Anda di halaman 1dari 71

MODUL PRAKTIKUM NBT II

BIRTHING BALL

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2019

1
TIM PENYUSUN

1. Dosen Penanggung Jawab


Lestari Puji A, S.SiT, M.Kes

2. Mahasiswa
1. Albertina Yuningsih Langkameng (1904007)
2. Dewi Sartka Nasution (1904011)
3. Dian Yuliani (1904015)
4. Eva Zuli Oktavia (1904019)
5. Fauzia Rahmi (1904023)
6. Iswahyuni (1904027)
7. L. Afifah (1904031)
8. Maria Imelda Loru (1904031)
9. Novia Rahayu Apriliani (1904039)
10. Rency Agnes Angelina Sirait (1904045)
11. Shinta Yuliana (1904047)
12. Vina Magfiroh (1904051)
13. Yuli Ambarwati (1904055)

2
NAT
URA
L
BAS
IC
THE
Kegiatan Belajar RAP
Y II

PENDAHULUAN

Kelahiran merupakan sebuah peristiwa besar dalam kehidupan banyak


wanita, sementara rasa sakit pada saat proses kala I tidak dapat di sangkal.
Dengan demikian rasa sakit yang di alami oleh ibu bersalin sangat berpengaruh
bagi ibu, keluarga dan penyedia layanan kesehatan1.

Nyeri persalinan merupakan suatu kondisi yang fisiologis. Nyeri


Persalinan merupakan suatu perasaan yang tidak menyenangkan yang terjadi
selama proses persalinan. Secara fisiologis nyeri persalinan mulai timbul pada
persalinan kala I fase laten dan fase aktif. Pada fase aktif terjadi pembukaan mulai
dari 4-10 cm. Pada primigravida Kala I persalinan bisa berlangsung ± 20 Jam,
pada multi berlangsung ± 14 jam2. Rasa nyeri muncul akibat refleks fisik dan
respon psikis ibu. Ketegangan emosi akibat rasa cemas sampai rasa takut dapat
memperberat persepsi nyeri selama persalinan. Nyeri yang dialami ibu ketika
menghadapi persalinan dapat merangsang ketakutan sehingga timbul kecemasan
yang berakhir dengan kepanikan. Hal ini dapat menimbulkan respon fisiologis
yang mengurangi kemampuan rahim untuk berkontraksi dengan akibat akan
memperpanjang waktu persalinan3.

Berbagai metode untuk mengatasi nyeri persalinan telah dianjurkan dan


terbukti dapat menurunkan intensitas nyeri pada ibu bersalin. Metode tersebut
dapat dilakukan baik secara farmakologi maupun nonfarmakologi. Metode
mengatasi nyeri secara farmakologi lebih efektif apabila dibandingkan dengan
metode nonfarmakologi. Namun, metode farmakologi berpotensi memberikan
efek samping yang kurang baik bagi ibu maupun janin. Sedangkan metode
nonfarmakologi cenderung lebih mudah dan aman untuk diberikan kepada ibu

3
bersalin. Metode nonfarmakologi tersebut antara lain adalah hypnosis,
acupressure, yoga, sentuhan terapeutik, aromatherapy, relaksasi, mendengarkan
music, kompres hangat, kompres dingin dan penggunaan birth ball4.

Mortalitas dan morbiditas ibu hamil, ibu bersalin dan nifas masih
merupakan masalah besar terutama di negara berkembang termasuk Indonesia.
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa angka kematian ibu merupakan
tolak ukur status kesehatan di suatu negara. Menurut data dari WHO, Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia 5,2 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
Malaysia dan 2,4 kali lebih tinggi dibanding dengan Thailand. Jumlah kasus
kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2016 sebanyak 602 kasus,
mengalami penurunan dibandingkan jumlah kasus kematian ibu tahun 2015 yang
sebanyak 619 kasus. Sebesar 63,12 persen kematian maternal terjadi pada waktu
nifas, pada waktu hamil sebesar 22,92 persen, dan pada waktu persalinan sebesar
13,95 persen.5

Mengingat persalinan lama masih menyumbang banyak kejadian


mortalitas dan morbiditas pada ibu dan janin, maka masalah ini dipandang perlu
untuk lebih diperhatikan. Dibutuhkan latihan mobilitas dari ibu untuk menjaga
agar ligament tetap longgar, rileks, bebas dari ketegangan dan lebih banyak ruang
untuk bayi turun ke panggul sehingga lama waktu persalinan kala I dan kala II
dapat diperpendek dengan melakukan senam atau olah tubuh5.

Secara teoritis penggunaan bola kelahiran (birthing ball) dapat


memposisikan ibu dalam keadaan tegak sehingga membuat ibu merasa lebih
nyaman, rasa nyeri yang berkurang serta membantu turunnya bagian terendah
janin6.

Birth ball merupakan salah satu alat yang populer digunakan di rumah
sakit dan klinik di Amerika Serikat dalam proses persalinan. Di Indonesia,
penggunaan birth ball saat ini masih jarang namun sudah mulai diterapkan untuk
mengatasi nyeri persalinan7.

