Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH TERAPI MUSIK PADA IBU BERSALIN

Disusun guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah NBT 2


Dengan dosen pengampu Lestari Puji Astuti, S,SiT, M.Kes

Disusun oleh:
1 Nuryah (2004089)
2 Retno Palupi Hapsari (2004094)
3 Eni subekti (2004168)
4 Filaili afitriani (2004169)
5 Azmi Hikmah Fajrina (2004066)
6 Sri Utami (2004101)
7 Wahyu Dwi Windarti (2004143)
8 Zeka chinthia dewi (2004107)
9 Darmini atmirah (2004155)
10 Anisatun Latifah (2004064)
11 Rahayu Subandriyah (2004091)
12 Maimunah Hidayati (2004170)
13 Nur Hidayati (2004087)
14 Putri Sanda Ranggarina (2004090)
15 Satiya Evalia Tarosa (2004099)
16 Erna Prefitasari (2004072)
17 Dariyati (2004068)
18 Puryati (2004171)
19 Sri Winarti (2004145)
20 Linawati Eva Kristiana (2004081)
21 Tri Wahyu Puji Astuti (2004172)
PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KARYA HUSADA SEMARANG
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan terhadap kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan hidayah-nya,sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “ Terapi Musik Pada Ibu Bersalin ” tepat pada waktu yang telah
ditentukan.

Dalam menyelesaikan tugas makalah ini tidak lupa kami mengucapkan


terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kelompok dalam menyelesaikan
penyusunan makalah ini.

Kami menyadari dalam penyelesaian tugas makalah ini masih banyak


kekurangan dan kesalahan. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini semoga bermanfaat bagi
kita semua.

Rembang, 11 Desember 2020.

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
dari dalam uterus ke dunia luar. Persalinan dimulai bila timbul his dan mengeluarkan
lendir yang bercampur dengan darah. Serviks mulai membuka atau mendatar,
sedangkan darahnya berasal dari pembuluh kapiler yang berada disekitarkanalis serviks
yang pecah karena terjadi pergeseran ketika serviks membuka. Pembukaan serviks
dimulai pada fase laten, dimana pada fase ini terjadi pembukaan1-3 cm dan fase aktif
terjadi pembukaan 4- 10cm (Suryani dan Yulaikah, 2016).
Pembukaan serviks dalam proses persalinan biasanya disertai dengan rasa
nyeri. Nyeri persalinan yaitu suatu kondisi yang fisiologis yang mulai timbul pada
persalinan kala 1 fase laten dan semakin lama nyeri yang dirasakan akan bertambah
kuat, puncak nyeri terjadi pada fase aktif. Intensitas nyeri selama persalinan
mempengaruhi kondisi psikologis ibu, proses persalinan dan kesejahteraan janin.
Kepribadian seorang ibu yang sedang menjalani proses bersalin berperan penting
terhadap rasa nyeri, ibu secara alamiah akan tegang dan cemas dan lebih lemah dalam
menghadapi persalinan dibanding ibu yang rileks dan percaya diri (Suryani dan
Yulaikah, 2016).
Nyeri yang berlebihan dan terlalu lama akan menimbulkan kecemasan dan
tekanan psikologis, sehingga dapat mempengaruhi keadaan fisik ibu bersalin, seperti
peningkatan tekanan darah, frekuensi nafas dan denyut jantung selama persalinan dapat
mengakibatkan kelelahan pada ibu sehingga beresiko partus lama yang dapat
membahayakan ibu dan janin (Arifin dan Alyensi, 2018). Menurut data Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia Pusdatin Jakarta, jumlah ibu bersalin atau nifas di
Indonesia pada tahun 2011 sebanyak 4.975.636 jiwa. Kematian dan kesakitan pada ibu
hamil dan bersalin serta bayi baru lahir sejak lama telah menjadi masalah, khususnya di
negara-negara berkembang. Kematian perempuan usia subur sekitar 25-50%

