Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

KELOMPOK 8
Tentang :
“Hak Asasi Manusia”

Dosen Pengampu :
Teguh Setiabudi,M.H

Disusun Oleh :

Ahmad Khusnan Junaidi (210202110007)

Rifqi Ahmad Zidan Fahrezy (210202110033)

Ariel Alvi Zahry (210202110034)

FAKULTAS SYARI’AH
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH
UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, serta shalawat dan salam mudah-
mudahan tetap tercurahkan kepada junjungan kita Baginda Nabi Muhammad SAW.
Diantara sekian banyak nikmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita semua dan
manfaat dari Rasulullah SAW yang salah satunya telah membawa kita dari zaman
kegelapan menuju zaman terang benderang yakni agama Islam yang suci dan mulia, oleh
karenanya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi
salah satu tugas yang diberikan oleh Dosen Pengampu Mata Kuliah Kewarganegaraan
kami, Bapak Teguh Setiabudi,M.H. Dalam proses penyusunan makalah ini kami menjumpai
banyak hambatan dan permasalahan namun berkat dukungan dari Bapak Dosen, teman-
teman dan berbagai pihak akhirnya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dengan tepat waktu. Oleh karena itu melalui kesempatan ini kami menyampaikan
terimakasih kepada Bapak Teguh Setiabudi,M.H. selaku Dosen Mata Kuliah
Kewarganegaraan serta pembimbing dalam penyusunan makalah ini, kepada berbagai
pihak yang telah ikut membantu kami dan kepada semua teman-teman yang selalu
memberikan dukungan untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Segala sesuatu yang salah datangnya hanya dari manusia dan seluruh hal yang
benar datangnya hanya dari Allah SWT. Tentu makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun dari Bapak
Dosen, teman – teman dan semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan makalah
kami ini. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami dan bagi
pembaca.

Malang, 22 Februari 2022

i
Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................. i


Daftar Isi .......................................................................................................................... ii

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang …………………………………………………………………. 1
Rumusan Masalah ……………………………………………………………… 2
Tujuan Penulisan ………………………………………………………………...2

BAB II
PEMBAHASAN
Definisi HAM …..…………………………………...……………………….…..3
Konsep Dasar HAM…………………………………………………...………....5
Sejarah Perkembangan HAM………………………………………………….…6
Macam-macam dan Ciri-ciri HAM……………………………………………..11
Problematika HAM di Indonesia ……………………………………………….12
Upaya Penegakan HAM ………………………………………………………..13
Kendala dan Tantangan dalam Upaya Penegakan HAM ……………………....14
Kasus Pelanggaran HAM dimasa lalu .. ………………………………………. 15
Pelanggaran HAM …………………………………………………………….. 15
Prosedur Penyelesaian Kasus Pelanggaran HAM …………………………….. 16

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan dan Saran ……………………………………………………….. 17
Daftar Pustaka ………………………………………………………………... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hak asasi manusia adalah hak yang dimiliki oleh manusia semata-mata karena ia adalah
seorang manusia. Seorang manusia memilikinya bukan karena diberikan oleh masyarakat atau
berdasarkan hukum positif saja, tetapi karena semata-mata berdasarkan martabatnya sebagai
seorang manusia.1 Dengan demikian dapat diartikan bahwa setiap orang yang terlahir meskipun
mempunyai perbedaan baik dalam bentuk warna kulit, jenis kelamin, ras, budaya, dan
kewarganegaraan, mereka tetap mempunyai hak-hak tersebut. Hal ini menandakan bahwa hak
asasi manusia bersifat universal.
Selain bersifat universal, hak asasi manusia juga bersifat inalieniable atau tidak dapat
dicabut. Artinya, seburuk apapun perbuatan yang telah dilakukan oleh seseorang, tetap dia
adalah seorang manusia dan tetap memiliki hak tersebut. Dengan kata lain, hak asasi manusia
melekat pada setiap diri manusia sebagai makhluk insani yang tidak dapat diganggu gugat oleh
siapapun.2 Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk menjunjung tinggi nilai hak asasi
manusia tanpa membedakan status, golongan, keturunan, jabatan dan lain sejenisnya. Dalam
pelaksanaannya, setiap hak akan dibatasi oleh hak orang lain. Jika dalam melaksakannya tidak
memperhatikan hak orang lain, maka yang terjadi adalah benturan hak atau kepentingan
pribadi maupun golongan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Hak asasi manusia di Indonesia bersumber dan bermuara pada Pancasila, yang dimana Hak
tersebut mendapat perlindungan yang kuat dari falsafah bangsa yaitu Pancasila. Bermuara pada
Pancasila yang dimaksud adalah dalam pelaksanaannya, HAM harus memperhatikan
ketentuan-ketentuan yang telah ditentukan dalam falsafah Pancasila. Di Indonesia sendiri,
HAM diatur dalam Pasal 1 Butir 1 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM yang berbunyi
“Seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan
1
Jack Donnely, Universal Human Rights in Theory and Practice, Cornell University
Press, Ithaca and London, 2003, hlm. 7-21. Juga Maurice Cranston, What are Human Rights?
Taplinger, New York, 1973, hlm. 70.

Rhona K.M. Smith, dkk. Hukum Hak Asasi Manusia (Yogyakarta: PUSHAM UII,
2

2008), hlm. 11.

