Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nifas

2.1.1 Pengertian Masa Nifas

Menurut kemenkes RI (2018) masa nifas merupakan masa yang

dimulai setelah persainan selesai berakhir ketika alat-alat kandungan

kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama 6

minggu.

Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya

plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pasca

persalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan

ibu dan bayi yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini, pengobatan

komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan

pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan dan nutrisi bagi

ibu (Saifuddin, 2014)

Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai

sampai alat – alat reproduksi kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas

yaitu 6-8 minggu. Masa nifas ini dimulai sejak 1 jam setelah lahirmya

plasenta sampai dengan 6 minggu setelah itu. (Khumaira, M. 2012. h.307).

Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalinan

selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Selama masa nifas organ reproduksi

secara perlahan akan mengalami perubahan seperti keadaan sebelum

hamil. Perubahan organ reproduksi ini disebut involus (Maritalia, 2012).

1
Masa nifas (puerperium) dimaknai sebagai periode pemulihan segera

dimulai setelah kelahiran bayi dan plasentaserta mencerminkan keadaan

fisiologi ibu terutama ketika sistem reproduksi kembali seperti mendekati

keadaan sebelum hamil (Yeffy, 2015). Masa nifas merupakan masa

penting bagi ibu maupun bayi baru lahir karena dalam masa ini perubahan

besar terjadi dari sisi perubahan fisik, emosi dan kondisi psikologis ibu.

2.1.2 Tahapan Masa Nifas

Menurut Sri Astuti ( 2015 ) periode masa nifas dibagi menjadi 3 tahap :

1. Puerperium Dini ( Immediate Postpartum) Puerperium Dini : 0 – 24

postpartum.

Yaitu masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.

Perdarahan merupakan masalah terbanyak pada masa ini. kepulihan

dimana ibu diperbolehkan bediri dan berjalan, serta menjalankan

aktifitas layaknya wanita normal lainnya. Dalam agama islam

dianggap telah bersih dan nolah bekerja setelah 40 hari.

2. Puerperium Intermediate ( Early Postpartum ) : 1- 7 hari Postpartum.

Yaitu masa dimana involusi uterus harus dipastikan dalam keadaan

normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak

demam, ibu cukup mendapat nutrisi dan cairan, ibu dapat menyusui

dengan baik. Kepulihan menyeluruh alat – alat genitalia yang lamanya

sekitar 6 minggu.

3. Puerperium Remote ( Late Postpartum) : 1 – 6 minggu postpartum.

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama

apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.masa


dimana perawatan dan pemeriksaan kondisi sehari – hari serta

konseling KB. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu –

minggu, bulanan atau tahun.

2.1.3 Perubahan – Perubahan Yang Terjadi Selama Masa Nifas

Icesmi Sukarni (2013), mengatakan perubahan – perubahan pada masa

nifas sebagai berikut :

a. Involusi uterus

Involusi uterus atau prnggaturan uterus merupakan suatu proses

dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya

60 gram. Involusi uterus dapat juga dikatakan sebagai proses

kembalinya uterus pada keadaan semula atau keadaan sebelum hamil.

b. Involusi tempat plasenta

Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan

permukaan kasar, tidak rata dan kira – kira sebesar telapak tangan.

Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya

sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm.

c. Perubahan ligament

Ligament-ligament dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang

sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur

menciut Kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum

rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi

retroflexi. Tidak jarang pula Wanita menggeluh “kandungannya

turun“ setelah melahirkan oleh karna ligament, fasia, jaringan

penunjang alat genetalia menjadi agak kendor.


d. Perubahan pada serviks

Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks post-partum adalah

bentuk serviks yang akan menganga seperti corong. Bentuk ini

disebkan oleh korpus uteri yang dapat menggadakan kontraksi,

sedangkan serviks tidk berkontraksi, sehingga seolah olah pada

perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam

cincin.warna serviks sedndiri merah kehitam-hitaman karna penuh

pembuluh darah.

e. Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan

mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme

berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina

normal.

a) 1-4 hari : lochea rubra berwarna kemerahan

b) 4-7 hari : lochea sanguinolenta putih bercampur merah

c) 7-14 hari : lochea serosa berwarna kekuningan/kecoklatan

d) >14 hari : lochea alba berwarna putih

2.1.4 Tujuan Asuhan Masa Nifas

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.

2. Mendeteksi masalah secara komprehensif (deteksi dini), merujuk bila

mencegah terjadinya komplikasi yang mungkin timbul.

3. Merujuk bila terjadi komplikasi ibu maupun bayi


4. Memberi pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri

sendiri, nutrisi, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi pada

bayi, perawatan tali pusat dan perawatan sehari-hari.

5. Memberikan pelayanan keluarga berencana

(PP IBI, 2016).