yang disebabkan oleh hal yang berkaitan dengan kehamilan. Angka kematian saat
melahirkan menjadi penyebab utama mortalitas perempuan pada masa puncak
produktivitasnya (Yana et al, 2015).
World Health Organization ( WHO) memperkirakan setiap tahun terjadi 2010 juta
kehamilan di seluruh dunia, dari jumlah ini perempuan mengalami kesakitan sebagai
akibat dari kehamilan. Sebanyak 8 juta mengalami komplikasi yang mengancam jiwa,
dan lebih dari 500.000 meninggal pada tahun 1995. Kesehatan ibu dan anak merupakan
salah satu perhatian dari World Health Organization (WHO) karena angka kematian ibu
dan anak merupakan bagian dari Negara (ASEAN) yang mempunyai angka kematian
ibu dan anak yang masih tinggi dibandingkan dengan negara lain. Setiap tahun sejumlah
500.000 orang meninggal akibat kehamilan dan persalinan 99% kematian tersebut
terjadi di negara berkembang dan 50% terjadi di Indonesia dan Mesir. Data yang
diperoleh dari survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) September 2013,
diperoleh data mengejutkan mengetahui angka kematian ibu dan anak memberikan hasil
angka kematian (AKI) mencapai 359 per 100 ribu persalinan hidup. Pusat Data
Persatuan Rumah Sakit seluruh Indonesia menjelaskan bahwa 15% ibu di Indonesia
mengalami komplikasi persalinan dan 21% menyatakan bahwa persalinan yang dialami
merupakan persalinan yang menyakitkan karena merasakan nyeri yang sangat,
sedangkan 63% tidak memperoleh informasi tentang persiapan yang harus dilakukan
guna mengurangi nyeri pada persalinan (Yuliasari dan Santriani, 2015).
Angka kematian ibu (AKI) di Provinsi Jawa Tengah 2016, angka kematian ibu
mencapai 602 kasus, atau setara dengan kematian ibu sebesar 109,7 per 100.000
kelahiran hidup. Sejumlah dari 50% dari kematian ini terjadi paling tinggi di Kabupaten
Semarang, Grobogan, Cilacap, dan Boyolali. Angka kematian ibu melahirkan mencapai
40 kasus dan bayi lahir yang mencapai 15 kasus di Kabupaten Boyolali selama periode
tahun 2018 dinilai cukup tinggi. Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali menjelaskan
selama 6 tahun terakhir ini banyak terjadi terjadi di Kecamatan Klego, Ampel,
Mojosongo, Nogosari, Teras, Musuk.
Word Health Organization (WHO) menetapkan standar ideal Sectio Caesarea (SC)
disuatu negara adalah 10-15%. Hasil laporan WHO didapatkan hasil hasil dari 137
negara di dunia, 54 negara dengan SC di bawah 10%, 69 negara di atas 15% dan 14
negara di antara 10-15% (WHO, 2015). Di Indonesia sendiri, angka kejadian operasi
sesar juga terus meningkat baik dirumah sakit pemerintah maupun di rumah sakit
swasta. Menurut Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan
terjadi kecenderungan peningkatan operasi sesar di Indonesia dari tahun 1991 sampai
tahun 2007 yaitu 1,3 - 6,8%. Persalinan sesar di kota jauh lebih tinggi di bandingkan di
desa yaitu 11% di bandingkan 3,9%. Hasil Riskesdas tahun 2018 menunjukkan
kelahiran dengan metode operasi sesar sebanyak 9,8% dari total 49.603 kelahiran
sepanjang tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 dengan proporsi tertinggi di DKI
Jakarta (19,9%) dan terendah di Sulawesi Tenggara (3,3%) (Sihombing et al, 2017).
Ranta, et al (dalam Arifin, 2018) mengemukakan bahwa, 89% ibu bersalin
primipara dan 84% ibu bersalin multipara menggambarkan persalinan sebagai nyeri
yang sangat berat dan tidak tertahankan, hal ini menunjukkan bahwa ibu bersalin
primipara dan multipara sama-sama merasakan nyeri yang hebat selama proses
persalinan.Penelitian yang dilakukan oleh Anisyah Dwi Puspita dan Warsiti (2013),
menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi nyeri persalinan pada ibu bersalin kala
1 aktif di Puskesmas Mergangsan 2013 terhadap 57 responden yang akan melahirkan
menunjukkan sebanyak 57,9% responden mengalami nyeri persalinan sedang, faktor
yang memiliki hubungan dengan nyeri persalinan yaitu umur ibu (Anita, 2017).
Afifah, et al (dalam Anita, 2017) melakukan penelitian untuk melihat perbedaan
tingkat nyeri persalinan terhadap 15 ibu primigravida dan 15 ibu multigravida pada
persalinan normal kala 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nyeri persalinan pada
ibu primigravida 10 orang (66,7%) mengalami nyeri berat, 4 orang (26,7%) mengalami
nyeri sedang dan 1 orang (6,7%) nyeri sangat berat persalinan pada ibu multigravida
terdapat 9 orang (60%) mengalami nyeri ringan dan 6 orang (40%) mengalami nyeri
sedang. Perbedaan tingkat nyeri persalinan kala 1 pada ibu bersalin normal primigravida
dan multigravida. Perbedaan tingkat nyeri persalina kala 1 pada ibu bersaln normal pada
primigravida dan multigravida di RB Nur Hikmah Desa Kuwaron Gubug Kabupaten
Grobogan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Astuti, et al (2016) menyatakan bahwa
intensitas nyeri sebelum diberikan terapi musik instrumentalia diketahui responden
dengan nyeri berat sebanyak 22 orang (31,2%). Intensitas nyeri setelah dilakukan terapi
musik instrumentalia diketahui responden dengan nyeri berat sebanyak 3 orang (9,4%),
nyeri sedang sebanyak 25 orang (78,1%) dan nyeri ringan sebanyak 4 orang (12,5%).
Penelitian ini menunjukkan rata-rata intensitas nyeri sebelum dilakukan terapi musik
instrumentalia (7,13%) sedangkan rata-rata intensitas nyeri setelah dilakukan terapi
musik (4,88%) sehingga ada pengaruh terapi musik instrumentalia terhadap penurunan
intensitas nyeri pada persalinan Kala I Aktif di 3 Bidan Praktek Mandiri Ngemplak
Boyolali.
Cara mengatasi rasa nyeri dapat dilakukan dengan metode farmakologi dan non
farmakologi. Metode non farmakologi yang dapat dilakukan salah satunya adalah teknik
distraksi. Teknik distraksi adalah salah satu cara untuk mengurangi nyeri dengan
mengalihkan perhatian kepada sesuatu yang lain sehingga kesadaran ibu terhadap
nyerinya berkurang. Distraksi yang digunakan salah satunya yaitu musik karena terbukti
menunjukkan efek yaitu menurangi kecemasan dan depresi, menghilangkan nyeri,
menurunkan tekanan darah dan menurunkan frekuensi denyut jantung. Musik yang
dipilih pada pada umumnya musik lembut dan teratur seperti musik instrumentalia atau
musik klasik Mozart (Astuti, et al 2016).
Musik Instrumental yaitu musik dengan tempo yang lambat, nada tidak terlalu
tinggi/terlalu rendah, volume yang rendanh dan berirama, musik dengan arrangement
yang sederhana dan melodi yang stabil. Musik dapat berfungsi mengurangi gangguan,
meningkatkan respon positif, dan sebagai stimulus untuk relaksasi. Terapi musik selama
proses persalinan sebagai metode efektif untuk mengurangi persepsi nyeri pada
perempuan selama fase laten persalinan, sebagai intervensi non farmakologis, intervensi
musik ini mudah untuk dikelola, biaya yang efektif, tidak berbahaya. Intervensi musik
dapat digunakan oleh praktisi kesehatan (staf medis dan keperawatan serta mahasiswa)
sebagai bagian dari rutinitas ketika memberikan perawatan dengan wanita selama proses
persalinan (Nurjanah, 2017).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan penulis diperoleh hasil ibu inpartu
banyak yang belum mengetahui tentang teknik pengurangan rasa nyeri persalinan.
Bidan dapat mengatasi nyeri persalinan dengan teknik distraksi dan relaksasi nafas
dalam. Melihat banyaknya ibu inpartu yang belum mengetahui tentang menejemen
pengurangan rasa nyeri maka penulis tertarik untuk melakukan Penerapan Terapi Musik
Instrumentali Terhadap Nyeri Persalinan Fase Aktif Kala I.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan
Terapi Musik Instrumental Terhadap Nyeri Persalinan Fase Kala 1”

C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Mendiskripsikan hasil implementasi Terapi Musik Instrumental Terhadap Nyeri
Persalinan Fase Kala 1

b. Tujuan Khusus
i. Mendiskripsikan skala nyeri persalinan sebelum diberikan terapi musik
instrumental

ii. Mendiskripsikan skala nyeri persalinan setelah diberikan terapi musik


instrumental

iii. Mendiskripsikan perbedaan perkembangan nyeri persalinan sebelum dan


setelah diberikan terapi musik instrumental.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Terapi Musik

1. Definisi Terapi Musik

Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan

rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya yang

diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik yang bermanfaat untuk kesehatan

fisik dan mental.19Terapi musik adalah terapi yang universal dan bisa diterima oleh

semua orang karena kita tidak membutuhkan kerja otak yang berat untuk

menginterpretasi alunan musik. Terapi musik sangat mudah diterima organ pendengaran

kita dan kemudian melalui saraf pendengaran disalurkan ke bagian otak yang

memproses emosi (sistem limbik) (khusus untuk pasien dengan kendala psikologis)

karena hasil penelitiannya menunjukkan bahwa timbre (warna suara) musik dapat

menimbulkan efek terapeutik.20

2. Jenis Terapi Musik

Pada dasarnya hampir semua jenis musik bisa digunakan untuk terapi musik.

