Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN POSTNATAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas laporan Praktik Keperawatan Maternitas dengan
dosen Pembimbing Ibu Ns. Yuanita Ani Susilowati

OLEH:

HANIFAH RAHMAWATI PUTRI

30190121124

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
PADALARANG
2022
I. KONSEP DASAR MEDIS
A. Definisi
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat
kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil.
Masa nifas atau masa purpenium adalah masa setelah partus selesai dan berakhir
setelah kira-kira 6-8 minggu (Manjoer, A dkk, 2001). Akan tetapi seluruh alat genetal
baruh pulih kembali seperti sebelumnya ada kehamilan dalam waktu 3 bula.
Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-
alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.
Jadi dapat disimpulkan bahwa masa nifas atau post partum adalah masa setelah
kelahiran bayi pervagina dan berakhir setelah alat-alat kandungan kembali seperti semula
tanpa adanya komplikasi.
B. Tujuan perawatan masa nifas
Dalam masa nifas ini penderita memerlukan perawatan dan pengawasan yang
dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah nanti keluar dari rumah sakit.
Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah:
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologi.
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga
berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan perawatan bayi sehat.
d. Untuk mendapatkan kesehatan emosi
C. Kebijakan program masa nifas
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali melakukan
kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
a. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
b. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan
kesehatan ibu nifas dan bayinya.
c. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
d. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu
nifas maupun bayinya.
KUNJUNGAN WAKTU ASUHAN

KE-1 6-8 jam Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena


postpartum atonia uteri.

Mendeteksi dan perawatan penyebab lain


perdarahan serta melakukan rujukan bila
perdarahan berlanjut.

Memberikan konseling pada ibu dan keluarga


tentang cara mencegah perdarahan yang
disebabkan atonia uteri.

Pemberian ASI awal.

Mengajarkan cara mempererat hubungan antara


ibu dan bayi baru lahir.

Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan


hipotermi.

Setelah bidan melakukan pertolongan


persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan
bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau
sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam
keadaan baik.

KE-2 6 hari Memastikan involusi uterus barjalan dengan


postpartum normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi
fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada
perdarahan abnormal.

Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi


dan perdarahan

Memastikan ibu mendapat istirahat yang


cukup.

Memastikan ibu mendapat makanan yang


bergizi dan cukup cairan.

Memastikan ibu menyusui dengan baik dan


benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan
menyusui.

Memberikan konseling tentang perawatan bayi


baru lahir

KE-3 2 minggu Asuhan pada 2 minggu post partum sama


postpartum dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan
6 hari post partum.

KE-4 6 minggu Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami


postpartum ibu selama masa nifas.

Memberikan konseling KB secara dini.

D. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna
akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-
perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”. Disamping involusi
terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi
yang terakhir ini karena pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap
kelenjar-kelenjar mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah yang ada
antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan
setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post
partum bentuk serviks agak menganga seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh korpus
uteri terbentuk semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium
ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada
hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang
kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-
sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan
diafragma palvis serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin
lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.

E. Manifestasi Klinis
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita
memasuki “bulannya atau minggunya atau harinya” yang disebut kala pendahuluan
(preparatory stage of labor) ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
1. Lightening atau setting atau droping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul
terutama pada primigravida pada multipara tidak begitu kentara.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Perasaan sering atau susah kencing (potakisurla) karena kandung kemih tertekan oleh
bagian terbawa janin.
4. Perasaan sakit perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi lemah dari uterus, kadang
disebut “false labor pains”.
5. Serviks menjadi lembek, mulai melebar dan sekresinya bertambah dan bisa
bercampur darah (bloody shoe).
F. Perubahan pada masa nifas
Selama menjalani masa nifas, ibu mengalami perubahan yang bersifat fisiologis yang
meliputi perubahan fisik dan psikologik, yaitu:
a. Perubahan fisik
1. Involusi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat
kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai
keadaan seperti sebelum hamil.
Proses involusi terjadi karena adanya:
a) Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh
karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi
lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu
masa hamil akan susut kembali mencapai keadaan semula.
Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian
dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser kencing
setelah melahirkan.
b) Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot
setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang
pecah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk
mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena kontraksi dan
retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus yang
mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga
ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil.
c) Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi
pada jaringan otot uterus.
Involusi pada alat kandungan meliputi:
a) Uterus
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi
dan retraksi otot-ototnya. Perubahan uterus setelah melahirkan dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Diameter
Involusi TFU Berat Keadaan
Bekas Melekat
Uterus Cervix
Plasenta
Setelah
Sepusat 1000 gr 12,5 cm Lembek
plasenta
lahir
Pertengahan
1 minggu 500 gr 7,5 cm Dapat
pusat
dilalui 2 jari
symphisis
Dapat
2 minggu Tak teraba 350 gr 5 cm
dimasuki 1
jari
Sebesar
6 minggu 50 gr 2,5 cm
hamil 2
minggu