2.1.5 Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa Nifas

1. Tanda –Tanda Bahaya Masa Nifas (Post Partum).

a. Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba 500

ml atau lebih (melebihi haid biasa atau jika perdarahan tersebut

membasahi lebih dari 2 pembalut saniter dalam waktu setengah

jam)

b. Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk yang keras.

c. Rasa nyeri di perut bagian bawah atau punggung Sakit Kepala yang

terus menerus. nyeri epigastrium, atau, masalah penglihatan.

d. Pembengkakan pada wajah dan tangan Deman muntah, rasa sakit

sewaktu buang air seni, atau merasa tidak enak badan Payudara

yang memerah panas dan / atau sakit.

e. Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan Rasa

sakit.

warna merah, kelembutan dan/atau pembengkakan pada kaki.

f. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengurus diri-sendiri atau

bayi.

g. Merasa sangat letih atau bernafas terengah-engah

(Wilujeng & Hartati, 2018).


2. Infeksi Masa Nifas.

Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-

alat genitalia dalam masa nifas. Infeksi setelah persalinan disebabkan

oleh bakteri atau kuman. Infeksi masa nifas ini menjadi penyebab

tertinggi angka kematian ibu (AKI) (Anik Maryunani, 2017).

Demam dalam nifas sebagian besar disebabkan oleh infeksi nifas.

Oleh karena itu, demam menjadi gejala yang penting untuk

diwaspadai apabila terjadi pada ibu postpartum. Demam pada masa

nifas sering disebut morbiditas nifas dan merupakan indeks kejadian

infeksi nifas. Morbiditas nifas ini ditandai dengan suhu 38'C atau lebih

yang terjadi selama 2 hari berturut-turut. Kenaikan suhu ini terjadi

sesudah 24 jam postpartum dalam 10 hari pertama masa nifas.

Gambaran klinis infeksi nifas dapat berbentuk:

1) Infeksi Lokal

Pembengkakan luka episiotomi, terjadi penanahan, perubahan warna

kulit, pengeluaran lokhea bercampur nanah, mobilitasi terbatas karena

rasa nyeri, temperatur badan dapat meningkat.

2) Infeksi Umum

Tampak sakit dan lemah, temperatur meningkat, tekanan darah

menurun dan nadi meningkat, pernapasan dapat meningkat dan terasa

sesak, kesadaran gelisah sampai menurundan koma, terjadi gangguan

involusi uterus, lokhea berbau dan bernanah kotor.


2.1.6 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

a. Nutrisi dan Cairan

Masalah nutrisi perlu mendapat perhatian karena dengan nutrisi yang

baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi

susunan air susu. Kebutuhan gizi ibu saat menyusui adalah sebagai

berikut:

1) Konsumsi tambahan kalori 500 kalori tiap hari

2) Diet berimbang protein, mineral dan vitamin

3) Minum sedikitnya 2 liter tiap hari (+8 gelas)

4) Fe/tablet tambah darah sampai 40 hari pasca persalinan

5) Kapsul Vit. A 200.000 unit

b. Ambulasi

Ambulasi dini (early ambulation) adalah kebijaksanaan agar

secepatnya tenaga kesehatan membimbing ibu post partum bangun

dari tempat tidur membimbing secepat mungkin untuk berjalan. Ibu

post partum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24 -

48 jam postpartum. Hal ini dilakukan bertahap. Ambulasi dini tidak

dibenarkan pada ibu post partum dengan penyulit misalnya anemia,

penyakit jantung penyakit paru-paru, demam dan sebagainya.

Keuntungan dari ambulasi dini:

1) Ibu merasa lebih sehat

2) Fungsi usus dan kandung kemih lebih baik.

3) Memungkinkan kita mengajarkan ibu untuk merawat bayinya.


4) Tidak ada pengaruh buruk terhadap proses pasca persalinan, tidak

memengaruhi penyembuhan luka, tidak menyebabkan perdarahan,

tidak memperbesar kemungkinan prolapsus atau retrotexto uteri

c. Eliminasi

Setelah 6 jam post partum diharapkan. ibu dapat berkemih, jika

kandung kemih penuh atau lebih dari 8 jam belum berkemih

disarankan melakukan kateterisasi. Hal-hal yang menyebabkan

kesulitan berkemih (predlo urine) pada post partum:

1) Berkurangnya tekanan intra abdominal.

2) Otot-otot perut masih lemah.

3) Edema dan uretra

4) Dinding kandung kemih kurang sensitif

5) Ibu post partum diharapkan bisa defekasi atau buang air besar

setelah hari kedua post partum jika hari ketiga belum delekasi bisa

diberi obat pencahar oral atau rektal.

d. Kebersihan diri

Pada masa postpartum seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi.

