Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori Medis


1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil
yang berlangsung kira-kira 6 minggu (Marmi, 2012). Masa nifas atau
Puerperium adalah masa pemulihan kembali, dimulai sejak 1 jam
setelah lahirnya plasenta sampai 42 hari dimana pada masa itu terjadi
pemulihan keadaan alat kandungan seperti pada saat sebelum terjadi
kehamilan (Prawiroharjo, 2014).
Masa nifas adalah suatu periode dalam berminggu-minggu
pertama setelah persalinan. Lamanya periode ini tidak pasti, sebagian
besar menganggapnya antara 4-6 minggu. Walaupun merupakan masa
yang relatif tidak kompleks dibandingkan dengan kehamilan, nifas
ditandai oleh banyaknya perubahan fisiologis. Beberapa dari
perubahan tersebut hanya sedikit menganggu ibu, walaupun
komplikasi serius dapat terjadi (Cunningham, 2013).
2. Tahapan Masa Nifas
Menurut Wahyuni (2018), tahapan masa nifas terbagi menjadi :
a. Periode immediate postpartum. Masa segera setelah plasenta lahir
sampai dengan 24 jam.
b. Periode early postpartum (>24 jam-1 minggu)
c. Periode late postpartum (>1 minggu-6 minggu)
d. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki penyulit
atau komplikasi.
Sedangkan menurut Marmi (2012), tahapan nifas normal meliputi :
a. Puerperium Dini
Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan
berjalan-jalan.
b. Puerperium Intermedial

4
Suatu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ reproduksi
selama kurang lebih enam sampai delapan minggu.
c. Remote Puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam
keadaan sempurna terutama ibu apabila ibu selama hamil atau
waktu persalinan mengalami komplikasi.
3. Tujuan Kunjungan Nifas II ( 4 – 28 Hari Post Partum)
Menurut Pusdiklatnakes (2016) tujuan kunjungan nifas II ( KF II)
diantaranya:
a. Bagaimana persepsi ibu tentang persalinan dan kelahiran bayi
b. Kondisi payudara
c. Ketidaknyamanan yang dirasakan ibu
d. Istirahat ibu
4. Perubahan Fisiologis
Menurut Sulistyawati (2009), pada masa nifas terjadi perubahan-
perubahan anatomi dan fisiologi pada ibu, yaitu:
a. Perubahan Sistem Reproduksi
1) Uterus
a) Pengerutan rahim (involusi)
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada
kondisi sebelum hamil. Pada 6 minggu post partum, fundus
uteri mengecil (tak teraba) dengan berat 50 gram.
b) Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.
Lokhea yang berbau dan tidak sedap menandakan adanya
infeksi. Lokhea mempunyai perubahan warna dan volume
karena adanya proses involusi.
Lokhea dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan warna dan
waktu keluarnya:
(1) Lokhea Rubra
Lokia rubra berwarna merah, keluar pada hari ke 1-3
postpartum. Cairan berwarna merah karena terisi darah
segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak
bayi, lanugo (rambut bayi), dan meconium
(Pusdiklatnakes, 2016).

5
(2) Lokhea sanguinolenta
Lokia sanguinolenta keluar pada hari ke 4-7
postpartum, warna merah kecoklatan dan berlendir,
pada hari ke 8 s/d ke 14 lokia serosa keluar berwarna
kuning kecoklatan (Pusdiklatnakes ,2016)
(3) Lokhea serosa
Lokhea serosa pada hari ke 8 s/d ke 14 berwarna
kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit,
dan robekan atau laserasi plasenta. (Pusdiklatnakes ,
2016).
(4) Lokhea alba
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,
selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati.
Lokhea alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu
post partum.
2) Perubahan pada serviks
Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks agak
menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir. Pada
minggu ke-6 post partum, serviks sudah menutup kembali.
3) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami peregangan yang sangat besar,
pada minggu ke-3 post partum, vulva dan vagina dapat kembali
seperti keadaan tidak hamil.
4) Perineum
Pada hari ke-5 sebagian tonus perineum sudah kembali,
meskipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum hamil.
b. Perubahan sistem pencernaan
Biasanya ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan, dapat
diatasi dengan diet tinggi serat, peningkatan asupan cairan, dan
ambulasi awal.
c. Perubahan sistem perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit
untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Urine dalam jumlah
besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam post partum. Ureter yang
berdilatasi akan kembali normal dalam 6 minggu.

