Anda di halaman 1dari 12

BAB II

LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar Nifas
1. Konsep Dasar Nifas
Masa Nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta,serta selaput
yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil
dan waktu kurang lebih 6 minggu (Walyani & Purwoastuti, 2015).
2. Tujuan Masa Nifas
Menurut Wahyu P (2015), tujuan masa nifas dibagi menjadi 2, yaitu :
1) Tujuan umum
Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh anak.
2) Tujuan khusus
a) Menjaga kesehatan ibu dan bayi, baik fisik maupunpsikologisnya.
b) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah
c) mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi, baik pada ibu maupun bayi.
d) Memberikan pendididkan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
KB, menyususi, pemberian imunisasi kepada bayi dan perawatan bayi sehat.
3. Periode Masa Nifas
Adapun tahapan atau periode masa nifas menurut Walyani & Purwoastuti (2015)
menjadi 3, yaitu :
1) Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri atau
berjalan, serta beraktivitas layaknya wanita normal.
2) Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya sekitar 6-8 minggu.
3) Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi.
4. Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas
Sistem tubuh ibu akan kembali beradaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi
postpartum. Organ-organ tubuh ibu yang mengalami perubahan setelah melahirkan
antara lain :
1) Perubahan Sistem Reproduksi
a) Uterus Involusi
merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum hamil.
Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk
meraba dimana TFU-nya (Tinggi Fundus Uteri).
b) Lokhea Lokhea
adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea berbau amis atau anyir
dengaan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau
tidak sedap menandakan adanya infeksi. Pengeluaran lokhea dibagi
berdasarkan jumlah dan warnanya sebagai berikut :
a. Lokhea Rubra Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa
postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar,
jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut
bayi), dan mekonium.
b. Lokhea Sanguinolenta Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan
berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 postpartum.
c. Lokhea Serosa Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena
mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar
pada hari ke-7 sampai hari ke-14
d. Lokhea Alba Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,
selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati, berupa cairan putih.
Lokhea alba dapat berlangsung selama 2-6 minggu postpartum
e. Lokhea Purulenta Lokhea ini disebabkan karena terjadinya infeksi, cairan
yang keluar seperti nanah yang berbau busuk.
f. Lochiostatis Pengeluaran lokhea yang tidak lancar.
c) Perubahan Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami pebekanan serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi, dalam beberapa hari pertama setelah partus
keadaan vulva dan vagina masih kendur, setelah 3 minggu secara perlahan
akan kembali ke keadaan sebelum hamil.
d) Perubahan Perineum Perineum akan menjadi kendur karena sebeumnya
teregang oleh tekanan kepala bayi dan tapak terdapat robekan jika dilakukan
episiotomi yang akan terjadi masa penyembuhan selama 2 minggu.
e) Perubahan Serviks Serviks mengalami involusi bersama uterus, setelah
persalinan ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tenagh, setelah
6 minggu persalinan serviks menutup.
f) Perubahan pada Payudara Suplai darah ke payudara meningkat dan
menyebabkan pembengkakan vaskular sementara, air susu saat diproduksi
diispan di alveoli dan harus dikeluarkan dengan efektif dengan cara dihisap
oleh bayi untuk pengadaan dan keberlangsungan laktasi.
2) Perubahan Sistem Pencernaan
Pada ibu yang melahirkan dengan cara operasi Sectio Caesarea biasanya
membutuhkan waktu sekitar 103 hari agar fungsi saluran cerna dan nafsu makan
