Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEBIDANAN PADA KALA IV

KELOMPOK :
TIARA WULANTIKA
SUSILA WATI
ATRIANI
RISNA

D3 KEBIDANAN
STIKES PELITA IBU KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah SWT, pencipta alam semesta, Wahai Dia
yang karenan-Nya terlepas simpul kesulitan, wahai Dia yang dari-Nya diperoleh
jalan keluar menuju jalan keselamatan, yang telah menganugerahkan Rahmat serta
Inayah-Nya kepada saya sehingga makalah kami dengan judul pembahasan
”Asuhan Kebidanan Kala IV” ini dapat terselesaikan walaupun masih jauh dari
kesempurnaan. Semoga shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada hambah-
Nya yang diutus sebagai rahmat bagi sekalian alam yang telah mengantarkan kita
dari pengetahuan klasik sampai kepada pengetahuan modern yaitu Baginda Nabi
besar Muhammad SAW.

Makalah ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas pada mata
kuliah “Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL”. Makalah ini tidak akan pernah
terwujud tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Maka dari itu, saya
menghaturkan banyak terima kasih kepada semua pihak.
Tidak ada manusia yang sempurna, begitu pula dengan makalah ini, masih
banyak kekurangan-kekurangan yang terdapat didalamnya.Oleh karena itu, saya
mengharapkan saran dan kritikan dari semua pihak yang sifatnya membangun
guna penyempurnaan makalah ini.

Kendari,22 september 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG…………………………………………………….1
2. RUMUSAN MASALAH………………………………………………….1
3. TUJUAN……………………………………………………………..……1

BAB II : PEMBAHASAN

1. ……………………………………………………...……2
2. …………………………………………………………….……3
3. ……………………………………………………………...…4

BAB III : PENUTUP

1. KESIMPULAN ………………………………………………..…………6

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………7
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Kala IV persalinan dimulai sejak plasenta lahir sampai kurang lebih 2 jam
setelah plasenta lahir. Kala ini dimasukkan dalam persalinan karena pada masa ini
sering timbul perdarahan. Dua jam setelah persalinan merupakan waktu yang
kritis bagi ibu dan bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar
biasa, yaitu si ibu melahirkan bayi dari perutnya dan bayi sedang menyesuaikan
diri dari dalam perut ibu ke dunia luar. Dalam kala IV ini petugas atau bidan harus
tinggal bersama ibu dan bayi untuk memastikan bahwa keduanya dalam kondisi
yang stabil dan mengalami tindakan yang tepat untuk melakukan stabilisasi.

2. Rumusan masalah

1. Fisiologi kala IV?

2. Pemantauan dan penanganan kala IV?

3. Tujuan

1. Untuk mengetahui FisiologikalaIV

2. Untuk mengetahui PemantauandanpenanganankalaIV


BAB II

PEMBAHASAN

1. Fisiologi kala IV

Kala IV persalinan dimulai dengan lahirnya plasenta dan berakhir satu jam
kemudian. Pada kenyataannya disebut periode satu jam post partum.
Walaupun persalinan secara teknis telah berakhir jam pertama post partum
sering berhubungan dengan kala IV. Hal itu disebabkan oleh masa kritis
wanita yang diawali dengan pengambilan kondisi dari tekanan masa
persalinan, dia harus berada dalam pengawasan yang ketat oleh bidan dan
karena bidan akan menghabiskan waktu tersebut dengan melakukan aktivitas
yang secara langsung berhubungan dengan periode intrapartum, meliputi:

a. Evaluasi uterus

b. Inspeksi dan evaluasi plasenta, selaput dan tali pusat

c. Menjahit luka episiotomi dan laserasi bila ada.

Dalam kala IV penderitaan belum boleh dipindahkan ke kamar nya dan tidak
boleh ditinggalkan oleh bidan karena ibu masih membutuhkan pengawasan
yang intensif disebabkan perdarahan atonia uteri masih mengancam sebagai
tambahan, tanda-tanda vital manifestasi psikologi lainnya dievaluasi sebagai
indikator pemulihan dan stress persalinan. Melalui periode tersebut, aktivitas
yang paling pokok adalah perubahan peran, hubungan keluarga akan dibentuk
selama jam tersebut, bayi berada pada tiap-tiap "taking in" pada saat ini sangat
penting bagi proses bonding, dan sekaligus inisia dini.

Komponen data dasar untuk kala IV termasuk informasi yang di dibutuhkan


untuk evaluasi dan manajemen kebidanan ibu pada bayi baru lahir dan proses
bonding ibu dan anak :

a. Involusi uterus

Terjadi terorganisasi dan pengeluaran Desidua atau endometrium dan


eksfoliasi tempat perlekatan plasenta yang ditandai dengan penurunan dan
penyusutan berat badan serta perubahan pada lokasi terus juga ditandai dengan
warna dan jumlah lokia.
Banyaknya lokia dan kecepatan involusi tidak dipengaruhi oleh pemberian
rangkaian preparat yang hanya mempunyai efek jangka pendek ( ergotrate,
methergine), akan tetapi menyusui akan mempercepat proses involusi. Re
generasi endometrium lengkap pada perlekatan plasenta memakan waktu
hampir 6 minggu.

