Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH PERSALINAN NORMAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah PKK III Keperawatan Maternitas

Dosen Pembimbing:

Ns. Yustiana Olfah, S.Kep, M.Kes

Disusun Oleh:
Corina Dwi Putriana (P07120220041)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
YOGYAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Makalah
Persalinan Normal dengan baik dan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan
untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing Ibu
Yustiana Olfah, S.Kep, M.Kes
Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada:
1. Bondan palestin, SKM., M.Kep. Sp.Kom selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kementerian Kesehatan Yogyakarta.
2. Ns. Maryana, S.Psi, S.Kep., M.Kep selaku Ka.Prodi D IV
Keperawatan Poltekkes Kementerian Kesehatan Yogyakarta.
3. Yustiana Olfah, S.Kep, M.Kes selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah memberikan bimbingan demi terselesainya
laporan ini.
4. Serta teman-teman yang membantu dalam penyusunan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk
mengetahui Persalinan Normal. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini, masih terdapat kekurangan, oleh karana itu dengan segala
kerendahan hati, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan
dari pembaca agar bisa menjadi lebih baik di masa depan.

Yogyakarta, 27 Oktober 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan merupakan suatu proses alami yang akan berlangsung
dengan sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam
penyulit yang membahayakan ibu maupun janinnya sehingga memerlukan
pengawasan, pertolongan dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai.
Persalinan dibagi menjadi empat tahap penting dan kemungkinan penyulit
dapat terjadi pada setiap tahap tersebut.
Pada persalinan terjadi perubahan fisik yaitu : ibu akan merasa
sakit pinggang, sakit perut, merasa kurang enak, lelah, lesu, tidak nyaman,
tidak bisa tidur nyenyak. Dan perubahan psikis yang terjadi yaitu merasa
ketakutan sehubungan dengan diri sendiri, takut kalau terjadi bahaya
terhadap dirinya pada saat persalinan, takut tidak dapat memenuhi
kebutuhan anaknya, takut yang dihubungkan dengan pengalaman yang
sudah lalu, misalnya mengalami kesulitan pada persalinan yang lalu,
ketakutan karena anggapan sendiri bahwa persalinan itu merupakan hal
yang membahayakan.
Ibu merupakan kesatuan dari Bio Psikososial Spiritual maka perlu
perhatian khusus dari bidan maupun perawat yang dalam menyiapkan fisik
dan mental guna meningkatkan serta mencegah komplikasi lebih lanjut.
Perawat merupakan salah satu tenaga dari tim pelayanan kesehatan yang
keberadaannya paling dakat dengan ibu yang mempunyai peran penting
dalam mengatasi masalah melalui asuhan. Dalam melaksanakan asuhan,
tenaga kesehatan dituntut memiliki wawasan yang luas, trampil dan sikap
profesional, karena tindakan yang kurang tepat sedikit saja dapat
menimbulkan komplikasi. Oleh karenanya diharapkan semua persalinan
yang dialami ibu dapat berjalan normal dan terjamin pula keselamatan
baik ibu dan bayinya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah
1. Apa definisi dari persalinan normal?
2. Apa saja etiologi persalinan normal?
3. Apa saja tanda dan gejala persalinan normal?
4. Apa saja tahap persalinan normal?
5. Bagaimana mekanisme persalinan normal?
6. Bagaimana pathway pada persalinan normal?
7. Bagaimana Tinjauan Asuhan Keperawatan dengan persalinan normal?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui apakah itu persalinan normal serta mengetahui
pemenuhan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan persalinan
normal

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi dari persalinan normal
b. Mengetahui etiologi persalinan normal
c. Mengetahui tanda dan gejala persalinan normal
d. Mengetahui tahap persalinan normal
e. Mengetahui mekanisme persalinan normal
f. Mengetahui pathway pada persalinan normal
g. Mengetahui Tinjauan Asuhan Keperawatan dengan persalinan
normal
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai pasien dengan persalinan normal, pemberian
asuhan keperawatan khususnya pengkajian, serta dapat dijadikan
referensi dalam belajar mahasiswa jurusan keperawatan.

2. Manfaat Praktis
Sebagai bahan masukan bagi perawat yang ada di rumah
sakit untuk mengambil langkah-langkah kebijakan dalam rangka
upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Persalinan
Persalinan adalah suatu proses dimana fetus dan plasenta keluar
dari uterus, ditandai dengan peningkatan aktifitas myometrium (frekuensi
dan intensitas kontraksi) yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
serviks serta keluarnya lendir darah (show) dari vagina. Persalinan dan
kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun padajanin. (Prawirohardjo, 2001).