6
d. Perubahan sistem musculoskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-
pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus
akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah
plasenta dilahirkan.
e. Perubahan sistem endokrin
Saat plasenta terlepas dari dinding uterus, kadar HCG dan HPL
secara berangsur turun dan normal kembali setelah 7 hari post
partum.
f. Perubahan sistem kardiovaskuler
Curah jantung meningkat selama persalinan dan berlangsung
sampai kala III ketika volume darah terus dikeluarkan. Penurunan
terjadi pada beberapa hari pertama postpartum dan akan kembali
normal akhir minggu ke-3 postpartum.
g. Perubahan sistem hematologi
Pada masa nifas terjadi perubahan komponen darah, namun dalam
1 minggu pasca persalinan biasanya semuanya akan kembali pada
keadaan semula.
h. Perubahan tanda vital
Tekanan darah harus dalam keadaan stabil. Suhu turun secara
perlahan dan stabil pada 24 jam postpartum. Nadi biasanya akan
lebih cepat dan keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan
suhu dan nadi.
5. Perubahan Psikologis
Perubahn peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus
dijalani. Tanggung jawab bertambah dengan hadirnya bayi yang baru
lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya merupakan
dukungan positif untuk ibu (Suherni dkk, 2009). Dalam menjalani
adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai
berikut:
a) Fase Taking in (1 - 3 hari post partum)
Wanita menjadi pasif dan sangat tergantung serta berfokus pada
diri dan tubuhnya sendiri. Mengulang-ulang, menceritakan
pengalaman proses bersalin yang dialami. Wanita yang baru
melahirkan ini perlu istirahat atau tidur untuk mencegah gejala

7
kurang tidur dengan gejala lelah, cepat tersinggung, campur baur
dengan proses pemulihan (Anggraeni, 2010).
b) Fase hold period (3 – 10 hari post partum)
Ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuan menerima tanggung
jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu
menjadi sangat sensitif sehingga membutuhkan bimbingan dan
dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu
(Waryana, 2010).
c) Fase Letting go (> 10 hari post partum)
Pada fase ini pada umumnya ibu sudah pulang dari RS. Ibu
mengambil tanggung jawab untuk merawat bayinya, dia harus
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayi, begitu juga adanya
grefing karena dirasakan dapat mengurangi interaksi sosial
tertentu. Depresi post partum sering terjadi pada masa ini
(Anggraini, 2010).
6. Tanda Bahaya Nifas
Tanda bahaya pada masa nifas meliputi:
a) Perdarahan pervagina yang sangat banyak, pengeluaran
pervaginam berbau busuk
b) Rasa sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastrik dan
penglihatan kabur
c) Pembengkakan di wajah atau tangan
d) Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK
e) Payudara menjadi merah, panas dan sakit
f) Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama
g) Rasa sakit, merah dan pembengkakan pada kaki
h) Merasa tidak mampu merawat bayi

( Marmi, 2012; h. 161-168).

7. Penatalaksanaan
Tujuan asuhan masa nifas adalah :
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
b. Melakukan skrining yang komprehensif, mendekati masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya.

8
c. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
(Saifuddin, 2009).