Oleh karena itu kebersihan tubuh pakaian, tempat tidur, dan

lingkungan sangat penting untuk tetap terjaga. Langkah langkah yang

dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh terutama perineum

2) Mengajarkan ibu cara memberikan alat kelamin dengan sabun dan

air dari depan ke belakang

3) Sarankan ibu ganti pembalut setidaknya dua kali sehari


4) Membersihkan tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah

membersihkan alat kelamin

5) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi luka jahit pada

alat kelamin, menyarankan untuk tidak menyentuh daerah tersebut

(Elisabeth Siwi Walyani, 2017).

2.2. Gizi

2.2.1. Definisi Gizi

Istilah gizi berasal dari bahasa Arab giza yang berarti zat makanan,

dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah nutrition yang berarti bahan

makanan atau zat gizi atau sering diartikan sebagai ilmu gizi. Pengertian

lebih luas bahwa gizi diartikan sebagai proses organisme menggunakan

makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan,

penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat

gizi untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal

organ tubuh serta untuk menghasilkan energi ( I Dewa Nyoman Suparisa

dkk, 2019 ).

Gizi ibu nifas adalah berbagai zat gizi dalam jumlah tertentu yang

dibutuhkan oleh ibu nifas yang sedang dalam masa nifas. Pentingnya

asupan gizi pada ibu nifas yaitu untuk memulihkan kondisi ibu pasca

persalinan. Selama minggu ke -2 pertama setelah kelahiran, pedoman

nutrisi berfokus pada penyembuhan fisik dan stabilitas setelah kelahiran

serta persiapan laktasi.ibu nifas secara umum membutuhkan nutrisi

tambahan. Adapun kalori harian yang dibutuhkan ibu nifas sedikitnya

1800 Kkal. Selama masa laktasi, ibu memerlukan 500 Kkal diatas asupan
sebelum hamil. Selama seminggu pertama pasca pospartum, ibu

dianjurkan untuk minum 3000 ml per 24 jam.

2.2.2 Kebutuhan Gizi Ibu Nifas

Ibu nifas memerlukan nutrisi dan cairan untuk pemulihan kondisi

kesehatan setelah melahirkan, cadangan tenaga serta untuk memenuhi

produksi air susu. Ibu nifas dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan akan

gizi sebagai berikut :

1. Mengkonsumsi makanan tambahan, kurang lebih 500 kalori tiap hari

2. Makanan dengan diet gizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan

karbihidrat, protein, lemak, Vitamin Dan mineral

3. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari

4. Mengkonsumsi tablet besi selama 40 hari post partum

5. Mengkonsumsi Vitamin A 200.000 intra unit

Menurut Marni (2013), zat-zat yang dibutuhkan ibu nifas antara lain :

1. Kalori. Dibutuhkan sebesar 700 kkal/hari (6 bulan pertama

menyusui). Enam bulan kedua dibutuhkan sekitar rata-rata 500

kkal/hari dan pada tahun ke dua dianjurkan tambahan sebanyak 400

kkal/hari. Kebutuhan kalori pada masa menyusui sekitar 400-500

kalori. Wanita dewasa memerlukan 180 kalori perhari. Sebaiknya ibu

nifas jangan mengurangi kebutuhan kalori, karena mengganggu proses

metabolisme tubuh dan menyebabkan ASI rusak.

2. Protein. Kebutuhan protein yang dibutuhkan adalah 3 porsi perhari.

Satu protein serta dengan tiga gelas susu, dan dua butir telur, lima

putih telur, 120 gram keju, 120-140 gram kacang dan 1 ¾ yogurt.
3. Kalsium dan Vitamin D. Kalsium dan Vitamin D berguna untuk

pembentukan tulang dan gigi. Kebutuhan kalsium dan Vitamin D di

dapat dari minuman susu rendah kalori atau berjemur dipagi hari.

Konsumsi kalsium pada masa menyusui meningkat mejadi 5 porsi

perhari. satu setara dengan 50-60 gram keju, 1 cangkir susu klim, 160

gram ikan salmon, 120 gram ikan sarden, atau 280 gram tahu kalsium.

4. Zat besi. Zat besi sangat dibutuhkan oleh ibu nifas. Zat besi terdapat

sebanyak 0,3 mg/hari dikeluarkan dalam bentuk ASI. Oleh karena itu

perlu ditambahkan dengan basal loss setiap hari. Rata- rata kebutuhan

zat besi untuk enam bulan pertama menyusui adalah 1,1 g/hari.

Sehingga memerlukan tambahan zat besi sebesar 5 mg /hari.

5. Magnesium. Magnesium dibutuhkan sel tubuh untuk membantu gerak

otot, fungsi syaraf dan memperkuat tulang. Kebutuhan magnesium

didapat pada gandum dan kacang-kacangan.

6. Sayuran hijau dan buah. Kebutuhan yang diperlukan sedikitnya tiga

porsi sehari. Satu porsi setara dengan 1/8 semangka, ¼ mangga, ¾

cangkir brokoli, ½ wortel, ¼ - ½ cangkir sayuran hijau yang telah

dimasak, satu tomat.