dapat kembali normal. Dibandingkan ibu yang melahirkan secara spontan baisanya
lebih cepat lapar karena telah mengeluarkn energi yang begitu banyak pada proses
persalinan.
3) Perubahan Sistem Perkemihan Buang air kecil sulit selama 24 jam, urine dalam
jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Keadaan
ini meyebabkan dieresis, ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo
6 minggu. Maka hal ini baisanya di perlukan katerisasi pada ibu karena kondisi
organ reproduksi ibu belum berfungsi secara optimal pasca operasi.
4) Perubahan Sistem Muskuloskeletal Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah
partus, pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan
terjepit, sehingga akan menghentikan perdarahan. Ambulasi dini sangat membantu
untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi. Pada umumnya
ambulasi dimulai 4-8 jam postpartum.
5) Perubahan Sistem Hematologi
Pada minggu-minggu terakhir kehailan, kadar fibrogen dan plasma serta faktor-
faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama postpartum, kadar
fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan
peningkatan viskositas sehingga meningkatkan fakktor pembekuan darah.
6) Perubahan Sistem Kardiovaskuler Kardiak output meningkat selama persalinan dan
berlangsung sampai kala III ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan
terjadi pada beberapa hari pertama postpartum dan akan kembali normal pada akhir
minggu ke 3 postpartum.
7) Perubahan Sistem Endokrin Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3
jam postpartum, progesteron turun pada hari ke 3 postpartum, kadar prolaktin
dalam darah berangsur-angsur hilang.
8) Perubahan Tanda-tanda Vital Tanda-tanda vital yang sering digunakan sebagai
indikator bagi tubuh yang mengalami gangguan atau masalah kesehatan adalah
nadi, pernafasan, suhu dan tekanan darah. Denyut nadi normal berkisar antara 60-
80 kali permenit. Pada proses persalinan biasanya akan mengalami peningkatan,
tetapi pada masa nifas denyut nadi akan kemabli normal. Frekuensi pernafasan
normal berisar antara 18-24 kali permenit. Setelah persalinan, frekuensi pernafasan
akan kembali normal, keadaan pernafasan biasanya berhubungan dengan suhu dan
denyut nadi. Suhu tubuh dapat meningkat sekitar 0,5o C dari keadaan normal 36o -
37,5o C, hal ini disebabkan karena meningkatnya metabolisme tubuh pada saat
proses persalinan. Tekanan darah normal untuk sistol berkisar antara 110-140
mmHg dan untuk diastol antara 60-80 mmHg, setelah persalinan tekanan darah
sedikit menurun karena terjadinya perdarahan pada saat proses persalinan.
4. Perubahan Psikologis pada Masa Nifas
Perubahan psikologis pada masa nifas menurut Walyani & Purwoastuti (2015), yaitu :
(1). Fase taking in Fase taking in yaitu periode ketergantungan, berlangsung dari hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan, pada fase ini ibu sedang berfokus
terutama pada dirinya sendiri, ibu akan berulang kali menceritakan proses
persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir.
(2). Fase taking hold Fase taking hold adalah periode yang berlangsung antara 3-10
hari setelah melahirkan, pada fase ini timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan
dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi.
(3). Fase letting go Fase letting go adalah periode menerima tanggung jawab akan
peran barunya sebagai orang tua, fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
B. Konsep dasar keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah mengumpulkan semua data yang akurat dan lengkap
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien secara keseluruhan. Perawat
dapat melakukan pengkajian dengan efektif, maka harus menggunakan format
pengkajian yang terstandar agar pertanyaan yang diajukan lebih terarah dan relevan,
pengumpulan data ada 2 jenis yaitu (Endang purwoastuti, 2015).
Pengkajian pada postpartum (masa nifas) menurut Elisabeth Siwi (2015), ada 2
