Anda di halaman 1dari 16

5

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Definisi Nifas

Masa Nifas (puerperium) adalah masa nifas mulai setelah partus selesai dan
berakhir setelah kira kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih
kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Wiknjosastro 2011).
Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, dan berlangsung
selama kira-kira 6 minggu (Saifuddin 2011)

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum


Mahasiswa dapat memberikan asuhan kebidanan sesuai standar profesi
kebidanan pada Ny. “H” dengan nifas Fisiologis
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis
2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati
atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi

3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi, keluarga


berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan
bayi sehat

4. Memberikan plelayanan keluarga berencana (Saifuddin 2012).

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi Institusi Pendidikan : Konseling ini diharapkan dapat menjadi sarana
yang bermanfaat dalam mengimplementasikan pengetahuan penulis tentang
Asuhan Kebidanan Prakonsepsi.
6

2. Bagi Peserta Praktik : konseling ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan tentang Asuhan Kebidanan Prakonsepsi

1.3.2 Manfaat Praktis


1. Bagi Institusi Tempat Praktik : Menjadi pertimbangan dalam pembuatan
kebijakan pemerintah.
2. Bagi Profesi Kebidanan : Menginspirasi dan mencari celah dari kasus
sebelumnya yang dapat dikembangkan untuk kasus lebih lanjut.
3. Bagi Pasien : Diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi,
mencegah kehamilan tidak diinginkan, mencegah komplikasi dalam
kehamilan dan persalinan.

1.4 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan menejemen kebidanan terdiri dari :
1. Pengkajian data subyektif (S)
adalah keluhan pasien saat ini yang didapatkan dari anamnesa.
2. Pengkajian data obyektif (O)
adalah hasil pemeriksaan fisik termasuk pemeriksaan tanda-tanda vital, skala
nyeri dan hasil pemeriksaan penunjang pasien pada saat ini.
3. Analisa (A) atau penilaian keadaan adalah berisi diagnosis kerja, diagnosis
diferensial atau problem pasien, yang didapatkan dari menggabungkan penilaian
subyektif dan obyektif.
2. Penatalaksanaan (P) atau Rencana Asuhan
adalah berisi rencana untuk menegakan diagnosis, rencana terapi, rencana
monitoring (tindakan monitoring yang akan dilakukan, misalnya pengukuran
tensi, nadi, suhu, pengukuran keseimbangan cairan, pengukuran skala nyeri) dan
rencana pendidikan (misalnya apa yang harus dilakukan, makanan apa yang
boleh dan tidak, bagaimana posisi….. dst).
7

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Nifas Fisiologis


2.1.1 Tahapan Masa Nifas
Tahapan yang terjadi pada masa nifas ada 3 periode :
1. Periode immediate post partum
Yaitu masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam. Pada masa
ini sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia
uteri.
2. Periode early post partum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusio uteri dalam keadaan
normal, tidak ada pendarahan, lokhia tidak berbau busuk, tidak demam,
ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui
dengan baik.
3. Periode late post partum (1 minggu-5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan
seharihari serta konseling KB.

2.1.2 Perubahan Fisiologis Masa Nifas


A. Perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi;
1) Involusio atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus
kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses
ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos
uterus.
2) Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
dalam masa nifas.
 Lochia Rubra (Cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium
selam dua hari masa persalinan.
 Lochia Sanguilenta: berwarna coklat, sedikit darah dan lender.
Hari ketiga sampai ketujuh pasca persalinan.
8

 Lochia Serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada


hari ketujuh sampai empat belas pasca persalinan.
 Lochia Alba: cairan putih setelah 2 minggu pasca persalinan
(Muchtar 2012)
3) Uterus
Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera
setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri ± 2 jari dibawah pusat dan
beratnya kira-kira 200 gram. Pada hari ke 5 post partum uterus kurang
lebih setinggi 7 cm diatas simfisis dan beratnya ± 500 gram dan setalah
12 hari uterus tidak dapat diraba lagi di atas simfisis dan beratnya
menjadi 300 gram, setelah 6 minggu post partum, berat uterus menjadi
40 – 60 gram (Wiknjosastro 2011).
4) Serviks
Setelah persalinan bentuk serviks agak menganga seperti corong
berwarna merah kehitaman. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk
ke rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui 1 jari (Mochtar 2012).
5) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam
6 – 8 minggu post partum. Penurunan hormon estrogen pada masa post
partum berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae.
Rugae akan terlihat kembali sekitar minggu ke – 4. (Wulandari 2013)
6) Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah timbulnya thrombosis, degenerasi,
dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal
endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang kasar akibat
pelepasan desidua, dan selaput janin setelah tiga hari mulai rata,
sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi
plasenta (Saleha 2012).
7) Rasa sakit (after pains)
Hal ini disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2 – 4 hari
pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal. ini
9

dan bila terlalu mengganggu dapat diberikan obat – obat anti sakit dan
anti mules (Mochtar 2011).
8) Perubahan yang terjadi pada Payudara
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara
alami.