7. Karbohidrat kompleks. Selama menyusui, kebutuhan karbohidrat

kompleks diperlukan enam porsi perhari. Satu porsi setara dengan ½

cangkir nasi, ¼ cangkir jagung pipil, satu porsi sereal atau oat, satu

iris roti dari bijian utuh, ½ kue muffin dari bijian utuh, 2-6 biskuit

kering, atau crackers, ½ cangkir kacang-kacangan. 2/3 cangkir kacang

kork, atau 40 gram mi/pasta dari bijian utuh.


8. Lemak. Rata-rata kebutuhan dewasa adalah 41/2 porsi lemak (14 gram

perporsi) perharinya. Satu porsi lemak sama dengan 80 gram keju, tiga

sendok makan kacang tanah atau kenari, empat sendok makan krim,

secangkir es krim, ½ buah alpukat, dua sendok makan selai kacang,

120-140 gram daging tanpa lemak, sembilan kentang goring, dua iris

cake, satu sendok makan mayones atau mentega, atau dua sendok

makan salad.

9. Garam. Selama periode nifas, hindari konsumsi garam berlebihan.

Hindari makanan asin seberti kacang asin, kripik kentang atau acar.

10. Cairan. Konsumsi cairan sebanyak 8 gelas perhari. Minum sedikitnya

3 liter tiap hari. Kebutuhan akan cairan diperoleh dari air putih, sari

buah, susu dan sup.

11. Vitamin. Kebutuhan vitamin selama menyusui sangat dibutuhkan.

Vitamin yang diperlukan yaitu :

a. Vitamin A yang berguna bagi kesehatan kulit, kelenjar serta mata.

Vitamin A terdapat dalam telur, hati dan keju, jumlah yang

dibutuhkan 1,300 mcg.

b. Vitamin B6 membantu penyerapan protein dan meningkatkan

fungsi syaraf. Asupan Vitamin B6 sebanyak 2,0 mg perhari.

Vitamin B6 dapat ditemui di daging, hati, padi-padian, kacang

polong dan kentang.

c. Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan, meningkatkan stamina

dan daya tuhan tubuh. Terdapat dalam makanan berserat. Kacang -

kacangan, minyak nabati dan gandum.


12. Zinc (Seng). Berfungsi sebagai kekebalan tubuh, penyembuhan luka

dan pertumbuhan. Kebutuhan zinc di dapat dalam daging, telur dan

gandum. Enzim dalam pencernaa dan metabolism memerlukan seng.

Kebutuhan seng setiap hari sekitar 12 mg. Sumber seng terdapat pada

seafood, hati dan daging.

13. Dokosa Heksanoid Acid (DHA). DHA penting untuk perkembangan

daya lihat dan mental bayi. Asupan DHA berpengaruh langsung pada

kandungan dalam ASI, sumber DHA ada pada telur, otak, hati dan

ikan.

Tabel 2: Contoh makanan sehari ibu nifas

Bahan Makanan Porsi Hidangan Sehari Jenis Hidangan

Nasi 5 + 1 porsi Makan pagi 1,5 porsi

Sayur 3 mangkuk Sayur 1mangkuk

Buah 4 potong Buah 1 potong

Tempe/Tahu 3 potong Tempe 2 potong sedang

Daging 3 potong Ikan/daging 1 porsi

Susu 2 gelas Makan selingan susu1 gelas dan 1buah

2.2.3 Gizi Seimbang Masa Nifas

Gizi Seimbang adalah susunan pangan sehari- hari yang mengandung

zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh,

dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik,

perilaku hidup bersih dan mempertahankan berat badan normal untuk


mencegah masalah gizi. (Kemenkes RI, 2014). Depertemen Gizi dan

Kesehatan Masyarakat (2010), mengeluarkan pedoman praktis untuk

mengatur makanan sehari-hari yang seimbang bertuang dalam 13 pesan

dasar sebagai berikut :

1. Konsumsi makanan yang beraneka ragam

2. Konsumsi makanan untuk memenuhi kecukupan energy

3. Makanlah sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi

4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan

energi

5. Gunakan garam beryodium

6. Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat bese (fe). Seperti

sayuran yang berwarna hijau

7. Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur 6 bulan

8. Biasakan makan pagi

9. Minum air bersih yang sudah dimasak agar aman dikonsumsi

10. Lakukan kegiatan fisik olahraga secara teratur

11. Hindari minum-minuman beralkohol

12. Makan makanan yang aman bagi kesehatan

13. Baca label pada makanan yang dikemas sebelum dikonsumsi


2.2.4 Bahaya Kurang Gizi pada Ibu Nifas

Menurut Ai Yeyeh Rukhiyah (2011), kurang gizi pada nifas dapat

menyebabkan beberapa hal antara lain :

1. Penyembuhan luka perineum faktor gizi terutama protein akan sangat

mempengaruhi terhadap proses penyembuhan luka terhadap perineum

karena jaringan sangat membutuhkan protein dan apabila ibu

mengalami kurang gizi membuat penyembuhan luka perineum labih

lambat

2. Produksi ASI Ibu dengan masalah gizi kurang tetap mampu

memproduksi ASI, namun jika berlangsung lama dapat mempengaruhi

beberapa zat gizi yang terdapat pada ASI. Kualitas komponen imun

dalam ASI pun akan menurun seiring memburuknya status gizi ibu.