1
Yang Maha Esa dan merupukan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia”.3
Hak asasi manusia merupakan hak yang diperoleh oleh setiap warga negara dan dilindungi
oleh negara. Setiap orang memiliki hak dan kewajiban yang sama di hadapan hukum, karena
hukum tidak membedakan antara warga yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu hak
asasi manusia tidak dapat dihilangkan dari diri seseorang dan harus dijunjung tinggi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan judul yang diangkat dan pemaparan latar belakang, penulis telah menyusun
beberapa rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini. Rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut:
1. Apa definisi dari HAM ?
2. Bagaimana sejarah asal-usul HAM di Dunia dan di Indonesia ?
3. Bagaimana perkembangan pemikiran HAM di Dunia dan di Indonesia ?
4. Apa saja macam dan ciri dari HAM ?
5. Bagaimana dalam menyelesaikan kasus pelanggaran HAM?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui definisi HAM menurut beberapa tokoh
2. Untuk mengetahui sejarah asal-usul HAM di Dunia dan di Indonesia
3. Untuk mengetahui perkembangan pemikiran HAM di Dunia dan di Indonesia
4. Untuk mengetahui macam-macam dan ciri-ciri dari HAM
5. Untuk mengetahui kasus pelanggaran HAM di masa lalu serta prosedur penyelesaian
kasus pelanggaran HAM

BAB II
PEMBAHASAN

Qamar Nurul , ‘’Hak Asasi Manusia dalam Negara Hukum Demokrasi’’, (Jakarta timur:
3

sinar garfika, 2013) h. 17

2
2.1 Definisi HAM
Hak asasi manusia merupakan terjemahan istilah dalam bahasa Perancis yaitu “droits de
l’homme” yang diartikan sama. Secara etimologi, hak asasi manusia merupakan gabungan dari 3
kata yaitu:

1. “Hak”, yang berasal dari kata haqq (bahasa Arab) dan merupakan bentuk tunggal dari kata
huquq. Kata haqq sendiri berasal dari akar kata haqqa, yahiqqu, haqqan yang berarti
“benar”, “nyata”, “pasti”,” tetap”, dan “wajib”.
2. “Asasi”, yang berasal dari kata asasy (bahasa Arab) dan merupakan bentuk tunggal dari
kata usus serta berasal dari akar kata assa, yaussu, asasaan yang berarti “membangun”,
“mendirikan”, dan “meletakkan”.
3. “Manusia”, berasal dari kata manu (bahasa Sansekerta) yang berarti “manusia” dan sens
(bahasa Latin) yang berarti “berpikir” atau “berakal budi”.4
Pengertian hak asasi manusia merupakan peralihan bahasa dari istilah “Declaration des droits
de l’ homme et du Citoyen” yang merupakan pernyataan hak-hak manusia warga Negara Prancis
dan di proklamirkan pada tahun 1789, sebagai bentuk keberhasilan revolusi warga negaranya
yang bebas dari kekangan kekuasaan tunggal di negara tersebut pada saat itu.5
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hak adalah kewenangan atau kekuasaan
untuk berbuat sesuatu. Sedangkan kata asasi adalah sesuatu yang bersifat pokok. Dengan
demikian, hak asasi manusia adalah hak dasar atau pokok yang dimiliki oleh setiap manusia. Hal
ini berarti hak asasi manusia sangat mendasar sifatnya bagi kehidupan manusia dan merupakan
hak kodrati yang tidak dapat dipisahkan dari diri seorang manusia.6 Mengapa demikian, karena
hak asasi manusia sudah melekat pada martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa, atau merupakan hak dasar yang secara prinsipil sebagai anugerah Illahi. Sehingga hak
asasi manusia merupakan hak yang dimiliki oleh manusia menurut kodratnya tidak bisa

4
“Pengertian Hak Asasi Manusia”. http://hedisasrawan.blogspot.com, diakses pada 22
Februari 2022, pukul 20.44 wib
5
Qamar Nurul, “Hak Asasi Manusia dalam Negara Hukum Demokrasi”…, h. 15
6
Qamar Nurul, “Hak Asasi Manausia dalam Negara Hukum Demokrasi”..., h.16

3
dipisahkan dari hakekatnya karena bersifat luwes dan suci.7
Beberapa tokoh memberikan pandangannya masing-masing mengenai definisi dari hak asasi
manusia, Seperti:

1. HAM menurut Jhon Locke


Hak asasi manusia adalah hak yang langsung di berikan Tuhan kepada manusia sebagai
hak yang kodrati. Oleh sebab itu tidak ada kekuatan di dunia ini yang bisa mencabutnya.
HAM memiliki sifat yang mendasar dan suci.

2. HAM menurut Jan Materason


Jan Materson adalah anggota komisi HAM di PBB. Menurutnya HAM adalah hak-hak
yang ada pada setiap manusia yang tanpanya manusia mustahil hidup sebagai manusia.

3. HAM menurut Miriam Budiarjo


HAM adalah hak yang dimiliki setiap orang sejak lahir didunia. Hak itu sifatnya
universal,karna hak dimiliki tanpa adanya perbedaan. Baik itu ras, jenis kelamin, suku dan
agama.

