KELOMPOK 8
Tentang :
“Hak Asasi Manusia”
Dosen Pengampu :
Teguh Setiabudi,M.H
Disusun Oleh :
FAKULTAS SYARI’AH
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH
UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, serta shalawat dan salam mudah-
mudahan tetap tercurahkan kepada junjungan kita Baginda Nabi Muhammad SAW.
Diantara sekian banyak nikmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita semua dan
manfaat dari Rasulullah SAW yang salah satunya telah membawa kita dari zaman
kegelapan menuju zaman terang benderang yakni agama Islam yang suci dan mulia, oleh
karenanya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi
salah satu tugas yang diberikan oleh Dosen Pengampu Mata Kuliah Kewarganegaraan
kami, Bapak Teguh Setiabudi,M.H. Dalam proses penyusunan makalah ini kami menjumpai
banyak hambatan dan permasalahan namun berkat dukungan dari Bapak Dosen, teman-
teman dan berbagai pihak akhirnya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dengan tepat waktu. Oleh karena itu melalui kesempatan ini kami menyampaikan
terimakasih kepada Bapak Teguh Setiabudi,M.H. selaku Dosen Mata Kuliah
Kewarganegaraan serta pembimbing dalam penyusunan makalah ini, kepada berbagai
pihak yang telah ikut membantu kami dan kepada semua teman-teman yang selalu
memberikan dukungan untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Segala sesuatu yang salah datangnya hanya dari manusia dan seluruh hal yang
benar datangnya hanya dari Allah SWT. Tentu makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun dari Bapak
Dosen, teman – teman dan semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan makalah
kami ini. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami dan bagi
pembaca.
i
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang …………………………………………………………………. 1
Rumusan Masalah ……………………………………………………………… 2
Tujuan Penulisan ………………………………………………………………...2
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi HAM …..…………………………………...……………………….…..3
Konsep Dasar HAM…………………………………………………...………....5
Sejarah Perkembangan HAM………………………………………………….…6
Macam-macam dan Ciri-ciri HAM……………………………………………..11
Problematika HAM di Indonesia ……………………………………………….12
Upaya Penegakan HAM ………………………………………………………..13
Kendala dan Tantangan dalam Upaya Penegakan HAM ……………………....14
Kasus Pelanggaran HAM dimasa lalu .. ………………………………………. 15
Pelanggaran HAM …………………………………………………………….. 15
Prosedur Penyelesaian Kasus Pelanggaran HAM …………………………….. 16
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan dan Saran ……………………………………………………….. 17
Daftar Pustaka ………………………………………………………………... 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Rhona K.M. Smith, dkk. Hukum Hak Asasi Manusia (Yogyakarta: PUSHAM UII,
2
1
Yang Maha Esa dan merupukan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia”.3
Hak asasi manusia merupakan hak yang diperoleh oleh setiap warga negara dan dilindungi
oleh negara. Setiap orang memiliki hak dan kewajiban yang sama di hadapan hukum, karena
hukum tidak membedakan antara warga yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu hak
asasi manusia tidak dapat dihilangkan dari diri seseorang dan harus dijunjung tinggi.
BAB II
PEMBAHASAN
Qamar Nurul , ‘’Hak Asasi Manusia dalam Negara Hukum Demokrasi’’, (Jakarta timur:
3
2
2.1 Definisi HAM
Hak asasi manusia merupakan terjemahan istilah dalam bahasa Perancis yaitu “droits de
l’homme” yang diartikan sama. Secara etimologi, hak asasi manusia merupakan gabungan dari 3
kata yaitu:
1. “Hak”, yang berasal dari kata haqq (bahasa Arab) dan merupakan bentuk tunggal dari kata
huquq. Kata haqq sendiri berasal dari akar kata haqqa, yahiqqu, haqqan yang berarti
“benar”, “nyata”, “pasti”,” tetap”, dan “wajib”.
2. “Asasi”, yang berasal dari kata asasy (bahasa Arab) dan merupakan bentuk tunggal dari
kata usus serta berasal dari akar kata assa, yaussu, asasaan yang berarti “membangun”,
“mendirikan”, dan “meletakkan”.
