Anda di halaman 1dari 73

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. A.

A 43 TAHUN P4A2
DENGAN POST PARTUM SECTIO CAESAREA
DI RUMAH SAKIT SWASTA BANDUNG

Laporan Kasus

Nama Mahasiswa : Magdalena Yani Y


NIM : 30190122114

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS SANTO BORROMEUS
PADALARANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Ny. A. A 43 Tahun P4A2 Dengan Post Partum Secio
Caesarea Di Rumah Sakit Swasta Bandung”. Laporan kasus ini dibuat untuk
menyelesaikan salah satu tugas profesi Keperawatan Maternitas. Berbagai pihak
ikut terlibat dan membantu dalam menyelesaikan penyusunan laporan kasus ini,
maka dari itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Yosi Maria Wijaya, S.Kep., Ners, M.S selaku koordinator profesi mata ajar
Keperawatan Maternitas
2. Yuanita Ani Susilowati., M.Kep., Ns.Sp.Kep.Mat selaku dosen tim
pembimbing profesi Keperawatan Maternitas.
3. Rahel Dwi Wijayanti, Amd. Keb selaku Pembimbing Praktek Bagian di ruang
Elisabeth 4.
4. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan
kasus ini.
Penulis menyadari, masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
kasus ini, baik isi maupun bahasa yang digunakan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangatlah diharapkan demi penyempurnaan laporan kasus
ini.

Padalarang, Juni 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang
Postpartum adalah masa dimulai setelah plasenta lahir hingga
kembalinya organ-organ reproduksi ke dalam keadaan normal atau sebelum
hamil. Masa ini berlangsung sekitar 6 minggu, dan sering kali disebut dengan
masa nifas atau puerperium (Lowdermilk, Perry and Cashion, 2013). Pada
masa Postpartum ini ibu akan banyak mengalami kejadian - kejadian seperti,
dimulainya perubahan fisiologis seperti proses pengerutan pada uterus setelah
plasenta lahir akibat kontraksi dari otot-otot polos uterus, kemudian adanya
perubahan pada masa laktasi atau menyusui serta perubahan psikologis dalam
menghadapi keluarga baru dengan kehadiran sosok buah hati yang sangat
dinantikan (Saifudin dkk, 2011).
Setelah melahirkan seorang ibu pasti akan mengalami beberapa
perubahan fisiologis dan psikologis, salah satu perubahan fisiologis yaitu
perubahan sistem endokrin seperti pada hormon pituituri, prolaktin, dan
prostaglandin. Hormon tersebut berperan dalam kesiapan produksi ASI.
Selain itu ada perubahan psikologis yang mampu menghambat proses
menyusui yaitu : fase taking in, fase taking hold, dan fase taking go. Proses
menyusui dapat terhambat karena pengetahuan seorang ibu tentang proses
menyusui, serta keadaan fisik ibu seperti kondisi payudara ibu apakah puting
payudaranya terbenam, atau payudaranya bengkak dan lecet, Kemudian
faktor ibu yang sibuk dengan pekerjaannya juga dapat mempengaruhi proses
menyusui. Selain pada ibu, bayi pun juga akan mengalami masalah-masalah
yang dapat menghambat dalam memberian ASI seperti, keengganan bayi
dalam menyusu, refleks isap pada bayi yang lemah, bayi sumbing, dan bayi
yang terpisah dengan ibunya karena tidak rawat gabung ataupun dalam
keadaan sakit (Dewi dan Tri, 2014).
Pada masa ini proses menyusui adalah proses penting, karena pada
tahap ini sang ibu memberikan makanan pada bayi berupa air susu ibu (ASI)
dari payudara ibu secara efektif (Salman, 2013). Salah satu peran ibu yang
terpenting setelah melahirkan adalah sesegera mungkin untuk memberikan
ASI pada bayi baru lahir atau sering disebut inisiasi menyusui dini (early
initiation) atau permulaan menyusui dini (Dewi dan Tri, 2014). Salah satu
masalah yang ibu alami ketika setelah postpartum adalah ketidakefektifan
menyusui. Menyusui tidak efektif adalah sebuah kondisi dimana ibu dan bayi
mengalami ketidakpuasan atau kesukaran pada proses menyusui (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2016).
Menyusui tidak efektif ini berdampak besar terhadap tumbuh
kembang dari sang bayi. Peran perawat sangat penting untuk memberi
dukungan pada masa ini, untuk mencegah terjadinya masalah tersebut maka
tindakan yang tepat menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI, 2018) adalah bimbingan teknik menyusui yang tepat atau konseling
laktasi. Selain itu ada juga tindakan yang dapat mendukung konseling laktasi,
yaitu pemdampingan proses menyusui, dan pemberian kesempatan
menghisap pada bayi. Berdasarkan pemaparan tersebut maka penulis tertarik
untuk membuat laporan kasus dengan judul "Asuhan Keperawatan pada
Ny.A.A 43 Tahun P4A2 Dengan Postpartum SC Di Rumah Sakit Swasta
Bandung".
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu memahami dan mengerti mengenai Asuhan Keperawatan pada
Dengan Menyusui Tidak efektif pada ibu Postpartum SC.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian pada Ny.A.A 43 Tahun P4A2
Dengan Menyusui Tidak efektif Postpartum SC
b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada Ny.A.A 43 Tahun
P4A2 Dengan Menyusui Tidak efektif Postpartum SC
c. Mampu merencanakan asuhan pada Ny.A.A 43 Tahun P4A2 Dengan
Menyusui Tidak efektif Postpartum SC
d. Mampu melaksanakan perencanaan pada Ny.A.A 43 Tahun P4A2
Dengan Menyusui Tidak efektif Postpartum SC
e. Mampu melakukan evaluasi Ny.A.A 43 Tahun P4A2 Dengan
Menyusui Tidak efektif Postpartum SC
f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan Ny.A.A 43 Tahun
P4A2 Dengan Menyusui Tidak efektif Postpartum SC dengan benar.
C. Sistematika Penulisan
Sistematika dari penulisan laporan kasus ini terdiri dari 5 bab. Bab I
pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan dan sistematika penulisan.
Bab II tinjauan pustaka yang meliputi pengertian, anatomi dan fisiologi
sistem kardiovaskular, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, test
diagnostik, komplikasi dan penatalaksanaan, Konsep asuhan keperawatan,
yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan,
tindakan keperawatan dan evaluasi. Bab III tinjaun kasus yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, tindakan
keperawatan dan evaluasi (SOAP). Bab IV pembahasan, Bab V penutup yang
meliputi kesimpulan dan saran. Daftar pustaka
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Post Partum
1. Pengertian
Masa nifas atau post partum disebut juga puerperium yang berasal
dari bahasa latin yaitu dari kata ”Puer” yang artinya bayi dan ”Parous”
berarti melahirkan. Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan
kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan
kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang
lebih 6 minggu (Saleha, 2013). Post partum adalah masa setelah plasenta
lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali pada keadaan
sebelum hamil, masa post partum berlangsung selama 6 minggu
(Wahyuningsih, 2019).
Ibu post partum adalah keadaan ibu yang baru saja melahirkan.
Istilah post partum adalah masa sesudah melahirkan atau persalinan. Masa
beberapa jam sesudah lahirnya plasenta atau tali pusat sampai minggu ke
enam setelah melahirkan. Masa post partum dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali pada masa
sebelum hamil yang berlangsung kira-kira enam minggu, setelah kelahiran
yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi
kembali kekeadaan yang normal pada saat sebelum hamil (Marmi, 2012).
Jadi post partum adalah masa setelah ibu melahirkan sampai organ
– organ kandungan kembali pada masa sebelum hamil, dengan waktu
sekitar enam minggu.
2. Anatomi Fisiologi
Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di
dalam rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia
eksterna, yang terletak di perineum. Struktur reproduksi interna dan
eksterna 5 6 berkembang menjadi matur akibat rangsang hormon estrogen
dan progesteron (Arma, 2015)

a. Struktur Eksterna

Gambar 2.1 Organ reproduksi eksterna wanita Sumber :


www.sehatq.com
1) Mons Veneris (Mons Pubis)
Mons pubis adalah jaringan lemak subkutan berbentuk lunak dan
padat serta mengandung banyak kelenjar sebasea (minyak) yang
ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa
pubertas, mons berperan dalam sensualitas dan melindungi
simfisis pubis selama koitus
2) Labia Mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang
menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons
pubis. Sensitivitas labia mayora terhadap sentuhan, nyeri dan
suhu 7 tinggi, hal ini di akibatkan adanya jaringan saraf yang
menyebar luas yang juga berfungsi selama rangsangan seksual.
Pada wanita yang belum pernah melahirkan anakpervaginam,
kedua labia mayora terletak berdekatan di garis tengah, menutupi
stuktur-struktur di bawahnya. Setelah melahirkan anak dan
mengalami cedera pada vagina atau pada perineum, labiasedikit
terpisah dan bahkan introitus vagina terbuka.
3) Labia Minora
Labia minora adalah lipatan kulit panjang, sempit dan tidak
berambut yang memanjang ke arah bawah klitoris dan menyatu
dengan fourchette, terdapat banyak pembuluh darah sehingga
tampak kemerahan, dan memungkankan labia minora
membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik.
Kelenjar-kelenjar di labia minora juga melumasi vulva. Suplai
saraf yang sangat banyak membuat labia minora sensitif, sehingga
meningkatkan fungsi erotiknya.
4) Klitoris
Klistoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil,
mengandung banyak pembuluh darah dan saraf sensoris sehingga
sangat sensitive. Fungsi utama klitoris adalah menstimulasi dan
meningkatkan ketegangan seksual.
5) Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil
(labia minora) dibatasi oleh klitoris dan perinium.Vestibulum
terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar
paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir
mudah teriritasi oleh bahan kimia. Kelenjar vestibulum mayora
adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia mayora,
masingmasing satu pada setiap sisi orifisium vagina.
6) Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan tranversal yang pipih dan tipis,
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di
garis tengah di bawah orifisium vagina.
7) Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulitantara
introitus vagina dan anus, panjangnya kurang lebih 4 cm.

b. Struktur Interna

Gambar 2.2 Organ reproduksi Interna.