4. HAM menurut Prof. Koentjoro Poerbopranoto


HAM adalah suatu hak yang bersipat mendasar. Hak yang dimiliki manusia sesuai
dengan kodratnya yang pada dasarnya tidak bisa dipisahkan.8

Menurut Undang-Undang No. 39 Tahun 1999, Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak
yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,
hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia.9 Dari beberapa definisi HAM diatas, dapat disimpulkan bahwa HAM merupakan suatu
kebutuhan mendasar yang harus dimiliki oleh manusia sejak dirinya dalam kandungan.

Hasan Basri, Hak Asasi Manusia dan Kedudukannya di Muka Hukum Menurut KUHP, ,
7

Tinjauan hukum Islam Terhadap Pasal 50 s.d 68 KUHP, Tahun 2000), h. 11

Pengertian HAM Menurut Para Ahli : www.gurupendidikan.com/10-jenis-


8

danpengertian-ham/,. Diakses tanggal 22 Februari 2022.


9
Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No.39 Tahun 1999.

4
2.2 Konsep Dasar HAM
Persoalan tentang hak asasi manusia (HAM), berkaitan langsung dengan eksistensi martabat
manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Itulah mengapa, konsep hak asasi
manusia harus ditangkap dan dimaknai sebagai sebuah potensi yang dimiliki oleh manusia secara
kodrati yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, sebagai hak dasar pokok dan asasi yang
melekat sejak manusia dilahirkan kedunia. John Locke, menyebutkan bahwa hak-hak asasi ini
meliputi hak hidup, hak milik, dan hak merdeka. Dari hak-hak asasi ini yang kemudian
berkembang menjadi hak-hak lain seperti berbicara, hak beragama, hak berusaha, hak berbudaya,
hak untuk berpolitik, hak yang sama dihadapan hukum, dan lain sebagainya.
Martabat manusia sebagai substansi sentral hak-hak asasi manusia, didalamnya mengandung
aspek bahwa manusia memiliki hubungan secara eksistensial dengan Tuhannya, oleh karena itu
pada dasarnya setiap manusia memiliki martabat yang sama. Terkait dengan hal ini,
Wiryotenoyo (1983) mengaskan bahwa martabat manusia itu bukanlah pemberian sesame
manusia berdasarkan kebaikan hatinya, bukan pemberian penguasa (di dalam suatu negara)
karena belas kasihan kepada rakyatnya, melainkan milik asasi manusia, sesuatu yang dimiliki
oleh manusia karena dia adalah manusia. Karena dimiliki oleh manusia, martabat eksistensial
merupakan sumber pokok dari hak-hak asasi manusia. Manusia di posisikan pada keluhuran
harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dengan kesadaran untuk
mengemban kodratnya sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Oleh karena itu,
sebagai milik asasi manusia, martabat tidak dapat ditiadakan atau dirubah oleh siapapun dan
dengan cara apapun. Hal ini berarti, tak seorangpun manusia dapat merubah martabat eksistensial
seseorang, sehingga seseorang mempunyai martabat masing-masing yang lebih tinggi atau lebih
rendah dari individu lain.
Sekalipun demikian, tidak semua orang atau sekalipun para penguasa negara, menyadari akan
martabat kemanusiaan tadi baik pengakuan maupun perbuatannnya. Kenyataan yang ada dalam
kehidupan, pengakuan terhadap martabat manusia lebih gampang daripada perbuatannya. Oleh
karena itu, persoalan yang hendak dipecahkan sekarang adalah bagaimana cara memperlakukan
hak-hak asasi manusia tersebut secara konkrit (dalam kehidupan nyata) sesuai dengan martabat
kemanusiaanya.

5
Secara demikian, ide dasar hak-hak asasi manusia harus diletakkan pada sebuah pandangan
bahwa manusia (lengkap dengan potensi hak asasi yang melekat pada dirinya), harus diakui dan
diperlakukan dalam posisi derajat dan kedudukan yang sama.10

2.3 Sejarah Perkembangan HAM


Sejak Nabi Musa dibangkitkan untuk memerdekan umat Yahudi dari perbudakan di Mesir,
manusia telah menyadari tentang pentingnya penegakan hak-hak mereka dalam membela
kemerdekaan, kebenaran, dan keadilan. Di Babilonia, ditetapkan hukum yang terkenal dengan
hukum Hammurabi yang dikenal sejak 2000 tahun sebelum masehi. Hukum Hammurabi
diciptakan untuk menjamin hak-hak asasi manusia pada saat itu.
Selanjutnya, 600 tahun menjelang masehi, di Athena mengadakan pembaruan dengan
menyusun perundang-undangan yang memberikan perlindungan keadilan, lebih tepatnya undang-
undang ini menganjurkan agar warga negara yang diperbudak karena kemiskinan agar
dimerdekakan. Selain itu, adanya bukti gagasan hak-hak asasi manusia muncul dari Flavius
Anicius Justinian (Kaisar Romawi) dengan menciptakan peraturan hukum yang kemudian
menjadi pola hukum modern di negara-negara Barat, terutama pada jaminan bagi keadilan dan
hak-hak kemanusiaan.
Lebih tegas lagi didalam Al-Qur’an kurang lebih 1400 tahun yang lalu, diwahyukan oleh
Allah SWT kepada seluruh umat manusia melalui Rasul-Nya, yaitu Muhammad SAW, dalam
firmannya “Tiada paksaan dalam beragama”. Hal tersebut cukup jelas sebagai alat bukti dari
pencerminan sifat-sifat manusia (Naning, 1983). Sejarah telah mencatat bahwa perjuangan
terhadap hak asasi manusia telah mencapai pada tonggak-tonggak kemenangannya, yang secara
kronologis dapat dikemukakan sebagai berikut.11

A. Sejarah Asal-usul HAM di dunia Barat


1. Magna Charta Liberium Inggris (1215)

Suparlan Al Hakim, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Konteks Indonesia,


10

(Malang: Madani, 2016), hlm. 69-70.

