Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAAN

A. Latar Belakang
Masa nifas adalah sesudah persalinan dan kelahiran bayi ,plasenta,serta
selaput yang diperlukan lukan untuk memulihkan kembali organ kandungan
seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu . proses
pemulihan kesehatan ibu pada masa nifas merupakan suatu hal yang sangat
penting dan ikut menentukan berhasil tidaknya peran dan fungsi keluarga ,
dimana keluarga mendukung proses pemulihan ibu post partum . pada masa
nifas akan mengalami perubahan baik fisik maupun psikis . perubahan fisik
meliputi ligamen-ligamen bersifat lembut dan kendor otot-otot tegang, uterus
membesar postur tubuh berubah sebagai kompensasi terhadap perubahan berat
badan pada masa hamil. Berat badan akan bertambah menjadi 10-15 kg
sehingga proses bersalinan berlangsung (wiknjosastro 2009,).
Angka kematian ibu (AKI)pada nifas didunia mencapai 500,0000 jiwa
setiap tahun . kematian meternal paling banyak adalah pada masa nifas sebesar
49,125 % dan 50% kematian maa nifas terjadi pada 24 jam pertama . post
partum atau masa nifas merupakan masa setelah partus selesai dan
berakhirnya kira-kira 6 minggu. 8 jam pasca persalinan ibu harus tidur
telentang untuk mencegah perdarahan. sesudah 8 jam, ibu boleh miring kekiri
atau kekanan untuk mencegah trombosis (Mansjoer Arif ,1999).
Pada masa nifas terjadi banyak perubahan, baik itu secara fisiologis
maupun psikologis. Di mana gangguan atau perubahan dari psikologis ini
bisa membuat ibu depresi juga bahaya untuk bayi.
Berdasarkan hal tersebut ,maka penulis berminat untuk membuat
makalah Biologi Reproduksi tentang “Fisiologi Masa Nifas” sehingga dapat
bermanfaat untuk semua pembaca.

1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan yang diuraikan di atas, rumusan
masalah yang hendak di kaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Asuhan Masa Nifas.
2. Perawatan Masa Puerperium.
3. Perubahan Sistem Reproduksi Pada Ibu Nifas.
4. Perubahan Sistem Pencernaan pada Masa Nifas.
5. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami, mengetahui perubahan fisik pada masa
nifas
2. Tujuan Khsus
a. Mengetahui perubahan perubahan sistem reproduksi pada masa nifas
b. Mengetahui sistem pencernaan pada masa nifas

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Masa nifas (Peurperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2006).
Puerperium/ nifas dibagi dalam tiga periode :
1) Puerperium diniyaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh
bekerja setelah 40 hari.
2) Puerperium intermedialyaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia
yang lamanya 6-8 minggu.
3) Remote puerperiumadalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama waktu persalinan mempunyai komplikasi.
Waktu untuk sehat bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan
(Ambarwati, 2010).

B. Tujuan Asuhan Masa Nifas


1. Tujuan umum :
Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh
anak.
2. Tujuan khusus
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologinya
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati/merujuk apabila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, kb, menyusui, pemberian imunisasi, dan perwatan bayi baru
lahir
d. Memberikan pelayanan keluarga berencana
(Saleha, Sitti, 2009).

3
Tabel 1
Jadwal Dan Asuhan Selama Kunjungan Dan Nifas
Kunjunga
Waktu Tujuan
n
1 6-8 jam a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
setalah uteri.
persalinan b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
pendarahan rujuk biar pendarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga bagaimana cara mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d. Pemberian ASI awal melakukan hubungan antara
ibu dan bayi baru lahir.
e. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermi.
2 6 hari a. Memastikan involusi uterus berjalan normal,
setelah uterus berkontraksi, fundus uterus berada
persalinan dibawah umbilical, tidak ada pendarahan.
b. Menilai adanya tanda demam, infeksi atau
pendarahan abnormal.
c. Memastikan ibu menyusui mendapatkan cukup
makanan, cairan, dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
e. Memderikan konseling pada ibu mengenai asuhan
pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat,
dan merawat bayinya sehari-hari.
3 2 minggu Sama seperti di atas (sehari setelah persalinan)
setelah
persalinan
4 6 minggu a. Menanyakan kepada ibu tentang penyulit-
setelah penyulit yang ia alami atau bayi alami.
persalinan b. Memberikan konseling untuk KB secara dini.
(Saleha, Sitti, 2009).

