DISUSUN OLEH:
1. INTAN
2. DUMA
3. FITRI
4. IRMA
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNYA kepada kita semua, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Salawat beserta salam juga tidak lupa pula penulis sampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW yang membawa kita dari alam kegelapan kealam yang terang
benderang dan penuh ilmu pengetahun seperti saat ini. Makalah ini dibuat untuk
lebih memahami dan menambah pengetahuan tentang Asuhan pada Ibu Bersalin
Kala IV.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak luput dari kesalahan. Maka
dari itu, penulis mohon kritik dan saran kepada pembaca jika terdapat kekurangan
dalam makalah ini, demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis juga berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan diharapkan juga pembaca dapat memberikan kritik dan saran kepada peulis
serta memaklumi kekurangan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fisiologi Kala IV
Beberapa perubahan psikologis ibu yang terjadi pada kala lV, antara lain:
Secara umum, sebagian besar kejadian dan kematian ibu disebabkan oleh
pendarahan pascapersalinan dan terjadi dalam 4 jam pertama setelah kelahiran
bayi. Dengan alasan ini,penting untuk memantau secara ketat segera setelah setiap
tahapan atau kala persalinan diselesaikan. (EKA NURHAYATI, S.ST., M.KM,
HALaman 124).
3
c. Sistem Renal
Selama 2-4 jam pascapersalinan kandung kemih masih dalam keadaan
hipotonik akibatnya adanya alostaksis, sehingga sering dijumpain kandung
kemih dalam keadaan penuh dan mengalami pembesaran. Hal ini
disebabkan oleh tekanan pada kandung kemih dan uretra selama
persalinan. Kondisi ini dapat diringankan dengan selalu mengusahakan
kandung kemih kosong selama persalinan untuk mencegah trauma. Setelah
melahirkan, kandung kemih sebaiknya tetap kosong untuk mencegah
uterus berubah posisi dan terjadi atonia. Uterus yang berkontraksi dengan
buruk dapat meningkatkan pendarahan. . (EKA NURHAYATI, S.ST.,
M.KM HALAMAN 120)
d. Sistem Kordiovaskuler
Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk menampung
aliran darah yang meningkat (diperlukan pplasenta dan pembuluh darah
uterus). Penarikan kembali estrogen menyebabkan diuresis yang terjadi
secara cepat sehingga mengurangi volume plasma kembali pada proporsi
normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi.
Selama masa ini, pasien akan banyak mengeluarkan banyak urine. Pada
persalinan vervaginam, kehilangan darah sekitar 200-500 ml sedangkan
pada persalinan SC pengeluaranya dua kali lipat. Perubahan terdiri volume
darah dan kadar hematokrit setelah persalinan, volume darah pasien
relative akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban pada
jantung dan akan menimbulkan dekompensasi kordis pada pasien dengan
vitum kardio. Keadaan ini dapat diatasi dengan makanisme konpensasi
dengan adanya hemakonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti
kondisi awal. (EKA NURHAYATI, S.ST., M.KM HALaman 121)
e. Serviks
Perubahan-perubahan pada serviks terjadi setelah bayi lahir, untuk serviks
menjadi agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus
uterus yang dapat mengadakan kontraksi,sedangkan serviks tidak
berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan
serviks berbentuk cincin. (EKA NURHAYATI, S.ST., M.KM,
HALAMAN 121)
B. Diagnosis Kala IV
2 jam pertama setelah persalian merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan
bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa. Ibu
melahirkan bayi dari perutnya dan bayi menyesuaikan diri dari dalam perut ke
dunia luar. Tenaga kesehtan harus tinggal bersama ibu dan bayi untuk memastikan
4
bahwa keduanya dalam kondisi yang stabil dan mengambil tindakan yang tepat
untuk melakukan stabilisasi.
Penanganan kala IV
Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit
selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat masase uterus sampai menjadi
keras. Apabila uterus berkontraksi,otot uterus akan menjepit pembuluh
darah untuk menghentikan pendarahan. Hal ini dapat mengurangi
kehilangan darah mencegah dan perdarahan pasca persalinan.
Periksa tekanan darah,nadi,kandung kemih dan perdarahan selama 15
menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
Anjurkan ibu untuk minum untuk mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu
makanan dan minuman yang disukai ibu.
Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering.
Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi.
Sebagai permulaan dengan menyusui ibu dan bayi nya.
Bayi sangat siap setelah kelahiran. Hal ini sangat tepat untuk memberikan
ASI kepada bayi. Menyusui juga membantu uterus berkontraksi.
Jika ibu ke kamar mandi ibu dibolehkan bangun dan pastikan ibu dibantu
karena masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah persalinan.
Pastikan ibu sudah buang air kecil setelah 3 jam pasca persalinan.
Ajari ibu atau anggota keluarga tentang bagaimana memeriksa fundus dan
menimbulkan kontraksi.
Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi.
5
dapat diberikan oksitosin dan harus di awasi sekurang-kurang nya selama satu jam
sambil mengamati terjadinya perdarahan post partum.
6
mungkin disebabkan oleh dehidrasi (karena persalinan yang lama dan
tidak cukup minum) atau ada infeksi.
Bila suhu dan denyut nadi tidak normal, maka pernafasan akan
mengikutinya. Pernafasan normal,teratur,cukup dalam frekuensi 18x/m.
Fungsi pulmonal kembali ke status sebelum hamil setelah 6 bulan post
partum.
Kontraksi Uterus
Pemantauan adanya kontraksi uterus sangatlah penting dalam
asuhan kala IV persalianan dan perlu evaluasi lanjut setelah plasenta lahir
yang berguna untuk memantau terjadinya perdarahan. Kalau kontraksi
uterus baik dan kuat kemungkinan terjadinya perdarahan sangat kecil.
Pasca melahirkan perlu dilakukan pengamatan secara seksama mengenai
ada tidaknya kontraksi uterus yang di ketahui dengan meraba bagian perut
ibu serta perlu diamati apakah tinggi fundus uterus telah turun dari pusat,
karena saat kelahiran tinggi fundus uterus telah berada 1-2 jari di bawah
pusat dan terletak agak sebelah kanan sampai akhirnya hilang di hari ke-10
kelahiran.
Kantung Kemih
Pada saat setelah plasenta keluar kandung kencing harus kosong
agar uterus dapat berkontraksi dengan kuat. Hal ini berguna untuk
menghambat terjadinya perdarahan lanjut yang berakibat fatal bagi ibu.
Jika kandung kemih penuh maka bantu ibu untuk mengosongkan kandung
kemihnya dan ibu dianjurkan untuk selalu mengosongkannya jika
diperlukan. Ingatkan kemungkinan keinginan berkemih berbeda setelah
dia melahirkan bayinya. Jika ibu tidak dapat berkemih bantu dengan
menyiramkan air bersih dan hangat pada perineumnya atau masukkan jari-
jari ibu kedalam air hangat untuk merangsang keinginan berkemih secara
spontan. Kalau upaya tersebut tidak berhasil dan ibu tidak dapat berkemih
secara spontan maka perlu dipalpasi dan melakukan kateterisasi secara
aseptik dengan memasukkan kateter Nelaton DTT atau steril untuk
mengosongkan kandung kemih ibu setelah kosong segera lakukan masase
pada fundus untuk membantu uterus berkontraksi dengan baik.
Perineum
Terjadinya laserasi atau robekan perineum dan vagina dapat
diklarifikasikan berdasarkan luas robekan. Robekan perineum hampir
terjadi pada semua persalinan pertama juga padapersalinan berikutnya. Hal
ini dapat dihindari atau dikurangi dengan cara menjaga jangan sampai
dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat. Sebaliknya kepala
janin akan lahir jangan ditekan terlalu kuat dan lama.
7
Apabila hanya kulit perineum dan mukosa vagina yang robek
dinamakan robekan perineum tingkat satu. Pada robekan tingkat dua
dinding belakang vagina dan jaringan ikat yang menghubungkan otototot
diafragma urogenetalis pada garis tengah terluka. Sedang pada tingkat tiga
atau robekan total muskulus sfingter ani ekstrium ikut terputus dan
kadang-kadang dinding depan rektum ikut robek. Jarang sekali terjadi
robekan yang mulai pada dinding belakang vagina di atas introitus vagina
dan anak dilahirkan melalui robekan itu sedangkan perineum sebelah
depan tetap utuh (robekan perineum sentral).
