Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Masa Nifas

2.1.1 . Pengertian

1. Masa nifas atau puerperium adalah masa pulih kembali, mulai

dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali

seperti sebelum hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu.

(Wulandari & Handayani (2020)

2. Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah plasenta

lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti

keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-

kira 6 minggu. (Prawirohardjo (2018)

2.1.2 Tahapan masa Nifas

Ada beberapa tahapan yang di alami oleh wanita selama

masa nifas, yaitu sebagai berikut : (Wulandari & Handayani

2020)

1. Immediate puerperium, yaitu waktu 0-24 jam setelah

melahirkan. pemulihan menyeluruh alat-alat reproduksi

berlangsung selama 6- minggu

2. Early puerperium, yaitu waktu 1-7 hari pemulihan setelah

melahirkan. pemulihan menyeluruh alat-alat reproduksi

berlangsung selama 6- minggu

3. Later puerperium, yaitu waktu 1-6 minggu setelah melahirkan,

7
8

inilah waktu yang diperlukan oleh ibu untuk pulih dan sehat
9

sempurna. Waktu sehat bisa bermingguminggu, bulan dan

tahun.

2.1.3 Adapatasi psikologi masa nifas

Berikut ini 3 tahap penyesuaian psikologi ibu dalam masa

post partum. Menurut Aritonang (2021)

1. Fase Talking In (Setelah melahirkan sampai hari ke dua)

a. Perasaan ibu berfokus pada dirinya.

b. Ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain.

c. Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan

tubuhnya.

d. Ibu akan mengulangi pengalaman pengalaman waktu

melahirkan.

e. Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk

mengembalikan keadaan tubuh ke kondisi normal.

f. Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga

membutuhkan peningkatan nutrisi

g. Kurangnya nafsu makan menandakan proses

pengembalian kondisi tubuh tidak berlangsung normal.

2. Fase Taking Hold (Hari ke-3 sampai 10)

a. Ibu merasa merasa khawatir akan ketidakmampuan

merawat bayi, muncul perasaan sedih (baby blues)

b. Ibu memperhatikan kemampuan men jadi orang tua dan

meningkatkan tanggung jawab akan bayinya.


10

c. Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi

tubuh, BAK, BAB dan daya tahan tubuh

d. Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi

seperti menggen dong, menyusui, memandikan, dan

mengganti popok.

e. Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan

kritikan pribadi.

f. Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena

merasa tidak mampu membesarkan bayinya.

g. Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena

merasa tidak mampu membesarkan bayinya.

h. Wanita pada masa ini sangat sensitif akan

ketidakmampuannya, cepat tersinggung, dan cenderung

menganggap pemberi tahuan bidan sebagai teguran.

Dianjur kan untuk berhati-hati dalam berkomunikasi dan

berikan support.

3. Fase Letting Go (Hari ke-10sampai akhir masa nifas)

a. Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya.

Setelah ibu pulang ke rumah dan dipengaruhi oleh

dukungan serta perhatian keluarga.

b. Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi

dan memahami kebutuhan bayi


11

2.1.4 Adaptasi Fisiologi Masa Nifas

Sistem tubuh ibu akan kembali beradaptasi untuk

menyesuaikan dengan kondisi post partum. Organ-organ tubuh

ibu yang mengalami perubahan setelah melahirkan antara lain

(Diana Sulis et al ,2019)

1. Uterus

Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus

pada kondisi sebelum hamil. Perubahan ini dapat diketahui

dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana

Tinggi Fundus Uterinya (TFU).

Tabel 1
TFU dan berat uterus menurut masa involusio

Involusio TFU Berat


Uterus
Bayi lahir Setinggi pusar, 2 jari di bawah 1.000 gr
pusat
1 minggu Pertengahan pusar simfisis 750 gr
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 500 gr
4 minggu Normal 50 gr
8 minggu Normal, sebelum hamil 30 r

2. Lochea

Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa

nifas. Lokhea berbau amis atau anyir dengan volume yang

berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau tidak

sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai


12

perubahan warna dan volume karena adanya proses involusi.

Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis:

a. Lokhea rubra

Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4

masa post partum. Cairan yang keluar berwarna merah

karena terisi darah segar, jaringan sisasisa plasenta,

dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi),

b. Lokhea sanguinolenta

Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan berlendir,

serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post

partum

c. Lokhea serosa

Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena

mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi

plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke14.

d. Lokhea alba

Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,

selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati.