Namun kita harus tahu pengaruh setiap jenis musik terhadap pikiran. Setiap nada,

melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya musik akan memberi pengaruh berbeda

kepada pikiran dan tubuh kita. Dalam terapi musik, komposisi musik disesuaikan

dengan masalah atau tujuan yang ingin kita capai. Musik sangat mempengaruhi

kehidupan manusia. Musik memiliki 3 bagian penting yaitu beat, ritme, dan harmony.
Beat mempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi jiwa, sedangkan harmony

mempengaruhi roh. Ada dua macam metode terapi music, yaitu :19

a. Terapi Musik Aktif.

Dalam terapi musik aktif pasien diajak bernyanyi, belajar main menggunakan alat

musik, menirukan nada-nada, bahkan membuat lagu singkat. Dengan kata lain pasien

berinteraksi aktif dengan dunia musik. Untuk melakukan Terapi Musik aktif tentu saja

dibutuhkan bimbingan seorang pakar terapi musik yang kompeten.

b. Terapi Musik Pasif.

Ini adalah terapi musik yang murah, mudah dan efektif. Pasien tinggal mendengarkan

dan menghayati suatu alunan musik tertentu yang disesuaikan dengan masalahnya. Hal

terpenting dalam terapi musik pasif adalah pemilihan jenis musik harus tepat dengan

kebutuhan pasien. Oleh karena itu, ada banyak sekali jenis CD terapi musik yang bisa

disesuaikan dengan kebutuhan pasien.

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa musik memiliki pengaruh yang kuat

pada kehidupan manusia. Para ahli mengemukakan bahwa musik berpengaruh pada

kecerdasan manusia, kesehatan fisik, mental dan emosional. Penelitian secara lebih

sistematik mengenai pengaruh musik terhadap kehidupan manusia terus dikembangkan

pada abad ke-19, hasilnya antara lain adalah sebagai berikut10 :


Tabel 2.1 Pengaruh musik dalam kehidupan manusia

Jenis Musik Pengaruh music dalam kehidupan manusia


Gregorian Menciptakan ketenangan dan kedamaian
Barok (ciptaan Johann Menimbulkan perasaan tenang, stabil, keteraturan
Sebastian Bach, Georg yang sangat diperlukan saat belajar maupun
Friedrich Handel, bekerja
Antoniow Vivaldi
Music klasik (ciptaan Menciptakan daya konsentrasi, memori, dan
Franz Joseph Haydn dan persepsi ruang. Cocok pula digunakan untuk
Wolfgang Amadeus mengiringi belajar maupun bekerja.
Mozart)
Romantic (ciptaan Franz Dipercaya mampu menggugah perasaan
Schubert, Robert nasionalisme
Schumann, Peter Iliich)

Menurut Kate and Richard Mucci dalam bukunya The Healing Sound of Music,

memaparkan bahwa tubuh manusia mempunyai ritme tersendiri. Kemampuan seseorang

mencapai ritme dan suara-suara dalam diri mereka membuat penyembuhan musikal

menjadi semakin efektif. Akan tetapi perlu diingat bahwa penyembuhan sejati tubuh

manusia tidaklah datang dari melodi yang kompleks. Maka dari itu, macam dan

frekuensi musik yang digunakan selama proses penyembuhan harus benar-benar

diperhatikan.12 Dengan memperdengarkan Mozart secara teratur semenjak masa

kehamilan, akan banyak efek positif yang bisa didapat, diantaranya adalah :

a. Orang tua dapat berkomunikasi dan bersambung rasa dengan anak, bahkan

sebelum ia dilahirkan
b. Musik ini dapat merangsang pertumbuhan otak selama masih dalam rahim dan

pada awal masa kanak-kanak

c. Memberikan efek positif dalam hal persepsi emosi dan sikap sejak sebelum

dilahirkan

d. Mengurangi tingkat ketegangan emosi atau nyeri fisik

e. Meningkatkan perkembangan motoriknya, termasuk lancar dan mudahnya anak

merangkak, berjalan melompat dan berlari.

f. Meningkatkan kemampuan berbahasa, perbendaharaan kata, kemampuan

berekspresi, dan kelancaran berkomunikasi.

g. Meningkatkan kemampuan sosialnya

h. Meningkatkan ketrampilan membaca, menulis, matematika, dan kemampuan

untuk mengingat serta menghafal.

i. Membantu anak membangun rasa percaya diri.

2. Manfaat terapi musik

Ada banyak sekali manfaat terapi musik, menurut para pakar terapi musik

memiliki beberapa manfaat utama, yaitu : 10,11,13,19

a. Relaksasi, Mengistirahatkan Tubuh dan Pikiran

Manfaat yang pasti dirasakan setelah melakukan terapi musik adalah perasaan rileks,

tubuh lebih bertenaga dan pikiran lebih fresh. Terapi musik memberikan kesempatan

bagi tubuh dan pikiran untuk mengalami relaksasi yang sempurna. Dalam kondisi
relaksasi (istirahat) yang sempurna itu, seluruh sel dalam tubuh akan mengalami re-

produksi, penyembuhan alami berlangsung, produksi hormon tubuh diseimbangkan dan

pikiran mengalami penyegaran.

b. Meningkatkan Kecerdasan

Sebuah efek terapi musik yang bisa meningkatkan intelegensia seseorang

disebut Efek Mozart. Hal ini telah diteliti secara ilmiah oleh Frances Rauscher et al dari

Universitas California. Penelitian lain juga membuktikan bahwa masa dalam kandungan

dan bayi adalah waktu yang paling tepat untuk menstimulasi otak anak agar menjadi

cerdas. Hal ini karena otak anak sedang dalam masa pembentukan, sehingga sangat baik

apabila mendapatkan rangsangan yang positif. Ketika seorang ibu yang sedang hamil

sering mendengarkan terapi musik, janin di dalam kandungannya juga ikut

mendengarkan. Otak janin pun akan terstimulasi untuk belajar sejak dalam kandungan.

Hal ini dimaksudkan agar kelak si bayi akan memiliki tingkat intelegensia yang lebih

tinggi dibandingkan dengan anak yang dibesarkan tanpa diperkenalkan pada musik.

c. Meningkatkan Motivasi

Motivasi adalah hal yang hanya bisa dilahirkan dengan perasaan dan mood tertentu.

Apabila ada motivasi, semangat pun akan muncul dan segala kegiatan bisa dilakukan.