8 minggu Normal 30 gr

b) Involusi tempat plasenta


Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh
darah besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi
plasenta tidak meninggalkan parut karena dilepaskan dari dasarnya
dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah permukaan luka.
Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar
pada dasar luka.
c) Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang
besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran
darah yang banyak maka arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas.
d) Perubahan pada cervix dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2
jari, pada akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. Karena
hiperplasi ini dan karena karena retraksi dari cervix, robekan cervix jadi
sembuh. Vagina yang sangat diregang waktu persalinan, lambat laun
mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post partum ruggae
mulai nampak kembali.
2. After pains/ Rasa sakit (meriang atau mules-mules)
disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3 – 4 hari pasca
persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila
terlalu mengganggu analgesik.
3. Lochea
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam
masa nifas. Lochea bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah
menstruasi. Lochea ini berbau anyir dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk.
Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya yaitu
lochea rubra berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks
kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari
pertama sampai hari ketiga.
a) Lochea rubra (cruenta)
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik
caseosa, lanugo, mekonium. Selama 2 hari pasca persalinan.
b) Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 3–7 pasca
persalinan.
c) Lochea serosa
Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 2–4 pasca
persalinan.
d) Lochea alba
Cairan putih setelah 2 minggu.
e) Lochea purulenta
Terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah, berbau busuk.
f) Lacheostatis
Lochea tidak lancar keluarnya.
4. Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama,
biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis
yang meregang pada waktu partus setelah bayi lahir berangsur angsur
mengecil dan pulih kembali.Tidak jarang uterus jatuh ke belakang menjadi
retrofleksi karena ligamentum rotundum jadi kendor. Untuk memulihkan
kembali sebaiknya dengan latihan-latihan pasca persalinan.
5. Sistem Kardiovaskular
Selama kehamilan secara normal volume darah untuk mengakomodasi
penambahan aliran darah yang diperlukan oleh placenta dan pembuluh darah
uterus. Penurunan dari estrogen mengakibatkan diuresis yang menyebabkan
volume plasma menurun secara cepat pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi
pada 24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini klien mengalami
sering kencing. Penurunan progesteron membantu mengurangi retensi cairan
sehubungan dengan penambahan vaskularisasi jaringan selama kehamilan.
6. Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume
darah dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas ini
terjadi pada hari pertama post partum.
7. System Hormonal
a) Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada
otot uterus dan jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi
oxytoxin menyebabkan pelepasan plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi
untuk kestabilan kontraksi uterus, memperkecil bekas tempat perlekatan
plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk
menyusui bayinya, isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna
keadaan ini membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran susu.
Setelah placenta lahir, sirkulasi HCG, estrogen, progesteron dan hormon
laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini menyebabkan perubahan
fisiologis pada ibu nifas.
b) Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh glandula
hipofise anterior bereaksi pada alveolus payudara dan merangsang
produksi susu. Pada wanita yang menyusui kadar prolaktin terus tinggi
dan pengeluaran FSH di ovarium ditekan. Pada wanita yang tidak
menyusui kadar prolaktin turun pada hari ke 14 sampai 21 post partum
dan penurunan ini mengakibatkan FSH disekresi kelenjar hipofise
anterior untuk bereaksi pada ovarium yang menyebabkan pengeluaran
estrogen dan progesteron dalam kadar normal, perkembangan normal
folikel de graaf, ovulasi dan menstruasi.
c) Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu
ibu. Air susu ibu ini merupakan makanan pokok, makanan yang terbaik
dan bersifat alamiah bagi bayi yang disediakan oleh ibu yamg baru saja
melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi bayinya dan ibunya sendiri.
Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang
pertumbuhan kelenjar susu sedangkan progesteron merangsang
pertumbuhan saluran kelenjar , kedua hormon ini mengerem LTH.
Setelah plasenta lahir maka LTH dengan bebas dapat merangsang
laktasi.
Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang
pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu adalah reflek yang
ditimbulkan oleh rangsangan penghisapan puting susu oleh bayi.
Rangsang ini menuju ke hypofise dan menghasilkan oxitocin yang
menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya.
Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan
nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau areola
mammae dipijat, keluarlah cairan puting dari puting susu.Air susu ibu
kurang lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5 %, gula 6,5-8 %,
garam 0,1 – 0,2 %.
Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan.
Banyaknya air susu sangat tergantung pada banyaknya cairan serta
makanan yang dikonsumsi ibu.