Suparlan Al Hakim, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Konteks Indonesia,


11

(Malang: Madani, 2016), hlm. 71.

6
Sejarah mencatat bahwa Inggris memberikan jaminan pada para bangsawan serta
keturunannya yang tidak memenjarakan mereka sebelum melalui pengadilan. Jaminan itu
diberikan karena, para bangsawan telah berjasa membiayai kerajaan, sebagai bentuk balas
budi, pihak kerajaan memberi jaminan, yang dinamakan Maghna Charta liberium. Perjanjian
ini terjadi pada masa raja Jhon tahun 1215.

Masa itu bangsawan meminta jaminan karena rata-rata raja pada zaman itu bertindak
sesuai hati mereka, membuat hukum sendiri sedangkan raja tidak bisa menerima hukum.
Hampir seluruh aturan yang dibuat selalu menguntungkan pihak raja. Meskipun Maghna
Charta hanya berlaku untuk bangsawan. Oleh karena itu, Maghna Charta bisa dikatakan
sebagai tonggak perkembangan HAM di dunia.12
Prinsip dasar piagam yang dicetuskan oleh para bangsawan di Inggris antara lain memuat
bahwa kekuasaan Raja John Lockland harus dibatasi, yang artinya hak-hak asasi manusia
lebih dipentingkan daripada kekuasaan seorang raja. Tak seorangpun dari negara merdeka
yang dirampas hak nya kecuali dengan beberapa pertimbangan hukum, seperti: (a) Petition of
Rights (1629), yang berisi tentang pemungutan pajak dan harus disetujui oleh Parlemen.
Selain itu, tidak boleh menangkap seseorang jika tidak mempunyai tuduhan dan alat bukti
yang sah; (b) Habeas Corpus Act (1679), yang menyatakan apabila menangkap seseorang
harus dengan surat-surat yang lengkap; (c). Bill of Rights (1689), yang menyatakan bahwa
pemungutan pajak harus dengan persetujuan Parlemen. Selanjutnya parlemen juga berhak
mengubah keputusan raja.13

2. Revolusi Amerika (1776)


Revolusi Amerika yang terjadi pada tahun 1776 merupakan sebuah perang rakyat
Amerika melawan penjajah Inggris. Dan mendapat hasil kemerdekaan Amerika pada tahun

12
Asri Wijayanti, 2008. Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia. http://kumpulan-
makalah. https://makalah-update.blogspot.com/2012/11/makalah-hak-asasi-manusia.

Suparlan Al Hakim, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Konteks Indonesia,


13

(Malang: Madani, 2016), hlm. 72.


7
1776 dari Inggris. Pada tahun itu juga Amerika mencatat sejarah dengan menegakkan HAM,
berupa memasukkan aturan HAM kedalam perundangan negara.14
Pada masa ini dikeluarkannya Declaration of Independence (1776), yang memuat
kemerdekaan negeri tersebut dari penjajahan Inggris. Di dalam pernyataan itu, dinyatakan
bahwa ada hak-hak yang telah dikaruniai oleh Tuhan yaitu hak untuk hidup, merdeka, dan
mengejar kebahagiaan.15
Hak Asasi Manusia yang ada di Amerika dalam proses perkembangannya lebih komplek
dari pada HAM yang ada di Inggris. Bahkan HAM terus disuarakan sampai saat ini oleh
pemerintah dan rakyat.16

3. Revolusi Prancis (1789)


Revolusi ini lebih popular dari pada revolusi Amerika. Revolusi Prancis dilakukan oleh
rakyat untuk memerangi rajanya sendiri, yaitu raja Louis XVI. Hal tersebut dilakukan dengan
alasan, bahwa raja Louis XVI bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat dan memiliki
sifat absolute. Revolusi ini melahirkan aturan tentang hak, yaitu hak atas kebebasan, ha katas
kesamaan, dan hak atas persaudaraan.17
Pada waktu revolusi prancis dideklarasikan melalui Declaration des droits de l’Homme
et du Cotoyen (Deklarasi tentang hak-hak manusia dan penduduk) tahun 1789 yang berisi
tentang ketentuan bahwa manusia dilahirkan bebas dan mempunyai hak yang sama. Selain
itu, disebutkan juga bahwa yang dimaksud dengan kemerdekaan adalah boleh bertindak

14
Asri Wijayanti, 2008. Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia. http://kumpulan-
makalhttps://makalah-update.blogspot.com/2012/11/makalah-hak-asasi-manusia.

Suparlan Al Hakim, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Konteks Indonesia,


15

(Malang: Madani, 2016), hlm. 72.


