Disusun oleh:
1 Nuryah (2004089)
2 Retno Palupi Hapsari (2004094)
3 Eni subekti (2004168)
4 Filaili afitriani (2004169)
5 Azmi Hikmah Fajrina (2004066)
6 Sri Utami (2004101)
7 Wahyu Dwi Windarti (2004143)
8 Zeka chinthia dewi (2004107)
9 Darmini atmirah (2004155)
10 Anisatun Latifah (2004064)
11 Rahayu Subandriyah (2004091)
12 Maimunah Hidayati (2004170)
13 Nur Hidayati (2004087)
14 Putri Sanda Ranggarina (2004090)
15 Satiya Evalia Tarosa (2004099)
16 Erna Prefitasari (2004072)
17 Dariyati (2004068)
18 Puryati (2004171)
19 Sri Winarti (2004145)
20 Linawati Eva Kristiana (2004081)
21 Tri Wahyu Puji Astuti (2004172)
PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KARYA HUSADA SEMARANG
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan terhadap kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan hidayah-nya,sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “ Terapi Musik Pada Ibu Bersalin ” tepat pada waktu yang telah
ditentukan.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
dari dalam uterus ke dunia luar. Persalinan dimulai bila timbul his dan mengeluarkan
lendir yang bercampur dengan darah. Serviks mulai membuka atau mendatar,
sedangkan darahnya berasal dari pembuluh kapiler yang berada disekitarkanalis serviks
yang pecah karena terjadi pergeseran ketika serviks membuka. Pembukaan serviks
dimulai pada fase laten, dimana pada fase ini terjadi pembukaan1-3 cm dan fase aktif
terjadi pembukaan 4- 10cm (Suryani dan Yulaikah, 2016).
Pembukaan serviks dalam proses persalinan biasanya disertai dengan rasa
nyeri. Nyeri persalinan yaitu suatu kondisi yang fisiologis yang mulai timbul pada
persalinan kala 1 fase laten dan semakin lama nyeri yang dirasakan akan bertambah
kuat, puncak nyeri terjadi pada fase aktif. Intensitas nyeri selama persalinan
mempengaruhi kondisi psikologis ibu, proses persalinan dan kesejahteraan janin.
Kepribadian seorang ibu yang sedang menjalani proses bersalin berperan penting
terhadap rasa nyeri, ibu secara alamiah akan tegang dan cemas dan lebih lemah dalam
menghadapi persalinan dibanding ibu yang rileks dan percaya diri (Suryani dan
Yulaikah, 2016).
Nyeri yang berlebihan dan terlalu lama akan menimbulkan kecemasan dan
tekanan psikologis, sehingga dapat mempengaruhi keadaan fisik ibu bersalin, seperti
peningkatan tekanan darah, frekuensi nafas dan denyut jantung selama persalinan dapat
mengakibatkan kelelahan pada ibu sehingga beresiko partus lama yang dapat
membahayakan ibu dan janin (Arifin dan Alyensi, 2018). Menurut data Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia Pusdatin Jakarta, jumlah ibu bersalin atau nifas di
Indonesia pada tahun 2011 sebanyak 4.975.636 jiwa. Kematian dan kesakitan pada ibu
hamil dan bersalin serta bayi baru lahir sejak lama telah menjadi masalah, khususnya di
negara-negara berkembang. Kematian perempuan usia subur sekitar 25-50%
yang disebabkan oleh hal yang berkaitan dengan kehamilan. Angka kematian saat
melahirkan menjadi penyebab utama mortalitas perempuan pada masa puncak
produktivitasnya (Yana et al, 2015).
World Health Organization ( WHO) memperkirakan setiap tahun terjadi 2010 juta
kehamilan di seluruh dunia, dari jumlah ini perempuan mengalami kesakitan sebagai
akibat dari kehamilan. Sebanyak 8 juta mengalami komplikasi yang mengancam jiwa,
dan lebih dari 500.000 meninggal pada tahun 1995. Kesehatan ibu dan anak merupakan
salah satu perhatian dari World Health Organization (WHO) karena angka kematian ibu
dan anak merupakan bagian dari Negara (ASEAN) yang mempunyai angka kematian
ibu dan anak yang masih tinggi dibandingkan dengan negara lain. Setiap tahun sejumlah
500.000 orang meninggal akibat kehamilan dan persalinan 99% kematian tersebut
terjadi di negara berkembang dan 50% terjadi di Indonesia dan Mesir. Data yang
diperoleh dari survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) September 2013,
diperoleh data mengejutkan mengetahui angka kematian ibu dan anak memberikan hasil
angka kematian (AKI) mencapai 359 per 100 ribu persalinan hidup. Pusat Data
Persatuan Rumah Sakit seluruh Indonesia menjelaskan bahwa 15% ibu di Indonesia
mengalami komplikasi persalinan dan 21% menyatakan bahwa persalinan yang dialami
merupakan persalinan yang menyakitkan karena merasakan nyeri yang sangat,
sedangkan 63% tidak memperoleh informasi tentang persiapan yang harus dilakukan
guna mengurangi nyeri pada persalinan (Yuliasari dan Santriani, 2015).