B. Perubahan tanda-tanda vital


1) Tekanan darah
Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami peningkatan
sementara tekanan darah sistolik dan diastolic yang kembali secara
spontan ke tekanan darah sebelum hamil selama beberapa hari. Bidan
bertanggung jawab dalam mengkaji resiko preeklamsia pascapartum,
komplikasi yang relative jarang tetapi serius, jika peningkatan tekanan
darah signifikan.
2) Suhu

Suhu maternal kembali normal dari suhu yang sedikit meningkat selama
periode intrapartum dan stabil dalam 24 jam pertama pascapartum.
3) Nadi

Denyut nadi yang meningkat selama persalinan akhir, kembali normal


setelah beberapa jam pertama pascapartum. Hemoragi, demam selama
persalinan dan nyeri akut atau persisten dapat mempengaruhi proses ini.
Apabila denyut nadi di 100 selama puerperium, hal. tersebut abnormal
dan mungkin menunjukkan adanya infeksi atau hemoragi pascapartum
lambat.
4) Pernapasan

Fungsi pernapasan kembali pada rentang normal wanita selama jam


pertama pascapartum. Nafas pendek, cepat atau perubahan lain
memerlukan evaluasi adanya kondisi-kondisi seperti kelebihan cairan,
eksaserbasi asma dan embolus paru
5) Perubahan pada Sistem Pencernaan
10

Biasanya ibu mengalami obtipasi setelah melahirkan anak. Hal ini


disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat
tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran yang
berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, haemorroid,
laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur dapat
diberikan diit atau makanan yang mengandung serat dan pemberian
cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari
dapat ditolong dengan pemberian huknah atau gliserin spuit atau
diberikan obat laksan yang lain. (Wulandari dkk. 2011).

6) Perubahan pada Sistem Perkemihan

Hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-


kadang puerperium mengalami sulit buang air kecil, karena sfingter
uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus
sfingter ani selama persalinan, juga oleh karena adanya edema kandung
kemih yang terjadi selama persalinan. Kadang-kadan oedema dari
trigonium menimbulkan obtruksi dari uretra sehingga sering terjadi
retensio urin. Kandung kemih dalam puerperium sangat kurang sensitife
dan kapasitasnya bertambah, sehinga kandung kemih penuh atau sesudah
buang air kecil masih tertinggal urin residu (normal ± 15 cc). Sisa urin
dan trauma pada kandung kencing pada waktu persalinan memudahkan
terjadinya infeksi (Wulandari dkk. 2011)
7) Perubahan pada Sistem Musculoskeletal
Ligament, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
persalinan. Setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan
pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi
rettrofleksi, karena ligament rotundum menjadi kendor. Stabilisasi secara
sempurna terjadi pada 6 – 8 minggu setelah persalinan. Sebagai akibat
putusnya serat-serat elastic kulit dan distensi yang berlangsung lama
akibat besarnya uterus pada saat hamil, dinding abdomen masih lunak
11

dan kendur untuk sementara waktu. Pemulihan dibantu dengan latihan


(Saleha 2012).

C. Perubahan pada Sistem Endokrin


1) Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar otak bagian belakang (posterior),
bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap tiga
persalinan, oksitosin menyebabkan pemisahan plasenta. Kemudian
seterusnya bertindak atas otot yang menahan kontraksi, mengurangi
tempat plasenta dan mencegah pendarahan. Pada wanita yang memilih
menyusui bayinya, isapan sang bayi merangsang keluarnya oksitosin lagi
dan ini membantu uterus kembali kebentuk normal dan membantu
pengeluaran ASI (Wulandari 2011).