B. Tinjauan Asuhan Kebidanan


1. Pengertian Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang di
gunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikirandan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan keterampilan
dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu
keputusan yang berfokus pada klien Asuhan kebidanan terdiri dari
tujuh langkah yang berurutan, yang di mulai dengan pengumpulan
data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Tujuh langkah tersebut
membentuk kerangka yang lengkap dan bisa di aplikasikan dalam
suatu situasi (Verney,2012).
2. Tahapan asuhan kebidanan
Dalam praktiknya bidan menggunakan manajemen kebidanan
dalam memberikan asuhan kebidanan. Menurut Varney (2012),
manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan,
keterampilan-keterampilan dalam rangkaian/ tahapan yang logis untuk
pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien.
Menurut Varney (2012), langkah-langkah manajemen kebidanan
tersebut adalah:
a. Langkah I: Tahap pengumpulan data dasar
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat
dan lengkap yang berkaitan dengan kondisi klien. Pendekatan ini
harus bersifat komprehensif meliputi data subjektif, objektif, dan
hasil pemeriksaan.
b. Langkah II : Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar
atas dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan
diagnosa dan masalah yang spesifik. Diagnosa wanita hamil normal

9
meliputi nama, umur, gestasi (G) paritas (P) abortus (A), umur
kehamilan, tunggal, hidup, intra-uteri, letak kepala, keadaan umum
baik (Varney, 2012).
c. Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan
mengantisipasi penanganannya
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau
diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan
diagnosis yang telah diidentifikasikan (Varney, 2012).
d. Langkah IV : Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan atau untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien
(Varney,2012).
e. Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh,
ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/data
dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
f. Langkah VI : Pelaksanaan langsung asuhan efisien dan aman
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah
kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman.

g. Langkah VII: Mengevaluasi hasil tindakan


Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan. Rencana dapat dianggap efektif jika memang
benar efektif dalam pelaksanaannya.
3. Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan
a. Subjektif (S)
Menurut Kemenkes RI (2013) data subjektif berisi hasil
anamnesa yang meliputi identitas, riwayat kehamilan sekarang
termasuk keluhan yang dialami, riwayat obstetri lalu, riwayat
kontrasepsi, riwayat medis lain dan riwayat sosial ekonomi
termasuk pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

10
1) Nama
Nama Ibu dan Suami atau Penanggungjawab digunakan
untuk membedakan antara klien yang satu dengan yang lain
(Marmi, 2012).
2) Umur
Umur di catat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko
seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum
matang, mental psikisnya belum siap, sedangkan umur lebih
dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam
masa nifas dan ketika usia lebih dari 35 tahun kemampuan
rahim menerima janin menurun karena nutrisi rahim
berkurang dengan menambahnya usia. (Varney, 2012).
3) Agama
Untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan
kepada ibu selama memberikan asuhan (Ambarwati, 2009).
4) Pendidikan
Menurut tinjauan teori pendidikan berpengaruh dalam
tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana
tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan
konseling sesuai dengan pendidikannya.
Pendidikan Tingkat Pendidikan seorang ibu hamil sangat
berperan dalam kualitas perawatan kehamilan. Peguasaan
pengetahuaan juga erat kaitannya dengan tingkat pendidikan
seseorang (Varney, 2012).
5) Pekerjaan
Berdasarkan Tinjauan Teori dan tinjaun kasus tidak
terdapat kesenjangan antara Tinjauan teori dan tinjauan kasus
karena Ibu melakukan pekerjaan Rumah Tangga dan
berdagang yang tidak terlalu berat. Wanita hamil dapat tetap
bekerja namun aktifitas yang di lakukannya tidak boleh
terlalu berat (Varney, 2012).
6) Suku Bangsa: berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan
sehari-hari (Ambarawati, 2009).