C. Perawatan Masa Puerperium

4
Perawatan pueperium lebih aktif dengan dianjurkan untuk melakukan “
mobilisasi dini ”(early mobilization). Perawatan mobilisasi mempunya
keuntungan :
a. Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi pueperium
b. Memperlancar involusi alat kandungan
c. Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan
d. Menigkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi
ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.

D. Perubahan Sistem Reproduksi Pada Ibu Nifas


Perubahan alat-alat genital baik interna maupun eksterna kembali
seperti semula seperti sebelum hamil disebut involusi. Bidan dapat membantu
ibu untuk mengatasi dan memahami perubahan-perubahan seperti:
1. Involusi uterus.
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana
uterus kembali ke kondisi sebelum hamil.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
1) Iskemia Miometrium – Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi
yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga
membuat uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan serat otot
atrofi.
2) Atrofi jaringan – Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian
hormon esterogen saat pelepasan plasenta.
3) Autolysis – Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi
di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan
otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang
sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi
selama kehamilan. Hal ini disebabkan karena penurunan hormon
estrogen dan progesteron.
4) Efek Oksitosin – Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan
retraksi otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini

5
membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta
serta mengurangi perdarahan.

Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum hamil.
Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum adalah
sebagai berikut:
Tinggi Fundus Diameter
Involusi Uteri Berat Uterus
Uteri Uterus
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm
7 hari (minggu 1) Pertengahan pusat 500 gram 7,5 cm
dan simpisis
14 hari (minggu 2) Tidak teraba 350 gram 5 cm
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm

2. Involusi Tempat Plasenta


Uterus pada bekas implantasi plasenta merupakan luka yang kasar
dan menonjol ke dalam kavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, dengan
cepat luka mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan
pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali.
Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah
besar yang tersumbat oleh thrombus. Luka bekas plasenta tidak
meninggalkan parut. Hal ini disebabkan karena diikuti pertumbuhan
endometrium baru di bawah permukaan luka. Regenerasi endometrium
terjadi di tempat implantasi plasenta selama sekitar 6 minggu.
Pertumbuhan kelenjar endometrium ini berlangsung di dalam decidua
basalis. Pertumbuhan kelenjar ini mengikis pembuluh darah yang
membeku pada tempat implantasi plasenta hingga terkelupas dan tak
dipakai lagi pada pembuangan lokia.

3. Perubahan Ligamen
Setelah bayi lahir, ligamen dan diafragma pelvis fasia yang
meregang sewaktu kehamilan dan saat melahirkan, kembali seperti sedia

6
kala. Perubahan ligamen yang dapat terjadi pasca melahirkan antara lain:
ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus
menjadi retrofleksi; ligamen, fasia, jaringan penunjang alat genetalia
menjadi agak kendor.

4. Perubahan pada Serviks


Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor,
terkulai dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri
berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan
antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin. Warna serviks merah
kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Segera setelah bayi
dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukan 2–3 jari dan setelah 1
minggu hanya 1 jari saja yang dapat masuk.
Oleh karena hiperpalpasi dan retraksi serviks, robekan serviks
dapat sembuh. Namun demikian, selesai involusi, ostium eksternum tidak
sama waktu sebelum hamil. Pada  umumnya ostium eksternum lebih besar,
tetap ada retak-retak dan robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada
pinggir sampingnya.

5. Lokia
Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs
plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama
dengan sisa cairan. Percampuran antara darah dan desidua inilah yang
dinamakan lokia.
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai
reaksi basa/alkalis yang membuat organisme berkembang lebih cepat dari
pada kondisi asam yang ada pada vagina normal.
Lokia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu
menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia
mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat
dibagi menjadi lokia rubra, sanguilenta, serosa dan alba. Perbedaan
masing-masing lokia dapat dilihat sebagai berikut:
Lokia Waktu Warna Ciri-ciri

7
Rubra 1-3 hari Merah kehitaman Terdiri dari sel desidua, verniks
caseosa, rambut lanugo, sisa
mekoneum dan sisa darah
Sanguilenta 3-7 hari Putih bercampur Sisa darah bercampur lendir
merah
Serosa 7-14 hari Kekuningan/ Lebih sedikit darah dan lebih
kecoklatan banyak serum, juga terdiri dari
leukosit dan robekan laserasi
plasenta
Alba >14 hari Putih Mengandung leukosit, selaput
lendir serviks dan serabut
jaringan yang mati.

