Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung kira kira 6-8 minggu. Dalam masa ini terjadi
beberapa perubahan, antara lain psikis, fisik, involusio uterus, pengeluaran
lokhea, dan pengeluaran ASI, serta perubahan sistem tubuh lainnya.
(Sarwono Prawirohardjo)
Angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi, menurut Survey
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002/2003 pada angka
307/100.000 kelahiran hidup atau setiap 2 jam terdapat 2 orang ibu bersalin
yang meninggal dunia karena berbagai sebab. Penyebab kematian di
Indonesia adalah trias klasik yaitu perdarahan (40-90%), eklampsi (20-30%),
dan infeksi (20-30%). (Saefudin, 2000)
Diperkirakan 60%-80% kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama
setelah persalinan. Hal ini menunjukkan beberapa perhitungan asuhan
kesehatan ibu nifas yang telah diberikan. Dengan demikian asuhan masa nifas
diperlukan dalam periode ini, karena merupakan masa kritis ibu maupun
bayinya. (Saefudin, 2001)
Tingginya angka kematian ibu tidak dapat dipisahkan dari peran serta
seorang tenaga kesehatan, khususnya bidan. Bidan dalam memberikan asuhan
masa nifas adalah memberikan asuhan yang konsisten, ramah, dan
memberikan dukungan pada setiap ibu dalam proses penyembuhan dari stres
fisik akibat persalinan, serta meningkatkan kepercayaan diri ibu dalam
merawat bayinya. Bidan harus dapat merencanakan asuhan yang dapat
diberikan pada ibu sesuai dengan kebutuhan ibu tersebut. (Ambarwati, dkk,
2009)
Salah satu tujuan dari Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) adalah mewujudkan persalinan yang sehat dan aman. Salah satu
upayanya adalah dengan melakukan pemantauan dalam 24 jam pertama pada
ibu post partum.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan Asuhan Kebidanan Nifas normal dengan menerapkan
konsep pendekatan manajemen kebidanan.

2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian untuk memperoleh data yang dibutuhkan
pada ibu nifas. Berupa data subjektif dan objektif.
b. Merumuskan identifikasi masalah/diagnose.
c. Melakukan penatalaksanaan dan evaluasi untuk tindakan yang
komprehensif dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
d. Mendokumentasikan asuhan kebidanan ibu nifas.

C. Manfaat
1. Bagi Penulis
a. Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan
pengalaman dalam melaksanakan asuhan kebidanann nifas.
b. Dapat mengidentifikasi adanya masalah untuk diberikan asuhan
kebidanan
c. Dapat menerapkan secara langsung ilmu asuhan kebidanan pada
masyarakat dengan kasus nifas normal.
2. Bagi Klien dan Keluarga
a. Agar klien mengetahui dan memahami perubahan yang terjadi pasca
melahirkan secara fisiologis maupun psikologis.
b. Agar klien mengetahui dan waspada adanya tanda bahaya masa
nifas, serta bisa segera melakukan penanganan bila terjadi tanda
bahaya.
3. Bagi Masyarakat
Dapat dijadikan tambahan informasi kepada masyarakat tentang
perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu nifas baik secara biologis dan
psikologis serta masalah pada masa nifas.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan sumber kepustakaan dan perbandingan pada asuhan
kebidanan pada ibu nifas fisiologis.
5. Bagi Lahan Praktek
Hasil penulisan dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan
untuk lebih meningkatkan pelayanan kessehatan bagi masyarakat dan
selalu menjaga mutu pelayanan.

D. WAKTU DAN TEMPAT PRAKTEK

- Waktu : tanggal 04 Februari – 15 Maret 2019


- Tempat : Puskesmas Miri Sragen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR TEORI