2) Prolaktin Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya


kelenjar pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin, hormon
ini berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi
ASI. Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi
dan pada permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan.
Pada wanita yang tidak menyusui bayinya, tingkat sirkulasi prolaktin
menurun dalam 14 – 21 hari setelah persalinan, sehingga merangsang
kelenjar bawah depan otak yang mengontrol ovarium ke arah permulaan
pola produksi estrogen dan progesteron yang normal, pertumbuhan
folikel, ovulasi dan menstruasi (Saleha 2012).

3) Estrogen dan progesterone Untuk wanita yang menyusui dan tidak


menyusui akan memparuhi lamanya ia mendapatkan menstruasi.
Seringkali menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang dikarenakan
rendahnya kadar estrogen dan progesterone. Diantara wanita laktasi
sekitar 15% mempengaruhi menstruasi selama 6 minggu dan 45%
setelah 12 minggu. Diantara wanita yang tidak laktasi 40% menstruasi
setelah 6 minggu, 65% setelah 12 minggu dan 90% setelah 24 minggu.
Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama anovulasi dan untuk
wanita yang tidak laktasi 50% siklus pertama anovulasi. (Wulandari dkk.
2011).
12

D. Perubahan Psikologis pada Masa Nifas

Secara psikologis, setelah melahirkan seorang ibu akan merasakan


gejala-gejala psikiatrik demikian juga pada masa menyusui. Meskipun
demikian, adapula ibu yang tidak mengalami hal ini. Agar perubahan
psikologi yang dialami tidak berlebihan, ibu perlu mengetahui tentang hal.
yang lebih lanjut. Wanita banyak mengalami perubahan emosi selama masa
nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Penting sekali
sebagai seorang bidan untuk mengetahui tentang penyesuaian psikologis
yang normal sehingga ia dapat menilai apakah seorang ibu memerlukan
asuhan khusus pada masa nifas ini, suatu variasi atau penyimpangan dari
penyesuaian yang normal yang umum terjadi (Wulandari dkk. 2011).

 Hal-hal yang membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai
berikut :
a. Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi
menjadi orangtua.

b. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman dekat.

c. Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya.

d. Harapan, keinginan, dan aspirasi ibu saat hamil juga melahirkan.

2.1.3 Kebutuhan Dasar Nifas

a. Nutrisi dan cairan


1) Mengkonsumsi makanan 5 kalori tiap hari
2) Makanan dengan diet berimbang utntuk mendapat protein, mineral dan
vitamin yang cukup
3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari
4) Tablet Fe harus diminum untuk menambah zat besi setidaknya selama 40
hari pasca persalinan
5) Minum kapsul Vit A (200.000) agar bisa memberikan vit A kepada bayinya
melalui ASI
6) Untuk meningkatkan produksi ASI
7) Mempercepat proses pemulihan
13

8) Makanan berserat untuk memperlancar BAB dan meningkatkan tonus otot.


b. Ambulasi/Mobilisasi
Mobilisasi sangat bervariasi tergantung pada komplikasi
persalinan,nifas/ sembuhnya luka jika ada luka , jika tidak ada kelainan maka
lakukan mobilisasi sedini mungkinyaitu 2 jam setelah persalinan normal.
c. Eliminasi
1) BAK : Miksi hendaknya dapat dilaksanakan sendiri secepatnya dalam 6 jam
post partum. Bila 8 jam post partum belum miksi maka lakukan kateterisasi
2) BAB : Konstipasi pada hari 1-2 post partum adalah normal, bila konstipasi
hari ke 3 post patum beri supositoria. Konstipasi bisa terjadi karena
ketakutan akan rasa sakit jahitan dan hemorrhoid
d. Kebersihan diri/ perineum
1) Jaga kebersihan diri secara keseluruhan untukmenghindari infeksi, baik
pada luka jaitan maupun kulit
2) Menggunakan pakaian yang mudah menyerap keringat
3) Perineum dijaga kebersihannya
4) Keringkan sebelum memakai pembalut untuk mengurangi rasa tidak
nyaman
5) Lakukan kompres dingin lalu kompres hangat
e. Istirahat
Setelah menghadapi ketegangan dan kelelahan saat melahirkan, usahakan untuk
rileks dan istirahatyang cukup saat bayisedang tidur. Bila ibu kurang istirahat
akan mempengaruhi :
1) Mengurangi produksi ASI
2) Memperlambat proses involusi uterus dan dapat memperbanyak perdarahan
3) Menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayi dan
dirinya ( post partum blues)
f. Seksual
1) Secara seksual aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti
2) Begitu darah berhenti dan ibu sudah nyaman serta dapat memulai
hubungan seksual
3) Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan seksual
sampai waktu tertentu setelah 40 hari/ 6 minggusetelah persalinan dan
keputusan pada yang bersangkutan (suami dan istri)
g. Latihan senam nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak pertama melahirkan sampai
hari kesepuluh, terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang dilakuakan untuk
mempercepat proses pemulihan keadaan ibu

