Anda di halaman 1dari 15

HAK ASASI MANUSIA DALAM PRESPEKTIF BARAT DAN ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu :

Dr. H. Ilham Tohari, SH, M.H.I

Disusun oleh :

Kelompok 8 PAI F

Lailita Melin Nahdhiyin (22201225)

Miftakhul Hasanah (22201231)

Miftah Nur Rahmawan (22201226)

Moh Budi Hidayat (22210243)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami haturkan kehadirat ALLAH SWT yang senantiasa
Melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dalam mata perkuliahan ini.

Terima kasih kepada Dr. H. Ilham Tohari, SH, M.H.I selaku pembimbing
kami dalam pembelajaran mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, juga semua
pihak yang telah memberikan bantuan serta motivasi kepada kami dalam
menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik serta saran yang bersifat membangun guna perbaikan dan
peningkatan kualitas makalah di masa yang akan datang dari pembaca adalah
sangat berharga bagi kami.

Demikian makalah ini kami susun, semoga bisa bermanfaat bagi kita
semua serta menjadi tambahan referensi bagi penyusunan makalah dengan tema
yang senada di waktu yang akan datang.

Kediri, 16 April 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................. 1
C. Tujuan Pembahasan........................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 2

A. Pengertian dan Tujuan Hak Asasi Manusia ........................................ 2


B. Ham Menurut Prespektif Barat .......................................................... 3
C. Ham Menurut Prespektif Islam .......................................................... 5
D. Ham Menurut Prespektif Indonesia ................................................... 8

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 10

A. Kesimpulan ....................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya, semua makhluk hidup yang ada di muka bumi ini pasti
mempunyai hak asasi masing-masing, Khusunya bagi setiap hak asasi yang di
miliki semua manusia. Dan untuk menghargai satu sama lain dalam berkehidupan,
kita mengenal sebuah istilah yakni hak asasi. Umumnya hak asasi ini di gunakan
dalam rana untuk menghargai manusia satu sama lain, Tetapi tujuan yang haq dari
hak asasi ini adalah bagaimana kita bisa untuk menghargai segala hal dalam
kehidupan ini, entah itu dalam menghargai manusia, hewan, tumbuhan dll .

1
Artinya hak asasi ini dapat di simpulkan bahwa, dalam berkehidupan kita
tidak hanya di tuntut unutuk menghargai manusia saja, tetapi untuk menjadi
manusia yang baik dalam berkehidupan kita harus mengimplementasikan hak
asasi ini dalam segala bidang atau dalam segala hal yang berbau dengan moral.

Yang melatar belakangi munculnya hak asasi ini adalah perilaku manusia
yang sering merendahkan orang lain dari segi harga diri, harkat dan martabatnya.
Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah, akan membahas tentang hak asasi
dalam pembahasan makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dan Tujuan Hak Asasi Manusia?
2. Bagaimana Ham Menurut Prespektif Barat?
3. Bagaimana Ham Menurut Prespektif Islam?
4. Bagaimana Ham Menurut Prespektif Indonesia?

C. Tujuan Rumusan Masalah


1. Untuk Mengetahui Pengertian dan Tujuan Hak Asasi Manusia
2. Untuk Memahami Ham Menurut Prespektif Barat
3. Untuk Memahami Ham Menurut Prespektif Islam
4. Untuk Memahami Ham Menurut Prespektif Indonesia

1
Eko Riyadi, Hukum hak asasi manusia: prespektif internasional,regional dan nasional,(
Rajawali pers,Depok,2018) h 17
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Tujuan Hak Asasi Manusia

2
Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yag di miliki oleh setiap manusia
sebagai anugrerah yang di berikan oleh tuhan dari sejak awal lahirnya manusia.
Menurut UU No. 39 tahun 1999 tentak Hak Asasi Manusia dinyatakan, bahwa
HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai anugerah tuhan yang wajib di hormati, di junjung tinggi, dan di lindungi
oleh negara, hukum, pemerintah dan semua orang demi kehormatan manusia,
serta perlingdungan dalam aspek harkat dan martabat manusia.