Angka kematian ibu (AKI) di Provinsi Jawa Tengah 2016, angka kematian ibu
mencapai 602 kasus, atau setara dengan kematian ibu sebesar 109,7 per 100.000
kelahiran hidup. Sejumlah dari 50% dari kematian ini terjadi paling tinggi di Kabupaten
Semarang, Grobogan, Cilacap, dan Boyolali. Angka kematian ibu melahirkan mencapai
40 kasus dan bayi lahir yang mencapai 15 kasus di Kabupaten Boyolali selama periode
tahun 2018 dinilai cukup tinggi. Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali menjelaskan
selama 6 tahun terakhir ini banyak terjadi terjadi di Kecamatan Klego, Ampel,
Mojosongo, Nogosari, Teras, Musuk.
Word Health Organization (WHO) menetapkan standar ideal Sectio Caesarea (SC)
disuatu negara adalah 10-15%. Hasil laporan WHO didapatkan hasil hasil dari 137
negara di dunia, 54 negara dengan SC di bawah 10%, 69 negara di atas 15% dan 14
negara di antara 10-15% (WHO, 2015). Di Indonesia sendiri, angka kejadian operasi
sesar juga terus meningkat baik dirumah sakit pemerintah maupun di rumah sakit
swasta. Menurut Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan
terjadi kecenderungan peningkatan operasi sesar di Indonesia dari tahun 1991 sampai
tahun 2007 yaitu 1,3 - 6,8%. Persalinan sesar di kota jauh lebih tinggi di bandingkan di
desa yaitu 11% di bandingkan 3,9%. Hasil Riskesdas tahun 2018 menunjukkan
kelahiran dengan metode operasi sesar sebanyak 9,8% dari total 49.603 kelahiran
sepanjang tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 dengan proporsi tertinggi di DKI
Jakarta (19,9%) dan terendah di Sulawesi Tenggara (3,3%) (Sihombing et al, 2017).
Ranta, et al (dalam Arifin, 2018) mengemukakan bahwa, 89% ibu bersalin
primipara dan 84% ibu bersalin multipara menggambarkan persalinan sebagai nyeri
yang sangat berat dan tidak tertahankan, hal ini menunjukkan bahwa ibu bersalin
primipara dan multipara sama-sama merasakan nyeri yang hebat selama proses
persalinan.Penelitian yang dilakukan oleh Anisyah Dwi Puspita dan Warsiti (2013),
menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi nyeri persalinan pada ibu bersalin kala
1 aktif di Puskesmas Mergangsan 2013 terhadap 57 responden yang akan melahirkan
menunjukkan sebanyak 57,9% responden mengalami nyeri persalinan sedang, faktor
yang memiliki hubungan dengan nyeri persalinan yaitu umur ibu (Anita, 2017).
Afifah, et al (dalam Anita, 2017) melakukan penelitian untuk melihat perbedaan
tingkat nyeri persalinan terhadap 15 ibu primigravida dan 15 ibu multigravida pada
persalinan normal kala 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nyeri persalinan pada
ibu primigravida 10 orang (66,7%) mengalami nyeri berat, 4 orang (26,7%) mengalami
nyeri sedang dan 1 orang (6,7%) nyeri sangat berat persalinan pada ibu multigravida
terdapat 9 orang (60%) mengalami nyeri ringan dan 6 orang (40%) mengalami nyeri
sedang. Perbedaan tingkat nyeri persalinan kala 1 pada ibu bersalin normal primigravida
dan multigravida. Perbedaan tingkat nyeri persalina kala 1 pada ibu bersaln normal pada
primigravida dan multigravida di RB Nur Hikmah Desa Kuwaron Gubug Kabupaten
Grobogan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Astuti, et al (2016) menyatakan bahwa
intensitas nyeri sebelum diberikan terapi musik instrumentalia diketahui responden
dengan nyeri berat sebanyak 22 orang (31,2%). Intensitas nyeri setelah dilakukan terapi
musik instrumentalia diketahui responden dengan nyeri berat sebanyak 3 orang (9,4%),
nyeri sedang sebanyak 25 orang (78,1%) dan nyeri ringan sebanyak 4 orang (12,5%).