11
7) Alamat
Alamat pasien dikaji untuk mengetahui keadaan lingkungan
sekitar pasien. Semakin terpencilnya suatu daerah dan
keadaan geografis yang sulit untuk di jangkau maka akan
semakin sulit pula untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
(Varney, 2012).
8) Keluhan utama
Keluhan utama di kaji untuk memberikan asuhan dan
diagnosa yang tepat (Varney, 2012). Pada fase ini ibu akan
mengalami fase taking hold, dimana ibu merasa khawatir
akan ketidakmampuan dan rasa tanggungjawabnya dalam
merawat bayinya, perasaanya sangat sensitif sehingga mudah
tersinggung (Pusdiklatnakes, 2016).
9) Riwayat Obstetri
a) Riwayat Haid
(1) Menarche: kapan pertama kali mengalami
menstruasi. Untuk wanita Indonesia pada usia
sekitar 12-16 tahun, hal ini untuk mengetahui
riwayat perkembangan organ genitalnya (Manuaba,
2007).
(2) Siklus haid: siklus haid yang teratur (28 hari) bisa
digunakan untuk menghitung hari perkiraan lahir
dengan rumus Neagle (Varney, 2007).
(3) Lama menstruasi: lama menstruasi ideal terjadi
selama 4-7 hari (Manuaba, 2007).
(4) Banyaknya: menjelaskan seberapa banyak darah
menstruasi yang dikeluarkan. Dapat dikaji dengan
menanyakan misal sampai berapa kali mengganti
pembalut dalam sehari (Sulistyawati, 2009).
(5) Keluhan: yang dirasakan ketika mengalami
menstruasi misalnya nyeri hebat, sakit kepala sampai
pingsan, atau jumlah darah yang banyak
(Sulistyawati, 2009).

12
(6) Riwayat Persalinan, dan Nifas yang lalu
Untuk menentukan asuhan kehamilan yang akan
diberikan berdasarkan berapa kali hamil, anak yang
lahir hidup, persalinan tepat waktu, persalinan
premature, keguguran, persalinan dengan tindakan
(dengan forcep, vakum, atau seksio sesaria), riwayat
perdarahan pada persalinan, hipertensi pada
kehamilan terdahulu, berat badan bayi kurang dari
2500 gram atau lebih dari 4000 gram (Mandriwati,
2008).
(7) Riwayat Persalinan Sekarang
10) Riwayat Kesehatan
Untuk mengidentifikasi kondisi kesehatan yang dapat
mempengaruhi ibu atau bayi (Rukiyah, 2009). Riwayat
kesehatan termasuk penyakit dahulu dan sekarang (penyakit
kardiovaskular, hipertensi, diabetes, malaria, penyakit
menular seksual atau HIV/AIDS) (Mandriwati, 2008).
11) Riwayat KB
Untuk mengetahui status KB ibu masih aktif atau tidak
sehingga diketahui kehamilannya diinginkan atau tidak
(Mandriwati, 2008).
12) Pola Nutrisi
Tidak ada kontraindikasi dalam pemberian nutrisi setelah
persalinan. Ibu nifas memerlukan diet untuk mempertahankan
tubuh terhadap infeksi, mencegah konstipasi, dan untuk
memulai proses pemberian ASI eksklusif. Asupan kalori per
hari ditingkatkan sampai 2700 kalori. Asupan cairan per hari
ditingkatkan 3000 ml (susu 1000 ml) (Bahiyatun, 2009).
13) Pola Eliminasi
Untuk mengetahui frekuensi berkemih dan buang air besar.
Berkemih harus 4-8 jam pertama dan minimal sebanyak 200
cc. Buang Air Besar biasanya tertunda selama 2 sampai 3 hari
setelah melahirkan (Bahiyatun, 2009). Normalnya ibu nifas
harus sudah berkemih 4 – 8 jam pertama minimal 20 cc.