B. Etiologi Pesalinan
Menurut Sumarah, dkk (2011:112-113), ada beberapa faktor terjadinya
persalinan yaitu:
1) Teori Kerenggangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batastertentu. Setelah
melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.
2) Teori Penurunan Progesteron
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur hamil 28 minggu,dimana
terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan
dan buntu. Produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot
rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron
tertentu.
3) Teori Oksitoksin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar Hipofisi Pars Paterior.Perubahan
keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot
rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Menurunnya
konsentrasi progesteron akibat tuanya
kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehinggapersalinan
dapat dimulai.
4) Teori Pengaruh Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat pada usia kehamilan 15 minggu yang
dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat
menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.
Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan
(Rohani, 2011:5).
5) Teori Berkurangnya Nutrisi
Teori ini ditemukan pertama kali oleh Hipokrates. Bila nutrisi pada janin
berkurang, maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan(Sumarah, 2009:4)
6) Faktor Lain
Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus frankerhauser yang terletak di
belakang serviks. Bila ganglion ini tertekan maka kontraksi uterus dapat
dibangkitkan ((Sumarah, 2009:4)

C. Tanda dan Gejala Persalinan


Tanda-tanda persalinan Menurut Aprilia (2011:113) tanda-tanda
persalinan meliputi:
a. Terjadi lightening
Yaitu kepala turun memasuki PAP, pada primigravida akan terjadi lightening
menjelang minggu ke-36. Lightening menyebabkan:
1. Terasa ringan dibagian atas dan rasa sesaknya berkurang.
2. Dibagian bawah terasa sesak.
3. Terjadi kesulitan saat berjalan dan sering miksi.
b. Terjadi his permulaan
Sifat his permulaan atau palsu:
1. Rasa nyeri ringan dibagian bawah.
2. Datangnya tidak teratur dan durasinya pendek.
3. Tidak ada perubahan pada serviks dan tidak bertambah bila
beraktivitas.
2) Tanda pasti persalinan
Terjadi his persalinan yang sifatnya:
1) Teratur, interval makin pendek, kekuatan makin bertambah
jikaberaktifitas dan mempunyai pengaruh pada perubahan serviks.
2) Pinggang terasa sakit dan menjalar ke depan.
3) Keluar lendir darah serta cairan ketuban.

D. Tahapan Persalinan
1. Persalinan Kala I
Kala I persalinan didefinisikan sebagai perubahan perkembangan servik
(leher rahim).
a. Karakteristik kala I
1. Kala I dimulai dengan dimulai sejak terjadinya kontraksi
uterus yang teratur & meningkat (frekuensi & kekuatannya)
hingga servix membuka lengkap (10 cm).
2. Kala I adalah tahap terpanjang, biasanya berlangsung 12 jam
untuk primigravida dan 8 jam untuk multigravida.
3. Selaput membrane amnion atau selaput janin biasanya pecah
selama tahap ini.
4. Peningkatan curah jantung ibu dan denyut nadi ibu bisa
meningkat.
5. Penurunan motilitas/gerakan gastrointestinal, yang
menyebabkan peningkatan waktu pengosongan lambung
(Mattson & Smith, 2004).
6. Ibu mengalami rasa sakit yang terkait dengan kontraksi uterus
saat serviks membuka dan menipis.
b. Fase–fase kala I
Tahap ini dibagi menjadi: fase laten dan fase aktif.
1. Fase laten:
 Dimulai sejak awal berkontraksi sampai penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap.
 Berlangsung hingga serviks membuka < 4 cm.
 Umumnya berlangsung hampir/ hingga 8 jam.
2. Fase aktif:
 Frekuensi dan lama kontraksi uterus meningkat secara
bertahap (kontraksi 3 X dalam 10 menit, selama 40
detik/lebih).
 Dari pembukaan 4–10 cm terjadi kecepatan rata–rata 1 cm/
jam (nulipara/ primigravida) atau > 1–2 cm (multipara).
 Terjadi penurunan bagian terbawah janin.

