Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL POST PARTUM SPONTAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas laporan Praktik Keperawatan Maternitas
dengan dosen Pembimbing Ibu Yuanita Ani Susilowati., M.Kep., Ns.Sp.Kep.Mat dan Ibu
Yosi Maria Wijaya, S.Kep., Ners, M.S

OLEH:

HANIFAH RAHMAWATI PUTRI

30190121124

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
PADALARANG
2022
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan pertolongan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus
Keperawatan Maternitas Ibu Hamil dengan Post Partum Spontan” Dalam penulisan
laporan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
mata kuliah khussusnya koordinato mata kuliah Keperawatan dasar dengan dosen
pembimbing Ibu Yuanita Ani Susilowati., M.Kep., Ns.Sp.Kep.Mat dan Ibu Yosi Maria
Wijaya, S.Kep., Ners, M.S serta Kabag bagian Ruangan maria, Yosef, dan Elisabeth Ibu
Romauli Sihombingdan PPB Ruangan Ibu Indi.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak terdapat kekurangan.


Untuk itu, penulis mengaharapkan adanya kritikan dan saran yang membangun
guna kesempurnaan laporan ini. Selanjutnya penulis berharap dapat menambah
wawasan teman-teman dengan adanya materi ini, akhir kata penulis ucapkan terima
kasih.

Bandung, Juni 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis. Selama kehamilan
kebanyakan wanita mengalami perubahan psikologis dan emosional. Banyak wanita yang
mengatakan betapa bahagia karena akan menjadi seorang ibu tetapi tidak jarang ada wanita
yang merasa khawatir jika terjadi masalah dalam kehamilannya (Fatimah, 2017).
Semua wanita hamil memiliki potensi atau kemungkinan terjadinya komplikasi
selama kehamilan. Menurut penelitian (Prahardani, 2019) penyebab komplikasi pada
kehamilan urutan penyebab dari yang terbanyak adalah pre eklamsia (28,7%), pendarahan
(22,42%), dan infeksi (3,45%). Menurut World Health Organization (WHO) wanita yang
meninggal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan sekitar 295.000 pada tahun 2017.
Hampir 94% kematian ini terjadi pada negara-negara yang berpenghasilan menengah,
penyebab utama kematian ibu yaitu pendarahan yang sebagian besar terjadi setelah
persalinan, hipertensi selama kehamilan yang dapat menyebabkan preeklamsia dan
eklampsia, infeksi serta penyebab tidak langsung seperti diabetes, malaria (WHO, 2019).
Untuk mencegah terjadinya komplikasi selama pada periode post partum seperti
perdarahan dan infeksi dengan cara memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif
seperti penyuluhan perawatan masa post partum Penyuluhan kepada ibu post partum
merupakan intervensi keperawatan untuk memenuhi kebutuhan ibu akan pengetahuan dan
keterampilan yang terkait dengan perawatan diri, perawatan bayi baru lahir, adaptasi
keluarga dan pemulihan kesehatan. Penyuluhan yang dilakukan seperti perawatan
payudara, ambulasi dan teknik menyusui yang benar (Reeder, 2011).
Asuhan keperawatan post partum dilakukan dengan tujuan menjaga kesehatan ibu
dan bayi serta mencegah atau mendeteksi komplikasi yang timbul pada waktu pasca
persalinan (Heryani, 2012). Dalam memberikan asuhan keperawatan pada ibu post partum,
perawat perlu mengembangkan ilmu salah satunya adalah dapat mengintegrasikan model
konseptual khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan maternitas (Apriyani,
2018Salah satu model konseptual keperawatan yang mendasari Maternal Role Attainment-
Becoming a Mother yang dikembangkan oleh Ramona T.Mercer. Maternal Role
Attainment-Becoming a Mother adalah proses yang mengikuti 4 tahap penguasaan peran
yakni antisipatori, formal, informal dan personal. Fokus utama dari teori ini adalah
gambaran proses pencapaian peran ibu dan proses menjadi seorang ibu (Apriyani, 2018)
B. Tujuan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis dapat menuliskan tujuan masalah


sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui Pengertian Ibu Post Partum


2. Untuk mengetahui Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita
3. Untuk mengetahui tahap-tahapan Ibu Post Partum
4. Untuk mengetahui tanda Bahaya Ibu Post Partum
5. Untuk mengetahui Patofisiologi Ibu Post Partum
6. Untuk mengetahui manifestasi Klinik Ibu Post Partum
7. Untuk mengetahui Komplikasi Diagnostik Ibu Post Partum
8. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Ibu Post Partum

B. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalan ini adalah dengan metode
perpustakaan, juga berdasarkan teori dan dengan metode tinjauan kasus.

C. Sistematika Penulisan

Untuk memahami lebih jelas laporan ini, maka materi-materi yang tertera pada
Laporan ini dikelompokkan menjadi beberapa sub bab dengan sistematika
penyampaian sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, tujuan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORI


Bab ini berisikan teori yang berupa Konsep dasar medik seperti pengertian dan definisi
yang diambil dari kutipan buku yang berkaitan dengan penyusunan laporan, klasifikasi,
anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, tes diagnostik, komplikasi,
penatalaksanaan serta beberapa literature review yang berhubungan dengan laporan.
Dan juga berisi tentang asuhan keperawatan menurut SIDI SIKI dan SLKI.
BAB III TINJAUAN KASUS
Bab ini berisikan data data hasil pengkajian, diagnosa, intervensi, impementasi serta
evaluasi dari tindakan asuhan keperawatan yang berorientasi pada teori yang ada pada
pembahasan tinjauan teori sesuai dengan SIDI SIKI dan SLKI.

BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini berisikan pembahasan penulis mengenai intervensi pada kasus tersebut serta
menganalisa jurnal yang didapat dan membandingkan dengan teori.

BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan analisa dan optimalisasi
sistem berdasarkan yang telah diuraikan pada tinjauan kasus yang didapat.
BAB II
TIN JAUAN TEORI
A. . Konsep Dasar PostPartum
1. Pengertian Post Partum
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut
masa nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan
untuk pemulihan kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post
partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi sampai kembali keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010).
Post partum adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali pada keadaan sebelum hamil, masa post partum
berlangsung selama 6 minggu (Wahyuningsih, 2019). Masa nifas (Post
Partum) adalah masa di mulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat kandungan kembali semula seperti sebelum hamil, yang berlangsung
selama 6 minggu atau 42 hari. Selama masa pemulihan tersebut
berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan fisik yang bersifat
fisiologis dan banyak memberikan ketidak nyamanan pada awal
postpartum, yang tidak menutup kemungkinan untuk menjadi patologis bila
tidak diikuti dengan perawatan yang baik (Yuliana & Hakim, 2020).