16
Asri Wijayanti, 2008. Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia. http://kumpulan-
makalah. ttps://makalah-update.blogspot.com/2012/11/makalah-hak-asasi-manusia.
17
Asri Wijayanti, 2008. Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia. http://kumpulan-
makalah. https://makalah-update.blogspot.com/2012/11/makalah-hak-asasi-manusia.

8
sesuka hati asalkan tidak merugikan orang lain. Hak ini didasarkan atas semboyan yang
terkenal, yaitu liberte (kemerdekaan), egalite (persamaan), dan fraternite (persaudaraan).18

4. Ketika sedang berkecamuk Perang Dunia II (1939-1945)


Pada saat ini, Presiden Amerika Serikat yaitu Franklin Delano Roosevelt di hadapan
Konggres pada tahun 1941 menyatakan bahwa ada empat kemerdekaan (the four freedoms)
yang harus dihormati, diantaranya: (1) freedom of speech (kebebasan menyatakan pendapat);
(2) freedom of religion (kebebasan memeluk agama); (3) freedom from fear (bebas dari rasa
takut); dan (4) freedom from want (bebas dari kemiskinan).

5. The Universal Declaration of Human Rights/ Pernyataan Sedunia tentang Hak-hak


Asasi Manusia (1948)
Pada tanggal 10 Desember 1948 adalah masa dimana hak asasi manusia mencapai puncak
kemenangan perjuangannya. Pernyataan sedunia tentang hak-hak asasi manusia itu
berpengaruh bagi kehidupan di seluruh dunia, meskipun belum dapat dilaksanakan dengan
konsekuen.
Pada dasarnya, pernyataan tentang hak-hak asasi manusia tidak mempunyai kekuatan
hukum, kecuali beberapa negara anggota PBB yang menetapkannya sebagai hukum di negara
nya sendiri. Sekalipun demikian, pernyataan ini mencerminkan kesepakatan peradaban
Internasional yang mengikat secara moral.19

B. Sejarah Asal-usul HAM di Indonesia


1. Sebelum Kemerdekaan

Suparlan Al Hakim, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Konteks Indonesia,


18

(Malang: Madani, 2016), hlm. 72.

Suparlan Al Hakim, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Konteks Indonesia,


19

(Malang: Madani, 2016), hlm. 73-74.

9
Dalam memperjuangkan haknya sebagai bangsa, Indonesia harus melewati beberapa fase,
sama seperti halnya dalam membentuk sebuah organisasi. Organisasi yang dimaksudkan
adalah untuk mewadahi banyak orang untuk merasa sadar dan memiliki hak-hak yang harus
diperjuangkan dan dicapai.
Organisasi-organisasi yang dibentuk bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak warga
negara dengan cara yang berbeda-beda. Namun pada hakikatnya memiliki tujuan yang sama
untuk menghapuskan kolonialisme di Indonesia. Dengan demikian, masyarakat Indonesia
mendapatkan hak kemanusiaannya secara utuh dan terpenuhi.
Sebagai contoh, organisasi pemuda Boedi Oetomo yang memperjuangkan hak
masyarakat dan kemanusiaan melalui petisi-petisi dan surat yang disampaikan kepada
pemerintahan kolonial Belanda pada waktu itu. Kemudian contoh lain ada juga organisasi
yang bernama Sarekat Islam yang berusaha memperjuangkan hak-hak kemanusian dan
mencoba menghilangkan diskriminasi secara rasial.20

2. Pasca kemerdekaan
- Tahun 1945-1950 (lepasnya Indonesia dari penjajahan Belanda secara sah diakui
kemerdekaannya). Pada masa ini Indonesia memperjuangkan HAM yang berkaitan
dengan permasalahan kemerdekaan serta mengatur untuk menyampaikan dan
mengemukakan pendapat di muka umum.
- Tahun 1950-1959, yang merupakan masa dimana HAM sudah berhasil ditegakkan dan
ditandai dengan berdirinya beberapa partai politik dengan ideologinya masing-masing,
serta pers mulai mendapatkan kebebasan dalam menyampaikan fakta yang terjadi.
- Tahun 1966-1998, yakni masa dimana Presiden Soeharto yang menjabat selama 30 tahun.
Pada masa ini pemerintahan lebih bersifat defensif serta pers tidak diberikan ruang untuk
bergerak. Di masa ini juga banyak terjadi kasus-kasus pelanggaran HAM.
- Tahun 1998-sekarang, yaitu masa dimana pasca reformasi (jatuhnya kekuasaan rezim
Soeharto). Pada masa ini HAM berhasil ditegakkan dan memiliki ruang untuk bergerak.21

Ramadhanti, “Sejarah HAM”, (https://www.pinhome.id/blog/sejarah-ham/, Diakses


20

pada 25 Februari 2022, 19:07)


21
Ramadhanti, “Sejarah HAM”, (https://www.pinhome.id/blog/sejarah-ham/, Diakses
pada 25 Februari 2022, 19:07)

10
Selain beberapa catatan sejarah yang telah dikemukakan diatas, Pembahasan hak-hak
asasi manusia pertama kali di Indonesia dirumuskan dalam Sidang BPUPKI pada tanggal 10-
16 Juli 1945. Sebagaimana yang terjadi pada upaya perjuangan HAM di dunia, pembahasan
hak-hak asasi manusia di Indonesia juga tidak mudah menemukan konsensus. Hal ini
terbukti, dengan munculnya kelompok yang pro dan kontra terhadap masuknya pasal-pasal
kebebasan individu (HAM) dalam Rancangan Undang-Undang Negara Indonesia (jika
merdeka nanti).22