Sumber : https://balitteknologikaret.co.id/
1) Vagina
Vagina merupakan suatu tuba berdinding tipis yang dapa melipat
dan mampu meregang secara luas. Mukosa vagina berespon
dengan cepat terhadap stimulai esterogen dan progesteron. sel-sel
mukosa tanggal terutama selama siklus menstruasi dan selama
masa hamil. Cairan vagina berasal dari traktus genetalis atas
ataum bawah. Cairan sedikit asam, interaksi antara laktobasilus
vagina dan glikogen mempertahankan keasaman. Apabila pH naik
diatas lima, insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus
mengalir dari vagina mempertahankan kebersihan relatif vagina.
2) Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung
yang tampak mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal
memiliki bentuk simetris, nyeri bila di tekan, licin dan teraba
padat. Uterus terdiri dari tiga bagian, fudus yang merupakan
tonjolan bulat di bagian atas dan insersituba fallopi, korpus yang
merupakan bagian utama yang mengelilingi cavum uteri, dan
istmus, yakni bagian sedikit konstriksi yang menghubungkan
korpus dengan serviks dan dikenal sebagai sekmen uterus bagian
bawah pada masahamil. Tiga fungsi uterus adalah siklus
menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan dan
persalinan.
3) Tuba Falopii
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini
memanjang ke arah lateral, mencapai ujung bebas legamen
lebardan berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium. Panjang
tuba ini kira-kira 10 cm dengan berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi
merupakan jalan bagi ovum.
4) Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dandi
belakang tuba falopi. Dua ligamen mengikat ovarium pada
tempatnya, yakni bagian mesovarium ligamen lebar uterus, yang
memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira
setinggi krista iliaka antero superior, dan ligamentum ovari
proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. Dua fungsi ovarium
adalah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon.
3. Patofisiologi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus
berada di garis tengah, kira-kira 2 cm dibawah umbilikus dengan bagian
fundus bersandar pada promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi
fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Fundus turun kira-
kira 1 sampai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pasca partum keenam fundus
normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis
Uterus pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil.
Uterus akan mengalami proses involusi yang dimulai segera
setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos. Proses involusi
yang terjadi mempengaruhi perubahan dari berat uterus pasca melahirkan
menjadi kira-kira 500 gram setelah 1 minggu pasca melahirkan dan
menjadi 350 gram setelah 2 minggu pasca melahirkan. Satu minggu
setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada minggu keenam,
beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan esterogen dan progesteron
bertanggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pada
masa pasca partum penurunan kadar hormon menyebabkan terjadinya
autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan.
Sel-sel tambahan yang terbentuk selama 13 masa hamil menetap.
Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil. Intesitas
kontraksi otot - otot polos uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir, kondsi tersebut sebagai respon terhadap penurunan
volume intrauterin yang sangat besar. Pada endometrium timbul trombosis,
degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta. Pada hari pertama
endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm mempunyai permukaan yang
kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin. Regenerasi endometrium
terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3
minggu. Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan
kortisol, serta placental enzyme insulinase membalik efek diabetagenik
kehamilan. Sehingga kadar gula darah menurun secara bermakna pada
masa puerperium.
Kadar esterogen dan progesteron menurun secara mencolok setelah
plasenta keluar, penurunan kadar esterogen berkaitan dengan
pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstra seluler berlebih yang
terakumulasi selama masa hamil. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada
wanita menyusui berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar follikel-
stimulating hormone terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak
menyusui di simpulkan ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH
ketika kadar prolaktin meningkat.
4. Tahapan Masa Nifas
Menurut Sundawati (2014) tahapan masa nifas antara lain:
a. Puerperium dini yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan.
b. Puerperium intermedial yaitu pemulihan menyeluruh alat-alat genital
yang lamanya 6-8 minggu.
c. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki komplikasi.
5. Perubahan-Perubahan Dalam Masa Nifas
a. Perubahan uterus
Involusi uteri adalah proses uterus kembali ke kondisi sebelum
hamil. Uterus biasanya berada di organ pelvik pada hari ke-10 setelah
persalinan. Involusi uteri lebih lambat pada multipara. Selama beberapa
hari pertama setelah melahirkan endometrium dan miometrium pada 7
tempat plasenta diserap oleh sel-sel granulosa sehingga selaput basal
endometrium kembali dibentuk (Heryani, 2012).
Tabel 2.1 Tinggi fundus uteri dan berat uterus
Involusi TFU Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr
Plasenta lahir 2 jari di bawah pusat 750 gr
1 minggu Pertengahan pusat- 500 gr
simpisis
2 minggu Tidak teraba diatas 350 gr
simpisis
6 minggu Normal 50 gr
8 minggu Normal seperti 30 g
sebelum hamil
Sumber: Astutik, 2015
b. Perubahan payudara
Menurut Nurjannah (2013) perubahan pada payudara dapat meliputi
hal-hal sebagai berikut :
1) Penurunan kadar progesterone dan peningkatan hormone prolactin
setelah persalinan
2) Kolostrum sudah ada saat persalinan, produksi ASI terjadi pada
hari kedua atau hari ketiga setelah persalinan
3) Payudara menjadi besar sebagai tanda mulainya proses laktasi Ibu
sebaiknya menyusui bayinya sedini mungkin, dan sesering mungkin
(tergantung kebutuhan bayi) sehingga tidak terjadi pembengkakan
payudara. Gunakan pula bra yang tidak menekan atau sempit.
Apabila pembengkakan terjadi, pijat ringan bagian payudara yang
menggumpal dengan menggunakan air hangat dan baby oil. Kemudian
sesegera mungkin menyusui bayi. Pembengkakan yang berkelanjutan
dapat menimbulkan demam pada ibu. Bila hal ini terjadi, lakukan
pengeluaran ASI baik dengan cara menyusui maupun dipompa keluar.
c. Pengeluaran lokia
Lokia adalah cairan atau sekret yang berasal dari cavum uteri dan
vagina selama masa nifas. Menurut Astutik (2015) macam-macam
lokia:
1) Lokia rubra (crueanta): Berwanrna merah karena berisi darah segar
dan sisa-sisa selaput ketuban, set-set desidua, verniks caseosa,
lanugo, dan mekoneum selama 2 hari pasca persalinan.
2) Lokia sanguilenta: Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir
yang keluar pada hari ke-3 sampai ke-7 pasca persalinan.
3) Lokia serosa: Locha ini bebrbentuk serum dan berwarna merah
jambu kemudian kemudian menjadi kuning. Cairan tidak berdarah
lagi pada hari ke-7 sampai hari ke-14 pasca persalinan.
4) Lokia alba: Dimulai dari hari ke-14, berbentuk seperti cairan putih
serta terdiri atas leukosit dan sel-sel desidua.
Selain lokia diatas, ada jenis lochia yang tidak normal, yaitu lokia
purulenta ini terjadi karena infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau
busuk dan lochia stasis yaitu lokia tidak lancar keluarnya
d. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah
persalinan, ostium uteri eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari
tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks akan menutup (Astutik,
2015).
e. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari
pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam
keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada
keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur
akan muncul kembali sementara labia manjadi lebih menonjol. Ukuran
vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum
persalinan pertama. Meskipun demikian, latihan otot perineum dapat
mengembalikan tonus tersebut dan dapat mengencangkan vagina
hingga tingkat tertentu (Anggraini,2010).
6. Perubahan psikologis post partum
Abraham Maslow mengatakan kebutuhan dasar manusia adalah
suatu kebutuhan manusia yang paling dasar yang apabila tidak terpenuhi
akan terjadi ketidakseimbagan di dalam diri manusia. Yang terdiri dari
kebutuhan fisiologis,rasa aman dan perlindungan, dicintai dan mencintai,
harga diri, dan aktualisasi diri. Kebutuhan fisiologis ibu bersalin
merupakan suatu kebutuhan dasar bagi ibu bersalin yang harus dipenuhi
agar proses persalinan dapat berjalan dengan baik dan lancar (Fitriana &
Nurwiandani, 2018). Menurut Handayani & Pujiastuti (2016) adaptasi
psikologis pada ibu post partum terbagi menjadi 3 fase yaitu :
a. Fase taking in Fase Taking In yaitu periode ketergantungan,
berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan.
Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu
akan berulang kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya
dari awal sampai akhir. Ibu perlu bicara tentang dirinya sendiri.
Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada fase ini seperti mules,
nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan merupakan sesuatu
yang tidak dapat dihindari. Hal tersebut membuat ibu perlu cukup
istirahat untuk mencegah gangguan psikologis yang mungkin
dialami, seperti mudah tersinggung, menangis. Hal ini membuat ibu
cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya. Pada fase ini
petugas kesehatan harus menggunakan pendekatan yang empatik
agar ibu dapat melewati fase ini dengan baik. Petugas kesehatan
dapat menganjurkan suami dan keluarga untuk memberikan
dukungan moril dan menyediakan waktu untuk mendengarkan
semua hal yang disampaikan agar ibu dapat melewati fase ini dengan
lancar.
Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu adalah :
1) Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang
diinginkan tentang bayinya misal jenis kelamin tertentu,
warna kulit, jenis rambut dan lain-lain.
2) Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik yang
dialami ibu, misal rasa mules karena rahim berkontraksi
untuk kembali pada keadaan semula, payudara bengkak,
nyeri luka jahitan.
3) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.
4) Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara
merawat bayi dan cenderung melihat saja tanpa membantu.
Ibu akan merasa tidak nyaman karena sebenarnya hal
tersebutbukan tanggung jawab ibu semata.
b. Fase Taking Hold Fase Taking Hold yaitu peiode yang berlangsung
antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa
khawatir akan ketidakmampuan, rasa tanggungjawabnya dalam
merawat bayi dan mengalami ketidakefektifan performa peran. Ibu
mempunyai perasaan sangat sensitif sehingga mudah tersinggung
dan gampang marah.
c. Fase Letting Go Fase letting go yaitu periode menerima
tanggungjawab akan peran barunya. Fase ini berlangsung sepuluh
hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa bayi butuh disusui
sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya.
Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat pada
fase ini. Ibu akan lebih percaya diri dalam menjalani peran barunya.
Pendidikan kesehatan yang diberikan pada fase sebelumnya akan
sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam memenuhi
kebutuhan diri dan bayinya
7. Komplikasi Ibu Saat Masa Post Partum
Menurut Costance Sinclair (2009), berikut ini merupakan komplikasi yang
terjadi pada ibu saat post partum, yaitu:
a. Penurunan Berat badan
Untuk sebagian besar pada wanita memiliki berat badan lebih
dalam 2 tahun setelah hamil dibanding wanita yang belum pernah
hamil, dan penurunan berat badan biasanya bisa terjadi pada dalam
beberapa waktu sesudah hamil dan melahirkan.
b. Demam nifas
Demam nifas merupakan demam yang terjadi setelah melahirkan
atau saat ibu berada di masa nifas. Demam ini bisa terjadi setelah
melahirkan hingga kurang lebih 6 minggu setelah masa persalinan,
demam nifas biasanya yang disebabkan oleh perubahan hormon karena
sebagian besar demam nifas ini disebabkan oleh infeksi setelah masa
persalinan atau melahirkan.
c. Nyeri pada simfisis pubis
Nyeri ini biasanya disebabkan oleh ibu paska bersalin atau masa
nifas, dan nyeri tersebut akan ada setelah kondisi ibu melahirkan bayi
melalui vagina, nyeri ini diakibatkan karena adanya lecet pada sekitar
area vagina dan bekas luka jahitan pasca melahirkan.
d. Kesulitan berjalan atau kesulitan dalam hubungan seksual
Kesulitan ketika berjalan biasanya dikarenakan adanya latihan
duduk dan berjalan paska bersalin pada ibu post partum, sedangkan
kesulitan dalam hubungan seksual pada ibu post partum kemungkinan
diakibatkan karena timbulnya rasa sakit disekitar jalan lahir setelah
pasca melahirkan.
e. Pendarahan yang luar biasa
Pendarahan pada ibu pasca melahirkan terdapat pendarahan yang
hebat yang terjadi dari adanya robekan pada jalan lahir. Dan juga
apabila ari – ari sudah lahir (keluar dari rahim) biasanya juga
mengeluarkan darah yang banyak, sedangkan rahim masih berkontraksi
dengan baik sehingga ibu post partum merasa mules dengan adanya
kontraksi tersebut, sedangkan bisa juga darah yang keluar banyak
tentunya kemungkinan terjadi karena adanya robekan pada jalan lahir
sehingga bisa terjadinya pendarahan yang luar biasa.
f. Payudara membengkak disertai kemerahan
Paska persalinan setelah dua atau tiga hari terkadang seorang ibu
nifas atau post partum akan merasakan payudaranya mulai
membengkak yang disebabkan oleh adanya bakteri Staphylococcus atau
Streptococcus yang berasal dari saluran air susu yang tersumbat (ASI
mengendap dalam saluran susu), selain itu dengan adanya penyumbatan
pada sekitar area payudara akan membuat terlihat payudara menjadi
bengkak dan kemerahan.
8. Hal-Hal Yang Perlu di Perhatikan Ibu Pada Masa Post Partum
a. Personal hygiene
Kebersihan diri sangat penting dilakukan pada masa post partum,
kondisi ibu pasca melahirkan sangatlah rentan terhadap infeksi. Oleh
karena itu, kebersihan diri sangat penting dilakukan yang bertujuan
untuk mencegah terjadinya infeksi. Dan kebersihan wajib dilakukan
pada area tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan yang sangat
penting untuk tetap dijaga (Saleha, 2009).
b. Istirahat
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas
untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya setelah melahirkan.
Keluarga disarankan untuk memberikan kesempatan kepada ibu untuk
beristirahat yang cukup sebagai persiapan untuk merawat bayi salah
satunya pada perawatan tali pusat nanti.
c. Senam nifas
Dilakukan sejak hari pertama melahirkan setiap hari sampai hari
kesepuluh, terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang dilakukan untuk
mempercepat pemulihan keadaan ibu. Senam nifas membantu untuk
memperbaiki sirkulasi darah, dan memperbaiki sikap tubuh dan
punggung setelah melahirkan, memperkuat otot panggul dan membantu
ibu untuk lebih rileks dan segar pasca melahirkan (Suherni, 2009).
B. Konsep Menyusui
1. Pengertian
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI
diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI (Mulyani,
2013). Menyusui adalah salah satu komponen dari proses reproduksi
yang terdiri atas haid, konsepsi, kehamilan, persalinun, menyusui, dan
penyapihan. Jika semun komponen berlangsung dengan baik, proses
menyusui akan berhasil (Prawirohardjo, 2014).
2. Fisiologi Laktasi
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi
dan pengeluaran ASI. Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta
meningkat, tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat
oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca
persalinan, kadar estrogen dan progesteron turun drastis, sehingga
pengaruh prolaktin lebih dominan dan saat itu sekresi ASI semakin
lancer.
Terdapat reflex pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi,
yaitu reflex prolactin dan reflex aliran, yang timbul akibat perangsangan
putting susu oleh hisapan bayi (Roito, 2013)
a. Reflek Prolaktin
Puting susu berisi banyak ujung syaraf sensoris. Bila saraf
tersebut dirangsang, timbul implus yang menuju hipotalamus, yaitu
selanjutnya ke kelenjar hipofisis depan sehingga kelenjar ini
mengeluarkan hormon prolactin. Reflek prolaktin muncul setelah
menyusui dan menghasilkan susu untuk proses menyusui
berikutnya. Prolaktin lebih banyak dihasilkan pada malam hari dan
reflek prolaktin menekan ovulASI, dengan demikian mudah
dipahami bahwa makin sering rangsangan penyusuan, makin
banyak ASI yang dihasilkan (Roito, 2013)
b. Reflek Aliran (Let Down Reflex)
Let Down Reflex adalah reflex penyemprotan susu (milk
ejection reflex), yang bertanggung jawab menyalurkan susu dari
payudara kepada bayi, dan dikendalikan oleh kadar oksitosin (Jane
& Melvyn, 2016). Faktor-faktor yang meningkatkan let down
adalah dengan melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium
bayi, memikirkan untuk menyusui bayi. Faktor-faktor yang
menghambat refleks let down adalah stress, seperti keadaan
bingung/pikiran kacau, taku dan cemas (Yanti, Sundawati, 2014).
Rangsangan puting susu tidak hanya diteruskan sampai ke
kelenjar hipofisis bagian belakang yang mengeluarkan hormon
oksitosin. Hormon itu berfungsi memacu kontraksi otot polos yang
ada di dinding alveolus dan dinding saluran, sehingga ASI di
pompa keluar. Reflek oksitosin bekerja sebelum atau setelah
menyusui untuk menghasilkan aliran air susu dan menyebabkan
kontraksi uterus. Semakin sering menyusui, semakin baik
pengosongan alveolus dan saluran sehingga proses menyusui
semakin lancar. Saluran ASI yang mengalami bendungan tidak
hanya mengganggu penyusuan, tetapi menyebabkan kerentanan
terhadap infeksi. (Roito, 2013).
3. Komponen Suplai ASI
Komponen ASI dibedakan menjadi 3 macam :
a. Kolostrum
Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar payudara setelah
melahirkan (2-4 hari) yang berbeda karakteristik fisik dan
komposisinya dengan ASI matang dengan volume 150-300 ml/hari.
Kolostrum mempunyai kandungan yang tinggi protein, vitamin
yang terlarut dalam lemak, mineral-mineral dan imunoglobin.
Imunoglobin ini merupakan antibodi dari ibu untuk bayi yang juga
berfungsi sebagai imunitas pasif untuk bayi.