2. Anatomi Fisiologi Sistem reproduksi Wanita


Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di dalam
rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna, yang
terletak di perineum. Struktur reproduksi interna dan eksterna berkembang
menjadi matur akibat rangsang hormon estrogen dan progesteron (Arma,
2015).
a. Struktur Eksterna
Gambar: Organ reproduksi eksterna wanita Sumber : (Arma, 2015)
1) Mons Veneris (Mons Pubis)
Mons pubis adalah jaringan lemak subkutan berbentuk
lunak dan padat serta mengandung banyak kelenjar sebasea
(minyak) yang ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal
pada masa pubertas, mons berperan dalam sensualitas dan
melindungi simfisis pubis selama koitus
2) Labia Mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung
yang menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons
pubis. Sensitivitas labia mayora terhadap sentuhan, nyeri dan suhu
tinggi, hal ini di akibatkan adanya jaringan saraf yang menyebar
luas yang juga berfungsi selama rangsangan seksual. Pada wanita
yang belum pernah melahirkan anak pervaginam, kedua labia
mayora terletak berdekatan di garis tengah, menutupi stuktur-
struktur di bawahnya. Setelah melahirkan anak dan mengalami
cedera pada vagina atau pada perineum, labia sedikit terpisah dan
bahkan introitus vagina terbuka.
3) Labia Minora
Labia minora adalah lipatan kulit panjang, sempit dan tidak
berambut yang memanjang ke arah bawah klitoris dan menyatu
dengan fourchette, terdapat banyak pembuluh darah sehingga
tampak kemerahan, dan memungkankan labia minora membengkak,
bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik. Kelenjar-kelenjar di
labia minora juga melumasi vulva. Suplai saraf yang sangat banyak
membuat labia minora sensitif, sehingga meningkatkan fungsi
erotiknya.
4) Klitoris
Klistoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil,
mengandung banyak pembuluh darah dan saraf sensoris sehingga
sangat sensitive. Fungsi utama klitoris adalah menstimulasi dan
meningkatkan ketegangan seksual.
5) Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir
kecil (labia minora) dibatasi oleh klitoris dan perinium. Vestibulum
terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar
paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir
mudah teriritasi oleh bahan kimia. Kelenjar vestibulum mayora
adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia mayora, masing-masing
satu pada setiap sisi orifisium vagina.
6) Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan tranversal yang pipih dan
tipis, terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di
garis tengah di bawah orifisium vagina.
7) Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara
introitus vagina dan anus, panjangnya kurang lebih 4 cm.

b. Struktur Eksterna

Gambar: Organ reproduksi interna wanita Sumber : (Arma, 2015).


1) Vagina
Vagina merupakan suatu tuba berdinding tipis yang dapa
melipat dan mampu meregang secara luas. Mukosa vagina berespon
dengan cepat terhadap stimulai esterogen dan progesteron. sel-sel
mukosa tanggal terutama selama siklus menstruasi dan selama masa
hamil. Cairan vagina berasal dari traktus genetalis atas ataum
bawah. Cairan sedikit asam, interaksi antara laktobasilus vagina dan
glikogen mempertahankan keasaman. Apabila pH naik diatas lima,
insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir dari
vagina mempertahankan kebersihan relatif vagina.
2) Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih,
cekung yang tampak mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal
memiliki bentuk simetris, nyeri bila di tekan, licin dan teraba padat.
Uterus terdiri dari tiga bagian, fudus yang merupakan tonjolan bulat
di bagian atas dan insersituba fallopi, korpus yang merupakan
bagian utama yang mengelilingi cavum uteri, dan istmus, yakni
bagian sedikit konstriksi yang menghubungkan korpus dengan
serviks dan dikenal sebagai sekmen uterus bagian bawah pada masa
hamil. Tiga fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan
peremajaan endometrium, kehamilan dan persalinan.
3) Tuba Falopii
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini
memanjang ke arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebardan
berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-
kira 10 cm dengan berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan
jalan bagi ovum.
4) Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dandi
belakang tuba falopi. Dua ligamen mengikat ovarium pada
tempatnya, yakni bagian mesovarium ligamen lebar uterus, yang
memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira
setinggi krista iliaka antero superior, dan ligamentum ovari
proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. Dua fungsi ovarium
adalah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon.

C. Tahap -Tahapan Post Partum


Masa post partum dibagi dalam tiga tahap sebagai berikut (Wahyuningsih,
2019) :
a. Immediate Post Partum (setelah plasenta lahir 24 jam)
Masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam, adapun masalah yang
sering terjadi misalnya atonia uteri oleh karena itu perlu melakukan
pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, tekanan darah ibu dan
suhu.
b. Early Post Partum (24 jam – 1 minggu)
Pada fase ini memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak
ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan serta ibu dapat menyusui dengan baik.
c. Late Post Partum ( 1 minggu – 6 minggu)
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi, waktu untuk
sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.

D. Tanda Bahaya Masa Nifas


Tanda – tanda bahaya pada ibu nifas menurut (Pitriani, 2014) yaitu :
a. Perdarahan yang merah menyala setiap saat setelah minggu ke 4 pasca
persalinan
b. Ibu demam tinggi dengan suhu tubuh > 38 derajat celcius.
c. Kontraksi uterus tidak baik
d. Pendarahan yang banyak setelah 24 jam post partus
e. Lochea yang berbau tidak enak
f. Adanya tanda human ( tanda kemerahan pada tungkai kaki ibu saat ditekuk)
g. Terjadinya bendungan ASI

E. Patofisiologi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan,
proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos
uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2
cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium
sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas
umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pasca
partum keenam fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan
simpisis pubis Uterus pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali beratsebelum
hamil. Uterus akan mengalami proses involusiyangdimulai segera setelah plasenta
keluar akibat kontraksi otot-otot polos. Proses involusi yang terjadi mempengaruhi
perubahan dari berat uterus pasca melahirkan menjadi kira-kira 500 gram setelah 1
minggu pasca melahirkan dan menjadi 350 gram setelah 2 minggu pasca
melahirkan. Satu minggusetelah melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada
minggu keenam, beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan esterogen danprogesteron
bertanggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pada masa
pasca partum penurunan kadar hormon menyebabkan terjadinya autolisis,
perusakan secara langsungjaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan
yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit
lebih besar setelah hamil. Intesitas kontraksi otot otot polos uterus meningkat
secara bermakna segera setelah bayi lahir, kondsi tersebut sebagai respon terhadap
penurunan volume intrauterin yang sangat besar. Pada endometrium timbul
trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta. Pada hari pertama
endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm mempunyai permukaan yang kasar
akibat pelepasan desidua dan selaput janin. Regenerasi endometrium terjadi dari
sisa-sisa sel desidua basalis yang memakaiwaktu 2 sampai 3 minggu. Penurunan
hormon human plasental lactogen, esterogen dan kortisol, serta placental enzyme
insulinase membalik efek diabetagenik kehamilan. Sehingga kadar gula darah
menurun secara bermakna pada masa puerperium. Kadar esterogen dan progesteron
menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, penurunan kadar esterogen
berkaitan dengan pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstra seluler
berlebih yang terakumulasi selama masa hamil. Kadar prolaktin serum yang tinggi
pada wanita menyusui berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar follikel-
stimulating hormone terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui di
simpulkan ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin
meningkat.

