Anda di halaman 1dari 15

1

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Masa Nifas
1. Pengertian
Masa nifas atau post partum atau disebut juga masa puerperium merupakan waktu yang
diperlukan untuk memulihkan kembali organ reproduksinya seperti saat sebelum hamil
atau disebut involusi terhitung dari selesai persalinan hingga dalam jangka waktu kurang
lebih 6 Minggu atau 42 hari ( Maritalia, 2017 ).
Sedangkan menurut (Yuliana & Hakim, 2020), Masa nifas (Post Partum) adalah masa di
mulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali semula
seperti sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari. Selama masa
pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan fisik yang
bersifat fisiologis dan banyak memberikan ketidak nyamanan pada awal postpartum,
yang tidak menutup kemungkinan untuk menjadi patologis bila tidak diikuti dengan
perawatan yang baik.

2. Tahapan-tahapan Masa Nifas


Menurut Wulandari (2020) terdapat beberapa tahapan yang terjadi selama masa nifas,
yaitu sebagai berikut :
a. Immediate puerperium, merupakan waktu dari 0-24 jam setelah melahirkan. ibu telah
di perbolehkan berdiri atau jalan-jalan.
b. Early puerperium, merupakan waktu dari 1-7 hari pemulihan setelah melahirkan.
pemulihan menyeluruh yang terjadi pada alat-alat reproduksi berlangsung selama 6-
minggu.
c. Later puerperium, yaitu waktu dari 1-6 minggu setelah melahirkan, inilah merupakan
waktu yang diperlukan oleh ibu untuk pulih dan sehat sempurna. Waktu sehat bisa
bermingguminggu, bulan dan tahun.

3. Perubahan Fisiologis
Pada masa nifas ibu akan mengalami perubahan fisiologis. Perubahan terjadi pada
alat reproduksi, payudara, sistem yang terdapat didalam tubuh seperti sistem
2

kardiovakular, sistem pencernaan, sistem pernapasan, system musculoskeletal, dan


sistem imunologis.

Adapun perubahan- perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu masa nifas
didalam buku keperawatan maternitas, tinjauan Elsevier (edisi 1) yaitu:
a. Uterus
Dalam 1 minggu berat uterus akan menurun menjadi 500 gram, involusi yang terjadi
pada uterus juga akan kembali keukuran sebelum hamil dalam 6 minggu, hal itu
disebabkan karena penurunan hormone estrogen dan progesterone, setiap hari uterus
akan mengalami penurunan sebanyak 1 jari, pada hari ke 9-10 fundus sudah tidak akan
teraba lagi.
b. Serviks
Setelah melahirkan serviks akan mengalami perubahan dimana serviks akan menjadi
lebih lembut, memar, hingga berpotensi mengalami infeksi. Serviks akan menutup
secara bertahap, pada hari ke 2-3 post partum serviks akan turun sebanyak 2-3 cm,
sedangkan setiap minggunya serviks akan turun sebanyak 1cm. kemudian pada hari ke
2-3 serviks akan memendek dan menjadi lebih kencang, sebagian besar perubahan yang
terjadi di serviks akan teratasi pada 6 minggu setelah postpartum.
c. Vagina dan perineum
Awalnya vagina akan mengalami memar dan edema, namun dalam 3 minggu akan
kembali seperti sebelum hamil ( rugae kembali tetapi tidak menonjol) dan akan terjadi
perbaikan jaringan lunak, vagina juga akan mengalami penebalan mukosa dengan
kembalinya fungsi ovarium.
Perineum juga akan mengalami edema dan terlihat kebiruan setelah melahirkan.
d. Payudara (mamae)
Payudara akan mengalami pembengkakan sementara pada hari ketiga, hal itu disebabkan
karena adanya vasodilatasi sebelum menyusui. Pembengkakan tersebut akan teratasi
dalam 24-48 jam.
e. Tanda- tanda vital
1) Suhu tubuh
3