3
Istilah HAM merupakan terjemahan dari istilah Droits deL’homme dalam
bahasa Percancis yang berarti hak-hak manusia atau dalam kata istilah bahasa
Inggrisnya yaitu human rights dan dalam kata istilah belanda yaitu mensenrechten
yang artinya hak yang kita miliki semata-mata karena kita punya hak sebagai
manusia. Di Indonesia umumnya hal ini umumnya di sebut sebagai haK asasi
manusia (HAM) yang merupakan terjemahan dari basic rights dalam istilah
bahasa Inggrisnya dan grondrechten dalam istilah bahasa Belanda. Sebagian
orang pula menyebutnya dengan istilah hak-hak fundamental sebgai terjemahan
dari fundamental rights dalam bahasa Inggris dan fundamentele rechten dalam
bahasa Belanda. Di Amerika Serikat biasanya mereka menyebutnya dalam istilah
human rights atau menyebutnya dalam istilah civil rights.

Di dalam deklarasi umum Hak Asasi Manusia, HAM di artikan sebagai : Hak-
hak dasar yang melekat pada diri manusia secara kodrati, universal, dan abadi
sebagai anugerah Tuhan YME, meliputi hak untuk hidup berkeluarga, hak untuk
mengembangkan diri, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak berkomunikasi, hak
keamanan, hak kesejahteraan, yang oleh karena itu tidak boleh di abaikan atau di
rampas oleh siapapun. Selanjutnya mansuia juga mempunyai hak dan tanggung

2
Ruslan Renggong & Dyah Aulia Rachma Ruslan, Hak Asasi Manusia Dalam Prespektif Hukum
Nasiaonal, (Kencana, Rawang mangun jakarta,2021) h 24
3
Ramdlon Naning, Citra dan Cita Hak Asasi Manusia,(media ilmu, Bogor, 2017) h 7

2
jawab yang timbul sebagai akibat perkembangan kehidupannya dalam
masyarakat4.

Berbicara mengenai tujuan dari Hak Asasi Manusia, banyak sekali perbedaan
antara argumen para ahli hukum. Dan menurut Nick Szabo seorang ilmuwan
komputer dan ahli pakar hukum di Amerika mengatakan bahwa, Tujuan Hak
Asasi Manusia adalah mempertahankan hak-hak manusia dengan sarana
kelembagaan terhadap penyalahgunaan kekuasaan yang di lakukan oleh aparat
negara, dan pada waktu yang bersamaan mendorong perkembanagan pribadi
manusia yang multidimensional5.

B. HAM Meunrut Prespektif Barat

HAM menurut prespektif orang barat yakni semata-marta hanya bersifat


anthroposentris yang artinya segala sesuatu berpusat pada kepentingan dan
kebebasan. Dari istilah di atas bisa di simpulkan bahwa HAM dalam pandangan
barat yaitu kepentingan manusia yang di anggap sebagai kepentingan puncak
tertinggi manusia dimana tidak ada hal yang lebih penting dari kepentingan
manusia, meskipun hal tersebut bersangkutan dengan tuhan. HAM menurut barat
di katakan sebagai anthroposentris juga karena nilai-nilai orang barat yang jauh
dari nilai-nilai agama dalam menjalani kehidupan6.

Salah seorang filusuf dunia terkenal dari maroko yakni mohammad Abed Al
Jabiri mengatakan bahwa dia mengingatkan tentang bagaimana Barat
menggunakan senjata HAM untuk melawan Uni Soviet sebelum terakhir runtuh,
dan juga dalam menghadapi negara-negara yang membentuk apa yang disebut
sebagai Kamp Komunis (Perkumpulan Para Komunisme), bahkan mereka
melawan semua negara yang menerapkan politik dan orientasi yang tidak sejalan
dengan kepentingan-kepentingan Barat. Sementara itu, media Barat selalu diam
tentang pelanggaran HAM di berbagai negara yang dilakukan secara sengaja,
terang-terangan, dan berulang kali hingga seolah-olah pelanggaran HAM itu

