Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ASUHAN PADA IBU BERSALIN KALA IV

DISUSUN OLEH:

1. INTAN
2. DUMA
3. FITRI
4. IRMA

PROGRAM STUDI KEBIDANAN

FAKULTAS KESEHATAN DAN KECANTIKAN

UNUVERSITAS PASIR PENGARAIAN

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNYA kepada kita semua, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Salawat beserta salam juga tidak lupa pula penulis sampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW yang membawa kita dari alam kegelapan kealam yang terang
benderang dan penuh ilmu pengetahun seperti saat ini. Makalah ini dibuat untuk
lebih memahami dan menambah pengetahuan tentang Asuhan pada Ibu Bersalin
Kala IV.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih


kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada :

1. Dosen pembimbing mata pelajaran Asuhan Kebidanan II.


2. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga
tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan.
3. Rekan-rekan di tingkat II Prodi DIII Kebidanan Pasir Pengaraian
4. Semua pihak-pihak lain yang tidak tersebutkan yang telah memberikan
bantuan dalam penulisan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak luput dari kesalahan. Maka
dari itu, penulis mohon kritik dan saran kepada pembaca jika terdapat kekurangan
dalam makalah ini, demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis juga berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan diharapkan juga pembaca dapat memberikan kritik dan saran kepada peulis
serta memaklumi kekurangan makalah ini.

Pasir Pengaraian, November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Tujuan .............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Fisiologi Kala IV ............................................................................................. 3
B. Diagnosis Kala IV .......................................................................................... 4
C. Evaluasi Uterus,Konsitensi dan Atonia ........................................................... 5
D. Pemantauan dan Evaluasi Lanjut .................................................................... 6
E. Estimasi Perkiraan Darah Yang Hilang ........................................................... 9
F. Memeriksa Perdarahan dari Perineum .......................................................... 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal.


Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga
menantikan nya selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai,peran ibu adalah
melahirkan bayinya. Peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk
mendeteksi dini adanya komplikasi disamping itu bersama keluarga memberikan
bantuan dan dukungan pada ibu bersalinn(Saifuddin, 2006).

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang


terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi
baik pada ibu maupun pada janin.(Saifuddin, 2006). Macam-macam persalinan,
yaitu :

 Persalinan spontan : Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan sendiri


dan melalui jalan lahir. (Askeb Ai Yeyeh Rukiyah,2009:02)

 Persalinan buatan : Persalinan yang dibantu dengan tenaga dari luar


dengan ekstraksi forceps,ektraksi vakum dan sectio sesaria.

 Persalinan anjuran : Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya,


tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocyn
prostaglandin. (Mochtar,1983:221-223

Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 1-2 jam


setelah itu. Saat yang paling kritis pada ibu pasca melahirkan adalah pada
masa post partum. Pemantauan ini dilakukan untuk mencegah adanya kematian
ibu akibatperdarahan. Kematian ibu pasca persalinan biasanya tejadi dalam 6
jam post partum. Hal ini disebabkan oleh infeksi, perdarahan dan eklampsia post
partum. Selama kala IV, pemantauan dilakukan 15 menit pertama
setelah plasenta lahir dan 30 menit kedua setelah persalinan. selama 1 jam
pertama setelah persalinan, tanda-tanda vital ibu, uterus, lochea, perineum, dan
kandung kemih dipantau dan dievaluasi secara teratur sampai semua stabil dalam
kisaran normal.

1
B. Tujuan

Untuk memahami tentang persalinan kala IV serta untuk mengetahui apa


saja yang harus di observasi pada kala ini.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Fisiologi Kala IV

Beberapa perubahan psikologis ibu yang terjadi pada kala lV, antara lain:

a. Perasaan lelah,karena segenap energi psikis dan kemampuan jasmaninya


dikonsentrasika pada aktivitas melahirkan.
b. Dirasakan emosi-emosi kebahagian dan kenikmatan karena terlepas dari
ketakutan, kecemasan dan kesakitan. Meskipun sebenarnya rasa sakit masih
ada.
c. Rasa ingin tahu yang kuat akan bayinya.
d. Timbul reaksi-reaksi afeksional yang pertama terhadap bayinya: rasa bangga
sebaga wanita,istri, dan ibu timbul perasaan terharu,sayang, dan syukur pada
maha kuasa dan sebagainya. (EKA NURHAYATI, S.ST.,
M.KM,2019,HALAMAN 123).

