Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masa nifas / post partum adalah masa setelah partus selesai sampai
6 – 8 minggu. Pada masa ini banyak terjadi perubahan-perubahan pada diri
klien. Perubahan-perubahan yang terjadi bertujuan untuk pengembalian tubuh
terutama alat reproduksi ke keadaan sebelum hamil. Bagi kebanyakan
masyarakat Indonesia masa nifas dianggap masa yang sudah sehat bagi wanita
yang baru melahirkan. Tetapi pada wanita nifas sudah sehat bagi wanita yang
baru melahirkan. Tetapi pada wanita nifas post SC kebanyakan tidak mau
bergerak atau berbaring terlentang (tidak melakukan mobilisasi) yang justru
atau takut melakukan aktivitas seperti menyusui dan melakukan mobilisasi
sedini mungkin. Pada wanita post SC juga renta terjadinya infeksi sehingga
perlu pengawasan dan penanganan yang lebih intensif dibanding wanita nifas
normal.
Perubahan yang terjadi tidak semua diketahui oleh wanita post SC,
oleh karena itu adanya asuhan kebidanan dapat membantu wanita post SC
untuk mengetahui keadaan dirinya keadaan dirinya dan bayinya.
Dan kejadian tersebut maka penulis tertarik untuk membuat asuhan
kebidanan pada Ny “K” dengan harapan setelah dilakukan pemantauan dan
asuhan kedapa ibu maka ibu dapat melalui masa nifas dengan normal tanpa
ada kelainan maupun komplikasi apapun.

B. TUJUAN
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami asuhan kebidanan pada ibu post SC.
Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada klien dengan diagnosa post partum
dengan SC, maka diharapkan siswa mempunyai bekal kemampuan :
1. Mengidentifikasi data klien post partum dengan SC.
2. Merumuskan diagnosa kebidanan atau identifikasi masalah pada klien post
partum dengan SC.
3. Merumuskan rencana tindakan kebidanan pada klien post partum dengan
SC.
4. Melaksanakan rencana tindakan pada klien post partum dengan SC.
5. Mampu mengevaluasi hasil tindakan kebidanan.

C. METODE PENULISAN KASUS


1. Observasi
Melakukan pengamatan langsung pada klien.
2. Wawancara
Melakukan tanya jawab langsung pada klien.
3. Praktek
Melaksanakan praktek langsung pada permasalahan yang dihadapi klien.
4. Studi dokumentasi
Mempelajari dan membaca status klien, catatan medis dan catatan medis
dan catatan perawatan.

D. SISTIMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
b. Tujuan
c. Metode Penulisan
d. Sistimatika Penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Masa Nifas
a. Pengertian
b. Metode Masa Nifas
c. Perubahan Fisilogis Masa Nifas
d. Psikologis Ibu Nifas
e. Masalah-masalah pada ibu Nifas
f. Penatalaksanaan pada Ibu Nifas
2.2 Konsep Sectio Cesarea
a. Syarat Sectio Cesarea
b. Indikasi Sectio Cesarea
c. Prinsip
d. Resiko Komplikasi
2.3 Perawatan Luka Jahit Di Perut
1.Tujuan
2.Persiapan alat
3.Langkah-langkah Perawatan
BAB III TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
2. Identifikasi Diagnosa / Masalah
3. Identifikasi dan Masalah Potensial
4. Identifikasi Kebutuhan Segera
5. Intervensi
6. Implementasi
7. Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 KONSEP MASA NIFAS


A. PENGERTIAN NIFAS
 Masa nifas adalah masa yang berlangsung selama 6 minggu atau 42
hari yang sudah diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada
keadaan normal.
 Nifas adalah waktu setelah partus sampai selesai sampai kurang lebih
6 minggu tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali seperti
sebelum hamil dalam waktu 3 bulan.
 Nifas adalah masa pulih kembali mulai dari partus selesai sampai alat-
alat kandungan kembali sperti pra hamil, lamanya 6-8 minggu.
 Nifas dimulai setelah lehairan plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan setelah hamil, masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu.

