Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas laporan Praktik Keperawatan Maternitas dengan
dosen Pembimbing Ibu Ns. Yuanita Ani Susilowati
OLEH:
30190121124
D. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna
akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-
perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”. Disamping involusi
terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi
yang terakhir ini karena pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap
kelenjar-kelenjar mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah yang ada
antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan
setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post
partum bentuk serviks agak menganga seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh korpus
uteri terbentuk semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium
ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada
hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang
kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-
sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan
diafragma palvis serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin
lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.
E. Manifestasi Klinis
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita
memasuki “bulannya atau minggunya atau harinya” yang disebut kala pendahuluan
(preparatory stage of labor) ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
1. Lightening atau setting atau droping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul
terutama pada primigravida pada multipara tidak begitu kentara.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Perasaan sering atau susah kencing (potakisurla) karena kandung kemih tertekan oleh
bagian terbawa janin.
4. Perasaan sakit perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi lemah dari uterus, kadang
disebut “false labor pains”.
5. Serviks menjadi lembek, mulai melebar dan sekresinya bertambah dan bisa
bercampur darah (bloody shoe).
F. Perubahan pada masa nifas
Selama menjalani masa nifas, ibu mengalami perubahan yang bersifat fisiologis yang
meliputi perubahan fisik dan psikologik, yaitu:
a. Perubahan fisik
1. Involusi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat
kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai
keadaan seperti sebelum hamil.
Proses involusi terjadi karena adanya:
a) Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh
karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi
lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu
masa hamil akan susut kembali mencapai keadaan semula.
Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian
dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser kencing
setelah melahirkan.
b) Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot
setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang
pecah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk
mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena kontraksi dan
retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus yang
mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga
ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil.
c) Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi
pada jaringan otot uterus.
Involusi pada alat kandungan meliputi:
a) Uterus
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi
dan retraksi otot-ototnya. Perubahan uterus setelah melahirkan dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Diameter
Involusi TFU Berat Keadaan
Bekas Melekat
Uterus Cervix
Plasenta
Setelah
Sepusat 1000 gr 12,5 cm Lembek
plasenta
lahir
Pertengahan
1 minggu 500 gr 7,5 cm Dapat
pusat
dilalui 2 jari
symphisis
Dapat
2 minggu Tak teraba 350 gr 5 cm
dimasuki 1
jari
Sebesar
6 minggu 50 gr 2,5 cm
hamil 2
minggu
8 minggu Normal 30 gr
8. Tanda-tanda vital
Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:
d. Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat
berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus
yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.
3. Klien post partum komplikasi penyakit blues
Post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau baby
blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering
tampak dalam minggu pertama setelah persalinan atau pada saat fase taking in,
cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam
rentang waktu 14 hari atau dua minggu pasca persalinan.
Baby blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak
nyaman (kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati setelah persalinan,
yang berkaitan dengan hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya
sendiri.
Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini
belum diketahui. Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya
postpartum blues, antara lain:
1) Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen,
progesteron, prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan
sangat berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen
memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak
yang bekerja menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam
perubahan mood dan kejadian depresi.
2) Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
3) Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
4) Latar belakang psikososial ibu, seperti; tingkat pendidikan, status perkawinan,
kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial
ekonomi serta keadekuatan dukungan sosial dari lingkungannya (suami, keluarga
dan teman).
5) Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo, 2008:
1. Pemerikasaan umum: tensi,nadi,keluhan dan sebagainya
2. Keadaan umum: TTV, selera makan dll
3. Payudara: air susu, putting
4. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
5. Sekres yang keluar atau lochea
6. Keadaan alat kandungan
Pemeriksaan penunjang post partum menurut Manjoer arif dkk, 2001
7. Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum
8. Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta
I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri
c. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan
perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas,
pemberian informasi tentang senam nifas.
d. Hari ke-2 : mulai latihan duduk
e. Hari ke-3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
2. Keluhan Utama
Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak
3. Riwayat Kehamilan
Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyetai
4. Riwayat Persalinan
a. Tempat persalinan
b. Normal atau terdapat komplikasi
c. Keadaan bayi
d. Keadaan ibu
5. Riwayat Nifas Yang Lalu
a. Pengeluaran ASI lancar / tidak
b. BB bayi
c. Riwayat ber KB / tidak
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum pasien
b. Abdomen
c. Saluran cerna
d. Alat kemih
e. Lochea
f. Vagina
g. Perinium dan rectum
h. Ekstremitas
i. Kemampuan perawatan diri
j. Pemeriksaan psikososial
a. Respon dan persepsi keluarga
b. Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agens pencedera fisik terpotong/terputusnya kontuinitas jaringan )
2. Gangguan pola tidur b/d kecemasan.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
RENCANA ASUHAN
KEPERAWATAN
Subjektif :
a. Mengeluh kemampuan
beraktivitas meurun
Objektif :-
. 1. Nyeri/kolik
1. Hipertiroidisme
2. Kecemasan
3. Penyakit paru obstruktif kronik
4. Kehamilan
5. Kondisi pasca partum
6. Kondisi pasca operasi
3. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
selama ..... jam, resiko infeksi menurun.
Defenisi 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
Dengan kriteria hasil :
lokal dan sistemik
Beresiko mengealami peningkatan Teraputik
1. Kebesihan tangan meningkat
terserang organisme patogenik. 2. Kebersihan badan meningkat
3. Nafsu makan meningkat 2. Batasi jumlah pengunjung.
4. Demam menurun 3. Berikan perawatan kulit pada area
Faktor resiko : 5. Kemerahan menurun edema
6. Nyeri menurun 4. Cuci tangan sebelum dan sesudah
1. Penyakit kronis 7. Bengkak menurun kontak dengan pasien dan
2. Efek prosedur invasif 8. Vesikel menurun lingkungan pasien
3. Malnutrisi 9. Cairan berbau busuk menurun 5. Pertahankan aseptik pada pasien
4. Peningkatan paparan 10. Sputum berwarna hijau menurun beresiko tinggi
organisme patogen 11. Drainase purulen menurun Edukasi
lingkungan 12. Periode menggigil menurun
5. Ketdiakadekuatan pertahanan 13. Kadar sel darah putih membaik 6. Ajarkan tanda dan gejala infeksi
tubuh primer 14. Kultur darah membaik 7. Ajarkan cara mencuci tangan yang
a. Gangguan peristaltik 15. Kultur urine membaik benar
b. Kerusakan integritas kulit 16. Kultur sputum membaik 8. Ajarkan etika batuk
c. Merokok 17. Kultur area luka membaik. 9. Ajarkan cara memerksa kondisi luka
6. Ketidakadekuatan pertahanan 18. Kultur feses membaik atau luka operasi
tubuh sekunder 10. Anjurkan meningkatkan asupan
7. Penurunan hemoglobin nutrisi
8. Vaksinasi tidak 11. Anjurkan meningkatka asupan
adekuat Kondisi klinis terkait ; cairan.
1. AIDS Kolaborasi
2. Luka bakar 12. Kolaborasi pemberian imunisasi,
3. Penyakut paru obstruksi jika perlu
kronis
4. Diabetes melitus
5. Tindakan invasif
6. Kondisi penggunaan terapi
stroid
7. Kanker
DAFTAR PUSTAKA
Susah tidur
Genetalia kotor
nyeri
Gangguan
Resiko infeksi pola
Nyeri akut