Umumnya jumlah lochia lebih sedikit bila wanita postpartum


dalam posisi berbaring daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan
bersatu di vagina bagian atas saat wanita dalam posisi berbaring dan
kemudian akan mengalir keluar saat berdiri. Total jumlah rata-rata
pengeluaran lokia sekitar 240 hingga 270 ml.

6. Perubahan Pada Vulva, Vagina dan Perineum


Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan
serta peregangan, setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali
dalam keadaan kendor. Rugae timbul kembali pada minggu ke tiga. Himen
tampak sebagai tonjolan kecil dan dalam proses pembentukan berubah
menjadi karankulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara. Ukuran
vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum
persalinan pertama.
Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat
perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara
spontan ataupun dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu. Meskipun
demikian, latihan otot perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan
dapat mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat
dilakukan pada akhir puerperium dengan latihan harian.

8
E. Perubahan Sistem Pencernaan pada Masa Nifas
1. Perubahan Fisiologis pada Sistem Pencernaan
Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa
hal, diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu
keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolestrol darah, dan
melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar
progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan
waktu 3-4 hari untuk kembali normal. Sekresi saliva menjadi lebih
menekan diagfragma, lambung dan intestin.
Pada bulan-bulan awal masa kehamilan, sepertiga dari wanita
mengalami mual dan muntah. Sebagai mana kehamilan berlanjut,
penurunan asam lambung, melambatkan pengosongan lambung dan
menyebabkan kembung. Menurunnya gerakan peristaltic tidak saja
menyebabkan mual tetapi juga konstipasi, karena lebih banyak feses
terdapat dalam usus, lebih banyak air diserap maka semakin keras.
Konstipasi juga disebabkan oleh tekanan uterus pada usus bagian bawah
pada awal masa kehamilan dan kembali pada akhir masa kehamilan.
Gigi berlubang terjadi lebih mudah pada saliva yang bersifat asam
selama masa kehamilan dan membutuhkan perawatan yang baik untuk
mencegah karies gigi. Pada bulan-bulan terakhir, nyeri ulu hati dan
regurgitasi (pencernaan asam) merupakan ketidaknyamanan yang
disebabkan tekanan keatas dari pembesaran uterus. Pembesaran pembuluh
darah rectum (hemoroid). Pada persalinan rectum dan otot-otot yang
menberikan sokongan sangat teregang.

Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan,


antara lain:
1. Nafsu Makan
Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga
diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan
diperlukan waktu 3–4 hari sebelum faal usus kembali normal.

9
Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, asupan
makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari.
Wanita mungkin kelaparan dan mulai makan satu atau dua jamsetelah
melahirkan. Kecuali ada komplikasi kelahiran, tidak ada alasanuntuk
menunda pemberian makan pada wanita pasca partum yang sehatlebih
lama dari waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pengkajian awal.

2. Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna
menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan
analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan
motilitas ke keadaan normal.

3. Pengosongan Usus
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini
disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan
awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, kurang makan,
dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan
pada masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal.
Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara
lain:
a. Pemberian diet / makanan yang mengandung serat.
b. Pemberian cairan yang cukup.
c. Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan.
d. Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.
e. Bila usaha di atas tidak berhasil
dapat pemberian huknah atau obatyang lain.
4. Konstipasi
Konstipasi mungkin menjadi masalah pada puerperium awal
karenakurangnya makanan padat selama persalinan dan karena wanita
menahan defekasi. Wanita mungkin menahan defekasi karena
perineumnya mengalami perlukaan atau karena ia kurang pengetahuan
dan takut akanmerobek atau merusak jahitan jika ia melakukan

10
defekasi. Jika penderitahari ketiga belum juga buang air besar, maka
diberi obat pencahar, baik  peroral ataupun supositoria.