Begitu juga sebaliknya, jika motivasi terbelenggu, maka semangat pun menjadi luruh,

lemas, tak ada tenaga untuk beraktivitas. Dari hasil penelitian, ternyata jenis music

tertentu bisa meningkatkan motivasi, semangat dan meningkatkan level energi

seseorang.
d. Pengembangan Diri

Musik ternyata sangat berpengaruh terhadap pengembangan diri seseorang.

Musik yang didengarkan seseorang juga bisa menentukan kualitas pribadi seseorang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang punya masalah perasaan, biasanya

cenderung mendengarkan musik yang sesuai dengan perasaannya. Misalnya orang yang

putus cinta, mendengarkan musik atau lagu bertema putus cinta atau sakit hati. Dan

hasilnya adalah masalahnya menjadi semakin parah. Dengan mengubah jenis musik

yang didengarkan menjadi musik yang memotivasi, dalam beberapa hari masalah

perasaan bisa hilang dengan sendirinya atau berkurang sangat banyak. Seseorang bisa

mempunyai kepribadian yang diinginkan dengan cara mendengarkan jenis musik yang

tepat.

e. Meningkatkan Kemampuan Mengingat

Terapi musik bisa meningkatkan daya ingat dan mencegah kepikunan. Hal ini bisa

terjadi karena bagian otak yang memproses musik terletak berdekatan dengan memori.

Sehingga ketika seseorang melatih otak dengan terapi musik, maka secara otomatis

memorinya juga ikut terlatih. Atas dasar inilah terapi musik banyak digunakan di

sekolah-sekolah modern di Amerika dan Eropa untuk meningkatkan prestasi akademik

siswa. Sedangkan di pusat rehabilitasi, terapi musik banyak digunakan untuk menangani

masalah kepikunan dan kehilangan ingatan

f. Kesehatan Jiwa

Seorang ilmuwan Arab, Abu Nasr al-Farabi (873-950M) dalam bukunya ''Great Book
About Music'', mengatakan bahwa musik membuat rasa tenang, sebagai pendidikan

moral, mengendalikan emosi, pengembangan spiritual, menyembuhkan gangguan

psikologis. Pernyataannya itu tentu saja berdasarkan pengalamannya dalam

menggunakan musik sebagai terapi. Sekarang di zaman modern, terapi musik banyak

digunakan oleh psikolog maupun psikiater untuk mengatasi berbagai macam gangguan

kejiwaan, gangguan mental atau gangguan psikologis.

g. Mengurangi Rasa Sakit

Musik bekerja pada sistem saraf otonom yaitu bagian sistem saraf yang bertanggung

jawab mengontrol tekanan darah, denyut jantung dan fungsi otak, yang mengontrol

perasaan dan emosi. Menurut penelitian, kedua sistem tersebut bereaksi sensitif

terhadap musik. Ketika kita merasa sakit, kita menjadi takut, frustasi dan marah yang

membuat kita menegangkan otot-otot tubuh, hasilnya rasa sakit menjadi semakin parah.

Mendengarkan musik secara teratur membantu tubuh relaks secara fisik dan mental,

sehingga membantu menyembuhkan dan mencegah rasa sakit. Dalam proses persalinan,

terapi musik berfungsi mengatasi kecemasan dan mengurangi rasa sakit. Sedangkan

bagi para penderita nyeri kronis akibat suatu penyakit, terapi musik terbukti membantu

mengatasi rasa sakit

h. Menyeimbangkan Tubuh

Menurut penelitian para ahli, stimulasi musik membantu menyeimbangkan organ

keseimbangan yang terdapat di telinga dan otak. Jika organ keseimbangan sehat, maka

kerja organ tubuh lainnya juga menjadi lebih seimbang dan lebih sehat.
i. Meningkatkan Kekebalan Tubuh

Dr John Diamond dan Dr David Nobel, telah melakukan riset mengenai efek

dari musik terhadap tubuh manusia dimana mereka menyimpulkan bahwa: Apabila jenis

musik yang kita dengar sesuai dan dapat diterima oleh tubuh manusia, maka tubuh akan

bereaksi dengan mengeluarkan sejenis hormon (serotonin ) yang dapat menimbulkan

rasa nikmat dan senang sehingga tubuh akan menjadi lebih kuat (dengan meningkatnya

sistem kekebalan tubuh) dan membuat kita menjadi lebih sehat.

j. Meningkatkan Olahraga

Mendengarkan musik selama olahraga dapat memberikan olahraga yang lebih

baik dalam beberapa cara, di antaranya meningkatkan daya tahan, meningkatkan mood

dan mengalihkan seseorang dari setiap pengalaman yang tidak nyaman selama olahraga.

3. Tehnik dan Saat yang Tepat Memberi Terapi Musik

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal sebaiknya ibu memahami apa yang harus

dilakukan secara cukup terperinci. Ibu hamil yang membutuhkan relaksasi, bisa

mendengar musik kapan saja dan dimana saja. Rangsangan berupa suara yang

menenangkan tersebut juga akan dinikmati janin. Untuk hasil yang optimal, terapi

musik bagi janin harus dilakukan secara terprogram atau tidak sembarangan. Terapi

musik paling baik mulai dilakukan pada usia kehamilan 18-20 minggu, karena pada

masa ini perlengkapan pendengaran janin sudah semakin sempurna. Namun demikian,

sejak di trimester pertama pun ibu sudah boleh melakukannya, meski janin belum dapat
bereaksi. Tetapi ini lebih ditujukan kepada ibu untuk mengurangi kadar stress saat

menjalani masa mual- muntah.11

Menurut penelitian, janin akan terjaga saat ibu selesai makan, terutama makan siang,

sehingga saat tersebut bisa dimanfaatkan ibu untuk melakukan terapi music. Namun

tidak dijamin juga bahwa setelah ibu makan siang, janin pasti terjaga, bisa saja saat pagi

hari, sore hari atau bahkan ketika ibu sedang tidur. Jadi ibu tidak perlu memaksakan diri

untuk melakukan terapi musik setelah waktu makan. Ketika bayi sudah lahir, dengan

melihat kondisinya sehari-hari, ibu bisa lebih mudah menentukan kapan waktu yang

tepat. Bila anak biasa terjaga dan tenang dipagi hari, maka pilihlah waktu tersebut, tentu

dengan mempertimbangkan waktu ibu juga.11

Cara melakukan terapi musik, sebaiknya memperhatikan tahapan – tahapan berikut

ini :11

a. Relaksasi fisik

Untuk mencapai relaks secara fisik, ibu dapat menggunakan tehnik progresif

relaksasi. Pada tahap ini ibu yang sedang hamil harus mengendorkan dan

mengencangkan otot – otot tubuh secara berurutan sambil mengatur nafas. Relaksasi ini

sangat dibutuhkan agar musik bisa dicerna dengan baik dan dapat tersalurkan keseluruh

anggota tubuh. Pilihlah posisi yang nyaman, bisa sambil tiduran atau duduk.

b. Relaksasi mental

Setelah relaksasi fisik, maka saatnya untuk masuk ke tahapan relaksasi mental.

