Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM SC GIANT BABY

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah maternitas

Pembimbing Kordinator Maternitas: Monna Maharani Hidayat,M.Kep.,Ns

Pembimbing Maternitas : Murtiningsih,S,Kp.,M.Kep.,Sp.Mat.

Oleh :
NURUL KUSUMA WARDANI LATIEF
214121097

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI


KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL
ACHMAD YANI CIMAHI
2021
LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM

SC GIANT BABY

1. Pengertian Post Partum

Menurut (Siti Saleha, 2009) periode masa postpartum (puerperium) adalah


periode waktu selama 6-8 minggu setelah persalinan. Menurut Departemen Kesehatan RI
dalam Padila (2014), Postpartum atau masa postpartum adalah masa sesudahnya
persalinan terhitung dari saat selesai persalinan sampai pulihnya kembali alat kandungan
ke keadaan sebelum hamil dan lamanya mas postpartum kurang lebih 6 minggu.
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat
kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil
(Bobak, 2010)
Masa nifas atau post partum disebut juga puerperium yang berasal dari Bahasa
latin yaitu kata “puer” yang berarti bayi dan “parous” yang berarti melahirkan. Masa
nifas (Puerperium) dimulai setalah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil. (Anggraini, 2010)

2. Pengertian Post partum sc giant baby

Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut, sectio caesarea juga dapat didefinisikan
sebagai suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar, 2011)
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta
selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum
hamil dan waktu kurang lebih 6 minggu (Walyani & Purwoastuti, 2015)
Macrosomia (giant baby) atau bayi besar adalah bayi baru lahir yang berat badan
lahir pada saat persalinan dari 4000 gram. Bayi baru lahir yang berukuran besar tersebut
biasanya dilahirkan cukup bulan, tetapi bayi preterm dengan berat badan dan tinggi
menurut umur kehamilan mempunyai mortalitas yang secara bersama lebih tinggi dari
pada bayi yang dilahirkan cukup bulan dengan ukuran yang sama. Diabetes dan obesitas
merupakan factor predisposisi. (Doengoes, 2000)

3. Periode Post Partum


Periode post partum adalah selang waktu antara kelahiran bayi sampai dengan
pulihnya organ reproduksi seperti sebelum hamil. Periode ini sering disebut masa nifas
(puerperium), atau trimester keempat kehamilan, masa nifas biasanya berkisar antara 6
minngu atau lebih bervariasi antara ibu satu dengan ibu yang lainnya (Cashion, Perry,
2013).
Periode post partum dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap immediate post
partum (setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam setelah proses persalinan), tahap
early post partum (24 jam sampai satu minggu setelah persalinan) dan tahap late post
partum (satu minggu sampai lima minggu setelah persalinan) (Saleha, 2009)
Adaptasi psikologis post partum menurut teori rubin dibagi dalam tiga periode
yaitu sebagai berikut ;
1. Periode Taking In
a. Berlangsung 24 - 48 jam setelah melahirkan
b. Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga komunikasi
yang baik
c. Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain, mengharapkan segala sesuatu
kebutuhan dapat dipenuhi orang lain
d. Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya
e. Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika melahirkan secara
berulang-ulang
f. Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur dengan tenang untuk
memulihkan keadaan tubuhnya seperti sediakala
g. Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi, dan
kurangnya nafsu makan menandakan ketidaknormalan proses pemulihan

2. Periode Taking Hold


a. Berlangsung tiga sampai 10 hari setelah melahirkan
b. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dalam merawat
bayi
c. Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung. Oleh karena itu, ibu
membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang terdekat
d. Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima berbagai
penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya. Dengan begitu ibu dapat
menumbuhkan rasa percaya dirinya
e. Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya,
misalkan buang air kecil atau buang air besar, mulai belajar untuk mengubah
posisi seperti duduk atau jalan, serta belajar tentang perawatan bagi diri dan
bayinya.

3. Periode Letting Go
a. Berlangsung 10 hari setelah melahirkan
b. Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah
c. Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya
d. Keinginan untuk merawat bayi meningkat
e. Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya,
keadaan ini disebut baby blues
4. Adaptasi fisiologis dan psikologis ibu post partum
(Bobak, Lowdermik, 2005) menyatakan bahwa periode post partum ialah masa
enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan
sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang disebut puerperium atau trimester ke empat
kehamilan. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal
dimana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Berikut adalah perubahan atau
adaptasi fisiologi serta psikologi wanita setelah melahirkan.