Penelitian ini menunjukkan rata-rata intensitas nyeri sebelum dilakukan terapi musik
instrumentalia (7,13%) sedangkan rata-rata intensitas nyeri setelah dilakukan terapi
musik (4,88%) sehingga ada pengaruh terapi musik instrumentalia terhadap penurunan
intensitas nyeri pada persalinan Kala I Aktif di 3 Bidan Praktek Mandiri Ngemplak
Boyolali.
Cara mengatasi rasa nyeri dapat dilakukan dengan metode farmakologi dan non
farmakologi. Metode non farmakologi yang dapat dilakukan salah satunya adalah teknik
distraksi. Teknik distraksi adalah salah satu cara untuk mengurangi nyeri dengan
mengalihkan perhatian kepada sesuatu yang lain sehingga kesadaran ibu terhadap
nyerinya berkurang. Distraksi yang digunakan salah satunya yaitu musik karena terbukti
menunjukkan efek yaitu menurangi kecemasan dan depresi, menghilangkan nyeri,
menurunkan tekanan darah dan menurunkan frekuensi denyut jantung. Musik yang
dipilih pada pada umumnya musik lembut dan teratur seperti musik instrumentalia atau
musik klasik Mozart (Astuti, et al 2016).
Musik Instrumental yaitu musik dengan tempo yang lambat, nada tidak terlalu
tinggi/terlalu rendah, volume yang rendanh dan berirama, musik dengan arrangement
yang sederhana dan melodi yang stabil. Musik dapat berfungsi mengurangi gangguan,
meningkatkan respon positif, dan sebagai stimulus untuk relaksasi. Terapi musik selama
proses persalinan sebagai metode efektif untuk mengurangi persepsi nyeri pada
perempuan selama fase laten persalinan, sebagai intervensi non farmakologis, intervensi
musik ini mudah untuk dikelola, biaya yang efektif, tidak berbahaya. Intervensi musik
dapat digunakan oleh praktisi kesehatan (staf medis dan keperawatan serta mahasiswa)
sebagai bagian dari rutinitas ketika memberikan perawatan dengan wanita selama proses
persalinan (Nurjanah, 2017).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan penulis diperoleh hasil ibu inpartu
banyak yang belum mengetahui tentang teknik pengurangan rasa nyeri persalinan.
Bidan dapat mengatasi nyeri persalinan dengan teknik distraksi dan relaksasi nafas
dalam. Melihat banyaknya ibu inpartu yang belum mengetahui tentang menejemen
pengurangan rasa nyeri maka penulis tertarik untuk melakukan Penerapan Terapi Musik
Instrumentali Terhadap Nyeri Persalinan Fase Aktif Kala I.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan
Terapi Musik Instrumental Terhadap Nyeri Persalinan Fase Kala 1”
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Mendiskripsikan hasil implementasi Terapi Musik Instrumental Terhadap Nyeri
Persalinan Fase Kala 1
b. Tujuan Khusus
i. Mendiskripsikan skala nyeri persalinan sebelum diberikan terapi musik
instrumental
TINJAUAN PUSTAKA
A. Terapi Musik
Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan
rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya yang
diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik yang bermanfaat untuk kesehatan
fisik dan mental.19Terapi musik adalah terapi yang universal dan bisa diterima oleh
semua orang karena kita tidak membutuhkan kerja otak yang berat untuk
menginterpretasi alunan musik. Terapi musik sangat mudah diterima organ pendengaran
kita dan kemudian melalui saraf pendengaran disalurkan ke bagian otak yang
memproses emosi (sistem limbik) (khusus untuk pasien dengan kendala psikologis)
karena hasil penelitiannya menunjukkan bahwa timbre (warna suara) musik dapat
Pada dasarnya hampir semua jenis musik bisa digunakan untuk terapi musik.
Namun kita harus tahu pengaruh setiap jenis musik terhadap pikiran. Setiap nada,
melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya musik akan memberi pengaruh berbeda
kepada pikiran dan tubuh kita. Dalam terapi musik, komposisi musik disesuaikan
dengan masalah atau tujuan yang ingin kita capai. Musik sangat mempengaruhi
kehidupan manusia. Musik memiliki 3 bagian penting yaitu beat, ritme, dan harmony.