Secara umum, sebagian besar kejadian dan kematian ibu disebabkan oleh
pendarahan pascapersalinan dan terjadi dalam 4 jam pertama setelah kelahiran
bayi. Dengan alasan ini,penting untuk memantau secara ketat segera setelah setiap
tahapan atau kala persalinan diselesaikan. (EKA NURHAYATI, S.ST., M.KM,
HALaman 124).

1. Perubahan fisiologis pada kala IV persalinan,yaitu:


a. Tanda Vital
Dalam 2 jam pertama setelah persalinan,tekanan darah, nadi,dan
pernafasan akan berangsur kembali normal. Suhu pasien biasanya akan
mengalami sedikit peningkatan tapi masih dibawah 38®C,hal ini
disebabkan oleh kurangnya cairan dan kelelahan. Jika intake cairan baik,
maka suhu akan berangsur normal kembali setelah 2 jam. (EKA
NURHAYATI, S.ST., M.KM HALAMAN 120)
b. Gemetar
Kadang dijumpain pasien pascapersalinan mengalami gemetar, hal ini
normal sepanjang suhu kurang dari 38®C dan tidak dijumpain tanda-
tanda infeksi lain. Gemetar terjadi karena hilangnya ketegangan dan
sejumlah energi selama melahirkan dan merupakan respon fisiologis
terhadap penurunan volume intraabdominal, serta pergeseran hematologi.
(EKA NURHAYATI, S.ST., M.KM HALAMAQN 120)

3
c. Sistem Renal
Selama 2-4 jam pascapersalinan kandung kemih masih dalam keadaan
hipotonik akibatnya adanya alostaksis, sehingga sering dijumpain kandung
kemih dalam keadaan penuh dan mengalami pembesaran. Hal ini
disebabkan oleh tekanan pada kandung kemih dan uretra selama
persalinan. Kondisi ini dapat diringankan dengan selalu mengusahakan
kandung kemih kosong selama persalinan untuk mencegah trauma. Setelah
melahirkan, kandung kemih sebaiknya tetap kosong untuk mencegah
uterus berubah posisi dan terjadi atonia. Uterus yang berkontraksi dengan
buruk dapat meningkatkan pendarahan. . (EKA NURHAYATI, S.ST.,
M.KM HALAMAN 120)
d. Sistem Kordiovaskuler
Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk menampung
aliran darah yang meningkat (diperlukan pplasenta dan pembuluh darah
uterus). Penarikan kembali estrogen menyebabkan diuresis yang terjadi
secara cepat sehingga mengurangi volume plasma kembali pada proporsi
normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi.
Selama masa ini, pasien akan banyak mengeluarkan banyak urine. Pada
persalinan vervaginam, kehilangan darah sekitar 200-500 ml sedangkan
pada persalinan SC pengeluaranya dua kali lipat. Perubahan terdiri volume
darah dan kadar hematokrit setelah persalinan, volume darah pasien
relative akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban pada
jantung dan akan menimbulkan dekompensasi kordis pada pasien dengan
vitum kardio. Keadaan ini dapat diatasi dengan makanisme konpensasi
dengan adanya hemakonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti
kondisi awal. (EKA NURHAYATI, S.ST., M.KM HALaman 121)
e. Serviks
Perubahan-perubahan pada serviks terjadi setelah bayi lahir, untuk serviks
menjadi agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus
uterus yang dapat mengadakan kontraksi,sedangkan serviks tidak
berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan
serviks berbentuk cincin. (EKA NURHAYATI, S.ST., M.KM,
HALAMAN 121)

B. Diagnosis Kala IV
2 jam pertama setelah persalian merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan
bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa. Ibu
melahirkan bayi dari perutnya dan bayi menyesuaikan diri dari dalam perut ke
dunia luar. Tenaga kesehtan harus tinggal bersama ibu dan bayi untuk memastikan

4
bahwa keduanya dalam kondisi yang stabil dan mengambil tindakan yang tepat
untuk melakukan stabilisasi.
Penanganan kala IV

 Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit
selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat masase uterus sampai menjadi
keras. Apabila uterus berkontraksi,otot uterus akan menjepit pembuluh
darah untuk menghentikan pendarahan. Hal ini dapat mengurangi
kehilangan darah mencegah dan perdarahan pasca persalinan.
 Periksa tekanan darah,nadi,kandung kemih dan perdarahan selama 15
menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
 Anjurkan ibu untuk minum untuk mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu
makanan dan minuman yang disukai ibu.
 Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering.
 Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi.
Sebagai permulaan dengan menyusui ibu dan bayi nya.
 Bayi sangat siap setelah kelahiran. Hal ini sangat tepat untuk memberikan
ASI kepada bayi. Menyusui juga membantu uterus berkontraksi.
 Jika ibu ke kamar mandi ibu dibolehkan bangun dan pastikan ibu dibantu
karena masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah persalinan.
Pastikan ibu sudah buang air kecil setelah 3 jam pasca persalinan.
 Ajari ibu atau anggota keluarga tentang bagaimana memeriksa fundus dan
menimbulkan kontraksi.
 Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi.

(Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir,2009,Elisabeth Siwi


Walyani,Amd.Keb dan Th.Endang Purwoastuti,S.Pd,APP:99-100)

C. Evaluasi Uterus,Konsitensi dan Atonia


Setelah kelahiran plasenta periksa kelengkapan dari plasenta dan selaput
ketuban. Jika masih ada sisa plasenta dan selaput ketuban yang tertinggal dalam
uterus akan menggangu kontrasi uterus sehingga menyebabkan perdarahan. Jika
dalam waktu 15 menit uterus tidak berkontaksi dengan baik, maka kan terjadi
atonia uteri. Oleh karena itu, diperlukan tindakan rangsangan taktil (massae)
fundus uteri dan bila perlu dilakukan kompresi bimanual agar tidak menjadi
lembek dan mampu berkontraksi dengan kuat.
Perlu diperhatikan bahwa kontraksi uterus mutlak diperlukan untuk
mencegah terjadinya perdarahan dan pengambilan uterus ke bentuk normal. Untuk
itu evaluasi terhadap uterus pasca pengeluaran plasenta sangat penting untuk di
perhatikan. Kalau dengan usaha ini uterus tidak mau berkontaksi dengan baik

5
dapat diberikan oksitosin dan harus di awasi sekurang-kurang nya selama satu jam
sambil mengamati terjadinya perdarahan post partum.

Setelah kelahiran plasenta uterus dapat diraba di tengah-tengah abdomen


±2/3 atau 3/4 antar simfisi pubis dan umbilicus. Jika uterus berada di tengah atau
di atas umbilicus menandakan adanya darah dan bekuan darah dalam uterus. Jika
uterus berada di atas umbilicus dan bergeser pada umumnya kesebelah kanan
menandakan bahwa kandung kemih dalam keadaan penuh.

Faktor-faktor yang pertimbangan adanya atonia uterus adalah:

 Konsistensi uterus. Uterus harus berkontraksi efektif teraba padat dan


keras. Tanda-tanda bahwa kontraksi uterus dalam keadaan baik adalah
kontraksi keras, bila konsistensi lunak harus dilakukan massase uterus
untuk memperkuat kontraksi.
 Potensial untuk relaksasi uterus.
 Riwayat atonia uterus pada kehamilan sebelumnya.
 Status ibu sebagai grandmultipara.
 Distensi berlebihan pada uterus misalnya pada kehamilan
kembar,polihidramion, atau makrosomia.
 Induksi atau argumentasi persalinan.
 Persalianan memanjang.
 Kelengkapan plasenta dan membran pada saat inspeksi,bukti kemungkinan
pragmen plasenta atau membran tertinggal di dalam uterus.
(Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir,2009,Elisabeth Siwi
Walyani,Amd.Keb dan Th.Endang Purwoastuti,S.Pd,APP:100-101)