B. PERIODE MASA NIFAS


Nifas dibagi dalam 3 periode :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan.
2. Puerperium nutermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu walau yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-
minggu, bulanan atau tahunan.
C. PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS
1. Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil sehingga akhirnya
seperti sebelum hamil.
Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi :
No INVOLUSI TINGGI FUNDUS UTERI BERAT UTERUS
.
1. Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
2. Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750 gram
3. 1 minggu pertengahan pusat – simpisis 500 gram
4. 2 minggu Tak teraba diatas simpisis 350 gram
5. 6 minggu Bertambah kecil 50 gram
6. 8 minggu Sebesar normal 30 gram

2. Bekas Implantasi Uri


 Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir seluas 12 x
15 cm. Permukaan kasar dimana pembuluh darah besar bermuara.
 Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombose, disamping
pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot rahim.
 Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil. Pada minggu ke 2
sebesat 6-8 cm dan akhir puerperium sebesar 2 cm.
 Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan vektosis
bersama dengan lochea.
 Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena pertumbuhan
endometrium yang berasal dari tepi luka dan lapisan basalis
endometrium.
 Kesembuhan sempurna pada saat akhir dari masa puerperiu.
3. Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh
dalam 6-7 hari.
4. Rasa sakit disebut after pain (mules) disebabkan kontraksi uterus,
biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan.
5. Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum dan vagina dalam
masa nifas.
Klasifikasi Lochea :
 Lochea rubra (cruenta) berisi darah segar dan sisa selaput desidua
vernik kaseosa, lanugo dan mekoneum selaam 2 hari post partum.
 Lochea sanguilenta berwarna merah kuning berisi darah dan lendir
hari ke 3-7 pasca persalinan.
 Lochea serosa berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi pada
hari 7-14 pasca persalinan.
 Lochea alba cairan putih setelah 2 minggu.
6. Servik
Setelah persalinan bentuk-bentuk agak menganga seperti corong,
berwarna merah kehitaman, konsistensi lunak, kadang-kdang terdapat
perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk
rongga rahim. Setelah 2 jam dapat dilalu oleh 2-3 jari dan setelah 7
hari hanya dapat dilalui dengan 1 jari.
7. Ligamen-ligame
Ligamen, fasia atau diafragma pelvic yang meregang pada waktu
persalinan untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-
latihan dan gimvactik pasca persalinan.
8. Payudara
Setelah persalinan, pengaruh estrogen dan progesteron terhadap
hipofisis hilang. Timbul pengaruh idatogenic hormon / prolactin yang
akan merangsang produksi air susu itu. Prolifelasi jaringan-jariang
terutama kelenjar, alveolus mammae dan lemak pada duktus laktiferus
terdaoat cairan yang kadang-kadang dapat dikeluarkan.
Hipervaskularisasi terdapat pada permukaan maupun pada bagian
dalam mammae.

D. PSIKOLOGIS IBU NIFAS


Perubahan fisiologis tersebut akan diikuti oleh perubahan psikologis,
maka dari itu ibu haru beradaptasi. Tingkat perubahan psikologis ibu
setelah melahirkan tersebut antara lain :
- Taking In
Suatu periode dimana tingkah laku ibu masih bergantung kepada
orang lain atau terfokus pada diri sendiri, belum pada bayinya.
Berlangsung pada hari pertama dan kedua.
- Taling Hold
Periode yang terjadi dari ketergantungan menjadi individu, terlihat
pada hari ke-3 sampai akhir minggu pertama.
 Energi ibu telah meningkat, lebih terasa nyaman.
 Fokus pada diri sendiri dan bayinya.
 Mempunyai inisiatif untuk merawat diri sendiri dan bayinya.
 Saat tepat memberikan pendidikan kesehatan.
- Letting go
Periode dimana perpindahan dari keadaan mandiri ke peraturan batu
dimulai akhir minggu pertama melahirkan. Ibu neraca bayinya sudah
terpisah dari dirinya, bayi memerlukan bantuannya.