Beat mempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi jiwa, sedangkan harmony
mempengaruhi roh. Ada dua macam metode terapi music, yaitu :19
Dalam terapi musik aktif pasien diajak bernyanyi, belajar main menggunakan alat
musik, menirukan nada-nada, bahkan membuat lagu singkat. Dengan kata lain pasien
berinteraksi aktif dengan dunia musik. Untuk melakukan Terapi Musik aktif tentu saja
Ini adalah terapi musik yang murah, mudah dan efektif. Pasien tinggal mendengarkan
dan menghayati suatu alunan musik tertentu yang disesuaikan dengan masalahnya. Hal
terpenting dalam terapi musik pasif adalah pemilihan jenis musik harus tepat dengan
kebutuhan pasien. Oleh karena itu, ada banyak sekali jenis CD terapi musik yang bisa
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa musik memiliki pengaruh yang kuat
pada kehidupan manusia. Para ahli mengemukakan bahwa musik berpengaruh pada
kecerdasan manusia, kesehatan fisik, mental dan emosional. Penelitian secara lebih
Menurut Kate and Richard Mucci dalam bukunya The Healing Sound of Music,
mencapai ritme dan suara-suara dalam diri mereka membuat penyembuhan musikal
menjadi semakin efektif. Akan tetapi perlu diingat bahwa penyembuhan sejati tubuh
manusia tidaklah datang dari melodi yang kompleks. Maka dari itu, macam dan
kehamilan, akan banyak efek positif yang bisa didapat, diantaranya adalah :
a. Orang tua dapat berkomunikasi dan bersambung rasa dengan anak, bahkan
sebelum ia dilahirkan
b. Musik ini dapat merangsang pertumbuhan otak selama masih dalam rahim dan
c. Memberikan efek positif dalam hal persepsi emosi dan sikap sejak sebelum
dilahirkan
Ada banyak sekali manfaat terapi musik, menurut para pakar terapi musik
Manfaat yang pasti dirasakan setelah melakukan terapi musik adalah perasaan rileks,
tubuh lebih bertenaga dan pikiran lebih fresh. Terapi musik memberikan kesempatan
bagi tubuh dan pikiran untuk mengalami relaksasi yang sempurna. Dalam kondisi
relaksasi (istirahat) yang sempurna itu, seluruh sel dalam tubuh akan mengalami re-
b. Meningkatkan Kecerdasan
disebut Efek Mozart. Hal ini telah diteliti secara ilmiah oleh Frances Rauscher et al dari
Universitas California. Penelitian lain juga membuktikan bahwa masa dalam kandungan
dan bayi adalah waktu yang paling tepat untuk menstimulasi otak anak agar menjadi
cerdas. Hal ini karena otak anak sedang dalam masa pembentukan, sehingga sangat baik
apabila mendapatkan rangsangan yang positif. Ketika seorang ibu yang sedang hamil
mendengarkan. Otak janin pun akan terstimulasi untuk belajar sejak dalam kandungan.
Hal ini dimaksudkan agar kelak si bayi akan memiliki tingkat intelegensia yang lebih
tinggi dibandingkan dengan anak yang dibesarkan tanpa diperkenalkan pada musik.
c. Meningkatkan Motivasi
Motivasi adalah hal yang hanya bisa dilahirkan dengan perasaan dan mood tertentu.
Apabila ada motivasi, semangat pun akan muncul dan segala kegiatan bisa dilakukan.
Begitu juga sebaliknya, jika motivasi terbelenggu, maka semangat pun menjadi luruh,
lemas, tak ada tenaga untuk beraktivitas. Dari hasil penelitian, ternyata jenis music
seseorang.
d. Pengembangan Diri
Musik yang didengarkan seseorang juga bisa menentukan kualitas pribadi seseorang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang punya masalah perasaan, biasanya
cenderung mendengarkan musik yang sesuai dengan perasaannya. Misalnya orang yang
putus cinta, mendengarkan musik atau lagu bertema putus cinta atau sakit hati. Dan
hasilnya adalah masalahnya menjadi semakin parah. Dengan mengubah jenis musik
yang didengarkan menjadi musik yang memotivasi, dalam beberapa hari masalah
perasaan bisa hilang dengan sendirinya atau berkurang sangat banyak. Seseorang bisa
mempunyai kepribadian yang diinginkan dengan cara mendengarkan jenis musik yang
tepat.
Terapi musik bisa meningkatkan daya ingat dan mencegah kepikunan. Hal ini bisa
terjadi karena bagian otak yang memproses musik terletak berdekatan dengan memori.
Sehingga ketika seseorang melatih otak dengan terapi musik, maka secara otomatis
memorinya juga ikut terlatih. Atas dasar inilah terapi musik banyak digunakan di
siswa. Sedangkan di pusat rehabilitasi, terapi musik banyak digunakan untuk menangani
f. Kesehatan Jiwa
Seorang ilmuwan Arab, Abu Nasr al-Farabi (873-950M) dalam bukunya ''Great Book
About Music'', mengatakan bahwa musik membuat rasa tenang, sebagai pendidikan
menggunakan musik sebagai terapi. Sekarang di zaman modern, terapi musik banyak
digunakan oleh psikolog maupun psikiater untuk mengatasi berbagai macam gangguan
Musik bekerja pada sistem saraf otonom yaitu bagian sistem saraf yang bertanggung
jawab mengontrol tekanan darah, denyut jantung dan fungsi otak, yang mengontrol
perasaan dan emosi. Menurut penelitian, kedua sistem tersebut bereaksi sensitif
terhadap musik. Ketika kita merasa sakit, kita menjadi takut, frustasi dan marah yang
membuat kita menegangkan otot-otot tubuh, hasilnya rasa sakit menjadi semakin parah.