Pada persalinan sulit disamping robekan perineum yang dapat
dilihat, dapat pula terjadi kerusakan dan keregangan muskulus
puborektalis kanan dan kiri serta hubungannya di garis tengah. Robekan
perineum yang melebihi robekan tingkat satu harus dijahit. Hal ini dapat
dilakukan sebelum plasenta lahir tetapi apabila ada kemungkinan plasenta
harus dikeluarkan secara manual lebih baik tindakan itu ditunda sampai
plasenta lahir. Perlu diperhatikan bahwa setelah melahirkan kandung
kemih ibu harus dalam keadaan kosong. Hal ini untuk membantu uterus
agar berkontraksi dengan kuat dan normal dan kalau perlu untuk
mengosongkan kandung kemih perlu dilakukan dengan kateterisasi
aseptik.
Evaluasi berkelanjutan untuk edema, memar dan pembentukan
hematoma yang mungkin dilakukan pada setiap pengecekan aliran lokia.
Hal ini termasuk pengamatan area perineum untuk mendeteksi hemoroid.
Lokhea
Melalui proses katabolisme jaringan berar uterus dengan cepat menurun
pada saat kelahiran sekitar 1000 gr menjadi sekitar 50 gr pada saat 30
minggu masa nifas. Serviks juga kahilangan elastisitasnya dan menjadi
kaku seperti sebelum kehamilan.
Macam-macam lokhe
Lokhia rubra: Merupakan darah segar bercampur sisa-sisa selaput
janin (sel-sel deciduas dan chorion), verniks kaseosa, mungkin juga
rambut lanugo dan mekonium. Terjadi selama 2 hari pasca
persalinan.
Lokia sanguinolenta: Lokia yang berisi darah bercampur lendir
Berlangsung setelah hari ke-3 hingga ke-7 pasca persalinan. C.
Lokhia serosa: Lokhia tidak berdarah, warnanya agak pucat,
Terjadi pada setelah seminggu pasca persalinan.
8
Lokhia alba: Cairan putih kekuningan, berwarna putih karena
banyak terdapat leukosit didalamnya. Terjadi setelah 2 minggu
pasca persalinan.
Locheosrasis: jika lochea tidak lancar keluarnya.
9
yang hilang dapat menyebabkan kematian ibu. Perdarahan terjadi karena kontraksi
uterus yang tidak kuat dan baik sehingga tidak mampu menjepit pembuluh darah
yang ada disekitarnya akibatnya perdarahan tak dapat berhenti. Perdarahan juga
dapat disebabkan karena adanya robekan perineum, serviks bahkan vagina dan
untuk menghentikan perdarahannya maka harus dilakukan penjahitan. (JNPK-
KR,2008 Revisi ke 4:114-115)
10
Otot Otot
Sfingter Sfingter
ani ani
Dinding
depan
rectum
Tidak perlu dijahit jika Jahit menggunakan teknik Penolong APN tidak
tidak ada perdarahan dan yang dijelaskan pada diberikan keterampilan
aposisi luka baik. lapiran 4 untuk mereparasi laserasi
perineum derajat tiga atau
empat. Segera rujuk ke
fasilitas rujukan.
Pencegahan infeksi
Setelah persalinan, dekontaminasi alas plastik, tempat tidur dan matras dengan
larutan klorin 0,5% kemudian cui dengan deterjen dan bilas dengan air bersih.
Jika sudah bersih keringkan dengan kain bersih supaya ibu tidak berbaring diatas
matras yang basah. Dekontaminasi linen yang digunakan selama persalinan dalam
larutan klorin 0,5% dan kemudian cuci segera dengan air dan deterjen. (JNPK-
KR,2008 Revisi ke 4:116)
Sebagian besar kejadian kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan pasca
persalinan terjadi selama empat jam pertama setelah kelahiran bayi. Karena alasan
ini sangatlah penting untuk memantau ibu secara ketat segera setelah persalinan.
Jika tanda tanda vital dan kontraksi uterus masih dalam batas normal selama dua
ja pertama pascapersalinan, mungkin ibu tidak akan mengalai perdarahan pasca
11
persalinan. Penting untuk berada disaping ibu dan bayinya selama dua ja
pertama pasca persalinan.
Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan darah yang
keluar setiap 15 menit selama satu jam pertama dan seiap 30 menit selama
satu jam kedua kala empat. Jika ada temuan yang tidak normal, tingkatkan
frekuensi observasi dan penilaian kondisi ibu.
Massase uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik setiap 15
menit selama satu jam dan dan setiap 30 menit selama satu jam kedua kala
empat, jika ada temuan yang tidak normal, tingkatkan frekuensi observasi
dan penilaian kondisi ibu.
Pantau temperature tubuh setiap jam selama dua jam pertama pasca
persalinan. Jika meningkat, pantau dan tatalaksana sesuai dengan apa yang
diperlukan.
Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15 menit selama satu
jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua pada kala empat.
Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi uterus dan
jumlah darah yang keluar dan bagaimana melakukan massase jika uterus
menjadi lembek.
Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bersihkan dan bantu ibu
untuk mengenakan baju atau sarung yang bersih dan kering, atur posisi ibu
agar nyaman, duduk bersandarkan bantal atau berbaring miring. Jaga agar
bayi diselimuti dengan baik, bagian kepala tertutup baik, kemudian
berikan bayi ke ibu dan anjurkan untuk dipeluk dan diberi ASI.
Lengkapi asuhan esensial bagi bayi baru lahir.
Jangan gunakan kain pembebat perut selama dua jam pertama pasca
persalinan atau hingga kondisi ibu sudah stabil. Kain pembebat perut
menyulitkan penolong untuk menilai kontraksi uterus secara memadai.
Jika kandung kemih penuh, bantu ibu untuk mengosongkan kandung
12
kemihnya dan anjurkan untuk mengosongkan setiap kali diperlukan.
Ingatkan ibu bahwa keinginan untuk berkemih berbeda setelah dia
melahirkan bayinya. Jika ibu tidak dapat berkemih, bantu ibu dengan cara
menyiramkan air bersih dan hangat ke perineum nya. Berikan privasi atau
masukan jari jari ibu ke dalam air hangat untuk merangsang keinginan
berkemih secara spontan.( JNPK-KR,2008 Revisi ke 4:116)
13
BAB III
Menjahit Luka
14
6. Larutan antiseptik (providone iodine)
7. Spuit 3 cc atau 5 cc
8. Peralatan penjahitan luka (heating set) : Jarum jahit bedah lengkung,
Pinset sirurgis, Pinset anatomis, Pemegang jarum (needle holder), Klem
arteri, Gunting, Benang catgut, Zyde, Bak instrumen
Jenis Benang Untuk Menjahit Luka Pada Pasien
Seide (silk/sutra) ; Bersifat tidak licin seperti sutra biasa karena sudah
dikombinasikan dengan perekat, tidak diserap oleh tubuh. Pada
penggunaan disebelah luar, maka benang harus dibuka kembali. Berguna
untuk menjahit kulit, mengikat pembuluh arteri besar. Ukuran yang sering
digunakan adalah nomor 2 nol 3 nol, 1 nol dan nomor 1.
Plain Catgut ; Bersifat dapat diserap tubuh, penyerapan berlangsung
dalam waktu 7-10 hari dan warnanya putih kekuningan. Berguna untuk
mengikat sumber pendarahan kecil, menjahit subcutis dan dapat pula
digunakan untuk bergerak dan luas lukanya kecil. Benang ini harus
dilakukan penyimpulan 3 kali karena dalam tubuh akan mengembang. Bila
penyimpulan dilakukan 2 kali saja akan terbuka kembali.
Chromic Catgut ; Bersifat dapat diserap oleh tubuh, penyerapannya lebih
lama yaitu sampai 20 hari. Chromic Catgut biasanya menyebabkan reaksi
inflamasi yang lebih besar dibandingkan dengan plain Catgut. Berguna
untuk penjahitan luka yang dianggap belum merapat dalam waktu 10 hari
dan bila mobilitas harus segera dilakukan.