1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali ke keadaan seperti
sebelum hamil, lama nifas yaitu 6-8 minggu. (Rustam, 1998). Masa nifas
dimulai setelah partus selesai dan berakhir kira-kira 6 minggu, akan tetapi
seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum kehamilan dalam
waktu 3 bulan. (Sarwono Prawirohardjo, 2008:237)
Menurut Sarwono, (2006) masa nifas (puerperium) dimulai setelah
plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu,
yang disertai perubahan fisik antara lain :
1. Involusio uterus dan bagian-bagian lain dari traktus genetalis.
2. Pengeluaran ASI.
3. Perubahan fisiologis dari sistem lain di dalam tubuh.
2. Tujuan Asuhan Masa Nifas
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi, baik fisik maupun psikologi.
b. Melaksanakan skriningg yang komprehensif mendekati masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun pada
bayinya.
c. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
d. Mencegah atau mendeteksi atau menetalaksanakan komplikasi yang
timbul pada waktu pasca persalinan, baik medis, bedah atau obstetrik.
e. Dukungan pada ibu dan keluarganya pada peralihan kesuasana keluarga
baru.
f. Promosi dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan
bainya secara memberikan pengetahuan tentang tanda-tanda bahaya, gizi,
istirahat, tidur dan kesehatan diri serta memberikan micro nutrusi, jika
perlu.
g. Konseling asuhan bayi baru lahir.
h. Dukungan ASI
i. Konseling dan pelayanan KB termasuk nasehat hubungan seksual.
j. Imunisasi ibu terhadap tetanus
3. Tahapan Masa Nifas
Menurut Rustam, (1998) masa nifas dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu :
1. Puerperium Dini
Kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan.
2. Puerperium Intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
3. Puerperium Remote
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila
selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi maka waktu untuk
sehat sempurna bisa berminggu minggu. (Vivian Nanny, 2010:04)
4. Periode Masa Nifas
Periode masa nifas (puerperium) adalah perode waktu selama 6-8 minggu
setelah persalinan. Proses ini di mulai setelah selesainnya persalinan dan
berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali keadaan sebelum hamil/ tidak
hamil sebagai akibat dari adannya perubahan fisiologis dan fsikologi karna
proses persalinan.
1. Periode masa nifas di bagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:
a. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.pada masa
ini sering terdapat banyak masalah seperti pendarahan.
b. Periode Early postpartum (24 jam-1 minggu)
Masa dimana involsi uterus harus dipastikan dalam keadaan normal,
tidak ada pendarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu
cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui
dengan baik.
c. Periode Latei Postpartum (1-5 minggu)
Masa di mana perawatan dan pemeriksaan kondisi sehari-hari, serta
konseling KB.
Pembagian masa nifas di bagi dalam tiga periode yaitu:
a. Peurperium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-
jalan.
b. Peurperium intermedial
Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalis yang lamanya 6-8
minggu.
c. Remote peurperium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi
5. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
1. Perubahan sistem reproduksi
a. Involusi Uteri
Dalam masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna
akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Perubahan-perubahan alat-alat genetalia ini dalam
keseluruhannya disebut involusi. (Sarwono, 2006). Proses involusi
adalah proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan. Proses itu dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. (Vivian Nanny, 2010:55)
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari di bawah pusat 750 gram
1 Minggu Pertengahan pusat dan simphisis 500 gram
2 Minggu Tak teraba di atas simphisis 350 gram
6 Minggu Bertambah kecil 50 gram
8 Minggu Sebesar normal 30 gram
Proses Involusi Uterus
1) Iskhemia myometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus-menerus
dari uterus setelah pengeluaran plasenta, membuat uterus
relatif anemia dan menyebabkan serat otot atrofi.
2) Autolisis
Proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot
uterus. Hal ini disebabkan karena penurunan hormon estrogen
dan progesteron.
3) Efek Oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot
uteri, sehingga akan menekan pembuluh darah yang
menyebabkan berkurangnya suplai darah ke uterus. (Vivian
Nanny & Tri Sunarsih, 2011:56)
b. Endometrium
Dari pertama tebal endometrium 2,5 mm permukaannya kasar akibat
pelepasan desidua dan selaput janin. Setelah 3 hari tidak ada
pembentukan jaringan parut pada luka bekas implantasi. (Siti Soleha,
2009:56-57)
c. Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan selama masa nifas dan mempunyai
reaksi basal alkali yang dapat membuat organisme berkembang lebih
cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal. (Vivian
Nanny & Tri Sunarsih, 2011:58). Jenis-jenis lochea, yaitu sebagai
berikut :
1) Lochea Rubra
Berwarna merah karena berisi darah segar dari sisa selaput
ketuban, sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium.
Keluar pada 1-3 hari post partum.
2) Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir yang keluar
pada hari ke 3-7 pasca persalinan.
3) Lochea Serosa
Warna merah jambu kemudian menjadi kuning. Cairan tidak
berdarah lagi pada hari ke 7-14 post partum.
4) Lochea Alba
Dimulai hari ke-14 kemudian semakin lama semakin
berkurang hingga berhenti 1-2 minggu berikutnya. Cairan
berwarna putih terdiri dari leukosit dan sel desidua. (Siti
Soleha, 2009:56)
5) Lochea Purulenta
Terjadi karena infeksi. Cairan yang keluar seperti nanah
berbau busuk.
6) Lochea Statis
Lochea yang tidak lancar keluarnya. (Suherni, dkk, 2009:79)
d. Vagina
Pada minggu ke-3 vagina mengecil dan timbul ruggae kembali
(lipatan-lipatan).
e. Perineum
Terjadi robekan perineum hampir pada semua persalinan pertama.
Robekan umumnya terjadi di garis tengah dan bisa meluas,
kemungkinan karena kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus
pubis lebih kecil dari massanya, dan kepala janin ukurannya lebih
besar dari sirkum forensia sub oksipito bregmatika. (Suherni, dkk,
2009:79)
2. Perubahan payudara
Selama beberapa hari pertama post partum karena tubuh wanita
mempersiapkan diri untuk memberikan nutrisi kepada bayi maka dapat
mengalami kongesti. Wanita yang menyusui berespon terhadap stimulasi
bayi yang disusui sehingga akan terus melepaskan hormon dan
menstimulasi alveoli yang memproduksi susu. (Hellen Varney, dkk,
2007:960)
3. Perubahan sistem kardiovaskuler
Tonus otot polos pada dinding vena mulai membaik. Volume darah
mulai berkurang, biskositas darah kembali normal, dan arah jantung serta
tekanan darah menurun sampai kadar sebelum hamil. (Monica Ester,
2008:6)
4. Perubahan sistem pencernaan
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini
disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat
tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan
yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan,
hemoroid, dan laserasi jalan lahir. BAB ibu nifas harus dilakukan 3-4
hari pasca persalinan. (Suherni, dkk, 2009:80)
Agar buang air besar teratur dapat diberikan makanan yang
mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. Apabila ini tidak
berhasil dapat diberikan suppositoria biskodil per rektal untuk
melunakkan tinja. (Derek Liewellyn Jones, 2002)
5. Perubahan sistem perkemihan
Kesulitan miksi mungkin terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan,
karena refleks penekanan aktivitas detrusor yang disebabkan oleh
tekanan pada basis kandung kemih selama melahirkan. Jika tidak dapat
mengeluarkan urin mungkin diperlukan kateterisasi. (Derek Liewellyn
Jones, 2002)
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu.
Kandung kencing dalam puerperium kurang sensitif dan kapasitasnya
bertambah, sehingga kandung kencing penuh atau sesudah kencing masih
tertinggal urin residual (normal ± 15 cc). Sisa urin dan trauma pada
kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi.
(Ambarwati, Eny Retna, dkk, 2009)
6. Perubahan tanda-tanda vital
a. Suhu badan
Satu hari (24 jam) post partum suhu badan akan naik sedikit (37,5
°C-38 °C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan
cairan, dan kelelahan sehingga dapat berefek dehidrasi. Apabila
keadaan normal suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga
suhu badan akan naik lagi karena adanya pembentukan ASI, buah
dada menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila
suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium,
mastitis, traktus genetalis atau sistem lain.
b. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali/menit. Sehabis
melahirkan yaitu pada jam pertama post partum biasanya denyut
nadi akan lebih cepat atau meningkat.
c. Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah
setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi
pada post partum dapat menandakan terjadinya preeklampsi post
partum.
d. Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan
denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan
mengikutinya kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran
pernafasan. (Ambarwati, Eny Retna, dkk, 2009)
6. Perubahan Psikologis Masa Nifas
1. Fase-fase yang berhubungan dengan adaptasi khusus pada keadaan
psikologis ibu dalam masa nifas, yaitu sebagai berikut :
a. Fase Taking-In
Periode ketergantungan yang berlangsung pada hari ke-2 setelah
melahirkan. Pada saat itu, ibu fokus pada perhatian dirinya sendiri.
Ibu cenderung pasif dengan lingkungannya.
b. Fase Taking Hold
Berlangsung 3-10 hari post partum. Ibu merasa khawatir akan
ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi.
Ibu memiliki perasaan sangat sensitif sehingga mudah tersinggung
dan gampang marah.
c. Fase Letting Go
Fase menerima tanggung jawab barunya yang berlangsung 10 hari
setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri
dan bayinya, serta kepercayaan diri sudah meningkat. (Vivian Nanny
& Tri Sunarsih, 2011:65-66)
2. Post Partum Blues
Sebagai suatu sindrom gangguan efek ringan pada minggu pertama
setelah persalinan dengan ditandai gejala-gejala seperti berikut ini :
a. Reaksi depresi atau sedih.
b. Sering menangis.
c. Mudah tersinggung dan marah.
d. Cemas.
e. Labilitas perasaan.
f. Cenderung menyalahkan diri sendiri.
g. Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan.
h. Kelelahan.
i. Pelupa.
3. Kesedihan dan Duka Cita
a. Hari ke 1
Hari istirahat, pemulihan, dan kesenangan yaitu ketika mendapat
kenangan persalinan yang menggemparkan.
b. Hari ke 2
Kenikmatan berbaring dan menatap bayi yaitu ketika mendapat
tekanan hidup karena kelahiran bayi.
c. Hari ke 3
Perubahan keseimbangan hormon, karena 9 bulan sudah terlewati
sehingga perhatian dari dokter dan keluarga menurun.
4. Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir
a. Boonding Attachment
Boonding adalah dimulainya interaksi sensorik fisik. Attachment
adalah ikatan yang terjalin antara individu. (Nelson, 1986). Tahap-
tahap Boonding Attachment, yaitu :
1) Perkenalan (Acquintace)
Melakukan kontak mata, menyentuh, berbicara, dan eksplorasi
segera setelah mengenal bayinya.
2) Keterikatan (Boonding)
3) Attachment
Perasaan kasih sayang yang mengikat individu satu dengan yang
lain.
b. Respon Ayah dan Keluarga
Respon Positif
1) Ayah dan keluarga menyambut kelahiran bayi dengan bahagia.
2) Ayah tambah giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan bayi.
3) Ayah dan keluarga melibatkan diri dalam perawatan bayi.
4) Perasaan sayang ayah terhadap ibu yang melahirkan bayi.
Respon Negatif
1) Kehamillan yang tidak diinginkan.
2) Kegagalan KB.
3) Ayah merasa kurang mendapat perhatian.
4) Faktor ekonomi.
c. Sibling Rivalry
Anak-anak dari orang tua yang sama, seorang saudara laki-laki atau
perempuan (kamus kedokteran). Rivalry adalah keadaan kompetisi atau
antagonisme antara saudara kandung untuk mendapatkan simpati dan
perhatian. Pertengkaran atau kecemburuan terhadap saudara laki-laki
atau perempuan terjadi pada orang tua yang mempunyai 2 anak atau
lebih.