1. Adaptasi Fisiologi Ibu Post Partum


a. Sistem Reproduksi
Involusio Uteri
Involusio adalah pemulihan uterus pada ukuran dan kondisi normal setelah
kelahiran bayi(Bobak, Lowdermik, 2005). Involusio terjadi karena masing-
masing sel menjadi lebih kecil karena sitoplasma yang berlebihan dibuang.
Involusio disebabkan oleh proses autolysis, dimana zat protein dinding rahim
pecah, diabsorbsi dan kemudian dibuang sebagai air kencing.
Tinggi fundus uteri menurut masa involusio.

Involusi Tinggi fundus uteri Berat uterus


Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Plasenta lahir 2 jari bawah pusat 750 gram

1 minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gram


350 gram
2 minggu Tidak teraba diatas simpisis
50 gram
6 minggu Bertambah kecil
30 gram
8 minggu Sebesar normal

Tabel 2.1 Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi (Saleha,
2009)

Involusio Tempat Plasenta


Pada pemulaan nifas, bekas plasenta mengandung banyak
pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus. Biasanya luka yang
demikian, sembuh dengan menjadi parut. Hal ini disebabkan karena
dilepaskan dari dasar dengan pertumbuhan endometrium baru di bawah
pemukaan luka. Rasa sakit yang disebut after pains ( meriang atau mules-
mules ) disebabkan kontraksi rahim biasanya berlangsung 3-4 hari pasca
persalinan.(Cunningham, F G, 2005).

a. Lochea
Yaitu sekret dari kavum uteri dan vagina pada masa nifas. Lochia dapat
dibagi menjadi beberapa jenis:
a. Lochea rubra/cruenta
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks
kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan.
b. Lochea sanguinolenta
Berwarna merah dan kuning berisi darah dan lendir,yang keluar pada
hari ke – 3 sampai ke-7 pasca persalinan.
c. Lochea serosa
Dimulai dengan versi yang lebih pucat dari lochia rubra. Lochia ini
berbentuk serum dan berwarna merah jambu kemudian menjadi kuning.
Cairan tidak berdarah lagi pada hari ke -7 sampai hari ke-14 pasca
persalinan.
d. Lochea alba
Dimulai dari hari ke-14 kemudian makin lama makin sedikit hingga
sama sekali berhenti sampai 1 atau 2 minggu berikutnya. Bentuknya
seperti cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas leukosit dan sel-sel
desidua
e. Lochea purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
f. Locheastatis
Lochea tidak lancar keluarnya
b. Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks akan menganga seperti corong berwarna
merah kehitaman, konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan
kecil. Setelah bayi lahir tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2
jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.

c. Vagina dan perineum


Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerpurium merupakan
suatu saluran yang luas berdinding tipis. Secara berangsur-angsur luasnya
berkurang, tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran seorang nulipara.
Rugae ( lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan ) timbul kembali pada
minggu ketiga. Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka
perineum tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan
biasa, tetapi lebih sering terjadi sebagai akibat ekstraksi dengan cunam,
terlebih apabila kepala janin harus diputar. Robekan terdapat pada dinding
lateral dan baru terlihat dengan pemeriksaan spekulum. Pada perineum
terjadi robekan pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang
juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi di
garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin terlalu cepat, sudut
arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu
panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada. Sirkumferensia
suboksipito bregmatika. Bila ada laserasi jalan lahir atau luka bekas
episiotomi lakukanlah penjahitan dan perawatan dengan baik.

b. Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem
endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam proses tersebut.
1) Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Selama tahap
ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta
mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi
dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu
uterus kembali ke bentuk normal.
2) Prolaktin
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar pituitari
bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin, hormon ini berperan dalam
pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu. Pada wanita yang
menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada
rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita yang tidak
menyusui bayinya, tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14-21 hari
setelah persalinan, sehingga merangsang kelenjar bawah depan. otak yang
mengontrol ovarium ke arah permulaan pola produksi estrogen dan
progesteron yang normal, pertumbuhan folikel, ovulasi, dan menstruasi.
3) Estrogen dan progesterone
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun mekanismenya
secara penuh belum dimengerti. Diperkirakan bahwa tingkat estrogen yang
tinggi memperbesar hormon antidiuretik yang mengikatkan volume darah. Di
samping itu, progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi
perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat
mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul,
perineum dan vulva, serta vagina.