2.1.4 Tanda Bahaya Nifas

Ada beberapa tanda bahaya pada ibu nifas yang harus diperhatikan oleh bidan /
tenaga kesehatan atau ibu sendiri yaitu:
14

a. Demam > 37.5˚C


b. Perdarahan aktif dari jalan lahir
c. Muntah
d. Rasa sakit waktu buang air kecil/berkemih
e. Pusing atau sakit kepala yang terus menerus atau masalah penglihatan kabur
f. Lochea berbau yakni pengeluaran vagina yang baunya menusuk
g. Sulit dalam menyusui atau payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan
atau terasa sakit
h. Sakit perut yang hebat/ rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung dan
nyeri ulu hati
i. Merasa sangat letih dan nafas terengah- engah
j. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya atau dirinya
sendiri ( post partum blues)
k. Pembengkakan
l. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.( Maryunani,2015)

2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan

Dalam metode SOAP, S adalah data subjektif, O adalah data Objektif, A adalah
analisis / assessment dan P adalah Planing. Metode pencatatan ini merupakan jenis
pencatatan yang sederhan, jelas, logis dan singkat. Prinsip dari metode SOAP ini
merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan secara rinci
adalah sebagai berikut :

A. S : SUBJEKTIF
Menggambarkan pendokumentasian hanya pengumpulanm data klien
melalui anamneses. Tanda gejala subjektif yang diperoleh dari hasil bertanya dari
pasien, suami atau keluarga (identitas umum, keluhan, Riwayat menarche, riiwayat
perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, riwayat KB, penyakit, riwayat
penyakit keluarga, riwayat penyakit keturunan, riwayat psikososial, pola hidup).
Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang pasien. Ekspresi pasien
mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai kutipan langsung atau
ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa. Pada orang yang bisu, dibagian data
dibelakang ”S” diberi tanda ”0” atau ”X” ini menandakan orang itu bisu. Data
subjektif menguatkan diagnosa yang akan dibuat.
15

B. O : OBJEKTIF
Menggambarkan pendokumentasian hasil analaisa dan fisik klien, hasil lab
dan test diagnostic lain yang dirumuskan dalam data focus untuk mendukung
assessment.
Tanda gejala objektif yang diperolah dari hasil pemeriksaan (tanda KU, Fital
sign, Fisik, khusus, kebidanan, pemeriksaan dalam, laboratorium dan pemeriksaan
penunjang.) Pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.

C. A : ANALISA DATA
Analysis atau analisa data adalah pendokumentasian hasil analisis dan
interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Oleh karena keadaan
pasien yang dapat berubah setiap saat dan akan ditemukannya data atau informasi
baru dalam data subjektif maupun objektif, maka proses pengkajian data akan
menjadi sangat dinamis. Hal ini juga menuntut bidan untuk sering melakukan
analisis data yang dinamis tersebut agar dapat mengikuti perkembangan pasien.
Analisis yang tepat dan akurat dalam mengikuti perkembangan pasien akan
menjamin diketahuinya dengan cepat perubahan pada pasien sehingga bila terdapat
hal-hal yang tidak diinginkan dapat segera ditangani. Analisis data adalah
melakukan interpretasi data yang telah dikumpulkan, mencakup :
a. Diagnosis/masalah kebidanan
b. Diagnosis/masalah potensial
c. Perlunya antisipasi diagnosis/masalah potensial dan tindakan segera

D. P: PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan adalah membuat rencana asuhan untuk saat ini dan yang akan
datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data.
Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien
16

seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya. Rencana asuhan ini


harus dapat mencapai kriteria tujuan yang ingindicapai.