F. Manifestasi Klinik
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai
organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini
kadang-kadang disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan.
a. Sistem reproduksi
1) Proses involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar
akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
2) Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna
segera setelah bayi lahir, hormon oksigen yang dilepas dari
kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-
2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa
berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan
kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara intravena atau
intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir.
3) Tempat plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi
vaskular dan trombus menurunkan tempat plasenta ke suatu area
yang meninggi dan bernodul tidak teratur. Pertumbuhan
endometrium ke atas menyebapkan pelepasan jaringan nekrotik
dan mencegah pembentukan jaringan parut yang menjadi
karakteristik penyembuha luka. Regenerasi endometrum, selesai
pada akhir minggu ketiga masa pasca partum, kecuali pada bekas
tempat plasenta.
4) Lochea
Lochea rubra terutama mengandung darah dan debris
desidua dan debris trofoblastik. Lochea serosa terdiri dari darah
lama, serum, leukosit dan denrus jaringan. Sekitar 10 hari setelah
bayi lahir, cairan berwarna kuning atau putih. Lochea alba
mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mukus, serum dan
bakteri. Lochea alba bisa bertahan 2-6 minggu setelah bayi lahir.
5) Serviks
Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis,
dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan. 18 jam
pasca partum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi
lebih padat dan kembali ke bentuk semula. Serviks setinggi
segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis, dan rapuh selama
beberapa hari setelah ibu melahirkan.

6) Vagina dan perineum Vagina yang semula sangat teregang akan


kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil, 6-8 minggu
setelah bayi lahir.

Sistem endokrin
1) Hormon plasenta
Penurunan hormon human plasental lactogen,
esterogen dan kortisol, serta placental enzyme insulinase
membalik efek diabetagenik kehamilan. Sehingga kadar gula
darah menurun secara yang bermakna pada masa
puerperium. Kadar esterogen dan progesteron menurun
secara mencolok setelah plasenta keluar, penurunan kadar
esterogen berkaitan dengan pembengkakan payudara dan
diuresis cairan ekstra seluler berlebih yang terakumulasi
selama masa hamil.
2) Hormon hipofisis
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada
wanita menyusui dan tidak menyusui berbeda. Kadar
prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui
tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar
follikel-stimulating hormone terbukti sama pada wanita
menyusui dan tidak menyusui di simpulkan ovarium tidak
berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin
meningkat.
3) Abdomen
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah
melahirkan, abdomenya akan menonjol dan membuat wanita
tersebut tampak seperti masih hamil. Diperlukan sekitar 6
minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan
sebelum hami.
4) Sistem urinarius
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu
bulan setelah wanita melahirkan. Diperlukan kira-kira dua
smpai 8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan
dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan
sebelum hamil
5) Sistem cerna :
a) Nafsu makan
Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia,
anestesia, dan keletihan, ibu merasa sangat lapar.
b) Mortilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot
traktus cerna menetap selam waktu yang singkat setelah bayi
lahir.
c) Defekasi
Buang air besar secara spontan bias tertunda selama
dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan
6) Payudara
Konsentrasi hormon yang menstimulasai
perkembangan payudara selama wanita hamil (esterogen,
progesteron, human chorionik gonadotropin, prolaktin,
krotison, dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi
lahir. a) Ibu tidak menyusui Kadar prolaktin akan menurun
dengan cepat pada wanita yang tidak menyusui. Pada
jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi dailakukan
pada hari kedua dan ketiga. Pada hari ketiga atau keempat
pasca partum bisa terjadi pembengkakan. Payudara teregang
keras, nyeri bila ditekan, dan hangat jika di raba. b) Ibu yang
menyusui Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak
dan suatu cairan kekuningan, yakni kolostrum. Setelah
laktasi dimula, payudara teraba hangat dan keras ketika
disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama sekitar 48 jam.
Susu putih kebiruan dapat dikeluarkan dari puting susu.
7) Sistem kardiovaskuler
a) Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa
faktor misalnya Kehilangan darah merupakan akibat
penurunan volume darah total yang cepat tetapi
terbatas.Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan
tubuh yang menyebapkan volume darah menurun
dengan lambat. Pada minggu ketiga dan keempat
setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun
sampai mencapai volume sebelum lahir.
b) Curah jantung
Denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung
meningkat sepanjang masa hamil. Segera setelah
wanita melahirkan, keadaan ini akan meningkat
bahkan lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit
karena darah yang biasanya melintasi sirkuit utero
plasenta tiba - tiba kembali ke sirkulasi umum
c) Tanda-tanda vital
Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat,
jika wanita dalam keadaan normal. Peningkatan kecil
sementara, baik peningkatan tekanan darah sistol
maupun diastol dapat timbul dan berlangsung selama
sekitar empat hari setelah wanita melahirkan
8) Sistem neurologi
Perubahan neurologis selama puerperium merupakan
kebalikan adaptasi neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan
disebapkan trauma yang dialami wanita saat bersalin dan
melahirkan.
9) Sistem muskuluskeletal
Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi selama
masa hamil Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu
relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu
akibat pembesaran rahim.
9) Sistem integumen
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya
menghilang saat kehamilan berakhir. Pada beberapa wanita,
pigmentasi pada daerah tersebut akan menutap. Kulit kulit yang
meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin
memudar, tapi tidak hilang seluruhnya.