Setelah proses persalinan selesai suhu tubuh dapat meningkat, namun suhu tubuh tidak
akan lebih dari 38⁰ celcius. Namun
2) Nadi
Setelah proses persalinan selesai hingga 30-60 menit nadi akan menjadi naik, kemudian
nadi akan turun kembali sebagai akibat penurunan upaya jantung dan turunnya volume
darah. Nadi dapat turun hingga 40-60 kali permenit.
3) Tekanan darah
Setelah persalinan selama 4 hari tekanan darah akan sedikit meningkat, lalu akan
kembali normal dalam beberapa minggu sampai bulan.
f. Sistem Pernafasan
Pernapasan akan lebih mudah ( penurunan tekanan intra abdomen ), tetapi akan
menghilang/ menurun selama proses persalinan dan pada periode postpartum.
g. Sistem peredaran darah (Kardiovaskuler)
Setelah ppstpartum volume darah akan mengalamin perubahan secara cepat, plasma
darah akan turun hingga 1 liter, namun akan kembali lagi setelah 3 hari. Volume darah
akan kembali ke kondisi sebelum hamil dalam 3 minggu.
h. Sistem pencernaan
Setelah postpartum ibu akan mengalami rasa lapar dan haus akibat kehilangan cairan,
ptotein dan kalori selama periode persalinan. Beberapa hari kemudian akan mengalami
konstipasi dan distensi abdomen akibat menurunnya perstaltik usus, otot perut
meregang, asupan nutrisi berkurang selama proses persalinan.
i. Sistem integumen
Selama kehamilan ibu akan mengalami perubahan kulit yang terjadi pada wajah, leher,
mamae, dinding perut dan beberapa lipatan, akan menghilang selama masa nifas karena
pengaruh hormon.
j. Sistem musculoskeletal
Pada ibu postpartum akan membutuhkan ambulasi. Ambulasi akan membantu kekuatan
otot perut.
k. Sistem Imunologis
Selama kehamilan terjadi penekanan imunitas ringan, namun setelah postpartum akan
kembali seperti kondisi sebelum hamil.
4

4. Perubahan Psikologis
Menurut Maritalia (2012), terdapat beberapa perubahan psikologis yang terjadi pada ibu
masa nifas yaitu:
a. Adaptasi psikologis ibu dalam masa nifas
Perubahan hormonal yang sangat cepat setelah proses melahirkan juga ikut
mempengaruhi keadaan emosi dan proses adaptasi ibu pada masa nifas. Menurut Dewi
(2012), terdapat fase- fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain adalah
sebagai berikut:

1) Fase taking in
Fase taking in merupakan fase ketergantungan, fase ini berlangsung dari hari pertama
sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini ibu hanya terfokus pada dirinya
sendiri sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan yang
dialami ibu lebih disebabkan karena proses persalinan yang baru saja dilaluinya.
2) Fase taking hold
Fase taking hold merupakan fase yang berlangsung antara 3- 10 hari setelah melahirkan.
Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam
perawatan bayinya. Perasaan ibu menjadi lebih sensitif sehingga mudah tersinggung.
3) Fase letting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab peran barunya sebagai seorang ibu.
Fase ini berlangsung selama 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya dan siap menjadi pelindung bagi
bayinya. Perawatan ibu terhadap diri dan bayinya semakin meningkat.

b. Postpartum blues (Baby blues)


Postpartum blues merupakan perasaan sedih yang dialami oleh seorang ibu berkaitan
dengan bayinya. Fase ini biasanya muncul sekitar 2 hari sampai 2 minggu sejak
kelahiran bayi. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan perasaan yang dialami ibu saat
hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya.
5

c. Depresi postpartum
Seorang ibu primipara lebih beresiko mengalami kesedihan atau kemurungan
postpartum karena ia belum mempunya pengalaman dalam merawat dan menyusui
bayinya. Kesedihan atau kemurungan yang terjadi pada awal masa nifas merupakan hal
yang umum dan akan hilang sendiri dalam dua minggu sesudah melahirkan setelah ibu
melewati proses adaptasi.

