Oleh :
NURUL KUSUMA WARDANI LATIEF
214121097
SC GIANT BABY
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut, sectio caesarea juga dapat didefinisikan
sebagai suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar, 2011)
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta
selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum
hamil dan waktu kurang lebih 6 minggu (Walyani & Purwoastuti, 2015)
Macrosomia (giant baby) atau bayi besar adalah bayi baru lahir yang berat badan
lahir pada saat persalinan dari 4000 gram. Bayi baru lahir yang berukuran besar tersebut
biasanya dilahirkan cukup bulan, tetapi bayi preterm dengan berat badan dan tinggi
menurut umur kehamilan mempunyai mortalitas yang secara bersama lebih tinggi dari
pada bayi yang dilahirkan cukup bulan dengan ukuran yang sama. Diabetes dan obesitas
merupakan factor predisposisi. (Doengoes, 2000)
3. Periode Letting Go
a. Berlangsung 10 hari setelah melahirkan
b. Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah
c. Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya
d. Keinginan untuk merawat bayi meningkat
e. Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya,
keadaan ini disebut baby blues
4. Adaptasi fisiologis dan psikologis ibu post partum
(Bobak, Lowdermik, 2005) menyatakan bahwa periode post partum ialah masa
enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan
sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang disebut puerperium atau trimester ke empat
kehamilan. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal
dimana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Berikut adalah perubahan atau
adaptasi fisiologi serta psikologi wanita setelah melahirkan.
Tabel 2.1 Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi (Saleha,
2009)
a. Lochea
Yaitu sekret dari kavum uteri dan vagina pada masa nifas. Lochia dapat
dibagi menjadi beberapa jenis:
a. Lochea rubra/cruenta
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks
kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan.
b. Lochea sanguinolenta
Berwarna merah dan kuning berisi darah dan lendir,yang keluar pada
hari ke – 3 sampai ke-7 pasca persalinan.
c. Lochea serosa
Dimulai dengan versi yang lebih pucat dari lochia rubra. Lochia ini
berbentuk serum dan berwarna merah jambu kemudian menjadi kuning.
Cairan tidak berdarah lagi pada hari ke -7 sampai hari ke-14 pasca
persalinan.
d. Lochea alba
Dimulai dari hari ke-14 kemudian makin lama makin sedikit hingga
sama sekali berhenti sampai 1 atau 2 minggu berikutnya. Bentuknya
seperti cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas leukosit dan sel-sel
desidua
e. Lochea purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
f. Locheastatis
Lochea tidak lancar keluarnya
b. Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks akan menganga seperti corong berwarna
merah kehitaman, konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan
kecil. Setelah bayi lahir tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2
jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
b. Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem
endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam proses tersebut.
1) Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Selama tahap
ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta
mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi
dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu
uterus kembali ke bentuk normal.
2) Prolaktin
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar pituitari
bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin, hormon ini berperan dalam
pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu. Pada wanita yang
menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada
rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita yang tidak
menyusui bayinya, tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14-21 hari
setelah persalinan, sehingga merangsang kelenjar bawah depan. otak yang
mengontrol ovarium ke arah permulaan pola produksi estrogen dan
progesteron yang normal, pertumbuhan folikel, ovulasi, dan menstruasi.
3) Estrogen dan progesterone
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun mekanismenya
secara penuh belum dimengerti. Diperkirakan bahwa tingkat estrogen yang
tinggi memperbesar hormon antidiuretik yang mengikatkan volume darah. Di
samping itu, progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi
perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat
mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul,
perineum dan vulva, serta vagina.
c. Sistem kardiovaskuler
Pada dasarnya tekanan darah sedikit berubah atau tidak berubah sama sekali. Tapi
biasanya terjadi penurunan tekanan darah sistolik 20 mmHg. Jika ada perubahan
posisi, ini disebut dengan hipotensi orthostatik yang merupakan kompensasi
kardiovaskuler terhadap penurunan resistensi di daerah panggul.
d. Sistem Urinaria
Selama proses persalinan, kandung kemih mengalami trauma yang dapat
mengakibatkan udema dan menurunnya sensitifitas terhadap tekanan cairan,
perubahan ini menyebabkan, tekanan yang berlebihan dan kekosongan kandung
kemih yang tidak tuntas, hal ini bisa mengakibatkan terjadinya infeksi. Biasanya
ibu mengalami kesulitan buang air kecil sampai 2 hari post partum.
e. Sistem Gastrointestinal
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini disebabkan
karena pada saat melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang
menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada
waktu persalinan, kurang makan, haemoroid, dan laserasi jalan lahir.