c. Sistem kardiovaskuler
Pada dasarnya tekanan darah sedikit berubah atau tidak berubah sama sekali. Tapi
biasanya terjadi penurunan tekanan darah sistolik 20 mmHg. Jika ada perubahan
posisi, ini disebut dengan hipotensi orthostatik yang merupakan kompensasi
kardiovaskuler terhadap penurunan resistensi di daerah panggul.

d. Sistem Urinaria
Selama proses persalinan, kandung kemih mengalami trauma yang dapat
mengakibatkan udema dan menurunnya sensitifitas terhadap tekanan cairan,
perubahan ini menyebabkan, tekanan yang berlebihan dan kekosongan kandung
kemih yang tidak tuntas, hal ini bisa mengakibatkan terjadinya infeksi. Biasanya
ibu mengalami kesulitan buang air kecil sampai 2 hari post partum.

e. Sistem Gastrointestinal
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini disebabkan
karena pada saat melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang
menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada
waktu persalinan, kurang makan, haemoroid, dan laserasi jalan lahir.

f. Sistem Muskuloskeletal
1) Ambulasi pada umumnya mulai 1-8 jam setelah ambulasi dini untuk
mempercepat involusio Rahim
2) Otot abdomen terus-menerus terganggu selama kehamilan yang mengakibatkan
berkurangnya tonus otot, yang tampak pada masa post partum dinding perut
terasa lembek, lemah, dan kendor. Selama kehamilan otot abdomen terpisah
disebut distensi recti abdominalis, mudah di palpasi melalui dinding abdomen
bila ibu telentang. Latihan yang ringan seperti senam nifas akan membantu
penyembuhan alamiah dan kembalinya otot pada kondisi normal.

g. Sistem kelenjar mamae


1) Pada hari kedua post partum sejumlah kolostrum, cairan yang disekresi
payudara selama lima hari pertama setelah kelahiran bayi, dapat diperas dari
putting susu.
2) Kolostrum
Dibanding dengan susu matur yang akhirnya disekresi oleh payudara,
kolostrum mengandung lebih banyak protein, yang sebagian besar adalah
globulin, dan lebih banyak mineral tetapi gula dan lemak lebih sedikit.
Meskipun demikian kolostrum mengandung globul lemak agak besar di dalam
yang disebut korpustel kolostrum, yang oleh beberapa ahli dianggap
merupakan sel-sel epitel yang telah mengalami degenerasi lemak dan oleh ahli
lain dianggap sebagai fagosit mononuclear yang mengandung cukup banyak
lemak. Sekresi kolostrum bertahan selama sekitar lima hari, dengan perubahan
bertahap menjadi susu matur. Antibodi mudah ditemukan dalam kolostrum.
Kandungan immunoglobulin A mungkin memberikan perlindungan pada
neonatus melawan infeksi enterik. Faktor-faktor kekebalan hospes lainnya,
juga immunoglobulin - immunoglobulin, terdapat di dalam kolostrum manusia
dan air susu. Faktor ini meliputi komponen komplemen, makrofag, limfosit,
laktoferin, laktoperoksidase, dan lisozim
3) Air susu
Komponen utama air susu adalah protein, laktosa, air dan lemak. Air susu
isotonik dengan plasma, dengan laktosa bertanggung jawab terhadap separuh
tekanan osmotik. Protein utama di dalam air susu ibu disintesis di dalam
retikulum endoplasmik kasar sel sekretorik alveoli. Asam amino esensial
berasal dari darah, dan asam- asam amino non-esensial sebagian berasal dari
darah atau disintesis di dalam kelenjar mamae. Kebanyakan protein air susu
adalah protein-protein unik yang tidak ditemukan dimanapun. Juga prolaktin
secara aktif disekresi ke dalam air susu. Perubahan besar yang terjadi 30-40
jam post partum antara lain peninggian mendadak konsentrasi laktosa. Sintesis
laktosa dari glukosa didalam sel-sel sekretorik alveoli dikatalisis oleh lactose
sintetase. Beberapa laktosa meluap masuk ke sirkulai ibu dan mungkin
disekresi oleh ginjal dan ditemukan di dalam urin kecuali kalau digunakan
glukosa oksidase spesifik dalam pengujian glikosuria.
Asam-asam lemak disintetis di dalam alveoli dari glukosa. Butirbutir
lemak disekresi dengan proses semacam apokrin. Semua vitamin kecuali
vitamin K ada di dalam susu manusia tetapi dalam jumlah yang berbeda. Kadar
masing-masing meninggi dengan pemberian makanan tambahan pada ibu.
Karena ibu tidak menyediakan kebutuhan bayi akan vitamin K, pemberian
vitamin K pada bayi segera setelah lahir ada manfaatnya untuk mencegah
penyakit perdarahan pada neonatus. Air susu manusia mengandung konsentrasi
rendah besi. Tetapi, besi di dalam air susu manusia absorpsinya lebih baik dari
pada besi di dalam susu sapi. Simpanan besi ibu tampaknya tidak
mempengaruhi jumlah besi di dalam air susu. Kelenjar mamae, seperti kelenjar
tiroid, menghimpun iodium, yang muncul di dalam air susu (Cunningham, F G,
2005).