d. Respon antara ibu dan bayi setelah persalinan


Menurut Maritalia (2012), ada beberapa respon antara ibu dan bayi setelah persalinan
antara lain:
1) Touch (Sentuhan)
Sentuhan yang dilakukan ibu pada bayinya seperti membelai- belai kepala bayi
dengan lembut, mencium bayi, menyentuh wajah dan ektremitas, memeluk dan
menggendong bayi, dapat membuat bayi merasa aman dan nyaman.
2) Eye to eye contact (Kontak mata)
Kontak mata mempunya efek yang erat terhadap perkembangan dimulainya
hubungan dan rasa percaya sebagai faktor yang penting sebagai hubungan antar manusia
pada umumnya. Bayi baru lahir dapat memusatkan perhatian pada suatu obyek, satu jam
setelah kelahiran pada jarak sekitar 20- 25 cm, dan dapat memusatkan pandangan sebaik
orang dewasa pada usia sekita 4 bulan. Kontak mata antara ibu dan bayinya harus
dilakukan sesegera mungkin setelah bayi lahir.
3) Odor (Bau badan)
Pada akhir minggu pertama kehidupannya seorang bayi dapat mengenali ibunya
dari bau badan dan air susu ibunya. Indra penciuman bayi akan terus terasah jika seorang
ibu dapat terus memberikan ASI pada bayinya.
4) Body warm (Kehangatan tubuh)
Bayi baru lahir sangat mudah mengalami hypothermi karena tidak ada lagi air
ketuban yang melindungi dari perubahan suhu yang terjadi secara ekstrim di luar uterus.
Jika tidak ada komplikasi yang serius pada ibu dan bayi selama persalinan, bayi dapat
diletakkan di atas perut ibu segera setelah dilakukan pemotongan tali pusat.
5) Voice (Suara)
6

Sejak dilahirkan, bayi dapat mendengar suara- suara dan membedakan nada,
meskipun suara- suara terhalang selama beberapa hari oleh cairan amnion dari rahim
yang melekat pada telinga.
6) Entrainment (Gaya Bahasa)
Bayi baru lahir mulai membedakan dan menemukan perubahan struktur bicara dan
bahasa dari orang- orang yang berada disekitarnya. Perubahan nada suara ibu ketika
berkomunikasi dengan bayinya seperti bercerita, mengajak bercanda atau sering
memarahi bayi, secara perlahan mulai dapat dipahami dan dipelajari bayi.
7) Biorhythmic (Irama kehidupan)
Selama lebih kurang 40 minggu di dalam rahim, janin terbiasa mendengar suara
detak jantung ibu. Dari suara detak jantung tersebut, janin mencoba mengenali
biorhythmic ibunya dan menyesuaikan dengan irama dirinya sendiri. Setelah lahir, suara
detak jantung ibu masih akan berpengaruh terhadap bayi.

B. ASI
1. Pengertian ASI
ASI (Air Susu Ibu) adalah sumber asupan nutrisi bagi bayi baru lahir, yang mana sifat
ASI (Air Susu Ibu) bersifat eksklusif sebab pemberiannya berlaku pada bayi berusia 0
bulan sampai 6 bulan. Dalam fase ini pemberian dan kualitas ASI harus diperhatikan
dengan benar, supaya tidak mengganggu tahap perkembangan si kecil selama enam
bulan pertama semenjak hari pertama lahir (HPL), mengingat periode tersebut
merusakan masa periode emas perkembangan anak sampai menginjak usia 2 tahun
( Kemenkes RI, 2018).
2. Manfaat ASI
Ada beberapa manfaat ASI Eksklusif untuk bayi 0-6 bulan pertama, sebagai berikut :
 Mencegah Terserang Penyakit