Lokhea alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu

post partum. Lokhea yang menetap pada awal periode

post partum menunjukkan adanya tanda-tanda perdarahan

sekunder yang mungkindisebabkan oleh tertinggalnya sisa

atau selaput plasenta. Lokhea alba atau serosa yang


13

berlanjut dapat menandakan adanya endometritis,

terutama bila disertai dengan nyeri pada abdomen dan

demam. Bila terjadi infeksi, akan keluar cairan nanah

berbau busuk yang disebut dengan “lokhea purulenta”.

Pengeluaran lokhea yang tidak lancar disebut “lokhea

statis”.

3. Perubahan vagina dan vulva

Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta

peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi.

Dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua

organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva

dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae

dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali,

sementara labia menjadi lebih menonjol.

4. Perubahan Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur

karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak

maju. Pada post partum hari ke-5, perinium sudah mendapatkan

kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur

daripada keadaan sebelum hamil.

5. Perubahan sistem pencernaan

Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan.

Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat


14

pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon

menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada

waktu persalinan, kurangnya asupan makan, hemoroid dan

kurangnya aktivitas

6. Perubahan Sistem Perkemihan

Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu

akan sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama.

Penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan

edema leher kandung kemih setelah mengalami kompresi

(tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama

persalinan berlangsung. Kadar hormon estrogen yang besifat

menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok.

Keadaan tersebut disebut “diuresis”

7. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Otot-otot uterus berkontraksi segerasetelah partus,

pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot

uterus akan terjepit, sehingga akan menghentikan perdarahan.

Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang

pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut

dan pulih kembali. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8

minggu setelah persalinan

8. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Setelah persalinan, shunt akan hilang tibatiba. Volume


15

darah bertambah, sehingga akan menimbulkan dekompensasi

kordis pada penderita vitum cordia. Hal ini dapat diatasi dengan

mekanisme kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi

sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Pada

umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai kelima

postpartum.

9. Perubahan Tanda-tanda Vital Pada masa nifas, tanda – tanda

vital yang harus dikaji antara lain:

a. Suhu badan Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan

akan naik sedikit (37,50 – 38◦ C) akibat dari kerja keras waktu

melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila dalam

keadaan normal, suhu badan akan menjadi biasa.13Biasanya

pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena ada

pembentukan Air Susu Ibu (ASI). Bila suhu tidak turun,

kemungkinan adanya infeksi pada endometrium.

b. Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit.

Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat.

Denyut nadi yang melebihi 100x/ menit, harus waspada

kemungkinan dehidrasi, infeksi atau perdarahan post partum.

c. Tekanan darah Tekanan darah biasanya tidak berubah.

Kemungkinan tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu

melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi

pada saat post partum menandakan terjadinya preeklampsi


16

post partum.

d. Pernafasan Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan

keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal,

pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada

gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada

masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada

tanda-tanda syok. (Diana Sulis et al ,2019)

2.2 Tinjauan Umum Bendungan ASI

2.2.1 Pengertian Bendungan ASI

Bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan pada

payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga

menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri dan kadang-kadang

disertai dengan kenaikan suhu badan (Saifuddin, 2014). Selama

24 hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi lakteal,

payudara sering mengalami distensi menjadi keras dan berbenjol-

benjol. Keadaan ini yang disebut dengan bendungan air susu atau

caked breast, sering menyebabkan rasa nyeri yang hebat dan bisa

disertai dengan kenaikan suhu. Kelainan tersebut menggambarkan

aliran darah vena normal yang berlebihan dan penggembungan

limfatik dalam payudara, yang merupakan prekusor regular untuk

terjadinya laktasi. Keadaan ini bukan merupakan overdistensi

sistem lakteal oleh air susu (Khaerunnisa, 2021).

Pada permulaan nifas apabila bayi tidak menyusu


17

dengan baik, atau kemudian apabila kelenjar-kelenjar tidak

dikosongkan dengan sempurna, terjadi pembendungan air susu.