2. Persalinan Kala II
Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.
a. Karakteristik kala II
 Berlangsung selama 50 menit untuk primigravida, dan 20
menit untuk multigravida.
 Klien merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
 Klien merasa adanya peningkatan tekanan pada rektum
dan/atau vagina
 Kontraksi menjadi sering, terjadi setiap 2 menit dan selama 60
detik
 Peningkatan pengeluaran lendir bercampur darah (bloody
show)
 Perineum menonjol, vulva vagina dan sfingter ani membuka.

3. Persalinan Kala III


Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan
berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Pemisahan
plasenta biasanya terjadi dalam beberapa menit setelah melahirkan.
Setelah plasenta terpisah dari dinding rahim, rahim terus kontraksi
sampai plasenta dikeluarkan. Proses ini biasanya memerlukan waktu 5
sampai 20 menit pasca melahirkan bayi dan terjadi secara spontan.
Tanda kala III terdiri dari 2 fase :
a. Fase pelepasan uri
Mekanisme pelepasan uri terdiri atas:
• Schultze
Data ini sebanyak 80 % yang lepas terlebih dahulu di tengah
kemudian terjadi
reteroplasenterhematoma yang menolak uri mula – mula di
tengah kemudian
seluruhnya, menurut cara ini perdarahan biasanya tidak ada
sebelum uri lahir
dan banyak setelah uri lahir.
• Dunchan
Lepasnya uri mulai dari pinggirnya, jadi lahir terlebih dahulu
dari pinggir
(20%). Darah akan mengalir semua antara selaput ketuban
• Serempak dari tengah dan pinggir plasenta
b. Fase pengeluaran uri
Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya uri yaitu :
• Kustner
Meletakkan tangan dengan tekanan pada / diatas simfisis, tali
pusat
diregangkan, bila plasenta masuk berarti belum lepas, bila tali
pusat diam dan
maju (memanjang) berarti plasenta sudah terlepas.
• Klien
Sewaktu ada his kita dorong sedikit rahim, bila tali pusat
kembali berarti
belum lepas, bila diam/turun berarti sudah terlepas.
• Strastman
Tegangkan tali pusat dan ketuk pada fundus, bila tali pusat
bergetar berarti
belum lepas, bila tidak bergetar berarti sudah terlepas.
• Rahim menonjol diatas symfisis
• Tali pusat bertambah panjang
• Rahim bundar dan keras
• Keluar darah secara tiba-tiba

4. Persalinan Kala IV
Yaitu waktu setelah bayi lahir dan uri selama 1-2 jam dan
waktu dimana untuk mengetahui keadaan ibu terutama terhadap
bahaya perdarahan post partum.

E. Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan merupakan gerakan-gerakan janin pada proses
persalinan yang meliputi langkah sbb :
a. Turunnya kepala, meliputi :

 Masuknya kepala dalam PAP

 Dimana sutura sagitalis terdapat ditengah – tengah jalan lahir tepat


diantara symfisis dan promontorium ,disebut synclitismus.Kalau pada
synclitismusos .parietal depan dan belakang sama tingginya jika sutura
sagitalis agak kedepan mendekati symfisis atau agak kebelakang
mendekati promontorium disebut Asynclitismus.

 Jika sutura sagitalis mendekati symfisis disebut asynclitismus posterior


jika sebaliknya disebut asynclitismus anterior.
b. Fleksi
Fleksi disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya mendapat
tahanan dari pinggir PAP serviks, dinding panggul atau dasar panggul.
c. Putaran paksi dalam
Yaitu putaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah
dari bagian depan memutar ke depan ke bawah symfisis.
d. Ekstens
Setelah kepala di dasar panggul terjadilah distensi dari kepala hal ini
disebabkan karena lahir pada intu bawah panggul mengarah ke depan dan
keatas sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya.
e. Putaran paksi luar
Setelah kepala lahir maka kepala anak memutar kembali kearah punggung
anak torsipada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam.
f. Ekspulsi
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar sesuai arah punggung
dilakukan pengeluaran anak dengan gerakan biparietal sampai tampak ¼
bahu ke arah anterior dan posterior dan badan bayi keluar dengan sangga
susur.

