh-
contoh kasus yang dikemukakan pada bagian sebelumnya merupakan bukti bahwa di negara
kita terdapat proses peradilan untuk menangani masalah Hak Asasi Manusia, terutama yang
sifatnya berat.
Sebelum berlakunya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2000
tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia diperiksa dan
diselesaikan di pengadilan Hak Asasi Manusia ad hoc yang dibentuk berdasarkan keputusan
presiden dan berada di lingkungan peradilan umum. Setelah berlakunya undang-undang
tersebut, kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia ditangani dan diselesaikan
melalui proses peradilan di Pengadilan Hak Asasi Manusia.
Berdasarkan Pasal 10 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2000,
penyelesaian kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia berat dilakukan berdasarkan ketentuan
Hukum Acara Pidana. Proses penyidikan dan penangkapan dilakukan oleh Jaksa Agung
dengan disertai surat perintah dan alasan penangkapan, kecuali tertangkap tangan. Penahanan
untuk pemeriksaan dalam sidang di Pengadilan Hak Asasi Manusia dapat dilakukan paling
lama 90 hari dan dapat diperpanjang paling lama 30 hari oleh pengadilan negeri sesuai
dengan daerah hukumnya. Penahanan di Pengadilan Tinggi dilakukan paling lama 60 hari
dan dapat diperpanjang paling lama 30 hari. Penahanan di Mahkamah Agung paling lama 60
hari dan dapat diperpanjang paling lama 30 hari.
Adapun penyelidikan terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat dilakukan
oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Dalam melakukan penyelidikan, Komisi Nasional
Hak Asasi Manusia dapat membentuk Tim ad hoc yang terdiri dari Komisi Nasional Hak
Asasi Manusia dan unsur masyarakat. Hasil penyelidikan Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia yang berupa laporan pelanggaran hak asasi manusia, diserahkan berkasnya kepada
Jaksa Agung yang bertugas sebagai penyidik. Jaksa Agung wajib menindak lanjuti laporan
dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia tersebut. Jaksa Agung sebagai penyidik dapat
membentuk penyidik ad hoc yang terdiri dari unsur pemerintah dan masyarakat.
Proses penuntutan perkara pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat dilakukan oleh
Jaksa Agung. Dalam pelaksanaan tugasnya, Jaksa Agung dapat mengangkat penuntut
umum ad hoc yang terdiri dari unsur pemerintah atau masyarakat. Setiap saat Komisi
Nasional Hak Asasi Manusia dapat meminta keterangan secara tertulis kepada Jaksa Agung
mengenai perkembangan penyidikan dan penuntutan perkara pelanggaran hak asasi manusia
yang berat. Jaksa penuntut umum ad hoc sebelum melaksanakan tugasnya harus
mengucapkan sumpah atau janji.
Selanjutnya, perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat diperiksa dan
diputuskan oleh Pengadilan Hak Asasi Manusia yang dilakukan oleh Majelis Hakim
pengadilan Hak Asasi Manusia paling lama 180 hari setelah berkas perkara dilimpahkan dari
penyidik kepala Pengadilan Hak Asasi Manusia. Majelis Hakim Pengadilan Hak Asasi
Manusia yang berjumlah lima orang terdiri atas dua orang hakim pada Pengadilan Hak Asasi
Manusia yang bersangkutan dan tiga orang hakim ad hoc yang diketuai oleh hakim dari
Pengadilan Hak Asasi Manusia yang bersangkutan.
Dalam hal perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat dimohonkan banding ke
Pengadilan Tinggi, perkara tersebut diperiksa dan diputus dalam waktu paling lama 90 hari
terhitung sejak perkara dilimpahkan ke Pengadilan Tinggi. Pemeriksaan perkara pelanggaran
Hak Asasi Manusia di Pengadilan Tinggi dilakukan oleh majelis hakim yang terdiri atas dua
orang hakim Pengadilan Tinggi yang bersangkutan dan tiga orang hakim ad hoc. Kemudian,
dalam hal perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat dimohonkan kasasi ke
Mahkamah Agung, perkara tersebut diperiksa dan diputus dalam waktu paling lama 90 hari
terhitung sejak perkara dilimpahkan ke Mahkamah Agung Pemeriksaan perkara pelanggaran
Hak Asasi Manusia berat di Mahkamah Agung dilakukan oleh majelis hakim terdiri atas dua
orang Hakim Agung dan tiga orang hakimad hoc. Hakim ad hoc di Mahkamah Agung
diangkat oleh Presiden selaku Kepala Negara atas usulan Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia.