Payudara terasa panas serta keras pada perabaan dan nyeri:

suhu badan tidak naik. Puting susu bisa mendatar dan hal ini

menyulitkan bayi untuk menyusu. Kadang-kadang pengeluaran

air susu juga terhalang oleh sebab duktuli menyempit karena

pembesaran vena serta pembuluh limfe (Saifuddin, 2019).

Pembesaran payudara adalah kondisi penuh yang

berlebihan pada payudara. Payudara yang mengalami

pembesaran cenderung panas dan nyeri dengan kulit tegang dan

mengkilat. Pada periode postpartum awal, payudara yang

membesar tidak hanya penuh oleh air susu, payudara juga terdiri

dari darah ekstra dan limfe yang tertarik ke payudara karena

perubahan hormon yang mempresipitasi produksi air susu matur

(Varney, et al. 2019).

Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan

progesteron turun dalam dua sampai tiga hari. Dengan ini faktor

hipotalamus yang menghalangi keluarnya prolaktin waktu hamil

dan sangat dipengaruhi oleh estrogen tidak diproduksi lagi, dan

terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan

alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu, tetapi

juga mengeluarkannya dibutuhkan refleks yang menyebabkan

kontraksi sel-sel mioepitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus


18

kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Refleks ini timbul jika bayi

menyusu (Saifuddin,2019)

Pengetahuan tentang bendungan ASI adalah hasil dari tahu

dan ini terjadi setelah ibu nifas melakukan penginderaan terhadap

suatu objek tertentu (bendungan ASI). Penginderaan terjadi

melalui panca indra manusia yaitu penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba (Notoatmojo, 2018)

2.2.2 Gejala Bendungan ASI

Gejala bendungan air susu adalah

terjadinyapembengkakan payudara dan secara palpasi teraba

keras, kadang terasa nyeri serta seringkali disertai peningkatan

suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat tanda- tanda kemerahan dan

demam (Sarwono, 2018)

2.2.3 Penyebab Bendungan ASI

Penyebab bendungan ASI adalah distensi alveoli yang

menekan duktus susu, mengakibatkan obstruksi pengiriman susu

dari duktus ke bayi. Obstruksi ini menimbulkan distensi lebih

lanjut, dan akhirnya terjadi statis vaskular dan limfatik sekunder.

Teori populer lain menyatakan bahwa peningkatan dalam

sirkulasi darah dan limfe ketika susu pertama kali disintesis

menyebabkan pembengkakan pada areola yang dapat

mempengaruhi cakupan mulut bayi. Hal ini mengakibatkan


19

pengosongan duktus penampung inkomplet, dengan distensi

dan obstruksi lebih lanjut. Peningkatan vaskularitas dapat

berlanjut ke tingkat ketika payudara keseluruhan menjadi padat

dan nyeri tekan (Sarwono, 2018)

Beberapa faktor yang diperkirakan dapat meningkatkan

terjadinya keadaan ini yaitu jadwal menyusui yang dibatasi, dapat

juga karena terjadinya hambatan aliran susu karena tekanan

eksternal seperti pemakaian BH yang tidak menyokong dan

pakaian yang terlalu ketat, tekanan jari-jari ibu saat menyusui,

posisi bayi yang kurang tepat seperti terlalu tinggi atau terlalu

rendah pada lengan ibu.

Bendungan ASI disebabkan oleh pengeluaran air susu

yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu,

produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan

bayi (bonding) kurang baik, dan dapat pula karena adanya

pembatasan waktu menyusui.(Saifuddin dkk, 2019) Teori lain

menyatakan bahwa penyebab bendungan ASI adalah posisi mulut

bayi dan puting ibu salah saat menyusui, produksi ASI berlebihan,

terlambat menyusui, pengeluaran ASI yang jarang, waktu

menyusui yang terbatas

2.2.4 Pencegahan Bendungan ASI

Menurut Maryunani (2021) bendungan ASI dapat dicegah

dengan cara sebagai berikut :


20

1. Perawatan payudara pasca persalinan secara teratur, untuk

menghindari terjadinya statis aliran ASI , perawatan payudara

adalah suatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara agar

air susu keluar dengan lancar. Perawatan payudara dapat

dilakukan dengan pengurutan. Pengurutan sebaiknya dilakukan

setelah melahirkan sebanyak 2 kali sehari.