Asupan gizi ibu nifas yang kurang dari 1500 kalori/hari dapat

menyebabkan terjadinya penurunan total lemak seta terjadi perubahan

asam lemak. Asupan kalori ibu yang meyusui yang kurang dari 1500-

1700 kalori dapat mangurangi 15 volume ASI. Hal yang harus

menjadi perhatian adalah apabila kebutuhan gizi ibu menyusui tidak

terpenuhi maka kebutuhan gizi untuk pembentukan ASI akan diambil

dari cadangan yang ada pada ibu. Kondisi ini akan menyebabkan ibu

mengalami defisiensi zat besi sehingga meningkatkan resiko

timbulnya penyakit. Jika hal ini berlangsung lama, kualitas ASI akan

menurun, sehingga akan berdampak buruk juga pada bayinya. Berat

badan bayi akan sulit bertambah dan sangat memungkinkan bayinya


akan mengalami berbagai penyakit akibat kekurangan gizi serta

memudahkan terserang penyakit. Kekurangan gizi pada ibu nifas

menimbulkan gangguan kesehatan pada ibu dan bayinya. Gangguan

pada ibu adalah terganggunya proses pemulihan kondisi tubuh setelah

melahirkan. Gangguan pada bayi meliputi proses pertumbuhan dan

perkembangan anak terganggu, bayi mudah sakit, mudah terkena

infeksi. Kekurangan zaat-zat esensial menimbulkan gangguan pada

mata akibat kekurangan Vitamin A, gangguan pada tulang akibat

kekurangan Vitamin D.

2.2.5 Metode Pengukuran Konsumsi

Survei konsumsi makanan bertujuan untuk mengetahui konsumsi

makanan seseorang atau kelompok orang, baik secara kualitatif maupun

secara kuantitatif. Metode yang bersifat kualitatif untuk mengetahui

frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan makanan dan

menggali informasi tentang kebiasaan makan serta cara-cara memperoleh

bahan makanan tersebut. Metode kualitatif meliputi metode frekuensi

makanan (food frequency), metode riwayat makanan (dietary history),

metode pendaftaran makanan (food list) dan metode telepon. Sedangkan

metode kuantitatif meliputi metode recall 24 jam, perkiraan makanan

(estimated food record), penimbangan makanan (food weighing), metode

food account, metode inventaris dan metode pencacatan. (Kusharto dan

Supariasa 2014).

Pada penelitian ini metode pengukuran konsumsi yang digunakan

yaitu recall 24 jam. Metode recall makanan merupakan teknik yang


paling sering digunakan baik secara klinis maupun penelitian. Metode ini

mengharuskan responden mengingat semua makanan dan jumlahnya

sebaik mungkin dalam waktu tertentu ketika tanya jawab berlangsung.

Pengingatan sering dilakukan untuk 1 -3 hari. (Supariasa, 2013)

Menurut Patterson dan Pietinen (2005) dalam buku Survei Konsumsi

Gizi (2014), menyatakan bahwa metode recall 24 jam adalah wawancara

dengan meminta responden mengingat dan menyebutkan makanan dan

minuman yang dikonsumsi dalam waktu 24 jam sebelumnya baik yang

berasal dari dalam rumah maupun diluar rumah.

A. Tujuan metode recall 24 jam adalah :

1) Untuk mendapatkan informai tentang makanan yang sebenarnya

dimakan 24 jam yang lalu. Makanan dapat berupa makanan utama

dan makanan selingan serta minuman yang nyata dimakan 24 jam

yang lalu.

2) Untuk mengetahui rata – rata asupan dari masyarakat dengan

catatan sampel harus benar – benar mewakili suatu populasi.

3) Untuk mengetahui tingkat konsumsi energi dan zat – zat gizi

tertentu. Zat gizi yang umum diketahui yaitu yang dapat

menggambarkan kuantitas dan kualitas makanan.

4) Perbandingan internasional hubungan antara asupan zat gizi

dengankesehatan dan golongan rawan gizi.

B. Keunggulan dan kelemahan Metode Food Recall 24 jam

Menurut Supariasa et. al (2016), metode food recall memiliki

kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:


a. Kelebihan metode recall 24 jam :

1. Mudah melaksanakannya serta tidak terlalu membebani

responden.

2. Biaya relatif murah, karena tidak memerlukan peralatan

khusus dan tempat yang luas untuk wawancara.

3. Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden.

4. Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf.

5. Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar

dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi

sehari.

6. Lebih objektif dibandingkan dengan metode food dietary

history.

7. Baik digunakan di klinik

b. Kekurangan metode recall 24 jam :

1. Ketepatannya sangat tergantung pada daya ingat responden.

Oleh sebab itu responden harus mempunyai daya ingat yang

baik, sehingga metode ini tidak cocok dilakukan pada anak

usia <8 tahun (wawancara dapat dilakukan kepada ibu atau

pengasuhnya), lansia, dan orang yang hilang ingatan atau

orang yang pelupa.

2. Sering terjadi kesalaahan dalam memperkirakan ukuran

porsi yang dikonsumsi sehingga menyebabkan over atau

underestimate. Hal ini disebabkan oleh The flat slope

syndrome, yaitu kecenderungan bagi responden yang kurus


untuk melaporkan konsumsinya lebih banyak (over estimate)

dan bagi responden yang gemuk cenderung melaporkan

lebih sedikit (under estimate).

3. Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil

dalam menggunakan alat-alat bantu URT dan ketepatan alat

bantu yang dipakai menurut kebiasaan masyarakat.

Pewawancara harus dilatih untuk dapat secara tepat

menanyakan apa-apa yang dimakan oleh responden, dan

mengenal cara-cara pengolahan makanan serta pola pangan

daerah yang akan diteliti secara umum.

4. Dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari, bila

hanya dilakukan recall satu hari.

5. Sering terjadi kesalahan dalam melakukan konversi

Ukuran Rumah Tangga (URT) ke dalam ukuran berat.

6. Jika tidak mencatat penggunaan bumbu, saos, dan minuman,

menyebabkan kesalahan perhitungan jumlah energi dan zat

gizi yang dikonsumsi.

7. Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang

tujuan penelitian.

8. Untuk mendapatkan gambaran konsumsi makanan yang

aktual, recall jangan dilakukan pada saat panen, hari besar,

hari akhir pekan, pada saat melakukan upacara-upacara

keagamaan, selamatan, dan lain-lain.


2.3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kecukupan Gizi

Kecukupan gizi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan

eksternal. Kedua faktor tersebut saling berhubungan satu sama lain. Faktor

eksternal dipengaruhi oleh situasi diluar dari dirinya. Faktor Internal

dipengaruhi oleh kondisi yang dialami oleh tubuhnya atau secara fisik.

Faktor internal dan faktor eksternal dapat dijabarkan seperti dibawah ini:

2.3.1 Faktor Eksternal

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil ”Tahu” dan ini terjadi setelah orang

mengadakan penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap

objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung dan sebagainya),

dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan

pengetahuan. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian

dan persepsi terhadap objek, sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga ( Dewi & Wawan, 2011).

Pengetahuan adalah hal apa yang diketahui oleh orang atau

responden terkaitdengan sehat dan sakit dan sakit ataukesehatan, misal

tentang penyakit (penyebab, cara penularan, cara pencegahan), gizi,

sanitasi, pelayanan kesehatan, kesehatan lingkungan, keluarga

berencana dan sebagainya (Notoatmodjo, 2014).

Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan yang tercakup dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu :


a. Tahu ( Know )

Tahu diartikan sebagai mengingatsuatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk keadaan pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali ( recall ) sesuatu spesifik dari seluruh bahan

yang dipelajari atau ransangan yang telah diterima. Oleh sebab itu

tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasi

materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obje

atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang

telah dipelajari.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi ril (sebenarnya). Aplikasi disini

dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum – hukum,

rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi

yang lain.

d. Analisis ( analysis )

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objekkedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam

suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu

sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan


kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan,

membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintensis ( synthesis )

Sintensis merujuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formulabaru dari formulasi-formulsi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berarti kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap

suatu materi atau objek. Penilaian – penilaian itu didasarkan pada

suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria –

kriteria yang ada (notatmodjo, 2012).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dapat

kita sesuaikan dengan tingkatan – tingkatan diatas (Notoatmodjo,

2012)

Interprestasi hasil skor menurut Arikunto (2013) dikategorikan

sebagai berikut:

Pengetahuan baik : 76-100% pertanyaan dijawab benar

Pengetahuan cukup : 56 -75% pertanyaan dijawab benar

Pengetahuan kurang : <56% pertanyaan dijawab benar.

2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan menurut Lestari dalam Wirawan ( 2016:3)

adalah merupakan suatu kegiatan seseorang dalam mengembangkan


kemampuan, sikap dan bentuk tingkah lakunya, baik untuk kehidupan

masa yang akan datang dimana melalui organisasi tertentuataupun

tidak terorganisasi. Pendidikan sangat dibutuhkan untuk mengubah

pola pikir masyarakat terhadap gizi seimbang. Gizi seimbang mampu

meningkatkan kualitas hidup yang baik serta merubah kebiasaan

buruk terhadap intake makanan. Pola makan masyarakat dapat

memenuhi kebutuhan dari gizi sesuai kebutuhan tiap individu.