ASI eksklusif u mempunyai peranan penting, yaitu untuk meningkatkan


ketahanan tubuh bayi. Karena dengan melakukan pemberian ASI dapat
mencegah bayi terserang berbagai penyakit yang bisa mengancam kesehatan
bayi.
7

 Membantu Perkembangan Otak dan Fisik Bayi

Manfaat ASI eksklusif paling penting ialah bisa menunjang sekaligus membantu
proses perkembangan otak dan fisik bayi. Hal tersebut dikarenakan, di usia 0
sampai 6 bulan seorang baui tentu saja sama sekali belum diizinkan
mengonsumsi nutrisi apapun selain ASI. Oleh karenanya, selama enam bulan
berturut-turut, ASI yang diberikan pada sang buah hati tentu saja memberikan
dampak yang besar pada pertumbuhan otak dan fisik bayi selama ke depannya.

C. Asuhan Keperawatan Teoritis


1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien menurut Lyer et al (1996, dalam Setiadi, 2012).

a. Identitas Pada pengkajian identitas pasien berisi tentang: Nama, Umur, Pendidikan,
Suku, Agama, Alamat, No. Rekam Medis, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan,
Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.

b. Riwayat Kesehatan Pasien


1) Keluhan utama Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan
masa nifas, seperti pasien tidak bisa menyusui bayinya, pasien merasa mules, sakit pada
jalan lahir karena adanya jahitan perineum.

2) Riwayat kesehatan masa lalu Untuk mengetahui tentang pengalaman perawatan


kesehatan pasien mencakup riwayat penyakit yang pernah dialami pasien, riwayat rawat
inap atau rawat jalan, riwayat alergi obat, kebiasaan, dan gaya pola hidup.

3) Riwayat kesehatan keluarga Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan


adanya riwayat penyakit akut atau kronis, seperti: penyakit jantung, DM, Hipertensi, dan
Asma yang dapat mempengaruhi masa nifas.

c. Riwayat perkawinan
8

Pada riwayat perkawinan yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah
syah atau tidak karena bila melahirkan tanpa status akan berkaitan dengan psikologis ibu
sehingga dapat mempengaruhi proses nifas.

d. Riwayat obstetrik
1) Riwayat menstruasi : umur menarche, siklus menstruasi, lamanya, banyak ataupun
karakteristik darah yang keluar, keluhan yang dirasakan saat menstruasi, dan mengetahui
Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT).
2) Riwayat pernikahan : jumlah pernikahan dan lamanya pernikahan.
3) Riwayat kelahiran, persalinan, dan nifas yang lalu : riwayat kehamilan sebelumnya
(umur kehamilan dan faktor penyulit), riwayat persalinan sebelumnya (jenis, penolong,
dan penyulit), komplikasi nifas (laserasi, infeksi, dan perdarahan), serta jumlah anak
yang dimiliki.
4) Riwayat keluarga berencana : jenis akseptor KB dan lamanya menggunakan KB

e. Pola kebutuhan dasar (Bio-Psiko-Sosial-Kultural-Spiritual)


1) Pola manajemen kesehatan dan persepsi : persepsi sehat dan sakit bagi pasien,
pengetahuan status kesehatan pasien saat ini, perlindungan terhadap kesehatan
(kunjungan ke pusat pelayanan kesehatan, manajemen stres), pemeriksaan diri sendiri
(riwayat medis keluarga, pengobatan yang sudah dilakukan), perilaku untuk mengatasi
masalah kesehatan.

2) Pola nutrisi-metabolik : menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,


banyaknya, jenis makanan, serta makanan pantangan. Pola nutrisi- 22 metabolik juga
dapat berpengaruh pada produksi ASI, jika nutrisi Ibu kurang maka akan berpengaruh
pada banyak sedikitnya ASI yang akan keluar.

3) Pola eliminasi : menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar,
meliputi frekuensi, konsistensi, dan bau, serta kebiasaan buang air kecil meliputi,
frekuensi, warna, dan jumlah.
9

4) Pola aktivitas-latihan : menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola ini
yang perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin
dapat mempercepat proses pengembalian alat-alat reproduksi. Apakah ibu melakukan
ambulasi seperti misalnya, seberapa sering, apakah ada kesulitan, dengan bantuan atau
sendiri.