3. “Manusia”, berasal dari kata manu (bahasa Sansekerta) yang berarti “manusia” dan sens
(bahasa Latin) yang berarti “berpikir” atau “berakal budi”.4
Pengertian hak asasi manusia merupakan peralihan bahasa dari istilah “Declaration des droits
de l’ homme et du Citoyen” yang merupakan pernyataan hak-hak manusia warga Negara Prancis
dan di proklamirkan pada tahun 1789, sebagai bentuk keberhasilan revolusi warga negaranya
yang bebas dari kekangan kekuasaan tunggal di negara tersebut pada saat itu.5
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hak adalah kewenangan atau kekuasaan
untuk berbuat sesuatu. Sedangkan kata asasi adalah sesuatu yang bersifat pokok. Dengan
demikian, hak asasi manusia adalah hak dasar atau pokok yang dimiliki oleh setiap manusia. Hal
ini berarti hak asasi manusia sangat mendasar sifatnya bagi kehidupan manusia dan merupakan
hak kodrati yang tidak dapat dipisahkan dari diri seorang manusia.6 Mengapa demikian, karena
hak asasi manusia sudah melekat pada martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa, atau merupakan hak dasar yang secara prinsipil sebagai anugerah Illahi. Sehingga hak
asasi manusia merupakan hak yang dimiliki oleh manusia menurut kodratnya tidak bisa
4
“Pengertian Hak Asasi Manusia”. http://hedisasrawan.blogspot.com, diakses pada 22
Februari 2022, pukul 20.44 wib
5
Qamar Nurul, “Hak Asasi Manusia dalam Negara Hukum Demokrasi”…, h. 15
6
Qamar Nurul, “Hak Asasi Manausia dalam Negara Hukum Demokrasi”..., h.16
3
dipisahkan dari hakekatnya karena bersifat luwes dan suci.7
Beberapa tokoh memberikan pandangannya masing-masing mengenai definisi dari hak asasi
manusia, Seperti:
Menurut Undang-Undang No. 39 Tahun 1999, Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak
yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,
hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia.9 Dari beberapa definisi HAM diatas, dapat disimpulkan bahwa HAM merupakan suatu
kebutuhan mendasar yang harus dimiliki oleh manusia sejak dirinya dalam kandungan.
Hasan Basri, Hak Asasi Manusia dan Kedudukannya di Muka Hukum Menurut KUHP, ,
7
4
2.2 Konsep Dasar HAM
Persoalan tentang hak asasi manusia (HAM), berkaitan langsung dengan eksistensi martabat
manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Itulah mengapa, konsep hak asasi
manusia harus ditangkap dan dimaknai sebagai sebuah potensi yang dimiliki oleh manusia secara
kodrati yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, sebagai hak dasar pokok dan asasi yang
melekat sejak manusia dilahirkan kedunia. John Locke, menyebutkan bahwa hak-hak asasi ini
meliputi hak hidup, hak milik, dan hak merdeka. Dari hak-hak asasi ini yang kemudian
berkembang menjadi hak-hak lain seperti berbicara, hak beragama, hak berusaha, hak berbudaya,
hak untuk berpolitik, hak yang sama dihadapan hukum, dan lain sebagainya.
Martabat manusia sebagai substansi sentral hak-hak asasi manusia, didalamnya mengandung
aspek bahwa manusia memiliki hubungan secara eksistensial dengan Tuhannya, oleh karena itu
pada dasarnya setiap manusia memiliki martabat yang sama. Terkait dengan hal ini,
Wiryotenoyo (1983) mengaskan bahwa martabat manusia itu bukanlah pemberian sesame
manusia berdasarkan kebaikan hatinya, bukan pemberian penguasa (di dalam suatu negara)
karena belas kasihan kepada rakyatnya, melainkan milik asasi manusia, sesuatu yang dimiliki
oleh manusia karena dia adalah manusia. Karena dimiliki oleh manusia, martabat eksistensial
merupakan sumber pokok dari hak-hak asasi manusia. Manusia di posisikan pada keluhuran
harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dengan kesadaran untuk
mengemban kodratnya sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Oleh karena itu,
sebagai milik asasi manusia, martabat tidak dapat ditiadakan atau dirubah oleh siapapun dan
dengan cara apapun. Hal ini berarti, tak seorangpun manusia dapat merubah martabat eksistensial
seseorang, sehingga seseorang mempunyai martabat masing-masing yang lebih tinggi atau lebih
rendah dari individu lain.
Sekalipun demikian, tidak semua orang atau sekalipun para penguasa negara, menyadari akan
martabat kemanusiaan tadi baik pengakuan maupun perbuatannnya. Kenyataan yang ada dalam
kehidupan, pengakuan terhadap martabat manusia lebih gampang daripada perbuatannya. Oleh
karena itu, persoalan yang hendak dipecahkan sekarang adalah bagaimana cara memperlakukan
hak-hak asasi manusia tersebut secara konkrit (dalam kehidupan nyata) sesuai dengan martabat
kemanusiaanya.