b. ASI Matur
ASI yang dihasilkan 21 hari setelah melahirkan dengan
volume bervariasi yaitu 300-850 ml/hari tergantung pada besarnya
stimulasi saat laktasi 90% adalah air karbohidrat, protein dan lemak
yang diperlukan untuk kebutuhan hidup dan perkembangan bayi.
ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan
dengan perkembangan bayi sampai 6 bulan. Volume ASI pada
tahun pertama 400-700 ml/ 24 jam, tahun kedua 200-400 ml/24
jam.
c. ASI Peralihan
ASI yang dihasilkan setelah kolostrum (8-20 hari) dimana
kadar lemak, laktosa, dan vitamin larut air lebih tinggi dan kadar
protein, mineral lebih rendah, serta megandung lebih banyak kalori
daripada kolostrum (Kemenkes RI,2016).
4. ASI Esklusif
ASI adalah satu–satunya makanan bayi yang paling baik, karena
mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi yang
sedang dalam tahap percepatan tumbuh kembang (Sanyoto & Eveline,
2008). ASI eksklusif atau lebih tepatnya pemberian ASI secara eksklusif
adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti
susu formula, jeruk, madu, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat
seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim. Bayi
sehat umumnya tidak memerlukan tambahan makanan sampai usia 6
bulan.
Pada keadaan–keadaan khusus dibenarkan untuk mulai memberi
makanan padat setelah bayi berumur 4 bulan tetapi belum mencapai 6
bulan, misalnya karena terjadi peningkatan berat badan kurang atau
didapatkan tanda – tanda lain yang menunjukkan bahwa pemberian ASI
eksklusif tidak berjalan dengan baik (Roesli, 2017).
5. Hal- Hal yang Mempengaruhi Produksi ASI
a. Makanan
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibu,
apabila ibu makan secara teratur dan cukup mengandung gizi yang
diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI.
b. Ketenangan Jiwa
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang
selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan
berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume
ASI bahkan tidak akan terjadi produksi ASI.
c. Penggunaan Alat Kontrasepsi
Ibu yang menyusui bayinya hendaknya memperhatikan
penggunaan alat kontrasepsi karena pemakaian kontrasepsi yang
tidak tepat dapat mempengaruhi produksi ASI.
d. Perawatan Payudara
Merangsang buah dada akan mempengaruhi hypopise untuk
mengeluarkan hormon progesteron dan estrogen lebih banyak lagi
dan hormon oxytocin.
e. Faktor Isapan
Anak Ibu menyusui anak jarang maka hisapan anak berkurang
dengan demikian pengeluaran ASI berkurang (Weni, 2017 ).
6. Masalah-Masalah Laktasi
a. Puting susu lecet, dapat disebabkan karena kesalahan dalam teknik
menyusi, yaitu bayi tidak menyusu sampai ke kalang payudara,
menghentikan menyusui dengan kurang hati-hati dan dapat pula
disebabkan karena pemakaian sabun, alkohol, krim, atau zat iritan
lainnya untuk mencuci puting susu (Soetjiningsih, 2014).
b. Payudara bengkak, disebabkan produksi ASI meningkat, terlambat
menyusukan dini, perlekatan kurang baik, pengeluaran ASI kurang
sering, dan pembatasan waktu menyusui (Roito, 2013 ).
c. Mastitis, disebabkan teknik menyusui yang tidak benar sehingga
pengosongan payudara tidak terjadi dengan baik, pemakaian bra
yang terlalu ketat, dan penghisapan bayi yang kurang kuat juga
dapat menyebabkan statis dan obstruksi kelenjar payudara, juga
dapat sebagai faktor resiko terjadinya mastitis (Prawiroharjo,
2014).
d. Abses payudara, abses payudara merupakan kelanjutan/komplikasi
dari mastitis. Hal ini disebabkan karena meluasnya peradangan
dalam payudara tersebut (Saleha, 2009).
7. Proses Laktasi
Proses laktasi tidak terlepas dari pengaruh hormonal, adapun hormon -
hormon yang berperan dalam proses laktasi menurut Wiji (2014) adalah
sebagai berikut :
a. Progesteron, berfungsi mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran
alveoli.
b. Estrogen, berfungsi menstimulasi sistem saluran ASI agar
membesar sehingga dapat menampung ASI lebih banyak
c. Follicle Stimulating Hormone (FSH)
d. Luteinizing Hormone (LH)
e. Prolaktin, berperan dalam membesarnya alveoli dalam kehamilan.
8. Cara Menyusui Yang Benar
Langkah menyusui yang benar adalah sebagai berikut (Prawirohardjo,
2014)
a. Cuci tangan dengan air bersih dan mengalir
b. Ibu duduk dengan santai kaki tidak boleh menggantung
c. Perah sedikit ASI dan oleskan ke putting dan aerola sekitarnya.
d. Posisikan bayi dengan benar
1) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan
dekat lekungan siku ibu, bokong bayi ditahan dengan telapak
tangan ibu.
2) Perut bayi menempel ke tubuh ibu.
3) Mulut bayi berada didepan puting ibu.
4) Lengan yang dibawah merangkul tubuh ibu, tangan yang
diatas boleh dipegang ibu atau diletakkan diatas dada ibu.
5) Telinga dan lengan yang diatas berada dalam satu garis lurus.
6) Bibir bayi dirangsang dengan puting ibu dan akan membuka
lebar, kemudian dengan cepat kepala bayi didekatkan ke
payudara dan puting serta areola dimasukkan kedalam mulut
bayi.
7) Cek apakah perlekatan sudah benar, dagu menempel pada
payudara ibu, mulut terbuka lebar, sebagian besar areola
terutama yang berada dibawah, masuk kedalam mulut bayi,
bibir bayi terlipat keluar, tidak terdengar bunyi decak, hanya
boleh terdengar bunyi menelan
C. Konsep Sectio Caesarea
1. Pengertian
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Nurafif &
Kusuma 2015).
2. Indikasi Sectio Caesarea
Menurut Nurafif & Kusuma (2015), mengatakan indikasi sectio caesarea
terbagi menjadi 2, Indikasi yang berasal dari ibu dan janin.
a. Indikasi yang berasal dari ibu yaitu pada kehamilan primigravida
dengan kelainan letak janin, terdapat panggul sempit, plasenta
previa terutama pada primigravida, solutsio plasenta tingkat I-II,
terjadi komplikasi kehamilan yaitu preeklamsia-eklampsia, serta
kehamilan yang disertai penyakit seperti jantung dan diabetes
militus, terdapat gangguan perjalanan persalinan seperti kista
ovarium, mioma uteri, dsb.
b. Indikasi yang berasal dari janin antara lain fetal distress atau gawat
janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin, prolapsus tali
pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau
forceps ektraksi.
3. Kontraindikasi Sectio Caesarea Girsang & Jaji (2015) mengatakan
kontraindikasi dari Sectio Caesarea yaitu :
IUFD Kondisi dimana sang bayi meninggal didalam kandungan
anemia berat Pada saat sang ibu mengalami anemia berat, otomatis kadar
hemoglobin juga menurun sehingga meningkatkan risiko perdarahan. dan
kelainan kongenital berat. Bayi yang diketahui memiliki abnormalitas
kelainan kongenital berat dapat menyebabkan kematian segera setelah
lahir seperti anenchephaly
4. Patofisiologi Sectio Caesarea
Sectio Caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding vagina untuk melahirkan janin di
dalam rahim. Sectio Caesarea dilakukan dengan indikasi dari ibu (panggul
sempit, plasenta previa, komplikasi kehamilan) dan janin (kelaianan
letak/sungsang). Tindakan Sectio Caesarea tersebut menimbulkan
perubahan psikologis Sectio Caesarea salah satunya fase taking hold yaitu
ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dalam merawat bayi barunya,
terjadi pada hari ke 3-10 Sectio Caesarea ibu akan merasa mudah
tersinggung dan marah (sensitif) yang menjadikan ibu mengalami
ketidakefektifan perfoma peran (Dewi & Sunarsih, 2016)
5. Komplikasi Sectio Caesarea Girsang & Jaji (2015) mengatakan seorang
ibu yang melahirkan dengan cara sectio caesarea dapat mengalami
berbagai macam komplikasi, baik fisik maupun psikologis. Dalam
penelitian yang dilakukan Girsang tentang pengaruh psiedukasi terhadap
tingkat masalah psikologis menyatakan bahwa sebanyak 80% dari
perempuan mengalami gangguan suasana hati setelah melahirkan mereka
merasa kecewa, takut tidak mencintai bayinya. Ibu yang melakukan
operasi sectio caesarea lebih rentan mengalami masalah psikologis
sehingga mengalami gangguan dalam menjalankan perannya sebagai ibu.
6. Penatalaksanaan Sectio Caesarea
a. Pemberian Cairan
Prinsip pemberian cairan sebenarnya bergantung pada tindakan
anestesi yang telah dilakukan pada pasien yang dibius dengan
anestesi spinal, tidak ada aturan khusus mengenai pemberian cairan
karena pada prinsipnya, pasien dapat segera minum dan makan
sesudah keadaan mereka stabil. Cairan infus selain sebagai sumber
asupan cairan, sering juga digunakan sebagai tempat pemberian
obat antibiotik dan analgetik sehingga pasien tidak perlu disuntik
berulang kali (Sofian, 2015). Pada pasien yang dianastesi umum,
pemberian cairan harus lebih diperhatikan karena pasien harus
dipuasakan sampai bising usus sudah terdengar. Karena pasien
harus tetap puasa pasca operasi sampai bising usus sudah
terdengar, maka pemberian cairan perintravena harus cukup
banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi,
dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang
biasa diberikan adalah Dextrose 10%, NaCl 0,9% dan Ringer
Laktat secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan.
Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan terbukti sudah
cukup selama pembedahan dan dalam 24 jam pertama berikutnya
(Manuaba, dkk, 2012).
b. Diet
Diet bergantung pada tindakan anestesi yang telah dilakukan. Pada
pasien dengan anestesi spinal jika pasien sudah stabil, pasien dapat
langsung makan dan minum secara bertahap, sedangkan pada
pasien dengan anestesi umum baru dapat makan setelah flatus atau
terdengar bising usus. Diet dapat diawali dengan makanan lunak,
diikuti makanan biasa tinggi serat. Pemberian makanan cair sering
kali tidak diperlukan karena pada operasi SC, tidak ada manipulasi
pada saluran cerna. Ibu nifas post SC memerlukan diet untuk
mempertahankan tubuh terhadap infeksi, mencegah konstipasi dan
untuk memulai proses pemberian ASI eksklusif. Asupan kalori per
hari perlu di tingkatkan sampai 2700 kalori. Asupan cairan per hari
perlu di tingkatkan sampai 3000 ml (susu 1000 ml). Perbanyak
makan sayur dan buah-buahan yang banyak mengandung vit. C
serta telur dan susu yang mengandung vit A dan zink (Sofian,
2015).
c. Mobilisasi
Mobilisasi segera, tahap demi tahap, sangat berguna untuk
membantu penyembuhan pasien. Jika tidak melakukan mobilisasi
dini dapat mengakibatkan peningkatan suhu tubuh karena adanya
involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat
dikeluarkan dan akan menyebabkan infeksi (Suryati, 2012). Sebisa
mungkin ibu post SC aktif bergerak jika dirasakan efek bius sudah
berangsur hilang. Mulai dengan menggerakan kedua kaki, memutar
pergelangan kaki, melakukan gerakan pada sendi bahu dan lengan
tangan saat tiduran. Untuk posisi miring ke kanan dan ke kiri juga
dapat dilakukan dengan bantuan tenaga medis. Sekitar 8 jam post
operasi, ibu dapat mulai belajar duduk, setelah melewati 24 jam
latihan jalan dapat dilakukan, semakin aktif bergerak akan
mempercepat pemulihan fisik ibu nifas post operasi SC (Tari,
2012).
d. Katerisasi Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri
dan tidak enak pada pasien, menghalangi involusi uterus dan
menyebabkan perdarahan. Karena itu, dianjurkan pemasangan
kateter tetap (kateter dauer atau kateter balon) yang dipasang
selama 24-48 jam atau lebih, tergantung pada jenis operasi dan
keadaan pasien. Dengan cara tersebut, urin dapat ditampung dan
diukur dalam botol plastic secara periodik. Apabila tidak dipasang
kateter tetap, dianjurkan untuk melakukan kateterisasi rutin kira-
kira 12 jam pasca operasi, kecuali jika pasien dapat buang air kecil
sendiri sebanyak 100 cc atau lebih dalam suatu jangka waktu.
Selanjutnya, kateterisasi diulang setiap 8 jam, kecuali pasien dapat
buang air kecil sendiri (Sofian, 2015).
e. Pemberian Obat-Obatan
Menurut Sofian (2015) pemberian obat-obatan pada pasien post SC