7. Kebutuhan Dasar Masa Nifas


1. Gizi
Mengkonsumsi makanan tambahan pada bulan pertama dengan
kebutuhan nutrisi sebanyak 300 kal/hari, 6 bulan selanjutnya 500
kal/hari, tahun kedua 400 kal/hari. Selain itu juga mengkonsumsi vitamin
A 200.000 IU dan zat besi 1 tablet/hari selama 40 hari.
2. Istirahat dan tidur
Istirahat cukup (siang hari ± 2 jam dan malam hari 7-8 jam)
3. Hubungan seks dan KB
a. Hubungan seks
Hubungan seks aman dilakukan setelah darah merah berhenti dan ibu
dapat memasukkan satu atau dua jari ke dalam vagina tanpa rasa
sakit.

b. KB
Idealnya setelah melahirkan dapat hamil lagi setelah 2 tahun dan
kontrasepsi aman digunakan setelah 42 minggu post partum.
4. Eliminasi
a. BAK
1) Dalam 6 jam ibu nifas harus sudah BAK spontan.
2) Urin jumlah banyak akan diproduksi dalam waktu 12-36 jam
setelah melahirkan.
b. BAB
1) BAB biasanya tertunda selama 2-3 hari karena oedema
persalinan dan perineum yang sakit.
2) Bila lebih dari 3 hari belum BAB, bisa diberikan obat.
5. Ambulasi
Ibu post partum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-
48 jam pos partum. Penambahan kegiatan harus berangsur-angsur, jadi
bukan maksudnya ibu segera setelah bangun dibenarkan mencuci,
memasak, dan sebagainya. (Siti Suleha, 2009:72)
6. Personal hygiene
Pada masa post partum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh
karena itu, kebersihan diri, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting
untuk tetap dijaga agar mencegah terjadinya infeksi. (Suherni, dkk,
2009:55)
a. Kebersihan Ibu
1) Menjaga kebersihan seluruh tubuh.
2) Membersihkan daerah kelamin.
3) Mengganti pembalut maksimal 3-4 jam dan setiap kali mandi.
4) Mencuci tangan sebelum menyentuh daerah kelamin.
b. Kebersihan Bayi
1) Memandikan bayi 6 jam setelah persalinan. Bayi dimandikan 2
kali/hari.
2) Mengganti pakaian setiap basah.
3) Menjaga pantat dan daerah kelamin.
4) Menjaga tempat tidur selalu bersih dan hangat.
5) Menjaga semua perlengkapan bayi tetap bersih.

8. Kunjungan Masa Nifas


Kunjungan Waktu Tujuan
I 6-8 jam setelah 1. Mencegah perdarahan masa nifas akibat
persalinan atonia uteri.
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan dan rujuk jika perdarahan
berlanjut.
3. Memberi konseling pada ibu atau salah
satu anggota keluarga mengenai cara
mencegah perdarahan masa nifas akibat
atonia uteri.
4. Pemberian ASI awal.
5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi
baru lahir.
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan
mencegah hipotermia.
7. Petugas kesehatan yang menolong
persalinan harus mendampingi ibu dan
bayi baru lahir selama 2 jam pertama
setelah kelahiran atau sampai ibu dan
bayi dalam keadaan stabil.
II 6 hari setelah 1. Memastikan involusi uteri berjalan
persalinan normal, uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau.
2. Menilai adanya demam.
3. Memastikan agar ibu mendapatkan
cukup makanan, cairan, dan istirahat.
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tidak memperlihatkan tanda penyulit.
5. Memberi konseling pada ibu tentang
asuhan pada bayi, perawatan tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat, dan
perawatan bayi sehari-hari.
III 2 minggu Sama seperti kunjungan kedua
setelah
persalinan
IV 6 minggu 1. Mengkaji tentang kemungkinan penyulit
setelah
persalinan pada ibu.
2. Memberi konseling keluarga berencana
(KB) secara dini.

9. Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas


1. Perdarahan pervaginam
Perdarahan post partum ditandai dengan adanya kehilangan darah
sebanyak 500 cc atau lebih dari traktus genetalia setelah melahirkan.
Perdarahan post partum primer mencakup semua kejadian perdarahan
dalam 24 jam setelah melahirkan, sedangkan perdarahan post partum
sekunder mencakup semua kejadian perdarahan yang terjadi antara 24
jam setelah kelahiran bayi dan 6 minggu post partum.
2. Infeksi Masa Nifas
Infeksi masa nifas atau sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus
genetalis yang terjadi pada setiap saat antara awiran pecahan ketuban
(ruptur membran) dan 42 hari setelah persalinan, dimana terdapat dua
atau lebih dari hal-hal-berikut, yaitu :
a. Nyeri pelvic
b. Demam 38,5 °C atau lebih
c. Rabas vagina yang abnormal
d. Rabas vagina yang berbau busuk
e. Keterlambatan dalam kecepatan penurunan uterus
3. Keluhan Payudara
a. Bendungan air susu
Selama 24 jam hingga 48 jam pertama payudara sering mengalami
distensi menjadi keras dan berbenjol-benjol. Keadaan ini disebut
dengan bendungan air susu, sering menyebabkan rasa nyeri yang
cukup hebat dan bisa disertai dengan kenaikan suhu. Lamanya panas
berkisar dari 4 hingga 16 jam dan suhu tubuhnya berkisar antara 38
°C-39 °C.
b. Mastitis
Inflamasi parenkimatosis glandula mammae merupakan komplikasi
antepartum yang jarang terjadi kadang-kadang dijumpai dalam masa
nifas dan laktasi. Bendungan yang mencolok biasanya mendahului
inflamasi dengan keluhan pertama berupa menggigil atau gejala
rigor yang segera diikuti oleh kenaikan susu tubuh dan peningkatan
frekuensi denyut nadi. Payudara kemudian menjadi keras,
kemerahan, dan nyeri.
10. Pemeriksaan Fokus pada Ibu Masa Nifas
Adapun pengkajian pada pasien pasca persalinan normal menurut Bobak,
(2005), meliputi :
Pengkajian data dasar klien
Tinjauan ulang catatan prenatal dan intraoperative dan adanya indikasi
untuk kelahiran abnormal. Sedangkan cara pengumpulan data meliputi
observasi, wawacara, pemeriksaan fisik melalui inpeksi, paslpasi, auskultasi
dan perkusi.
1. Identitas klien.
a. Identitas klien meliputi : Nama, usia, status perkawinan, pekerjaan,
agama, pendidikan, suku, bahasa yang digunakan, sumber biaya,
tanggal masuk rumah sakit dan jam, tanggal pengkajian, alamat
rumah.
b. Identitas suami meliputi : Nama suami, usia, pekerjaan, agama,
pendidikan, suku.
2. Riwayat Keperawatan.
a. Riwayat kesehatan.
Data yang perlu dikaji antara lain : Keluhan utama saat masuk
rumah sakit, faktor – faktor yang mungkin mempengaruhi, adapun
yang berkaitan dengan diagnosa yang perlu dikaji adalah
peningkatan tekanan darah, eliminasi, mual dan muntah,
penambahan berat badan, edema, pusing, sakit kepala, diplopia,
nyeri episgastrik.
b. Riwayat kehamilan.
Informasi yang dibutuhkan adalah para dan gravida, kehamilan yang
direncanakan, masalah saat hamil atau ante natal care (ANC) dan
imunisasi yang diberikan selama ibu hamil.
c. Riwayat melahirkan.
Data yang harus dikaji adalah tanggal melahirkan, lamanya
persalinan, posisi fetus, tipe melahirkan, analgetik, masalah selama
melahirkan jahitan perineum dan perdarahan.
d. Data bayi.
Data yang harus dikaji meliputi : jenis kelamin, dan berat badan
bayi. Kesulitan dalam melahirkan, apgar score, untuk menyusui atau
pemberian susu formula dan kelainan kongenital yang tampak pada
saat dilakukan pengkajian.
e. Pengkajian masa nifas atau post partum.
Pengkajian yang dilakukan meliputi : keadaan umum, tingkat akifitas
setelah melahirkan, gambaran lochea, keadaan perineum, abdomen,
payudara, episiotomy, kebersihan menyusui dan respon orang
terhadap bayi.
3. Pemeriksaan Fisik.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada ibu nifas atau pasca partum yaitu:
a. Rambut
Kaji kekuatan rambut klien karena sebab diet yang baik selama masa
hamil membpunyai rambut yang kuat dan segar.
b. Muka
Kaji adanya edema pada muka yang dimanifestasikan dengan
kelopak mata yang bengkak atau lipatan kelopak mata bawah
menonjol.
c. Mata
Kaji warna konjungtiva bila berwarana merah dan basah berarati
normal, sedangkan bila berwarna pucat berarti ibu mengalami
anemia, dan jika konjungtiva kering maka ibu mengalami dehidrasi.
d. Payudara
Kaji pembesaran, ukuran, bentuk, konsistensi, warna payudara dan
kaji kondisi putting, kebersihan putting, adanya Asi.
e. Uterus
Inspeksi bentuk perut ibu mengetahui adanya distensi pada perut,
palpasi juga tinggi fundus uterus, konsistensi serta kontraksi uterus.
f. Lochea
Kaji lochea yang meliputi karakter, jumlah warna, bekuan darah
yang keluar dari baunya.
g. Sistem perkemihan
Kaji kandung kemih dengan palpasi dan perkusi untuk menentukan
adanya distensi pada kandung kemih yang dilakukan pada abdomen
bagian bawah.
h. Parineum
Pengkajian dilakukan pada ibu dengan menempatkan ibu pada posisi
sinus inspeksi adanya tanda-tanda “REEDA” (Rednes atau
kemerahan, echymosis atau perdarahan bawah kulit, edeme atau
bengkak, discharge atau perubahan lochea, approximationatau
pertautan jaringan).
i. Ektremitas bawah
Ektremitas atas dan bawah dapat bergerak bebas, kadang ditemukan
oedema, varises pada tungkai kaki, ada atau tidaknya tromboflebitis
karena penurunan aktivitas dan reflek patella baik.
j. Tanda-tanda vital
Kaji tanda-tanda vital meliputi suhu, nadi, pernafasan dan tekanan
darah selama 24 jam pertama masa nifas atau pasca partum.
4. Pemeriksaan penunjang.
a. Jumlah darah lengkap hemoglobin atau hemotrokit ( Hb/ Ht) :
mengkaji perubahan dari kadar pra operasi dan evaluasi efek dari
kehilangan darah pada pembedahan.
b. Urinalis : Kultur urine, darah, vaginal, dan lochea, pemeriksaan
tambahan didasarkan pada kebutuhan individual.
11. Pendidikan Kesehatan untuk Ibu Masa Nifas
Pendidikan yang perlu diberikan kepada ibu nifas :
1. Nutrisi
Tujuan : Dengan nutrisi yang adekuat dapat membantu mempercepat
penyembuhan ibu dan juga sangat mempengaruhi susunan air susu
Pendidikan kesehatan gizi untuk ibu menyusui, antara lain :
a. Konsumsi tambahan 500 kalori setiap hari
b. Makan dengan diet berimbang
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari
d. Tablet zat besi harus diminum selama 40 hari pasca bersalin
e. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) untuk memberi asupan
vitamin A juga kepada bayinya, yaitu dengan melalui ASInya
2. Personal Hygiene
Tujuan : Menghindari infeksi post patum, karena pada saat post
partum ibu sangat rentan terhadap infeksi.
Pendidikan kesehatan kebersihan diri untuk ibu nifas antara lain :
a. Menganjurkan kebersihan seluruh tubuh
b. Mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin
c. Menyarankan ibu untuk mengganti pembalut
d. Menyarankan ibu untuk cuci tangan sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelamin
e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, menyarankan
untuk menghindari menyentuh daerah luka
3. Istirahat dan Tidur
Tujuan : Dengan istirahat yang cukup dapat mencegah terjadinya
kelelahan yang berlebihan, juga dapat meningkatkan produksi ASI,
mempercepat proses involusi uterus dan menekan perdarahan
Pendidikan kesehatan untuk ibu nifas dalam hal istirahat/tidur meliputi :
a. Menganjurkan ibu untuk cukup istirahat
b. Menyarankan ibu untuk kembali ke kegiatan rumah secara perlahan-
lahan dan menjelaskan pada ibu bahwa kurang istirahat akan
pengaruhi ibu dalam jumlah ASI yang diproduksi memperlambat
proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan
depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayi serta diri sendiri.
4. Ambulasi dan Latihan (Senam Nifas)
Tujuan : Dengan early ambulation diharapkan kondisi ibu sehat dan kuat,
faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik.
Pendidikan kesehatan untuk ibu nifas dalam hal istirahat/tidur meliputi :
a. Diskusikan pentingnya mengembalikan fungsi otot-otot perut dan
panggul kembali normal, shg mengurangi rasa sakit pada punggung
b. Menjelaskan bahwa latihan tertentu selama beberapa menit setiap
hari sangat membantu. Misalnya dengan tidur terlentang dan lengan
disamping, menarik otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas,
angkat dagu ke dada, tahan sampai lima hitungan, rileks dan ulangi
sepuluh kali. Untuk memperkuat tonus otot vagina, yaitu dengan
latihan kegel.
c. Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot bokong
dan pinggul, kemudian tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan
ulangi latihan sebanyak lima kali.
d. Mulai dengan mengerjakan lima kali latihan untuk setiap gerakan.
Setiap minggu tingkatkan jumlah latihan lima kali lebih banyak.
Pada minggu ke-66 setelah persalinan, ibu harus mengerjakan setiap
gerakan sebanyak 30 kali.
5. Pemberian ASI
Tujuan: Kebutuhan nutrisi bayi tercukupi, karena ASI mengandung
semua gizi yang dibutuhkan oleh bayi.
Pendidikan kesehatan untuk ibu nifas dalam pemberian ASI sangat
bermanfaat, karena pemberian ASI merupakan cara yang terbaik untuk
ibu dan bayi. Oleh karena itu, berikan KIE tentang cara perawatan
payudara.
Teknik Perawatan Payudara
1.      Tempelkan kapas yang sudah diberi minyak kelapa atau baby oil
selama ± 5 menit, kemudian puting susu dibersihkan
2.      Tempelkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara.
a. Pengurutan dimulai kearah atas, kesamping, lalu kearah
bawah.Dalam pengurutan posisi tangan kiri kearah sisi kiri,
telapak tangan kanan kearah sisi kanan.
b. Pengurutan diteruskan kebawah,kesamping selanjutnya
melintang, lalu telapak tangan mengurut kedepan kemudian
kedua tangan dilepaskan dari payudara,ulangi gerakan 20-30
kali
c. Gerakan-gerakan pada perawatan payudara
1) Gerakan Pertama
Kedua tangan disimpan di bagian tengah atau antara
payudara, gerakan tangan ke arah atas pusat ke samping, ke
bawah kemudian payudara diangkat sedikit dan dilepaskan,
lakukan 20-30 kali.
2) Gerakan Kedua
Satu tangan menahan payudara dari bawah, tangan
yang lain mengurut payudara dengan pinggir tangan dari
arah pangkal ke puting susu, dilakukan 20-30 kali
dilakukan pada kedua payudara secara bergantian.
3) Gerakan Ketiga
Satu tangan menahan payudara di bagian bawah,
tangan yang lain mengurut dengan bahu, jari tangan
mengepal, lakukan pengurutan dari arah pangkal ke puting
susu, 20-30 kali dilakukan pada kedua payudara secara
bergantian.
4) Selesai pengurutan, payudara disiram dengan air hangat dan
dingin bergantian selama ±5 menit, keringkan payudara
dengan handuk bersih kemudian gunakan BH yang bersih
dan menopang.
5) Bersihkan payudara terutama bekas minyak
6) Pakailah  BH yang terbuka bagian depannya (untuk Ibu
menyusui) dan yang menyangga buah dada atau langsung
susui bayi. (Saryono, 2009)
6. Hubungan Seks
Pendidikan kesehatan tentang seks dan keluarga berencana yaitu
a. Hubungan seks dapat dilakukan saat darah nifas sudah berhenti dan
ibu sudah merasa nyaman
b. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami
istri sampai masa laku tertentu. Misalnya, setelah 40 hari atau 6
minggu setelah persalinan. Keputusan untuk segera melakukan
hubungan seks tergantung pada pasangan yang bersangkutan
7. Keluarga Berencana
Tujuan: Strategi konseling KB terbaik adalah dilakukan pada saat masa
nifas,
Pendidikan kesehatan untuk ibu nifas dalam hal istirahat/tidur meliputi :
a. Idealnya, pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun
sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan, menentukan sendiri
kapan dan bagaimanamereka ingin merencanakan tentang
keluarganya.
b. Terkait beberapa metode KB hal berikut sebaiknya dijelaskan
terlebih dahulu pada ibu.
1) Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan
efektifitasnya
2) Kelebihan dan keuntungan
3) Kekurangannya
4) Efek samping
5) Bagaimana menggunakan metode itu
6) Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pasca
persalinan dan menyusui.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN DAN MANAJEMEN
KEBIDANAN
1. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Nifas
Konsep merupakan penjelasan mengenai teori yang telah diuji
melalui observasi/ penelitian. Asuhan nifas adalah penerapan fungsi dan
kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan
kepada klien yang mempunyai kebutuhan/masalah dalam bidang ibu
pada masa nifas (Depkes 2002, hal.13)
Dalam memberikan asuhan kepada klien, bidan harus memberikan
pelayanan secara komprehensif. Kusmiyati (2008,hal.2)
2. Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh
bidan dalam menerapkan metoda pemecahan masalah secara sistimatis
dimulai dari pengkajian, analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. (Standar profesi kebidanan 1999).
Konsep Teori menurut Hellen varney ada 7 langkah dalam
manajemen kebidanan yaitu:
1. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu langkah awal yang dipakai dalam
menerapkan asuhan kebidanan pada pasien.Pada tahap ini semua
data dasar dan informasi tentang klien dikumpulkan dan dianalisa
untuk mengevaluasi keadaan pasien.
Data ini difokuskan pada :
a. Data Subjektif
1. Biodata
a. Nama
Dikaji dengan nama jelas dan lengkap agar tidak terjadi
kekeliruan dalam melaksanakan tindakan.
b. Umur
Untuk mengetahui apakah klien dalam kondisi yang
beresiko atau tidak.