5) Pola istirahat-tidur : menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien
tidur, kebiasaan tidur siang, serta penggunaan waktu luang seperti pada saat menidurkan
bayi, ibu juga harus ikut tidur sehingga istirahat-tidur terpenuhi. Istirahat yang cukup
dapat memperlancar pengeluaran ASI.

6) Pola persepsi-kognitif : menggambarkan tentang pengindraan (pengelihatan,


pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba). Biasanya ibu yang tidak mampu untuk
menyusui bayi akan menghadapi kecemasan tingkat sedang-panik dan akan mengalami
penyempitan persepsi yang dapat mengurangi fungsi kerja dari indra. Begitupun
sebaliknya, jika ibu cemas tingkat sedang-panik juga dapat mempengaruhi proses
menyusui bayinya.

7) Pola konsep diri-persepsi diri : menggambarkan tentang keadaan sosial (pekerjaan, situasi
keluarga, kelompok sosial), identitas personal (kelebihan dan kelemahan diri), keadaan
fisik (bagian tubuh yang disukai dan tidak), harga diri 23 (perasaan mengenai diri
sendiri), riwayat yang berhubungan dengan masalah fisik atau psikologis pasien.

8) Pola hubungan-peran : menggambarkan peran pasien terhadap keluarga, kepuasan atau


ketidakpuasan menjalankan peran, struktur dan dukungan keluarga, proses pengambilan
keputusan, hubungan dengan orang lain.

9) Pola seksual-reproduksi : masalah pada seksual-reproduksi, menstruasi, jumlah anak,


pengetahuan yang berhubungan dengan kebersihan reproduksi.
10

10) Pola toleransi stress-koping : menggambarkan tentang penyebab, tingkat, respon stress,
strategi koping yang biasa dilakukan untuk mengatasi stress.

11) Pola keyakinan-nilai : menggambarjan tentang latar belakang budaya, tujuan hidupp
pasien, keyakinan yang dianut, serta adat budaya yang berkaitan dengan kesehatan

f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : tingkat kesadaran, jumlah GCS, tanda-tanda vital (tekanan darah,
frekuensi nadi, frekuensi pernafasan, suhu tubuh), berat badan, tinggi badan, dan lingkar
lengan atas (LILA).

2) Pemeriksaan Head to Toe


a) Kepala : amati wajah pasien (pucat atau tidak), adanya kloasma.
b) Mata : sclera (putih atau kuning), konjungtiva (anemis atau tidak anemis).
c) Leher : adanya pembesaran kelenjar tiroid atau tidak, adanya pembengkakan kelenjar
limpha atau tidak.
d) Dada : payudara (warna areola (menggelap atau tidak)), putting (menonjol atau tidak),
pengeluaran ASI (lancar atau tidak), pergerakan dada (simetris atau 24 asimetris), ada
atau tidaknya penggunaan otot bantu pernafasan, auskultasi bunyi pernafasan (vesikuler
atau adanya bunyi nafas abnormal).
e) Abdomen : adanya linea atau striae, keadaan uterus (normal atau abnormal), kandung
kemih (bisa buang air kecil atau tidak).
f) Genetalia : kaji kebersihan genetalia, lochea (normal atau abnormal), adanya hemoroid
atau tidak.
g) Ekstremitas : adanya oedema, varises, CRT, dan refleks patella.

g. Data penunjang 1) Darah : pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit 12-24 jam post partum
(jika Hb < 10 % dibutuhkan suplemen FE ), eritrosit, leukosit, dan trombosit.