Mendengarkan musik secara teratur membantu tubuh relaks secara fisik dan mental,
sehingga membantu menyembuhkan dan mencegah rasa sakit. Dalam proses persalinan,
terapi musik berfungsi mengatasi kecemasan dan mengurangi rasa sakit. Sedangkan
bagi para penderita nyeri kronis akibat suatu penyakit, terapi musik terbukti membantu
h. Menyeimbangkan Tubuh
keseimbangan yang terdapat di telinga dan otak. Jika organ keseimbangan sehat, maka
kerja organ tubuh lainnya juga menjadi lebih seimbang dan lebih sehat.
i. Meningkatkan Kekebalan Tubuh
Dr John Diamond dan Dr David Nobel, telah melakukan riset mengenai efek
dari musik terhadap tubuh manusia dimana mereka menyimpulkan bahwa: Apabila jenis
musik yang kita dengar sesuai dan dapat diterima oleh tubuh manusia, maka tubuh akan
rasa nikmat dan senang sehingga tubuh akan menjadi lebih kuat (dengan meningkatnya
j. Meningkatkan Olahraga
baik dalam beberapa cara, di antaranya meningkatkan daya tahan, meningkatkan mood
dan mengalihkan seseorang dari setiap pengalaman yang tidak nyaman selama olahraga.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal sebaiknya ibu memahami apa yang harus
dilakukan secara cukup terperinci. Ibu hamil yang membutuhkan relaksasi, bisa
mendengar musik kapan saja dan dimana saja. Rangsangan berupa suara yang
menenangkan tersebut juga akan dinikmati janin. Untuk hasil yang optimal, terapi
musik bagi janin harus dilakukan secara terprogram atau tidak sembarangan. Terapi
musik paling baik mulai dilakukan pada usia kehamilan 18-20 minggu, karena pada
masa ini perlengkapan pendengaran janin sudah semakin sempurna. Namun demikian,
sejak di trimester pertama pun ibu sudah boleh melakukannya, meski janin belum dapat
bereaksi. Tetapi ini lebih ditujukan kepada ibu untuk mengurangi kadar stress saat
Menurut penelitian, janin akan terjaga saat ibu selesai makan, terutama makan siang,
sehingga saat tersebut bisa dimanfaatkan ibu untuk melakukan terapi music. Namun
tidak dijamin juga bahwa setelah ibu makan siang, janin pasti terjaga, bisa saja saat pagi
hari, sore hari atau bahkan ketika ibu sedang tidur. Jadi ibu tidak perlu memaksakan diri
untuk melakukan terapi musik setelah waktu makan. Ketika bayi sudah lahir, dengan
melihat kondisinya sehari-hari, ibu bisa lebih mudah menentukan kapan waktu yang
tepat. Bila anak biasa terjaga dan tenang dipagi hari, maka pilihlah waktu tersebut, tentu
ini :11
a. Relaksasi fisik
Untuk mencapai relaks secara fisik, ibu dapat menggunakan tehnik progresif
relaksasi. Pada tahap ini ibu yang sedang hamil harus mengendorkan dan
mengencangkan otot – otot tubuh secara berurutan sambil mengatur nafas. Relaksasi ini
sangat dibutuhkan agar musik bisa dicerna dengan baik dan dapat tersalurkan keseluruh
anggota tubuh. Pilihlah posisi yang nyaman, bisa sambil tiduran atau duduk.
b. Relaksasi mental
Setelah relaksasi fisik, maka saatnya untuk masuk ke tahapan relaksasi mental.
Ditempat terapi, selama tahapan ini awalnya ibu hamil dipandu instruktur terapis
dengan kata-kata yang bersifat sugesti. Tujuannya untuk membawa ibu ke suasana di
mana mereka bisa melupakan ketegangn dan kecemasan yang dirasakan selama
kehamilan. Agar sampai ke tujuan, ibu dianjurkan untuk berkonsentrasi. Musik yang
Untuk memperoleh manfaat maksimal dari terapi musik, ibu dianjurkan untuk
mendengarkan musik dengan konsentrasi dan kesadaran penuh. Alunan suaranya mesti
bisa merasuki pikiran ibu tanpa ada gangguan berupa ketidakstabilan emosi, suara
berisik , dan kurang konsentrasi. Saat mendengarkan musik, ambil posisi sekitar
setengah meter dari tape atau dapat menggunakan Walkman. Usahakan volume
suaranya jangan terlalu keras ataupun lemah, tetapi sedang- sedang saja. Intinya,
volume tersebut dapat membuat ibu merasa nyaman dan bisa berkonsentrasi penuh.