h. Sistem Integumen
Penurunan melanin setelah persalinan menyebabkan berkurangnya
hiperpigmentasi kulit.
1) Hiperpigmentasi pada aerola mammae dan linea nigra mungkin menghilang
sempurna sesudah melahirkan.

2. Adaptasi Psikologi Ibu Post Partum


(Menurut Rubin dalam Varney, 2007) adaptasi psikologi ibu post partum dibagi menjadi
3 fase yaitu :
a. Fase Taking In (Fase mengambil) / ketergantungan
Fase ini dapat terjadi pada hari pertama sampai kedua post partum. Ibu sangat
tergantung pada orang lain, adanya tuntutan akan kebutuhan makan dan tidur, ibu
sangat membutuhkan perlindungan dan kenyamanan.
b. Fase Taking Hold / ketergantungan mandiri
Fase ini terjadi pada hari ketiga sampai hari ke sepuluh post partum, secara bertahap
tenaga ibu mulai meningkat dan merasa nyaman, ibu sudah mulai mandiri namun
masih memerlukan bantuan, ibu sudah mulai memperlihatkan perawatan diri dan
keinginan untuk belajar merawat bayinya.
c. Fase Letting Go / kemandirian
Fase ini terjadi pada hari ke sepuluh post partum, ibu sudah mampu merawat diri
sendiri, ibu mulai sibuk dengan tanggung jawabnya.

5. Kebutuhan Ibu Post Partum


1. Nutrisi dan cairan
Pada masa postpartum masalah diet perlu mendapat perhatian serius, karena
dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat
mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi,
cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan.
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut yaitu
mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, makan dengan diet berimbang untuk
mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup. Minum sedikitnya 3 liter air
setiap hari, pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama
40 hari pascapersalinan, minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat
memberikan vitamin A kepada bayi melalui ASI (Saleha, 2009)

2. Ambulasi
Ambulasi dini ( early ambulation ) ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin
bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya dan membinmbing
ibu secepat mungkin untuk berjalan. Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu
postpartum telentang ditempat tidurnya selama 7-14 hari setelah melahirkan. Ibu
postpartum sudah 18 diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam waktu 24-48 jam
postpartum.
Keuntungan early ambulation adalah sebagai berikut yaitu Ibu merasa lebih sehat
dan kuat dengan early ambulation, faal usus dan kandung kemih lebih baik, early
ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara merawat anaknya selama ibu
masih dirumah sakit. Misalnya memandikan, mengganti pakaian, dan memberi
makan. Lebih sesuai dengan keadaan-keadaan di Indonesia ( sosial ekonomis).
Menurut penelitian-penelitian yang seksama, early ambulation tidak mempunyai
pengaruh yang buruk, tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak
mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka diperut, serta tidak
memperbesar kemungkinan prolapsus atau retrotexto uteri.
Early ambulation tentu tidak dibenarkan pada ibu postpartum dengan penyulit
misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam dan sebagainya.
Penambahan kegiatan dengan early ambulation harus berangsur-angsur, jadi bukan
maksudnya ibu segera setelah bangun dibenarkan mencuci, memasak dan
sebagainya.