c. Agama
Untuk mengetahui keyakinan yang dianut klien
Sehingga dapat mempermudah dalam melaksanakan
asuhan kebidanan.
d. Suku/bangsa
Untuk mengetahui sosial budaya dan adat istiadat yang
dianut pasien sehingga dapat mempermudah dalam
melaksanakan asuhan kebidanan.
e. Pendidikan
Pendidikan perlu dikaji untuk mengetahui tingkat
kemampuan klien.
f. Alamat
Untuk mengetahui pasien tinggal dimana
2. Keluhan Pasien
Ditujukan pada data yang terutama mengarah pada tanda
dan gejala yang berhubungan dengan nifas.
3. Riwayat Kesehatan Pasien
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu pernah
menderita atau sedang menderita penyakit-penyakit
meliputi hipertensi, jantung, TBC, paru-paru, asma,
diabetes mellitus, riwayat penyakit/ trauma tulang
punggung.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah dalam
keluarga mempunyai riwayat penyakit keturunan
5. Riwayat Obstetri
a. Riwayat haid
Riwayat haid perlu dikaji untuk mengetahui apakah
kehamilannya aterm atau tidak melalui perhitungan
HPHT.
b. Riwayat persalinan yang lalu : dinilai juga nifas,tempat
persalinan,penolong dan laktasi
c. Riwayat persalinan sekarang
Hal yang perlu dikaji meliputi sejauh ini berapa lama
proses persalinan berlangsung, apakah persalinan pada
awalnya berlangsung normal atau kemudian berhenti
secara tiba-tiba, apakah kulit ketubannya sudah pecah
dan jika telah pecah berapa lama hal itu telah terjadi.
Plasenta, perdarahan (kala III, IV)
6. Pola kehidupan sehari-hari
a. Pola nutrisi
Nutrisi pasien perlu dikaji karena malnutrisi merupakan
faktor resiko terjadinya penyulit dalam masa nifas
b. Pola elimininasi
Dikaji untuk mengetahui tentang BAB dan BAK baik
frekuensi dan pola sehari-hari
c. Pola istirahat
Dikaji untuk mengetahui pola tidur serta lamanya tidur.
d. Pola seksual
Dikaji apakah ada gangguan atau keluhan dalam
hubungan seksual.
e. Pola aktifitas
Aktifitas bisa untuk mengetaui perkembangan
pemulihan ibu.
f. Pola personal hygiene masalah dan lingkungan
Mandi berapa kali, gosok gigi berapa kali, kramas
berapa kali, bagaimana kebersihan lingkungan apakah
memenuhi syarat kesehatan.
7. Keadaan sosial ekonomi
Untuk mengkaji hubungan sosial ibu dengan keluarga dan
untuk mengkaji kemampuan pasien berkaitan dengan biaya
perawatan dan pengobatan yang diberikan.
8. Data Psikologis
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui keadaan psikologi ibu
sehubungan dengan adanya masalah dalam masa nifas
b. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Dilakukan pemeriksaan umum untuk mengkaji keadaan
umum, kesadaran, tanda-tanda vital (TD, nadi,suhu, dan
RR) yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya
kelainan dalam masa nifas.
a. Muka
Untuk mengetahui adakah oedema, pucat.
b. Mata
Untuk mengetahui konjungtiva anemis atau tidak,
sklera ikterik atau tidak
c. Mulut
Diperiksa untuk mengetahui apakah ada stomatitis atau
tidak, dan ada caries dentis atau tidak.
d. Leher
Diperiksa apakah ada pembesaran kelenjar tyroid dan
kelenjar getah bening atau tidak.
e. Dada
Untuk mengetahui dada simetris atau tidak, ada retraksi
dinding dada saat respirasi atau tidak.
f. Mammae
Apakah ada kelainan pada bentuk payudara
g. Abdomen
Diperiksa untuk mengetahui kontraksi uterus sering dan
kuat atau tidak, bekas operasi, dan TFU.
h. Genitalia
Dikaji apakah ada oedem vulva atau tidak, vagina
panas dan kering atau tidak, rupture dan kondisi jahitan.
i. Lokhea
Warna, bau dan jumlah
j. Anus
Apakah pada saat inspeksi ada hemoroid atau tidak.
k. Ekstremitas
Diperiksa apakah ada varises atau tidak , apakah ada
odem dan kelainan atau tidak.
2. Interpretasi data untuk mengidentifikasi diagnosa/ masalah
Interpretasi dibentuk dari data dasar, dalam hal ini dapat
berupa diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan.
a. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa yang dapat ditegakan adalah diagnosa yang berkaitan
dengan para, abortus , umur ibu, umur nifas , keadaan nifas
b. Masalah