F. Pathway
G. LANGKAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
a. Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran
b. Ibu merasa takanan yang semakin meningkat pada rektum dan
vagina
c. Perineum tampak menonjol
d. Vulva dan sfingter ani membuka
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan penatalaksanaan komplikasi ibu dan bayi baru
lahir. Untuk asfiksia tempat yang datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk
bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh
bayi.
a. Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal
bahu bayi
b. Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di
dalam partus set
3. Pakai celemek plastik
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun
5. dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan handuk yang
bersih dan kering
6. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa
dalam.
7. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang
memakai sarung
tangan DTT atau steril) dan letakkan di partus set/wadah DTT atau steril
(pastikan
tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).
8. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari
depan ke
belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi dengan
DTT.
a. Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang
9. Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang
tersedia
10. Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan
rendam
11. larutan klorin 0,5 %)
12. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
13. Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka
lakukan
amniotomi
14. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang
masih memakai
sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, kemudian lepaskan dan
rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5 % selama 10
menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
15. Periksa DJJ setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan
bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160x/menit).
a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua
hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf
16. Beritahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan
bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan
keinginannya.
a. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan
kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman
penatalaksanaan fase aktif)
b. Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka
untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran
dengan benar
17. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila ada rasa ingin
meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah
duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
18. Laksanakan bimbingan meneran saat ibu marasa ada dorongan kuat untuk
meneran.
a. Bimbing ibu agar dapat meneran secara baik dan efektif
b. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara
meneran apabila caranya tidak sesuai
19. Bantu ibu mengambil posisi nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi
berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
20. Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
21. Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
22. Berikan cukup asupan cairan per oral (minum)
23. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
24. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120
menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran
(multigravida)
25. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman jika ibu
belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
26. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi di perut ibu, jika
kepala bayi telah
membuka vulva dengan diameter 5-6 cm).
27. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong.
28. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
29. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
30. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka
lindungi
perineum dengan tangan yang dilapisi dnegan kain bersih dan kering.
Tangan yang
lain menahan kepala bayi untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan
dangkal.
31. Seka dengan lembut muka, mulut, dan hidung bayi dengan kasa/kain
bersih.
32. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang
sesuai jika hal
itu terjadi dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas
kepala bayi
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat
dan potong diantara dua klem tersebut
33. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
34. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparetal.
Anjurkan ibu
untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah
bawah dan
distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian
gerakan arah
atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
35. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas
untuk
menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
36. Seteleh tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung,
bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk
diantara mata
kaki dan pegang masing-masing mata kaki ibu jari dan jari-jari lainnya).
37. Penilaian segera bayi baru lahir.
38. Keringkan tubuh bayi, bungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian tali
pusat.
39. Jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3cm dari pusat bayi. Mendorong isi
tali pusat ke
arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2cm distal dari klem
pertama.
40. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit dan lakukan
pengguntingan
(lindungi perut bayi) tali pusat diantara 2 klem tersebut.
41. Ganti handuk yang basah dengan handuk/kain baru yang bersih dan
kering, selimuti
dan tutup kepala bayi dan biarkan tali pusat terbuka. Tali pusat tidak perlu
ditutupdengan kassa atau diberi yodium tapi dapat dioles dengan
antiseptik. Jika bayi mangalami kesulitan bernafas, lihat penatalaksanaan
asfiksia
42. Berikan bayi kepada ibunya dan anjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan
untuk
memulai pemberian ASI.
43. Letakkan kain bersih dan kering pada perut ibu, periksa kembali uterus
untuk
memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal).
44. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik agar uterus berkontraksi baik.
45. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM di
1/3 paha atas
bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
46. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
47. Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simpisis untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
48. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil
tangan yang
lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorsokranial) secara hati-
hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-
40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan
ulangi
prosedur di atas. Jika uterus tidak segera berkontraksi minta ibu, suami
datau anggota
keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu
49. Lakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta terlepas.
Minta ibu
meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai
dan kemudian
ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorsokranial).
50. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan.
51. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian
lahirkan dan
tempatkan plasenta pada tempat yang telah disediakan. Jika selaput
ketuban robek,
pakai serung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa
selaput
kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk
mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
52. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
53. Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah
15 detik masase
54. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian meternal maupun fetal dan
pastikan selaput
ketuban lengkap dan utuh. Masukkan palsenta ke dalam kantung plastik
atau tempat khusus
55. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
panjahitan bilalaserasi menyebabkan perdarahan.
56. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
57. Celupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5 %, bilas kedua tangan tersebut dengan air DTT dan keringkan
dengan kain yang bersih
dan kering.
58. Selimuti bayi dan tutupi bagian kepalanya dengan handuk atau kain bersih
dan kering.
59. Minta ibu memulai pemberian ASI secara dini (30-60 menit setelah bayi
lahir)
60. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang
sesuai untuk penatalaksanaan atonia uteri
61. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
62. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
63. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15menit selama
1jam pertama pascapersalinan dan setiap 30menit selama jam kedua
pascapersalinan.
a. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam
pertama pascapersalinan
b. b. Melakukan tindakan ynag sesuai untuk temuan yang tidak
normal.
64. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 % untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi.
65. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
66. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir,
dan darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering.
67. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk
memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
68. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5 %.
69. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %
70. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
Asuhan keperawatan pada ibu bersalin dibagi ke dalam empat kala.
Asuhan keperawatan meliputi pengkajian, perencanaan keperawatan,
implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan (Manurung, 2011). Berikut
uraiannya satu per satu.
A. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian Kala 1
a. Anamnesa
1) Nama, umur, dan alamat
2) Gravida dan para
3) Hari pertama haid terakhir (HPHT)
4) Riwayat alergi obat
5) Riwayat kehamilan sekarang: ANC, masalah yang dialami selama
kehamilan seperti perdarahan, kapan mulai kontraksi, apakah
gerakan bayimasih terasa, apakah selaput ketuban sudah pecah?
Jika ya, cairan warnanya apa? Kental/ encer? Kapan pecahnya?
Apakah keluar darah pervagina? Bercak atau darah segar? Kapan
ibu terakhir makan danminum? Apakah ibu kesulitan berkemih?
6) Riwayat kehamilan sebelumnya
7) Riwayat medis lainnya seperti hipertensi, pernafasan
8) Riwayat medis saat ini (sakit kepala, pusing, mual, muntah atau
nyeriepigastrium)
b. Pemeriksaan fisik
1) Nilai keadaan umum, suasana hati, tingkat kegelisahan, warna
konjungtiva, kebersihan, status gizi, dan kebutuhan cairan tubuh
2) Nilai tanda – tanda vital (TD, Nadi, suhu, dan pernafasan), untuk
akurasi lakukan pemeriksaan TD dan nadi diantara dua kontraksi.
c. Pemeriksaan abdomen
a) Menentukan tinggi fundus
b) Kontraksi uterus
c) Palpasi jumlah kontraksi dalam 10 menit, durasi dan lamanya
kontraksi
d. Memantau denyut jantung janin (normal 120-160x/menit)
e. Menentukan presentasi (bokong atau kepala)
f. Menentukan penurunan bagian terbawah janin
g. Pemeriksaan dalam
a) Nilai pembukaan dan penipisan serviks
b) Nilai penurunan bagian terbawah dan apakah sudah masuk rongga
panggul
c) Jika bagian terbawah kepala, pastikan petunjuknya.