4
TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Umum
Untuk memahami dan mengaplikasikan terapy birthing ball pada persalinan
B. Tujuan Khusus
1. Menjelaskan tentang persalinan
a. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian persalinan
b. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang macam-macam persalinan
c. Mahasiswa mampu menjelaskan sebab-sebab mulainya persalinan
d. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
persalinan
e. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang tanda-tanda persalinan
f. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang tahapan persalinan
g. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang tujuan asuhan persalinan
h. Mahasiswa mampu menggunakan partograf
2. Menjelaskan tentang nyeri persalinan
a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian nyeri
b. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
rasa nyeri dalam persalinan
c. Mahasiswa mampu menjelaskan fisiologi nyeri persalinan
d. Mahasiswa mampu menjelaskan penyebab nyeri persalinan
e. Mahasiswa mampu menjelaskan pengukuran skala nyeri
3. Menjelaskan tentang Birthing Ball
a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian birthing ball
b. Mahasiswa mampu menjelaskan manfaat birthing ball
c. Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi dan kontraindikasi birthing
ball
d. Mahasiswa mampu menjelaskan persiapan untuk melakukan birthing
ball
e. Mahasiswa mampu menyebutkan dan menjelaskan jenis-jenis gerakan
dalam birthing ball

5
6
URAIAN MATERI

NATURAL BASIC THERAPY : BIRTHING BALL

A. Kompetensi Dasar dan Indikator


No Kompetensi Dasar Indikator
1 Mahasiswa mampu 1. Mahasiswa mampu :
menjelaskan a. Menjelaskan tentang pengertian persalinan
tentang persalinan b. Menjelaskan tentang macam-macam
persalinan
c. Menjelaskan sebab-sebab mulainya persalinan
d. Menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi persalinan
e. Menjelaskan tentang tanda-tanda persalinan
f. Menjelaskan tentang tahapan persalinan
g. Menjelaskan tentang tujuan asuhan persalinan
h. Menggunakan partograf
2 Mahasiswa mampu 1. Mahasiswa mampu :
menjelaskan a. Menjelaskan pengertian nyeri
tentang nyeri b. Menjelaskan faktor-faktor yang
persalinan mempengaruhi rasa nyeri dalam persalinan
c. Menjelaskan fisiologi nyeri persalinan
d. Menjelaskan penyebab nyeri persalinan
e. Menjelaskan pengukuran skala nyeri
3 Mahasiswa mampu 1. Mahasiswa mampu :
menjelaskan a. Menjelaskan pengertian birthing ball
tentang birthing b. Menjelaskan manfaat birthing ball
ball c. Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi
birthing ball
d. Menjelaskan persiapan untuk melakukan
birthing ball
e. Menyebutkan dan menjelaskan jenis-jenis

7
gerakan dalam birthing ball

B. MATERI
1. Persalinan
a. Pengertian Persalinan
1) Persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya janin, plasenta,
dan membrane dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini
berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat
kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi, dan kekuatan yang
teratur. Mula-mula kekuatan yang muncul kecil, kemudian terus
meningkat sampai pada puncaknya pembukaan serviks lengkap
sehingga siap untuk pengeluaran janin dari rahim ibu.8
2) Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik
ibu maupun janin.9
3) Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup, disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.10
4) Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan disebut normal apabila prosesnya
terjadi pada usia cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai
adanya penyulit atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).11
b. Macam-macam Persalinan11
1) Persalinan spontan
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri.
2) Persalinan buatan
Bila persalinan dengan bantuan tenaga dari luar
3) Persalinan anjuran

8
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari
luar dengan jalan rangsangan.
c. Sebab Mulainya Persalinan
Terjadinya persalinan disebabkan oleh beberapa teori sebagai berikut :
1) Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum persalinan dimulai terjadi penurunan
kadar hormone estrogen dan progesterone. Progesteron bekerja
sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan
kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar
progesterone menurun.
2) Teori penuaan plasenta
Tuanya plasenta menyebabkan menurunnya kadar estrogen
dan progesterone yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah
hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
3) Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan
iskemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero-
plasenter.
4) Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terletak ganglion servikal (fleksus
frankenhauser). Bila ganglion ini digeser dan ditekan, akan timbul
kontraksi uterus.
5) Induksi partus
Persalinan dapat ditimbulkan dengan jalan :
a) Ganggang laminaria : beberapa laminaria dimasukkan ke dalam
servikalis dengan tujuan merangsang fleksus frankenhauser.
b) Amniotomi : pemecahan ketuban
c) Oksitosin drips : pemberian oksitosin menurut tetesan infuse
d) Misoprostol : cytotec/gastru.12
d. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
1) Passage (Keadaan Jalan Lahir)