5
Secara demikian, ide dasar hak-hak asasi manusia harus diletakkan pada sebuah pandangan
bahwa manusia (lengkap dengan potensi hak asasi yang melekat pada dirinya), harus diakui dan
diperlakukan dalam posisi derajat dan kedudukan yang sama.10
6
Sejarah mencatat bahwa Inggris memberikan jaminan pada para bangsawan serta
keturunannya yang tidak memenjarakan mereka sebelum melalui pengadilan. Jaminan itu
diberikan karena, para bangsawan telah berjasa membiayai kerajaan, sebagai bentuk balas
budi, pihak kerajaan memberi jaminan, yang dinamakan Maghna Charta liberium. Perjanjian
ini terjadi pada masa raja Jhon tahun 1215.
Masa itu bangsawan meminta jaminan karena rata-rata raja pada zaman itu bertindak
sesuai hati mereka, membuat hukum sendiri sedangkan raja tidak bisa menerima hukum.
Hampir seluruh aturan yang dibuat selalu menguntungkan pihak raja. Meskipun Maghna
Charta hanya berlaku untuk bangsawan. Oleh karena itu, Maghna Charta bisa dikatakan
sebagai tonggak perkembangan HAM di dunia.12
Prinsip dasar piagam yang dicetuskan oleh para bangsawan di Inggris antara lain memuat
bahwa kekuasaan Raja John Lockland harus dibatasi, yang artinya hak-hak asasi manusia
lebih dipentingkan daripada kekuasaan seorang raja. Tak seorangpun dari negara merdeka
yang dirampas hak nya kecuali dengan beberapa pertimbangan hukum, seperti: (a) Petition of
Rights (1629), yang berisi tentang pemungutan pajak dan harus disetujui oleh Parlemen.
Selain itu, tidak boleh menangkap seseorang jika tidak mempunyai tuduhan dan alat bukti
yang sah; (b) Habeas Corpus Act (1679), yang menyatakan apabila menangkap seseorang
harus dengan surat-surat yang lengkap; (c). Bill of Rights (1689), yang menyatakan bahwa
pemungutan pajak harus dengan persetujuan Parlemen. Selanjutnya parlemen juga berhak
mengubah keputusan raja.13
12
Asri Wijayanti, 2008. Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia. http://kumpulan-
makalah. https://makalah-update.blogspot.com/2012/11/makalah-hak-asasi-manusia.
14
Asri Wijayanti, 2008. Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia. http://kumpulan-
makalhttps://makalah-update.blogspot.com/2012/11/makalah-hak-asasi-manusia.
8
sesuka hati asalkan tidak merugikan orang lain. Hak ini didasarkan atas semboyan yang
terkenal, yaitu liberte (kemerdekaan), egalite (persamaan), dan fraternite (persaudaraan).18
9
Dalam memperjuangkan haknya sebagai bangsa, Indonesia harus melewati beberapa fase,
sama seperti halnya dalam membentuk sebuah organisasi. Organisasi yang dimaksudkan
adalah untuk mewadahi banyak orang untuk merasa sadar dan memiliki hak-hak yang harus
diperjuangkan dan dicapai.
Organisasi-organisasi yang dibentuk bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak warga
negara dengan cara yang berbeda-beda. Namun pada hakikatnya memiliki tujuan yang sama
untuk menghapuskan kolonialisme di Indonesia. Dengan demikian, masyarakat Indonesia
mendapatkan hak kemanusiaannya secara utuh dan terpenuhi.
Sebagai contoh, organisasi pemuda Boedi Oetomo yang memperjuangkan hak
masyarakat dan kemanusiaan melalui petisi-petisi dan surat yang disampaikan kepada
pemerintahan kolonial Belanda pada waktu itu. Kemudian contoh lain ada juga organisasi
yang bernama Sarekat Islam yang berusaha memperjuangkan hak-hak kemanusian dan
mencoba menghilangkan diskriminasi secara rasial.20
2. Pasca kemerdekaan
- Tahun 1945-1950 (lepasnya Indonesia dari penjajahan Belanda secara sah diakui
kemerdekaannya). Pada masa ini Indonesia memperjuangkan HAM yang berkaitan
dengan permasalahan kemerdekaan serta mengatur untuk menyampaikan dan
mengemukakan pendapat di muka umum.
- Tahun 1950-1959, yang merupakan masa dimana HAM sudah berhasil ditegakkan dan
ditandai dengan berdirinya beberapa partai politik dengan ideologinya masing-masing,
serta pers mulai mendapatkan kebebasan dalam menyampaikan fakta yang terjadi.