7. Komplikasi
a. Perdarahan
Perdarahan adalah penyebap kematian terbanyak pada
wanita selama periode post partum. Perdarahan post partum adalah:
kehilangan darah lebih dari 500 cc setelah kelahiran kriteria
perdarahan didasarkan pada satu atau lebih tanda-tanda sebagai
berikut:
1) Kehilangan darah lebih dai 500 cc.
2) Sistolik atau diastolik menurun sekitar 30 mmHg.
3) Hb turun sampai 3 gram %.
Tiga penyebap utama perdarahan antara lain :
a) Atonia uteri : pada atonia uteri uterus tidak
mengadakan kontraksi dengan baik dan ini
merupakan sebab utama dari perdarahan post partum.
b) laserasi jalan lahir : perlukan serviks, vagina dan
perineum dapat menimbulkan perdarahan yang
banyak bila tidak direparasi dengan segera.
c) Retensio plasenta, hampir sebagian besar
gangguan pelepasan plasenta disebapkan oleh
gangguan kontraksi uterus.
4) Lain-lain
a) Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi
kontraksi uterus sehingga masih ada pembuluh darah
yang tetap terbuka.
b) Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau
bekas jaringan parut pada uterus setelah jalan lahir
hidup.
c) Inversio uteri (Wiknjosastro, 2009).

Masalah Keperawatan Pada Ibu Post Partum


Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi klien
postpartum Primipara menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI) 2016 : a. Masalah Keperawatan
1) Nyeri Akut (D.0077)
a) Definisi Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintesitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan.
b) Data Mayor
(1) Subyektif : Mengeluh nyeri.
(2) Obyektif : Tampak meringis, gelisah, frekuensi nadi
meningkat, sulit tidur.
c) Data Minor
(1) Subyektif : Tidak tersedia.
(2) Obyektif : Nafsu makan berubah, proses berfikir
terganggu, berfokus pada diri sendiri.

2) Menyusui Tidak Efektif (D.0029)


a) Definisi Kondisi dimana ibu dan bayi mengalami kedidakpuasan
atau kesukaran pada proses menyusui.
b) Data Mayor
(1) Subjektif : kelelahan maternal, kecemasan maternal
(2) Objektif : bayi tidak mampu melekat pada payudara ibu,
ASI tidak memancar/menetes, BAK bayi kurang dari 8 kali
dalam 24 jam, nyeri dan/atau lecet terus menerus setelah
minggu kedua
c) Data Minor
(1) Subjektif : tidak tersedia
(2) Objektif : intake bayi tidak adekuat, bayi menghisap
tidak terus menerus, bayi menangis saat disusui, bayi rewel
dan menangis dalam jam – jam pertama setelah menyusui,
menolak untuk menghisap.

3) Gangguan Pola Tidur (D.0055)


a) Definisi Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat
faktor eksternal.
b) Data mayor
(1) Subjektif : mengeluh sulit tidur, mengeluh sering terjaga,
mengeluh tidak puas tidur, mengeluh pola tidur berubah,
mengeluh istirahat tidak cukup.
(2) Objektif : tidak tersedia
c) Data Minor
(1) Subjektif :mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
(2) Objektif : tidak tersedia

4) Defisit Pengetahuan
a) Definisi Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang
berkaitan dengan topik tertentu.
b) Data Mayor :
(1) Subjektif : Menanyakan masalah yang dihadapi
(2) Objektif : sesuai anjuran, Menunjukkan persepsi yang
keliru terhadap masalah
c) Data Minor :
(1)Subjektif : (tidak tersedia)
(2)Objektif : Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat,
Menunjukkan perilaku berlebihan (mis. apatis, bermusuhan,
agitasi, histeria).
5) Resiko infeksi (D.0142).
a) Definisi Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme
patogenik.
b) Faktor Risiko
(1) Penyakit kronis (mis. diabetes melitus)
(2) Efek prosedur invasif
(3) Malnutrisi
(4) Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
(5) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder:

6) Resiko Gangguan Perlekatan (D.0127)


a) Definisi Beresiko mengalami gangguan interaksi antara orang tua
dengan bayi yang dapat mempengaruhi proses asah, asih dan asuh.
b) Faktor Resiko
(1) Khawatir menjalankan peran sebagai orang tua.
(2) Ketidakmampuan orang tua memenuhi kebutuhan bayi.
(3) Prematuritas.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum


Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam kelangsungan hidup
pasien dan aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitatif, dan preventif perawatan
kesehatannya. Menurut Shore dalam Bararah dan Jaufar (2013) untuk sampai pada
hal ini profesi keperawatan telah mengidentifikasi proses pemecahan masalah yang
menggabungkan elemen yang paling relevan dari sistem teori dengan
menggunakan metode ilmiah. Proses keperawatan meliputi lima tahap yaitu
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan tindakan
keperawatan dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi
data biologis, psikologis, social dan spiritual. Kemampuan perawat yang
diharapkan dalam melakukan pengkajian adalah mempunyai kesadaran/tilik
diri, kemampuan mengobservasi dengan akurat, kemampuan berkomunikasi
terapeutik dan senantiasa mampu berespon secara efektif. Pada dasarnya
tujuan pengkajian adalah mengumpulkan data objektif dan subjektif dari
klien Pada tahap pengkajian peneliti memakai model keperawatan Maternal
Role Attainment-Becoming a Mother pada post partum yakni:
a. Identitas klien Meliputi nama, tempat tanggal lahir, agama, suku
bangsa, pendidikan terakhir, pekerjaan, alamat, penghasilan per
bulan.
b. Antisipatori
1) Status Kesehatan : alasan kunjungan, kunjungan, keluhan
utama, riwayat kesehatan.
2) Riwayat obstetri dan ginekologi :
Riwayat haid, riwayat perkawinan, riwayat KB, riwayat
kehamilan & persalinan yang lalu, riwayat kehamilan &
persalinan sekarang,
3) Pemenuhan kebutuhan dasar manusia :
Nutrisi, eliminasi, oksigenasi, aktivitas dan istirahat. 4)
Dukungan sosial : dukungan emosi, dukungan informasi,
dukungan fisik, dukungan penghargaan.
5) Fungsi keluarga
6) Pengkajian budaya
7) Stress
8) Pemeriksaan fisik ibu
- Mata :
konjungtiva normalnya berwana merah muda dan
sklera normalnya berwarna putih
- Mammae : payudara simetris atau tidak, putting
susu bersih dan menonjol atau tidak.
Hiperpigmentasi areolla atau tidak, kolostrum sudah
keluar atau belum. - Abdomen : terdapat luka bekas
SC atau tidak, ada linea atau tidak, striae ada atau
tidak
- Genetalia : bersih atau tidak, oedema atau tidak,
kemerahan atau tidak, perineum ada bekas luka
epiostomi atau tidak
- Ekstremitas : oedema atau tidak dan varises atau
tidak
1) Riwayat persalinan saat ini
2) Bonding attachment dengan skoring gray
3) Pengkajian bayi
4) Aspek psikososial ibu
5) Peran ayah selama dan sesudah kelahiran

Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan
oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018). Penerapan luaran keperawatan dengan menggunakan ketiga
komponen luaran keperawatan yaitu Label, Ekspetasi dan Kriteria Hasil.
Motode yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut (Tim Pokja SLKI DPP
PPNI, 2019) :
Berikut Intervensi yang dapat dilakukan sesuai standar intervensi
keperawatan Indonesia (Tim Pokja Siki DPP PPNI, 2018), pada Ibu
Post Partum adalah:
➢ Intervensi Ibu :
1) Nyeri Akut (D.0077)
a. Tujuan umum : Setelah dilakukan intervensi keperawatan
selama waktu tertentu diharapkan tingkat nyeri menurun.
b. Kriteria hasil :
a) Pasien melaporkan keluhan nyeri berkurang
b) Keluhan nyeri meringis menurun
c) Menunjukkan sikap protektif menurun.
d) Pasien tidak tampak gelisah.
c. Intervensi : Manajemen Nyeri (I.08238)
a) Observasi
(1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, intensitas nyeri.
(2) Identifikasi skala nyeri.
(3) Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri.
(4) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri
(5) Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan.
b) Terapeutik
(1) Berikan tehnik norfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
(2) Fasilitasi istirahat dan tidur
c) Edukasi
(1) Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri.
(2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
(3) Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri.
(4) Ajarkan tehnik nonfarmakologis
untuk mengutangi nyeri.
d) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2) Menyusui Tidak Efektif (D.0029)


a. Tujuan Umum : Setelah dilakuan intervensi keperawatan
selama waktu tertentu diharapkan status menyusui membaik. b.
Kriteria Hasil : a) Perlekatan bayi pada payudara ibu meningkat. b)
Kemampuan ibu memposisikan bayi dengan benar meningkat. c)
Pancaran ASI meningkat d) Suplai ASI adekuat meningkat. e)
Pasien melaporkan payudara tidak bengkak c. Intervensi : Konseling
Laktasi ( I.03093 ) a) Observasi (1) Identifikasi permasalahan yang
ibu alami selama proses menyusui. (2) Identifikasi keinginan dan
tujuan menyusui. (3) Identifikasi keadaan emosional ibu saat akan
dilakukan konseling menyusui. b) Terapeutik (1) Gunakan tehnik
mendengar aktif. (2) Berikan pujian terhadap perilaku ibu yang
benar. c) Edukasi Ajarkan tehnik menyusui yang tepat sesuai
kebutuhan ibu. 3) Gangguan Pola Tidur (D.0055) a. Tujuan Umum :
setelah dilakukan tindakan keperawatan pola tidur meningkat. b.
Kriteria hasil : a) Gelisah menurun b) Keluhan sulit tidur menurun
c) Pola tidur membaik c. Intervensi : Manajemen Nyeri (I.08238) a)
Observasi (1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
intensitas nyeri. (2) Identifikasi skala nyeri. (3) Identifikasi faktor
yang memperberat dan memperingan nyeri. (4) Identifikasi
pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
(5) Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan.
b) Terapeutik
(1) Berikan tehnik norfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
(2) Fasilitasi istirahat dan tidur
c) Edukasi
(5) Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri.
(6) Jelaskan strategi meredakan nyeri
(7) Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri.
(8) Ajarkan tehnik nonfarmakologis
untuk mengutangi nyeri.
d) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

4) Defisit Pengetahuan ( D.0111 ) a. Tujuan


umum: setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan tingkat pengetahuan meningkat b.
Kriteria hasil : a) perilaku sesuai anjuran meningkat
b) verbalisasi minat dalam belajar meningkat c)
kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu
topik meningkat d) kemampuan menggambarkan
pengalaman sebelumnya yang sesuai dengan topik
meningkat e) perilaku sesuai dengan pengetahuan
meningkat f) pertanyaan tentang masalah yang
dihadapi menurun g) persepsi yang keliru terhadap
masalah menurun h) menjalani pemeriksaan yang
tidak tepat menurun i) perilaku membaik c.
Intervensi : Edukasi Kesehatan (I.12383) a)
Observasi (1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi (2) Identifikasi faktor-faktor
yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat b) Terapeutik (1)
Sediakan materi dan medla pendidikan kesehatan (2)
Jadwalkan pendidikan kesehatan sosial kesepakatan
(3) Berikan kesempatan untuk bertanya c) Edukasi
(1) Jekaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi
kesehatan (2) Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat (3) Ajarkan strategi yang dapat digunakan
untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
5) Resiko Infeksi (D.0142) a. Tujuan Umum :
Setelah dilakukan intrevensi keperawatan selama
waktu tertentu diharapkan tingkat infeksi menurun. b.
Kriteria Hasil a) Tidak ada tandan –tanda infeksi
( Demam, Nyeri, Kemerahan dan Bengkak). b) Kadar
sel darah putih membaik. c. Intervensi Pencegahan
Infeksi ( I.14539 ) a) Observasi Monitor tanda dan
gejalan infeksi lokal dan sistemik. b) Terapeutik (1)
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien. (2) Pertahankan tehnik
aseptik pada psien beresiko tinggi. c) Edukasi (1)
Jelaskan tanda dan gejala infeksi (2) Ajarkan cara
mencuci tangan dengan benar. (3) Ajarkan cara
memeriksa kondisi luka. (4) Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi. 6) Resiko Gangguan Perlekatan
(D.0127) a. Tujuan Umum : Setelah dilakukan
intervensi keperawatan selama waktu tertentu
diharapkan kemampuan berinteraksi ibu dan bayi
meningkat. b. Kriteria Hasil a) Pasien menunjukkan
peningkatan verbalisasi perasaan positif terhadap
bayi. b) Pasien menunjukkan peningkatan perilaku
mencium bayi, tersenyum pada bayi, melakukan
kontak mata dengan bayi, berbicara dengan bayi,
berbicara kepada bayi serta berespon dengan isyarat
bayi. c) Pasien menunjukkan peningkatan dalam
menggendong bayinya untuk menyusui. c.
Intervensi : Promosi Perlekatan ( I.10342 ) a)
Observasi (1) Monitor kegiatan menyusui. (2)
Identifikasi kemampuan bayi menghisap dan
menelan ASI. (3) Identifikasi payudara ibu. (4)
Monitor perlekatan saat menyusui b) Terapeutik
Diskusikan dengan ibu masalah selama proses
menyusui. c) Edukasi (1) Ajarkan ibu menopang
seluruh tubuh bayi. (2) Anjurkan ibu melepas
pakaian bagian atas agar bayi dapat menyentuh
payudara ibu. (3) Ajarkan ibu agar bayi yang
mendekati kearah payudara ibu dari bagian bawah.
(4) Anjurkan ibu untuk memegang payudara
menggunakan jarinya sepertu huruf “ C”. (5)
Anjurkan ibu untuk menyusui pada saat mulut bayi
terbuka lebar sehingga areola dapat masuk dengan
sempurna. (6) Ajarkan ibu mengenali tanda bayi siap
menyusui.
2. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter, 2011)
Komponen tahap implementasi :
a) Tindakan keperawatan mandiri.
b) Tindakan Keperawatan edukatif.
c) Tindakan keperawatan kolaboratif.
d) Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap
asuhan keperawatan.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk menilai hasil akhir dari seluruh tindakan keperawatan yang
telah dilakukan (Bararah, 2013).
FORMAT LAPORAN KASUS POSTPARTUM