2.4 Macam-macam dan Ciri-ciri HAM


Macam-macam hak asasi manusia (HAM) yaitu sebagai berikut:
1. Hak asasi pribadi (personal rights) yaitu hak yang mencakup kebebasan dalam
menyatakan pendapat, kebebasan dalam memeluka agama, kebebesan dalam
bergerak, kebebasan aktif pada setiap organisasi atau sebagainya. Contoh Hak Asasi
Pribadi : yang pertama hak kebebasan menyampaikan pendapat. Yang kedua hak
kebebasan untuk menjalankan peribadatan serta daalam memeluk agama. Yang ketiga
hak kebebasan untuk bepergian, yang keemapat hak kebebasan untuk memilih serta
aktif dalam suatu organisasi.
2. Hak asasi ekonomi (property rights) yaitu hak dalam membeli memiliki serta menjual
dan dalam memanfaatkan sesuatu. Contoh hak asasi ekonomi: yang pertama hak asasi
ekonomi dalam kebebasan membeli. Yang kedua hak asasi ekonomi untuk kebebasan
dalam mengadakan serta melakukan perjanjian atau kontrak. Yang ketiga hak asasi
ekonomi untuk kebebasan memiliki sesuatu. Yang keempat hak asasi ekonomi
tentang kebebasan mempunyai pekerjaan yang layak.
3. Hak asasi politik (politic rights) yaitu hak ikut serta di dalam pemerintahan, hak
untuk dipilih contohnya mencalonkan diri menjadi presiden, serta memilih dalam
pemilu, contoh memilih presiden dan wakil persiden, hak untuk mendirikan partai
politik, dan lain-lain.23

Suparlan Al Hakim, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Konteks Indonesia,


22

(Malang: Madani, 2016), hlm. 75.


23
Sarinah, hlm. 79
11
Hak asasi manusia atau HAM mempunyai beberapa ciri-ciri khusus jika dibandingkan
dengan hak-hak yang lainnya. Berikut ciri-ciri khusus hak asasi manusia:

1. Tidak dapat dicabut, HAM tidak dapat dihilangkan atau diserahkan


2. Tidak dapat dibagi, semua orang berhak untuk mendapatkan semua hak, baik itu hak
sipil, politik, hak ekonomi, sosial, dan budaya.
3. Hakiki, HAM merupakan hak asasi semua manusia yang sudah pada saat manusia itu
lahir. Universal, HAM berlaku bagi semua orang tanpa memandang status, suku, jenis
kelamin, atau perbedaan yang lainnya. Persamaan merupakan salah satu dari berbagai
ide hak asasi yang mendasar.24

2.5 Problematika HAM di Indonesia


Ada beberapa problematika yang perlu diselesaikan dan patut diangkat sebagai agenda
nasional dan tuntutan yang mendesak, diantaranya:
1. Kejelasan Landasan Filosofis-yuridis bagi HAM
Secara filosofis, hak asasi manusia pada dasarnya melekat pada “kodrat” manusia sejak ia
dilahirkan dan merupakan hak abadi yang tidak dapat diganggu gugat. Bernegara justru
digunakan untuk melindungi hak-hak itu. HAM tidak bergantung pada dimuat atau tidaknya
dalam Undang-Undang Dasar. Pada dasarnya HAM merupakan sesuatu yang muncul dalam
kehidupan manusia, dan bersifat inhernt pada sifat kodrat manusia itu sendiri.
Setiap hak-hak asasi pada manusia itu selalu ruhnya disadari oleh manusia dan
negaranya, maka untuk menyadarkan hal itu perlu dicantumkan dalam ketentuan Undang-
Undang Dasar atau dalam produk hukum lain. Dengan demikian landasan filosofis dan
yuridis hendaknya saling memberikan rasional dan penguatan hukum agar persoalan tidak
mudah dilanggar atau dianggap sebagai tuntutan moral semata, melainkan juga adanya
kekuatan yuridis bagi HAM yang mampu mengikat manusia dan negara.25
2. Political Will Pemerintahan terhadap HAM
Kurangnya political will pemerintah Indonesia baik di masa Presiden Soekarno maupun
Presiden Soeharto, berpengaruh pada kemauan politik untuk meratifikasi instrument HAM ke

Sarinah, hlm. 80
24

Suparlan Al Hakim, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Konteks Indonesia,


25

(Malang: Madani, 2016), hlm. 84.

