memiliki sejarah panjang dalam hal kepercayaan dan menjadi tempat dari asal
muasal berbagai tradisi agama-filsafat di dunia. Konghucu dan Tao, ditambah
Buddha, yang disebut "tiga pengajaran", memiliki pengaruh siginifikan dalam
pembentukan budaya Tionghoa.[1][2] Unsur-unsur dari tiga sistem kepercayaan
tersebut masuk ke dalam agama tradisional atau populer.[3] Agama-agama
Tionghoa berorientasi keluarga. Beberapa sarjana tidak menggunakan istilah
"agama" untuk menyebut sistem kepercayaan di Tiongkok, dan menganggap
sebutan "praktik kebudayaan", "sistem berpikir" atau "filsafat" sebagai istilah yang
lebih cocok.[4] Terdapat perdebatan mengenai apa yang harus disebut agama dan
yang harus disebut beragama di Tiongkok.[5] Kaisar-kaisar Tiongkok mengklaim
Mandat Surga dan ikut dalam praktik-praktik keagamaan Tionghoa, Sejak 1949,
Tiongkok diperintah oleh Partai Komunis Tiongkok, yang, dalam teori, merupakan
sebuah institusi ateis dan melarang para anggota partai tersebut untuk masuk
sebuah agama.
Perayaan Imlek tak jauh berbeda dengan perayaan Tahun Baru Masehi, juga dengan
Tahun Baru Hijriah bagi orang Islam. Imlek ialah tahun baru kalender etnis
Tionghoa.
Di daratan China, Imlek merupakan hari raya yang paling penting. Dalam bahasa
Mandarin, Imlek dikenal sebagai ‘Nongli Xinnian’ (Tahun Baru). Kata Imlek lebih
lazim digunakan oleh etnis Tionghoa yang berada di luar daratan China (overseas
China).
Hampir di seluruh Negara di dunia mengenal masakan China yang mudah diterima
oleh lidah setiap orang. Masakan China dikenal dengan bumbu yang sederhana
namun memiliki rasa yang khas. Paduan antara sayur, daging, dan mie membuat
masakan China terasa lezat dan nikmat. Masakan China lainnya seperti bebek peking
yang memiliki kulit yang lebih dan daging yang empuk serta rasa gurih untuk
disantap. Cita rasa yang pas yaitu tidak terlalu pedas, terlalu asin atau terlalu manis
membuat masakan China mudah diterima semua orang.
Sama seperti bangsa lain, sejak zaman primitif, orang Tionghoa bergantung pada
hasil buruan dan tangkapan dari laut atau sungai. Seiring berjalannya waktu, baik
produk daging hewan dan pertanian menjadi sajian dalam konsumsi sehari-hari.
Pada waktu tertentu ada kecenderungan kuat pada konsumsi makanan berbasis
sayur-sayuran, menyusul pengenalan agama Buddha yang melarang membunuh
hewan. Kebiasaan ini meningkat pada zaman Dinasti Tang dan Song di mana
populasi bertambah banyak dan agama Buddha banyak dianut.
Cheongsam adalah pakaian panjang untuk wanita yang ketat di badan atau
memperlihatkan lekuk tubuh wanita. Cheongsam yang masih populer digunakan
wanita China saat ini adalah gaun yang diciptakan pada tahun 1920-an dan
merupakan gaya busana yang dipakai oleh wanita kalangan atas pada saat itu.
Istilah “Cheongsam” yang berarti “pakaian panjang”, diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris dari dialek Provinsi Guangdong (Canton) di Tiongkok, adapun daerah
lainnya menyebut pakaian ini sebagai “Qipao”. Pakaian cheongsam sangat nyaman
dan mudah dikenakan .
BAHASA
Bahasa Cina lisan terdiri daripada sebilangan dialek Cina sepanjang sejarah. Ketika
Dinasti Ming, bahasa Mandarin baku dinasionalkan. Sengguhpun begitu, barulah
ketika zaman Republik China pada awal abad ke-20 apabila kelihatan apa-apa hasil
yang nyata Dalam memupuk satu bahasa seragam di China.Pada zaman kuno,
bahasa Cina Klasik menjadi standard penulisan selama beribu-ribu Tahun, tetapi
banyak terhad kepada golongan sarjana dan cendekiawana. Menjelang abad ke-20,
jutaan rakyat, termasuk yang di luar kerabat diraja buta huruf[1] . Hanya selepas
Gerakan 4 Mei baru bermulanya usaha beralih ke bahasa Cina Vernakular yang
membolehkan rakyat Biasa membaca kerana dirangka berasaskan linguistik dan
fonologi bagi suatu bahasa lisan.