- Tahun 1966-1998, yakni masa dimana Presiden Soeharto yang menjabat selama 30 tahun.
Pada masa ini pemerintahan lebih bersifat defensif serta pers tidak diberikan ruang untuk
bergerak. Di masa ini juga banyak terjadi kasus-kasus pelanggaran HAM.
- Tahun 1998-sekarang, yaitu masa dimana pasca reformasi (jatuhnya kekuasaan rezim
Soeharto). Pada masa ini HAM berhasil ditegakkan dan memiliki ruang untuk bergerak.21
10
Selain beberapa catatan sejarah yang telah dikemukakan diatas, Pembahasan hak-hak
asasi manusia pertama kali di Indonesia dirumuskan dalam Sidang BPUPKI pada tanggal 10-
16 Juli 1945. Sebagaimana yang terjadi pada upaya perjuangan HAM di dunia, pembahasan
hak-hak asasi manusia di Indonesia juga tidak mudah menemukan konsensus. Hal ini
terbukti, dengan munculnya kelompok yang pro dan kontra terhadap masuknya pasal-pasal
kebebasan individu (HAM) dalam Rancangan Undang-Undang Negara Indonesia (jika
merdeka nanti).22
Sarinah, hlm. 80
24
12
dalam negara Indonesia. Pada masa itu, pemerintah melakukan tindakan yang melanggar
HAM. Warga negara yang tidak loyal dengan kebijakan pemerintah, dianggap sebagai
perbuatan yang “kontra revolusi”, disamping juga terjadi penahanan lawan-lawan politik
tanpa melalui proses pengadilan.
Pada pemerintahan masa orde baru di bawah pemerintahan Soeharto, tidak hanya kurang
mempunyai political will namun juga terbukti sering melakukan pelanggaran HAM kepada
siapa saja yang tidak mendukung kebijakan label “anti Pancasila” dan “anti pembangunan”,
“subversive”, “OTB” disamping tindakan lain seperti eksekusi dan penahanan PKI, kasus
Aceh, kasus Irja, kasus Tanjung Priok, pembrendelan pers, dan sebagainya.26
Perhatian terhadap pemajuan HAM mulai meningkat pada tahun 1991, dimana
pemerintah membentuk panitia tetap yang berkedudukan di Departemen Luar Negeri dan
memberi rekomendasi pemajuan HAM di Indonesia dan mendorong pembentukan Komnas
HAM tahun 1993 serta menyusun Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RAN-HAM)
tahun 1998-2003. Adanya kendala ratifikasi, masyarakat meminta memprioritaskan
instrument HAM internasional.
13
ha katas lingkungan sampai hak-hak monsumen. Maka dari itu Pendidikan HAM mutlak
diberikan di sekolah.
c) Advokasi Hak Asasi Manusia
Advokasi merupakan upaya dukungan dan pembelaan dengan menggunakan
demokrasi untuk melaksanakan dan menegakkan hukum dan kebijakan yang
menciptakan masyarakat adil dan setara.
d) Kelembagaan Hak Asasi Manusia
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) merupakan Lembaga yang
dibentuk dalam rangka peningkatan pelaksanaan HAM di Indonesia. Dengan tujuan
membantu pengembangan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan dan peningkatan
HAM untuk mendukung terwujudnya pembangunan nasional.
14
pengawasan pelaksanaan konvensi, dan banyaknya persyaratan yang disampaikan negara
yang akan meratifikasi konvensi HAM internasional.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Jack Donnely, Universal Human Rights in Theory and Practice, Cornell University Press, Ithaca
and London, 2003, hlm. 7-21. Juga Maurice Cranston, What are Human Rights?
Taplinger, New York, 1973, hlm. 70.
17
Rhona K.M. Smith, dkk. Hukum Hak Asasi Manusia (Yogyakarta: PUSHAM UII, 2008), hlm.
11.
Qamar Nurul , ‘’Hak Asasi Manusia dalam Negara Hukum Demokrasi’’, (Jakarta timur : sinar
garfika, 2013).
http://hedisasrawan.blogspot.com
Hasan Basri, Hak Asasi Manusia dan Kedudukannya di Muka Hukum Menurut KUHP, ,
Tinjauan hukum Islam Terhadap Pasal 50 s.d 68 KUHP, Tahun 2000), h. 11.
www.gurupendidikan.com/10-jenis-danpengertian-ham/
https://makalah-update.blogspot.com/2012/11/makalah-hak-asasi-manusia
https://www.pinhome.id/blog/sejarah-ham/
18