2. Pengkajian Kala II
a. Aktivitas /istirahat
1) adanya kelelahan, ketidak mampuan melakukan dorongan sendiri/
relaksasi.
2) Letargi.
3) Lingkaran hitam di bawah mata.
b. Sirkulasi: tekanan darah dapat meningkat 5-10mmHg diantara kontraksi.
c. Integritas Ego
1) Respon emosional dapat meningkat.
2) Dapat merasa kehilangan control atau kebalikannya seperti saat ini
klien terlibat mengejan secara aktif.
d. Eliminasi.
1) Keinginan untuk defikasi, disertai tekanan intra abdominal dan
tekanan uterus.
2) Dapat mengalami rabas fekal saat mengejan.
3) Distensi kandung kemih mungkin ada , dengan urine dikeluarkan
e. Nyeri/ Ketidak nyamanan
1) Dapat merintih/ meringis selama kontraksi.
2) Amnesia diantara kontraksi mungkin terlihat.
3) Melaporkan rasa terbakar/ meregang dari perineum.
4) Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong.
5) Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 mnt masing-masing dan
berakhir 60-90 dtk.
6) Dapat melawan kontraksi , khususnya bila tidak berpartisipasi
dalam kelas kelahiran anak.
f. Pernafasan: peningkatan frekuensi pernafasan.
g. Keamanan
1) Diaforesis sering terjadi.
2) Bradikardi janin dapat terjadi selama kontraksi
h. Sexualitas
1) Servik dilatasi penuh( 10 cm) dan penonjolan 100%.
2) Peningkatan penampakan perdarahan vagina.
3) Penonjolan rectal/ perineal dengan turunnya janin.
4) Membrane mungkin rupture pada saat ini bila masih utuh.
5) Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi.
6) Crowning terjadi, kaput tampak tepat sebelum kelahiran pada
presentasi