Langkah-langkah perawatan payudara antara lain :

a. Cuci tangan sebelum massase payudara

b. Mengompres kedua puting susu dengan menggunakan

kapas yang telah dibasahi minyak kelapa / baby oil

c. Tuangkan minyak kelapa / baby oil ke kedua telapak tangan

secukupnya

d. Pengurutan pertama dilakukan dengan menggunakan

telapak tangan, tangan diposisikan di tengah payudara

kemudian dilakukan pengurutan dari arah tengah keatas

kemudian kesamping dan kebawah kemudian sangga

payudara di mana tangan kanan menyangga payudara

kanan dan tangan kiri menyangga payudara kiri kemudian

dilepaskan. Lakukan gerakan ini secara teratur minimal 20-

30 kali

e. Pengurutan kedua dengan menggunakan sisi jari kelingking

dengan sokong payudara kiri dengan tangan kiri gerakan

dimulai dari arah atas kemudian kesamping dan kebawah


21

secara sirkuler atau melingkar dengan tangan kanan.

Lakukan gerakan ini secara teratur minimal 20-30 kali

secara bergantian payudara kanan dan payudara kiri

f. Pengurutan ketiga dengan menggunakan buku jari tangan

dengan sokong payudara kiri dengan tangan kiri gerakan

dimulai dari bagian atas kemudian kesamping kebawah

secara sirkuler atau melingkar dengan tangan kanan.

Lakukan gerakan ini secara terarur minimal 20-30 kali

secara bergantian payudara kanan dan payudara kiri

g. Lakukan penyiraman kedua payudara, mula-mula disiram

dengan air hangat kemudian dilanjutkan air dingin sebanyak

10 kali secara bergantian payudara kanan dan kiri. Setelah

itu keringkan payudara dengan menggunakan handuk

2. Posisi menyusui yang di ubah-ubah

Ada beberapa macam posisi menyusui pada bayi sebagai

berikut : (Sutanto, 2019)

a. Ibu dapat mengambil posisi duduk

Punggung ibu bersandar, kaki dapat diangkat dan

diluruskan kedepan sejajar dengan bokong, atau ke bawah,

tetapi harus di beri penyangga (jangan menggantung). Bayi

tidur di pangkuan ibu dengan dialasi bantal sehingga posisi

perut ibu bersentuhan atau berhadapan dengan perut bayi.

Leher bayi harus dalam posisi tidak terpelintir. Sebaiknya


22

ibu berhati-hati karena pada saat menyusui, bayi tidak

dalam keaadan terlentang atau di bedong

b. Posisi menyusui yang lain adalah ibu tidur miring dengan

bantal agak tinggi dan lengan tangan menopang kepala

bayi. Posisi perut bayi dan perut ibu sama dengan posisi

waktu duduk. Siku bayi harus lurus sejajar dengan telinga

bayi bila ditarik garis lurus

c. Bila mengambil posisi telungkup di atas meja, bayi

ditidurkan di meja dengan kepala bayi mengarah ke

payudara ibu. Posisi ini akan menguntungkan bagi bayi

kembar karena kedua bayi memperoleh kesempatan yang

sama tanpa harus dibedakan

d. Segera setelah persalinan posisi menyusu yang tebaik

untuk bayi adalah ditelungkupkan di perut ibu sehingga

proses penghangatan untuk bayi dan sekaligus bayi dapat

menghisap puting susu.

3. Menggunakan bra yang tepat

Penggunaan bra bukan yang menekan ibu menyusui

sebaiknya menggunakan BH yang sesuai dengan pembesaran

payudara yang sifatnya menyangga payudara dari bawah

suspension bukan menekan dari depan.