Pendidikan gizi diharapkan dapat merubah pengetahuan dan sikap

berkaitan dengan kecukupan gizi. Tingkat pendidikan menurut

Arikunto 2010 dibagi menjadi 2 tingkat yaitu :

1. Pendidikan rendah (SD & SMP),

2. Pendidikan tinggi (SMA – Pendidikan Lanjut ).

3. Pendapatan

Pendapatan adalah segala uang atau segala pembayaran yang

diterima oleh seseorang atau perusahaan dalam bentuk gaji atau upah,

sewa, bunga, laba, dan lain-lain bersama – sama dengan tunjangan

pengangguran uang pensiun dan lain-lain ( Juliana Ibnu Mubarak,

2012 )

Menurut Gilarso ( dalam Wulandari 2015 ) asal sumber pendapatan

keluarga adalah :

1. Usaha yang dilakukan seperti berniaga atau bertani

2. Bekerja untuk orang lain, seperti jadi karyawan suatu perusahaan

3. Hasil dari pemilihan, seperti pemilihan untuk menyewakan tanah


Faktor yang berperan dalam menentukan status keseehatan

seseorang adalah tingkat pendapatan keluarga, dalam hal ini adalah

daya beli keluarga. Kemampuan keluarga untuk membeli bahan

makanan antara lain tergantung kepada besar kecilnya pendapatan

keluarga, harga makanan itu sendiri, serta tingkat pengolahan lahan

dan pekarangan keluarga kurang mampu kemungkinan besar akan

kurang dapat memenuhi kebutuhan makanannya. Terutama untuk

memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya.

Masalah yang berkaitan erat dengan gizi yaitu ekomomi. Ekonomi

keluarga mempenngaruhi daya beli keluarga terhadap kebutuhan

hidup primer maupun sekunder untuk keberlangsungan hidup.

Kemiskinan mempengaruhi intake nutrisi bagi keluarga. Taraf

ekonomi merupakan indikator bagi masalah gizi diakibatkan

kemiskinan yang dialami keluarga.

4. Pekerjaan

Pekerjaan adalah jenis perbuatan atau kegiatan untuk memperoleh

imbalan atau upah. Dengan ciri makna yang demikian pekerjaan dapat

juga disebut mata pencarian atau pokok penghidupan. (Kemendikbud,

2016). Pekerjaan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat atau

keluarga dengan penghasilan didapatkan. Usaha yang dilakukan oleh

setiap orang untuk meningkatkan kualitas hidupnya berkaitan dengan

kecukupan gizi. Berbagai proses usaha tersebut mampu memberikan

distribusi besar bagi keberlangsungan hidup keluarga atau masyarakat.


5. Sosial Budaya

Budaya merupakan ciri khas yang dimiliki masyarakat tiap daerah

berbeda. Kebudayaan mempengaruhi kebiasaan dan tingkah laku

masyarakat setempat. Kebudayaan mampu meningkatkan kecukupan

gizi serta menurunkan kecukupan gizi pada masyarakat sesuai

ketentuan yang berlaku dimasa tertentu siklus hidup manusia.

Berbagai proses kehidupan membutuhkan gizi yang berbeda

jumlahnya. Suatu kelompok masyarakat yang mempunyai seperangkat

pengetahuan, nilai, gagasan, norma dan aturan sebagai konsep dasar

dari kebudayaan akan mewujudkan bentuk – bentuk perilaku dalam

kehidupan sosial. Perilaku itu akan mewujudkan persepsi masyarakat

terhadap konsep makanan dan gizi, demikian halnya pada kasus

tentang makanan dan gizi pada periode kehamilan, persalinan dan

nifas ( Nurhikmah, 2010).

Budaya pantangan makanan merupakan suatu budaya yang

berkembang disuatu masyarakat dan berkaitan dengan larangan untuk

mengkonsumsi jenis makanan tertentu, karena terdapat ancaman

bahaya terhadap orang yang melanggarnya. Dalam ancaman bahaya

ini terdapat kesan magis yaitu adanya kekuatan super power yang

berbau mistik yang akan menghukum orang yang melanggar

pantangan tersebut, tetapi pada kenyataannya hukuman itu tidak selalu

terjadi. Pantangan makanan merupakan sesuatu yang diwariskan dari

leluhur melalui orang tua, terus ke generasi dibawahnya, hal ini

menyebabkan orang tidak tahu lagi kapan suatu pantangan dimulai


dan apa penyebab dari adanya pantangan tersebut. ( Hardianty D,

2021 )

Kebiasaan pantang makan pada ibu nifas akan berdampak pada

pemenuhan nutrisi ibu karena berpengaruh pada proses penyembuhan

luka yang melambat dan bia menimbulkan komplikasi lain pada masa

nifas, kekurangan gizi, anemia, kelelahan, kurangnya mobilisasi dini.