3. Pengkajian Kala III


a. Aktivitas/istirahat
1) Perilaku dapat direntang dari senang sampai keletihan.
b. Sirkulasi
1) Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat kemudian
2) Hipotensi dapat terjadi sebagai respon terhadap analgesik dan
anastesi.
3) Frekuensi nadi lambat pada respon terhadap perubahan jantung.
4) Makanan/cairan: kehilangan darah normal 200-300ml.
5) Nyeri/ketidaknyamanan: inspeksi manual pada uterus dan jalan
lahir menetukan adanya robekan atau laserasi. Perluasan episiotomi
atau laserasi jalan lahir mungkin ada.
c. Seksualitas
Darah yang berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas dari
endometrium, biasanya dalam 1-5 menit setelah melahirkan bayi. Tali
pusat memanjang pada muara vagina. Uterus berubah dari discoid menjadi
bentuk globular.

d. Pemeriksaan fisik
a) Kondisi umum ibu: tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu
tubuh), status mental klien.
b) Inspeksi: perdarahan aktif dan terus menerus sebelum atau sesudah
melahirkan plasenta.
c) Palpasi: tinggi fundus uteri dan konsistensinya baik sebelum
maupun sesudah pengeluaran plasenta.

4. Pengkajian Kala IV
a. Aktivitas / Istirahat
1) Pasien tampak “berenergi” atau keletihan / kelelahan, mengantuk
b. Sirkulasi
1) Nadi biasanya lambat (50 – 70x / menit) karena hipersensitivitas
vagal
2) TD bervariasi : mungkin lebih rendah pada respon terhadap
analgesia / anastesia, atau meningkat pada respon terhadap
pemeriksaan oksitosin atau hipertensi karena kehamilan
3) Edema : bila ada mungkin dependen (misal : pada ekstremitas
bawah),atau dapat juga pada ekstremitas atas dan wajah atau
mungkin umum (tanda hipertensi pada kehamilan)
4) Kehilangan darah selama persalinan dan kelahiran sampai 400 –
500 mluntuk kelahiran per vagina atau 600-800 ml untuk kelahiran
sesaria
c. Integritas Ego
1) Reaksi emosional bervariasi dan dapat berubah-ubah misal : eksitasi
atau perilaku
menunjukkan kurang kedekatan, tidak berminat (kelelahan), atau
kecewa
2) Dapat mengekspresikan masalah atau meminta maaf untuk perilaku
intrapartum atau kehilangan kontrol, dapat mengekspresikan rasa
takut mengenai kondisi bayi baru lahir dan perawatan segera pada
neonatal.
d. Eliminasi
1) Hemoroid sering ada dan menonjol
2) Kandung kemih mungkin teraba di atas simpisis pubis atau kateter
urinarius
3) Diuresis dapat terjadi bila tekanan bagian presentasi menghambat
aliran urinarius
e. Makanan / Cairan Dapat mengeluh haus, lapar, mual
f. Neurosensori: Hiperrefleksia mungkin ada (menunjukkan terjadinya dan
menetapnya hipertensi, khususnya pada pasien dengan diabetes mellitus,
remaja, atau pasien primipara)
g. Nyeri / Ketidaknyamanan. Pasien melaporkan ketidaknyamanan dari
berbagai sumber misalnya setelah nyeri, trauma jaringan / perbaikan
episiotomi,kandung kemih penuh, atau perasaan dingin / otot tremor dengan
“menggigil”
h. Keamanan
1) Pada awalnya suhu tubuh meningkat sedikit (dehidrasi)
2) Perbaikan episiotomi utuh dengan tepi jaringan merapat
i. Seksualitas
1) Fundus keras berkontraksi, pada garis tengah dan terletak setinggi
umbilikus
2) Drainase vagina atau lokhia jumlahnya sedang, merah gelap dengan
hanya beberapa bekuan kecil
3) Perineum bebas dari kemerahan, edema, ekimosis, atau rabas
4) Striae mungkin ada pada abdomen, paha, dan payudara
5) Payudara lunak dengan puting tegang
j. Penyuluhan / Pembelajaran. Catat obat-obatan yang diberikan, termasuk
waktu dan jumlah
k. Pemeriksaan Diagnostik. Hemoglobin / Hematokrit (Hb/Ht), jumlah darah
lengkap, urinalisis. Pemeriksaan lain mungkin dilakukan sesuai indikasi dari
temuan fisik.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kala I
1. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus
2. Risiko tinggi cidera berhubungan dengan hipoksia
jaringan,hiperkapnea
3. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan perubahan hormonal
4. Risiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan suplai darah
5. Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan
aliran darah
2. Kala II
1. Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada bagia
presentasi, dilatasi/ peregangan jaringan, kompresi saraf, pola kontraksi
semakin intensif.
2. Perubahan curah jantung berhubungan dengan fluktuasi pada aliran balik
vena, perubahan pada tahanan vaskular sistemik.
3. Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan pencetusan
pesalinan, pola kontraksi hipertonik, janin besar, pemakaian forsep.
3. Kala III
1. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kurangnya intake, muntah dan diaphoresis.
2. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan, respon fisiologis
melahirkan.
3. Risiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan dengan posisi selama
melahirkan, kesulitan pelepasan plasenta.
4. Kala IV
1. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kelelahan, kegagalan miometri dari mekanisme homeostatis.
2. Nyeri berhubungan dengan trauma mekanis/cedera jaringan.
3. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka epiostomi.
4. Kelelahan berhubungan dengan proses melahirkan
5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan transisi atau
peningkatan perkembangan anggota keluarga
6. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan ASI