3. Eliminasi
a. Buang air kecil
Ibu diminta untuk buang air kecil ( miksi ) 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam
postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100
cc,maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalua ternyata kandung kemih penuh,
tidak perlu menunggu 8 jam untuk kateterisasi. Berikut ini sebab- sebab terjadinya
kesulitan berkemih ( retensio urine) pada ibu postpartum yaitu Berkurangnya
tekanan intraabdominal, otototot perut masih lemah, udema pada uretra, dinding
kandung kemih belum sensitive.
b. Buang air besar
Buang air besar pada ibu postpartum biasanya tertunda selama 2-3 hari, karena
enema persalinan, diit cairan, obat-obatan analgetik,dan perineum yang sangat
sakit. Bila lebih dari 3 hari belum bisa buang air besar bisa diberikan obat
laksantia. Ambulasi secara dini dan teratur akan membantu dalam regulasi buang
air besar, asupan cairan yang adekuat dan diit tinggi serat sangat dianjurkan.

4. Personal hygiene
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena
itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh,
pakaian, tempat tidur dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga. Langkah-langkah
yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu postpartum adalah sebagai
berikut yaitu anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum, mangajarkan ibu
bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu
mengerti untuk membersihkan daerah vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang,
kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehati ibu untuk membersihkan daerah
vulva setiap kali selesai buang air kecil atau besar. Sarankan ibu untuk mengganti
pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika
telah dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari dan setrika. Sarankan ibu
untuk mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum dan sesudah membersihkan daerah
kelaminnya. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
untuk menghindari dan menyentuh daerah tersebut.

5. Istirahat dan tidur


Hal-hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan
tidur adalah sebagai berikut yaitu anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah
kelelahan yang berlebihan. Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah
tangga secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal yaitu mengurangi jumlah
ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya
sendiri.
6. Aktivitas seksual
Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas harus memenuhi
syarat yaitu secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan satu dua. jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri,
maka ibu aman untuk memulai malakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa
waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan ini
bergantung pada pasangan yang bersangkutan.

6. Etiologi
Penyebab bayi mengalami macrosomia atau bayi besar adalah :
a. Diabetes
Kehamilan merupakan sesuatu keaadaan diabetogenik dengan resistensi insulin
yang meningkat dan ambilan glukosa perifer yang menurun akibat hormone
plasenta yang memiliki aktivitas anti insulin. Dengan cara janin dapat menerima
pasokan glukosa secara kontinu. Insedennya 3-5% dari keseluruhan kehamilan.
b. Keturunan (orang tuanya besar-besar)
Seorang ibu hamil gemuk beresiko 4 sampai 12 kali untuk melahirkan bayi besar.
Bayi besar dapat disebabkan berat badan ibu yang berlebihan baik sebelum hamil
(obsitas) maupun kenaikannya selama hamil lebih dari 15 kg.
c. Multiparitas dengan riwayat macrosomia sebelumnya.
Bila bumil punya riwayat melahirkan bayi macrosomia sebelumnya, maka beresiko
5-10 kali lebih tinggi untuk kembali melahirkam bayi macrosomia dibandingkan
wanita yang belum pernah melahirkan bayi macrosomia karna umumnya berat
seorang bayi yang akan lahir berikutnya bertambah sekitar 80-120 gr. Bayi besar
(bayi dengan berat badan lebih dari 4000 gr ) dan sering terjadi kehamilan pertama.

7. Patofisiologi /Pathway
Riwayat diabetes melitus
Insulin tidak dapat bekerja optimal

Wanita hamil
Metabolisme endokrin dan karbohidrat terganggu

Patofisiologi pada Ibu

Glukosa darah Ibu tidak terkontrol

Hiperglikemia pada Ibu

a tetap melalui plasenta janin, sehingga kadar glukosa darah pada janin sama dengan kadar glukosa darah pada Ibu

Hiperglikemia pada janin

Hiperinsulinisme

Penimbunan lemak, glikogen serta organomegali Patofisiologi pada janin

Makrosomia
u ketika hamil 4. Kenaikan berat badan ketika hamil 5. Multiparitas 6. Usia kehamilan 7. Janin laki-laki 8. Riwayat melahirkan bayi makrosomia 9. Peme