3. Diagnosa Potensial
Langkah ini dibuat berdasarkan keadaan ibu yang mungkin
terjadi yang dapat diketahui dari pemeriksaan objektif dan data
penunjang serta yang membutuhkan tindakan antisipasi.
4. Tindakan Segera
Pada langkah ini perlunya tindakan segera bidan atau
dokter dan atau ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani
bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi bayi.
(Sudarti, 2013)
5. Perencanaan /Intervensi
Merencanakan asuhan kebidanan sesuai dengan kasus yang
ada yang didukung dengan pendekatan yang rasional sebagai dasar
untuk mengambil keputusan sesuai langkah selanjutnya.
Perencanaan berkaitan dengan diagnose kebidanan, masalah, dan
kebutuhan.
6. Pelaksanaan/ Implementasi
Pelaksanaan bertujuan untuk mengatasi diagnose
kebidanan, masalah pasien sesuai rencana yang telah dibuat,
pelaksanaan tersebut hendaknya dibuat secara sistematis, agar
asuhan kebidanan dapat diberikan dengan baik.
7. Evaluasi
Penalaran dari semua tindakan yang telah dilakukan,
apakah implementasi sesuai dengan perencanaan dan harapan dari
asuhan kebidanan yang diberikan.
3. Catatan Perkembangan / Dokumentasi dalam Bentuk SOAP
a. Pengertian SOAP
SOAP adalah catatan yang tertulis secara singkat, lengkap dan
bermanfaat bagi bidan atau pemberian asuhan yang lain mulai dari
data subjektif, data objektif, analisa dan penatalaksanaan.
b. Tujuan catatan SOAP
1. Menciptakan catatan permanen tentang asuhan yang diberikan
2. Memungkinkan berbagai informasi antara pemberian asuhan
3. Memfasilitasi asuhan yang berkesinambungan
4. Mengevaluasi asuhan yang diberikan
5. Memberikan data untuk riset,catatan nasional dan
statistic,mortalitas dan morbiditas
c. Manfaat catatan SOAP
1. Sebagai kemajuan informasi yang sistematis dan mengorganisir
pertemuan data kesimpulan mbidan menjadi rencana asuhan.
2. Penyaringan intisari dari proses pelaksanaan untuk penyediaan
dokumentasi asuhan.
d. Model Pendokumentasian SOAP
Pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan
kebidanan sesuai dengan kebutuhan individu. Oleh karena itu, pengkajian
harus akurat, lengkap, sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat
penting dalam merumuskan suatu diagnosa kebidanan dan memberikan
pelayanan kebidanan sesuai dengan respon individu sebagaimana yang
telah ditentukan sesuai standar dalam praktek kebidanan dalam
keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/MENKES/SK/VI/2002 tentang
Registrasi dan Praktik Bidan dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia NOMOR 369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi
Bidan. Penyusunan data sebagai indicator dari data yang mendukung
diagnose kebidanan adalah suatu kegiatan kognitif yang komplek dan
bahkan pengelompokkan data focus adalah sesuatu yang sulit.
a. S ( Subjective) : Pernyataan atau keluhan pasien
Data Subjektif merupakan data yang berhubungan / masalah dari
sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan
keluhan yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan
berhubungan langsung dengan diagnosis. Pada orang yang bisu, di bagian
data di belakang “S” diberi tanda “0” atau “X” ini menandakan orang itu
bisu. Data subyektif menguatkan diagnosa yang akan dibuat.
b. O (Objective) : Data yang diobservasi
Data Objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang
jujur, hasil pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium /
pemeriksaan diagnostic lain. Catatan medic dan informasi dari keluarga
atau orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini sebagai data
penunjang. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta
yang berhubungan dengan diagnosis. Data ini memberi bukti gejala klinis
pasien dan fakta yang berhubungan dengan dignosa. Data fisiologis, hasil
observasi yang jujur, informasi kajian teknologi (hasil laboratorium, sinar
X, rekaman CTG, USG, dan lain-lain) dan informasi dari keluarga atau
orang lain dapat dimasukkan dalam kategori ini. Apa yang dapat
diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen yang berarti dari
diagnosa yang akan ditegakkan.