4. Melakukan pengosongan payudara


23

Pengosongan payudara perlu dilakukan agar payudara

tidak terasa penuh untuk mengurangi bendungan ASI serta

memperlancar produksi ASI

2.2.5 Penatalaksanaan Bendungan ASI

Petalaksanaan pada bendungan ASI dapat dilakukan hal-hal

sebagai berikut : (Sutanto, 2019)

1. Menyusui bayi secara on demand / tanpa di jadwal sesuai

kebutuhan bayi

2. Mengeluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara

lebih lembek

3. Mengeluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi

melebihi kebutuhan ASI

4. Kompres payudara dengan air hangat dan dingin secara

bergantian

5. Untuk memudahkan bayi menghisap atau menangkap puting

susu berikan kompres hangat sebelum menyusui

6. Untuk mengurangi bendungan di vena dan pembuluh getah

bening dalam payudara lakukan pengurutan payudara /

perawatan payudara

7. Bila perlu memberikan parasetamol 500 mg per oral tiap 4 jam

selain penatalaksanaan di atas ada penatalaksanaan lain jika

ibu mengalami bendungan ASI antara lain menyangga


24

payudara dengan BH yang menyokong dan memberikan

analgetik atau kodein 60 mg per oral.

2.3 Tinjauan Umum tentang Pengetahuan

2.2.1 Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” pengindraan

manusia terhadap suatu obyek tertentu. Proses pengindraan

terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan melalui kulit. Pengetahuan

atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo,

2018)

2.2.2. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2018 )ada beberapa cara untuk

memperoleh pengetahuan, yaitu :

1. Cara Coba-Salah (Trial and Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila

kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan

yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka

dicoba dengan kemungkinan ketiga dan apabila kemungkinan

ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat atau seterusnya


25

sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. Itulah sebabnya

maka cara ini disebut metode trial (coba) and error (gagal atau

salah) atau metode coba salah coba-coba.

2. Cara kekuasaan atau otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali

kebiasaan- kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh

orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan

tersebut baik atau tidak. Kebiasaan- kebiasaan ini biasanya

diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi

berikutnya, dengan kata lain pengetahuan tersebut diperoleh

berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi,

otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli-

ahli ilmu pengetahuan.

Prinsip ini adalah, orang lain menerima pendapat yang

dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa

terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik

berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran

sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima

pendapat tersebut menganggap bahwa yang dikemukannya

ádalah benar.

3. Berdasarkan pengalaman pribadi


26

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi

pepatah, pepatah ini mengandung maksud bahwa

pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau

pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh

pengetahuan.

4. Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara

berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah

mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh

pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh

kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan

pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.

5. Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru dalam memperoleh pengetahuan ini lebih

sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian

ilmiah” atau lebih popular disebut metodologi penelitian

(research methodology).

2.2.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Wawan & Dewi (2019 : 153), beberapa faktor yang

mempengaruhi pengetahuan, yaitu :

1. Faktor internal
27

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan

seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju

kearah cita-cita tertentu yang menetukan manusia untuk

berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai

keselamatan dan kebahagian. Pendidikan dapat

mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku

seseorang akan pola hidup terutama dalam memotifasi

untuk sikap berperan serta dalam pembangunan.

Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang

makin mudah menerima informasi. Pendidikan diperlukan

untuk mendapatkan informasi, misalnya hal-hal yang

menunjang kesehatan sehingga meningkatkan kualitas hidup

khususnya bagi remaja dalam memperoleh informasi tentang

menstruasi. Oleh sebab itu, makin tinggi tingkat pendidikan

seseorang, maka makin mudah menerima informasi dalam

memperoleh informasi mengenai menstruasi sehingga makin

banyak pengetahuan yang dimiliki dan semakin mudah

remaja menerima informasi.

b. Pekerjaan

Pekerjaan dalam arti luas aktifitas utama yang

dilakukan manusia dalam arti sempit istilah pekerjaan

digunakan untuk suatu kerja menghasilkan uang bagi


28

seseorang dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini sering

dianggap sinonim dengan profesi.jadi dapat diartikan sebagai

sesuatu yang dikelurkan oleh seseorang sebagai profesi

sengaja dilakukan untuk mendapatkan penghasilan.

Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita

waktu. Seorang remaja yang dalam masa pendidikannya juga

harus bekerja untuk dapat membiayai studinya sehingga para

remaja mempunyai kesempatan yang lebih kecil untuk

mendapatkan informasi yang bermanfaat bagi derajat

kesehatannya khususnya tentang menstruasi. Hal ini

dikarenakan waktu luang yang ada dimanfaatkan untuk

bekerja dan beristirahat.

c. Umur

Umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak lahir

(Purwadarminta 2019: 138). Semakin cukup umur, tingkat

kemantangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang

dalam berpikir dan bekerja jadi semakin matangnya umur ibu.