2. Kebutuhan Cairan dan Nutrisi


a. Cairan
Fungsi cairan sebagai pelarut zat gizi dalam proses
metabolisme tubuh. Minum cairan yang cukup untuk membuat tubuh
ibu tidak dehidrasi.  Konsumsi cairan sebanyak 8 gelas per hari.
Minum sedikitnya 3 liter tiap hari. Kebutuhan akan cairan diperoleh
dari air putih, sari buah, susu dan sup.
b. Perubahan Nutrisi
Kebutuhan nutrisi pada masa nifas meningkat 25% yaitu untuk
produksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat tiga
kali dari biasanya. Dari pendahuluan ibu masa nifas dahulu didapatkan
12 dari 14 ibu nifas yang belum mengetahui kebutuhan nutrisi masa
nifas yaitu masih adanya pantangan makanan seperti telur dan ikan
laut. Maka perlu dilakukan pengarahan tentang pengetahuan kebutuhan
pada masa nifas karena akan berpengaruh penting tentang proses
penyembuhan serta perkembangan bayinya. Salah satu keberhasilan
ibu menyusui sangat ditentukan oleh pola makan, baik di masa hamil
maupun setelah melahirkan. Agar ASI ibu terjamin kualitas maupun
kuantitasnya, makanan bergizi tinggi dan seimbang perlu dikonsumsi
setiap harinya. Artinya, ibu harus menambah konsumsi karbohidrat,
lemak, vitamin, mineral dan air dalam jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh selama menyusui. Bila kebutuhan ini tidak terpenuhi,
selain mutu ASI dan kesehatan ibu terganggu, juga akan
mempengaruhi jangka waktu ibu dalam memproduksi ASI (Anonim,
2010).
Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa ibu dengan gizi
yang baik, umumnya mampu menyusui bayinya selama minimal 6
bulan. Sebaliknya pada ibu yang gizinya kurang baik, biasanya tidak
mampu menyusui bayinya dalam jangka waktu selama itu, bahkan tak

11
jarang air susunya tidak keluar. Mengingat pentingnya ASI pada
tumbuh kembang bayi di masa  awal kehidupannya, ada baiknya bila
ibu mengupayakan agar ASI yang bermutu baik dapat diberikan pada
bayi seoptimal mungkin (Anonim, 2010). Perubahan kebutuhan
makanan bagi ibu nifas lebih banyak daripada makanan Ibu hamil.
Kegunaan makanan tersebut adalah : 
 Memulihkan kondisi fisik setelah melahirkan. 
 Meningkatkan Produksi ASI (Air Susu Ibu) yang cukup dan sehat
untuk bayi.

3. Nutrisi yang Diperlukan


a. Kalori
Kebutuhan tambahan kalori pada masa menyusui sekitar 800 kalori.
Wanita dewasa memerlukan 1800-2000 kalori per hari. Sebaiknya ibu
nifas jangan mengurangi kebutuhan kalori, karena akan mengganggu
proses metabolisme tubuh dan menyebabkan ASI rusak.
b. Protein
Kebutuhan protein yang dibutuhkan adalah 3 porsi per hari.  protein
yang dibutuhkan dapat diperoleh dari tiga gelas susu, dua butir telur,
lima putih telur, keju, 1 gelas yoghurt, ikan/daging, 1 porsi tahu atau 5-
6 sendok selai kacang.
c. Kalsium dan vitamin D
Kalsium dan vitamin D berguna untuk pembentukan tulang dan gigi.
Kebutuhan kalsium dan vitamin D didapat dari minum susu rendah
kalori atau berjemur di pagi hari. Konsumsi kalsium pada masa
menyusui meningkat menjadi 5 porsi per hari. Dapat diperoleh dengan
mengkonsumsi keju, ikan salmon, dan ikan sarden.
d. Magnesium
Magnesium dibutuhkan sel tubuh untuk membantu gerak otot, fungsi
syaraf dan memperkuat tulang. Kebutuhan megnesium didapat pada
gandum dan kacang-kacangan.
e. Sayuran hijau dan buah