9
Keadaan jalan lahir atau passage terdiri atas panggul ibu, yakni
bagian tulang keras, dasar panggul, vagina, dan introitus.
Bagian panggul wanita terdiri dari :
a) Bagian keras yang dibentuk oleh empat buah tulang, yaitu :
(1) 2 pangkal paha (os coxae)
Tulang pangkal paha atau coxae terdiri atas tiga tulang
yang berhubungan satu sama lain pada asetabulum yang
berbentuk cawan untuk kepala tulang paha atau kaput
femoris.13
Ketiga tulang tersebut adalah sebagai berikut :
(a) Os ileum (tulang usus)
(b) Os iskium (tulang duduk)
(c) Os pubis (tulang kemaluan)
(2) 1 tulang kelangkang (os sacrum), dinamakan juga
promontorium, yang terdiri atas lima ruas tulang yang
senyawa.
(3) 1 tulang tungging (os occygis), berbentuk segitiga dan
terdiri atas 3-5 ruas yang bersatu.13
b) Bagian lunak : diafragma pelvis, dibentuk oleh :
(1) Pars muskularis levator ani
(2) Pars membranasea
(a) Hiatus urogenitalis
(b) Diafragma urogenitalis
(c) Regio perineum.11
2) Power
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang
terdiri dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dan ibu.
Power merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang
dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim.
Kekuatan yang mendorong janin keluar (power) terdiri dari :
a) His (kontraksi otot uterus)

10
Adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim
bekerja dengan baik dan sempurna. Pada waktu kontraksi otot-
otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih
pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin
dan kantung amnion ke arah segmen bawah rahim dan serviks.
b) Kontraksi otot-otot dinding perut
c) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
d) Ketegangan dan ligamentous action terutama ligamentum
rotundum.12
3) Passanger (Janin dan Plasenta)
a) Janin
Bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah
kepala janin. Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan
persalinan.12
Postur janin dalam rahim :
(1) Sikap (habitus)
Adalah hubungan bagian-bagian tubuh janin yang
satu dengan bagian tubuh yang lain yang sebagian
merupakan akibat pola pertumbuhan janin dan sebagai
akibat penyesuaian janin terhadap bentuk rongga rahim.14
(2) Letak janin
Letak adalah hubungan antar sumbu panjang
(punggung) janin terhadap panjang (punggung) ibu. Ada 2
macam letak :
(a) Memanjang atau vertical
(b) Melintang atau horizontal.15

(3) Presentasi

11
Presentasi adalah bagian janin yang pertama kali
memasuki PAP dan terus melalui jalan lahir saat persalinan
mencapai aterm.15
(4) Posisi
Posisi merupakan indikator untuk menetapkan arah
bagian terbawah janin apakah sebelah kanan, kiri, depan
atau belakang terhadap sumbu ibu (maternal pelvis).
Misalnya pada letak belakang kepala (LBK) ubun-ubun
kecil (UUK) kiri depan, UUK kanan belakang.12
Petunjuk arah (indikator) dari bagian terbawah janin :
(a) Letak Belakang Kepala (LBK)
Indikator : ubun-ubun kecil (UUK)
(b) Presentasi dahi
Indikator : teraba dahi dan ubun-ubun besar (UUB)
(c) Presentasi muka
Indikator : dagu
(d) Presentasi bokong
Indikator : sacrum.14
b) Plasenta
Plasenta adalah bagian dari kehamilan yang penting.
Dimana plasenta memiliki peranan berupa transport zat dari ibu
ke janin, penghasil hormone yang berguna selama kehamilan,
serta sebagai barier. Melihat pentingnya peranan dari plasenta
maka bila terjadi kelainan pada plasenta akan menyebabkan
kelainan pada janin ataupun mengganggu proses persalinan.14
4) Psikis (Psikologi)
Faktor psikologis meliputi :
a) Kondisi psikologis ibu sendiri, emosi dan persiapan intelektual
b) Pengalaman melahirkan bayi sebelumnya
c) Kebiasaan adat
d) Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu

12
Sikap negatif terhadap persalinan dipengaruhi oleh :
a) Persalinan sebagai ancaman terhadap keamanan
b) Persalinan sebagi ancaman pada self-image
c) Medikasi persalinan
d) Nyeri persalinan dan kelahiran.12
5) Penolong Persalinan
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini Bidan adalah
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi
pada ibu dan janin. Proses tergantung dari kemampuan skill dan
kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.12
e. Tanda-tanda Persalinan
1) Terjadinya his persalinan
His adalah kontraksi rahim yang dapat diraba menimbulkan
rasa nyeri diperut serta dapat menimbulkan pembukaan serviks.
Pengaruh his yaitu dapat menimbulkan : terhadap desakan daerah
uterus (meningkat), terhadap janin (penurunan), terhadap korpus
uteri (dinding menjadi tebal), terhadap istmus uterus (teregang dan
menipis), terhadap kanalis servikalis (effacement dan pembukaan).
His persalinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a) Pinggangnya terasa sakit dan menjalar ke depan
b) Sifat his teratur, interval semakin pendek, dan kekuatan
semakin besar
c) Terjadi perubahan pada serviks
d) Jika pasien menambah aktivitasnya, misalnya dengan berjalan,
maka kekuatan hisnya akan bertambah.
2) Keluarnya lendir bercampur darah pervaginam (blood show)
Lendir berasal dari pembukaan yang menyebabkan lepasnya
lendir berasal dari kanalis servikalis. Sedangkan pengeluaran darah
disebabkan robeknya pembuluh darah waktu serviks membuka.14

3) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya

13
Sebagian ibu hamil mengeluarkan air ketuban akibat
pecahnya selaput ketuban. Jika ketuban sudah pecah, maka
ditargetkan persalinan dapat berlangsung dalam 24 jam. Namun
apabila tidak tercapai, maka persalinan harus diakhiri dengan
tindakan tertentu, misalnya ekstraksi vakum atau section caesaria.
4) Dilatasi dan effacement
Dilatasi adalah terbukanya kanalis servikalis secara
berangsur-angsur akibat pengaruh his. Effacement adalah
pendataran atau pemendekan kanalis servikalis yang semula
panjang 1-2 cm menjadi hilang sama sekali, sehingga tinggal hanya
ostium yang tipis seperti kertas.14
f. Tahapan Persalinan
Tahapan persalinan dibagi menjadi 4 fase atau kala, yaitu :
1. Kala I
Kala I disebut juga sebagai kala pembukaan yang
berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap (10
cm). Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu
kuat sehingga pasien masih dapat berjalan-jalan. Proses
pembukaan serviks sebagai akibat his dibagi menjadi 2 fase, yaitu :
a) Fase laten
Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat
sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
b) Fase aktif, dibagi dalam 3 fase lagi, yaitu :
1) Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi
menjadi 4 cm.
2) Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
3) Fase deselerasi, pembukaan menjadi lambat sekali. Dalam
waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
Namun, lamanya kala I untuk primigravida dan
multigravida berbeda. Untuk primigravida berlangsung 12 jam,

14
sedangkan multigravida berlangsung 8 jam. Berdasarkan
hitungan Friedman, pembukaan primigravida 1 cm/ jam dan
pembukaan multigravida 2 cm/ jam.15
Mekanisme membukanya serviks berbeda antara
primigravida dan multigravida. Pada primigravida, ostium uteri
internum akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan
mendatar dan menipis, baru kemudian ostium uteri eksternum
membuka. Pada multigravida ostium uteri internum sudah
sedikit terbuka. Kemudian ostium uteri internum dan
eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi pada
saat yang sama.12
Pengawasan 10 kala I meliputi :
1) Keadaan umum setiap 4 jam
2) Tekanan darah setiap 4 jam
3) Suhu setiap 4 jam
4) Nadi setiap 30 menit
5) Respirasi setiap 30 menit
6) His setiap 30 menit
7) DJJ setiap 30 menit
8) Bandlering setiap 4 jam
9) Perdarahan pervaginam 4 jam
10) Tanda dan gejala kala II.14
2. Kala II
Kala II disebut juga kala pengeluaran. Kala ini dimulai ketika
pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan
lahirnya bayi. Kala II pada primipara berlangsung selama 2 jam
dan pada multipara 1 jam.8

Asuhan yang dapat diberikan pada kala II :


1) Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu :
a) Mendampingi agar ibu merasa nyaman

15
b) Menawarkan minum, mengipasi, memijat
2) Menjaga kebersihan diri
a) Agar terhindar dari infeksi
b) Jika ada darah, lendir atau cairan ketuban segera
dibersihkan
3) Memberi dukungan mental untuk mengurangi kecemasan
4) Mengatur posisi ibu. Dalam membimbing mengejan dapat
dipilih posisi :
a) Jongkok
b) Menungging
c) Tidur miring
d) Setengah duduk.
5) Menjaga kandung kemih tetap kosong
6) Memberikan cukup minum = memberi tenaga dan mencegah
dehidrasi.14
Pemantauan ibu :
1) Kontraksi
a) Palpasi kontraksi uterus (kontrol tiap 10 menit)
b) Frekuensi setiap 30 menit selama fase aktif
c) Lamanya kontraksi yang terjadi dalam 10 menit
observasi
d) Kekuatan kontraksi dalam detik.14
2) Tanda dan gejala kala II :
a) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit
b) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi
c) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada
rectum dan/atau vagina
d) Perineum terlihat menonjol
e) Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka
f) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah

16
Diagnosis kala II ditegakkan atas dasar pemeriksaan dalam
yang menunjukkan :
a) Pembukaan serviks telah lengkap
b) Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina.8
3) Keadaan umum
a) Kesadaran
b) Tekanan darah dan temperature : setiap 4 jam
c) Nadi : setiap ½ jam
d) Volume urin, protein, dan aseton
e) Respon keseluruhan pada kala II :
(1) Keadaan dehidrasi
(2) Perubahan sikap dan perilaku
(3) Tingkat tenaga
4) Kemajuan persalinan
a) Pembukaan serviks

b) Penurunan bagian terbawah janin


5) Memastikan kandung kemih kosong melalui bertanya
kepada ibu secara langsung sekaligus dengan melakukan