4
Fadli Andi Nasif, Hukum Kejahatan HAM : Prespektif Hukum Pidana Indonesia dan Hukum
Pidana Internasional, (jakarta Pers, 2020) h 18
5
Sumarso, Pendidikan Hak Asasi Manusia,(Indotamas solo,Surakarta, 2020) h 158
6
Toto Sugiarto, Ensiklopedi Pendidikan Kewarganegaraan Tentang Hak Asasi Manusia dan
Konstitusi,(Hikam Pustaka, Bandung,2014) h 67

3
merupakan salah satu ketetapan politik negara-negara barat, seperti contoh
pelanggaran HAM yang di lakukan oleh israel terhadap palestina yang mana para
tentara zionis israel menyerang negara palestina dengan seenaknya sendiri, hal ini
juga bisa menajadikan salah satu argumen kuat juga bahwa negara barat
mendefinisikan HAM Sebagai kepentingan politik pribadi suatu negara. Dan juga
hal yang terjadi di Afrika Selatan yang mana para diktator memperlakukan sekutu
dan pelayan dengan menggunakan kekerasan pada dunia ketiga. Demikian juga
pembantaian yang pernah terjadi di Bosnia Herzegovina, bahkan yang terjadi di
negara-negara Eropa sendiri dimana koloni (tempat yang di kuasai orang lain)
imigran, khususnya mereka yang berafiliasi dengan Selatan untuk membangun
kerjasama dalam perbisnisan mereka mengalami berbagai macam tekanan,
kesulitan dan diskriminasi ras7.

Kesimpulan dari yang dikatakan mengingatkan kita dengan kelicikan terhadap


implementasi HAM Barat yang mana mereka melakukan praktek-praktek
diskriminasi, eksploitasi, dan dominasi yang takan pernah sungguh-sungguh
terhapus, baik yang bertudung kekuasaan, atau bahkan yang mengatasnamakan
agama dan kemanusiaan. Bahkan setelah PBB mengemukakan Deklarasi HAM
Sedunia kita mengingat Tragedi Bosnia Herzegovina, Rwanda, Perang Teluk dll
yang bedampak pada stigma terorisme sehingga islam mengalami dampak
pendiskreditan. Dan negara wilayah Utara mendapat keuntungan atas perilaku
negara barat tersebut yaitu meningkatnya perekonomian global, dominasi sains
Barat, dan hegemoni media Barat. Sementara dunia belahan Timur dipandang
sebagai fanatisme, fundamentalisme dan radikalisme agama, subordinasi
perempuan, dan berbagai pelanggaran HAM lainnya.

Seorang Pakar Hukum internasioanal dari Amerika Richard A Falk bahkan


mengecam dan mengkritik Barat dengan tegas bahwa mereka tidak dapat
memperbandingkan kotak universalitasnya dalam lingkaran ìlegitimasi dan
otentisitas budaya, sehingga paradigma HAM Barat harus memperhatikan
berbagai budaya dan tradisi keagamaan yang berbeda. Tidak ada yang menjamin
bahwa situasi dunia sekarang adalah jauh lebih baik ketimbang situasi pada abad-

7
Muhammad Abed Al Jabiri.Demokrasi dan HAM Syura: Tradisi, Partikularitas,
Universalitas.(LKIS,Yogyakarta, 2003) H 97-98

4
abad yang lampau, selama hukum internasional belum dapat terintegrasi dengan
hukum agama8.

C. HAM Menurut Prespektif Islam

Islam adalah agama yang universal dan komprehensif yang melingkupi


beberapa konsep. Konsep yang dimaksud yaitu aqidah, ibadah, dan muamalat
yang masing-masing memuat ajaran keimanan, aqidah, ibadah dan muamalat. Di
samping mengandung ajaran keimanan, juga mencakup dimensi ajaran agama
Islam yang dilandasi oleh ketentuan-ketentuan berupa syariat atau fikih.