12
Kebutuhan yang diperlukan sedikitnya tiga porsi sehari. satu porsi
setara dengan mengkonsumsi buah semangka, buah mangga, sayur
brokoli, wortel, tomat,bayam dan lainnya
f. Karbohidrat kompleks
Selama menyusui, kebutuhan karbohidrat kompleks diperlukan untuk
memperbaiki energi dan proses penyembuhan. dalam hal ini perlu
mengkonsumsi nasi dan jagung.
g. Garam
Selama periode nifas, hindari konsumsi garam berlebihan. Hindari
makanan asin seperti kacang asin, keripik kentang atau acar.
h. Vitamin
Kebutuhan vitamin selama menyusui sangat dibutuhkan. Vitamin yang
diperlukan antara lain:
- Kapsul / suplemen vitamin A (200.000 unit).
- Vitamin A yang berguna bagi kesehatan kulit, kelenjar serta mata.
Vitamin A terdapat dalam telur, hati dan keju.
- Vitamin B6 membantu penyerapan protein dan meningkatkan
fungsi syaraf. Vitamin B6 dapat ditemui di daging, hati, padi-
padian, kacang polong dan kentang.
- Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan, meningkatkan stamina
dan daya tahan tubuh. Terdapat dalam makanan berserat, kacang-
kacangan, minyak nabati dan gandum.
i. Zinc (Seng)
Berfungsi untuk kekebalan tubuh, penyembuhan luka dan
pertumbuhan. Kebutuhan Zinc didapat dalam daging, telur dan
gandum. Enzim dalam pencernaan dan metabolisme memerlukan seng.
Sumber zinc terdapat pada seafood, hati dan daging.
j. DHA
DHA penting untuk perkembangan daya lihat dan mental bayi. Asupan
DHA berpengaruh langsung pada kandungan dalam ASI. Sumber
DHA ada pada telur, otak, hati dan ikan.
Contoh Menu untuk Ibu nifas

13
1. Makan pagi
nasi, urap, sayur, ikan bandeng goreng, kudapan (donat dan
yoghurt)
2. Makan siang
nasi, ayam goreng, rempeyek, rebon, sayur, buah jeruk, kudapan
(kolak pisang)
3. Makan malam
nasi, semur daging, pepes tahu, capcay, buah pepaya kudapan ( ubi
merah goreng)

4. Pengolahan Makanan Ibu Nifas yang Benar


Proses pengolahan dan penyimpanan bisa membuat gizi pada bahan
makanan hilang atau rusak. Karena itu, perlakukan bahann makanan
sebaik mungkin, jangan asal memasukkannya ke lemari pendingin. Cara
mengolah makanan berpengaruh terhadap kualitas nutrisinya. Secara
umum, semakin sedikit pemrosesan, makin baik.
Setelah pemilihan bahan makanan yang tepat, masih ada beberapa
kiat untuk menghindari makanan yang ada untuk dikunjungi bakteri dan
kuman selama pengolahan makanan berlangsung.
1. Pisahkanlah bahan makanan mentah berupa daging ternak, unggas
serta ikan dari bahan makanan lain. Simpan bahan-bahan makanan di
dalam wadah tertutup rapat. Hal ini bertujuan untuk menghindari
kontak kontak bahan makanan mentah dengan makanan jadi dan yang
telah dimasak.
2. Pada saat proses pengolahan makanan, gunakanlah  alat masak yang
berbeda setiap kali mempersiapkan bahan mentah. Seperti halnya alat
potong dan papan alas. Begitupun air yang digunakan untuk melumuri
daging mentah tidak boleh digunakan untuk bahan makanan yang telah
siap untuk dikonsumsi.
3. Untuk mempersiapkan makanan yang berkuah, pastikan air kuah
termasak hingga mendidih mencapai suhu 70°C. Pada khususnya
pengolahan masak daging ternak dan unggas, pastikan kaldu termasak
berwarna jernih dan tidak lagi merah muda.

14
4. Jangan tinggalkan makanan yang telah dimasak pada temperatur kamar
lebih dari 2 jam. Masukkan segera makanan yang telah dimasak
ataupun makanan yang mudah rusak ke dalam lemari pendingin.

F. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas


Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan
post partum. Adapun peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas antara
lain:
1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai
dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis
selama masa nifas
2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa
nyaman.
4. Membuat kebijakan perencanaan program kesehatan yang berkaitan
dengan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi
5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
6. Memberikan informasi dan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai
cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi
yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman
7. Melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan cara mengumpulkan
data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya
untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.
8. Memberikan asuhan kebidanan secara professional