8. Tanda-tanda vital
Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:

Parameter Penemuan normal Penemuan abnormal


Tanda- Tekanan darah < 140 / 90 Tekanan darah > 140 / 90
tanda vital mmHg, mungkin bisa naik mmHg
dari tingkat disaat persalinan
1 – 3 hari post partum.
Suhu tubuh < 38 0 C Suhu > 380 C
Denyut nadi: 60-100 X / Denyut nadi: > 100 X /
menit menit

Vital Sign sebelum kelahiran bayi :


Suhu :
a) saat partus lebih 37,20C
b) sesudah partus naik 0,50C
c) 12 jam pertama suhu kembali normal
Nadi :
a) 60 – 80 x/mnt
b) ·Segera setelah partus bradikardi
Tekanan darah :TD meningkat karena upaya keletihan dan persalinan, hal ini
akan normal kembali dalam waktu 1 jam
Vital sign setelah kelahiran anak :
a) Temperatur : Selama 24 jam pertama mungkin kenaikan menjadi 380C
(100,40F) disebabkan oleh efek dehidrasi dari persalinan.
b) Kerja otot yang berlebihan selama kala II dan fluktuasi hormon setelah
24 jam wanita keluar dari febris.
c) Nadi : Nadi panjang dengan stroke volume dan cardiacc output. Nadi
naik pada jam pertama. Dalam 8 – 10 minggu setelah kelahiran anak,
harus turun ke rata-rata sebelum hamil.
d) Pernapasan : Pernapasan akan jatuh ke keadaan normal wanita sebelum
persalinan.
e) Tekanan darah : Tekanan darah berubah rendah semua, ortistatik
hipotensi adalah indikasi merasa pusing atau pusingtiba-tiba setelah
terbangun, dapat terjadi 48 jam pertama.
Penyimpangan dari kondisi dan penyebab masalah :
a) Diagnosa sepsis puerpuralis adalah jika kenaikan pada maternal suhu
menjadi 380C
b) Kecepatan rata-rata nadi adalah satu yang bertambah mungkin indikasi
hipovolemik akibat perdarahan.
c) Hipoventilasi mungkin mengikuti keadaan luar biasanya karena
tingginya sub arachnoid (spinal) blok.
d) Tekanan darah rendah mungkin karena refleksi dari hipovolemik
sekunder dari perdarahan.
b. Perubahan psikologi
Perubahan psikologi masa nifas terbagi menjadi dalam 3 tahap yaitu:
1. Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini terjadi
interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat
dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang
romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya dan menciptakan
hubungan yang baru.
2. Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha
bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai
keterampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada
pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air besar.
3. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung
jawab terhadap bayi.
Sedangkan stres emosional pada ibu nifas kadang-kadang dikarenakan
kekecewaan yang berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka sehingga nafsu
makan dan pola tidur terganggu. Manifestasi ini disebut dengan post partum blues
dimana terjadi pada hari ke 3-5 post partum
G. Komplikasi Post Partum
1. Klien post partum komplikasi perdarahan
Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam
24 jam setelah anak dan plasenta lahir .Perdarahan Post partum diklasifikasikan
menjadi 2, yaitu:
a. Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
b. Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi
perdarahan post partum :
1) Menghentikan perdarahan.
2) Mencegah timbulnya syok.
3) Mengganti darah yang hilang.
Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:
a. Atonia Uteri
b. Retensi Plasenta
c. Sisa Plasenta dan selaput ketuban
1) Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)
2) Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)
d. Trauma jalan lahir
1) Episiotomi yang lebar
2) Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan Rahim
3) Rupture uteri
e. Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah
misalnya
afibrinogenemia/hipofibrinogenemia
2. Klien post partum komplikasi infeksi
Infeksi adalah berhubungan dengan berkembangbiaknya mikroorganisme
dalam tubuh manusia yang disertai dengan reaksi tubuh terhadapnya.
Infeksi pascapartum (sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan) ialah
infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau
persalinan.
Infeksi ini terjadi setelah persalinan, kuman masuk dalam tubuh pada saat
berlangsungnya proses persalinan. Diantaranya, saat ketuban pecah sebelum
maupun saat persalinan berlangsung sehingga menjadi jembatan masuknya kuman
dalam tubuh lewat rahim. Jalan masuk lainnya adalah dari penolong persalinan
sendiri, seperti alat-alat yang tidak steril digunakan pada saat proses persalinan.
Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah :
a. Streptococcus haemoliticus anaerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini
biasanya eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci
hama, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
b. Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan
sebagai penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-
orang yang nampaknya sehat.Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi
terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.
c. Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi
terbatas pada perineum, vulva, dan endometriurn.Kuman ini merupakan
sebab penting dari infeksi traktus urinarius.

d. Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat
berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus
yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.
3. Klien post partum komplikasi penyakit blues
Post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau baby
blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering
tampak dalam minggu pertama setelah persalinan atau pada saat fase taking in,
cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam
rentang waktu 14 hari atau dua minggu pasca persalinan.
Baby blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak
nyaman (kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati setelah persalinan,
yang berkaitan dengan hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya
sendiri.
Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini
belum diketahui. Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya
postpartum blues, antara lain:
1) Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen,
progesteron, prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan
sangat berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen
memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak
yang bekerja menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam
perubahan mood dan kejadian depresi.
2) Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
3) Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
4) Latar belakang psikososial ibu, seperti; tingkat pendidikan, status perkawinan,
kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial
ekonomi serta keadekuatan dukungan sosial dari lingkungannya (suami, keluarga
dan teman).
5) Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.

H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo, 2008:
1. Pemerikasaan umum: tensi,nadi,keluhan dan sebagainya
2. Keadaan umum: TTV, selera makan dll
3. Payudara: air susu, putting
4. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
5. Sekres yang keluar atau lochea
6. Keadaan alat kandungan
Pemeriksaan penunjang post partum menurut Manjoer arif dkk, 2001
7. Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum
8. Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta
I. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Medis
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri
c. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan
perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas,
pemberian informasi tentang senam nifas.
d. Hari ke-2 : mulai latihan duduk
e. Hari ke-3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

II. KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas Pasien
2. Keluhan Utama
Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak
3. Riwayat Kehamilan
Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyetai
4. Riwayat Persalinan
a. Tempat persalinan
b. Normal atau terdapat komplikasi
c. Keadaan bayi
d. Keadaan ibu
5. Riwayat Nifas Yang Lalu
a. Pengeluaran ASI lancar / tidak
b. BB bayi
c. Riwayat ber KB / tidak
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum pasien
b. Abdomen
c. Saluran cerna
d. Alat kemih
e. Lochea
f. Vagina
g. Perinium dan rectum
h. Ekstremitas
i. Kemampuan perawatan diri
j. Pemeriksaan psikososial
a. Respon dan persepsi keluarga
b. Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agens pencedera fisik terpotong/terputusnya kontuinitas jaringan )
2. Gangguan pola tidur b/d kecemasan.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
RENCANA ASUHAN
KEPERAWATAN