Hak-hak asasi manusia dilihat dari sudut pandangan Islam yakni bersifat
teosentris yang mana segala sesuatu berpusat kepada Tuhan. karenanya, ukuran
kebenarannya adalah menurut Tuhan Dengan demikian Tuhan sangat
dipentingkan. Dalam hubungan ini, A.K. Brohi menyatakan bahwa ham prespektif
islam berbeda dengan Barat, strategi Islam sangat mementingkan penghargaan
kepada hak-hak asasi dan kemerdekaan dasar manusia sebagai sebuah aspek
kualitas dari kesadaran keagamaan yang terpatri di dalam hati, pikiran dan jiwa
penganut-penganutnya. Perspektif Islam sungguh-sungguh bersifat teosentris.

Selanjutnya, di dalam Islam, menurut Abu al'Ala al-Maududi, ada dua konsep
tentang hak. Pertama, hak manusia atau huquq al-insan al-dharuriyyah; Kedua,
hak Allah atau huquq Allah9. Kedua jenis hak tersebut tidak bisa dipisahkan. Dan
hal inilah yang membedakan antara konsep HAM menurut Islam dan HAM
menurut perspektif Barat.

Dilihat dari tingkatannya ada tiga bentuk hak asasi manusia dalam Islam,
pertama, hak dasar,Sesuatu dianggap hak dasar apabila hak tersebut dilanggar
bukan hanya membuat manusia sengsara, tetapi juga hilang eksistensinya bahkan
hilang harkat kemanusiaannya. Misalnya, bila hak hidup seseorang dilanggar
maka berarti orang itu mati. Kedua, hak sekunder, yakni hak-hak yang bila tidak
dipenuhi akan berakibat pada hilangnya hak-hak elementer, misalnya, hak

8
Richard A falk, HAM dan Pola-pola Dominasi di Barat:Kekacauan Cara Pandang Praktik yang
Kacau Humanis Wrong: Rekor Buruk Dominasi Barat atas HAM (Pilar Media Yogyakarta, 2007)
h 27
9
Abu A`la Maududi, Hak Asasi Manusia dalam Islam (Jakarta: YAPI, 1998), h 13

5
seseorang untuk memperoleh sandang pangan yang layak, maka akan
mengakibatkan hilangnya hak hidup. Ketiga, hak tersier, yakni hak yang
tingkatannya lebih rendah dari hak primer dan sekunder10.

HAM dalam Islam sebenarnya bukan wacana asing, karena HAM dalam Islam
sudah ada 600 tahun sebelum Magna Charta11 dikumandang-kan. Pandangan ini
diperkuat dengan pendapat Weeramantry sebagaimana dikutip Bambang Cipto
yang menyatakan bahwa pemikiran Islam mengenai hak-hak di bidang sosial,
ekonomi dan budaya telah jauh mendahului pemikiran Barat11.Ajaran Islam
tentang HAM dapat dijumpai dalam sumber ajaran Islam itu sendiri yaitu al-
Qur’an dan al-Hadits. Kedua sumber tersebut di samping sebagai sumber normatif
juga merupakan sumber ajaran praktis dalam kehidupan umat Islam.

HAM dalam Islam dimulai dengan beberapa peristiwa yang dapat dijelaskan
sebagai berikut :

a. Piagam Madinah. (al-Dustur al-Madinah) Adapun ajaran pokok dalam


Piagam Madinah itu adalah: Pertama, interaksi secara baik dengan
sesama, baik pemeluk Islam maupun non Muslim. Kedua, saling
membantu dalam menghadapi musuh bersama. Ketiga, membela mereka
yang teraniaya. Keempat, saling menasihati. Dan kelima menghormati
kebebasan beragama. Satu dasar itu yang telah diletakkan oleh Piagam
Madinah sebagai landasan bagi kehidupan bernegara untuk masyarakat
majemuk di Madinah.
b. Deklarasi Cairo (The Cairo Declaration) yang memuat ketentuan HAM
yakni hak persamaan dan kebebasan (QS. al-Isra: 70, al- Nisa: 58, 105,
107, 135 dan al-Mumtahanah: 8); hak hidup (QS. al-Maidah: 45 dan al-
Isra’: 33); hak perlindungan diri (QS. al-Balad: 12 - 17, alTaubah: 6);
hak kehormatan pribadi (QS. al-Taubah: 6); hak keluarga (QS. al-
Baqarah: 221, al-Rum : 21, al-Nisa 1, al-Tahrim : 6); hak keseteraan
wanita dan pria (QS. al-Baqarah: 228 dan al-Hujurat: 13); hak anak dari