C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018).

1. Kala 1
No. Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan

1. Nyeri melahirkan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri


1x24jam diharapkan tingkat (I.08238 hal. 201)
nyer menurun dengan
Observasi :
kriteria hasil:
 Identifikasi lokasi,
 Keluhan nyeri menurun
karakteristik, durasi
 Meringis menurun
frekuensi, kualitas,
 Perineum terasa
intensitas nyeri.
tertekan menurun
(SLKI L.08066, hal.145)  Identifikasi skala
nyeri.

 Identifikasi respon
non verbal.
 Identifikasi faktor
yang memperberat
dan memperingan.

Terapeutik:

 Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (relaksasi
nafas dalam dan
miring kanan kiri)

2. Kala II
No Diagnose Kriteria Hasil Intervensi

Keperawatan

1. Nyeri Melahirkan b.d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (


pengeluaran janin. tindakan I.08238)
keperawatan 1x
Observasi :
1jam diharapkan
tingkat nyeri  Identifikasi lokasi,
menurun dengan karakteristik, durasi

kriteria hasil : - frekuensi, kualitas,


intensitas nyeri.
 Keluhan nyeri
menurun.  Identifikasi skala
nyeri.
 Meringis
menurun  Identifikasi respon
non verbal.
 Perineum
terasa tertekan  Identifikasi faktor
menurun yang memperberat

(SLKI dan memperingan.


L.08066, Terapeutik:
hal.145)
 Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (relaksasi
nafas dalam)

3. Kala III
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi

Keperawatan

1. Risiko perdarahan Setelah dilakukan Pencegahan


berhubungan dengan tindakan Perdarahan
komplikasi pasca partum keperawatan 1x 30
SIKI I.02067 HAL.283
menit. Diharapkan
tingkat perdarahan Observasi :
menurun dengan - Monitor tanda dan
kriteria hasil : gejala perdarahan.

- Hemoptisis - Monitor tanda-


menurun tanda vital

- Hematernesisi ortostatik

menurun Terapeutik:

- Hemoglobin - Pertahankan
membaik bedrest selama
(SLKI L.02017 perdarahan
hal.147)
Edukasi:
- Jelaskan tanda dan
gejala perdarahan

- Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan

- Anjurkan
meningkatkan
asupan makanan
dan vitamin K

- Anjurkan segera
melapor jika terjadi
perdarahan

Kolaborasi
- Kolaborasi obat
pengontrol
perdarahan, jika
perlu

- Anjurkan
pemberian produk
darah, jika perlu

4. Kala IV
No. Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan

1. Resiko Setelah dilakukan tindakan Pencegahan


perdarahan bd keperawatan 1x 30 menit. Perdarahan
komplikasi pasca Diharapkan tingkat
SIKI I.02067 HAL.283
partum perdarahan menurun
dengan kriteria hasil : Observasi :