Sesekali boleh menempelkan earphone ke perut ibu agar janin bisa mendengar lebih
jelas. Dianjurkan pula untuk tidak mendengarkan musiknya saja, disarankan ibu ikut
berdendang mengikuti melodi atau liriknya. Waktu yang diperlukan untuk terapi adalah
Dirumah, orangtua dapat melakukan terapi musik semenjak anak masih dalam
kandungan. Berikut ini adalah panduan yang dapat digunakan untuk terapi musik di
rumah10 :
Tabel 2.2 Panduan terapi musik di rumah10
Rahim ibu ibarat hotel, janin adalah 'tamu' yang menginap selama 9 bulan lebih. lbu
harus pintar mengelola diri agar bisa menciptakan suasana bak hotel bintang lima. Tamu
Bila ibu stres, suasana hotel bintang lima jadi berantakan. Yang terjadi, hiruk pikuk
karena ibu jengkel dan marah-marah melulu sehingga detak jantung meningkat, nafsu
makan berkurang, dan gerak usus tidak nyaman. Akibatnya, nutrisi tidak diserap dengan
baik oleh ibu maupun janin. Janin pun tak nyaman tinggal di sana, karena tumbuh
kembang terganggu, berat badan pun sulit bertambah, posisi melintang karena ibu
membuat kondisi ibu nyaman, dan dapat meningkatkan komunikasi ibu dan
janin,
a. Trimester pertama atau awal kehamilan untuk mereduksi mual, terapi dapat
c. Trimester ketiga: tiga kali seminggu. Masuk minggu ke 37, terapi dilakukan
setiap hari karena stres ibu meningkat. Selain itu, mulai minggu ke 37 bayi bisa
lahir kapan saja; Saat terjadi kontraksi dan menunggu proses persalinan.11
Proses terapi musik pada ibu hamil dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. lbu diwawancara oleh terapis untuk mengetahui aktivitas, kondisi emosi, dan
pola hidupnya,
b. Diperiksa tekanan darah,
d. Brain gym untuk memusatkan pikiran, untuk fokus pada diri sendiri dan janin,
e. Bersama terapis, ibu bicara dengan janin. Misalnya, untuk mengubah posisi
janin yang melintang, mengurai lilitan tali pusat, dan untuk mendapatkan
BAB III
TINJAUAN KASUS
Asuhan Kebidanan
I. Pengkajian Data
A. Data Subyektif
1. Identitas
Nama Ibu : Ny. M Nama Suami : Tn. S
Umur : 22 tahun Umur : 25 tahun
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : swasta
Alamat : Ds.Karanggeneng Rt 14 Rw.04 Kec.Godong Kab.Grobogan
V. Perencanaan
1. Beritahu hasil pemeriksaan
2. Penuhi kebutuhan ibu bersalin.
3. Lakukan observasi tanda-tanda vital meliputi tekanan darah setiap 4 jam, nadi
tiap 30 menit, his tiap 30 menit, DJJ setiap 30 menit, serta vagina toucher (VT)
5. Berikan terapi musik sebagai pengalihan kecemasan ibu dan mengurangi rasa
6. Anjurkan ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi untuk menambah
energi.
7. Anjurkan ibu untuk berjalan-jalan kecil jika mampu, atau berbaring dengan
posisi miring kekiri sesuai posisi senyaman ibu kecuali posisi telentang.
8. Persiapkan alat partus set, alat resusitasi, serta kelengkapan ibu dan bayi.
persalinan.
VI. Implementasi
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu yaitu: tekanan darah : 115/70
147 kali/menit, dan ibu sudah memasuki proses persalinan dengan pembukaan 3
cm.
setiap 30 menit, his setiap 30 menit, serta vagina toucher (VT) tiap 4 jam atau
menambah energi.
7. Menganjurkan ibu untuk mengubah posisi dan ambulasi seperti miring kiri atau
posisi senyaman ibu kecuali telentang dan ibu berjalan-jalan jika masih kuat.
8. Menyiapkan alat partus set, alat resusitasi, serta kelengkapan ibu dan bayi.
selama persalinan.
VII. Evaluasi
1. Ibu mengetahui hasil pemeriksaannya normal dan ibu memasuki proses
persalinan.