E. MASALAH-MASALAH PADA IBU NIFAS


- Adanya rasa mules atau after pain akibat kontraksi uterus bisanya
selama 2-4 hari pasien persalinan.
- Kadang-kadang ditemukan keadaan hipertensi post partum tetapi atau
menghilang dengan sendirinya dalam kurang lebih 2 bulan tanpa
pengobatan.
- Keluarnya lochea.
- Adanya rasa nyeri bila ada luka jahitan pada perineum.
- Adanya bendungan pada payudara.
- Adanya talut pada BAK dan BAB akibat adanya luka pada perineum.
- Gangguan psikologis pada ibu nifas.
F. PENATALAKSANAAN PADA IBU NIFAS
- Kebersihan Diri
a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.
b. Mengajarkan ibu bagaimana cara membersihkan daerah kelamin.
Membersihkan vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang,
kemudian membersihkan daerah sekitar anus.
c. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya dua kali sehari.
d. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum
dan sesudah membersihkan daerah kelamin.
- Istirahat
a. Anjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan
yang berlebihan.
b. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga
secara perlahan-lahan serta untuk tidur siang atau istirahat selagi
bayi tidur.
c. Kurang itisrahat bisa menyebabkan :
 Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.
 Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan.
 Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat
bayi dan diri sendiri.
- Mobilisasi
Ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam boleh miring kiri /
kanan untuk mencegah trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke-2
diperbolehkan duduk. Hari ke 3 dan ke 4 jalan-jalan, dan hari
berikutnya boleh pulang.
- Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan bila ada
obstipasi, dapat menyebabkan terjadinya febris. Maka perlu dibekukan
kusma atau obat laksan per 05.
- Miksi
Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Bila kandung
kemih penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan
kateterisasi.
- Gizi
Ibu menyusui harus mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari dan
makan dengan diet berimbangan untuk mendapatkan protein, mineral
dan vitamin yang cukup minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
Lanjutkan ibu untuk minum setiap kali menyusui.
- Perawatan Payudara
 Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama putting susu.
 Menggunakan BH yang menyokong.
 Apabila putting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar
pada sekitar putting susu pada setiap selesai menyusui.
 Susukan bayi pada setiap 2-3 jam. Apabila tidak dapat menghisap
seluruh ASI sisanya dikeluarkan dengan tangan.
- KB
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangya 2 tahun
sebelum ibu hamil lagi, setiap pasangan harus menentukan sendiri
kapan dan dimana ingin merencanakan keluarganya.
Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebaiknya
dijelaskan tentang KB yang meliputi kelebihan / kekurangan. Efek
samping, efektifitasnya untuk wanita pasca persalinan yang menyusui.