I. PENGKAJIAN
A. Pengumpulan Data
1. Data Umum
a. Identitas Klien
Nama : Ny. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga
Tanggal pengkajian : 11-07-2022
Tanggal masuk :10-07-2022
Diagnosa Medis : G2P1A0 39 minggu+KPD dan Inpartu
Alamat : Komp. Karyalaksana Ngamprah

b. Identitas Keluarga/Penanggung Jawab


Nama : Tn. O
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Hubungan dengan klien : Suami
Alamat : Komp. Karyalaksana Ngamprah

2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Klien
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Alasan Masuk Rumah Sakit
Klien mengatakan alas an masuk rumah sakit karena dirumah
mengalami pecah ketuban mengalir agak hijau dan bercampur
lender darah padatanggal 10-07-2022.

b) Keluhan utama
Klien emnagtakan keluhan utama yang dirasakan pecah ketuban.

c) Riwayat Penyakit Sekarang (PQRST)


Klien mengatakan riwayat penyakit pada saat dikaji nyeri apda
bagian vagina karena jahitan, nyeri yang dirasakan timbul dan
mengganggu rasa sakit yang dirasakan seperti ditekan, rasa sakit
dibagian jahitan, nilai rasa nyeri dari 1-10 yang dirasakan 5.nyeri
muncul terus-menerus setelah dijahit karena belum kering.

d) Keluhan yang menyertai


Tidak ada keluhan yang menyertai.

e) Riwayat tindakan konservatif dan pengobatan yang telah didapat


Klien mendapatkan injeksi ceftriaxone.

2) Riwayat Kesehatan Masa Lalu


a) Riwayat penyakit atau rawat inap sebelumnya
Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit dan riwayat menginap
dirumahn sakit sebelumnya.

b) Riwayat alergi
Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi makanan maupun obat.

c) Riwayat operasi
Klien mengatakan tidak pernah operasi sebelumnya

d) Riwayat transfuse
Klien mengatakan tidak ada riwayat transfuse sebelumnya

e) Riwayat pengobatan
Klien mengatakan tidak ada riwayat pengobatan sebelumnya.

f) Riwayat Kehamilan dan Persalinan Yang Lalu


No Tahun Jenis Penolong BBL Keadaan Masalah
persalinan bayi lahir kehamilan
1. 2019 Normal Bidan 3.300gr Lahir hidup Tidak ada
2. 2022 Normal dokter 2.750gr Lahir hidup Tidak ada
Riwayat menyusui: Ya/Tidak, satu tahun terakhir.
g) Riwayat Persalinan
1. Jenis persalinan: spontan letak kepala berada di mulut Rahim.
tanggal/jam 21:14 WIB
2. Jenis kelamin bayi: P; BB/PB 2.750 gram/ 49 cm
3. Masalah dalam persalinan
Tidak ada masalah dalam persalinan

h) Riwayat Ginekologi Tidak ada


1. Masalah ginekologi: Tidak ada
2. Riwayat KB: KB IUD]

3. Data Biologis
a. Penampilan umum :
 Keadaan umum tampak sakit sedang
 Tanda–tanda vital :

b. Tekanan darah 130/80 mmHg


 Suhu 37,2 oC
 Nadi (frekuensi, keteraturan, lokasi arteri, denyutan): 68x/mnt
 Pernapasan (frekuensi, keteraturan): 20x/mnt
 Nyeri (lokasi, skala nyeri): lokasi tepat di luka jahitan setelah melahirkan
normal dengan skala nyeri 5.

c. Tinggi badan
 Berat badan: 68kg

 Pemeriksaan fisik
a) Kepala:
Bentuk kepala simetris, tidak ada lesi, penyebaran rambut merata.

b) Mata:
Penglihatan baik, konjungtiva berwarna merah muda, tidak anemis.

c) Hidung
Bentuk hidung simetris, tidak ada lesi, penciuman baik.

d) Telinga:
Telinga simetris, telinga kanan dan kiri sejajar, pendengaran baik, tidak
keluar caran.

e) Mulut:
Keadaan mulut bersih, tidak ada sariawan, tidak ada lesi, pengecapan
baik.

f) Payudara:
Bentuk patuara simetris, areola berwarna gelap, keluar cairan ASI
sedikit, tidak ada lesi.

g) Genitalia
Perdarahan 100cc, involusi uteri 3 jari dibawah pusat, kontraksi uterus
kuat,

REDA
 Redness: Tidak ada tanda kemerahan dan infeksi
 Ekimosis: tidak ada memar dibawah kulit.
 Oedema:Tidak ada
 Discharge: Lochea warna merah segar (lochea rubra hari-1)
 Apoksimetri: Ada penyatuan jaringan episiotomi

4. Data Psikologis
a. Status emosi
Klien dapat mengontrol emosi sendiri.

b. Konsep diri (gambaran diri, harga diri, ideal diri, identitas diri, peran)
Klien mengatakan klien sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya.

c. Gaya komunikasi (kejelasan artikulasi, intonasi, cepat lambatnya)


Klien menhayakan intonasi dalam berbicara dan artikulasinya jelas.

d. Pola interaksi
Klien mengatakan pola interaksi klien dengan masyarakat baik.

e. Pola mengatasi masalah


Klien mengatakan pola mengatasi masalah klien selalu menyelesaikan masalah
dengan baik.

5. Data Sosio-Spiritual
a. Hubungan sosial
Klien mengatakan hubungan social klien dengan tetangga, teman dan
sebayanya baik.

b. Kultur yang diikuti


Klien mengatakan tidak ada kultur yang diikuti.

c. Gaya hidup
Gaya hidup klien baik.

d. Kegiatan agama dan relasi dengan Tuhan


Klien emngatakan selalu sholat 5 waktu dan mengikuti pengajian di lingkungan
rumahnya.