1) Antibiotik Cara pemilihan dan pemberian antibiotik sangat
berbeda-beda setiap institusi. Bahkan dalam satu institusi
pun, masing-masing dokter mempunyai cara pemberian dan
pemilihan yang berlainan. Golongan antibiotik yang aman
dan efektif untuk pasien pasca persalinan atau pasca operasi
adalah golongan sefalosporin generasi kedua atau ketiga,
seperti sefadroksil atau seftriakson.
2) Analgetik Sebagai obat penatalaksanaan nyeri, penggunaan
ketorolac 90 mg sehari, dibagi atas 3 dosis, ditambah
ketoprofen biasanya sudah memadai. Ketorolac 10 mg
intravena dapat ditambahkan jika pasien masih merasa
kesakitan
3) Obat pelancar ASI, dapat diberikan beberapa hari sebelum
operasi atau segera sesudah operasi atau melahirkan.
4) Vitamin C, B kompleks dapat diberikan untuk
mempercepat penyembuhan pasien.
5) Obat - obatan lainnya, untuk meningkatkan vitalitas dan
keadaan umum pasien, dapat diberikan roboransia, obat
antiinflamasi, atau transfusi komponen darah pada pasien
yang anemis
6) Perawatan Luka Luka pasca operasi dapat diolesi salep
antibiotik atau dilapisi Sofratulle, lalu ditutup dengan
plaster plastic sekali pakai (disposable). Penggunaan plaster
tersebut sangat memudahkan pasien karena pasien dapat
mandi meskipun plaster baru dibuka pada hari ketujuh atau
hari kedelapan. Akan tetapi, perlu diperhatikan adanya
rembesan darah atau eksudat di kain kasa. Jika gambaran
serapan darah atau eksudat melebar, perlu dipertimbangkan
untuk mengganti perban lebih cepat (Sofian, 2015)
f. Perawatan Rutin Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah, nadi dan pernafasan. TTV
perlu dilakukan pemeriksaan setiap 4 jam (Manuaba, dkk, 2012)
D. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
b. Keluhan Utama
Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak
c. Riwayat Kehamilan
Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyetai
d. Riwayat Persalinan
- Tempat persalinan
- Normal atau terdapat komplikasi
- Keadaan bayi
- Keadaan ibu
e. Riwayat Nifas Yang Lalu
- Pengeluaran ASI lancar / tidak
- BB bayi
- Riwayat ber KB / tidak
f. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum pasien
- Abdomen
- Saluran cerna
- Alat kemih
- Lochea
- Vagina
- Perinium dan rectum
- Ekstremitas
- Kemampuan perawatan diri
g. Pemeriksaan psikososial
- Respon dan persepsi keluarga
- Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut (Wayan, 2017),(Arma,2015) dan (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI,2017) Diagnosa Keperawatan pada Ibu Post Partum adalah :
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peregangan
perineum; luka episiotomi; involusi uteri; hemoroid;
pembengkakan payudara 2.
2. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan
suplai Asi.
3. Gangguan Pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur
4. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi
5. Resiko Infeksi ditandai dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
primer
6. Resiko gangguan perlekatan ditandai dengan khawatir menjalankan
peran sebagai orang tua
3. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan
oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis
untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan ( Tim Pokja SIKI
DPP PPNI, 2018)
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Manajemen Nyeri
Penyebab : waktu tertentu tingkat nyeri menurun, dengan Observasi
1. Agen pencedera fisiologis kriteria hasil: - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
(mis.inflamasi,  Pasien melaporkan keluhan nyeri kualitas, intensitas nyeri
iskemia,neoplasma) berkurang - Identifikasi skala nyeri
2. Agen pencedera fisik(mis.  Keluhan nyeri meringis menurun - Identifikasi respons nyeri non verbal
abses, amputasi,terbakar,  Pasien menunjukkan sikap protektif - Identifikasi faktor yang memperberat dan
terpotong,mengangkat menurun memperingan nyeri
berat,prosedur operasi,trauma,  Pasien tidak tampak gelisah - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
latihan fisik berlebihan) - Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
Gejala dan tanda mayor sudah diberikan
S : Mengeluh nyeri Terapeutik
O : Tampak meringis, terdapat - Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
kontraksi uterus, luka episiotomy, rasa nyeri (misal TENS, hipnosis, akupresur, terapi
payudara bengkak musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik
Gejala dan tanda minor imajinasi terbimbing, kompres hangat/ dingin, terapi
S:- bermain)
O : Tekanan darah meningkat, - Fasilitasi istirahat dan tidur
frekwensi nadi meningkat, Edukasi
berkeringat berlebihan, - Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
menangis,merintih,haemoroid - Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2 risiko jatuh Setelah dilakukan intervensi keperawatan Pencegahan Jatuh (I.14540)
faktor resiko selama 2 x 24 jam, maka tingkat jatuh Observasi
Kondisi pasca operasi menurun (tidak terjadi), dengan kriteria hasil: - Identifikasi faktor jatuh (mis: usia > 65 tahun,
penurunan tingkat kesadaran, defisit kognitif,
Jatuh dari tempat tidur menurun hipotensi ortostatik, gangguan keseimbangan,
Jatuh saat berdiri menurun gangguan penglihatan, neuropati)
Jatuh saat berjalan menurun - Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali setiap shift
atau sesuai dengan kebijakan institusi
- Hitung risiko jatuh dengan menggunakan skala (mis:
fall morse scale, humpty dumpty scale), jika perlu
- Monitor kemampuan berpindah dari tempat tidur ke
kursi roda dan sebaliknya
Terapeutik
- Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga
- Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu
dalam kondisi terkunci
- Pasang handrail tempat tidur
- Atur tempat tidur mekanis pada posisi terendah
- Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien
Edukasi
- Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan
bantuan untuk berpindah
- Anjurkan untuk mobilisasi bertahap
- Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin
- Ajarkan cara menggunakan bel pemanggil untuk
memanggil perawat
3. Menyusui tidak efektif Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Edukasi Menyusui (I.12393)
a.Ketidakadekuatan suplai Asi waktu tertentu diharapkan status menyusui Observasi
b.Anomali pada payudara ibu membaik dengan kriteria hasil: - Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
 Perleketan bayi pada payudara ibu informasi
c.Payudara bengkak
meningkat
Gejala tanda Mayor - Identifikasi tujuan atau keinginan menyusui
 Kemampuan ibu memposisikan bayi
dengan benar meningkat
S : Kelelahan maternal, kecemasan Terapeutik
 Pancaran Asi meningkat
maternal - Sediakan materi dan media Pendidikan
 Suplai Asi adekuat meningkat
O : Bayi tidak mampu melekat pada Kesehatan
 Pasien melaporkan payudara tidak bengkak
payudara ibu, ASI tidak
menetes/memancar< BAK bayi - Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai
kurang dari 8x/24jam kesepakatan
Gejala dan tanda minor - Berikan kesempatan untuk bertanya
S:- - Dukung ibu meningkatkan kepercayaan diri
O : Intake bayi tidak adekuat, bayi
dalam menyusui
menangis saat disusuibayi rewel
dan menangis terus dalam berjam
- Libatkan sistem pendukung: suami, keluarga,
jam peertama setelah menyusi, tenaga Kesehatan, dan masyarakat
menolak menghisap
Edukasi
- Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi
- Ajarkan 4 posisi menyusui dan perlekatan
(latch on) dengan benar
- Ajarkan perawatan payudara post partum (mis:
memerah ASI, pijat payudara, pijat oksitosin)
4 Gangguan pola tidur b.d proses Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Manajemen Nyeri
pasca partum pola tidur meningkat, dengan kriteria hasil: Observasi
Gejala tanda mayor  Gelisah menurun - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
S : Mengeluh sulit tidur, mengeluh  Keluhan sulit tidur menurun kualitas, intensitas nyeri
sering terjaga, mengeluh tiddak  Pola tidur membaik - Identifikasi skala nyeri
puas tidur,mengeluh pola tidur - Identifikasi respons nyeri non verbal
berubah, mengeluh istirahat tidak - Identifikasi faktor yang memperberat dan
cukup memperingan nyeri
O :- - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Gejala tanda minor - Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
S : Mengeluh kemampuan aktifitas sudah diberikan
menurun Terapeutik
O:- - Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (misal TENS, hipnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/ dingin, terapi
bermain)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
4. Defisit pengetahuan b.d kurang Setelah dilakukan asuhan keperawatan Edukasi kesehatan
terpapar nya informasi diharapkan tingkat pengetahuan meningkat, Observasi
Gejala tanda Mayor dengan kriteria hasil: - Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
S : Menanyakan Masalh yang  Perilaku sesuai anjuran meningkat informasi
dihadapi  Verbalisasi minat dalam belajar meningkat - Identifikasi factor factor yang dapat meningkatkan dan
O : Menunjukkan perilaku tidak  Kemampuan menjelaskan pengetahuan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
sesuai anjuran, menunjukkan tentang suatu topic meningkat Terapeutik
persepsi yang keliru terhadap  Kemampuan menggambarkan pengalaman - Sediakan Materi dan media pendidikan kesehatan
masalah tentang suaatu topic meningkat - Jadwalakn pendidikan kesehatan social kesepakatan
Gejala tanda Minor  Perilaku sesuai pengetahuan meningkat - Berikan kesempatan untuk bertanya
S: -  Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi Edukasi
O : Menjalani pemeriksaan yang menurun - Jelaskan factor resiko yang dapat mempengaruhi
tidak tepat, menunjukkan perilaku  Persepsi yang keliru terhadap masalah kesehatan
yang berlebihan menurun - Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
 Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat - Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
menurun meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
 Perilaku membaik
5. Resiko Infeksi Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Pencegahan Infeksi
waktu tertentu diharapkan tingkat infeksi Observasi
menurun dengan kriteria hasil: - Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
 Tidak ada tanda tanda infeksi Terapeutik
(Demam,nyeri, kemerahan dan bengkak) - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
 Kadar sel darah putih membaik pasien dan lingkungan pasien
- Pertahankan tehnik aseptic pada pasien beresiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Resiko gangguan perlekatan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Promosi Perlekatan
waktu tertentu diharapkan kemampuan Observasi
berinteraksi ibu dan bayi meningkat,dengan - Monitor kegiatan menyusui
kriteria hasil: - Identifikasi kemampuan bayi menghisap dan menelan
 Pasien menunjukkan peningkatan ASI
verbalisasi perasaan positif terhadap bayi - Identifikasi payudara ibu
 Pasien menunjukkan peningkatan perilaku - Monitor perlekatan saat menyusui
mencium bayi, tersenyum pada bayi, Terapeutik
melakukan kontak mata dengan bayi, - Diskusikan dengan ibu masalah selama proses
berbicara dengan bayi, berbicara kepada menyusui
bayi serta berespon dengan isyarat bayi. Edukasi
 Pasien menunjukkan peningkatan dalam - Ajarkan ibu menopang seluruh tubuh bayi
menggendong bayinya untuk menyusui - Anjurkan ibu melepas pakaian bagian atas agar bayi
dapat menyentuh payudara ibu
- Ajarkan ibu agar bayi yang mendekati kea rah
payudara ibu dari bagian bawah
- Anjurkan ibu memegang payudara menggunakan
jarinya seperti huruf “C”
- Anjurkan ibu untuk menyusui pada saat mulut bayi
terbuka lebar sehingga areola masuk dgn sempurna