Ditempat terapi, selama tahapan ini awalnya ibu hamil dipandu instruktur terapis
dengan kata-kata yang bersifat sugesti. Tujuannya untuk membawa ibu ke suasana di

mana mereka bisa melupakan ketegangn dan kecemasan yang dirasakan selama

kehamilan. Agar sampai ke tujuan, ibu dianjurkan untuk berkonsentrasi. Musik yang

mengiringi akan dapat membangkitkan perasaan relaks.

c. Stimulasi atau rangsangan musik pada janin

Untuk memperoleh manfaat maksimal dari terapi musik, ibu dianjurkan untuk

mendengarkan musik dengan konsentrasi dan kesadaran penuh. Alunan suaranya mesti

bisa merasuki pikiran ibu tanpa ada gangguan berupa ketidakstabilan emosi, suara

berisik , dan kurang konsentrasi. Saat mendengarkan musik, ambil posisi sekitar

setengah meter dari tape atau dapat menggunakan Walkman. Usahakan volume

suaranya jangan terlalu keras ataupun lemah, tetapi sedang- sedang saja. Intinya,

volume tersebut dapat membuat ibu merasa nyaman dan bisa berkonsentrasi penuh.

Sesekali boleh menempelkan earphone ke perut ibu agar janin bisa mendengar lebih

jelas. Dianjurkan pula untuk tidak mendengarkan musiknya saja, disarankan ibu ikut

berdendang mengikuti melodi atau liriknya. Waktu yang diperlukan untuk terapi adalah

sekitar 30 menit setiap hari.

Dirumah, orangtua dapat melakukan terapi musik semenjak anak masih dalam

kandungan. Berikut ini adalah panduan yang dapat digunakan untuk terapi musik di

rumah10 :
Tabel 2.2 Panduan terapi musik di rumah10

No Siklus Kondisi Komposisi Musik Komponis Manfaat


Hidup
1 Masa Normal Cassation W.A Mozart Bisa membuat ibu
kehami hamil relaks,
lan 1-3 tenang, dan
bulan stressnya hilang.
Ibu bisa
Prelude to Franz
mengatasi aneka
Rosmunde Schubert
gangguan saat
hamil, seperti :
mual- mual yang
hingga
menyebabkan ibu
stress.
Membuat ibu
menjalani
kehamilan dengan
aman dan tenang.
Indra
pendengaran bayi
pada usia
ini belum
berfungsi.
Stress La Mer Claude Dampak buat
Debussy ibu menenangkan
Simphoni No.4 Felix pikiran,
Mandelsohn meredakan
ketegangan-
ketegangan otot
dan tubuh. Jika
ibu diterapi
secara rutin dn
teratur stressnya
lambat laun
akan hilang
2 Janin Normal - Konser piano C W.A Mozart Music Mozart
usia 3- Mayor KV 467 Yang ringan, aktif
6 bulan : Andante dan segar
Konser piano merupakan
N0.21 camilan sehat
Konser seruling Buat janin. Irama,
G.Dur.KV.313 melodi, dan
Allegro;Andant frekwensi-
e;Rondo frekwensi tinggi
Kuartet seruling pada music
No.1,2,3 & 4 Mozart
KV 285 merangsang dan
memberi
Daya kepada
daerah-daerah
kreatif dan dan
motivativ otak
anak. Nantinya
anak akan tumbuh
menjadi pribadi
yang inovatif dan
kreatif. Ia mampu
menciptakan ide-
ide dan
inovasi baru
3 Janin usia Normal - Konser piano C W.A Mozart Dalam penelitian,
6- Mayor KV 467 music ini mampu
9 bulan : Andante merangsang
- Konser piano N0.21 pertumbuhan sel-
Konser seruling sel otak terutama
G.Dur.KV.313 sel
Allegro;Andant Dendrit dan
e;Rondo Akson yang
- Kuartet seruling Pa Kasur berperan sebagai
No.1,2,3 & 4 penghubung antar
KV 285 sel dalam
- Twinkle- twinkel otak.Semakin
Little Star banyak jumlah

4. Terapi Musik Pada Ibu Hamil\

Rahim ibu ibarat hotel, janin adalah 'tamu' yang menginap selama 9 bulan lebih. lbu

harus pintar mengelola diri agar bisa menciptakan suasana bak hotel bintang lima. Tamu

wajib disambut dengan suasana nyaman dan makanan enak.

Bila ibu stres, suasana hotel bintang lima jadi berantakan. Yang terjadi, hiruk pikuk

karena ibu jengkel dan marah-marah melulu sehingga detak jantung meningkat, nafsu
makan berkurang, dan gerak usus tidak nyaman. Akibatnya, nutrisi tidak diserap dengan

baik oleh ibu maupun janin. Janin pun tak nyaman tinggal di sana, karena tumbuh

kembang terganggu, berat badan pun sulit bertambah, posisi melintang karena ibu

gelisah, pembentukan organ tubuh tak sempurna.11

Manfaat terapi musik bagi ibu hamil antara lain adalah ;

a. Mengubah pola pikir ibu dengan menata pikirannya lebih positif,

b. Membuat ibu bahagia sehingga hormon seimbang. Keseimbangan hormon

membuat kondisi ibu nyaman, dan dapat meningkatkan komunikasi ibu dan

janin,

c. Mengoptimalkan tumbuh kembang janin.10

Pada wanita hamil, terapi musik dapat dilakukan pada :

a. Trimester pertama atau awal kehamilan untuk mereduksi mual, terapi dapat

dilakukan satu kali dalam seminggu;

b. Trimester kedua: minimal satu kali seminggu agar kehamilan nyaman;

c. Trimester ketiga: tiga kali seminggu. Masuk minggu ke 37, terapi dilakukan

setiap hari karena stres ibu meningkat. Selain itu, mulai minggu ke 37 bayi bisa

lahir kapan saja; Saat terjadi kontraksi dan menunggu proses persalinan.11

Proses terapi musik pada ibu hamil dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. lbu diwawancara oleh terapis untuk mengetahui aktivitas, kondisi emosi, dan

pola hidupnya,
b. Diperiksa tekanan darah,

c. Masuk ruang kedap suara,

d. Brain gym untuk memusatkan pikiran, untuk fokus pada diri sendiri dan janin,

e. Bersama terapis, ibu bicara dengan janin. Misalnya, untuk mengubah posisi

janin yang melintang, mengurai lilitan tali pusat, dan untuk mendapatkan

gerakan janin karena si ibu tidak bisa merasakan gerakannya,

f. Relaksasi progresif untuk membuat ibu santai,

g. Toning untuk memulai stimulasi musik,

h. Stimulasi musik untuk ibu dan janin.