6. Data Penunjang
a. Laboratorium (darah, urine, feses, sputum, analisa specimen lain)\
Laboratorium darah terlampir.

b. Radiologi (Rontgen, USG, CT-Scan, MRI): Tidak ada


c. Terapi (oral dan parenteral/injeksi)

 Nama Obat : :Kaltrofen 3x1 :


Golongan: Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAID).
Dosis untuk pasien: 1 kali sehari\
Indikasi untuk pasien: : Terapi gejala-gejala Artritis Reumatoid,
Osteo Artritis, Gout akut dan Spondilitis Ankilosa
Kontra indikasi obat: Penderita dengan penyakit proktitis
sebelumnya atau yang disertai dengan hemoroid (wasir)
Efek samping obat: konsistensi feses menjadi lunak

- Nama Obat :Cefar 2x1


Golongan Obat : Antibiotik
Dosis untuk pasien: 1-2 gram setiap hari
Indikasi untuk pasien: Obat infeksi radang sendi
Kontra indikasi obat: Tidak boleh digunakan pada seseorang yang
hipersensitif terhadap sefalosporin.
Efek samping obat: Pemakaian obat umumnya memiliki efek
samping tertentu dan sesuai dengan masing-masing individu. Jika
terjadi efek samping yang berlebih dan berbahaya, harap
konsultasikan kepada tenaga medis. Efek samping yang mungkin
terjadi dalam penggunaan obat adalah: Signifikan: Reaksi
hipersensitivitas, termasuk anafilaksis; Diare terkait Clostridium
difficile. Gangguan sistem darah dan limfatik: Jarang, eosinofilia,
neutropenia, trombositopenia, agranulositosis. Gangguan
gastrointestinal: Diare, mual, muntah, dispepsia, sakit perut, glositis.
Gangguan umum dan kondisi tempat pemberian: Jarang, demam.
Gangguan sistem kekebalan: Jarang, reaksi seperti penyakit serum,
edema angioneurotik. Pemeriksaan penunjang: Jarang, AST dan
ALT sedikit meningkat. Gangguan muskuloskeletal dan jaringan
ikat: Jarang, artralgia. Gangguan kulit dan jaringan subkutan: Ruam,
pruritus, eksantema alergi, urtikaria. Berpotensi Fatal: Kolitis
pseudomembran.

- Nama Obat: Lactamor 1x1


Golongan : Suplemen makanan :
Dosis untuk pasien: 3 kali sehari 1-2 tablet
Indikasi untuk pasien: membantu melancarkan air susu ibu (ASI)
Kontra indikasi obat: tidak ada
Efek samping obat: pad asaat mengkonsumsi obat ini ada
kemungkinan air seni dan air keringat berbau khas.

d. Diit: diit biasa


e. Acara infus: Ringer Laktat.
f. Mobilisasi: jalan/duduk

B. Pengelompokkan Data (Data subyektif dan data obyektif)

DO:

Hasil pemeriksaan TTV

Tekanan darah 130/80 mmHg


 Suhu 37,2 oC
 Nadi (frekuensi, keteraturan, lokasi arteri, denyutan): 68x/mnt
 Pernapasan (frekuensi, keteraturan): 20x/mnt
 Nyeri (lokasi, skala nyeri): lokasi tepat di luka jahitan setelah melahirkan
normal dengan skala nyeri 5.

DS:

 Klien mengatakan nyeri pada jalan lahir, nyeri makin bertambah ketika
klien bergerak . nyeri seperti tertusuk – tusuk, dan nyeri hilang timbul
 Selama haid klien mengatakan tidak pernah merasakan
nyeri haid.
 klien mengatakan sulit untuk beraktivitas
 klien mengatakan beraktivitas masihg dibantu o;eh keluarga.

C. Analisa Data ( dapat dibuat dalam bentuk 3 kolom (data, etiologi dan masalah) atau
patoflow kasus)

N DATA ETIOLOGI MASALAH


O
DO: nyeri pada
1. daerah perineum

DS: terdapat luka


jahitan jalan lahir.
-Klien mengatakan
Nyeri pada daerah perineum Nyeri setelah
nyeri pada jalan
melahirkan
lahir, nyeri makin
bertambah ketika
klien bergerak .
nyeri seperti tertusuk
– tusuk, dan nyeri
hilang timbul
Hasil pemeriksaan
TTV
-Tekanan darah
130/80 mmHg
-Suhu 37,2 oC
Menyususi tidak efektif Ketidakadekuatan
-Nadi (frekuensi, suplai ASI
keteraturan, lokasi
arteri, denyutan):
68x/mnt
-Pernapasan
(frekuensi,
keteraturan):
20x/mnt
-Nyeri (lokasi, skala
nyeri): lokasi tepat
di luka jahitan
setelah melahirkan
normal dengan skala
nyeri 5.
2.

DS: klien
mengatakanASI
keluar masih sedikit.

DO: ASI yang


dikeluarkan masih
sedikit
-bayi diruang rawat
bayi.
3. -Payudara lembek.

DO: klien
mengatakan sulit
untuk beraktivitas
-klien mengatakan
beraktivitas masihg
dibantu o;eh
keluarga.

DS: nyeri jahitan


jalan lahir.

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS MASALAH

1. Nyeri Akut setelah melahirkan


2. Menyususi tidak efektif
3. Intoleransi aktivitas b.d imobilisasi

E. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

TG DIAGNOSA PERENCANAAN
NO
L KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI
Nyeri Akut Pasien akan Lakukan
Berhubugan bebas dari nyeri pengkajian nyeri
Dengan Agen selama dalam yang
Pencedera Fisik perawatan komprehensif
Indikator : (lokasi,
karateristik,
-Mengenali kapan durasi,dan
terjadinya nyeri frekuensi.)
-Menggambarkan
faktor penyebab Gali bersama
faktor-faktor
yang dapat
menurunkan/
memperberat
nyeri.
Pilih dan
implementasikan
tindakan yang
beragam.

F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

TG JAM NO.DK IMPLEMENTASI NAMA & TTD


L
1 Manajemen nyeri
-Melakukan tindakan manajemen
nyeri, pengkajian meliputi (lokasi,
karateristik, durasi,dan frekuensi) HANI

-Mengatur posisi pasien


-Menggajark an teknik
relaksasi napas dalam
-Melakukan pengukuran
tandatanda vital
-Mengajarkan Teknik relaksasi
nafas dalam untuk menghilangkan
rasa nyeri.