17
palpasi. Pemantauan kandung kemih pada kala II
merupakan kelanjutan dari pemantauan pada kala I
persalinan. Pada kala I, ibu dianjurkan untuk dapat
berkemih secara alamiah. Namun apabila ditemukan
adanya distensi kandung kemih dan ibu mengalami
kesulitan berkemih secara alamiah, maka pemasangan
kateter harus dipertimbangkan.
6) Penuhi kebutuhan hidrasi, nutrisi ataupun keinginan ibu
7) Periksa penurunan kepala bayi melalui pemeriksaan
abdomen (pemeriksaan luar) setiap 30 menit dan
pemeriksaan dalam setiap 60 menit atau kalau ada
indikasi.14
8) Upaya meneran ibu
9) Integritas perineum
Perlu dilakukan identifikasi elastisitas perineum beserta
pasien dan TBJ (Taksiran Berat Janin) untuk membuat
keputusan dilakukannya episiotomy ataukah tidak.
10) Kebutuhan dan jenis episiotomy
11) Apakah ada presentasi majemuk atau tali pusat di samping
kepala
12) Putaran paksi luar segera setelah bayi lahir
13) Adanya kehamilan kembar setelah bayi pertama lahir.14
Pemantauan janin :
1) Lakukan pemeriksaan DJJ setiap selesai meneran/
setiap 5-10 menit
2) Amati warna air ketuban jika selaputnya sudah pecah
3) Periksa penurunan bagian terendah janin
Hal ini berkaitan dengan proses kemajuan persalinan.
Perlu diperhatikan bahwa, penurunan kepala yang
lambat disertai dengan frekuensi denyut jantung janin
abnormal merupakan indikasi adanya lilitan tali pusat

18
atau distress janin yang bisa diakibatkan oleh banyak
sebab.
4) Periksa kondisi kepala, vertex, caput, molding
Pemeriksaan molase perlu dilakukan untuk menilai
apakah proses penyesuaian kepala janin dengan jalan
lahir berlangsung baik.14
3. Kala III
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses
biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.8
Kala III merupakan periode waktu dimana penyusutan
volume rongga uterus setelah kelahiran bayi, penyusutan ukuran
ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlengketan
plasenta. Oleh karena tempat perlengketan menjadi kecil,
sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta menjadi
berlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah
lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam
vagina.14
Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan
memperhatikan tanda-tanda :
1) Uterus menjadi bundar
2) Uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke segmen
bawah rahim
3) Tali pusat bertambah panjang
4) Terjadi perdarahan.15
Manajemen aktif kala III :
Manajemen aktif kala III merupakan serangkaian tindakan
yang dilakukan setelah bayi lahir untuk mempercepat lepasnya
plasenta dengan syarat janin tunggal.
Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan
kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat

19
waktu setiap kala, mencegah perdarahan dan mengurangi
kehilangan darah kala III persalinan jika dibandingkan kala III
fisiologis. Sebagian besar kasus kesakitan dan kematian ibu di
Indonesia disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta yang
sebenarnya dapat dicegah dengan melakukan manajemen aktif kala
III.
Keuntungan-keuntungan manajemen aktif kala III adalah
sebagai berikut :
1) Persalinan kala III yang lebih singkat
2) Mengurangi jumlah kehilangan darah
3) Mengurangi kejadian retensio plasenta
Manajeman aktif kala III terdiri atas 3 langkah utama, yaitu
sebagai berikut :
1) Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah
bayi lahir
2) Melakukan peregangan tali pusat terkendali
3) Masase fundus uteri.14
Pemberian oksitosin 10 unit :
1) Pemberian oxytocin ditujukan untuk merangsang uterus
berkontraksi yang juga mempercepat pelepasan plasenta.
2) Jika oxytocin tidak tersedia, lakukan rangsangan putting
susu ibu atau susukan bayi guna menghasilkan oksitosin
alamiah atau memberikan ergometrin 0,2 mg IM.
3) Jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan
preeklampsia, eklampsia atau dengan tekanan darah tinggi
karena hal ini akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit
serebro-vaskuler.14
Langkah – langkah pemberian oxyitocin :
1) Serahkan bayi yang telah terbungkus kain pada ibu untuk
diberi ASI.
2) Letakkan kain bersih di atas perut ibu.

20
3) Periksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi yang lain
(Undiagnosed twin).
4) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik.
5) Segera (dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir) suntikkan
oksitosin 10 unit IM pada 1/3 bagian atas paha bagian luar
(vastus lateralis).
Peregangan tali pusat terkendali :
Peregangan tali pusat terkendali (PTT) dilakukan hanya
selama uterus berkontraksi. Tangan pada uterus merasakan
kontraksi, ibu dapat juga memberi tahu petugas ketika ia
merasakan kontraksi. Ketika uterus sedang tidak berkontraksi,
tangan petugas dapat tetap berada pada uterus, tetapi bukan
melakukan PTT.14
Langkah-langkah peregangan tali pusat terkendali :
1) Pindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.
2) Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (beralaskan kain)
tepat di atas simfisis pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba
kontraksi uterus pada saat melakukan PTT. Setelah terjadi
kontraksi yang kuat, regangkan tali pusat dengan satu tangan
dan tangan yang lain (pada dinding abdomen) menekan uterus
ke arah lumbal dan kepala ibu (dorso kranial). Lakukan secara
hati-hati untuk mencegah terjadinya inversio uteri.
3) Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi
kembali (sekitar 2-3 menit berselang) untuk mengulangi
kembali PTT.
4) Saat mulai kontraksi regangkan tali pusat ke arah bawah,
lakukan tekanan dorso cranial hingga tali pusat makin menjulur
dan korpus uteri bergerak ke atas yang menandakan plasenta
telah lepas dan dapat dilahirkan.
5) Jika langkah 4 tidak berjalan sebagaimana mestinya dan
plasenta tidak turun setelah 30-40 detik dimulainya PTT dan