jenis yaitu data subjektif dan data objektif sebagai berikut :
a. Data subjektif
Untuk memperoleh data subjektif dapat dilakukan dengan cara anamnesa yaitu
informasi yang kita dapatkan bisa langsung dari pasien atau juga bisa dari orang-
orang terdekat klien.
Data subjektif, sebagai berikut :
1) Indetitas/biodata
2) Keluhan utama
3) Riwayat kesehatan : yang dikaji adalah riwayat kesehatan yang lalu, risayat
kesehatan sekarang, riwayat kesehatan keluarga.
4) Riwayat perkawinan : yang dikaji adalah menikah sejak umur berapa, lama
perkawinan, berapa kali menikah, status pernikahan sangat mempengaruhi
psikologis ibu yang berhubungan dengan masa nifas
5) Riwayat obstetric
6) Riwayat KB
7) Kehidupan social budaya.
8) Data psikososial : untuk mengetahui respons ibu dan keluarga terhadap bayinya,
respon keluarga terhadap ibu dan bayinya, respon ibu terhadap dirinya sendiri,
respon ibu terhadap bayinya
9) Data pengetahuan : untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang
perawatan setelah melahirkan
10) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari antara lain, nutrisi dan cairan, personal
hygiene, eliminasi, istrahat, seksual, dan aktivitas.
b. Data objektif
Dalam menghadapi klien dalam masa nifas ini. Perawat harus mengumpulkan data
untuk memastikan apakah klien dalam keadaan normal atau tidak. Bagian dari
pengkajian data objektif, yaitu :
1) Keadaan umum ibu : observasi tingkat energy dan keadaan emosi ibu
2) Tanda-tanda vital : tekanan darah normal < 140/90 mmHg, tekanan darah
tersebut bisa meningkat dari pra persalinan pada 1- 3 hari postpartum, suhu
normal kurang dari 38oC, nadi normal 60-100 x/menit, pernapasan normal 20-30
x/menit.
3) Payudara : dalam melakukan pengkajian apakah terdapat benjolan,
pembesaran kelenjar, dan bagaimanakah keadaan putting susu ibu apakah
menonjol atau tidak, apakah payudara ibu bernanah atau tidak.
4) Uterus : periksa tinggi fundus uteri apakah sesuai dengan involusi uteri,
apakah kontraksi uterus baik atau tidak, apakah konsistensinya lunak atau keras.
5) Kandung kemih : jika kandung kemih ibu penuh, maka bantu ibu untuk
mengosongkan kandung kemihnya dan anjurkan ibu agar tidak menahan apabila
terasa BAK.
6) Ekstremitas bawah : pada pemeriksaan kaki apakah ada varises, refleks patella,
nyeri tekan atau panas pada betis.
7) Genetalia : periksa pengeluaran lochea, warna, bau, dan jumlahnya,
hematom vulva (gumpulan darah), gejala yang paling jelas dan dapat
diindetifikasi dengan inspeksi vagina dan serviks dengan cermat, lihat kebersihan
pada genetalia ibu, ibu harus selalu menjaga kebersihan pada alat genetalianya
karena pada masa nifas ini ibu sangat mudah sekali untuk terkena infeksi.
8) Perineum : pada pemeriksaan perineum sebaiknya ibu dalam posisi dengan
kedua tungkai dilebarkan. Saat melakukan pemeriksaan perineum periksalah
jahitan laserasinya. Terlebih dahulu bersihkan pada bagian jahitan laserasi
dengan kasa yang diberi betadine supaya jahitan terlihat tampak lebih jelas.
9) Lochea : mengalami perubahan karena proses involusi yaitu lochea rubra,
serosa, dan alba.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang di alaminya baik yang
berlangsung aktual maupun yang potensial diagnosa keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respon klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan.
Jenis diagnosa keperawatan dibagi menjadi dua jenis yaitu diagnosa negatif dan
diagnosa positif. Diagnosa negatif menunjukkan bahwa klien dalam kondisi sakit atau
berisiko mengalami sakit sehingga menegakkan diagnosis ini akan mengarahkan
pemberian intervensi keperawatan yang bersifat penyembuhan, pemulihan dan
pencegahan diagnosis ini terdari dari diagnosis aktual dan diagnosis risiko. Sedangkan
diagnosis positif menunjukkan bahwa klien dalam kondisi sehat dan dapat mecapai
kondisi yang lebih sehat atau optimal. Diagnosis ini disebut juga dengan diagnosis
promosi kesehatan (ICNP, 2015, standar praktik keperawatan indonesia-PPNI. 2005)

