Anda di halaman 1dari 4

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN IPS NUSA TENGGARA BARAT

Dosen Pengampu : Cicilia Melinda, M.Pd

OLEH :

FITRI WAHYUNI

NIM: 2038029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN


2021
1. Permasalahan dan Penyebab
Materi Keragaman suku bangsa dan budaya yang cukup luas mengakibatkan
siswa kesulitan memahami teori dan konsep. Keragaman suku bangsa di
Indonesia tersebar di 34 provinsi dengan ciri fisik yang berbeda-beda, sedangkan
keragaman budaya di Indonesia meliputi: tarian pakaian adat, senjata tradisional,
alat musik, dan rumah adat. Siswa dihadapkan pada materi suku bangsa dengan
Keragaman budayanya yaitu rumah adat, pakaian adat, dan senjata tradisional
khususnya pada provinsi Sumatera Barat, Jawa Tengah, Bali, Papua, Irian Jaya,
Sulawesi Tengah, Kalimantan Tengah, NTT dan DKI. Pada pembelajaran tentang
keragaman suku bangsa, banyak anak yang masih bingung dan belum hafal nama-
nama suku di beberapa provinsi tertentu, karena banyaknya materi yang harus
disampaikan dan dalam penyampaiannya terkadang kurang jelas, sehingga anak
cenderung bosen untuk mendengarkan, membaca, dan mengerjakan soal.
Suparmini (2015) dalam penelitiannya pada siswa kelas IV SD
mengungkapkan bahwa faktor penyebab rendahnya nilai hasil belajar siswa ini
dikarenakan beberapa faktor diantaranya, karena mata pelajaran IPS merupakan
mata pelajaran yang membosankan bagi siswa karena harus menghafal. Penyebab
lain adanya materi yang terlalu luas dan kegiatan pembelajaran pada umumnya
berpusat pada guru (student centered) dan siswa hanya mendengarkan uraian dan
mengamati materi yang dituliskan di papan tulis. Penyajian materi yang kurang
tepat menyebabkan materi keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia tidak
membekas dalam pikiran siswa.
Selain itu Baihaqi, dkk (2018) juga mengungkapkan bahwa studi
pendahuluan di sekolah dasar menunjukkan bahwa pembelajaran IPS dianggap
membosankan karena dalam memberikan materi pembelajaran guru cenderung
menggunakan metode ceramah dan teksbook. Selain itu, pembelajaran terkesan
monoton dan searah karena guru lebih mendominasi dalam pembelajaran,
sehingga pemahaman siswa terhadap materi-materi pembelajaran IPS masih
rendah.
Dari beberapa masalah diatas, dapat disimpulkan bahwa penyebab mata
pelajaran IPS khususnya materi keragaman suku bangsa dan budaya yang cukup
luas mengakibatkan siswa kesulitan memahami teori dan konsep dan penggunaan
pendekatan pembelajaran yang kurang inovatif, sehingga siswa kurang terlibat
aktif dalam proses pembelajaran.

2. Solusi
Penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
permasalahan di atas yaitu metode peta pikiran (mind mappinging). Tony Buzan
(2012: 4) mengemukakan bahwa mind map adalah cara mencatat yang kreatif dan
inovatif, cara mudah memasukkan dan mengeluarkan informasi dalam otak, mind
map menggunakan warna, simbol, kata, garis lengkung, dan gambar yang sesuai
dengan cara kerja otak.. Melalui penggunaan metode mind map siswa akan
mengaktifkan seluruh otak, memungkinkan siswa untuk fokus pada pokok
bahasan, memungkinkan siswa untuk mengelompokkan konsep dan
membandingkannya. Menurut Susanto Windura (2008: 16) Mind map adalah
suatu teknis grafis yang memungkinkan kita untuk mengeksplorasi seluruh
kemampuan otak kita untuk keperluan berpikir dan belajar. Jadi mind map
merupakan cara mudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan
mengambil informasi ke luar dari otak sehingga dapat menghasilkan cara untuk
mencatat yang kreatif dan efefktif sesuai dengan peta pikiran kita. Alasan
digunakan media mind map, karena media ini sesuai dengan materi yang akan
disampaikan dan lebih memuat suasana belajar yang lebih menyenangkan. Materi
Keragaman Suku Bangsa dan Budaya merupakan materi IPS yang perfokus pada
pemahaman siswa untuk mempelajari berbagai suku yang tardapat di provinsi
Sumatera Barat, Jawa Tengah, Bali, Papua, Irian Jaya, Sulawesi Tengah,
kalimantan Tengah, NTT, dan DKI. Siswa juga dapat menemukan berbagai jenis-
jenis keragaman budayanya yaitu rumah adat, pakaian adat, senjata tradisional,
tarian, dan alat musik. Penggunaan media mind mappinging melibatkan siswa
secara langsung dalam proses pembelajaran, dengan demikian diharapkan siswa
dapat lebih mudah mengingat dan memahami materi tersebut.
Hasil penelitian Brett D. Jones (2012) yang berjudul “The Effect of Mind
Mapping Activities on Students Motivaion” membuktikan bahwa penerapan media
pemetaan pikiran akan mempengaruhi motivasi siswa dalam pembelajaran.
Oleh karena itu, penggunaan media mind mappinging dapat membantu
suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan membangkitkan minat
belajar siswa dalam proses pembelajaran. Siswa didorong untuk menggunakan
imajinasi dan pengetahuaannya untuk membuat mind map sesuai dengan materi
yang diajarkan. Langkah-langkah pembelajaran dengan media mind mappinging
adalah sebagai berikut: (1) menyampaikan kompetensi dan memberikan
penjelasan singkat mengenai materi pembelajaran; (2) membagi siswa dalam
beberapa kelompok untuk mempelajari dan memahami isi mind mappinging
berdasarkan nama provinsi yang didapat; (3) siswa bekerja dalam kelompok untuk
berdiskusi tentang nama-nama suku yang ada di provinsi tersebut, rumah adat,
pakaian adat, senjata tradisional, tarian, dan alat musiknya; (4) siswa
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas; (5) guru dan siswa memberikan
kesimpulan dari pembelajaran yang telah berlangsung.
Tony Buzan (2012: 8) mengungkapkan bahwa metode mind mapping
mempunyai beberapa kelebihan yaitu: (1) mengaktifkan seluruh otak; (2)
membersihkan akal dan kekusutan mental; (3) memungkinkan kita berfokus pada
pokok bahasan, (4) membantu menunjukkan hubungan antara bagian-bagian
informasi yang saling terpisah; (5) memberi gambaran yang jelas pada
keseluruhan dan perincian; dan (6) memungkinkan kita untuk mengelompokkan
konsep, dan membantu siswa untuk membandingkannya.

Anda mungkin juga menyukai