21
tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan lepasnya plasenta,
jangan teruskan PTT.
6) Setelah plasenta terpisah, anjurkan ibu untuk meneran agar
plasenta terdorong keluar melalui introitus vagina. Tetap
regangkan tali pusat dengan arah sejajar lantai (mengikuti
poros jalan lahir).
7) Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina, lahirkan
plasenta dengan mengangkat tali pusat ke atas dan menopang
plasenta dengan tangan lainnya untuk diletakkan dalam wadah
penampung. Karena selaput ketuban mudah robek, pegang
plasenta dengan kedua tangan dan secara lembut putar plasenta
hingga selaput ketuban terpilin menjadi satu.14
8) Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan untuk
melahirkan selaput ketuban.
9) Jika selaput ketuban robek dan tertinggal di jalan lahir saat
melahirkan plasenta, dengan hati-hati periksa vagina dan
serviks dengan seksama. Gunakan jari-jari tangan anda atau
klem DTT atau steril atau forsep untuk keluarkan selaput
ketuban yang teraba.14
Jika plasenta belum lahir dalam waktu 15 menit, berikan 10
unit oksitosin IM dosis kedua. Periksa kandung kemih. Jika
ternyata penuh, gunakan teknik aseptic untuk memasukkan kateter
nelaton DTT atau steril untuk mengosongkan kandung kemih.
Ulangi kembali PTT dan tekanan dorso-kranial. Nasehati keluarga
bahwa rujukan mungkin diperlukan jika plasenta belum lahir dalam
waktu 30 menit. Pada menit ke 30 coba lagi melahirkan plasenta
dengan melakukan PTT untuk terakhir kalinya. Jika plasenta tetap
tidak lahir, rujuk segera.14
Rangsangan taktil (masase) fundus uteri :
Masase dilakukan segera setelah plasenta dan selaputnya
dikeluarkan agar menimbulkan kontraksi. Hal ini dapat

22
mengurangi pengeluaran darah dan mencegah perdarahan pasca
persalinan. Jika uterus tidak berkontraksi kuat selama 10-15 detik
atau jika perdarahan hebat terjadi, segera lakukan kompresi
bimanual.
Langkah-langkah masase :
1) Letakkan telapak tangan pada fundus uteri.
2) Jelaskan tidakan pada ibu, katakan bahwa ibu mungkin merasa
agak tidak nyaman karena tindakan yang diberikan. Anjurkan
ibu untuk menarik nafas dalam dan perlahan serta rileks.
3) Dengan lembut tapi mantap gerakkan tangan dengan arah
memutar pada fundus uteri supaya uterus berkontraksi. Jika
uterus tidak berkontraksi dalam waktu 15 detik, lakukan
penatalaksanaan atonia uteri.
4) Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya
lengkap dan utuh.
5) Periksa kembali uterus setelah satu hingga dua menit untuk
memastikan uterus berkontraksi. Jika uterus masih belum
berkontraksi baik, ulangi masase fundus uteri. Ajarkan ibu dan
keluarganya cara melakukan masase uterus sehingga mampu
untuk segera mengetahui jika uterus tidak berkontraksi baik.
6) Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama satu jam
kedua pasca persalinan.14
Tindakan yang keliru dalam pelaksanaan manajemen aktif kala III
yang harus dihindari adalah :
1) Melakukan masase fundus uteri pada saat plasenta belum lahir
2) Mengeluarkan plasenta, padahal plasenta belum semuanya
lepas
3) Kurang kompeten dalam mengevaluasi pengeluaran plasenta
4) Rutinitas kateterisasi

23
Risiko yang bisa terjadi akibat kesalahan tindakan manajemen aktif
kala III :
1) Terjadi inversio uteri. Pada saat melakukan peregangan tali
pusat terkendali terlalu kuat sehingga uterus tertarik keluar
dan berbalik.
2) Tali pusat terputus. Terlalu kuat dalam penarikan tali pusat
sedangkan plasenta belum lepas.
3) Syok.14
Pemeriksaan kelengkapan plasenta :
1) Selaput ketuban utuh atau tidak
2) Plasenta : ukuran plasenta
a) Bagian maternal : jumlah kotiledon, keutuhan pinggir
kotiledon
b) Bagian fetal : utuh atau tidak
3) Tali pusat : jumlah arteri dan vena, adakah yang terputus untuk
mendeteksi plasenta suksenturia. Insersi tali pusat, apakah
sentral, marginal, serta panjang tali pusat.14
4. Kala IV
Kala atau fase setelah plasenta dan selaput ketuban dilahirkan
sampai dengan 2 jam post partum.12
Kala IV adalah kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi
dan plasenta lahir untuk memantau kondisi ibu. Keadaan dimana
segera setelah terlahirnya plasenta terjadi perubahan maternal
terjadi pada saat stress fisik dan emosional akibat persalinan dan
kelahiran mereda dan ibu memasuki penyembuhan pascapartum
dan bonding (ikatan). Banyak perubahan fisiologi yang terjadi
selama persalinan dan kelahiran kembali ke level pra-persalinan
dan menjadi stabil selama 1 jam pertama pascapartus.14
Evaluasi uterus :
Setelah kelahiran plasenta, tindakan pertama yang harus
dilakukan oleh bidan adalah mengevaluasi konsistensi dan