10
Masdar F. Mas’udi, ”HAM dalam Islam“ dalam Suparman Marzuki dan Sobirin Mallan,
Pendidikan Kewrganegaraan dan HAM (Yogyakarta: UII Press, 2002).
11
Bambang Cipto, dkk., Pendidikan Kewarganegaraan: Menuju Kehidupan yang Demokratis dan
Berkeadaban (Yogyakarta: LP3 UMY-The Asia Foundation, tt), h 263

6
orangtua (QS. al-Baqarah: 233 dan surah al-Isra: 23- 24). Selanjutnya,
hak mendapatkan pendidikan (QS. al-Taubah: 122, al-`Alaq: 1 - 5), hak
kebebasan beragama (QS. al-Kafirun: 1-6, alBaqarah: 136 dan al-Kahfi:
29), hak kebebasan mencari suaka (QS. al-Nisa: 97, al-Mumtahanah: 9),
hak memperoleh pekerjaan (QS. al-Taubah: 105, al-Baqarah : 286, al-
Mulk : 15), hak memperoleh perlakuan yang sama (QS. al-Baqarah 275-
278, al-Nisa 161, Ali `Imran : 130), hak kepemilikan (QS. al-Baqarah :
29, al-Nisa : 29), dan hak tahanan (QS. al-Mumtahanah : 8).12 Ayat-ayat
tersebut yang secara tematik dapat menjadi konsep-konsep utama al-
Qur'an tentang HAM dapat diperluas lagi.

Dari gambaran di atas, baik deklarasi Madinah maupun deklarasi Cairo,


menunjukkan betapa besarnya perhatian Islam terhadap HAM yang dimulai sejak
Islam ada, sehingga Islam tidak membeda-bedakan latar belakang agama, suku,
budaya, strata sosial dan sebagainya.

Namun dalam realitas pelaksanaannya, HAM dipengaruhi oleh konsep HAM


dari Barat yang berorientasi sekuler. Sehingga menghadapi kenyataan semacam
ini ada beberapa tanggapan dari masyarakat muslim dunia tentang HAM. Pertama,
menolak secara keseluruhan. Hal ini didasarkan pada keyakinan mereka bahwa
syariat bersifat sakral, independen dan sekaligus mengatasi kondisi historis di
mana dan kapan pertama kali diwahyukan dan dalam pandangan mereka syariah
merupakan pandangan hidup yang paling benar dan sempurna. Konsekwensinya,
HAM dipandang sebagai omong kosong dan bertentangan dengan ajaran Islam.
Sebab konsep HAM PBB identik dengn agama Kristen. Karena itu, Islam harus
membangun versi HAM-nya sendiri. Kedua, menerima secara keseluruhan.
Pendapat ini didasarkan pada pandangan bahwa HAM PBB dan Perjanjian
Internatsional merupakan hasil elaborasi dan merupakan bagian khazanah
kemanusiaan dan tidak perlu ada justifikasi Islam terhadapnya. Menurut
kelompok ini tidak ada subjek yang paling terkait dengan HAM. Sebab keadilan
akan sama sekali tidak berarti jika hak-hak fundamental seseorang tidak diakui
atau dilanggar oleh masyarakat. Ketiga, tanggapan yang bersifat ambigu yang

12
Dede Rosyada, dkk., Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani (Jakarta: ICCE
UIN Syarif Hidayatullah, 2005), h 221

7
mencerminkan adanya keinginan untuk tetap setia pada syari’ah di satu sisi ada
keinginan untuk menghormati tatanan serta hukum-hukum internasional.
Kelompok ini meyakini bahwa, syari’ah bersifat kekal, universal dan harus
dijadikan landasan hidup. Sementara HAM PBB dapat diakomodasi dengan
beberapa prasyarat.13