f. Sistem Muskuloskeletal
1) Ambulasi pada umumnya mulai 1-8 jam setelah ambulasi dini untuk
mempercepat involusio Rahim
2) Otot abdomen terus-menerus terganggu selama kehamilan yang mengakibatkan
berkurangnya tonus otot, yang tampak pada masa post partum dinding perut
terasa lembek, lemah, dan kendor. Selama kehamilan otot abdomen terpisah
disebut distensi recti abdominalis, mudah di palpasi melalui dinding abdomen
bila ibu telentang. Latihan yang ringan seperti senam nifas akan membantu
penyembuhan alamiah dan kembalinya otot pada kondisi normal.
h. Sistem Integumen
Penurunan melanin setelah persalinan menyebabkan berkurangnya
hiperpigmentasi kulit.
1) Hiperpigmentasi pada aerola mammae dan linea nigra mungkin menghilang
sempurna sesudah melahirkan.
2. Ambulasi
Ambulasi dini ( early ambulation ) ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin
bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya dan membinmbing
ibu secepat mungkin untuk berjalan. Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu
postpartum telentang ditempat tidurnya selama 7-14 hari setelah melahirkan. Ibu
postpartum sudah 18 diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam waktu 24-48 jam
postpartum.
Keuntungan early ambulation adalah sebagai berikut yaitu Ibu merasa lebih sehat
dan kuat dengan early ambulation, faal usus dan kandung kemih lebih baik, early
ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara merawat anaknya selama ibu
masih dirumah sakit. Misalnya memandikan, mengganti pakaian, dan memberi
makan. Lebih sesuai dengan keadaan-keadaan di Indonesia ( sosial ekonomis).
Menurut penelitian-penelitian yang seksama, early ambulation tidak mempunyai
pengaruh yang buruk, tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak
mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka diperut, serta tidak
memperbesar kemungkinan prolapsus atau retrotexto uteri.
Early ambulation tentu tidak dibenarkan pada ibu postpartum dengan penyulit
misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam dan sebagainya.
Penambahan kegiatan dengan early ambulation harus berangsur-angsur, jadi bukan
maksudnya ibu segera setelah bangun dibenarkan mencuci, memasak dan
sebagainya.
3. Eliminasi
a. Buang air kecil
Ibu diminta untuk buang air kecil ( miksi ) 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam
postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100
cc,maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalua ternyata kandung kemih penuh,
tidak perlu menunggu 8 jam untuk kateterisasi. Berikut ini sebab- sebab terjadinya
kesulitan berkemih ( retensio urine) pada ibu postpartum yaitu Berkurangnya
tekanan intraabdominal, otototot perut masih lemah, udema pada uretra, dinding
kandung kemih belum sensitive.
b. Buang air besar
Buang air besar pada ibu postpartum biasanya tertunda selama 2-3 hari, karena
enema persalinan, diit cairan, obat-obatan analgetik,dan perineum yang sangat
sakit. Bila lebih dari 3 hari belum bisa buang air besar bisa diberikan obat
laksantia. Ambulasi secara dini dan teratur akan membantu dalam regulasi buang
air besar, asupan cairan yang adekuat dan diit tinggi serat sangat dianjurkan.
4. Personal hygiene
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena
itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh,
pakaian, tempat tidur dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga. Langkah-langkah
yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu postpartum adalah sebagai
berikut yaitu anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum, mangajarkan ibu
bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu
mengerti untuk membersihkan daerah vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang,
kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehati ibu untuk membersihkan daerah
vulva setiap kali selesai buang air kecil atau besar. Sarankan ibu untuk mengganti
pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika
telah dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari dan setrika. Sarankan ibu
untuk mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum dan sesudah membersihkan daerah
kelaminnya. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
untuk menghindari dan menyentuh daerah tersebut.
6. Etiologi
Penyebab bayi mengalami macrosomia atau bayi besar adalah :
a. Diabetes
Kehamilan merupakan sesuatu keaadaan diabetogenik dengan resistensi insulin
yang meningkat dan ambilan glukosa perifer yang menurun akibat hormone
plasenta yang memiliki aktivitas anti insulin. Dengan cara janin dapat menerima
pasokan glukosa secara kontinu. Insedennya 3-5% dari keseluruhan kehamilan.
b. Keturunan (orang tuanya besar-besar)
Seorang ibu hamil gemuk beresiko 4 sampai 12 kali untuk melahirkan bayi besar.
Bayi besar dapat disebabkan berat badan ibu yang berlebihan baik sebelum hamil
(obsitas) maupun kenaikannya selama hamil lebih dari 15 kg.
c. Multiparitas dengan riwayat macrosomia sebelumnya.