24
melakukan masase uterus sesuai dengan kebutuhan untuk
memperkuat kontraksi. Setelah itu periksa kelengkapan plasenta
dan selaput ketuban. Jika masih ada sisa plasenta dan selaput
ketuban yang tertinggal dalam uterus akan mengganggu kontraksi
uterus sehingga menyebabkan perdarahan.
Jika dalam waktu 15 menit uterus tidak berkontraksi dengan
baik, maka akan terjadi atonia uteri. Oleh karena itu, diperlukan
tindakan rangsangan taktil (masase) fundus uteri dan bila perlu
dilakukan Kompresi Bimanual.14
Pemeriksaan servik, vagina, dan perineum :
Setelah memastikan uterus berkontraksi efektif dan
perdarahan berasal dari sumber lain, bidan menginspeksi perineum,
vagina bawah dan area periuretra untuk mengetahui adanya
memar, pembentukan hematoma, laserasi atau pembuluh darah
yang robek atau mengalami perdarahan. Jika episiotomy telah
dilakukan, evaluasi kedalaman dan perluasannya.
Berikut pertimbangan untuk menginspeksi forniks dan
serviks vagina untuk mengetahui laserasi atau cidera. Indikasi
untuk pemeriksaan seperti itu mencakup kondisi berikut :
1) Aliran menetap atau sedikit aliran perdarahan pervaginam
berwarna merah terang, dari bagian atas tiap laserasi yang
diamati, setelah kontraksi uterus dipastikan.
2) Persalinan cepat atau precipitates.
3) Manipulasi serviks selama persalinan, untuk mengurangi tepi
anterior.
4) Dorongan maternal (mengejan) sebelum dilatasi serviks
lengkap.
5) Pelahiran pervaginam operatif dengan forsep atau vakum.
6) Pelahiran traumatic, distosia bahu.
Adanya salah satu faktor ini mengindikasikan kebutuhan
untuk inspeksi serviks dan memastikan kebutuhan untuk

25
melakukan perbaikan. Beberapa klinisi menganjurkan inspeksi
serviks yang rutin, menggunakan rasional bahwa hal ini
mengurangi laserasi serviks sebagai penyebab perdarahan
berikutnya.
Untuk mengetahui apakah ada tidaknya robekan jalan lahir,
maka periksa daerah perineum, vagina, dan vulva. Setelah bayi
lahir vagina akan mengalami peregangan, oleh kemungkinan
edema dan lecet. Introitus vagina juga akan tampak terkulai dan
terbuka. Sedangkan vulva bisa berwarna merah, bengkak dan
mengalami lecet-lecet.
Untuk mengetahui ada tidaknya trauma atau haemorroid yang
keluar, maka periksa anus dengan rectal toucher.14
Pemeriksaan perkiraan darah yang hilang :
Pemeriksaan darah yang hilang dapat dilakukan dengan cara :
Menyiapkan botol 500 ml yang digunakan untuk menampung
darah dan dinilai berapa botol darah yang telah digunakan untuk
menampung darah. Cara tak langsung untuk mengukur jumlah
kehilangan darah adalah melalui penampakan gejala dan tekanan
darah. Kalau menyebabkan lemas, pusing dan kesadaran menurun
serta tekanan darah systole turun lebih dari 10 mmHg dari kondisi
sebelumnya maka telah terjadi perdarahan lebih dari 500 ml.
Perdarahan terjadi karena kontraksi uterus yang tidak kuat
dan tidak baik, sehingga tidak mampu menjepit pembuluh darah
yang ada di sekitar akibatnya perdarahan tak dapat berhenti. Jika
terjadi perdarahan, rencanakan dan lakukan tindakan-tindakan
untuk berusaha menghentikan perdarahan segera :
1) Injeksi metergometrin maleat (metergin) intramuscular
2) Kompresi uterus bimanual (eastman)
3) Eksplorasi sisa plasenta atau selaput janin dalam kavum uteri
4) Eksplorasi kemungkinan robekan jalan lahir lainnya
5) Luka episiotomy atau robekan jalan lahir lainnya dirawat

26
6) Dapat juga dilakukan pemasangan tampon uterovaginal.14
Pemantauan dan evaluasi lanjut :
Selama kala IV, pemantauan dilakukan setiap 15 menit pada
1 jam pertama setelah plasenta lahir dan setiap 30 menit pada 1 jam
kedua setelah persalinan.
1) Vital sign : Tekanan darah normal <140/90 mmHg. Bila TD <
90/60 mmHg, N >100 x/menit (terjadi masalah), masalah yang
timbul kemungkinan adalah demam atau perdarahan.
2) Suhu : S >380 C (identifikasi masalah), kemungkinan terjadi
dehidrasi ataupun infeksi.
3) Nadi
4) Pernafasan
5) Tonus uterus dan tinggi fundus uteri : Kontraksi tidak baik
maka uterus teraba lembek. TFU normal apabila sejajar dengan
pusat atau di bawah pusat. Uterus lembek (lakukan masase
uterus, bila perlu berikan injeksi oksitosin atau methergin).
6) Perdarahan : Perdarahan normal selama 6 jam pertama yaitu
satu pembalut atau seperti darah haid yang banyak. Jika lebih
dari normal identifikasi penyebab (dari jalan lahir, kontraksi,
atau kandung kencing).14
7) Lochea, ada beberapa jenis lochea, yaitu :
a) Lochea rubra (cruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa
selaput ketuban, ses-sel desidua, vernix caseosa, lanugo,
dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan.
b) Lochea sanguinolenta : warnanya merah kuning berisi
darah dan lendir. Ini terjadi pada hari ke 3-7 pasca
persalinan.
c) Lochea serosa : berwarna kuning dan cairan ini tidak
berdarah lagi pada hari ke 7-14 post partum
d) Lochea alba : cairan putih yang terjadinya pada hari setelah
2 minggu.