3.1 Kesimpulan
Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia sebagai
anugerah Tuhan yang dibawa sejak lahir. Ciri pokok hakikat Hak Asasi Manusia yaitu Hak
Asasi Manusia tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi, Hak Asasi Manusia berlaku
untuk semua orang, dan Hak Asasi Manusia tidak bisa dilanggar. Hak Asasi Manusia
merupakan salah satu contoh dari penerapan pancasila sila kedua. Hak asasi manusia dalam
pancasila harus selalu ada keserasian atau keseimbangan antara hak dan kewajiban itu sesuai
dengan hakikat kehidupan manusia. Prinsip Hak Asasi Manusia dilandasi oleh system nilai
universal dalam Pancasila yaitu (a) nilai religius atau ketuhanan, (b) nilai kemanusiaan, (c)
nilai persatuan, (d) nilai kerakyatan, dan (e) nilai keadilan.
Upaya penegakan Hak Asasi Manusia dilaksanakan oleh lembaga Internasional maupun
lembaga nasional. Lembaga Internasional misalnya Office of the United Nations High
Commissioner for Human Rights, United Nations Security Council, United Nation Human
Rights Council, International Criminal Court, dll. Dan lembaga nasional misalnya Mahkamah
Konstitusi, Komnas HAM, Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Komisi Ombudsman
Nasional, dll.
Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia masih sering terjadi. Hal ini
menunjukkan bahwa instrumentasi tentang Hak Asasi Manusia belum mampu melindung
warga Negara. Masalah utama yang dihadapi dalam penegakan Hak Asasi Manusia yaitu Hak
Asasi Manusia merupakan masalah yang sedang hangat dibicarakan, Hak Asasi Manusia
sarat dengan masalah tarik ulur antara paham universalisme dan partikularisme, serta ada tiga
tataran diskusi tentang Hak Asasi Manusia.
3.2 Saran
Mewujudkan Hak Asasi Manusia dengan baik memang tidak mudah, perlu ada usaha
dari setiap individu. Yang paling utama, tentu saja diperlukan adanya niat untuk memahami
nilai-nilai pancasila yang ditetapkan. Baik dari individu, keluarga, masyarakat bangsa dan
Negara. Mempraktekkan nilai – nilai tersebut secara terus-menerus atau membiasakannya,
sehingga tidak ada lagi pelanggaran kepada Hak Asasi Manusia. Dengan demikian, Hak
Asasi Manusia pun dapat terlaksana dengan baik.
Tidak hanya itu dalam hal kita memerlukan pembelajaran, yaitu belaja rmemahami
betapa pentingnya Hak Asasi Manusia itu. Kita dapat belajar dari media-media yang telah
tersedia, salah satunya melalui media elektronik, disamping itu, kita juga telah memanfaatkan
teknologi dengan baik. Dalam usaha mempertahankan Hak Asasi Manusia setiap manusia
kita kadang mengalami kegagalan disana sini,tetapi itu tidak mengendurkan niat kita untuk
terus berusaha memperbaikinya dari hari ke hari.
Suatu hari nanti, kita berharap bahwa kita harus mampu mempertahankan dan
memperjuangkan Hak Asasi Manusia kita sendiri. Serta kita juga harus bisa menghormati dan
menjaga Hak Asasi Manusia orang lain, jangan sampai kita melakukan pelanggaran Hak
Asasi Manusia. Dan jangan sampai pula Hak Asasi Manusia kita dilanggar dan diinjak-injak
oleh orang lain.
DAFTAR PUSTAKA