Kurangnya gizi atau nutrisi yang dialami ibu paska melahirkan

disebabkan karena budaya dan kebiasaan yang membatasi makanan

atau pantangan yang mengakibatkan luka tidak segera sembuh dapat

menggangu aktifitas ibu misal ibu tidak bisa bekerja, tidak bisa

merawat bayinya, tidak bisa merawat dirinya sendiri sehingga bisa

terjadi infeksi. Infeksi ini dapat menyebabkan subinvolusi, pendarahan

dan penyebaran organ lokal maupun sistemik, selain itu akibat infeksi

akan membuat ibu stres yang berdampak pada berkurangnya produksi

ASI sehingga kebutuhan bayi tidak terpenuhi dengan baik. ( Hardianty

D, 2021 )

2.3.2 Faktor Internal

1. Usia

Usia mempengaruhi kebutuhan gizi tiap manusia. Usia

mempengaruhi kemampuan orang tua untuk memenuhi nutrisi bagi

anggota keluarga. Usia yang matang dapat meningkatkan pengetahuan

tentang kebutuhan nutrisi bagi keluarga. Kondisi tersebut sangat

menguntungkan bagi anggota keluarga sehingga tidak menyebabkan


malnutrisi bagi keluarga. Gizi seimbang mampu meningkatkan status

gizi yang baik.

2. Kondisi fisik

Kondisi fisik yang sehat, sakit dan usia lanjut beda penanganan

dalam mengkonsumsi makanan. Bagi orang sehat tidak memerlukan

pantangan atau diit bagi makan tertentu. Bagi orang sakit memerlukan

dit makanan tertentu untuk keberlangsungan penyembuhan serta

kebutuhan bagi tubuhnya. Kedua kondisi tersebut dapat

menggambarkan kondisi fisik mempengaruhi kebutuhan dari tiap

komponen makanan. Bayi dan anak-anak yang memiliki kesehatan

buruk sangat rentan terhadap gangguan tumbuh kembang karena

periode ini kebutuhan gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat.

Kondisi fisik dan pemenuhan kecukupan gizi memiliki keterkaitan.

3. Infeksi

Infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan

berkembangnya mikro organisme yaitu bakteri, virus, jamur, prion

dan protozoa kedalam tubuh sehingga menyebabkan kerusakan organ.

(Brookset al, 2013)

Infeksi mempengaruhi nafsu makan atau menimbulkan kesulitan

menelan dan mencerna makanan. Kondisi tersebut mempengaruhi

kinerja sistem pencernaan serta peredaran darah. (Marmi, 2013).


2.4 Dalil Quran

Asupan gizi sehari- hari dipengaruhi oleh ketersedian bahan pangan,

pola makan dan peningkatan kebutuhan untuk pembentukan sel – sel

dalam tubuh. Allah berfirman dalam surat „abasa ayat 24:

yang artinya “Maka hendaklah manusia itu memperhatikan

makanan nya”. Ayat ini menjelaskan bahwa manusia harus

memperhatikan makanannya. Setiap ibu nifas hendaknya memperhatikan

asupan makanan yang dikonsumsinya agar kebutuhan nutrisi terpenuhi.

2.5 Kerangka Teori

Hubungan antara berbagai variabel digambarkan dengan lengkap dan

menyeluruh dengan alur dan skema yang menjelaskan sebab akibat suatu

fenomena. Sumber pembuatan kerangka teori adalah dari paparan satu atau

lebih teori yang terdapat pada tinjauan pustaka. Pemilihan teori dapat

menggunakan salah satu tori atau memodifikasi dari berbagai teori, selama

teori yang dipilih relevan dengan keseluruhan substansi penelitian yang

akan dilakukan (Syapitri, Henny. 2021). Kerangka teori dalam penelitian

ini adalah :

Faktor Eksternal
1. Pengetahuan
2. Tingkat Pendidikan
3. Pendapatan
4. Pekerjaan
5. Sosial Budaya Kecukupan Gizi
Ibu Nifas
Faktor Internal
1. Usia
2. Kondisi Fisik
3. Infeksi

Bagan 2.1 Kerangka Teori (Marmi, 2013)


2.6 Kerangka Konsep

Kerangka Konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang

hubungan atau kaitan antara konsep atau variabel – variabel yang akan

diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan ( Notoatmojo,

2012 ). Dan kerangka konsep penelitian ini adalah:

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan

Tingkat Pendidikan Kecukupan Gizi Ibu Nifas


Pendapatan

Sosial Budaya

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

2.7 Hipotesis

Ada hubungan antara pendidikan, pengetahuan, pendapatan, sosial budaya

dengan kecukupan gizi ibu nifas di BPM Desa Rimbo Panjang tahun 2022.

Anda mungkin juga menyukai