BAB 3
ASUHAN KEBIDANAN
Pada Ny. “H” Usia 31 Tahun P20002 6 jam Post Partum dengan Nifas Fisiologis

Tempat : Puskesmas Tamanan Jln. Maesan no. 50 Kecamatan Tamanan


Tanggal : 02 April 2022
Jam : 10.30 WIB
Pengkaji :
1. Arum Tiyasasih NIM (15201.02.21123)
2. Eva Catur Kurniati NIM (15201.02.21128)

3.1 DATA SUBJEKTIF


I. Identitas Pasien
Nama Ibu : Ny. “H”
Umur : 31 th
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Alamat : Ds. Tamanan RT 18 RW 3 Kecamatan Tamanan
Kabupaten Bondowoso

Nama Suami : Tn “T”


Umur : 40 th
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Alamat : Ds. Tamanan RT 18 RW 3 Kecamatan Tamanan
17

Kabupaten Bondowoso
II. Keluhan Utama
Ibu mengatakan telah melahirkan anak ke duanya 6 jam yang lalu ( Tanggal
02 April 2022 jam 04.30 Wib )

III. Riwayat Kebidanan


Riwayat Kehamilan sekarang
- HPHT : 1/7/2021
- TP : 8/4/2022
IV. Data Sosial Budaya
Dalam keluarga ibu biasanya ada tradisi minum jamu setelah melahirkan

3.2 DATA OBJEKTIF


1. Pemeriksaan fisik umum
a. Kesadaran : Composmentis

b. Tanda- tanda vital :


 Tekanan Darah : 110 / 60 mmHg
 Nadi : 80 x/menit
 Suhu : 36,7 C
 Respirasi : 20 x / menit
2. Pemeriksaan Fisik Khusus
Palpasi
 Payudara : tidak ada pembengkakan, colostrum+/+ ,
 Perut : TFU 3 jari di bawah pusat , uc keras
3. Pemeriksaan Penunjang : tidak dilakukan

3.3 ANALISA DATA


Ny.”H” Usia 31th P20002 6 Jam Post Partum dengan Nifas Fisiologis

3.4 PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan pada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan
18

e/ ibu mengerti dan mengetahui hasil pemeriksaan


2. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini
e/ ibu miring kanan, miring kiri dan belajar duduk

3. Mengajari ibu cara menyusui yang benar


e/ ibu dapat menyusui bayinya dengan benar
4. Memberitahu ibu bahwa tidak diperkenankan untuk menahan BAB ataupun BAK
sert menjelaskan dampaknya
e/ ibu mengerti
5. Mengajari Ibu tentang perawatan tali pusat
e/ ibu mengerti
6. Menjelaskan pada ibu dan keluarga bahwa mengkonsumsi jamu tidak bermanfaat
justru sebaliknya akan menimbulkan dampak yang negatif
e/ ibu dan keluarga mengerti
7. Menganjurkan ibu makan makanan bergizi
e/ ibu mengerti dan akan mengkonsumsi makanan bergizi
8. Menganjurkan ibu untuk minum obat secara teratur
e/ ibu mengerti dan akan minum obat secara teratur
9. Menganjurkan ibu untuk kontrol 3 hari lagi
e/ ibu mengerti dan akan kembali untuk kontrol 3hari kemudian
19

BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Manfaat dari pemantauan masa nifas adalah untuk mengetahui tingkat kesehatan
pada ibu dan bayinya, serta mencegah terjadinya komplikasi dalam masa nifas.

4..2 Saran
Konseling pada ibu nifas bertujuan untuk memberikan informasi bagi ibu dan
suami untuk memberikan informasi kesehatan pada masa nifas dan tanda bahaya pada
masa nifas. Diharapkan ibu dan keluarga dapat mengetahui informasi apa saja yang
dapat terjadi pada masa nifas.
Dengan melakukan konseling pada masa nifas ibu dapat mengatahui kondisinya
sehingga bisa menjalani masa nifas dengan baik.
20

DAFTAR PUSTAKA

Maryunani, Anik. 2015. Asuhan Ibu Nifas & Ibu menyusui. Bogor : IN MEDIA
Prawihardjo, S. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Rahayu,YP.dkk.
2012. Buku Ajar Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta : Mitra Wacana Medika
Saifuddin, A. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2011.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka-SP
Wiknjosastro,H. “Ilmu Kebidanan”. 2011. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka-SP
Wulandari,D. “Asuhan Kebidanan Nifas”. 2012. Jogjakarta : Mitra Cendikia. Neonatal.
2011 Jakarta : Yayasan Bina Pustaka-SP

Anda mungkin juga menyukai