4.
5. Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan adalah serangakain kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter, 2011)
. Komponen tahap implementasi :
a. Tindakan keperawatan mandiri
b. Tindakan keperawatan edukatif
c. Tindakan keperawatan kolaboratif
d. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap
asuhan keperawatan.
6. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperaawatan yang bertujuan
untuk menilai hasil akhir dari seluruh tindakan keperawatan yang telah
dilakukan (Bararah, 2013).
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Data Umum
a. Identitas Klien
Nama : Ny. A.A
Umur : 43 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Wiraswasta
Status marital : Menikah
Tanggal, jam pengkajian : 09 Juni 2023, jam 11.00 WIB
Tanggal, jam masuk : 08 Juni 2023
Diagnosa Medis : P4A2 partus matures SC a.i letak lintang dan
bekas SC dengan spinal anastesi dan eracs.
Alamat : Kota B
b. Identitas Keluarga/ Penanggung Jawab
Nama : Tn. V
Umur : 41 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Entrepreuner
Kewarganegaraan : WNA (Belanda)
Hubungan dengan klien : Suami
Alamat : Kota B
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Klien
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Alasan masuk rumah sakit
Ibu mengatakan tidak ada keluhan, gerakan janin aktif, posisi
bayi letak lintang. Rencana SC tanggal 09 Juni 2023 pukul
07:00. HPHT 20 -09 – 2022 HPL 27 – 06 – 2023.
b) Keluhan utama
Nyeri luka pada jahitan di perut
c) Riwayat penyakit sekarang (PQRST)
Klien mengatakan nyeri pada luka jahitan. Nyeri pada luka
jahitan seperti tersayat, nyeri dirasakan pada daerah perut bawah.
Nyeri luka jahitan saat ini skala 3/10. Nyeri hilang timbul. Nyeri
dirasakan lebih pada saat bergerak atau beraktivitas, nyeri
berkurang dengan istirahat dan setelah minum obat pengurang
nyeri.
d) Keluhan yang menyertai
Klien mengatakan perut mules, ASI belum keluar pada kedua
payudara.
e) Riwayat tindakan konservatif dan pengobatan yang telah didapat
Sebelumnya tidak ada tindakan konservatif, selama hamil hanya
minum vitamin.
2) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a) Riwayat penyakit atau rawat inap sebelumnya
Klien mengatakan belum pernah di rawat inap karena suatu
penyakit.
b) Riwayat alergi
Klien mengatakan tidak memiliki alergi obat, makanan.
c) Riwayat operasi
Klien mengatakan belum pernah operasi.
d) Riwayat transfusi
Klien mengatakan belum pernah mendapat transfusi.
e) Riwayat pengobatan
Klien mengatakan tidak ada riwayat pengobatan rutin selama ini
hanya terapi saat sakit ini.
f) Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga.
g) Riwayat Kehamilan dan Persalinan Masa Lalu
Spontan/ Penolong Berat
Usia SC/ Badan Keadaan
NO Persalinan
saat ini Vacum/ Bayi Bayi
Forceps Lahir
1 aterm 38 23 tahun spontan dokter 3600 gr hidup dan
minggu sehat
2 aterm 38 19 tahun Spontan dokter 3150 gr Hidup dan
minggu sehat
3 Abortus - curet - - -
4 aterm 37 – 8 tahun SC a.i dokter 3300 gr Hidup dan
38 minggu Sungsang sehat
5 Abortus - - - - -
spontan
6 Hamil ini
h) Riwayat Persalinan
Jenis persalinan: SC a.i letak lintang dan bekas SC, tanggal 09
Juni 2023 pukul 07:35, Jenis kelamin bayi perempuan, BB 3540
gram PB 51 cm LK 34.5 cm. Masalah dalam persalinan bayi letak
lintang, tidak ada perdarahan saat persalinan, ketuban jernih,
kontraksi uterus baik.
i) Riwayat Genokologi
Tidak ada riwayat penyakit ginekologi, riwayat pengguanaan KB
tidak ada.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan Umum
Keadaan umum klien tampak sakit sedang, kesadarannya compos
mentis (GCS E=4 M=6 V=5 = 15)
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 118/70 mmHg
Suhu : 36.5°C
Nadi : 80x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Nyeri : 3/10
c. Tinggi badan
Berat badan 67 kg, Tinggi Badan 158 cm
IMT 26,9 kg/m2 (kategori: kegemukan)
d. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
1) Rambut : Rambut bersih berwarna hitam, sedikit rontok
2) Wajah : tidak tampak kloasma gravidarum, tidak ada edema
3) Mata : conjungtiva tidak anemis, sklera mata putih
4) Mulut : mucosa lembab, mukosa bibir merah muda, mulut bersih
gigi tidak ada caries.
5) Leher: tidak ada peningkatan vena jugularis dan pembesaran
kelenjar getah bening.
6) Dada : Bentuk simetris, pergerakan dada simetris tidak ada
retraksi, suara nafas vesikuler.
7) Payudara : simetris, putting susu tampak menonjol dan bersih,
teraba lembek dan tidak ada benjolan, kolostrum belum keluar.
8) Abdomen: tampak cembung, ada strie nigra, Involusi uteri 1 jari
dibawah pusat, uterus teraba keras kontraksi uterus baik. Terdapat
luka operasi diperut bawah, balutan luka operasi tidak rembes.
9) Genetalia : Vagina tidak ada luka, pengeluaran darah 1/2 pembalut
warna merah. Terpasang kateter no 16 urine kuning jernih.
10) Ekstermitas bawah : ekstremitas simetris, pergerakan masih
lemah, Tidak ada edema
4. Data psikologis
a. Status emosi
Emosional klien stabil
b. Konsep diri
1) Gambaran diri
Ibu mengatakan dirinya seorang wanita, bahagia karena bisa
melahirkan menjadi ibu bagi anak – anaknya.
2) Harga diri
Ibu mengatakan bahwa dirinya sangat di hargai oleh suami, keluarga
dan temannya.
3) Ideal diri
Ibu mengatakan bahwa dirinya yang akan selalu merawat anak –
anaknya, ibu menginginkan ini kehamilan yang terakhir karena usia
sudah sangat beresiko.
4) Peran
Klien sebagai ibu rumah tangga dan istri bagi suaminya.
5) Gaya komunikasi
Klien menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah (sunda). Ibu
dapat berkomunikasi baik dengan perawat dan bidan.
6) Pola mengatasi masalah
Ibu mengatakan bila ada masalah selalu diselesaikan dengan suami.