D. Pemantauan dan Evaluasi Lanjut


 Tanda-tanda vital
Pemantauan tekanan darah ibu,nadi,dan pernafasan dimulai segera
setelah plasenta dan dilanjutkan setiap 15 menit sampai tanda-tanda vital
stabil pada level sebelum persalianan. Suhu di ukur paling tidak sekali
selama periode. Tekanan darah normal <140/90 mmHg, bila tekanan darah
<90/60 mmHg,nadi >100 x/menit (terjadi masalah). Masalah yang timbul
kemungkinan adalah demam atau perdarahan. Suhu >380 C (identifikasi
masalah). Kemungkinan terjadi dehidrasi ataupun infeksi.
Suhu ibu di cek paling sedikit satu kali selama kala IV. Jika suhu
meningkatkan pantau lebih sering (namun kenaikan suhu kurang dari 200F
dari batas normal merupakan hal normal). Suhu tubuh yang normal adalah
<380 C. Jika suhunya >380 C, bidan harus mengumpulkan data-data lain
yang memungkinkan indentifikasi masalah. Suhu yang tinggi tersebut

6
mungkin disebabkan oleh dehidrasi (karena persalinan yang lama dan
tidak cukup minum) atau ada infeksi.
Bila suhu dan denyut nadi tidak normal, maka pernafasan akan
mengikutinya. Pernafasan normal,teratur,cukup dalam frekuensi 18x/m.
Fungsi pulmonal kembali ke status sebelum hamil setelah 6 bulan post
partum.
 Kontraksi Uterus
Pemantauan adanya kontraksi uterus sangatlah penting dalam
asuhan kala IV persalianan dan perlu evaluasi lanjut setelah plasenta lahir
yang berguna untuk memantau terjadinya perdarahan. Kalau kontraksi
uterus baik dan kuat kemungkinan terjadinya perdarahan sangat kecil.
Pasca melahirkan perlu dilakukan pengamatan secara seksama mengenai
ada tidaknya kontraksi uterus yang di ketahui dengan meraba bagian perut
ibu serta perlu diamati apakah tinggi fundus uterus telah turun dari pusat,
karena saat kelahiran tinggi fundus uterus telah berada 1-2 jari di bawah
pusat dan terletak agak sebelah kanan sampai akhirnya hilang di hari ke-10
kelahiran.
 Kantung Kemih
Pada saat setelah plasenta keluar kandung kencing harus kosong
agar uterus dapat berkontraksi dengan kuat. Hal ini berguna untuk
menghambat terjadinya perdarahan lanjut yang berakibat fatal bagi ibu.
Jika kandung kemih penuh maka bantu ibu untuk mengosongkan kandung
kemihnya dan ibu dianjurkan untuk selalu mengosongkannya jika
diperlukan. Ingatkan kemungkinan keinginan berkemih berbeda setelah
dia melahirkan bayinya. Jika ibu tidak dapat berkemih bantu dengan
menyiramkan air bersih dan hangat pada perineumnya atau masukkan jari-
jari ibu kedalam air hangat untuk merangsang keinginan berkemih secara
spontan. Kalau upaya tersebut tidak berhasil dan ibu tidak dapat berkemih
secara spontan maka perlu dipalpasi dan melakukan kateterisasi secara
aseptik dengan memasukkan kateter Nelaton DTT atau steril untuk
mengosongkan kandung kemih ibu setelah kosong segera lakukan masase
pada fundus untuk membantu uterus berkontraksi dengan baik.
 Perineum
Terjadinya laserasi atau robekan perineum dan vagina dapat
diklarifikasikan berdasarkan luas robekan. Robekan perineum hampir
terjadi pada semua persalinan pertama juga padapersalinan berikutnya. Hal
ini dapat dihindari atau dikurangi dengan cara menjaga jangan sampai
dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat. Sebaliknya kepala
janin akan lahir jangan ditekan terlalu kuat dan lama.