13
14) Personal Hygiene
Sering membersihkan perineum akan meningkatkan
kenyamanan dan mencegah infeksi. Membersihkan daerah
disekitar vulva dari depan ke belakang, dan anus. Ganti
pembalut setiap 4-6 jam. Jangan sentuh luka laserasi atau
episiotomi pada masa postpasrtum, seorang Ibu akan rentan
terhadap infeksi. Anjiurkan Ibu untuk selalu untuk menjaga
kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur dan lingkungannya
(Bahiyatun, 2009).
15) Pola seksualitas
Senggama aman dilakukan setelah darah tidak keluar dan ibu
tidak merasa nyeri ketika memasukan jari ke dalam vagina.
Keputusan bergantung pada pasangan (Kemenkes RI, 2013).
16) Pola istirahat
Seorang wanita yang dalam masa nifas dan menyusui
memerlukan waktu lebih banyak untuk istirahat karena
sedang dalam proses penyembuhan, terutama organ-organ
reproduksi dan untuk kebutuhan menyusui bayinya. Ibu
dianjurkan untuk tidur saat bayi tertidur (Bahiyatun, 2009).
Istirahat malam 6-8 jam sehari dan siang 1- 2 jam sehari
(Sulistyawati, 2009).
17) Pola Aktivitas
Untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan ibu setelah
bersalin. Ibu nifas akan kembali melakukan rutinitas seperti
sebelumnya secara bertahap (Kemenkes RI, 2013). Pada
persalinan normal dan keadaan ibu normal, ibu diperbolehkan
untuk mandi dan ke WC dengan bantuan orang lain yaitu
pada 1 atau 2 jam setelah persalinan. sebelumnya ibu diminta
untuk melakukan latihan menarik napas dalam serta latihan
tungkai dan harus duduk (Bahiyatun, 2009).
18) Pola menyusui
Untuk mengkaji kekerepan dan lama menyusui dengan ASI
tidak dibatasi (ASI on demand yaitu menyusui sesering
mungkin ketika bayi menginginkan pada siang dan malam

14
hari), dan teknik menyusui serta penyulit saat menyusui
(Kemenkes RI, 2013).
19) Psikologi ibu baru pada umumnya pasif dan tergantung,
perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya, ia
mungkin akan mengulang ulang menceritakannya waktu
melahirkan. Periode ini disebut periode taking hold
(Sulistyawati, 2009).
20) Tingkat pengetahuan ibu
Untuk mengetahui tempat persalinan, penolong dan
pendamping persalinan yang diinginkan, perubahan
fisik/keluhan yang terjadi selama kehamilan (Mandriwati,
2008).
b. Obyektif (O)
Data objektif adalah data yang diperoleh melalui observasi
dan hasil pemeriksaan, pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Varney langkah pertama pengkajian data (Asrinah,
2010).
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan Umum: dinilai baik jika dapat menjawab semua
pertanyaan (Manuaba, 2007).
b) Kesadaran: klien sadar akan menunjukkan tidak ada
kelainan psikologis (Manuaba, 2007).
c) Tekanan darah: segera setelah melahirkan, banyak
wanita mengalami peningkatan sementara tekanan darah
sistolik dan diastolik, yang kembali secara spontan ke
sebelum hamil selama beberapa hari.
d) Nadi: denyut nadi yang meningkat selama persalinan
akhir, kembali normal setelah beberapa jam pertama
pacscapartum.
e) Respirasi: pernapasan kembali normal selama jam
pertama pascapartum
f) Suhu: suhu kembali normal dalam 24 jam pertama
pascapartum
(Varney , 2008).

15
2) Status Present
a) Mata: Untuk mengetahui warna sklera (ikterik atau tidak,
menilai kelainan fungsi hati) dan warna konjungtiva
(pucat atau cukup merah, sebagai gambaran tentang
anemia secara kasar). Normalnya konjungtiva merah
muda dan sklera putih (Manuaba, 2007).
b) Mulut dan gigi: estrogen menyebabkan peningkatan
aliran darah ke mulut sehingga gusi menjadi rapuh dan
dapat menimbulkan gingivitis (Varney, 2007).
c) Leher: tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar
limfe dan vena jugularis yang mengindikasikan penyakit
jantung atau aneurisma vena, hipertiroid dan
kemungkinan infeksi (Manuaba, 2007).
d) Ekstremitas: : tidak ada edema, kekakuan otot dan sendi,
varises, reflek patella positif (Marmi, 2012).
e) Genetalia : normalnya tidak ada varises, perdarahan,
luka, cairan yang keluar, tidak ada pembesaran kelenjar
skene dan kelenjar bartholini (Mandriwati, 2008)
f) Kandung kemih: ibu nifas normal kandung kemih tidak
teraba (Marmi, 2012).
3) Status Obstetrik
a) Muka: pada ibu nifas dikaji untuk mengetahui ada edema
atau tidak, normalnya tidak ada edema, konjungtiva
merah muda, sklera putih, pupil isokhor (Marmi, 2012).
b) Payudara : terdapat benjolan/tidak, terdapat abses atau
tidak dan keadaan puting (Bahiyatun,2009; h. 103). Pada
hari ke 4 - 28 air susu yang keluar adalah ASI transisi
pada hari ke 3 – 8 dimana ASI yang keluar, dan ASI
matur pada hari ke 8 – 11 dan seterusnya
(Pusdiklatnakes, 2016; h. 136).
c) Abdomen: pada hari ke 4 s/d 28 hari TFU berkisar 5 cm di
bawah pusat atau pertengahan simfisis pusat, kontraksi
keras (Pusdiklatnakes, 2016; h. 134).

