PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Disusun Oleh:
I
DAFTAR ISI
II
DAFTAR GAMBAR
III
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hak asasi manusia (HAM) sebagai gagasan serta kerangka konseptual
tidak lahir secara tiba-tiba sebagaimana kita lihat dalam Universal
Declaration of Human Right 10 Desember 1948, namun melalui suatu proses
yang cukup panjang dalam sejarah peradaban manusia. Awal perkembangan
HAM dimulai ketika ditandatangani Magna Charta (1215), oleh Raja Jhon
Lacklaand. kemudian juga penandatanganan Petition of Right pada tahun
1628 oleh Raja Charles I. Dalam hubungan inilah maka perkembangan hak
asasi manusia ini sangat erat hubungannya dengan perkembangan demokrasi.
Indonesia merupakan negara hukum yang mana di dalam negara hukum
selalu ada pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia. Semua
manusia akan mendapat perlakuan yang sama kedudukannya dalam hukum,
sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Termasuk juga hak seorang anak ini semua
telah di atur di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 pada Pasal 28B ayat 2 yang berbunyi “Setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan
dari kekersan dan diskriminasi”. Dapat terlihat jelas bahwa di negara
Republik Indonesia dijamin adanya perlindungan hak asasi manusia
berdasarkan ketentuan-ketentuan hukum dan bukan kemauan seseorang atau
golongan yang menjadi dasar kekuasaan.
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2
2.2 PRINSIP-PRINSIP KERJA DARI HAM
Menurut Manfred Nowak, beliau berpendapat bahwa terdapat 4 prinsip
HAM yaitu universal, tak terbagi, saling bergantung, dan saling terkait.
Sedangkan Rhona K.M. Smith, menambahkan prinsip lain yaitu kesetaraan,
non-diskriminasi dan martabat manusia. Sedangkan Indonesia memberikan
penekanan penting terhadap prinsip tanggung jawab negara.
Berikut adalah penjelasan masing-masing prinsip HAM yang juga
mengandung sifat hak asasi manusia:
1. Universal (Universality)
Artinya bahwa semua orang di seluruh dunia tidak peduli apa
agamanya, apa warga negaranya, apa bahasanya, apa etnisnya, tanpa
memandang identitas politik dan antropologisnya, dan terlepas dari status
disabilitasnya, memiliki hak yang sama sebagai manusia.
2. Tak Terbagi (Indivisibility)
Artinya semua HAM adalah sama-sama penting dan oleh karenanya,
tidak diperbolehkan untuk mengeluarkan hak-hak tertentu atau kategori
hak tertentu dari bagiannya. Sifat HAM yang universal dan tidak terbagi
ini, dianggap sebagai 2 prinsip paling penting. Keduanya menjadi slogan
utama dalam ulang tahun UDHR (Universal Declaration of Human Right)
yang ke-50, yakni all human rights for all.
3. Saling Bergantung (Interdependent)
Maksudnya adalah terpenuhinya satu kategori hak tertentu akan
selalu bergantung dengan terpenuhinya hak yang lain. Sebagai contoh,
hak atas pekerjaan akan bergantung pada terpenuhinya hak atas
pendidikan. Kemudian hak untuk memilih dan menjalankan suatu
keyakinan akan bergantung pada hak untuk menyatakan pendapat di
muka umum. Para penganut agama tertentu akan boleh memimpin
jalannya ibadah jika hak untuk menyatakan pendapat di muka umum
terpenuhi.
3
4. Kesetaraan (Equality)
Kesetaraan adalah prinsip HAM yang sangat fundamental.
Kesetaraan dimaknai sebagai perlakuan yang setara, di mana pada situasi
yang sama manusia harus diperlakukan dengan sama, dan pada situasi
berbeda manusia diperlakukan secara berbeda juga.
5. Non-Diskriminasi (Non-Discrimination)
Diskriminasi terjadi ketika setiap orang diperlakukan atau memiliki
kesempatan yang tidak setara seperti ketidaksetaraan dalam perlakuan,
kasih sayang, lingkungan, keadilan, hukum dan lainnya.
6. Martabat Manusia (Human Dignity)
Tujuan utama disepakati dan dikodifikasikannya hukum HAM
adalah untuk memastikan bahwa semua manusia dapat hidup secara
bermartabat. Karena, pada dasarnya manusia harus dihormati,
diperlakukan secara baik, dan dianggap bernilai. Jika seseorang memiliki
hak, artinya dia bisa menjalani hidup dengan bermartabat. Namun jika
hak seseorang dicabut, maka dia tidak diperlakukan secara bermartabat.