7
Apabila hanya kulit perineum dan mukosa vagina yang robek
dinamakan robekan perineum tingkat satu. Pada robekan tingkat dua
dinding belakang vagina dan jaringan ikat yang menghubungkan otototot
diafragma urogenetalis pada garis tengah terluka. Sedang pada tingkat tiga
atau robekan total muskulus sfingter ani ekstrium ikut terputus dan
kadang-kadang dinding depan rektum ikut robek. Jarang sekali terjadi
robekan yang mulai pada dinding belakang vagina di atas introitus vagina
dan anak dilahirkan melalui robekan itu sedangkan perineum sebelah
depan tetap utuh (robekan perineum sentral).
Pada persalinan sulit disamping robekan perineum yang dapat
dilihat, dapat pula terjadi kerusakan dan keregangan muskulus
puborektalis kanan dan kiri serta hubungannya di garis tengah. Robekan
perineum yang melebihi robekan tingkat satu harus dijahit. Hal ini dapat
dilakukan sebelum plasenta lahir tetapi apabila ada kemungkinan plasenta
harus dikeluarkan secara manual lebih baik tindakan itu ditunda sampai
plasenta lahir. Perlu diperhatikan bahwa setelah melahirkan kandung
kemih ibu harus dalam keadaan kosong. Hal ini untuk membantu uterus
agar berkontraksi dengan kuat dan normal dan kalau perlu untuk
mengosongkan kandung kemih perlu dilakukan dengan kateterisasi
aseptik.
Evaluasi berkelanjutan untuk edema, memar dan pembentukan
hematoma yang mungkin dilakukan pada setiap pengecekan aliran lokia.
Hal ini termasuk pengamatan area perineum untuk mendeteksi hemoroid.
 Lokhea
Melalui proses katabolisme jaringan berar uterus dengan cepat menurun
pada saat kelahiran sekitar 1000 gr menjadi sekitar 50 gr pada saat 30
minggu masa nifas. Serviks juga kahilangan elastisitasnya dan menjadi
kaku seperti sebelum kehamilan.

Macam-macam lokhe
 Lokhia rubra: Merupakan darah segar bercampur sisa-sisa selaput
janin (sel-sel deciduas dan chorion), verniks kaseosa, mungkin juga
rambut lanugo dan mekonium. Terjadi selama 2 hari pasca
persalinan.
 Lokia sanguinolenta: Lokia yang berisi darah bercampur lendir
Berlangsung setelah hari ke-3 hingga ke-7 pasca persalinan. C.
Lokhia serosa: Lokhia tidak berdarah, warnanya agak pucat,
Terjadi pada setelah seminggu pasca persalinan.

8
 Lokhia alba: Cairan putih kekuningan, berwarna putih karena
banyak terdapat leukosit didalamnya. Terjadi setelah 2 minggu
pasca persalinan.
Locheosrasis: jika lochea tidak lancar keluarnya.

(Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir,2009,Elisabeth Siwi


Walyani,Amd.Keb dan Th.Endang Purwoastuti,S.Pd,APP:101-104)

E. Estimasi Perkiraan Darah Yang Hilang


Perkiraan darah yang hilang sangat penting untuk keselamatan ibu, namun
untuk menentukan banyak nya darah yang hilang sangatlah sulit. Karena sering
kali brcampur cairan ketuban atau urin dan mungkin terserap kain, handuk atau
sarung. Sulitnya menilai kehilangan darah secara akurat melalui perhitungan
jumlah sarung karena ukuran sarung bermacam macam dan mungkin telah di
ganti jika terkena sedikit darah atau basah oleh darah. Mengumpulkan darah
dengan wadah atau pispot yang diletakkan dibawah bokong ibu bukanlah cara
yang efektif untuk mengukur kehilangan dan bukan ceminan asuhan saying ibu.
Karena berbaring diatas wadah atau pispot sangat tidak nyaman dan menyulitkan
ibu untuk memegang dan menyusui bayinya.
Cara yang baik untuk memperkirakan kehilangan darah adalah dengan
menyiapkan 500 ml yang digunakan untuk menampung darah dan nilai berapa
botol darah yang telah digunakan. Kalau setengah berarti 250 ml dan kalau 2 botol
sama dengan 1 liter. Dan ini merupakan salah satu cara untuk menilai kondisi ibu.
Cara tak langsung untuk jumlah kehilangan darah adalah melalui penampakan
gejala dan tekanan darah. Kalau menyebabkan lemas, pusing dan kesadaran
menurun serta tekanan darah sistolik turun lebih dari 10 mmHg dari kondisi
sebelumnya maka telah terjadi perdarahan lebih dari 500 ml. kalau ibu mengalami
syok hipovolemik maka ibu telah kehilangan darah 50% dari total darah ibu (2000
sampai 2500 ml). penting untuk selalu memantau keadaan umum dan menilai
jumlah kehilangan darah ibu selama kala empat melakui tanda vital, jumlah
darah ynag keluar dan kontraksi uterus