Setelah melahirkan ukuran dan konsistensi uterus kira-kira seperti buah melon
kecil dan volumenya terletak tepat di bawah umbilikus. Setelah itu tinggi
fundus berkurang 1 sampai 2 cm setiap hari sampai akhir minggu pertama,
saat tinggi fundus sejajar dengan tulang pubis. Sampai Minggu keenam
normal uterus kembali ke bentuk nya ketika tidak hamil yaitu organ kecil
terbentuk buah pir yang terdapat dalam pelvik.

Proses involusi ini berlangsung cepat dengan perkiraan urutan setelah


persalinan :

7 hari berat rahim 500 gr

14 hari berat rahim 375 gr

Hari ke 42 berat rahim 50 gr

Tinggi fundus uteri kira-kira 2/3 sampai 3/4 di atas simfisis pubis dan
umbilicus. Jika TFU di atas pusat indikator adanya penggumpalan darah di
uterus, jadi gumpalan darah itu harus dikeluarkan titik biasanya uterus
dijumpai menyamping ke kanan hal ini disebabkan kandung kemih penuh. jika
kita raba uterus terasa mengeras berarti mengalami kontraksi.

b. Servik, vagina perineum

Serviks, vagina dan perineum yang dilihat pertama kali adalah perlukaan,
yang kedua adalah luka memar. Setelah plasenta lahir Komang segera lihat
bagian serviks apakah mengganggu, tebal dan lembek mungkin terjadi edema.
Lihat bagian pada servik, vagina dan perineum kemungkinan adanya laserasi.

c. Episiotomi

Bidan melakukan inspeksi, tanda-tanda infeksi dan bukti-bukti penyembuhan


tergantung pada letak dan kedalaman insisi.
d. Lokea

Lokea adalah keluaran dari uterus setelah melahirkan. Terdiri dari darah, sel-
sel tua, dan bakteri. Nokia pertama kemerahan dan mungkin mengandung
bekuan. Warna lochea biasanya digambarkan dengan bahasa latin rubra untuk
merah segar, serosa untuk serum kecoklatan, dan Alba untuk kuning keputihan
titik biasanya berhenti dalam 2 minggu setelah post partum.

e. Vital sign

Tekanan darah, nadi, respirasi harus stabil seperti pada tahap sebelum bersalin
selama 1 jam post partum. Monitor tekanan darah dan nadi penting dalam kala
IV untuk mendeteksi adanya syok diakibatkan oleh adanya kehilangan darah
titik pemeriksaan suhu harus cermat di mana suhu tubuh diperiksa satu kali
selama kala IV.

f. Menggigil

Tidak semua ibu pasca persalinan akan menggigil. Jika timbul rasa dingin
kemudian ibu menggigil masih dipertimbangkan dalam batas-batas normal
bila tidak disertai infeksi. Menggigil paling banyak dikarenakan ketegangan
saraf serta energi yang terkuras selama persalinan.

g. Sistem gastrointestinal

Rasa mual akan menghilang titik pertama ibu akan merasa haus dan lapar hal
ini disebabkan karena proses persalinan yang mengeluarkan atau memerlukan
banyak energi.

h. Sistem renal

Air seni yang tertahan menyebabkan kantong kemih lebih membesar. Kondisi
ini terjadi karena trauma yang disebabkan oleh tekanan dan dorongan pada
uretra selama persalinan. Dalam 2 jam post partum ibu harus sudah BAK, jika
ibu belum bisa BAK maka lakukan kateterisasi.
i. Perawatan hemoroid

Hemoroid pada post partum sangat wajar, hal ini disebabkan tekanan oleh kepala
bayi dan upaya meneran ibu pada saat persalinan. Ada beberapa hal untuk
mengurangi rasa nyeri ini :

1. Duduklah dalam air hangat atau air dingin

2. Hindari duduk terlalu lama

3. Ibu harus banyak minum dan makan makanan berserat

4. Bidan mungkin bisa menggunakan salep Nupercanial ointment.

2. Pemantauan dan penanganan kala IV

Karena terjadi perubahan fisiologi, maka pemantauan dan penanganan yang


dilakukan oleh tenaga medis adalah:

a. Pemeriksaan kelengkapan plasenta dan selaput ketuban setelah kelahiran


plasenta.

- periksa bagian maternal plasenta untuk memastikan kotiledon lengkap.

- upaya untuk menyatukan bagian-bagian yang robek atau terpisah untuk


memastikan bahwa tidak ada bagian yang hilang.