2.2 PERSALINAN PER ABNORMAL / SECTIO CESAREA


Secsio sesarea adalah suatu tindakan bantuan persalinan dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding uterus.
 Syarat Sectio Cesarea
1. Uterus dalam utuh (karena pada sectio cesarea, uterus akan di insisi)
Jika terjadi ruptura uteri, maka operasi yang dilakukan adalah
laparatomi, dan tidak tersebut sebagai sectio cesarea meskipun
pengeluaran janin juga dilakukan perabdominan.
2. Berat janin diatas 500 gram.
 Indikasi Sectio Cesarea
a. Indikasi Ibu
- Panggul sempit absolut.
- Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi.
- Stenosis servik / vagina.
- Plasenta previa sentralis dan lateralis.
- Disproporsi sepatopelvik.
- Ruptura uteri membakat.
- Partus lama dan partus tidak maju.
- Distosia servik.
- Preeklampsia dan hipertensi.
b. Indikasi Janin
- Letak lintang.
- Letak sungsang, bila panggul sempit, primi dan janin besar.
- Prolaps tali pusat.
- Presentasi dahi dan muka mento posterior.
- Prensentasi rangkap bila reposisi tidak berhasil.
- Gawat janin.
Prinsip :
1. Keadaan tidak memungkinkan janin dilahirkan pervaginam.
2. Keadaan gawat darurat yang memerlukan pengakhiran kehamilan /
persalinan segera, yang tidak mungkin menunggu kemajuan persalinan
pervaginam secara fisiologis.
Umumnya sectio cesarea tidak dilakukan pada keadaan jnin mati, ibu
syok / anemia berat yang belum teratasi, atau janin dengan kelainan
kongenital mayor yang berat.
 Berdasarkan insisi / teknik yang dilakukan, terdapat beberapa jenis sectio
cesarea :
1. Sectio cesarea klasik
Insisi abdomen vertical digaris median, kemudian insisi uterus juga
vertikal di garus median. Dilakukan pada keadaan yang tidak
memungkinkan insisi disegmen bawah uterus. Misalnya akibat
perlekatan pasca operasi sebelumnya atau pasca infeksi, atau ada
tumor disegmen bawah uterus, atau janin besar dalam letak lintang,
atau plasenta previa dengan insersi didinding depan segemen bawah
uterus. Komplikasinya adalah perdarahan yang terjadi akan sangat
banyak karena jaringan segman atas korpus uteris sangat vaskular.
2. Sectio Cesarea Tidiusperitovacalis Provunda
Insisi abdomen vertikal (dapat juga horizontal mengikuti garis kontur
kulit didaerah suprapubik), kemudian plica vesicocterina digunting dan
disisihkan kemudian dibuat insisi pada segemen bawah uterus dibawah
irisan plica yang kemudian dilebarkan secara tumpul dengan arah
horizontal. Segmen bawah uterus relatif kurang vaskuker dibandingkan
dengan korpus uteri, sehingga diharapkan perdarahan yang terjadi
seberat dibandingkan pada sectio cesarea klasik.
3. Sectio Cesarea yang dilanjutkan dengan hisferektomi (Cesarea
histerektomy).
4. Sectio cesarea transvaginal.
 Resiko Komplikasi
1. Komplikasi pada Ibu
Perdarahan banyak infeksi puerperal, perlekatan organ-organ pelvis
pasca operasi, luka kandung kemih atau embolisme paru-paru (jarang
terjadi).
2. Komplikasi Janin
Depreso susunan syaraf pusat janin akibat penggunaan obat-obata
anastesia (Fetal Narkosis).
Dalam melakukan sectio cesarea perlu memperhatikan beberapa hal :
1. Sectio Cesarea elektif
Operasi SC ini direncanakan terlebih dahulu karena sudah diketahui
bawah kehamilan harus diselesaikan dengan pembedahan.
Keunggullannya adalah bahwa waktu pembedahaan dapat ditentukan
oleh dokter yang akan menolongnya dan segala persiapan dapat
dilakukan dengan baik. Kerugiannya ialah oleh karena persalinan
belum mulai, segimen bawah uterus belum terbentuk dengan baik
sehingga menyulitkan pembedahan dan lebih mudah terjadi atonia
uteri dengan perdarahan umumnya keuntungan lebih besar dari pada
kerugiannya.
2. Anastesia
Anastesi umum mempunyai pengaruh depresif pada pusat pernafasan
janin, sehingga kadang-kadang bayi baru lahir dalam keadaan apmoe
dan tidak dapat diatasi dengan mudah. Selain itu ada pengaruh pada
tonus otot sehingga kadang-kadang timbul perdarahan post partum
karena atonia uteri. Ada baiknya bila ada seorang ahli anastesia
sehingga dapat dilakukan intubasi dengan memasang pipa endotraketal
sehingga anastesi dapat diselenggarakan dengan aman.
3. Transfusi darah
Pada umumnya perdarahan pada SC lebih banyak daripada persalinan
pervaginam. Perdarahan tersebut disebabkan oleh insisi pada uterus
ketika pelepasan plasenta, mungkin juga karena terjadinya atonia uteri
post partum berhubungan dengan ik maka pada tiap-tiap operasi SC
perlu diadakan persediaan darah.
4. Pemberian antibiotika
Walaupun pemberian antibiotika sesudah sectio cesarea elektif dapat
dipersoalkan, namun pada umumnya pemberiannya dianjurkan.
2.3 PERAWATAN LUKA JAHIT DI PERUT
1. Tujuan