BAB III
TINJAUAN KASUS
Asuhan Kebidanan

Pada Ny. M 22 tahun G1P0A0 UK 39 minggu Inpartu Kala I

Tempat : Puskesmas Godong I

Tanggal : 23 November 2020 pukul 09.00 WIB.

I. Pengkajian Data
A. Data Subyektif
1. Identitas
Nama Ibu : Ny. M Nama Suami : Tn. S
Umur : 22 tahun Umur : 25 tahun
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : swasta
Alamat : Ds.Karanggeneng Rt 14 Rw.04 Kec.Godong Kab.Grobogan

2. Manajemen Asuhan Kebidanan


1. Keluhan utama : Ibu mengatakan merasakan perutnya kencang-kencang sejak
03.00 WIB, ibu takut dan cemas akan menghadapi persalinan.
2. Tanda-tanda persalinan: Kontraksi sejak pukul 03.00 WIB, ketuban belum pecah
3. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir: Ibu mengatakan pergerakan janin dalam
24 jam terakhir aktif.
4. Riwayat masuk kamar bersalin: Ibu mengatakan sudah pernah masuk kamar
bersalin
5. Riwayat perkawinan: perkawinan 1 kali, pernikahan ke 1, umur saat menikah 21
tahun, lamanya pernikahan 1 tahun
6. Riwayat menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus : teratur
Lama : 7 hari,
Sifat darah : encer
Bau : anyir khas darah haid
Banyaknya : 3-4 x ganti pembalut/hari
HPMT : 23 Februari 2019
HPL : 30 November 2020
UK : 39 minggu
7. Riwayat kehamilan ini
a. Riwayat ANC : teratur
Trimester I : 2 kali di BPM dan Puskesmas
Trimester II : 4 kali di BPM dan Puskesmas
Trimester III : 4 kali di Puskesmas
b. Obat-obatan/jamu : tidak mengkonsumsi
c. Status Imunisasi TT : T5
d. Keluhan/masalah/keadaan yang dirasakan ibu selama hamil:
Ibu mengatakan mual.
8. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Saat ini ibu sehat tidak sedang menderita penyakit keturunan (gula,
hipertensi), menular (batuk 3 bulan, penyakit menular seksual), maupun
menahun (jantung).

b. Riwayat kesehatan keluarga


Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit keturunan (gula,
hipertensi), menular (batuk 3 bulan, penyakit menular seksual), maupun
menahun (jantung).
9. Kebutuhan fisik
a. Nutrisi
Makan terakhir : pukul 7.30 WIB jenis nasi sayur dan lauk pauk habis ½ porsi.
Minum terakhir : 08.30 WIB jenis teh manis habis 1 gelas
b. Eliminasi
BAK terakhir : pukul 08.00 WIB
BAB terakhir : pukul 04.00 WIB
c. Istirahat/tidur
Ibu mengatakan dalam satu hari terakhir susah tidur.
d. Personal hygiene
Mandi terakhir : pukul 07.00 WIB
Keramas terakhir : 22 November 2020 pukul 16.00 WIB
e. Keadaan psiko, sosio dan spiritual (kesiapan menghadapi persalinan)
Pendamping persalinan : suami dan ibu
Persiapan persalinan yang telah dilakukan : ibu telah menyiapkan semua
persiapan persalinan termasuk pakaian bayi.
Pengetahuan tentang proses persalinan : ibu mengetahui proses persalinan tetapi
ibu cemas dengan kondisinya saat ini.

B. Objektif (Pengumpulan Data Objektif)


a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum : baik
2) Kesadaran : composmentis
3) Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 115/70 mmHg
Suhu : 36.6⁰C
Pernafasan : 20 x/menit
Nadi : 80 x/menit
4) Berat badan
Sebelum hamil : 47 kg
Kunjungan lalu : 59 kg
Kunjungan ini : 60 kg
5) Tinggi badan : 150 cm
6) LILA : 24 cm
b. Pemeriksaan fisik
1) Kepala : rambut bersih, tidak ada ketombe dan tidak rontok
2) Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan getah bening
3) Dada : simetris, putting susu sedikit menonjol, areola hiperpigmentasi, bersih,
tidak ada benjolan.
4) Abdomen
Inspeksi : bentuk memanjang dan tidak ada bekas luka operasi
Palpasi :
Leopold I : TFU 2 jari dibawah px, pada bagian fundus teraba bulat, lunak.
Leopold II: bagian kanan teraba ada tahanan (punggung), bagian kiri teraba
bagian kecil janin (ekstremitas).
Leopold III: bagian terendah janin bulat keras sulit digoyangkan.
Leopold IV: bagian terendah janin sudah masuk PAP (divergen).
Auskultasi :
Punctum maksimum : bawah kanan pusat

DJJ :147 x/menit

His : frekuensi 2x25 detik/10 menit


5) Ekstremitas
Ekstremitas atas : tidak oedema
Ekstremitas bawah : tidak oedema, tidah ada varises
6) Genetalia : tidak ada varises, tidak ada infeksi, tidak ada bekas luka,
tidak oedema, tidak ada pembengkakan kelenjar bartolini.
c. Pemeriksaan Vagina toucher
Pada pemeriksaan dalam didapat hasil : serviks menipis, effecement 50%,
pembukaan 3cm, selaput ketuban masih utuh, penurunan kepala di hodge II, UUK
belum jelas, sarung tangan ada lendir darah ST:LD (+), Air Ketuban (-).
d. Pemeriksaan laboratorium
Hb : 12,3 gr/dL
HbsAg : NR
HIV : NR
Sifilis : NR
Goldar :B
e. Skala Nyeri : 6 ( Nyeri sedang )

II. Intepretasi Data


A. Diagnosa kebidanan
Ny. M G1P0A0 usia kehamilan 39 minggu, janin tunggal, hidup, intrauteri
inpartu kala I fase laten.
B. Masalah
Nyeri Sedang

III. Diagnosa Potensial


-

IV. Antisipasi Tindakan Segera


-

V. Perencanaan
1. Beritahu hasil pemeriksaan
2. Penuhi kebutuhan ibu bersalin.
3. Lakukan observasi tanda-tanda vital meliputi tekanan darah setiap 4 jam, nadi

tiap 30 menit, his tiap 30 menit, DJJ setiap 30 menit, serta vagina toucher (VT)

setiap 4 jam atau jika ada indikasi dan pemantauan kala I.