5. Data sosio spiritual


a. Hubungan social
Klien dapat berinteraksi baik dengan keluarga dan lingkungan.
b. Kultur yang diikuti
Klien berasal dari suku Sunda
c. Kegiatan agama dan relasi dengan Tuhan
Klien mengatakan sholat lima waktu
6. Data penunjang
a. Laboratorium
Tangal 8/6/2023

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan


Hemoglobin 11,3 g/dL 12,0-15,5
Hematokrit 33,7 % 35 - 47

Leukosit 8,73 ribu 4.4 – 11

Trombosit 236 ribu/µL 150.000-450.000

Eosinofil 2.0 % 2–4

Neutrofil segmen 76 % 50– 70

Limfosit 16 % 20 – 40

Monosit 5.0 % 2-8

Golongan darah/Rhesus A/+


ALC 1397 >1500

Glukosa Darah Sewaktu 118 mg/dl < 90

Tangal 9/6/2023

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan


Hemoglobin 11,9 g/dL 12,0-15,5
Hematokrit 35,3 % 35 - 47

b. Terapi
1) Nama obat : Dexketoprofen 25 mg (2x1 tab)
Golongan : obat anti inflamasi non steroid (OAINS).
Dexketoprofen memiliki sifat analgesik (anti
nyeri), anti inflamasi (anti radang), dan anti
piretik (penurun panas).
Indikasi : Dismenore, nyeri rematik, nyeri otot dan
traumatik, nyeri kepala, nyeri paska operasi
Kontra indikasi : Kerusakan ginjal, penderita asma yang
sensitif terhadap obat non steroid, ibu hamil
dan menyusui, dehidrasi, epilepsi
Efek samping : Gangguan saluran pencernaan,
hipersensitifitas, diare, mengantuk
2) Nama obat : Maltofer chew tab (1 x 1tab)
Golongan : Vitamin dan mineral
Indikasi : Anemia akibat kekurangan zat besi, hamil,
menyusui malnutrisi
Kontra indikasi : Anemia pernisiosa, kerusakan ginjal
Efek samping : Pusing, sakit kepala, mual, berkurangnya
nafsu makan, feses berwarna hitam
3) Nama obat : Lactamor (3 x 1tab)
Golongan : Nutrisi
Indikasi : Membantu melancarkan ASI
Kontra indikasi : Anemia pernisiosa, kerusakan ginjal
Efek samping : Ada kemungkinan air seni dan keringat
akan berbau khas, kadangan pembentukan
feses lebih lunak baik pada ibu maupun bayi

4) Nama obat : Cefadroxil 500 mg (2x1 tab)


Golongan : merupakan antibiotika golongan Cefalosporin
Indikasi : Mengatasi infeksi saluran pernafasan, saluran
kemih dan kelamin serta infeksi kulit dan jaringan lunak Kontra
indikasi : Anemia pernisiosa, kerusakan ginjal
Efek samping : Reaksi hipersensitivitas, termasuk anafilaksis;
Diare terkait Clostridium difficile. Gangguan sistem darah dan
limfatik: Jarang, eosinofilia, neutropenia, trombositopenia,
agranulositosis. Gangguan gastrointestinal: Diare, mual, muntah,
dispepsia, sakit perut, glositis.
5) Nama obat : Domperidone 10mg (3x1tab)
Golongan : antiemetik
Indikasi : Mual & muntah akut serta dispepsia
fungsional.
Kontra indikasi :Tumor hipofisis pelepas prolaktin
(prolaktinoma), perpanjangan interval QTc yang ada, gangguan
elektrolit, penyakit jantung yang mendasari (misalnya CHF),
perdarahan gastrointestinal, obstruksi mekanis atau perforasi.
Gangguan hati sedang sampai berat. Penggunaan bersamaan
dengan obat pemanjang QT, dan inhibitor CYP3A4 yang poten,
mis. ketoconazole, makrolida (misalnya eritromisin), inhibitor
protease, atau nefazodone.
Efek samping : pada sistem saraf antara lain gejala
ekstrapiramidal, somnolen, parkinsonisme, dan tardif diskinesia.
Efek samping ini ditemukan lebih banyak pada pemberian
metoklopramid yang dapat menembus sawar otak lebih baik
dibandingkan domperidon. Efek samping pada sistem
kardiovaskular yang pernah ditemukan pada penggunaan
domperidon sebagai galactagogue adalah pemanjangan interval
QT. Pemanjangan interval QT dapat meningkatkan risiko
ventrikular aritmia dan/atau henti jantung.Efek samping lain yang
dapat timbul adalah sakit kepala, pusing, mulut kering, dan diare.
6) Nama obat : Profenid supp (2x1supp)
Golongan : Anti Inflamasi Non Steroid (AINS)
Indikasi : mengatasi nyeri dan radang yang disebabkan
oleh arthritis rheumatoid, osteoarthritis, nyeri sendi akut, sakit
kepala dan sakit telinga serta nyeri pasca operasi.
Kontra indikasi : Hipersensitivitas terhadap ketoprofen, aspirin,
atau NSAID lainnya; riwayat asma, bronkospasme, rinitis,
urtikaria atau reaksi tipe alergi lainnya setelah mengonsumsi
aspirin atau NSAID lainnya.
Efek samping : Efek SSP (mis. mengantuk, pusing),
penglihatan kabur, retensi Na dan cairan, hipertensi onset baru atau
eksaserbasi, hiperkalemia, kelainan fungsi hati (mis. peningkatan
kadar transaminase), gangguan ginjal (mis. peningkatan BUN,
edema), penurunan agregasi trombosit, waktu perdarahan yang
lama, anemia; dapat menutupi tanda-tanda infeksi; fotosensitivitas
(topikal).
7) Acara infus : RL + Fentanil 200mcg + Ketese 100mcg 45ml/jam
seanjutnya RL polos 20 tetes/ menit

B. Pengelompokan data
Data Subjektif Data Objektif
1.Ibu mengatakan nyeri pada luka 1. KU Sakit sedang, kesadaran CM, akral hangat,
operasi. Nyeri luka operasi menjalar terpasang infus ditangan kiri iv cath no 20,
ke seluruh bagian perut, nyeri terasa terpasang DK no.16 urine produksi kuning jernih.
seperti disayat, nyeri dirasakan terus- 2. Terdapat luka operasi di kuadran hipogastrik
menerus, semakin nyeri saat bergerak balutan tidak ada rembesan.
dengan skala 3. 3. Tampak kesakitan dan sangat hati- hati saat pindah
2. Pasien mengatakan susah bergerak posisi miring.
karena sakit luka operasi. 4. Tanda-tanda vital :
3. Klien mengatakan khawatir dan Tekanan darah : 118/70 mmHg
bingung saat menyusui karena asi Suhu : 36.5°C
belum keluar. Nadi : 80x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Nyeri : 3/10
5. Involusi uteri : Satu jari di bawah pusat
6. Air susu ( kolostrom) belum keluar di payudara
kanan dan kiri, palpasi lembek, tidak ada benjolan.
Ibu terlihat cemas karena ASI belum keluar.
7. Terpasang infus : RL + Fentanil 200mcg + Ketese
100mcg 45ml/jam
8. Perdarahan: 1/2 pembalut warna merah
9. Terpasang durogesic patc 12,5

C. Analisa Data
Data Senjang Etiologi Masalah
DS: Tindakan Sectio Caesaria Nyeri
- Ibu mengatakan nyeri pada luka
operasi. Nyeri luka operasi menjalar Insisi Pembedahan
ke seluruh bagian perut, nyeri terasa
seperti disayat, nyeri dirasakan terus- Teputus kontinuitas jaringan
menerus, semakin nyeri saat bergerak
dengan skala 3/10 Respon inflamasi
- Pasien mengatakan susah bergerak
karena sakit luka operasi. Merangsang mediator kimia
DO: ( aktifasi histamine,bradikinin,
- Tampak kesakitan dan sangat hati- prostaglandin)
hati saat pindah posisi miring.
- Terpasang infus : RL + Fentanil Nyeri akut
200mcg + Ketese 100mcg 45ml/jam
- Terpasang durogesic patc 12,5
- Tekanan darah : 118/70
mmHg
- Suhu : 36.5°C
- Nadi : 80x/menit
- Pernapasan : 20x/menit
- Nyeri : 3/10

DS: Tindakan Sectio Caesaria Menyusui


Klien mengatakan khawatir dan bingung tidak efektif
saat menyusui karena asi belum keluar. Adaptasi Post Partum
DO:
Air susu ( kolostrom) belum keluar di Fisiologis
payudara kanan dan kiri, palpasi lembek,
tidak ada benjolan hormone kehamilan belum turu

produksi ASI belum optimal

Menyusui tidak efektif

DS : Tindakan SC resiko infeksi


Pasien mengatakan ada luka bekas operasi
DO insisi
terpasang DK no.16 urine produksi kuning
jernih. perlukaan
Terdapat luka operasi di kuadran
resiko infeksi
hipogastrik balutan tidak ada rembesan
Akral teraba hangat
Suhu : 36.5°C
Nadi : 80x/meni
Pernapasan : 20x/menit