16
g) Genetalia:
(1) Lokea : Lokia sanguinolenta keluar pada hari ke 4-7
postpartum, warna merah kecoklatan dan berlendir,
pada hari ke 8 s/d ke 14 lokia serosa keluar
berwarna kuning kecoklatan (Pusdiklatnakes ,2016;
h. 135).
(2) Perineum : luka pada jalan lahir jika tidak disertai
infeksi akan sembuh dalam 6 – 7 hari dengan tanda
luka telah kering (Bahiyatun, 2009; h.
78).Pemeriksaan Penunjang: dilakukan jika ada
indikasi, Hb pada ibu nifas normal yaitu minimal 11
gr% (Marmi, 2012; h. 182).
h) Ekstremitas : Memeriksa ada tidaknya edema, kekakuan
otot dan sendi, kemerahan pada ekstremitas, ada tidaknya
varises, reflek patella, homan sign (normalnya negatif,
sebagai tanda penunjuk tromboplebitis) (Marmi, 2012; h.
182).
4) Pemeriksaan Penunjang: dilakukan jika ada indikasi,
meliputi pemeriksaan Hb (Hb ibu nifas normal: >11 gram%
dan pemeriksaan golongan darah penting untuk transfusi
darah apabila terjadi komplikasi (Marmi, 2012).
c. Analisa (A)
Analisa merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Varney langkah kedua, ketiga dan keempat,
meliputi diagnosis/masalah kebidanan, diagnosis/masalah
potensial dan kebutuhan segera yang harus diidentifikasi menurut
kewenangan bidan melalui tindakan mandiri, tindakan kolaborasi
dan tindakan merujuk klien (Asrinah, 2010).
Diagnosa: Ny... umur... P... A... nifas 4 s/d 28 hari (Marmi, 2012;
h. 182).
Masalah : Masalah yang timbul karena keluhan dari ibu
Diagnosa Potensial :Pada keadaan normal, diagnosa potensial
dapat diabaikan
Tindakan Segera : Pada keadaan normal, langkah ini dapat
diabaikan

17
d. Penatalaksanaan (P)
Penatalaksanaan yaitu pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Varney langkah kelima, keenam dan ketujuh,
meliputi tindakan.
1) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan.
2) Memastikan tidak ada peradangan dan masalah pada
payudara ibu
3) Menjelaskan kepada ibu tentang cara memeprbanyak
produksi ASI,diantaranya:
a) Bayi menyusu secara on demand atau setiap 2 jam
sekali serta menyusui selama 0 – 15 menit pada masing
– masing payudara.
Menrut penelitian yang dilakukan oleh Agustina dan
Sari tentang Breastfeeding Self Efficacy Dapat
Meningkatkan Produksi Asi Pada Ibu Post Partum
berdasarkan uji fisher exact Breastfeeding self efficacy
berpengaruh terhadap proses produksi ASI yang
ditunjukkan dengan nilai p 0.01 < 0.05.
b) Pastikan bayi menyusu dengan posisi yang baik
Menurut Tauriska dan Umamah (2014) tentang
“Hubungan antara Isapan Bayi dengan Produksi ASI
pada Ibu Menyusui di Rumah Sakit Islam Jemusari
Surabaya” bahwa hubungan isapan bayi dan produksi
ASI diperoleh dari 16 responden isapan bayi benar
hampir seluruhnya (94%) mempunyai produksi ASI
cukup dan yang mempunyai produksi ASI kurang
hanya (6%). Gerakan Isapan anak dapat mempengaruhi
stimulus pada puting susu. Dalam puting susu terdapat
banyak ujung saraf sensoris. Bila dirangsang, timbul
implus menuju hipotalamus selanjutnya ke kelenjar
hipofise anterior (bagian depan) sehingga kelenjar ini
menghasilkan hormon prolaktin. Salah satu usaha untuk
memperbanyak ASI adalah dengan menyusui anak
secara teratur. Semakin sering anak menghisap puting
susu ibu, maka akan terjadi peningkatan produksi ASI.