4. Ajarkan ibu teknik relaksasi pernapasan dan teknik counterpressure untuk

mengurangi nyeri kontraksi dan dapat mengatur pernapasan.

5. Berikan terapi musik sebagai pengalihan kecemasan ibu dan mengurangi rasa

nyeri dalam menghadapi persalinan.

6. Anjurkan ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi untuk menambah

energi.

7. Anjurkan ibu untuk berjalan-jalan kecil jika mampu, atau berbaring dengan

posisi miring kekiri sesuai posisi senyaman ibu kecuali posisi telentang.

8. Persiapkan alat partus set, alat resusitasi, serta kelengkapan ibu dan bayi.

9. Anjurkan agar keluarga mendampingi dan memberikan dukungan ibu selama

persalinan.

VI. Implementasi
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu yaitu: tekanan darah : 115/70

mmHg, Nadi : 80 x/menit, Suhu : 36,6oC, Pernapasan : 20 kali/menit, dan DJJ

147 kali/menit, dan ibu sudah memasuki proses persalinan dengan pembukaan 3

cm.

2. Memenuhi kebutuhan ibu bersalin termasuk kebutuhan psikologis dan fisiologis.


3. Melakukan observasi tanda-tanda vital meliputi tekanan darah setiap 4 jam, nadi

setiap 30 menit, his setiap 30 menit, serta vagina toucher (VT) tiap 4 jam atau

jika ada indikasi pemantauan kala I.

4. Mengajarkan ibu teknik relaksasi pernapasan dan counterpressure untuk

mengurangi nyeri kontraksi dan dapat mengatur pernapasan.

5. Memberikan terapi musik sebagai pengalihan kecemasan ibu dan mengurangi

rasa nyeri dalam menghadapi persalainan.

6. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi untuk

menambah energi.

7. Menganjurkan ibu untuk mengubah posisi dan ambulasi seperti miring kiri atau

posisi senyaman ibu kecuali telentang dan ibu berjalan-jalan jika masih kuat.

8. Menyiapkan alat partus set, alat resusitasi, serta kelengkapan ibu dan bayi.

9. Menganjurkan agar keluarga mendampingi dan memberi dukungan kepada ibu

selama persalinan.

VII. Evaluasi
1. Ibu mengetahui hasil pemeriksaannya normal dan ibu memasuki proses

persalinan.

2. Kebutuhan ibu bersalin telah terpenuhi.

3. Obsevasi telah dilakukan.

4. Ibu melakukan teknik relaksasi pernapasan yaitu dengan mengambil napas dari

hidung dan dikeluarkan dari mulut serta keluarga bersedia melakukan teknik
counterpressure untuk mengurangi nyeri kontraksi dan ibu dapat mengatur

pernapasan.

5. Kecemasan dan rasa nyeri ibu mulai berkurang dan ibu memilih musik yang

disukai.

6. Ibu bersedia untuk minum disela-sela kontrraksi setengah gelas the manis hangat

dan setengah gelas air putih.

7. Ibu bersedia jalan-jalan selagi mampu, dan istirahat di tempat tidur jika ada

kontraksi.

8. Alat partus set, alat resusitasi, serta kelengkapan ibu dan bayi telah disiapkan.

9. Keluarga selalu mendampingi dan memberikan dukungan pada ibu.

CATATAN PERKEMBANGAN I

Tanggal/jam : 23 November 2020/ 13.00 WIB


Tempat : Puskesmas Godong I

A. Data Subjektif
Ibu mengatakan intensitas kenceng semakin sering, ibu yakin bahwa yang terjadi
adalah tanda kemajuan persalinan.

B. Data Objektif
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital
Td : 120/75 mmHg S : 36.8oC
N : 85 x/m RR : 22 x/m
His : 4x10 menit/35 detik
Djj : 148 x/m
Vagina Toucher: serviks tipis, effecement 70%, pembukaan 7 cm, selaput
ketuban masih utuh, penurunan kepala di hodge III, UUK jam 11, sarung tangan
lendir darah ST:LD (+), Air Ketuban (-).
Skala Nyeri : 3 ( Nyeri Ringan )

C. Analisa Data
Ny. M G1P0A0 usia kehamilan 39 minggu, janin tunggal, hidup, intrauteri
inpartu kala I fase aktif.

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan Td: 120/75 mmHg, S: 36.8oC, N: 85 x/m,
R : 22 x/m, djj: 148 x/m dan pembukaan 7 cm ibu memasuki fase aktif. Ibu
paham dengan yang disampaikan.
2. Menganjurkan ibu untuk mengubah posisi dan ambulasi seperti miring kiri atau
posisi senyaman ibu kecuali telentang dan ibu berjalan-jalan jika masih kuat. Ibu
memilih untuk tidur miring kekiri dengan rileksasi napas.
3. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi untuk
menambah energi. Ibu mengerti, ibu minum teh manis.
4. Menganjurkan agar keluarga mendampingi dan memberi dukungan kepada ibu
selama persalinan. Suami mendampingi ibu selama proses kelahiran.

CATATAN PERKEMBANGAN II

Tanggal/jam : 23 November 2020/ 14.30 WIB,

Tempat : Puskesmas Godong I

A. Data Subyektif
Ibu mengatakan kenceng-lenceng semakin sering dan sakit, terasa dari

jalan lahir ada keluar cairan cukup banyak dan terasa (pyok) ketika cairan keluar

seperti mengompol, ibu merasakan keinginan untuk meneran, tekanan semakin

meningkat pada vagina dan anus dengan dorongan mengejan yang semakin kuat

seperti BAB.

B. Data Objektif

1. Tanda gejala kala II

a. Adanya dorongan untuk meneran

b. Adanya tekanan pada anus (anus mengembang)

c. Perineum menonjol dan menipis

d. Vulva vagina membuka

2. Pemeriksaan dalam

Pada pemeriksaan dalam didapat hasil : perineum menonjol, vulva membuka,

ketuban (-) jernih, pembukaan lengkap 10 cm, presentasi belakang kepala, tidak

ada penyusupan, UUK diarah jam 12, penurunan kepala di hodge IV, sarung

tangan lendir darah (+).

3. DJJ : 148 kali/menit

4. Kontraksi : 5 kali/10 menit durasi 45 detik

5. Pemeriksaan umum

Keadaan umum : baik

Kesadaran : compoosmentis
Tanda-tanda vital :

Tekanan darah : 120/78 mmHg

Pernapasan : 24 kali/menit

Nadi : 87 kali/menit

Suhu : 36,8oC

C. Analisa Data

Ny.M umur 22 tahunn G1P0A0 hamil 39 minggu inpartu kala II

D. Penatalaksanaan

1. Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan bahwa pembukaan

sudah lengkap 10 cm. ibu dan keluarga sudah mengetahui pembukaan sudah

lengkap.