Komplikasi pada Ibu dan janin


8. Tanda dan Gejala
a. Tinggi fundus uteri ibu hamil sudah melebihi normal
Saat Anda datang ke dokter untuk kontrol kondisi kehamilan, dokter biasanya akan
memeriksa tinggi fundus uteri. Tinggi fundus uteri adalah jarak antara puncak uterus
atau rahim hingga tulang pubis. Jika tingginya melebihi normal, maka ada
kemungkinan bahwa bayi mengalami makrosomia.
b. Cairan ketuban berlebihan
Cairan ketuban atau cairan amniotik yang jumlahnya berlebih disebut sebagai
polihidramnion. Jumlah cairan ketuban bisa dijadikan patokan untuk mendeteksi bayi
makrosomia karena cairan ini bisa menggambarkan jumlah urine yang keluar dari
janin. Semakin banyak urine yang keluar, maka semakin besar pula ukuran janin.
9. Manifestasi Klinis
1) Pada saat kehamilan
 Uterus lebih besar dari biasanya atau tidak sesuai dengan usia gestasi
 Tinggi fundus pada kehamilan atern lebih dari 40 cm
 Taksiran berat badan janin (TBBJ) dari 4000 gr
2) Pada bayi baru lahir
 Berat badan lebih dari 4000 gr
 Badan montok dan kulit kemerahan
 Organ internal membesar (hepatosplenomegaly, spenomegali, kerdiomegali)
 Lemak tubuh banyak
10. Pemeriksaan penunjang
Pemantauan glukosa darah (pada saat datang atau umur 3 jam, kemudian tiap 6 jam
sampai 24 jam atau bila kadar glukosa > 45 gr dua kali berturut-turut. Pemantauan
elektrolit pemberian glukosa parenteral sesuai indikasi bolus glukosa parenrental sesuai
indikasi hidrokortison 5mg/kg/hari IM dalan dua dosis bila pemberian glukosa parental
tidak efektif.

11. Pentalaksanaan Klinik


Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien adalah pemasangan infus ringer
lactat 20 tetes per menit dan observasi tanda-tanda vital ibu serta his Pasien direncanakan
dilakukan trial of labor dengan drip oksitosin 5 IU. Setelah diobservasi selama 3 jam,
pada pasien hanya didapatkan kemajuan bukaan menjadi 4 cm tanpa disertai penurunan
kepala, bishop score 5, sehingga diagnosis menjadi G3P1A1 hamil 37 minggu inpartu
kala I fase aktif dengan ketuban pecah dini 6 jam (di luar) dan disproporsi kepala
panggul, janin tunggal mati presentasi kepala suspek makrosomia. Karena usaha
percobaan persalinan gagal yaitu tidak didapatkan kemajuan persalinan walaupun his
adekuat, diagnosis disproporsi kepala panggul ditegakkan dan pasien direncanakan untuk
terminasi kehamilan secara per abdominam.
Dilakukan operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal, dilahirkan bayi laki-laki
dalam kondisi mati dengan berat badan bayi 5400 gram, panjang bayi 62 cm dan adanya
maserasi grade I. Setelah operasi dilakukan, pasien dirawat di ruang intensif sambil
dilakukan observasi tanda-tanda vital, diberikan tatalaksana berupa infus ringer lactat
ditambah dengan oksitosin 10 IU 20 tpm, injeksi ceftriakson 2 kali 1 gr per hari, injeksi
asam traneksamat 3 kali 500 mg per hari, injeksi tramadol 3 kali 100 mg per hari dan
infus metronidazole 3 kali 500 mg per hari.

12. Komplikasi
Bayi besar yang sedang berkembang merupakan suatu indicator dari efek ibu.
Walaupun dikontrol dengan baik dapat timbul pada janin. Maka sering disarankan
persalinan yang lebih dini sebelum materm. Biasanya dinilai pada sekitar kehamilan 38
minggu. Penilain yang seksama terhadap pelvis ibu. Tingkat penurunan kepala janin dan
diatas serviks. Bersama dengan pertimbangan. Jika tidak maka persalinan dilakukan
dengan sesksio sesar rea yang direncanakan. Resiko dari trauma lahir yang tinggi bayi
lebih besar dibandingkan panggul ibunya perdarahan intracranial, distosia bahu,
rupturuteri, serviks, vagina, robekan perineum dan fraktur anggota gerak merupakan
beberapa komplikasi yang mungkin terjadi.