 Menjaga kebersihan.
 Mencegah terjadinya infeksi luka jahit.
 Mempercepat penyembuhan luka.
2. Persiapan Alat
 Kapas sublimal dalam tempatnya.
 Larutan lysol ½ % dalam botol.
 Pinset
 Betadin dan lidi waten.
 Kassa steril dan plaster.
 Bengkok
3. Langkah-langkah Perawatan
 Ucapkan salam.
 Memberitahu ibu tentang perawatan yang akan dilakukan.
 Cuci tangan.
 Persiapan atas dan mendekatkan pada ibu.
 Buka penutup perut.
 Ambil kassa yang memenuhi luka jahit dan buang ke bengkok.
 Dengan pinset, ambil kapas savlon dan bersihkan luka secara
menyeluruh dan hati-hati.
 Berikan betadin pada luka dengan menggunakan lidi waten.
 Tutup luka dengan kassa steril dan plester.
 Tutup perut ibu dan rapikan.
 Bereskan alat.
 Cuci tangan.
BAB III
TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN
Tanggal : 17 – 01 – 2006 Jam : 08.00 WIB
Tempat : BPS FITA LAZUARDI, SIDOARJO
A. DATA SUBYEKTIF
1. Biodata
Nama Istri : Ny. “N” Nama Suami : Tn “R”
Umur : 23 tahun Umur : 26 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMU Pendidikan : SMU
Pekerjaan : - Pekerjaan : Swasta
Penghasilan : - Penghasilan :-
Alamat : Damarsi Alamat : Damarsi
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan ingin kontrol luka bekas operasi 7 hari yang lalu.
3. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang serius sampai
MRS dan ibu juga tidak mempunyai riwayat menular, menurun dan
menahun seperti hipertensi, jantung, kencing manis, TBC, asma dan
lain-lain.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang menular,
menurun dan menahun seperti hipertensi, jantung, kencing manis,
TBC, asma, dan lain-lain.
5. Riwayat Haid
Menarche : 13 tahun
Lamanya : 5-7 hari
Siklus : 28 hari
Banyaknya : 2 softek / hari
Dismenorhea : kadang-kadang
Flour albus : kadang-kadang
6. Riwayat Perkawinan
Nikah : 1x
Lama nikah : 1 tahun
Usia pertama nikah : 20 tahun
7. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas Sekarang
 Riwayat Kehamilan
Ibu mengatakan ini adalah kehamilan yang pertama, ANC di bidan
sebanyak 10 kali, TT 2 kali, diberi tablet tambah darah + gotablet
diminum tiap hari. Ibu mengatakan selama hamil mengalami mual
muntah sampai umur kehamilan 3 bulan.
 Persalinan
Ibu mengatakan persalinannya melalui operasi SC karena
mengeluarkan cairan dalam jumlah banyak. Operasi dilakukan
tanggal 17 Januari 2005. Pada pukul 14.00 WIB. Kemudian pada
pukul 14-15 WIB bayi lahir dengan jenis kelamin perempuan, BB
2700 gram, PB 49 cm tidak ada kelainan, ANUS (+).
 Nifas
Ibu mengatakan setelah operasi lancar tidak ada keluhan, hanya
nyeri pada hari pertama dan kedua post op.
8. Riwayat KB
Selama menikah sampai hamil ibu belum pernah mengikuti KB,
rencananya setelah 40 hari ini, ibu akan mengikuti program KB suntik.
9. Pola Kebiasaan Sehari-hari
 Pola Nutrisi
Sebelum operasi : ibu tidak berpantang makanan, makan 3-4 kali
sehari dengan komposisi nasi, lauk pauk, sayur,
buah, kadang susu, minum air putih + 8 gelas /
hari.
Setelah operasi : Ibu tidak berpantang makanan, makan 3-4 kali
sehari dengan komposisi nasi, lauk pauk, sayur,
buah, minum air putih + 8 gelas / hari.
 Pola Istirahat
Sebelum operasi : ibu
 Pola Aktifitas
Sebelum operasi : Ibu melakukan pekerjaan rumah seperti
menyapu, mengepel, mencuci dan memasak
dibantu ibu dan saudaranya.
Setelah operasi : Ibu istirahat miring kanan, miring kiri serta
duduk untuk memulihkan kondisinya.
 Pola Eliminasi
Sebelum operasi : Ibu BAB 1-2 x/hari dengan konsistensi
lembek, warna dan bau khas, tidak ada
gangguan.
BAK 5-6 x/hari,warna dan bau khas, tidak ada
gangguan.
Setelah operasi : Ibu BAB 1-2 x/hari dengan konsistensi
lembek, warna dan bau khas, tidak ada
gangguan.
BAK 5-6 x/hari, warna dan bau khas, tidak ada
gangguan.
 Personal Hygiene
Sebelum operasi : mandi 2 kali/hari, gosok gigi tiap kali mandi,
keramas 2 hari sekali, ganti baju tiap kali
mandi, ganti celana dalam tiap kali basah /
kotor.
Setelah operasi : mandi 2 kali/ hari, gosok gigi tiap kali mandi,
keramas 2 hari sekali, ganti baju tiap kali
mandi, ganti celana dalam tiap kali basah /
kotor.
 Pola Kebiasaan Lain
Ibu tidak pernah merokok, minum-minuman keras, tidak pernah
minum jamu dan pergi kedukun untuk pijat.
10. Keadaan Psikososial, Spiritual dan Budaya
 Psikologis
Ibu mengatakan sangat bahagia dengan kelahiran anaknya.
 Sosial
Hubungan ibu dengan suami, keluarga, dan tetangganya baik.
 Spiritual
Ibu menganut agama Islam dan berada pada keluarga yang taat
beribadah, serta menjalankan sholat 5 waktu.
 Budaya
Ibu tidak pernah mengkonsumsi jamu dan jika sakit berobat ke
petugas kesehatan.