- periksa bagian vetal plasenta untuk memastikan tidak adanya kemungkinan


plasenta suksenturiola.

b. Memperhatikan jumlah darah yang keluar

Sangat sulit untuk memperhatikan jumlah darah yang keluar secara tepat.
Biasanya darah bercampur dengan air ketuban. Salah satu cara memperkirakan
banyak nya darah yang keluar adalah dengan menghitung jumlah kain yang
dipakai. Ini juga tidak tepat karena ada ibu yang mengganti kain ketika baru
sedikit basah, sementara yang lain baru mengganti ketika telah benar-benar basah
dengan darah. Cara yang lain adalah dengan mengumpulkan darah tersebut dan
mengukunya. Biasanya darah yang telah menggumpal sehingga darah yang
bercampur air ketuban atau urin atau darah yang menetes di lantai atau yang
terserap oleh kain tidak diukur. Ada pula yang mencoba mengatur jumlah darah
keluar dengan meminta ibu berbaring di atas pispot. Ini bukan perawatan sayang
ibu.

c. Pemeriksaan perineum

Lihat adakah perdarahan aktif dan nilai derajat laserasi perineum.

d. Pemantauan keadaan umum ibu

Sebagian besar kejadian kematian ibu karena perdarahan postpartum terjadi dalam
waktu 1 jam setelah persalinan Karena sangat penting diadakan pemantauan
setelah persalinan. Bila tanda-tanda vital serta kontraksi uterus pada ibu bersalin
dalam batas normal selama minimal 2 jam setelah persalinan, maka besar
kemungkinan ia tidak akan mengalami bahaya perdarahan postpartum setelah itu.
Dengan demikian penting bagi seorang penolong persalinan untuk tidak
meninggalkan ibu bersalin sebelum memastikan bahwa tanda-tanda vital nya
dalam batas normal, kontraksi uterus nya baik, dan perdarahan yang keluar dalam
jumlah normal. Penolong persalinan juga harus mengajarkan pada ibu dan
keluarga yang mendampingi, bagaimana cara menilai kontraksi uterus dan
menjelaskan pula jumlah perdarahan yang bagaimana dianggap berlebihan serta
tanda-tanda bahaya lainnya, seperti perdarahan yang sangat banyak dan
bergumpal gumpal, rasa pusing dan lemas yang berlebihan sebelum penolong
persalinan tersebut meninggalkan ibu baru bersalin hanya dengan keluarganya.

Untuk dapat melakukan pemantauan dianjurkan tidak mengenakan gurita atau


stagen pada ibu bersalin karena mempersulit saat melakukan pemeriksaan
kontraksi uterus dan tanda-tanda perdarahan.

Pemantauan tekanan darah, nadi, tinggi fundus uteri, kandung kemih kontraksi
uterus dan tanda-tanda adanya perdarahan setiap 15 menit pada jam pertama dan
30 menit pada jam kedua selama kala IV. Jika didapatkan temuan-temuan
abnormal, maka nilai kembali lebih sering. Disamping pemantauan hal-hal di atas,
nilailah apakah ibu merasa nyaman, lapar atau haus atau ingin menggendong
bayinya.

Bila kandung kemih ibu penuh, bantu ibu untuk mengosongkan kandung
kemihnya secara spontan, penolong dapat membantu ibu dengan cara membasuh
daerah vulva menggunakan air hangat untuk merangsang keinginan berkemih
secara spontan. Bila dengan cara ini ibu belum berhasil berkemih penolong dapat
melakukan kateterisasi.
1) lakukan pemijatan uterus untuk merangsang uterus berkontraksi.

2) evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan anda secara melintang
antar pusat dan fundus uteri. Fundus uteri harus sejajar dengan pusat atau lebih
bawah misalnya jika diletakkan di bawah pusat dan di atas fundus uteri maka
disebut dua jari di bawah pusat.

3) perkiraan kehilangan darah secara keseluruhan

4) periksa perineum dari perdarahan aktif misalnya apakah dari laserasi atau
episiotomi

5) evaluasi kondisi ibu secara umum

6) dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala IV persalinan di


halaman belakang partograf segera setelah diberikan atau setelah penilaian
dilakukan.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Tindakan yang tidak bermanfaat atau membahayakan pada persalinan kala IV.

Tindakan Deskripsi dan keterangan


Tampon vagina Tampon vagina menyerap darah tetapi
tidak menghentikan perdarahannya.
Seorang ibu dapat terus mengalami
perdarahan dengan tampon di dalam
vagina. Hal ini bahkan merupakan
sumber terjadinya infeksi.
Gurita atau sejenisnya Selama 2 jam pertama segera setelah
pasca persalinan, adanya gurita akan
menyulitkan petugas pada saat
memeriksa fundus apakah berkontraksi
dengan baik.
Memisahkan ibu dan bayi Bayi benar benar siaga selama 2 jam
pertama setelah kelahiran. Hal ini
merupakan waktu yang baik bagi ibu
dan bayi saling berhubungan. Berikan
kesempatan bagi keduanya untuk
pemberian ASI.
Menduduki sesuatu yang panas Duduk diatas bara yang panas dapat
menyebabkan vasodilatasi, menurunkan
tekanan darah ibu dan menambah
perdarahan. Juga dapat menyebabkan
dehidrasi.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. Pelatihan Asuhan persalinan Normal, Jakarta, 2004

JNPK KR, Asuhan Persalinan Normal, JHPIEGO. Jakarta. 2007

Anda mungkin juga menyukai