12
dalam negara Indonesia. Pada masa itu, pemerintah melakukan tindakan yang melanggar
HAM. Warga negara yang tidak loyal dengan kebijakan pemerintah, dianggap sebagai
perbuatan yang “kontra revolusi”, disamping juga terjadi penahanan lawan-lawan politik
tanpa melalui proses pengadilan.
Pada pemerintahan masa orde baru di bawah pemerintahan Soeharto, tidak hanya kurang
mempunyai political will namun juga terbukti sering melakukan pelanggaran HAM kepada
siapa saja yang tidak mendukung kebijakan label “anti Pancasila” dan “anti pembangunan”,
“subversive”, “OTB” disamping tindakan lain seperti eksekusi dan penahanan PKI, kasus
Aceh, kasus Irja, kasus Tanjung Priok, pembrendelan pers, dan sebagainya.26
Perhatian terhadap pemajuan HAM mulai meningkat pada tahun 1991, dimana
pemerintah membentuk panitia tetap yang berkedudukan di Departemen Luar Negeri dan
memberi rekomendasi pemajuan HAM di Indonesia dan mendorong pembentukan Komnas
HAM tahun 1993 serta menyusun Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RAN-HAM)
tahun 1998-2003. Adanya kendala ratifikasi, masyarakat meminta memprioritaskan
instrument HAM internasional.

2.5 Upaya Penegakan HAM


Beberapa langkah yang digunakan untuk penegakan dan perjuangan hak asasi manusia
bagi masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yaitu:
a) Sosialisasi Hak Asasi Manusia
Penyebaran nilai-nilai dan peningkatan praktik termasuk dalam transisi politik
demokrasi yang perlu diprioritaskan. Pendidikan dan sosialisai menjadi media strategis
untuk mencapai human dignity yang menjadi inti HAM. Peningkatan keadaran
masyarakat dijadikan proses demokratisasi dan penghilangan praktik kekuasaan
sewenang-wenang.

b) Pendidikan Hak Asasi Manusia


Dalam Pendidikan HAM tidak hanya diberikan materi tentang hak asasi manusia dan
konvenan sipil, sosial, ekonomi, dan budaya melainkan sampai hak buruh, hak atas tanah,

Suparlan Al Hakim, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Konteks Indonesia,


26

(Malang: Madani, 2016), hlm. 84-85.

13
ha katas lingkungan sampai hak-hak monsumen. Maka dari itu Pendidikan HAM mutlak
diberikan di sekolah.
c) Advokasi Hak Asasi Manusia
Advokasi merupakan upaya dukungan dan pembelaan dengan menggunakan
demokrasi untuk melaksanakan dan menegakkan hukum dan kebijakan yang
menciptakan masyarakat adil dan setara.
d) Kelembagaan Hak Asasi Manusia
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) merupakan Lembaga yang
dibentuk dalam rangka peningkatan pelaksanaan HAM di Indonesia. Dengan tujuan
membantu pengembangan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan dan peningkatan
HAM untuk mendukung terwujudnya pembangunan nasional.

2.6 Kendala dan Tantangan dalam Upaya Penegakkan HAM


Hambatan dan tantangan utama yang sering ditemukan dalam penegakkan HAM di
Indonesia adalah masalah ketertiban dan keamanan nasional, tendahnya kesadaran akan hak-
hak asasi yang dimiliki oleh orang lain, serta terbatasnya perangkat hukum dan perundang-
undangan yang ada. Kendala dan tantangan penegakkan HAM secara umum terbagi menjadi
tiga, yaitu kendala ideologis, kendala ekonomis, dan kendala teknis.27
Secara ideologis, terdapat perbedaan konsepsi antara ideologi sosialis dan liberal.
Ideologi liberal lebih mengutamkan hak pribadi, sipil, dan politik, sedangkan ideologi
sosialis lebih menonjolkan peran negara atau masyarakat. Hal ini menjadi kendala
penegakkan HAM di dunia. Apalagi pada negara berkembang yang secara ekonomis dan
politis masih dalam kondisi masa peralihan.
Semakin tinggi tingkat perekonomian masyarakat, semakin tinggi juga upaya untuk
selalu menegakkan HAM dalam kehidupan. Karena jika perekonomian masyarakat terbatas,
untuk memenuhi kebutuhan dasar juga terhambat. Sehingga hak sipil dan politik masyarakat
juga tidak terpenuhi.
Kendala teknis berarti belum diratifikasinya berbagai instrument internasional HAM oleh
negara-negara di dunia. Jika sudah diratifikasi, ratifikasi tersebut baru dilakukan, menunda

Suparlan Al Hakim, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Konteks Indonesia,


27

(Malang: Madani, 2016), hlm. 93.

14
pengawasan pelaksanaan konvensi, dan banyaknya persyaratan yang disampaikan negara
yang akan meratifikasi konvensi HAM internasional.

2.7 Kasus Pelanggaran HAM di Masa Lalu


Tuntutan pengungkapan pelanggaran hak asasi manusia di masa lalu terjadi di negara
yang sedang beralih dari pemerintahan otoriter menuju pemerintahan demokrasi.
Pengungkapan pelanggaran HAM di masa lalu merupakan syarat untuk melangsungkan
demokrasi. Membiarkan pelanggaran HAM di masal lalu tanpa proses hukum, akan merusak
kepercayaan masyarakat terhadap sistem hukum dan juga akan menghancurkan tatanan hidup
berbangsa dan bernegara.
Ada dua persoalan pokok pada pelanggaran HAM masa lalu, yaitu hak-hak korban
pelanggaran HAM tidak pernah dipulihkan dan para pelaku HAM tidak pernah diproses
secara hukum sebagaimana mestinya. Tindakan koreksi terhadap masa lalu merupakan upaya
untuk memberikan keadilan kepada para korban. Koreksi diartikan sebagai upaya yang
mencakup pengakuan rehabilitasi, restitusi, dan kompensasi.
Di negara yang sedang berkembang, pelanggaran HAM permasalahannya pada
pelanggaran atas hak warga negara dan hak politik. Contohnya, pembatasan hak
mengeluarkan pendapat dan berserikat, manipulasi ideologi dan penindasan politik, peradilan
tidak jujur, penahanan semena-mena, hukum yang represif serta pelanggaran struktural. 28