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Pernafasan : 20 kali / menit
Suhu : 36oC
Nadi : 80 kali/ menit
2. Inspeksi
Kepala : bulat, tidak ada luka, kulit kepala bersih.
Rambut : hitam, lurus tidak rontok, bersih.
Muka : tidak pucat, tidak ada oedem.
Mata : simetris, sklera tidak icterus, konjungtiva tidak
pucat, tidak ada gangguan penglihatan.
Telinga : simetris, tidak ada serumen, tidak ada gangguan
pendengaran.
Hidung : bersih, tidak ada secret, tidak ada pernafasan cuping
hidung .
Mulut : bibir tidak kering, tidak ada caries gigi tidak ada
stomatitis.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
bendungan vena jugularis.
Dada : simetris, tidak ada relaksasi dada.
Payudara : simetris, hiperpigementasi areola dan papila
mammae +/+ bersih, ASI +/+.
Perut : tidak ada strie, luka bekas operasi kering, jahitan
sudah diangkat, melintang dan luka jahitan + 12 cm.
Vulva dan anus : lochea serosa berwarna kuning, cairan tidak berdarah
lagi.
Ekstremitas : tidak ada oedem dan varises.
3. Palpasi
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan
bendungan vena jugularis.
Dada/Payudara : kenyal, tidak terdapat benjolan abnormal tidak ada
hiperpigmentasi areola mammae, ASI +/+.
Perut : kembung (-), tidak ada PUS, TFU mengecil.
Ekstrimitas : tidak ada oedem.
4. Auskultasi
Dada : tidak ada wheezing / ronchi.
Perut : bising usus (+)
5. Data Bayi
Bayi lahir tanggal 17 – 01 – 2006. Jam 14.15 WIB. Jenis kelamin
perempuan. Berat badan 2700 gram. PB 49 cm. Ketuban jernih, tidak
ada kelainan congenital, anus (+), keadaan umum baik, bayi diberi
susu formula.
II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH
Dx : P1001 Ab000 Post SC hari ke 7.
Ds : Ibu mengatakan sudah melahirkan bayinya dengan cara SC 2 hari yang
lalu.
Do : Keadaan Umum : baik
Kesadaran : composmentis
T : 120/80 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36oC
RR : 20 kali/menit
Inspeksi perut : luka jahitan tertutup hipafix panjang + 12 cm dan
keadaan luka baik. Jahitan melintang dan sudah
diangkat.

III. DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


 Potensial terjadi infeksi.

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


 Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi.
Tujuan : keadaan umum tetap baik.

V. INTERVENSI
Dx : P1001 Ab000 Post SC hari ke 7.
Tujuan : Masa nifas berjalan normal tanpa komplikasi.
Kriteria hasil : - Tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Keadaan umum baik.
1. Lakukan pendekatan pada pasien dan keluarga.
R/ Agar pasien dan keluarga kooperatif dalam setiap tindakan.
2. Observasi tanda-tanda vital.
R/ Deteksi dini adanya komplikasi.
3. Beri penjelasan pada ibu tentang pentingnya mobilisasi bertahap mika /
miki, duduk, berjalan disekitar tempat tidur.
R/ Dengan mobilisasi dapat memperlancar lochea dan infeksi pada luka
bekas SC.
4. Ingatkan ibu untuk minum obat secara rutin.
R/ Menerapkan fungsi dependen.
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi.
R/ Menerapkan fungsi dependen.
6. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan terutama pada area bekas operasi.
R/ Menjaga serta mengurangi resiko terjadinya infeksi.
7. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sampai 6 bulan.
R/ Rangsangan ASI akan memperlancar produksi ASI dan mencegah
bendungan ASI.
8. Anjurkan ibu untuk segera mengikuri program KB setelah 40 hari pasca
operasi.
R/ KB untuk mengatur jarak kehamilan.
9. Anjurkan ibu kontrol 3 hari lagi.
R/ Antisipasi adanya kelainan.

VI. IMPLEMENTASI
Dx : P1001 Ab000 Post SC hari ke 7.
1. Jam 08.15 WIB
Melakukan pendekatan pada keluarga serta memberikan penjelasan pada
pasien agar mereka kooperatif pada tindakan yang diberikan.
2. Jam 08.25 WIB
Mengobservasi tanda-tanda vital
 Nadi 80 x/menit
 Suhu 36oC
 Pernafasan 20 x/menit
 Tekanan darah 120/80 mmHg
3. Jam 08.35 WIB
Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi secara bertahap mulai miring kiri,
kanan, atau duduk, jalan disekitar tempat tidur agar kondisi kesehatannya
cepat pulih.
4. Jam 08.45 WIB
Memberikan diit TKTP yaitu makanan yang mengandung nutrisi 4 sehat 5
sempurna.
5. Jam 09.00 WIB
Mengingatkan ibu untuk minum obat secara teratur yaitu :
 Etabion 3x1 tablet.
 Amoksillin 3 x 500 mg
6. Jam 09.05 WIB
Melakukan kolaborasi dalam pemberian terapi.
7. Jam 09.10 WIB
Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan terutama daerah bekas
operasi untuk menghindari resiko terjadinya infeksi.
8. Jam 09.15 WIB
Mengingatkan ibu untuk segera menyusui bayinya untuk memperlancar
produksi ASI dan mencegah bendungan ASI.
9. Jam 09.20 WIB
Menganjurkan ibu untuk segera mengikuti program KB setelah 40 hari
pasca operasi untuk mengatur jarak kehamilan.