Perdarahan pasca persalinan sangat penting untuk diperhatikan karena


sangat berhubungan erat dengan kondisi kesehatan ibu. Akibat banyak nya darah

9
yang hilang dapat menyebabkan kematian ibu. Perdarahan terjadi karena kontraksi
uterus yang tidak kuat dan baik sehingga tidak mampu menjepit pembuluh darah
yang ada disekitarnya akibatnya perdarahan tak dapat berhenti. Perdarahan juga
dapat disebabkan karena adanya robekan perineum, serviks bahkan vagina dan
untuk menghentikan perdarahannya maka harus dilakukan penjahitan. (JNPK-
KR,2008 Revisi ke 4:114-115)

F. Memeriksa Perdarahan dari Perineum


Perhatikan dan temukan penyebab dari laserasi atau robekan perineum dan
vagina. Nilai perluasan laserasi perineum, lihat Lampiran 4 untuk informasi dan
instruksi mengenai penjahitan laserasi atau episiotomy. Laserasi di klasifikasikan
berdasarkan luasnya robekan.

 Mukosa  Mukosa  Mukosa  Mukosa


vagina vagina vagina vagina
 komisura  komisura  komisura  komisura
posterior posterior posterior posterior
 kulit  kulit  kulit  kulit
perineum perineum perineum perineum
 otot  otot  otot
perineum perineum perineum

10
 Otot  Otot
Sfingter Sfingter
ani ani
 Dinding
depan
rectum

Tidak perlu dijahit jika Jahit menggunakan teknik Penolong APN tidak
tidak ada perdarahan dan yang dijelaskan pada diberikan keterampilan
aposisi luka baik. lapiran 4 untuk mereparasi laserasi
perineum derajat tiga atau
empat. Segera rujuk ke
fasilitas rujukan.

(JNPK-KR,2008 Revisi ke 4:115)

Pencegahan infeksi

Setelah persalinan, dekontaminasi alas plastik, tempat tidur dan matras dengan
larutan klorin 0,5% kemudian cui dengan deterjen dan bilas dengan air bersih.
Jika sudah bersih keringkan dengan kain bersih supaya ibu tidak berbaring diatas
matras yang basah. Dekontaminasi linen yang digunakan selama persalinan dalam
larutan klorin 0,5% dan kemudian cuci segera dengan air dan deterjen. (JNPK-
KR,2008 Revisi ke 4:116)

Pemantauan keadaan umum ibu

Sebagian besar kejadian kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan pasca
persalinan terjadi selama empat jam pertama setelah kelahiran bayi. Karena alasan
ini sangatlah penting untuk memantau ibu secara ketat segera setelah persalinan.
Jika tanda tanda vital dan kontraksi uterus masih dalam batas normal selama dua
ja pertama pascapersalinan, mungkin ibu tidak akan mengalai perdarahan pasca

11
persalinan. Penting untuk berada disaping ibu dan bayinya selama dua ja
pertama pasca persalinan.

Selama dua jam pertama pasca persalinan:

 Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan darah yang
keluar setiap 15 menit selama satu jam pertama dan seiap 30 menit selama
satu jam kedua kala empat. Jika ada temuan yang tidak normal, tingkatkan
frekuensi observasi dan penilaian kondisi ibu.
 Massase uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik setiap 15
menit selama satu jam dan dan setiap 30 menit selama satu jam kedua kala
empat, jika ada temuan yang tidak normal, tingkatkan frekuensi observasi
dan penilaian kondisi ibu.
 Pantau temperature tubuh setiap jam selama dua jam pertama pasca
persalinan. Jika meningkat, pantau dan tatalaksana sesuai dengan apa yang
diperlukan.
 Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15 menit selama satu
jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua pada kala empat.
 Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi uterus dan
jumlah darah yang keluar dan bagaimana melakukan massase jika uterus
menjadi lembek.
 Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bersihkan dan bantu ibu
untuk mengenakan baju atau sarung yang bersih dan kering, atur posisi ibu
agar nyaman, duduk bersandarkan bantal atau berbaring miring. Jaga agar
bayi diselimuti dengan baik, bagian kepala tertutup baik, kemudian
berikan bayi ke ibu dan anjurkan untuk dipeluk dan diberi ASI.
 Lengkapi asuhan esensial bagi bayi baru lahir.