2. Diagnosa Keperawatan
11

Menurut PPNI (2016) dalam buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Diagnosa
keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman atau respon individu,
keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan, pada risiko masalah kesehatan atau
pada proses kehidupan. Pada ibu masa nifas yang sulit dalam meningkatkan ASI, dapat
diangkat diagnosa keperawatan meliputi:
a. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai ASI.
b. Ketidaknyamanan pasca post partum berhubungan dengan pembengakakan
payudara dimana alveoli mulai terisi ASI
c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.

3. Perencanaan Keperawatan
Menurut PPNI (2018) dalam buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia dan
Standar Luaran Keperawatan Indonesia, perencanaan keperawatan pada anak dengan
Asma yang mengalami kecemasan akibat dampak hospitalisasi sebagai berikut :
a. Menyusui tidak efektf berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai ASI
1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maka status
menyusui membaik.
2) Kriteria Hasil (KH/SL) :
- Perlekatan bayi pada payudara ibu meningkat (5).
- Kemampuan ibu memposisikan bayi dengan benar meningkat (5).
- Berat badan bayi meningkat (5).
- Tetesan/pancaran ASI meningkat (5).
- Suplai ASI adekuat meningkat (5).
- Putting tidak lecet setelah 2 minggu melahirkan meningkat (5).
- Lecet pada putting menurun (5).
- Hisapan bayi meningkat (5).
3) Intervensi keperawatan : Edukasi Menyusui
a) Observasi :
(1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi.
(2) Identifikasi tujuan atau keinginan menyusui
12

b) Terapeutik :
(1) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan.
(2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
(3) Berikan kesempatan untuk bertanya
(4) Dukung ibu meningkatkan kepercayaan diri dalam menyusui
(5) Libatkan system pendukung : suami, keluarga, tenaga kesehatan dan masyarakat.
c) Edukasi :
(1) Berikan konseling menyusui.
(2) Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi.
(3) Ajarkan 4 (empat ) posisi menyusui dan perlekatan (lacth on) dengan benar.
(4) Ajarkan perawatan payudara postpartum ( mis. memerah ASI )

b. Ketidaknyamanan pasca post partum berhubungan dengan pembengakakan payudara


dimana alveoli mulai terisi ASI
1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maka status
menyusui membaik.
2) Kriteria Hasil (KH/SL) :
- Perlekatan bayi pada payudara ibu meningkat (5).
- Kemampuan ibu memposisikan bayi dengan benar meningkat (5).
- Berat badan bayi meningkat (5).
- Tetesan/pancaran ASI meningkat (5).
- Suplai ASI adekuat meningkat (5).
- Putting tidak lecet setelah 2 minggu melahirkan meningkat (5).
- Lecet pada putting menurun (5).
- Hisapan bayi meningkat (5).
3) Intervensi keperawatan : Edukasi Menyusui
a) Observasi :
(1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi.
(2) Identifikasi tujuan atau keinginan menyusui
13

b) Terapeutik :
(1) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan.
(2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
(3) Berikan kesempatan untuk bertanya
(4) Dukung ibu meningkatkan kepercayaan diri dalam menyusui
(5) Libatkan system pendukung : suami, keluarga, tenaga kesehatan dan masyarakat.
c) Edukasi :
(1) Berikan konseling menyusui.
(2) Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi.
(3) Ajarkan 4 (empat ) posisi menyusui dan perlekatan (lacth on) dengan benar.
(4) Ajarkan perawatan payudara postpartum ( mis. memerah ASI )

c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.


1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maka tingkat
pengetahuan meningkat.
2) Kriteria Hasil (KH/SL) :
- Perilaku sesuai anjuran meningkat (5).
- Verbalisasi minat dalam belajar meningkat (5).
- Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik meningkat (5).
- Kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya yang sesuai dengan topik
meningkat (5).
- Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat (5).
- Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun (5).
3) Intervensi keperawatan : Edukasi Nutrisi Bayi
a) Observasi :
(1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan ibu atau pengasuh menerima informasi.
(2) Identifikasi kemampuan ibu atau pengasuh menyediakan nutrisi
b) Terapeutik :
(1) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
(2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
(3) Berikan kesempatan kepada ibu atau pengasuh untuk bertanya
c) Edukasi :
(1) Jelaskan tanda-tanda awal rasa lapar (mis. bayi gelisah, membuka mulut atau
menggeleng-gelengkan kepala, menghisap jari atau tangan )
(2) Ajarkan cara mengatur frekeunsi makan sesuai usia bayi
14