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Maka dapat disimpulkan, Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum
hamil, yang berlangsung selama 6-40 hari. Selama hamil, terjadi perubahan
pada sistem tubuh wanita, diantaranya terjadi perubahan pada sistem
reproduksi, sistem pencernaan, sistem perkemihan, sistem musculoskeletal,
sistem endokrin, sistem kardiovaskuler, sistem hematologi, dan perubahan
pada tanda-tanda vital.
Masa nifas atau puerpurium merupakan suatu yang normal dan setiap
saat dapat berubah menjadi abnormal. Dengan pencegahan yang semaksimal
mungkin saat kehamilan,persalinan dan nifas,keadaan yang abnormal dapat
ditekan seminimal mungkin.Untuk itu sangat diperlukan sekali penyebaran
informasi dan kesadaran bagi ibu hamil dan keluarga untuk melakukan ANC
(antenatal care) secara rutin,dan melakukan persalinan pada tenaga kesehatan,
baik dokter ataupun bidan.
Dengan adanya asuhan postnatal akan membantu kesiapan ibu utuk
belajar dan menjalani masa nifas secara fisiologis. Ibu meyakin bahwa bidan
memperhatikannya sebagai individu. Berdasarkan kebutuhan yang diutarakan
pasien, keadaan wanita pada saat itu dan hal-hal yang dibutuhkan. Tinjauan
ulang tentang sistem-sistem tubuh perlu dilakukan setiap pertemuan. Setiap
tanda harus dikaji secara mendalam, identifikasi rasa tidak nyaman yang
mencerminkan rasa tidak nyaman pada masa nifas . Pengkajian akan
kemungkinan adanya infeksi pada organ reproduksi, terjadinya bendungan
ASI dan lain-lain. Respon psikososial terhadap masa nifas dan pendekatan
menjadi orang tua.

16
B. Saran
Tenaga kesehatan terutama bidan diharapkan dapat mengetahui dan
mengerti tentang asuhan pada ibu nifas sehingga dapat memberikan pelayanan
seoptimal mungkin pada setiap ibu post partum agar keadaan ibu dan janin
tetap baik.

17
DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin, A. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.


Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. 2006.
Ambarwati, Wulandari. Asuhan Kebidanan Nifas.Yogyakarta : Nuha Medika.
2010
Saleha, Sitti. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika.
2009
http://indahpurna.blogspot.com/2013/01/perubahan-sistem-pencernaan-ibu-
nifas.html
http://lisa-ardiningtyas.blogspot.com/2011/12/perubahan-fisiologis-sistem
reproduksi.html

18
MAKALAH
PERUBAHAN FISIOLOGI PADA MASA NIFAS

PERUBAHAN SISTEM PENCERNAAN PADA


MASA NIFAS

Dosen Pembimbing : Eva Yusnita Nasution, SST, MKM

Disusun Oleh :
Kelompok 2

1. Hesni Meilina
2. Hernita Sitompul
3. Imelda Maya
4. Junita Fauziah Siregar
5. Lina Sagala

AKADEMI KEBIDANAN DARMAIS PADANGSIDIMPUAN


KOTA PADANGSIDIMPUAN

19
KATA PENGANTAR

Assalamu ‘Alaikum Wr.Wb.


Segala Puji dan Syukur Kami panjatkan kepada Allah swt. Yang telah
memberikan Rahmat, Taufik, hidayah dan maunah- Nya kepada kita sekalian.
Semoga kita senantiasa mendapatkan lindungan dan ridho-Nya di mana dan
kapanpun kita hidup baik di dunia mapun di akherat
Penulis telah dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan Judul
“Perubahan Fisiologi Pada Masa Nifas”, walaupun Penulis sadar masih banyak
terdapat kekurangan, maka Penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan
masukan yang sifatnya membangun dari pihak manapun demi lebih baiknya
penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhirnya Penulis mengucapkan terimakasih atas segala attensinya terkait
dengan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga dimasa-masa mendatang dapat Karya
Tulis Ilmiah ini dengan lebih baik lagi.
Wassalamu ‘Alaikum Wr.Wb.

Padangsidimpuan,

Penulis

20 i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
BAB I   PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Rumusan masalah ............................................................... 2
C. Tujuan ................................................................................ 2
BAB II  PEMBAHASAN
A. Definisi ............................................................................... 3
B. Tujuan Asuhan Masa Nifas ................................................ 3
C. Perawatan Masa Puerperium .............................................. 5
D. Perubahan Sistem Reproduksi Pada Ibu Nifas ................... 5
E. Perubahan Sistem Pencernaan pada Masa Nifas ................ 9
F. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas ....... 15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 16
B. Saran ................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 18

ii
21

Anda mungkin juga menyukai