Bila bumil punya riwayat melahirkan bayi macrosomia sebelumnya, maka beresiko
5-10 kali lebih tinggi untuk kembali melahirkam bayi macrosomia dibandingkan
wanita yang belum pernah melahirkan bayi macrosomia karna umumnya berat
seorang bayi yang akan lahir berikutnya bertambah sekitar 80-120 gr. Bayi besar
(bayi dengan berat badan lebih dari 4000 gr ) dan sering terjadi kehamilan pertama.
7. Patofisiologi /Pathway
Riwayat diabetes melitus
Insulin tidak dapat bekerja optimal
Wanita hamil
Metabolisme endokrin dan karbohidrat terganggu
a tetap melalui plasenta janin, sehingga kadar glukosa darah pada janin sama dengan kadar glukosa darah pada Ibu
Hiperinsulinisme
Makrosomia
u ketika hamil 4. Kenaikan berat badan ketika hamil 5. Multiparitas 6. Usia kehamilan 7. Janin laki-laki 8. Riwayat melahirkan bayi makrosomia 9. Peme
12. Komplikasi
Bayi besar yang sedang berkembang merupakan suatu indicator dari efek ibu.
Walaupun dikontrol dengan baik dapat timbul pada janin. Maka sering disarankan
persalinan yang lebih dini sebelum materm. Biasanya dinilai pada sekitar kehamilan 38
minggu. Penilain yang seksama terhadap pelvis ibu. Tingkat penurunan kepala janin dan
diatas serviks. Bersama dengan pertimbangan. Jika tidak maka persalinan dilakukan
dengan sesksio sesar rea yang direncanakan. Resiko dari trauma lahir yang tinggi bayi
lebih besar dibandingkan panggul ibunya perdarahan intracranial, distosia bahu,
rupturuteri, serviks, vagina, robekan perineum dan fraktur anggota gerak merupakan
beberapa komplikasi yang mungkin terjadi.
A. Data Demografi
1. Klien
Nama : By Ny.R
Tgl lahir/usia : 23 Oktober 2021/ 2 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Tanggal masuk: 23 oktober 2021
No. RM : 483009
Dx. Medis : Makrosomia
2. Orangtua/ Penanggung Jawab
Ibu
Nama : Ny. R
Umur : 28 tahun
Hubungan dg klien: Ibu kandung
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan swasta
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Candisari, Mranggen Demak
Ayah
Nama : Tn. F
Umur : 33 tahun
Hubungan dg klien: Bapak kandung
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan swasta
Agama : Islam
Alamat : Candisari, Mranggen Demak
B. Riwayat Klien
a. Riwayat Kehamilan
Anak yang sekarang merupakan kehamilan yang kedua. Untuk anak pertama tidak ada.
Selama menjalani kehamilan yang kedua ini ibu mengatakan periksa rutin ke
puskesmas/klinik setempat.
b. Riwayat Penggunaan Obat-obatan
Selama masa kehamilan ibu mengatakan tidak mengkonsumsi obat-obatan khusus kecuali
vitamin yang diberikan dari puskesmas/klinik.
c. Riwayat Persalinan
Usia gestasi : minggu
BBL : 4220 gram
Jenis Persalinan: Normal
Indikasi :-
Apgar Score : 9-10-10
d. Faktor resiko ibu :
ketuban pecah dini (–)
Preklamsi (-)
Ibu dengan infeksi (-)
Lan-lain
e. Riwayat alergi : tidak ada
7. Aktifitas
a. Gerakan : aktif
b. Tangisan : kuat
c. Sistem Muskuluskeletal
a. Tonus otot : normal
b. Postur : fleksi
F. Pengkajian Psikososial
a. Respon hospitalisasi : tenang
b. Pengetahuan orang tua tentang kondisi bayi : Orang tua masih kurang paham dan
pengetahuan tentang keadaan bayinya selama dirawat diruang perinatology
c. Kunjungan orangtua dan bayi: ibu
d. Suasana hati orang tua: Ibu sedikit cemas
G. Data Penunjang
a. Pemeriksaan penunjang
b. Terapi
1) Infuse D10% 9 cc/jam
2) Injeksi Ampicilin sulbactam 200mg/12jam
3) Salep mata
H. Analisa Data
GDS : 70
Terpasang infus D10% 9 cc/jam
Menurut Rubin dalam Varney. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan (4th ed.).
Walyani & Purwoastuti. (2015). Ilmu obsterti & Ginekologi sosial untuk kebidanan.