D. HAM Menurut Prespektif Indonesia

Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak yang melekat pada manusia sebagai
makhluk yang memiliki martabat dan hak yang sama, tanpa pandang bulu suku,
agama, ras, jenis kelamin, atau status sosial. Di Indonesia, hak asasi manusia
diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) dan diakui sebagai bagian
dari nilai-nilai Pancasila yang mana HAM di Indonesia ini bersifat universal. Di
Indonesia upaya penegakan HAM pada akhirnya terletak pada pemegang otoritas
yang memeiliki kewenangan penegakan HAM, yakni Kepolisian, Kejaksaan dan
Hakim yang mana peran dari hakim adalah sebagai komponen central untuk
menajdi penentu dalam upaya penegakan HAM.

Perspektif Indonesia terhadap hak asasi manusia ditegaskan dalam Pasal 28A
hingga 281 UUD 1945. Pasal-pasal tersebut menjelaskan bahwa setiap orang
berhak atas martabat yang sama di depan hukum dan pemerintah, hak untuk
hidup, hak atas kebebasan beragama dan berkeyakinan, hak atas kebebasan
berserikat dan berkumpul, hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, serta
hak atas pendidikan dan budaya.

Selain itu, Pasal 28I UUD 1945 juga mengatur tentang perlindungan hak asasi
manusia yang lebih luas, seperti hak atas perlindungan dan keadilan yang sama di
depan hukum, hak atas privasi, dan hak atas lingkungan hidup yang sehat dan
baik.14Pemerintah Indonesia juga telah menetapkan berbagai peraturan dan
kebijakan yang bertujuan untuk melindungi hak asasi manusia, seperti Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia15, Undang-Undang

13
Said Agil Husin Munawar. Al-Qur’an: Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki (Jakarta: Ciputat
Press, 2004), h 298-299.
14
Undang-Undang Dasar thn 1945
15
Undang-Undang Dasar nomor 39 thn 1999

8
Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant on Civil and
Political Rights (ICCPR) dan International Covenant on Economic, Social and
Cultural Rights (ICESCR), serta berbagai peraturan dan kebijakan lainnya yang
terkait dengan hak asasi manusia.16

Namun, meskipun sudah ada upaya untuk melindungi hak asasi manusia di
Indonesia, masih banyak tantangan dan masalah yang perlu diatasi, seperti
pelanggaran hak asasi manusia yang masih terjadi, terutama di wilayah-wilayah
konflik dan di sektor-sektor tertentu seperti hak-hak pekerja dan hak atas tanah.
oleh karena itu, perlu adanya upaya yang lebih serius dan komprehensif untuk
melindungi hak asasi manusia di indonesia.

16
Undang-Undang Dasar nomor 12 thn 2005

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yag di miliki oleh setiap manusia
sebagai anugrerah yang di berikan oleh tuhan dari sejak awal lahirnya manusia.
Menurut UU No. 39 tahun 1999 tentak Hak Asasi Manusia dinyatakan, bahwa
HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai anugerah tuhan yang wajib di hormati, di junjung tinggi, dan di lindungi
oleh negara, hukum, pemerintah dan semua orang demi kehormatan manusia,
serta perlingdungan dalam aspek harkat dan martabat manusia.

Berbicara mengenai tujuan dari Hak Asasi Manusia, banyak sekali


perbedaan antara argumen para ahli hukum. Dan menurut Nick Szabo seorang
ilmuwan komputer dan ahli pakar hukum di Amerika mengatakan bahwa, Tujuan
Hak Asasi Manusia adalah mempertahankan hak-hak manusia dengan sarana
kelembagaan terhadap penyalahgunaan kekuasaan yang di lakukan oleh aparat
negara, dan pada waktu yang bersamaan mendorong perkembanagan pribadi
manusia yang multidimensional.