13. Pengkajian Askep sesuai data focus


RENCANA SUHAN KEPERAWATAN TEORI PRE-OP

Hari/Tgl Pengkajian : Senin, 25 oktober 2021

Identitas Pengkaji : Erneta Ismilania

A. Data Demografi
1. Klien
Nama : By Ny.R
Tgl lahir/usia : 23 Oktober 2021/ 2 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Tanggal masuk: 23 oktober 2021
No. RM : 483009
Dx. Medis : Makrosomia
2. Orangtua/ Penanggung Jawab
Ibu
Nama : Ny. R
Umur : 28 tahun
Hubungan dg klien: Ibu kandung
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan swasta
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Candisari, Mranggen Demak
Ayah
Nama : Tn. F
Umur : 33 tahun
Hubungan dg klien: Bapak kandung
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan swasta
Agama : Islam
Alamat : Candisari, Mranggen Demak
B. Riwayat Klien
a. Riwayat Kehamilan
Anak yang sekarang merupakan kehamilan yang kedua. Untuk anak pertama tidak ada.
Selama menjalani kehamilan yang kedua ini ibu mengatakan periksa rutin ke
puskesmas/klinik setempat.
b. Riwayat Penggunaan Obat-obatan
Selama masa kehamilan ibu mengatakan tidak mengkonsumsi obat-obatan khusus kecuali
vitamin yang diberikan dari puskesmas/klinik.
c. Riwayat Persalinan
Usia gestasi : minggu
BBL : 4220 gram
Jenis Persalinan: Normal
Indikasi :-
Apgar Score : 9-10-10
d. Faktor resiko ibu :
ketuban pecah dini (–)
Preklamsi (-)
Ibu dengan infeksi (-)
Lan-lain
e. Riwayat alergi : tidak ada

C. Riwayat Kesehatan Keluarga


1. Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Dalam keluarga yang ada yang memiliki penyakit genetic seperti DM, yaitu nenek bayi.
2. GENOGRAM
D. Riwayat Penyakit Sekarang
1. Penampilan umum
Klien tampak terbaring di dalam box, gerakannya aktif dan tangisan kuat.
2. Pemeriksaan TTV
RR : 40 x/menit
Suhu : 36,2C
Nadi : 142 x/menit
SpO2 : 97%
3. Oksigenasi
a. Irama napas : reguler
b. Kedalaman napas : dangkal(-) dalam(-) normal(+)
c. Penggunaan alat bantu napas : spontan tanpa bantuan oskigen
d. Pengunaan otot bantu napas : tidak ada
e. Sianosis : tidak ada
4. Nutrisi
a. Berat badan :4220 gr
b. Lingar lengan atas : 14 cm
c. Panjang badan : 52 cm
d. Lingkar kepala : 35 cm
e. Lingkar dada : 37 cm
f. Jenis Nutrisi : ASI dan Pasi
5. Cairan
a. Jenis minuman : ASI/Pasi 8x30 cc
b. Turgor kulit : baik
c. Bibir : lembab
d. Ubun-ubun : cekung
e. Mata : normal tidak cekung
f. Capillary refill <2 detik
6. Istirahat tidur
Kualitas tidur : baik, kurang lebih 16 jam

7. Aktifitas
a. Gerakan : aktif
b. Tangisan : kuat
c. Sistem Muskuluskeletal
a. Tonus otot : normal
b. Postur : fleksi

E. Pemeriksaan Head to Toe


1. Integumen
a. Suhu : teraba hangat
b. Warna kulit : kemerahan
c. Integritas kulit : utuh
2. Kepala dan leher
a. Tengkorak :simetris
Tulang tengkorak :menutup
b. Warna dan distribusi rambut : hitam merata
c. Kelopak mata ( bentuk dan gerak )
Bentuk :simetris
Geraknya :simetris
d. Warna konjungtiva pink
e. Sklera normal putih
f. Pupil : isokor
g. Telinga
Bentuk dan ukurannya : simetris kanan/kiri
Kebersihan : tidak terdapat kotoran, tidak ada lesi
h. Hidung
Tidak terdapat septum deviasi
i. Leher
Bentuknya normal, tidak terdapat lesi atau fraktur
3. Dada, paru-paru dan jantung
a. Pengembangan dada : simetris
b. Ictus cordis : teraba di IC IV/V
c. Taktil fremitus : simetris
d. Suara paru : vesikuler
e. Suara jantung : reguler S1-S2
4. Abdomen
a. Bentuknya: simetris
b. Bising usus: 6x/menit
c. Lambung: timpani
d. Hati : pekak
e. Usus : timpani
f. Hepar : tidak teraba
g. Limpa : tidak teraba
h. BAB
Konsistensi : lunak
Warnanya : hitam
Bau : khas tinja bayi baru lahir
5. Alat kelamin
a. Kelainan : tidak ada
b. Kebersihan : bersih
c. Iritasi : tidak ada
6. Ekstremitas
a. Simetris
b. Kelainan tidak ada
c. Akral dingin
d. Udema tidak ada
e. Terpadang infus di ekstremitas atas bagian kiri
7. Perkembangan (Refleks)
a. Moro reflex : ada
b. Sucking reflex : ada
c. Swallowing reflex: ada
d. Rooting reflex : ada