2 -Monitor TTV dan intake output


-Memberikan posisi semi fowler HANI
-Mengajarkan teknik menyusui
yang benar dan perawatan
payudara.

3 -Monitor pola jam tidur HANI


-Memberi edukasi kepada klien
untuk melakukan aktivitas secara
bertahap

G. EVALUASI KEPERAWATAN

TGL NO. SOAP NAMA & TTD


DK
S:
-Trauma perineum selama persalinan dan
1 kelahiran
-Klien mengatakan nyeri pada luka bekas
jahitan dibagian perineum.
HANI
O:
KU compos mentis, kontraksi uterus kuat, TFU
3 jari dibawah pusat, ibu mengeluh tidak
nyaman.terdapat luka jahitan jalan lahir
A : P2A0 post partm spontan
P : masalah belum teratasi:
-keluhan tidak nyaman.
-luka episiotomy
-kontraksi uterus
Dukungan social dari keluarga.
S:
Klien emngatakan ASI yang keluar sedikit
2 O: HANI

-Payudara terasa lembek


-Produksi ASI sedikit
A:
Masalah belum teratasi
P:
Ajarkan posisi menyusui yang benar dan
ajarkan breastcare.

3 S: HANI
Klien mengatakan jika beraktivitas masih nyeri
O:
Aktivitas klien dibantu oleh keluarga
A:
Masalah belum teratasi
P:
Ajarkan klien untuk aktivitas secara bertahap.
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengkajian asuhan keperawatan pada pasien post
partum spontan di Ruang Elisabeth Rs. Cahya Kawaluyan.penulis dapat
mengambil pembahasan sebagai berikut:
1. Pengkajian pada pasien dengan post partum spontan yang di dapatkan pada
pasien menunjukan adanya kesamaan. Keluhan yang di rasakan oleh pasien sesuai
dengan teori yaitu Nyeri akut bd agen luka episiotomi
2. Diagnosa keperawatan yang sama dengan teori pada klien tersebut yaitu, Nyeri
akut bd luka episiotomi post partum spontan, menyusui tidak efektif dan
intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas.
3. Perencanaan keperawatan yang dilakukan penulis pada pasien post partum
spontan meliputi melakukan pengkajian, tindakan mandiri, pendidikan kesehatan
dan kolaborasi untuk tindakan lain dan penulis tidak menemukan masalah yang
berarti dalam menentukan perencanaan keperawatan.
4. Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah
penulis susun. Dalam proses implementasi yang dilakukan sesuai dengan rencana
yang dibuat, dan penulis tidak menemukan adany aperbedaan antara intervensi
yang dibuat dengan implementasi yang dilakukan dan sesuai dengan teori.
5. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh penulis pada kedua kasus dilakukan selama
3 hari perawatan oleh penulis. Hasil evaluasi yang dilakukan menunjukan bahwa
masalah menyusui tidak efektif teratasi dengan baik dan untuk masalah nyeri akut,
resiko infeksi dan resiko perfusi perifer tidak efektif teratasi sebagian.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Post partum spontan adalah masa persalinan dan setelah kelahiran,
masa pada waktu saluran reproduktif kembali ke keadaan semula (tidak
hamil) (Bobak, 2004 dalam Aspiani, 2017). Ibu post partum mengalami
banyak perubahan baik secara fisik maupun psikologis dan apabila tidak
ditangani dengan tepat akan menjadi kondisi patologis yang dapat
mengancam kesehatan ibu bahkan menyebabkan kematian seperti infeksi
masa nifas, perdarahan pasca persalinan, tromboemboli dan masih banyak
lagi. Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam msalah obstetri
yang dapat menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi serta dapat
meningkatkan kesakitan dan kematian pada ibu dan bayi. Post partum
dengan KPD merupakan kondisi komplikasi patologis pada ibu nifas yang
mengakibatkan terjadinya infeksi masa nifas dan perdarahan
(Purwaningtyas, 2018). Berakhirnya proses persalinan bukan berarti ibu
terbebas dari bahaya atau komplikasi dapat dialami ibu pada masa nifas dan
bila tidak tertangani dengan baik akan memberi kontribusi yang cukup
besar terhadap tingginya angka kematian ibu (AKI) di Indonesia.
Komplikasi potensial KPD yang sering terjadi adalah risiko infeksi, prolaps
tali pusat, pada usia kehamilan 37 minggu sering terjadi komplikasi
syndrom distress pernafasan (Respiratory Distress Syndrom) yang terjadi
pada 10-40% bayi baru lahir.

DAFTAR PUSTAKA
Apriyani, W. (2018). Aplikasi Teori Ramona T Mercer : Maternal Role Attainment
– Becoming a Mother. 1–21. https://id.scribd.com/document/396538941/Aplikasi-
Ramona-t-Mercer
Arma, N. (2015). Bahan Ajar Obstetri Fisiologi. https://books.google.co.id/books?
id=Gwo2DwAAQBAJ&lpg=PR1&dq=asu han keperawatan antenatal intranatal
dan bayi baru lahir fisiologis dan
patologis&hl=id&pg=PR5#v=onepage&q&f=false
Bararah, T. (2013). Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi Perawat
Profesional. Prestasi Pustaka.
Bobak. (2010). Konsep Post Partum.
Fatimah. (2017). BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN.
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah.
https://doi.org/10.1111/j.1467-8683.2009.00753.x
Heryani, R. (2012). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Dan Ibu Menyusui.
CV. Trans Info Media.
Kenneth. (2003). Obstetri Williams. https://books.google.co.id/books?
id=mPwa0ARtMtIC&lpg=PA892&dq=Obs tetri Williams Edisi
21.&hl=id&pg=PR4#v=onepage&q=primipara&f=false
Manuaba, I. B. G. F. (2012). Pengantar Kuliah Obstetri. Kedokteran EGC.
Pitriani, R. (2014). Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal
(Askeb III).
Potter, P. (2011). Fundamental Keperawatan (ECG).
Prahardani, R. F. (2019). Characteristics of Pregnant Women with Premature
Rupture of the Membranes at Assalam Hospital, Gemolong, Sragen. Jurnal
Biometrika Dan Kependudukan, 8(1), 93.
https://doi.org/10.20473/jbk.v8i1.2019.87-93
Reeder, S. (2011). Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi, & Keluarga
Ed.18 Vol.2. EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Tim Pokja SDKI PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(Edisi 1). DPP PPNI.
Wahyuningsih, S. (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Post Partum.
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=cBKfDwAAQBAJ&oi=fnd

Anda mungkin juga menyukai