18
Dan sebaliknya jika anak berhenti menyusu maka
terjadi penurunan ASI.
c) Menyusui bayinya di tempat yang tennag dan nyaman
d) Ibu istirahat yang cukup serta mencukupi kebutuhan
nutrisinya.
Menjelaskan pada ibu akibat kurang istirahat akan
mengurangi produksi ASI dan memperbanyak
perdarahan yang dapat menyebabkan depresi dan
ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya
sendiri (Suherni dkk, 2009).
4) Menganjurkan ibu untuk tetap memeberikan ASI Eksklusif
kepada bayinya.
5) Memberikan konseling tentang perawatan payudara yaitu
menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama putting
susu, menggunakan BH yang menyokong payudara, apabila
putting susu lecet oleskan colostrum atau ASI yang keluar
pada sekitar putting setiap kali selesai menyusui.
Berdasarkan penelitian Wulan dan Gurusinga
(2012) tentang “Pengaruh Perawatan Payudara (Breast
Care) Terhadap Volume ASI pada Ibu Post Partum (Nifas)
di RSUD Deli Serdang Sumut Tahun 2012” menunjukkan
bahwa volume ASI sebelum perawatan payudara yaitu
4,50, dan volume ASI sesudah perawatan payudara yaitu
6,44 dengan nilai P value 0,021 tang berarti < 0,05. Hal
tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
positif antara sebelum dan sesudah perawatan payudara.
Hasil Penelitian ini sejalan dengan penelitaian yang
dilakukan oleh Amalia 2006 menunjukkan bahwa
perawatan payudara membawa dampak positif dalam
meningkatkan volume ASI, 75% ibu yang mendapat
perawatan payudara mendapat peningkatan volume ASI
dan 25% ibu yang tidak mendapat perawatan payudara
yang dikarenakan oleh adanya fakktor lainnya.
Menurut teori Tujuan Perawatan Payudara yaitu
yaitu meningkatkan produksi ASI dengan merangsang