c. A (Assessment) : Diagnosa kebidanan


Assessment merupakan pendokumentasian hasil analisis dan
interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Karena keadaan
pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan dan akan ditemukan
informasi baru dalam data subjektif maupun objektif, maka proses
pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Analisis yang tepat dan
akurat mengikuti perkembangan data pasien akan menjamin cepat
diketahuinya perubahan pada pasien, dapat terus diikuti dan diambil
keputusan/tindakan yang tepat.
d. P (Penatalaksanaan)
Mengacu dari diagnosa dan masalah dapat direncanakan dan
dilakukan tindakan kebidanan yang mendukung kehamilan normal.Dengan
dokumentasi yang berisi kenyataan yang essensial dapat menjaga
kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadiuntuk suatu periode
tertentu.Dengan dokumentasi yang berisi kenyataan yang essensial dapat
menjaga kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi untuk suatu periode
tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, W. 2003. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra Cendika Press


Ester . 2008. PerubahanSistemKardiovaskuler. Jakarta : EGC
Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan dan Kandungan. Jakarta : EGC
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2010. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC
Nany,Vivian Lia Dewi dan Sunarsih Tri.2011.Asuhan Kebidanan pada ibu
Nifas.Jakarta: Salemba Medika
Nanny dan Sunarsih. 2011. Tanda-TandaShock .Jakarta : Salemba Medika
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. IlmuKebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka.
Rukiyah, Ai yeyeh, DKK. 2013. AsuhanKebidanan III (Nifas). Jakatra: Trans
Info Media.
Rustam, Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta : EGC
Saifuddin, AB, 2009. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
MaternaldanNeonatal. Jakarta: EGC.
Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta :Salemba
Medika
Setyowati.2009 .komplikasiMasaNifas. Jakarta : EGC
Suherni, dkk. 2009. PerubahanMasaNifas. Yogyakarta :MitraCendika
Varney, H. 2007. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2.
Jakarta,EGC, 2007

Anda mungkin juga menyukai