Cara Menjahit Luka Pada Pasien
Adapun Cara Menjahit Luka Pada Pasien yaitu sebagai berikut :
1. Menyapa dan menjelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan
dilakukan
2. menyiapkan alat-alat serta obat yang akan dipergunakan
3. Atur posisi pasien untuk mempermudahkan dalam melaksanakan tindakan
4. Lakukan evaluasi luka.
5. Anamnesis :Pemeriksaan fisik ; (a) Lokasi, untuk petunjuk kemungkinan
adanya cedera pada struktur yang lebih dalam, (b) Eksplorasi, untuk
15
menyingkirkan kemungkinan cedera pada struktur yang lebih dalam,
menemukan benda asing yang mungkin tertinggal pada luka serta
menentukan adanya jaringan yang telah mati.
6. Bersihkan luka dari kotoran dengan cairan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati. tepi
compang-camping sebaiknya segera dibuang.
7. Jika luka sudah bersih lalu olesi dengan betadine
8. Lakuakan penjahitan luka tergantung lokasi dan kedalaman luka
9. Beri betadine pada permukaan penjahitan luka, tutup luka dengan
menggunakan kasa steril dan plester menggunakan verban
10. Selesai
11. PROSEDUR TETAP MENJAHIT LUKA
I.PERSIAPAN ALAT:
Ø Sarung tangan steril
Ø Duk lubang
Ø Set alat bedah minor
Ø Benang jahit
Ø Jarum jahit
Ø Kassa steril
Ø Cairan normal saline (Nacl 0.9%)
Ø Cairan antiseptik
Ø Korentang steril dan tempatnya
Ø Perlak dan pengalasnya
Ø Obat anastesi
Ø Plester
Ø Gunting plester
Ø Kom steril
Ø Tempat sampah medis
Ø Disposible syringe
Ø Larutan H2O2/perhidrol
Ø Celemek
16
Ø Masker
Ø Trolly
II.PROSEDUR/CARA KERJA
Ø Cuci tangan dan keringkan,kemudian pakai sarung tangan steril
Ø Menyiapkan alat
Ø Bersihkan luka menggunakan cairan antiseptik
Ø Ganti sarung tangan dengan sarung tangan steril yang lain
Ø Jaringan disekitar luka dianastesi
Ø Bila perlu bersihkan luka dengan cairan normal saline(Nacl 0.9%)
Ø Bila luka kotor dan dalam gunakan larutan H2 O2/perl hidrol 10%
Ø Pasang duk lobang
Ø Gunakan jarum untuk menjahit kulit,masukan benang ke lubang
jarum,pada penggunaan jarum melengkung(curved needle) dari arah dalam
keluar.
Ø Pegang jarum dengan menggunakan klem,kemudian mulai menjahit
luka.
Ø jika luka dalam sampai jaringan otot,maka jahit lapis demi lapis (jenis
benang disesuaikan dengan jaringan yang
robek,contoh:catgut,chromic,side,dll)
Ø Ikat benang dengan membentuk simpul.
Ø Potong benang,sisakan sepanjang 1mm(untuk jahitan dalam),0.65cm
(jahitan luar)
Ø Lanjutkan menjahit luka sampai luka tertutup.
Ø Oleskan normal salin/desinfectan pada jahitan.
Ø Tutup dengan kassa steril.
Ø Pasang plester/hipafix
III.TERMINASI
Ø Mengakhiri prosedur dengan baik
Ø Menanyakan respon pasien
17
Ø Membereskan alat (mencuci alat dan menyeteril kembali)
Ø Cuci tangan
Ø Berterima kasih pada pasien/keluarga atas kerjasamanya.
18
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kala IV adalah dimulai sejak plasenta lahir 1-2 jam sesudahnya,hal-hal ini
yang perlu diperhatikan adalah kontraksi uterus sampai uterus kembali kebentuk
normal.Hal itu dapat dilakukan dengan melakukan rangsangan taktil (masase)
untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat.perlu juga diperhatikan
bahwa plasenta telah lahir lengkap dan tidak ada yang tersisa sedikitpun dalam
uterus serta benar-benar dijamin tidak terjadi perdarahan lanjut. Perkiraan
pengeluaran darah, laserasi atau luka episiotomi serta pemantauan dan evaluasi
lanjut juga perlu diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA
JNPK-KR,2008 Revisi ke 4
19