19
kelenjar-kelenjar air susu melalui pemijatan, mencegah
bendungan ASI pembengkakan payudara, melenturkan dan
menguatkan putting, mengetahui secara dini kelainan
puting susu dan melakukan usaha untuk mengatasi. Pada
penelitian ini Perawatan payudara dilakukan 3 kali selama
satu minggu yaitu dengan cara merangsang atau memijat
payudara ibu, dan membersihkan putting susu ibu serta
mengompres payudara ibu dengan air hangat dan air dingin
secara bergantian selama 2 menit, yang dapat
mempengaruhi hipopises untuk mengeluarkan hormone
progesterone dan estrogen sehingga mengasilkan hormone
oksitosin. Dari hasil penelitian Hal tersebut dapat
meningkatkan produksi ASI sehingga kebutuhan bayi akan
ASI dapat tercukupi dengan baik. dan bayi tanpak tenang
serta tidak rewel.
6) Memotivasi ibu untuk makan yang banyak dan bergizi
seimbang seperti sayur-sayuran hijau, lauk, kacang-
kacangan (kacang hijau, jagung, kedelai) terutama yang
banyak mengandung protein dan vitamin A agar produksi
air susu tetap banyak serta mencukupi kebutuhan cairan
selama masa nifas.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wulandari
dan Jannah (2015) tentang “Pengaruh Pemberian Sari
Kacang Hijau pada Ibu Nifas dengan Kelancaran Prduksi
ASI Di BPM Yuni Widaryanti, Amd. Keb Sumbermulyo
Jogoroto Jombang” peneliti mengemukakan bahwa terjadi
kelancaran pengeluaran ASI sesudah diberikan sari kacang
hijau. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan David H. Simanjuntak dan Etti Sudaryati
menunjukkan bahwa ibu yang sewaktu hamil hingga proses
persalinan rutin mengkonsumsi kacang-kacangan volume
ASI yang keluar pada saat menyusui dua kali lebih banyak
dan kental daripada ibu yang sejak hamil hingga proses
persalinan tidak rutin mengkonsumsi kacang-kacangan. Hal
ini sesuai dengan teori shohib (2006) yang menyebutkan

20
bahwa kandungan dari kacang-kacangan mampu membantu
proses pertumbuhan janin pada ibu hamil serta mampu
mengoptimalkan pengeluaran ASI serta kepekatan warna
ASI pada ibu menyusui.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Chahyanto dan Roosita (2013) yang berjudul “Hubungan
Asupan Vitamin A dengan Produksi Air Susu Ibu (ASI)
pada Ibu Nifas”, menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara asupan vitamin A dengan produksi
ASI (p<0.05). Hal ini berarti semakin tinggi konsumsi
pangan sumber vitamin A, maka produksi ASI juga akan
semakin tercukupi. Selain itu, konsumsi pa-ngan yang
memiliki kandungan vitamin A sedikit tetapi dikonsumsi
dalam jumlah banyak juga dapat memengaruhi kecukupan
produksi ASI.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
Soetarini et al. (2009) di Polindes Kalisongo Dau Malang
yang menyatakan bahwa terdapat pe-ngaruh antara vitamin
A terhadap pengeluaran ASI ibu postpartum. Hal ini karena
vitamin A berfungsi dalam membantu produksi steroid
(Almatsier 2006). Pidada et al. diacu dalam Marwah et al.
(2010) menambahkan bahwa steroid dan vitamin A
berperan merangsang proliferasi epitel alveolus sehingga
akan terbentuk alveolus yang baru dan terjadi peningkat-an
jumlah alveolus dalam kelenjar ambing.
7) Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri terutama
daerah perineum yaitu dibersihkan dengan air bersih dan
sabun, mengganti pembalut setiap 4 jam sekali, setelah
BAB dan BAK serta pastikan daerah .
Menurut Timbawa, dkk (2015) tentang “Hubungan
Vulva Hygiene dengan Pencegahan Infeksi Luka Perineum
pada Ibu Post Partum di Rumah Sakit Pancaran Kasih
GMIM Manado” dapat dikatakan bahwa ada hubungan
vulva hygiene dengan pencegahan infeksi luka perineum
pda ibu post partum di Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM

21
Manado. Kemudian didapatkan OR = 10,667 yang berarti
bahwa peran vulva hygiene baik berpeluang 10 kali lebih
besar terhadap pencegahan infeksi dibandingkan dengan
vulva hygiene kurang. Dari hasil penelitian yang dilakukan
oleh Harijati (2012), terhadap 30 responden di RB/BKIA
Ny. Harijati didapatkan bahwa 26 responden (86,67%)
berperilaku positif tentang vulva hygiene dan 4 responden
(13,33%) berperilaku negative tentang vulva hygiene. Hal
ini dipengaruhi oleh umur yang matang, tingkat pendidikan
dan informasi yang didapat.
8) Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang antara
hari ke 29 – 42post partum, atau apabila ada keluhan.
Hasil : ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang
9) Mendokumentasikan kegiatan

22

Anda mungkin juga menyukai