4. Ibu melakukan teknik relaksasi pernapasan yaitu dengan mengambil napas dari
hidung dan dikeluarkan dari mulut serta keluarga bersedia melakukan teknik
counterpressure untuk mengurangi nyeri kontraksi dan ibu dapat mengatur
pernapasan.
5. Kecemasan dan rasa nyeri ibu mulai berkurang dan ibu memilih musik yang
disukai.
6. Ibu bersedia untuk minum disela-sela kontrraksi setengah gelas the manis hangat
7. Ibu bersedia jalan-jalan selagi mampu, dan istirahat di tempat tidur jika ada
kontraksi.
8. Alat partus set, alat resusitasi, serta kelengkapan ibu dan bayi telah disiapkan.
CATATAN PERKEMBANGAN I
A. Data Subjektif
Ibu mengatakan intensitas kenceng semakin sering, ibu yakin bahwa yang terjadi
adalah tanda kemajuan persalinan.
B. Data Objektif
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital
Td : 120/75 mmHg S : 36.8oC
N : 85 x/m RR : 22 x/m
His : 4x10 menit/35 detik
Djj : 148 x/m
Vagina Toucher: serviks tipis, effecement 70%, pembukaan 7 cm, selaput
ketuban masih utuh, penurunan kepala di hodge III, UUK jam 11, sarung tangan
lendir darah ST:LD (+), Air Ketuban (-).
Skala Nyeri : 3 ( Nyeri Ringan )
C. Analisa Data
Ny. M G1P0A0 usia kehamilan 39 minggu, janin tunggal, hidup, intrauteri
inpartu kala I fase aktif.
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan Td: 120/75 mmHg, S: 36.8oC, N: 85 x/m,
R : 22 x/m, djj: 148 x/m dan pembukaan 7 cm ibu memasuki fase aktif. Ibu
paham dengan yang disampaikan.
2. Menganjurkan ibu untuk mengubah posisi dan ambulasi seperti miring kiri atau
posisi senyaman ibu kecuali telentang dan ibu berjalan-jalan jika masih kuat. Ibu
memilih untuk tidur miring kekiri dengan rileksasi napas.
3. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi untuk
menambah energi. Ibu mengerti, ibu minum teh manis.
4. Menganjurkan agar keluarga mendampingi dan memberi dukungan kepada ibu
selama persalinan. Suami mendampingi ibu selama proses kelahiran.
CATATAN PERKEMBANGAN II
A. Data Subyektif
Ibu mengatakan kenceng-lenceng semakin sering dan sakit, terasa dari
jalan lahir ada keluar cairan cukup banyak dan terasa (pyok) ketika cairan keluar
meningkat pada vagina dan anus dengan dorongan mengejan yang semakin kuat
seperti BAB.
B. Data Objektif
2. Pemeriksaan dalam
ketuban (-) jernih, pembukaan lengkap 10 cm, presentasi belakang kepala, tidak
ada penyusupan, UUK diarah jam 12, penurunan kepala di hodge IV, sarung
5. Pemeriksaan umum
Kesadaran : compoosmentis
Tanda-tanda vital :
Pernapasan : 24 kali/menit
Nadi : 87 kali/menit
Suhu : 36,8oC
C. Analisa Data
D. Penatalaksanaan
sudah lengkap 10 cm. ibu dan keluarga sudah mengetahui pembukaan sudah
lengkap.
dikeluarkan dari mulut untuk mengurangi rasa nyeri dan akan segera dipimpin
mengejan. Ibu melakukan teknik pernapasan dan siap untuk dipimpin mengejan.
4. Mendekatkan partus set. Partus set diletakkan dekat ibu dan penolong sehingga
mudah dijangkau.
6. Mengatur posisi ibu untuk persalinan. Ibu dalam posisi dorsal recumbent.
7. Menganjurkan ibu mengejan saat ada his dengan cara kepala di tekuk, dagu
menempel pada dada, mata melihat kearah perut dan kedua tangan memegang
siku kakiserta menarik napas panjang lalu menekan sekuat tenaga ibu seperti
8. Menganjurkan ibu untuk relaksasi/istirahat bila tidak ada his dan minum sebagai
Setelah melakukan studi kasus pada Ny. M G1P0A0. Pada saat dilakukan
pemeriksaan ibu bersikap kooperatif. Setelah dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik
pada Ny.M didapatkan hasil sebagai berikut :
A. Data Subjektif
Pukul 09.00 WIB
Ibu mengatakan perutnya kencang-kencang, ibu takut dan akan menghadapi
persalinan
Pukul 13.00 WIB
Ibu mengatakan intensitas kenceng semakin sering, ibu yakin bahwa yang terjadi
adalah tanda kemajuan persalinan
Pukul 14.30 WIB
Ibu mengatakan kenceng-lenceng semakinn sering dan sakit, terasa dari jalan
lahir ada keluar cairan cukup banyak dan terasa (pyok) ketika cairan keluar
meningkat pada vagina dan anus dengan dorongan mengejan yang semakin kuat
seperti BAB.