7. Tanggung Jawab Negara (State’s Responsibility)
Pemenuhan, perlindungan dan penghormatan HAM adalah
tanggung jawab negara. Aktor utama yang dibebani tanggung jawab
untuk memenuhi, melindungi dan menghormati HAM adalah negara
melalui aparatur pemerintahannya. Prinsip ini ditegaskan di seluruh
konvensi HAM internasional maupun peraturan domestik. Di Indonesia,
kewajiban negara diakui secara tegas pada Pasal 8 UU HAM yang
berbunyi: “Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak
asasi manusia terutama menjadi tanggung jawab pemerintah”.
8. Saling Terkait (Interrelated)
HAM yang saling terkait dipahami bahwa keseluruhan HAM
merupakan bagian tidak terpisahkan dari yang lain. Dengan arti lain,
seluruh kategori HAM adalah satu paket dan satu kesatuan.
4
2.3 BENTUK PELANGGARAN DARI HAM
Ada dua jenis pelanggaran HAM, yakni pelanggaran HAM berat dan
pelanggaran HAM ringan. Contoh kasus pelanggaran HAM berat adalah kejahatan
kemanusiaan yang meliputi pembunuhan, perbudakan, penganiayaan hingga cacat,
apartheid, dan genosida.
Sedangkan contoh kasus pelanggaran HAM ringan adalah pencurian,
pencemaran nama baik, penghinaan, pengancaman, kekerasan fisik ringan, dan
tindakan yang menghalangi aspirasi. Berikut contoh kasus pelanggaran HAM di
Indonesia :
1. Pembersihan PKI (1965-1966)
Berkaitan dengan dibunuhnya 30 jenderal dalam peristiwa 30 September
1965 (G30S/PKI), pemerintahan Orde Baru menuding PKI sebagai biang
keroknya.
5
3. Tragedi Talangsari (1989)
Tragedi Talangsari yang terjadi di Lampung pada 7 Februari 1989
termasuk dalam salah satu pelanggaran HAM berat di Indonesia. Pada masa
tersebut Soeharto mengadakan program Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (P-4). Program ini banyak menyasar masyarakat Islam yang kritis
terhadap pemerintahan Orde Baru.
6
6. Pembunuhan Marsinah (1993)
Pada tanggal 3-4 Mei 1998, Marsinah beserta rekan-rekannya melakukan
demonstrasi karena pabrik tempatnya bekerja tidak menaikkan upah sesuai
edaran gubernur Jawa Timur. Pada siang tanggal 5 Mei 1998, 13 teman
Marsinah ditangkap Kodim Sidoarjo atas tuduhan penghasutan kepada para
buruh agar tidak masuk kerja.
Pada Bom Bali II, terdapat tiga buah bom yang meledak, yakni satu di Kuta dan
dua di Jimbaran. Tragedi ke-2 ini menewaskan 23 orang (4 wisatawan asing dan
tiga pelaku) serta 196 orang luka-luka.
7
8. Tragedi Trisakti (1998)
Pada 12 Mei 1998, terjadi peristiwa penembakan terhadap mahasiswa
demonstran di Trisakti yang berdemo menuntut Soeharto untuk menurunkan
jabatan presidennya. Ada empat orang mahasiswa yang tewas dalam tragedi
tersebut, yakni Elang Mulia Lesmana, Hafidhin Royan, Hendriawan Sie, dan
Hery Hartanto.
9. Tragedi Semanggi I & II (1998-1999)
Kasus pelanggaran HAM berikutnya adalah Tragedi Semanggi yang
merupakan dua rangkaian kejadian protes masyarakat terhadap Sidang Istimewa
MPR yang mengakibatkan tewasnya rakyat sipil.
Munir Said Thalib merupakan seorang aktivis HAM yang membela keluarga
korban Penculikan Aktivis 97/98. Pada tahun 2004, Munir tewas dalam pesawat
tujuan Amsterdam akibat diracun menggunakan senyawa arsenik.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa Hak Asasi Manusia adalah
hak istimewa yang dimiliki oleh manusia sejak dari lahir untuk memiliki
kebebasan dalam berkehidupan, seperti tidak diperbudak, tidak
dibeda-bedakan kehormatan, dan tidak dimusuhi dikarenakan terdapat
perbedaan dari beberapa aspek ataupun pendapat. HAM haruslah ditegakkan
untuk mencapai kerukunan antar umat dan tidak terjadi pecah belah antar
sesama.
Menegakkan HAM pada suatu negara bukan hal yang mudah, namun
dapat dicapai apabila masyarakat dan negara saling kompak untuk andil
dalam mewujudkan kesejahteraan yang menguntungkan kedua belah pihak.
Terutama jika mewujudkan kesejahteraan dengan negara lain yang memiliki
opini, ideologi, dan objektif yang jauh berbeda dari negara Indonesia.
9
DAFTAR PUSTAKA
10