F. Pengkajian Psikososial
a. Respon hospitalisasi : tenang
b. Pengetahuan orang tua tentang kondisi bayi : Orang tua masih kurang paham dan
pengetahuan tentang keadaan bayinya selama dirawat diruang perinatology
c. Kunjungan orangtua dan bayi: ibu
d. Suasana hati orang tua: Ibu sedikit cemas

G. Data Penunjang
a. Pemeriksaan penunjang

Nama Hasil Nilai Normal


HEMATOLOGI
Hemoglobin (Hb) H 22,7 10 - 12
Hematokrit H 67 35 - 47
Jumlah lekosit H 24,8 5.0 - 21
Jumlah trombosit 213 150 - 400
KIMIA KLINIK
GDS L 46 70 - 130

Pembacaan Preparat Darah Tepi


Kesan : Peningkatan aktivitas trombosit (trombosit bebentuk besar dan giant trombosit)

b. Terapi
1) Infuse D10% 9 cc/jam
2) Injeksi Ampicilin sulbactam 200mg/12jam
3) Salep mata
H. Analisa Data

Tgl Data Focus Masalah Etiologi


Senin, 25 oktober 2021 DS : - Risiko Cidera Perubahan
DO : Glukosa Darah,
keadaan umum baik, kesadaran Cairan dan
composmentis Elektrolit

GDS : 70
Terpasang infus D10% 9 cc/jam

Senin, 25 oktober 2021 DS : Ibu selalu bertanya tentang Ansietas Hospitalisasi


kondisi anaknya dan tindakan pada anak dan
yang diberikan ke anaknya, lalu kurang
mengatakan cemas anaknya pengetahuan
belum boleh pulang
DO : Ibu sering bertanya dan
terlihat cemas anaknya belum
boleh pulang

I. Intervensi Keperawatan (TIM POKJA, 2019)


INTERVENSI
DX Keperawatan Tujuan dan Kriteria
NO Tgl INTERVENSI
SDKI Hasil
SIKI
SLKI
1 25 oktober Risiko cidera pada 1. Pemantauan denyut
2021 janin (D.0138) jantung janin
2. Pencegahan cedera
3. Konseling nutrisi
Luaran Utama : Tingkat
4. Manajemen pendarahan
Cedera
pervagina
5. Manajemen prolapses
Luaran Tambahan :
uteri
Status Pertumbuhan
6. Pemantauan elektronik
Tingkat infeksi
fetal
Tingkat pengetahuan
7. Pencegahan jatuh
8. Perawatan kehamilan
9. Perawatan kenyamanan
10. Perawatan persalinan
resiko tinggi
2 25 oktober Ansietas (D.0080) Luaran utama : 1. Reduksi Ansietas
2021 Tingkat Ansietas 2. Bantuan Kontrol Marah
Luaran Tambahan : 3. Dukungan emosi
Dukungan social 4. Dukungan hypnosis diri
Hargai diri 5. Dukungan kelompok
Kesadaran diri 6. Dukungan keyakinan
Kontrol diri 7. Dukungan memaafkan
Proses informasi 8. Intervensi krisis
Status kognitif 9. Konseling
Tingkat agitasi 10. Manajemen demensia
Tingkat pengetahuan
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Y. (2010). Asuhan kebidanan masa nifas.

Bobak, Lowdermik, J. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas (4th ed.).


Bobak, M. irene. (2010). Buku Ajar Keperawatan Maternitas.

Cashion, Perry, L. (2013). Keperawatan Maternitas Edisi (8th ed.).

Cunningham, F G, dkk. (2005). Obstetri. 1.

Doengoes, M. E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan untuk perencanaan dan dokumentasi


perawatan.

Menurut Rubin dalam Varney. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan (4th ed.).

Mochtar, R. (2011). Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi.

Saleha. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.

Siti Saleha. (2009). Asuhan Kebidanan pada masa nifas.

TIM POKJA. (2019). SDKI, SLKI, SIKI.

Walyani & Purwoastuti. (2015). Ilmu obsterti & Ginekologi sosial untuk kebidanan.

Anda mungkin juga menyukai