2.8 Pelanggaran HAM


Pelanggaran hak asasi manusia dapat terjadi pada saat tidak cermatnya dalam
menuangkan prinsip-prinsip hak asasi manusia ke dalam peraturan peraturan perundang-
undangan, serta juga pada tahap pelaksanaan peraturan perundang-undangan oleh unsur
aparatur penguasa administratif (Sudarno, 1994).
Dalam UU No. 39 Tahun 1999 dijelaskan pada Pasal (1) bahwa pelanggaran hak asasi
manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok termasuk apparat negara, baik
disengaja ataupun kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi dan/ atau
mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-
Suparlan Al Hakim, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Konteks Indonesia,
28

(Malang: Madani, 2016), hlm. 94.


15
undang dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian
hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku. Pengertian
pelanggaran hak asasi manusia ini dijabarkan lebih lanjut dalam Pasal 104 ayat (1) yang
menerangkan bahwa pelanggaran hak asasi manusia yang berat meliputi pembunuhan massal
(genosida), pembunuhan sewenang-wenang atau putusan di luar pengadilan (arbitrary/ extra
yudicial killing) penyiksaan, penghilangan orang secara paksa, perbudakan atau diskriminasi
yang dilakukan secara sistematik (systematic discrimination).29

2.9 Prosedur Penyelesaian Kasus Pelanggaran HAM


Dalam upaya menegakkan keadilan HAM, telah dibentuk secara khusus Pengadilan
HAM yang menangani kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia yang berat, seperti
kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan lainnya.
Dengan adanya pengadilan HAM inilah diharapkan dapat memberikan perlindungan dan
jaminan terhadap hak-hak dasar manusia, baik secara perorangan maupun masyarakat. Hal
tersebut didasarkan pada pelanggaran hak asasi manusia yang dibuat merupakan “Extra
Ordinary Crimes” dan berdampak secara luas, baik pada tingkat nasional maupun
internasional. Selain itu, pengadilan HAM Ad Hoc digunakan untuk memeriksa serta
memutus perkara pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi sebelum diundang-
undangkannya UU pengadilan HAM.30

BAB III
PENUTUP

2.4 Kesimpulan dan Saran


HAM merupakan hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia dan sudah melekat bersamaan

Suparlan Al Hakim, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Konteks Indonesia,


29

(Malang: Madani, 2016), hlm. 96.


30
Suparlan
Al Hakim, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Konteks Indonesia,
(Malang: Madani, 2016), hlm. 97.
16
dengan awal keberadaan manusia. HAM setiap individu dibatasi oleh HAM orang lain, yang
dimana harus saling menghormati dan menjunjung tinggi nilai-nilai HAM.
Dalam kehidupan bernegara, HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan nasional,
dimana setiap bentuk pelanggaraan HAM baik yang dilakukan perseorangan, kelompok, maupun
suatu instansi negara sekalipun akan diadili dalam peradilan HAM.
Sebagai makhluk sosial, kita harus menghormati dan menghargai HAM orang lain, serta
menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia. HAM yang telah diberikan sudah sepantasnya
kita gunakan dengan sebaik mungkin untuk memenuhi kebutuhan masing-masing. Tetapi, bukan
berarti jika kita mempunyai HAM dapat disalah gunakan untuk merampas hak-hak orang lain.
Penulis mengamanatkan kepada diri penulis dan pembaca agar senantiasa menghormati hak-hak
asasi manusia serta dapat memperjuangkannya agar tidak ditindas oleh orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Jack Donnely, Universal Human Rights in Theory and Practice, Cornell University Press, Ithaca
and London, 2003, hlm. 7-21. Juga Maurice Cranston, What are Human Rights?
Taplinger, New York, 1973, hlm. 70.

17
Rhona K.M. Smith, dkk. Hukum Hak Asasi Manusia (Yogyakarta: PUSHAM UII, 2008), hlm.
11.

Qamar Nurul , ‘’Hak Asasi Manusia dalam Negara Hukum Demokrasi’’, (Jakarta timur : sinar
garfika, 2013).

http://hedisasrawan.blogspot.com

Hasan Basri, Hak Asasi Manusia dan Kedudukannya di Muka Hukum Menurut KUHP, ,
Tinjauan hukum Islam Terhadap Pasal 50 s.d 68 KUHP, Tahun 2000), h. 11.

www.gurupendidikan.com/10-jenis-danpengertian-ham/

Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No.39 Tahun 1999.

Suparlan Al Hakim, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Konteks Indonesia, (Malang:


Madani, 2016)

https://makalah-update.blogspot.com/2012/11/makalah-hak-asasi-manusia

https://www.pinhome.id/blog/sejarah-ham/

Sarinah, hlm. 79-80

18

Anda mungkin juga menyukai