Jangan gunakan kain pembebat perut selama dua jam pertama pasca
persalinan atau hingga kondisi ibu sudah stabil. Kain pembebat perut
menyulitkan penolong untuk menilai kontraksi uterus secara memadai.
Jika kandung kemih penuh, bantu ibu untuk mengosongkan kandung

12
kemihnya dan anjurkan untuk mengosongkan setiap kali diperlukan.
Ingatkan ibu bahwa keinginan untuk berkemih berbeda setelah dia
melahirkan bayinya. Jika ibu tidak dapat berkemih, bantu ibu dengan cara
menyiramkan air bersih dan hangat ke perineum nya. Berikan privasi atau
masukan jari jari ibu ke dalam air hangat untuk merangsang keinginan
berkemih secara spontan.( JNPK-KR,2008 Revisi ke 4:116)

13
BAB III
Menjahit Luka

Cara Menjahit Luka Pada Pasien


Tujuan Cara Menjahit Luka Pada Pasien adalah sebagai instruksi bagi petugas
UGD dalam melakukan penjahitan pada pasien sehingga tidak terjadi infeksi yang
disebabkan oleh luka tersebut.

Definisi Tata Cara Menjahit Luka Pada Pasien


Luka adalah keadaan hilang atau terputusnya kontinuitas jaringan. Penjahitan luka
(hecting) dilakukan pada luka robek kyang bersih dan diyakini tidak mengalami
infeksi serta berumur kurang dari 8 jam boleh dijahit primer. Sedangkan luka
yang terkontaminasi berat dan tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh
per secundam atau per tertiam.

Penyembuhan luka dapat terjadi secara :


1. Per priman, yaitu penyembuhan yang terjadi setelah segera diusahakan
bertautnya tepi luka biasanya dengan penjahitan
2. Per secundam, yaitu luka yang tidak mengalami penyembuhan per priman,
biasanya dijumpai pada luka infeksi, luka dengan kehilangan jaringan.
Luka Jenis ini biasanya dibiarkan terbuka.
3. Per tertiam atau per priman tertunda, yaitu luka yang dibiarkan terbuka,
selama beberapa hari setelah tindakan debridement, setelah diyakini
bersih, maka tepi luka dipertatkan.
Alat dan Bahan
1. Sarung tangan steril
2. Kasa Steril
3. Obat Anastesi local seperti Lidokain ampul
4. Plester / Verban
5. Cairan garam fisiologis (NaCl 0,99%)

14
6. Larutan antiseptik (providone iodine)
7. Spuit 3 cc atau 5 cc
8. Peralatan penjahitan luka (heating set) : Jarum jahit bedah lengkung,
Pinset sirurgis, Pinset anatomis, Pemegang jarum (needle holder), Klem
arteri, Gunting, Benang catgut, Zyde, Bak instrumen
Jenis Benang Untuk Menjahit Luka Pada Pasien
 Seide (silk/sutra) ; Bersifat tidak licin seperti sutra biasa karena sudah
dikombinasikan dengan perekat, tidak diserap oleh tubuh. Pada
penggunaan disebelah luar, maka benang harus dibuka kembali. Berguna
untuk menjahit kulit, mengikat pembuluh arteri besar. Ukuran yang sering
digunakan adalah nomor 2 nol 3 nol, 1 nol dan nomor 1.
 Plain Catgut ; Bersifat dapat diserap tubuh, penyerapan berlangsung
dalam waktu 7-10 hari dan warnanya putih kekuningan. Berguna untuk
mengikat sumber pendarahan kecil, menjahit subcutis dan dapat pula
digunakan untuk bergerak dan luas lukanya kecil. Benang ini harus
dilakukan penyimpulan 3 kali karena dalam tubuh akan mengembang. Bila
penyimpulan dilakukan 2 kali saja akan terbuka kembali.
 Chromic Catgut ; Bersifat dapat diserap oleh tubuh, penyerapannya lebih
lama yaitu sampai 20 hari. Chromic Catgut biasanya menyebabkan reaksi
inflamasi yang lebih besar dibandingkan dengan plain Catgut. Berguna
untuk penjahitan luka yang dianggap belum merapat dalam waktu 10 hari
dan bila mobilitas harus segera dilakukan.
Cara Menjahit Luka Pada Pasien
Adapun Cara Menjahit Luka Pada Pasien yaitu sebagai berikut :
1. Menyapa dan menjelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan
dilakukan
2. menyiapkan alat-alat serta obat yang akan dipergunakan
3. Atur posisi pasien untuk mempermudahkan dalam melaksanakan tindakan
4. Lakukan evaluasi luka.
5. Anamnesis :Pemeriksaan fisik ; (a) Lokasi, untuk petunjuk kemungkinan
adanya cedera pada struktur yang lebih dalam, (b) Eksplorasi, untuk