2. Penuhi kebutuhan ibu bersalin yakni pendampingan keluarga dan menjamin

privasi ibu. Ibu didampingi keluarga dan privasi ibu terjaga.

3. Menganjurkan ibu untuk melakukan teknik pernapasan dari hidung dan

dikeluarkan dari mulut untuk mengurangi rasa nyeri dan akan segera dipimpin

mengejan. Ibu melakukan teknik pernapasan dan siap untuk dipimpin mengejan.

4. Mendekatkan partus set. Partus set diletakkan dekat ibu dan penolong sehingga

mudah dijangkau.

5. Melakukan persiapan menolong dan menggunakan APD. Persiapan pertolongan

telah dilakukan dan APD telah digunakan.

6. Mengatur posisi ibu untuk persalinan. Ibu dalam posisi dorsal recumbent.
7. Menganjurkan ibu mengejan saat ada his dengan cara kepala di tekuk, dagu

menempel pada dada, mata melihat kearah perut dan kedua tangan memegang

siku kakiserta menarik napas panjang lalu menekan sekuat tenaga ibu seperti

BAB. Ibu bersedia mengejan sesuai dengan anjuran bidan.

8. Menganjurkan ibu untuk relaksasi/istirahat bila tidak ada his dan minum sebagai

asupan energy. Ibu melakukan relaksasi dan ibu sudah minum.

9. Menolong persalinan sesuai dengan APN.


BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan studi kasus pada Ny. M G1P0A0. Pada saat dilakukan
pemeriksaan ibu bersikap kooperatif. Setelah dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik
pada Ny.M didapatkan hasil sebagai berikut :

A. Data Subjektif
Pukul 09.00 WIB
Ibu mengatakan perutnya kencang-kencang, ibu takut dan akan menghadapi
persalinan
Pukul 13.00 WIB
Ibu mengatakan intensitas kenceng semakin sering, ibu yakin bahwa yang terjadi
adalah tanda kemajuan persalinan
Pukul 14.30 WIB
Ibu mengatakan kenceng-lenceng semakinn sering dan sakit, terasa dari jalan

lahir ada keluar cairan cukup banyak dan terasa (pyok) ketika cairan keluar

seperti mengompol, ibu merasakan keinginan untuk meneran, tekanan semakin

meningkat pada vagina dan anus dengan dorongan mengejan yang semakin kuat

seperti BAB.

B. Data Objektif
Pukul 09.00 WIB
Tekanan darah : 115/70 mmHg
Suhu : 36.6⁰C
Pernafasan : 20 x/menit
Nadi : 80 x/menit
Djj :147 x/menit

His : frekuensi 2x25 detik/10 menit

VT : 3 cm
Skala Nyeri : 6 ( Nyeri Sedang )
Pukul 13.00 WIB
Td : 120/75 mmHg S : 36.8oC
N : 85 x/m RR : 22 x/m
His : 4x10 menit/35 detik
Djj : 148 x/m
VT : 7 cm
Skala Nyeri : 3 ( Nyeri Ringan )
Pukul 14.30 WIB
Tekanan darah: 120/78 mmHg

Pernapasan : 24 kali/menit

Nadi : 87 kali/menit

Suhu : 36,8oC

VT : pembukaan lengkap 10 cm

Sebuah riset yang dilakukan oleh Dr John Diamond dan Dr David Nobel
mengenai efek dari musik terhadap tubuh manusia dimana mereka menyimpulkan
bahwa: Apabila jenis musik yang kita dengar sesuai dan dapat diterima oleh tubuh
manusia, maka tubuh akan bereaksi dengan mengeluarkan sejenis hormon (serotonin )
yang dapat menimbulkan rasa nikmat dan senang. Kemudian dari adanya rasa senang
akan berefek pada tubuh untuk menimbulkan hormon alami dalam tubuh yaitu
oksitosin, dimana oksitosin sangat berpengaruh terhadap proses persalinan yang
mempengaruhi kontraksi/his baik durasi dan frekuensinya. Hal ini pula yang
berpengaruh terhadap faktor persalinan. Faktor 5P merupakan hal penting seorang ibu
bersalin salah satunya yaitu psikologi. Dalam hal ini, terapi musik mempengaruhi faktor
P yaitu psikologi. Dengan dilihat dari data fokus diatas, sebagai ibu primigravida
dengan dukungan yang baik, managemen emosional (psikologis) yang baik pula akan
meningkaatkan keberlangsungan persalinan secara fisiologis.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin Ny M 22 tahun G1P0A0 hamil 39 minggu
inpartu kala 1 dilakukan berdasarkan data subjektif dan objektif, sehingga
didapatkan penatalaksanaan sesuai dengan keluhan dan kebutuhan pasien.
Asuhan yang diberikan pada Ny M sudah sesuai dengan teori yang ada yaitu
pemberian terapi musik untuk mengurangi nyeri pada saat persalinan, dengan
hasil Ny. M merasa lebih rileks dan nyaman sehingga nyeri persalinan yang
dirasakan berkurang.
2. Pendokumentasian dalam asuhan yang diberikan pada Ny M sudah selalu ditulis
sesuai dengan asuhan yang diberikan.

B. Saran
1. Perlunya penjelasan lebih tentang perlunya pengaruh terapi music untuk
mengurangi nyeri persalinan kepada ibu dan keluarga
2. Perlunya dukungan keluarga untuk pelaksanaan terapi ini
3. Perlunya inovasi macam – macam atau jenis music yang bisa digunakan untuk
memberikan terapi music pada ibu bersalin.
4. Perlunya pemberian informasi kepada teman2 sejawat bahwa terapi music bisa
digunakan untuk mengurangi nyeri pada saat persalinan.
TINJAUAN PUSTAKA
Heryani, R dan Mona D. U. 2012. Efektivitas Pemberian Terapi Musik (Mozart) dan
Back Exercise terhadap Penurunan Nyeri Dysmenorrhea Primer. Jurnal Ipteks Terapan.
(diunduh pada tanggal 30 Maret 2018) Aditia, Rahargian. 2012. Manfaat Musik
Instrumental Tahun 2012 American Music Therapy Association. 2006. Definition and
quotes about music therapy. Diakses pada tanggal 18 maret 2016
www.musictherapy.org
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Edisi
Revisi VI. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Campbell, D. 2006. Efek Mozart. Alih bahasa: Hermaya. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama Chafin S, Roy M, Gerin W, 2006. Music can facilitate blood pressure recovery
from stress.
Djohan. 2006. Terapi Musik, teori dan aplikasi. Yogyakarta: Galangpress. Hatem TP,
Lira PI, dkk. 2006. The Therapeutic effects of music in children following cardiac
surgery.BAB V

Anda mungkin juga menyukai