(3) Anjurkan tetap memberikan ASI saat bayi sakit

D. Konsep Intervensi
1. Pengertian
Jantung pisang berukuran sekitar 25-40 cm dengan ukuran lilit tengah jantung sekitar
12-25 cm. Struktur jantung pisang tersusun atas banyak lapisan kulit ari dari yang paling
gelap yaitu coklat-ungu kemerahan pada bagian luar hingga warna putih susu pada
bagian dalam. Terdapat susunan bunga berbentuk jejari diantara kulit ari yang
terbungkus oleh seludang. Jantung pisang juga mempunyai cairan berwarna jernih dan
akan menjadi pudar warnanya apabila terkena udara dari lingkungan sekitarnya
(Novitasari dkk, 2013).

2. Manfaat pemberian ASI


Jantung pisang merupakan jenis tanaman yang mengandung laktagogum memiliki
potensi dalam menstimulasi hormon oksitosin dan prolaktin seperti alkaloid, polifenol,
steroid, flavonoid dan substansi lainnya paling efektif dalam meningkatkan dan
memperlancar produksi ASI. Reflek prolaktin secara hormonal untuk memproduksi ASI,
sewaktu bayi menghisap putting payudara ibu, maka akan terjadi rangsangan
neurohormonal pada putting susu dan areola ibu. Rangsangan ini akan diteruskan ke
hipofisis melalui nervos vagus, kemudian ke lobus anterio. Dari lobus ini akan
mengeluarkan hormon prolaktin dan masuk ke peredaran darah dan sampai pada
kelenjar-kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan ASI
(Wahyuni, 2012).
15

3. Mekanisme
Dengan melakukan penerapan selama satu minggu, yaitu dengan cara mengkonsumsi
jantung pisang yang diolah, baik di olah menjadi tumisan, sayur bening, maupun
dijadikan lalapan biasa.

4. Prosedur
Intervensi : Mengkonsumsi Jantung Pisang (jantung pisang disajikan dalam bentuk sayur
bening)
Tujuan : untuk meningkatkan produksi ASI
Persiapan Alat : Jantung pisang, panci, air 400 ml, kompor.
Pelaksanaan : Siapkan jantung pisang yang beli di pasar atau supermarket, Kupas
kulit jantung pisang yang berwarna merah tua hingga 4 lapis atau hingga lapisannya
berwarna pink atau putih. Kulit jantung pisang yang berwarna merah tua
memiliki banyak getah yang menempel sehingga harus dibuang, Potong jantung
pisang menjadi 2 atau 4 bagian, Didihkan air lalu masukkan jantung pisang dan
tambahkan sedikit garam, kemudian masak selama 10 menit. Pastikan air sudah
mendidih. Jika air yang digunakan untuk merebus belum mendidih, jantung pisang
akan berubah jadi kehitaman. Rebus hingga setengah matang atau sampai jantung
pisang mudah ditusuk dengan garpu. Angkat lalu sisihkan.Peras jantung pisang agar
air yang mengandung getah dapat terbuang. Tiriskan kemudian potongpotong sesuai
selera. Didihkan air 400 ml masukkan potongan jantung pisang, jika sudah 5 detik
matikan api dan beri penyedap sesuai selera.

5. Hasil
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 20 ibu masa nifas menunjukkan bahwa ada
pengaruh peningkatan produksi ASI pada ibu nifas setelah mengkonsumsi jantung
pisang, dan semua ibu yang memberikan ASI kepada bayi nya menjadi lancar (100%).

Anda mungkin juga menyukai