15
menyingkirkan kemungkinan cedera pada struktur yang lebih dalam,
menemukan benda asing yang mungkin tertinggal pada luka serta
menentukan adanya jaringan yang telah mati.
6. Bersihkan luka dari kotoran dengan cairan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati. tepi
compang-camping sebaiknya segera dibuang.
7. Jika luka sudah bersih lalu olesi dengan betadine
8. Lakuakan penjahitan luka tergantung lokasi dan kedalaman luka
9. Beri betadine pada permukaan penjahitan luka, tutup luka dengan
menggunakan kasa steril dan plester menggunakan verban
10. Selesai
11. PROSEDUR TETAP MENJAHIT LUKA
I.PERSIAPAN ALAT:
Ø Sarung tangan steril
Ø Duk lubang
Ø Set alat bedah minor
Ø Benang jahit
Ø Jarum jahit
Ø Kassa steril
Ø Cairan normal saline (Nacl 0.9%)
Ø Cairan antiseptik
Ø Korentang steril dan tempatnya
Ø Perlak dan pengalasnya
Ø Obat anastesi
Ø Plester
Ø Gunting plester
Ø Kom steril
Ø Tempat sampah medis
Ø Disposible syringe
Ø Larutan H2O2/perhidrol
Ø Celemek

16
Ø Masker
Ø Trolly

II.PROSEDUR/CARA KERJA
Ø Cuci tangan dan keringkan,kemudian pakai sarung tangan steril
Ø Menyiapkan alat
Ø Bersihkan luka menggunakan cairan antiseptik
Ø Ganti sarung tangan dengan sarung tangan steril yang lain
Ø Jaringan disekitar luka dianastesi
Ø Bila perlu bersihkan luka dengan cairan normal saline(Nacl 0.9%)
Ø Bila luka kotor dan dalam gunakan larutan H2 O2/perl hidrol 10%
Ø Pasang duk lobang
Ø Gunakan jarum untuk menjahit kulit,masukan benang ke lubang
jarum,pada penggunaan jarum melengkung(curved needle) dari arah dalam
keluar.
Ø Pegang jarum dengan menggunakan klem,kemudian mulai menjahit
luka.
Ø jika luka dalam sampai jaringan otot,maka jahit lapis demi lapis (jenis
benang disesuaikan dengan jaringan yang
robek,contoh:catgut,chromic,side,dll)
Ø Ikat benang dengan membentuk simpul.
Ø Potong benang,sisakan sepanjang 1mm(untuk jahitan dalam),0.65cm
(jahitan luar)
Ø Lanjutkan menjahit luka sampai luka tertutup.
Ø Oleskan normal salin/desinfectan pada jahitan.
Ø Tutup dengan kassa steril.
Ø Pasang plester/hipafix

III.TERMINASI
Ø Mengakhiri prosedur dengan baik
Ø Menanyakan respon pasien

17
Ø Membereskan alat (mencuci alat dan menyeteril kembali)
Ø Cuci tangan
Ø Berterima kasih pada pasien/keluarga atas kerjasamanya.

18
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kala IV adalah dimulai sejak plasenta lahir 1-2 jam sesudahnya,hal-hal ini
yang perlu diperhatikan adalah kontraksi uterus sampai uterus kembali kebentuk
normal.Hal itu dapat dilakukan dengan melakukan rangsangan taktil (masase)
untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat.perlu juga diperhatikan
bahwa plasenta telah lahir lengkap dan tidak ada yang tersisa sedikitpun dalam
uterus serta benar-benar dijamin tidak terjadi perdarahan lanjut. Perkiraan
pengeluaran darah, laserasi atau luka episiotomi serta pemantauan dan evaluasi
lanjut juga perlu diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA

Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir,2009,Elisabeth Siwi


Walyani,Amd.Keb dan Th.Endang Purwoastuti,S.Pd,APP.

JNPK-KR,2008 Revisi ke 4

Patologi dan Fisiologi Persalinan,2019,Eka Nurhayati,S.ST,M.KM.

19

Anda mungkin juga menyukai