Menurut SDKI 2017, Diagnosa keperawatan yang muncul pada masa nifas adalah
sebagai berikut :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agens injuri fisik (pembedahan, episiotomi,
trauma jalan lahir)
b. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplasi ASI
c. Resiko infeksi
d. Defisit perawatan diri mandi/ kebersihan diri berhubungan dengan kelemahan
e. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya tepapar informasi tentang
penanganan postpartum.
f. Konstipasi berhubungan dengan penurunan otot abdomen, penurunan peristaltik
usus
No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Keperawatan

1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, Observasi
berhubungan dengan maka tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil:
agen pencedera fisik 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
(prosedur operasi) 1. Keluhan nyeri (menurun) intensitas nyeri
2. Meringis (menurun) 2. Mengidentifikasi skala nyeri
3. Sikap protektif (menurun) 3. Mengidentifikasi respons nyeri non verbal
4. Gelisah (menurun) 4. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
5. Kesulitan tidur (menurun) nyeri
6. frekuensi nadi (membaik)
Terapeutik

5. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Edukasi

6. Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


7. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri

2 Menyusui tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, Observasi
efektif berhubungan maka status menyusi membaik dengan kriteria hasil :
dengan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima Informasi
ketidakadekuatan 1. Pelekatan bayi pada payudara ibu (meningkat) 2. Identifikasi Tujuan Dan Keinginan Menyusui
suplai ASI 2. Kemampuan ibu memposisikan bayi dengan benar
(meningkat) terapeutik
3. Berat badan bayi (meingkat) 3. Menyediakan Materi Dan Media Pendidikan Kesehatan
4. Suplai ASI adekuat (meningkat) 4. Jadwalkan Pendidikan Kesehatan Sesuai Kesepakatan
5. Kepercayaan pada ibu (meningkat) 5. Berikan Kesempatan Untuk Bertanya
6. Dukung Ibu Meningkatkan Kepercayaan Diri Dalam Menyusui
7. Libatkan Sistem Pendukung : Suami, Keluarga, Tenaga Kesehatan
Dan Masyarakat
8. Berikan Konseling Menyusui

Edukasi

9. Jelaskan Manfaat Menyusui Bagi Ibu Dan Bayi


10.Ajarkan 4 Posisi Menyusui Dan Perlekatan (Lacth On) Dengan
Benar
11.Ajarkan perawatan payudara postpartum

3 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, Observasi
maka tingkat infeksi menurun dengan kriteria hasil
1. Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
1. Demam (menurun)
2. Kemerahan (menurun) Terapeutik
3. Nyeri (menurun) 2. Memberikan perawatan kulit pada area edema
4. Bengkak (menurun) 3. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
5. Kadar sel darah putih (membaik) lingkungan pasien
4. Mempertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi

Edukasi

5. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi


6. Mengajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
7. Mengkolaborasikan pemberian imunisasi, jika perlu

4 Deficit perawatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, Observasi
diri berhubungan maka perawatan diri meningkat dengan kriteria hasil
dengan kelelahan 1. Memonitor tingkat kemandirian
1. Kemampuan mandi (meningkat) Terapeutik
Kemampuan mengenakan pakaian (meningkat)
2. Kemampuan ke toilet (meningkat) 2. Menyediakan lingkungan yang terapeutik
3. Minat melakukan perawatan diri (meningkat) 3. Mendampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri
4. Menjadwalkan rutinutas perawatan diri
5. Menganjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai
kemampuan

5 Deficit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, Observasi
berhubungan dengan maka tingkat pengetahuan meningkat dengan kriteria hasil:
kurangnya terpapas 1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
informasi 1. Perilaku sesuai anjuran (meningkat)
2. Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu Terapeutik
topic (meningkat) 2. Menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan
3. Perilaku sesuai dengan pengetahuan (meningkat) 3. Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
4. Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi (menurun) 4. Memberikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi

5. Menjelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan


6. Mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

6 Konstipasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, Observasi


berhubungan dengan maka eliminasi fekal membaik dengan kriteria hasil :
penurunan oto 1. periksa tanda dan gejala konstipasi
abdomen, penurunan 1. Keluhan defekasi lama dan sulit (menurun) 2. periksa pergerakan usu, karakteristik feses
peristaltic usus 2. Mengejan saat defekasi (menurun) 3. Identifikasi factor resiko konstipasi
3. Nyeri abdomen (menurun)
Terapeutik
4. Lakukan masase abdomen, jika perlu
5. Berikan enema atau irigasi , jika perlu

Edukasi

6. Jelaskan etiologi masalah dan alasna tindakan


7. Anjurkan peningkatan asupan cairan , jika tidak ada
kontraindikasi
8. Anjurkan cara mengarasi konstipasi

Kalaborasi

9. Kolaborasi penggunaan obat pencahar , jika perlu


4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawa
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan
yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (potter & pretty,
2011).
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah tahapan akhir proses keperawatan yang terdiri dari evaluasi proses
(formatif) dan evaluasi hasil (sumatif). Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan
setelah perawat melakukan tindakan keperawatan yang dilakukan terus menerus hingga
mencapai tujuan. Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setiap hari setelah
semua tindakan sesuai diagnosa keperawatan dilakukan evaluasi sumatif terdiri dari
SOAP (Subjek, Objek, Analisis, Planning). Subjek berisi respon yang
diungkapkan oleh pasien dan objektif berisi respon nonverbal dari pasien responrespon
tersebut didapat setelah perawat melakuukan tindakan keperawatan. Analisis merupakan
kesimpulan dari tindakan dalam perencanaan masalah keperawatan dilihat dari keteria
hasil apakah teratasi, tertasi sebagian atau belum teratasi. Sedangkan pleaning berisi
perencanaan tindakan keperawatan yang harus dilakukan selanjutnya.
Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan keberhasilan tujuan tindakan
yaitu tujuan tercapai apabila pasien menunjukkan perubahan sesuai kriteria hasil yang
telah ditentukan, tujuan tercapai sebagaian apabila jika klien menunjukkan perubahan
pada sebagaian kriteria hasil yang telah ditetapkan, tujuan tidak tercapai jika klien
menunjukkan sedikit perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali. (Suprajitno dalam
Wardani,2013)
DAFTAR PUSTAKA

Buku SDKI Edisi I Cetakan III (Revisi) Oleh Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017
Buku SIKI Edisi I Cetakan II Oleh Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018
Buku SLKI Edisi I Cetakan II Oleh Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019
Janah Nurul. (2017). Manajemen Asuhan Kebidanan Intranatal Care Gestasi 38–40 Minggu
Dengan Asuhan Persalinan Normal. Retrieved from http://www.albayan.ae. (Diakses
pada tanggal 04 Oktober 2018).
Maryunani Anik. (2010). Nyeri dalam persalinan “teknik dan cara penanganannya”. Jakarta:
Trans Info Media
Nugroho T. (2010). Buku Ajar Obstetri. Yogyakarta : Nuha Medika
Nur Maretta (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Dengan Bendungan Asi.
Indonesian Journal On Medical Science – Volume 4 No 2 – 2017, 4, (183–188).
Potter & Perry 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktek Edisi 4. Jakarta: EGC.
Suherni,dkk (2009). Perawatan Masa Nifas. Edisi ke-empat, Yogyakarta: Fitramaya.
Buku SDKI Edisi I Cetakan III (Revisi) Oleh Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017
Buku SIKI Edisi I Cetakan II Oleh Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018
Buku SLKI Edisi I Cetakan II Oleh Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019

Anda mungkin juga menyukai