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik : prosedur operasi
2. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi
3. Menyusui tidak efektif b.d ketidakadekuatan suplai ASI
E. Intervensi
NO TGL DIAGNOSA PERENCANAAN
DK KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 02/12/202 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri 1. Merupakan suatu
berhubungan dengan asuhan keperawatan Observasi hal yang sangat
0
agen pencedera selama 2x24 jam nyeri - Identifikasi lokasi, pentinguntuk memilih
fisik : prosedur menurun, dengan karakteristik, durasi, intervensi yang cocok
operasi kriteria hasil: frekuensi, kualitas, dan untuk
 Pasien melaporkan intensitas nyeri mengevaluasi
keluhan nyeri - Identifikasi skala keefektifan dari terapi
menurun nyeri yang dberikan
 Keluhan nyeri Terapeutik 2. Untuk mengetahui
meringis menurun - Berikan teknik kualitas nyeri yang
 Pasien nonfarmakologis dirasakan klien
menunjukkan sikap untuk mengurangi rasa 3. Untuk mengalihkan
protektif menurun nyeri (misal TENS, nyeri yang dirasakan
 Pasien tidak tampak hipnosis, akupresur, klien
gelisah terapi musik, 4.Memberikan
biofeedback, terapi penjelasaan akan
pijat, aromaterapi. menambah
Edukasi pengetahuan klien
- Jelaskan penyebab, tentang strategi
periode meredakan nyeri
dan pemicu nyeri 5.Memberikan
- Jelaskan strategi penjelasan akan
meredakan nyeri membaut klien dapat
- Ajarkan teknik mengalihkan nyeri
nonfarmakologis untuk yang dirasakannya
mengurangi rasa nyeri 6. Untuk mengurangi
Kolaborasi nyeri
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2 02/12/202 Risiko tinggi infeksi setelah dilakukan Pencegahan Infeksi Mengetahui tindakan
berhubungan dengan asuhan keperawatan Observasi yang akan dilakukan
0
luka operasi selama 2x24jam - Monitor tanda dan -Cuci tangan dapat
diharapkan tingkat gejala infeksi local dan mencegah resiko
infeksi menurun sistemik infeksi
dengan kriteria hasil: Terapeutik -Memberikan
 Tidak ada tanda - Cuci tangan sebelum penjelasan membuat
tanda infeksi dan sesudah kontak pasien mengetahui
(Demam,nyeri, dengan pasien dan tanda dan gejala
kemerahan dan lingkungan pasien infeksi
bengkak) - Pertahankan tehnik -Memberikan
 Kadar sel darah aseptic pada pasien penjelasan membuat
putih membaik beresiko tinggi pasien mengetahui
Edukasi tanda dan gejala
- Jelaskan tanda dan infeksi
gejala infeksi -Memberikan
- Ajarkan cara mencuci penjelasan membuat
tangan dengan benar pasien mengetahui
- Ajarkan cara cara cuci tangan
memeriksa kondisi luka dengan benar
- Anjurkan meningkatkan Memberikan
asupan nutrisi penjelasan membuat
pasien mengetahui
kondisi luka
-Mencegah terjadinya
infeksi

3 Menyusui tidak Setelah dilakukan Edukasi Menyusui - Memahami


efektif berhubungan asuhan keperawatan (I.12393) kemampuan pasien
dengan selama 2 x24 jam Observasi dalam menerima
ketidakadekuatan diharapkan status - Identifikasi kesiapan informasi
suplai ASI menyusui membaik dan kemampuan - Memahami
dengan kriteria hasil: menerima informasi keinginan pasien
 Perleketan bayi - Identifikasi tujuan dalam menyusui
pada payudara ibu atau keinginan - Media memudahkan
meningkat menyusui dalam penyampaian
 Kemampuan ibu materi pendidikan
memposisikan bayi Terapeutik kesehatan
dengan benar - Sediakan materi dan - Agar pasien percaya
meningkat media Pendidikan diri dalam menyusui
 Pancaran Asi Kesehatan - Agar ibu mengerti
meningkat - Jadwalkan manfaat menyusui
 Suplai Asi adekuat Pendidikan bagi ibu dan anak
meningkat Kesehatan sesuai - Agar ibu mengerti
 Pasien melaporkan kesepakatan posisi menyusui dan
payudara tidak - Berikan kesempatan perleketan dengan
bengkak untuk bertanya benar
- Dukung ibu - Agar ibu mengerti
meningkatkan cara perawatan
kepercayaan diri payudara post partum
dalam menyusui
- Libatkan sistem
pendukung: suami,
keluarga, tenaga
Kesehatan, dan
masyarakat

Edukasi
- Jelaskan manfaat
menyusui bagi ibu
dan bayi
- Ajarkan 4 posisi
menyusui dan
perlekatan (latch on)
dengan benar
- Ajarkan perawatan
payudara post partum
(mis: memerah ASI,
pijat payudara, pijat
oksitosin)
F. Implementasi
Tanggal Implementasi Keperawatan Nama
dan jam & TTD
9/06/23 1. Mengobservasi KU pasien : KU Sakit
11:30 sedang, kesadaran CM, akral hangat,
terpasang infus ditangan kiri iv cath
no 20 Terpasang infus : RL +
Fentanil 200mcg + Ketese 100mcg
45ml/jam. terpasang DK no.16 urine
produksi kuning jernih. Involusi
uteri : Satu jari di bawah pusat,
Terpasang durogesic patc 12,5,
Terdapat luka operasi di kuadran
hipogastrik balutan tidak ada
rembesan. Pengeluaran darah
pervaginam 1/2 tella warna merah
2. Mengkaji keluhan
Ibu mengatakan nyeri pada luka
operasi. Nyeri luka operasi menjalar
ke seluruh bagian perut, nyeri terasa
seperti disayat, nyeri dirasakan terus-
menerus, semakin nyeri saat bergerak
dengan skala 3/10, Pasien mengatakan Yani
susah bergerak karena sakit luka
operasi dan ASI belum keluar.
3. Mengukur tanda-tanda vital :
Tekanan darah 118/70 mmHg. Suhu :
36.5°C Nadi : 80x/menit. Pernapasan
:20x/menit. Nyeri : 3/10
4. Melakukan pemeriksaan fisik dengan
head to toe
5. Melakukan edukasi mengenai
- perlekatan ibu dan bayi pada saat
menyusui.
- menyusui bayi sesering mungkin
- mengajarkan tehnik relaksasi
nafas dalam saat nyeri dan
melakukan aktifitas secara
bertahap.
- Mengajarkan ibu dan melibatkan
suaminya untuk pijat oxytosin.
6. Menganjurkan pasien untuk
melakukan vulva hygiene setiap
selesai BAK dan BAB.
7. Mengajarkan ibu untuk melakukan
cuci tangan dan menyampaiakn tanda
tanda infeksi pada luka operasi.
10/06/2 1. Mengobservasi KU pasien dan
3 mengkaji ulang keluhan : tampak
07.00- sakit sedang, Kesadaran :
14.00 composmentis, akral hangat. Keluhan
nyeri masih ada namun sudah
berkurang skala nyeri 2/10.
2. Melakukan edukasi dan tindakan pijat
oksitosin, Yani
3. Mengobservasi area operasi : luka
tertutup verban, tidak tampak adanya
rembesan, tidak ada bau.
4. Mengobservasi TTV : TD 110/70
mmHg, Suhu 37 C, HR 86 x/mnt, RR
17 x/mnt, P 2/10.
5. Mengajarkan pasien cara perlekatan
Yani
menyusui dan pentingnya menyusui.
6. Melakukan edukasi mengenai nutrisi
untuk membantu produksi ASI
7. Mengajarkan ibu untuk selalu
mencuci tangan dan menjaga
kebersihan.
E. Evaluasi Keperawatan

No Tanggal Evaluasi Nama &


Dk TTD
1 10/06/23 S : Pasien mengatakan ASI belum keluar
O : payudara lembek Tidak terba bengkak,
ASI belum keluar.
A : Menyusui tidak efektif
P : Intervensi dilanjutkan Yani
2 10/06/23 S : Pasien mengeluh nyeri pada bagian dekat
vagina (perineum), P 2/10
O : tampak luka sayatan pada abdomen, tidak
ada rembesan.
A : Nyeri Yani
P : Intervensi dilanjutkan
3 10/06/23 S: Pasien mengeluh badan terasa hangat
O : tampak luka sayatan pada abdomen, tidak
ada rembesan.110/70 mmHg, Suhu 37 C, HR
86 x/mnt, RR 17 x/mnt, P 2/10.
A : Resiko Infeksi Yani
P : Intervensi dilanjutkan
BAB IV
PEMBAHASAN
Kasus Ny.A P4A2 post partum section caesarea atas indikasi letak lintang
dan bekas SC. Pengkajian dilakukan pada hari 0 post operasi, saat pengkajian
klien mengeluh nyeri area operasi dengan skala nyeri 3/10 hal ini disebabkan
karena klien masih menggunakan terapi paint kliller infus RL + Fentanil 200mcg
+ Ketese 100mcg 45ml/jam, serta terpasang durogesic patch 12.5 mcg.
Berdasarkan hasil pengkajian ini penulis mengangkat masalh keperawatan nyeri
akut. Intervensi keperawatan yang dilakuakan selain daripada melaksanakan
program terapi dokter dengan pemberian obat antinyeri penulis juga mengajarkan
tehnik relaksasi nafas dalam dan menganjurkan mobilisasi secara bertahap.
Keluhan yang menyertai yang di dapatkan pada Ny.A adalah bahwa
produksi asi yang belum ada sehingga ibu merasa khawatir bila bayi tidak minum
ASI , intervensi keperawatan yang dilakukann perawat mengedukasi ibu agar
tetap menyusui bayinya secara rutin, menjelaskan baha pengeluarna asi pada hari
ke 2 dan ke 3 post partum, ibu juga di anjurkan unuk tetap banyak minum dan
makan makanan dengan gizi seimbang. Ibu sangat kooperatif dan mau berusaha
demi anaknya. Masalah lain yang mungkin dialami ny A yaitu resiko infeksi hal
ini dikarenakan adanya perlukaan operasi section caesarea. Untuk mengurangi
resiko infeksi ibu di berikan informasi tanda infeksi, pencegahan infeksi dengan
mencuci tangan, memperhatikan nutrisi seimbang agar proses penyembuhan luka
dapat optimal.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Massa nifas atau post partum adalah massa setelah persalinan
selesai sampai enam minggu atau 42 hari. Saat massa nifas sudah selesai,
organ reproduksi lambat laun akan berubah dan berbeda dari saat hamil.
Beberapa hal yang terjadi saat pemulihan diperiode awal yaitu rahim yang
mengalami involusi, adanya lochia atau cairan yang mengandung darah
selama involusi yang akan mengalir dari Rahim dan keluar dari vagina.
Leher rahim akan kembali seperti ke ukuran semula, payudara yang
membengkak, perubahan hormonal, terasanya nyeri panggul dan
punggung, serta perubahan sirkulasi.
Perawatan mandiri yang ibu lakukan paska melahirkan, seperti
istirahat tidur yang harus cukup, perawatan perineum supaya mempercepat
penyembuhan dan mencegah infeksi, dan nutrisi yang harus diperhatikan.