B. Data Objektif
Pukul 09.00 WIB
Tekanan darah : 115/70 mmHg
Suhu : 36.6⁰C
Pernafasan : 20 x/menit
Nadi : 80 x/menit
Djj :147 x/menit
VT : 3 cm
Skala Nyeri : 6 ( Nyeri Sedang )
Pukul 13.00 WIB
Td : 120/75 mmHg S : 36.8oC
N : 85 x/m RR : 22 x/m
His : 4x10 menit/35 detik
Djj : 148 x/m
VT : 7 cm
Skala Nyeri : 3 ( Nyeri Ringan )
Pukul 14.30 WIB
Tekanan darah: 120/78 mmHg
Pernapasan : 24 kali/menit
Nadi : 87 kali/menit
Suhu : 36,8oC
VT : pembukaan lengkap 10 cm
Sebuah riset yang dilakukan oleh Dr John Diamond dan Dr David Nobel
mengenai efek dari musik terhadap tubuh manusia dimana mereka menyimpulkan
bahwa: Apabila jenis musik yang kita dengar sesuai dan dapat diterima oleh tubuh
manusia, maka tubuh akan bereaksi dengan mengeluarkan sejenis hormon (serotonin )
yang dapat menimbulkan rasa nikmat dan senang. Kemudian dari adanya rasa senang
akan berefek pada tubuh untuk menimbulkan hormon alami dalam tubuh yaitu
oksitosin, dimana oksitosin sangat berpengaruh terhadap proses persalinan yang
mempengaruhi kontraksi/his baik durasi dan frekuensinya. Hal ini pula yang
berpengaruh terhadap faktor persalinan. Faktor 5P merupakan hal penting seorang ibu
bersalin salah satunya yaitu psikologi. Dalam hal ini, terapi musik mempengaruhi faktor
P yaitu psikologi. Dengan dilihat dari data fokus diatas, sebagai ibu primigravida
dengan dukungan yang baik, managemen emosional (psikologis) yang baik pula akan
meningkaatkan keberlangsungan persalinan secara fisiologis.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin Ny M 22 tahun G1P0A0 hamil 39 minggu
inpartu kala 1 dilakukan berdasarkan data subjektif dan objektif, sehingga
didapatkan penatalaksanaan sesuai dengan keluhan dan kebutuhan pasien.
Asuhan yang diberikan pada Ny M sudah sesuai dengan teori yang ada yaitu
pemberian terapi musik untuk mengurangi nyeri pada saat persalinan, dengan
hasil Ny. M merasa lebih rileks dan nyaman sehingga nyeri persalinan yang
dirasakan berkurang.
2. Pendokumentasian dalam asuhan yang diberikan pada Ny M sudah selalu ditulis
sesuai dengan asuhan yang diberikan.
B. Saran
1. Perlunya penjelasan lebih tentang perlunya pengaruh terapi music untuk
mengurangi nyeri persalinan kepada ibu dan keluarga
2. Perlunya dukungan keluarga untuk pelaksanaan terapi ini
3. Perlunya inovasi macam – macam atau jenis music yang bisa digunakan untuk
memberikan terapi music pada ibu bersalin.
4. Perlunya pemberian informasi kepada teman2 sejawat bahwa terapi music bisa
digunakan untuk mengurangi nyeri pada saat persalinan.
TINJAUAN PUSTAKA
Heryani, R dan Mona D. U. 2012. Efektivitas Pemberian Terapi Musik (Mozart) dan
Back Exercise terhadap Penurunan Nyeri Dysmenorrhea Primer. Jurnal Ipteks Terapan.
(diunduh pada tanggal 30 Maret 2018) Aditia, Rahargian. 2012. Manfaat Musik
Instrumental Tahun 2012 American Music Therapy Association. 2006. Definition and
quotes about music therapy. Diakses pada tanggal 18 maret 2016
www.musictherapy.org
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Edisi
Revisi VI. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Campbell, D. 2006. Efek Mozart. Alih bahasa: Hermaya. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama Chafin S, Roy M, Gerin W, 2006. Music can facilitate blood pressure recovery
from stress.
Djohan. 2006. Terapi Musik, teori dan aplikasi. Yogyakarta: Galangpress. Hatem TP,
Lira PI, dkk. 2006. The Therapeutic effects of music in children following cardiac
surgery.BAB V