- Hemoptisis menurun - Monitor tanda dan


gejala perdarahan.
- Hematernesisi menurun
- Monitor tanda-tanda
- Hemoglobin membaik vital ortostatik
(SLKI L.02017
Terapeutik:
hal.147)
- Pertahankan bedrest
selama perdarahan

Edukasi:
- Jelaskan tanda dan
gejala perdarahan

- Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan

- Anjurkan
meningkatkan
asupan makanan dan
vitamin K

- Anjurkan segera
melapor jika terjadi
perdarahan

Kolaborasi
- Kolaborasi obat
pengontrol
perdarahan, jika
perlu

- Anjurkan pemberian
produk darah, jika
perlu

1. Menyusui Tidak Setelah dilakukan tindakan Edukasi Menyusui


efektif b.d. keperawatan 1x2 jam
SIKI I. 12393 hal.71
ketidakdekuatan diharapkan status menyusui
suplai ASI membaik dengan kriteria Observasi
hasil:
 Identifikasi
 Tetesan/pancaran ASI kesiapan,
meningkat kemampuan
 Kepercayaan diri Ibu menerima informasi
meningkat serta identifikasi
 Kelelahan maternal tujuan menyusui
menurun Teraputik
Status Menyusui
 Libatkan sistem
SLKI L.03029 hal.119 pendukung: suami,
keluarga
Edukasi

 Berikan konseling
menyusui
 Ajarkan 4 posisi
menyusui dan
perlekatan dengan
benar
 Ajarkan perawatan
payudara antepartum
dengan
mengkompres
dengan kapas yang
telah dierikan
minyak kelapa
 Ajarkan perawatan
payudara postpartum
(pijat payudara)
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
(Potter, 2011).
Komponen tahap implementasi :
a) Tindakan keperawatan mandiri.
b) Tindakan Keperawatan edukatif.
c) Tindakan keperawatan kolaboratif.
d) Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klienterhadap asuhan
keperawatan.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk menilai hasil akhir dari seluruh tindakan keperawatan
yang telah dilakukan (Bararah, 2013).
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan usia
kehamilan cukup bulan, letak memanjang atau sejajar sumbu badan,
presentasi belakang kepala serta dengan tenaga ibu sendiri (Saifuddin,
2015).
Diagnosa yang mungkin muncul pada proses persalinan, anata lain:
Kala I
1. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus
2. Risiko tinggi cidera berhubungan dengan hipoksia
jaringan,hiperkapnea
3. Risiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan suplai darah
Kala II
1. Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada bagia
presentasi, dilatasi/ peregangan jaringan, kompresi saraf, pola kontraksi
semakin intensif.
2. Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan pencetusan
pesalinan, pola kontraksi hipertonik, janin besar, pemakaian forsep.
Kala III
1. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kurangnya intake, muntah dan diaphoresis.
2. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan, respon fisiologis
melahirkan.
3. Risiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan dengan posisi selama
melahirkan, kesulitan pelepasan plasenta.
Kala IV
1. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kelelahan, kegagalan miometri dari mekanisme homeostatis.
2. Nyeri berhubungan dengan trauma mekanis/cedera jaringan.
3. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka epiostomi.
4. Kelelahan berhubungan dengan proses melahirkan
5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan transisi atau
peningkatan perkembangan anggota keluarga
6. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan ASI

B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi perawat dan
pihak Rumah Sakit untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada ibu dengan persalinan normal
secara spesifik dan komprehensif.
2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Diharapkan dapat menambah keluasan ilmu khususnya
keperawatan dalam melakukan asuhan keperawatan pada ibu dengan
persalinan normal.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat meningkatkan bimbingan praktek lapangan kepada
mahasiswa sehingga mahasiswa semakin mampu dalam melakukan
asuhan keperawatan pada pasien-pasien dengan persalinan normal.
4. Bagi Pasien
Laporan ini diharapkan dapat menjadi acuan dan referensi dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan persalinan normal.
DAFTAR PUSTAKA

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Indikator Diagnostik,Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Kriteria HasilKeperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi


dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Pungky Hidayanti (2019), pada


https://www.academia.edu/40432402/LAPORAN_PENDAHUL
UAN_PERSALINAN_NORMAL diakses pada 26 Oktober 2022
Universitas Pertamina (2021), pada
https://www.studocu.com/id/document/universitas-
pertamina/nurses/c-lp-persalinan-normal/35623235 diakses pada
26 Oktober 2022

Anda mungkin juga menyukai