HAM menurut prespektif orang barat yakni semata-marta hanya bersifat


anthroposentris yang artinya segala sesuatu berpusat pada kepentingan dan
kebebasan. Dari istilah di atas bisa di simpulkan bahwa HAM dalam pandangan
barat yaitu kepentingan manusia yang di anggap sebagai kepentingan puncak
tertinggi manusia dimana tidak ada hal yang lebih penting dari kepentingan
manusia, meskipun hal tersebut bersangkutan dengan tuhan. HAM menurut barat
di katakan sebagai anthroposentris juga karena nilai-nilai orang barat yang jauh
dari nilai-nilai agama dalam menjalani kehidupan.

Hak-hak asasi manusia dilihat dari sudut pandangan Islam bersifat


teosentris, artinya, segala sesuatu berpusat kepada Tuhan. karenanya, ukuran
kebenarannya adalah menurut Tuhan Dengan demikian Tuhan sangat
dipentingkan. Dalam hubungan ini, A.K. Brohi menyatakan: “Berbeda dengan

10
pendekatan Barat, strategi Islam sangat mementingkan penghargaan kepada hak-
hak asasi dan kemerdekaan dasar manusia sebagai sebuah aspek kualitas dari
kesadaran keagamaan yang terpatri di dalam hati, pikiran dan jiwa penganut-
penganutnya. Perspektif Islam sungguh-sungguh bersifat teosentris.

Perspektif Indonesia terhadap hak asasi manusia ditegaskan dalam Pasal


28A hingga 28J UUD 1945. Pasal-pasal tersebut menjelaskan bahwa setiap orang
berhak atas martabat yang sama di depan hukum dan pemerintah, hak untuk
hidup, hak atas kebebasan beragama dan berkeyakinan, hak atas kebebasan
berserikat dan berkumpul, hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, serta
hak atas pendidikan dan budaya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Riyadi Eko, Hukum hak asasi manusia: prespektif internasional,regional dan


nasional,( Rajawali pers,Depok,2018)
Renggong Ruslan & Ruslan Dyah Aulia Rachma, Hak Asasi Manusia Dalam
Prespektif Hukum Nasiaonal, (Kencana, Rawang mangun jakarta,2021)
Naning Ramdlon, Citra dan Cita Hak Asasi Manusia,(media ilmu, Bogor, 2017)
Nasif Fadli Andi, Hukum Kejahatan HAM : Prespektif Hukum Pidana Indonesia
dan Hukum Pidana Internasional, (jakarta Pers, 2020)
Sumarso, Pendidikan Hak Asasi Manusia,(Indotamas solo,Surakarta, 2020)
Sugiarto Toto, Ensiklopedi Pendidikan Kewarganegaraan Tentang Hak Asasi
Manusia dan Konstitusi,(Hikam Pustaka, Bandung,2014)
Al Jabiri Muhammad Abed. Demokrasi dan HAM Syura: Tradisi, Partikularitas,
Universalitas.(LKIS,Yogyakarta, 2003)
A falk Richard, HAM dan Pola-pola Dominasi di Barat:Kekacauan Cara
Pandang Praktik yang Kacau Humanis Wrong: Rekor Buruk Dominasi Barat atas
HAM (Pilar Media Yogyakarta, 2007)
Maududi Abu A`la, Hak Asasi Manusia dalam Islam (Jakarta: YAPI, 1998)
Mas’udi Masdar F. ”HAM dalam Islam“ dalam Suparman Marzuki dan Sobirin
Mallan, Pendidikan Kewrganegaraan dan HAM (Yogyakarta: UII Press, 2002)
Cipto Bambang, dkk., Pendidikan Kewarganegaraan: Menuju Kehidupan yang
Demokratis dan Berkeadaban (Yogyakarta: LP3 UMY-The Asia Foundation, tt)
Rosyada Dede, dkk., Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani
(Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah, 2005)
Munawar Said Agil Husin. Al-Qur’an: Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki
(Jakarta: Ciputat Press, 2004)
Undang-Undang Dasar thn 1945
Undang-Undang Dasar nomor 39 thn 1999

12

Anda mungkin juga menyukai