Semakin matang pula pemikirannya soal kesehatan

reproduksinya khususnya tentang bendungan ASI

2. Faktor eksternal

a. Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar,

manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi


29

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Lingkungan

bisa membuat pola pikir remaja tentang menstruasi menjadi

sesuatu yang menakutkan, tergantung bagaimana lingkungan

memperlakukan remaja tersebut.

b. Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima kelompok. Begitu

pula tentang menstruasi masih banyak masyarakat yang

menganggap bawah menstruasi itu sesuatu yang tabuh untuk

di bicarakan khususnya pada masyarakat yang adat istiadatnya

masih kental sehingga banyak mitos-mitos yang bermunculan

sehingga remaja merasa cemas ketika menghadapi menstruasi.

c. Perkembangan Pengetahuan

Ilmu pengetahuan manusia mengalami beberapa periode

perkembangan dari waktu ke waktu sepanjang kehidupan

manusia di permukaan bumi ini. Proses yang terjadi mengikuti

kemajuan peradaban manusia dari zaman batu sampai zaman

modern dan sering disebut sebagai “The Ways Of Thinking”.

Proses tahapan yaitu

1) Periode trial and error. Manusia melihat dan mendengar

sesuatu, lalu mulai berfikir dan timbul keinginan untuk

mencoba, tetapi gagal, kemudian mencoba lagi berkali-kali

dan akhirnya berhasil.


30

2) Periode authority and tradition. Semua pemikiran dan

pendapat dijadikan norma-norma dan tradisi yang harus

dilaksanakan oleh setiap orang. Bila seseorang

melanggarnya, akan dikenakan sanksi hukuman, baik moral

maupun fisik.

3) Periode speculation and argumentation. Setiap pemikiran

dan pendapat mulai dibahas kebenarannya melalui

spekulasi dan adu argumentasi.

4) Periode hyphothesis and experimentation. Semua pemikiran

dan pendapat harus dianalisis, diteliti, serta diuji

kebenarannya secara ilmiah

2.2.4 Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang

akan diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman

pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita

sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Nursalam, 2020)

1. Tingkat pengetahuan baik bila skor >75%-100%

2. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 56%-75%

3. Tingkat pengetahuan kurang bila skor <56%

2.4 Tinjauan Tentang Variabel Yang Berhubung Dengan Pengetahua

Tentang Bendungan ASI

2.4.1 Umur Ibu


31

Menurut Elizabeth yang dikutip Nursalam (2020), usia adalah

umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang

tahun. Semakin cukup umur, tingkat kemantangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja jadi

semakin matangnya umur ibu. Semakin matang pula pemikirannya

soal kesehatan reproduksinya khususnya tentang bendungan ASI.

2.4.2 Pendidikan Ibu

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu

yang menetukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan

untuk mencapai keselamatan dan kebahagian. Pendidikan dapat

mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan

pola hidup terutama dalam memotifasi untuk sikap berperan serta

dalam pembangunan

Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin

mudah menerima informasi. Pendidikan diperlukan untuk

mendapatkan informasi, misalnya hal-hal yang menunjang

kesehatan sehingga meningkatkan kualitas hidup. Oleh sebab itu,

makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah

menerima informasi dalam memperoleh informasi mengenai

menstruasi sehingga makin banyak pengetahuan yang dimiliki dan


32

semakin mudah menerima informasi (Notoatmojo, 2018).

2.4.3 Paritas Ibu

Paritas dapat diartikan sebagai banyaknya anak yang dimiliki

oleh seorang ibu. Paritas mempengaruhi pengetahuan ibu terntang

bendungan ASI, Hal ini disebabkan karena jumlah anak yang

dilahirkan dapat berpengaruh dengan pengalaman yang dimiliki ibu

nifas, pengalaman akan mempengaruhi pengetahuan tentang

bendungan ASI.), sesuatu yang pernah dialami seseorang akan

menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal,

seseorang yang telah memiliki pengalaman sebelumnya maka

getahuannya akan lebih baik, jadi pengalaman sseseorang dapat

mencegah halhal yang tidak diinginkan. (Notoatmojo, 2018)

Anda mungkin juga menyukai