B. Saran
Sarannya untuk melakukan asuhan keperawatan post natal dengan baik
dan tepat, agar dapat menghindari dari bahaya yang terjadi saat massa
nifas. Hal ini dilakukan, untuk meminimalisir angka kematian ibu akibat
paska lahiran.
DAFTAR PUSTAKA

Hamilton, Persis. (1995). Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Edisi 6. EGC:


Jakarta.
Hidayati, Ratna. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Kehamilan Fisiologis dan
Patologis. Jakarta : Salemba Medika.
Mochtar, Rustam. (1998). Synopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri patologi.
EGC: Jakarta.
Carpenito, L.J. 2001. Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Rusari. (2008). Asuhan Keperawatan. http://askep.blog.rusari.com/
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia,
ed. 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia,
ed. 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, ed. 1. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Wirakhmi, I. N., & Purnawan, I. (2021). Anatomi Fisiologi dalam Kehamilan.
Penerbit NEM.
Saifuddin,Abdul Bari. (2010). Buku Panduan Praktis Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Tridasa Printer
Sarwono, P. (2016). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
CARA MELANCARKAN ASI

A. Pendahuluan
ASI adalah satu–satunya makanan bayi yang paling baik, karena
mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi yang
sedang dalam tahap percepatan tumbuh kembang (Sanyoto & Eveline,
2008). Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibu,
apabila ibu makan secara teratur dan cukup mengandung gizi yang
diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI. selain itu produksi ASI
sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan
tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai bentuk ketegangan
emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak akan terjadi
produksi ASI.
Perawatan Payudara akan mempengaruhi hypopise untuk
mengeluarkan hormon progesteron dan estrogen lebih banyak lagi dan
hormon oxytocin, selain daripada itu faktor Isapan bayi mempengaruhi
produksi asi, Ibu menyusui anak jarang maka hisapan anak berkurang
dengan demikian pengeluaran ASI berkurang (Weni, 2017). Kendala
terhadap pemberian ASI telah teridentifikasi, hal ini mencakup faktor-
faktor seperti kurangnya informasi dari pihak perawat kesehatan bayi,
praktik-praktik rumah sakit yang merugikan seperti pemberian air dan
suplemen bayi tanpa kebutuhan medis, kurangnya perawatan tindak lanjut
pada periode pasca kelahiran dini, kurangnya dukungan dari masyarakat
luas (Maribeth Hasselquist, 2006). Sehingga penulis Menyusun satuan
acara penyuluhan dengan tema Cara Melancarkan ASI.
1. Pokok bahasan : Post Partum Sectio Caesarea
2. Sub pokok bahasan : Cara melancarkan ASI
3. Waktu : 30 menit
4. Tempat : Kamar pasien 4.3
5. Sasaran : Ibu menyusui dan suami
B. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 1 x 30 menit diharapkan
agar pasien dapat mengetahui tentang bagaimana cara memperlancar
produksi asi.
C. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, pasien dapat mengetahui tentang :
1. Apa itu ASI
2. Menyebutkan manfaat asi
3. Mempraktikkan cara pijat oksitosin
4. Menyebutkan kembali jenis-jenis makanan yang dapat
memperlancar ASI
D. Materi Penyuluhan
1. Pengertian ASI
2. Manfaat pembeerian ASI
3. Cara melakukan pijat oksitosisn, tujuan, dan manfaat
4. Jenis-jenis makanan yang dapat melancarkan ASI
E. Peserta Penyuluhan
Pasien dan suami
F. Metode Penyuluhan
Ceramah, praktik, dan tanya jawab
G. Media Penyuluhan
Leaflet RS mengenai ASI ekslusif dan Manajemen Laktasi, leaflet untuk
memperlancar ASI
H. Kegiatan Penyuluhan

No Tahap/ Kegiatan Penyuluhan Kegiatan


Waktu Sasaran

1. Pembukaan : Memberi salam pembuka Menjawab salam


5 menit Memperkenalkan diri Memperhatikan
Menjelaskan pokok bahasan
dan tujuan penyuluhan

2. Pelaksanaan : Menjelaskan Pengertian Ceramah dan


15 menit ASI praktik
Menjelaskaan manfaat ASI
Menjelaskan cara
memperlancar ASI dan
mempraktikkan cara pijat
oksitosin.
Menjelaskan jenis-jenis
makanan yang dapat
memperlancar ASI.

3. Evaluasi : Menanyakan kepada peserta Menjawab


5 menit tentang materi yang telah Pertanyaan
diberikan.

4. Terminasi : Mengucapkan terimakasih Mendengarkan


5 menit atas peran serta dan peserta. Menjawab salam
Mengucapkan salam
penutup
MATERI PENYULUHAN
“ TIPS MEMPERLANCAR ASI”
1. Pengertian ASI
ASI adalah satu–satunya makanan bayi yang paling baik, karena
mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi yang
sedang dalam tahap percepatan tumbuh kembang (Sanyoto & Eveline,
2008).
2. Manfaat ASI
a. Sebagai antibodi bayi
Air susu ibu mengandung zat antibodi yang membuat sistem
kekebalan tubuh bayi lebih kuat dan bisa membantunya melawan
segala bakteri dan virus. Bayi akan terhindar dari risiko terserang
diare, sembelit, infeksi telinga, dan infeksi saluran pernapasan.
Bayi yang diberi ASI juga akan mengurangi risiko dirinya terkena
penyakit diabetes ketika dewasa. Antibodi dari tubuh ibu yang
disalurkan lewat ASI juga melindungi bayi dari serangan asma dan
alergi.
b. Penting untuk tulang
ASI sangat penting untuk diberikan kepada si kecil selama tiga
bulan hingga lebih, karena dapat menguatkan tulang leher dan
tulang belakangnya.
c. Mencerdaskan bayi
Ibu tentu ingin bayinya tumbuh menjadi anak yang cerdas.
Memberikan ASI eksklusif adalah kuncinya. Para ahli berpendapat
bahwa kandungan asam lemak pada air susu ibu dapat
mencerdaskan otak bayi. Ikatan emosional yang terjalin antara ibu
dan bayi selama proses menyusui juga berpengaruh baik terhadap
kecerdasan Si Kecil.
d. Membuat berat badan bayi tetap seimbang
ASI tidak akan membuat bayi terlalu gemuk, melainkan dapat
menjaga berat badannya tetap seimbang. Para ahli mengungkapkan
bahwa kandungan insulin yang terdapat pada ASI lebih sedikit
daripada yang ditemukan pada susu formula. Insulin adalah
kandungan yang dapat memicu pembentukan lemak. Jadi,
memberikan ASI tidak akan menyebabkan bayi gemuk karena
kelebihan lemak. Malah bayi akan memiliki lebih banyak leptin,
yaitu hormon yang berperan mengatur nafsu makan dan
metabolisme lemak.
e. Mengurangi risiko sindrom kematian mendadak
Sudden Infant Death Syndrom atau SIDS adalah kematian
mendadak pada bayi di bawah umur satu tahun saat ia sedang
tertidur. Biasanya bayi prematur yang lebih berisiko mengalami
sindrom tersebut. Namun, memberikan air susu ibu dapat
mengurangi risiko SIDS terjadi.
f. Bayi mendapat banyak asupan kolesterol
Berbeda dari orang dewasa yang tidak boleh mendapatkan asupan
kolesterol terlalu banyak, bayi justru membutuhkan asupan
kolesterol untuk menunjang tumbuh kembangnya
3. Cara Memperlancar ASI
a. Menyusui bayi dengan interval On Demand, yaitu ibu menyusui
bila bayi dijumpai 'tanda-tanda' lapar sesuai kebutuhan si bayi
tanpa memandang/ tergantung waktu.
b. Pijat Oksitosin
Hormon oksitosin yang berguna untuk melancarkan air susu ibu,
ini dihasilkan ketika perasaan ibu nyaman dan minim stress. Untuk
memacu hormon penghasil asi ini bisa dilakukan dengan memijat
punggung di sepanjang tulang belakang menggunakan dua jempol
ke arah kanan dan kiri tulang belakang. Pijat oksitosin bisa
dilakukan kapanpun ibu mau dengan durasi ± 15 menit, lebih
disarankan dilakukan sebelum menyusui atau memerah ASI.
Sehingga untuk mendapatkan jumlah ASI yang optimal dan baik,
sebaiknya pijat oksitosin dilakukan setiap hari dengan durasi ±15
menit,

Sumber : Grid.id

c. ASI Booster

Untuk melancarkan ASI, ibu menyusui bisa mengonsumsi


suplemen atau minuman yang dapat membuat ASI deras,
contohnya minum susu almond dan air nabeez (rendaman kurma)
atau galaktogog dari bahan herbal yang aman. Ada baiknya busui
juga mengASIHI sesering mungkin sesuai kebutuhan bayi agar
produksi ASI meningkat.
d. Konsumsi Makanan Bergizi
Sayuran seperti bayam, daun katuk, daun kelor, adas, dan makanan
dari kacang-kacangan seperti kacang tanah, kacang hijau, kedelai
dan kacang almond dipercaya mampu meningkatkan volume ASI
yang dihasilkan.
e. Minum Air Putih Yang Cukup
Minum air putih yang cukup mengurangi resiko sakit kepala yang
diakibatkan dehidrasi saat menyusui. Air putih juga penting untuk
melancarkan peredaran darah .
f. Hindari Stress
Hormon oksitosin akan dihasilkan secara maksimal untuk
merangsang jumlah asi saat ibu tenang, rileks dan nyaman sehingga
ada baiknya kurangi stress dan kelelahan. Melibatkan suami dalam
perjalanan menyusui akan mempererat ikatan antara Orangtua dan
bayi.
Pengertian ASI Manfaat ASI
ASI adalah satu–satunya  Sebagai antibodi bayi
makanan bayi yang paling  Penting untuk tulang  Pijat Oksitosin

baik, karena mengandung zat Hormon oksitosin yang


 Mencerdaskan bayi
berguna untuk melancarkan
gizi yang paling sesuai dengan  Membuat berat badan
air susu ibu, ini dihasilkan
kebutuhan bayi yang sedang bayi tetap seimbang ketika perasaan ibu nyaman
dalam tahap percepatan  Mengurangi risiko dan minim stress. Untuk
tumbuh kembang. sindrom kematian memacu hormon penghasil
asi ini bisa dilakukan dengan
mendadak
memijat punggung di
 Bayi mendapat banyak
sepanjang tulang belakang
asupan kolesterol menggunakan dua jempol ke
Cara Memperlancar ASI arah kanan dan kiri tulang
belakang. Pijat oksitosin bisa
 Menyusui bayi dengan
dilakukan kapanpun ibu mau
interval On Demand
dengan durasi ± 15 menit,
lebih disarankan dilakukan
sebelum menyusui atau sesering mungkin sesuai
memerah ASI. Sehingga kebutuhan bayi agar produksi
untuk mendapatkan jumlah ASI meningkat.
ASI yang optimal dan baik,  Konsumsi Makanan Bergizi
sebaiknya pijat oksitosin  Minum Air Putih Yang
dilakukan setiap hari dengan Cukup
durasi ±15 menit,  Hindari Stress

 ASI Booster
Untuk melancarkan ASI, ibu
TIPS
menyusui bisa mengonsumsi
MEMPERLANCAR
suplemen atau minuman yang
ASI
dapat membuat ASI deras,
contohnya minum susu
almond dan air nabeez
(rendaman kurma) atau
galaktogog dari bahan herbal
yang aman. Ada baiknya
busui juga mengASIHI
Oleh : Magdalena Yani

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI PROFESI
NERS
UNIVERSITAS SANTO
BORROMEUS
PADALARANG
2023

Anda mungkin juga menyukai