No Standar Diagnosis Standar Luaran Keperawatan Standar Intervensi


Keperawatan Indonesia (SLKI) Keperawatan
Indonesia (SDKI) Indonesia (SDKI)
1. Diagnosa : Nyeri akut b/d agens Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri I. 08238
pencedera fisik selama...., masalah nyeri teratasi, dengan
terpotong/terputusnya kontuinitas kriteria hasil: Observasi :
jaringan ) 1) Identifikasi lokasi, karateristik,
1. Melaporkan nyeri terkontrol
Definisi : 2. Kmempuan mengenali onset nyeri durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
meningkat nyeri
Pengalaman sensorik atau 3. Kemampuan menggunakan teknik 2) Identifikasi skala nyeri
emosionalyang berkaitan dengan nonfarmakologis meningkat 3) Identifikasi respon nyeri non verbal
kerusakan jaringan aktual atau 4. Dukungan orang terdekat meningkat 4) Identifikasi faktor yang
fungsional, dengan onset medadak 5. Keluhan nyeri menurun. memperberat dan memperingan
atau lambat dan berintensitas ringan 6. Pennggunaan analgesik menurun. nyeri
hingga berat yang berlansung kurang 5) Identifikasi pengetahuan dan
dari 3 bulan. keyakinan tentang nyeri
6) Identifikasi pengaruh budaya
Penyebab : terhadap respon nyeri
7) Identifikasi pengaruh nyeri pada
1. Agen pencedera fisiologis (mis,
kualitas hidup
inflamasi, iskemia dan
8) Monitor keberhasilan terapi
neoplasma)
komplementer yamng sudah
2. Agen pencedera kimiawi (mis,
diberikan
terbakar, bahan kimia iritan)
3. Agen pencedera fisik ( mis, 9) Monitor efek samping penggunaan
amputasi, terbakar, terpotong, analgetik
mengangkat berat, prosudur
operasi, trauma, latihan fisik Terapeutik :
berlebihan)
Gejala dan tanda mayor : 1) Berikan tehnik nonfarmakologis
untuk mengurangi nyeri misalnya
Subjektif : TENS, hipnosis,akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat,
1. Mengeluh nyeri aromaterapi, tehnik imajinasi
Objektif terbimbing, kompres hangat/dingin,
1. Tampak meringis terapi bermain
2. Bersikap protektif 2) Kontrol lingkungan yang
3. Gelisah memperberat rasa nyeri misalnya
4. Frekuensi nadi meningkat suhu ruangan, pencahayaan,
5. Sulit tidur kebisingan
Gejala dan tanda minor ; 3) Fasilitasi istirahat dan tidur
4) Pertimbangkan jenis dan sumber
Subjektif : - nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Objektif ; Edukasi :
1. Tekanan darah meningkat 1) Jelaskan penyebab, periode, dan
2. Pola napas berubah pemicu nyeri
3. Nafsu makan berubah 2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
4. Proses berfikir terganggu 3) Anjurkan memonitor nyeri secara
5. Menarik diri mandiri
6. Berfokus pada diri sendri 4) Ajarkan menggunakan analgetik
7. Diaforesi secara tepat
5) Ajarkan tehnik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian analgetik jika
perlu
2. Gangguan pola tidur berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
dengan kecemasan selam …., pola tidur membaik dengan 2. Identifikasi factor pengganggu tidur
criteria hasil : 3. Identifikasi factor makanan dan
Defenisi : gangguan kualitas dan minuman yang menggnggu tidur
kuantutas waktu tidur akibat factor 1. Keluhan sulit tidur menurun 4. Identifikasi obat tidur yang
eksternal. 2. Keluhan sering terjaga menurun dikomsumsi
3. Keluhan tidak puas tidur menurun 5. Modifikasi lingkungan
Penyebab : 4. Keluhan pola tidur berubah menurun 6. Batasi waktu tidur siang
5. Keluhan istrahat tidak cukup 7. Fasilitasi menghilangkan stress
1. Hambatan lingkungan menurun. sebelum tidur
2. Kurangnya kontrol tidur 6. Kemampuan beraktifitas meningkat. 8. Tetapkan jadwal tidur rutin
3. Kurangnya privasi 9. Lakukan prosedur untuk
4. Restraint fisik peningkatan kenyamanan
5. Ketiadaan teman tidur 10. Sesuaikan jadwal pemberian obat
6. Tidak familiar dengan atau tindakan untuk menunjang
peralatan tempat tidur siklus tidur terjaga
Gejala dan tanda mayor : 11. Jelasakan pentingnya tidur cukup
selama sakit
Subjektif : 12. Anjurkan menepati kebiasaan waktu
tidur
1. Mengeluh sulit tidur 13. Anjurkan menghindari makanan
2. Mengeluh sering terjaga dan minuman yang tidur
3. Mengeluh tidak puas tidur 14. Anjurkan penggunaan obat tidur
4. Mengeluh pola tidur berubah yang tidak mengandung dupresor
5. Mengeluh istrahat tidak
cukup terhadap tidur REM.
Objektif :- 15. Ajarkan teknik relaksasi otot
autogenic atau non farmakologi
Gejala dan tanda minor lainnya.