VII. EVALUASI
Tanggal : 17 – 01 – 2006 Jam : 10.00 WIB
Dx : P1001 Ab000 Post SC hari ke 7.
S : Ibu mengatakan sudah tidak merasakan keluhan.
O : - Keadaan umum ibu baik.
- Luka bekas operasi baik dan jahitan sudah diangkat, kering.
A : P1001 Ab000 Post SC.
P : Lanjutkan intervensi.
- KIE personal hygiene / daerah luka bekas operasi.
- Anjurkan untuk minum obat secara teratur.
 Etabion 3x1 tablet.
 Amoksilin 3 x 500 mg.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pengkajian dilakukan tanggal 17 Januari 2006 pada jam 08.00 WIB pada
pasien Post Partum dengan Post SC. Dalam Asuhan kebidanan ini tidak terdapat
kesenjangan. Karena ibu rutin memeriksakan kehamilannya atau ANC secara rutin
di bidan. Dalam keluarga ibu tiadak ada yang mempunyai riwayat SC.
Pada indentifikasi masalah tidak semua masalah muncul, seperti infeksi,
dan juga cairan karena ibu sudah diberikan antibiotik dan juga analgesik serta
kebersihan sekitar vulva dan vagina. Luka post op dijaga dengan baik oleh ibu
sendiri maupun petugas kesehatan.
Hasdil yang didapatkan bahwa sudah meningkatkan pengetahuan ibu dan
tentang perawatan bayi dan KB, serta pasien kooperatif dalam tindakan yang
dilakukan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
SC adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat melalui
sayatan pada dinding uterus yang masih untuk.
Pada pengkajian ini kami dapat menyimpulkan bahwa asuhan yang
diberikan pada Ny “K” post partum dengan post SC hari ke – 7 telah sesuai
dengan keadaan pasien sehingga masalah yang ada diharapkan dapat segera
diatasi.
KIE yang diberikan adalah yang harus dilakukan dirumah misalnya
perawatan luka operasi, vulva vagina, KB dan nutrisi.

5.2 Saran
- Anjurkan ibu untuk kontrol.
- Anjurkan pada ibu untuk mengikuti KB setelah 40 hari post op.
- Anjurkan pada ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi sampai
umur 4/6 bulan.
- Nutrisi yang baik agar proses laktasi dapat berjalan lancar.
- Menjaga kebersihan daerah bekas operasi dan vulva vagina untuk
mencegah terjadinya infeksi.
DAFTAR PUSTAKA

Wingkijosastro, Hanifa. 1999. ILMU KEBIDANAN EDISI 3 Cetakan ke 5.


Jakarta : YBP – SP

Mochtar, Rustam. SINOPSIS OBSTETRI FISIOLOGI. Obstetri Patologi Edisi 2


Jilid I. Jakarta : EGC

Saifudin, AB. 2002. BUKU PANDUAN PRAKTIS PELAYANAN KESEHATAN


MATERNAL DAN NEONATAL. Jakarta : YBP – SP

Marylin, E. Doengoes. 2002. RENCANA PERAWATAN MATERNITAS DAN


BAYI . Jakarta : EGC
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “K” P1001 Ab000 POST PARTUM
DENGAN POST SC HARI KE 7 DI BPS “FITA LAZUARDI”.
SIDOARJO TANGGAL 16 JANUARI – 25 JANUARI 2006
Disusun Oleh :

EVA ERLYZA
NIM. 0302.17

AKADEMI KEBIDANAN WIDYAGAMA HUSADA


MALANG
2006

Anda mungkin juga menyukai