Subjektif :

a. Mengeluh kemampuan
beraktivitas meurun
Objektif :-

Kondisi klinis terkait :

. 1. Nyeri/kolik

1. Hipertiroidisme
2. Kecemasan
3. Penyakit paru obstruktif kronik
4. Kehamilan
5. Kondisi pasca partum
6. Kondisi pasca operasi
3. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
selama ..... jam, resiko infeksi menurun.
Defenisi 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
Dengan kriteria hasil :
lokal dan sistemik
Beresiko mengealami peningkatan Teraputik
1. Kebesihan tangan meningkat
terserang organisme patogenik. 2. Kebersihan badan meningkat
3. Nafsu makan meningkat 2. Batasi jumlah pengunjung.
4. Demam menurun 3. Berikan perawatan kulit pada area
Faktor resiko : 5. Kemerahan menurun edema
6. Nyeri menurun 4. Cuci tangan sebelum dan sesudah
1. Penyakit kronis 7. Bengkak menurun kontak dengan pasien dan
2. Efek prosedur invasif 8. Vesikel menurun lingkungan pasien
3. Malnutrisi 9. Cairan berbau busuk menurun 5. Pertahankan aseptik pada pasien
4. Peningkatan paparan 10. Sputum berwarna hijau menurun beresiko tinggi
organisme patogen 11. Drainase purulen menurun Edukasi
lingkungan 12. Periode menggigil menurun
5. Ketdiakadekuatan pertahanan 13. Kadar sel darah putih membaik 6. Ajarkan tanda dan gejala infeksi
tubuh primer 14. Kultur darah membaik 7. Ajarkan cara mencuci tangan yang
a. Gangguan peristaltik 15. Kultur urine membaik benar
b. Kerusakan integritas kulit 16. Kultur sputum membaik 8. Ajarkan etika batuk
c. Merokok 17. Kultur area luka membaik. 9. Ajarkan cara memerksa kondisi luka
6. Ketidakadekuatan pertahanan 18. Kultur feses membaik atau luka operasi
tubuh sekunder 10. Anjurkan meningkatkan asupan
7. Penurunan hemoglobin nutrisi
8. Vaksinasi tidak 11. Anjurkan meningkatka asupan
adekuat Kondisi klinis terkait ; cairan.
1. AIDS Kolaborasi
2. Luka bakar 12. Kolaborasi pemberian imunisasi,
3. Penyakut paru obstruksi jika perlu
kronis
4. Diabetes melitus
5. Tindakan invasif
6. Kondisi penggunaan terapi
stroid
7. Kanker
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E. 2004. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal Edisi 3. Jakarta :


Mansjoer, Arief. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III Jilid I. Jakarta :
Media
Sarwono, Prawiroharjo,. 2005. Ilmu Kandungan, Cetakan ke-4. Jakarta : PT
Gramedi
Istyandari, 2003. Asuhan Keperawatan pada Pre dan Post Op Secsio Cesarea.
Diakses pada www.ilmukeperawatan.com tanggal 20 februari 2014
Pathway

Post partum normal

Luka episiotomi Perubahan fisiologi Perubahan psikologi

Taking hold Taking go


Proses involusi Taking in
Vagina dan perenium

Butuh perawatan Belajarr mengenai


Perubahan
Peningkatan kadar ocytosin dan pelayanan perawatan dini dan
Rupture jaringan menjadi orang

Khawatir tidak bisa merawat bayinya


Bayi rewel
Peningkatan kontraksi uterus Personal
hygiene kurang

Susah tidur
Genetalia kotor
nyeri
Gangguan
Resiko infeksi pola
Nyeri akut

Anda mungkin juga menyukai