27
e) Lochea purulenta : ini karena terjadi infeksi, keluar cairan
seperti nanah berbau busuk.
f) Lochiotosis : lochea tidak lancar keluarnya.
8) Kandung kemih : Bila kandung kencing penuh, uterus
berkontraksi tidak baik.12
g. Tujuan Asuhan Persalinan
Tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang
memadai selama persalinan, dalam upaya mencapai pertolongan
persalinan yang bersih dan aman dengan memperhatikan aspek sayang
ibu dan sayang bayi.
Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan
hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan
bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan
intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan
kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.
Tujuan asuhan persalinan adalah sebagai berikut :
1) Memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya
mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan
memberikan aspek sayang ibu dan sayang bayi.
2) Mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat
kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai upaya
yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal.11
h. Partograf
1. Pengertian Partograf
Partograf merupakan alat untuk mencatat informasi
berdasarkan observasi, anamnesis dan pemeriksaan fisik ibu dalam
persalinan yang sangat penting khususnya untuk membuat
keputusan klinis selama kala I persalinan.16
2. Tujuan Penggunaan Partograf

28
1) Untuk mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan
dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan
dalam.
2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan dengan
normal.
3. Kegunaan Partograf
1) Mencatat kemajuan persalinan
2) Mencatat kondisi ibu dan janinnya
3) Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan
kelahiran
4) Menggunakan informasi yang tercatat untuk mengidentifikasi
secara dini adanya penyulit
5) Menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan
klinik yang sesuai dan tepat waktu.17
4. Pencatatan Selama Fase Laten Persalinan
Selama fase laten persalinan, semua asuhan, pengamatan dan
pemeriksaan harus dicatat. Kondisi ibu dan bayi juga harus
dinilai dan dicatat secara saksama, yaitu sebagai berikut :
1) Denyut jantung janin (DJJ) diperiksa setiap 1/ 2 jam
2) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus diperiksa setiap 1/
2 jam
3) Nadi diperiksa setiap 1/ 2 jam
4) Pembukaan serviks diperiksa setiap 4 jam
5) Penurunan diperiksa setiap 4 jam
6) Tekanan darah dan temperatur tubuh diperiksa setiap 4 jam
7) Produksi urine, aseton dan protein diperiksa setiap 2 sampai
4 jam.8
5. Pencatatan Selama Fase Aktif Persalinan
1) Informasi tentang ibu
2) Keselamatan dan kenyamanan janin
a) Denyut jantung janin (DJJ)

29
b) Warna dan adanya air ketuban
c) Molage (penyusupan tulang kepala janin)
3) Kemajuan persalinan
a) Pembukaan serviks
b) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin
c) Garis waspada dan garis bertindak
4) Jam dan waktu
a) Waktu mulainya fase aktif persalinan
b) Waktu aktual saat pemeriksaaan dilakukan
5) Kontraksi uterus
6) Obat-obatan dan cairan yang diberikan
a) Oksitosin
b) Obat-obatan lain dan cairan IV
7) Kesehatan dan kenyamanan ibu
a) Nadi, tekanan darah dan suhu
b) Volume urine, protein atau aseton
c) Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya.8
2. Nyeri Persalinan
a. Pengertian Nyeri
1) Nyeri adalah sesuatu yang bersifat universal dan merupakan
keluhan yang bersifat umum pada sebagian besar manusia.18
2) Nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman baik ringan ataupun
berat.19
3) Nyeri pada persalinan merupakan suatu hal yang fisiologis, rasa
nyeri ini disebabkan karena adanya kontraksi dan peregangan
segmen bawah rahim dan serviks.20
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa nyeri dalam persalinan
1) Usia
Usia muda cenderung dikaitkan dengan kondisi prikologis
yang masih labil, yang memicu terjadinya kecemasan sehingga
nyeri yang dirasakan menjadi lebih berat.

30
2) Aktivitas Fisik
Aktivitas ringan bermanfaat mengalihkan perhatian dan
mengurangi rasa sakit menjelang persalinan, selama ibu tidak
melakukan latihan-latihan yang terlalu keras dan berat, serta
menimbulkan keletihan pada wanita karena hal ini justru akan
memicu nyeri yang berat.
3) Kondisi psikologis
Kondisi psikologis yang labil memegang peranan penting
dalam memunculkan nyeri persalinan yang lebih berat.
c. Fisiologi Nyeri Persalinan
1) Stimulasi
Seperti halnya berbagai stimulus yang disadari lainnya,
persepsi nyeri dihantarkan oleh neuron khusus yang bertindak
sebagai reseptor, pendeteksi stimulus, penguat dan penghantar
menutu sistem saraf pusat.18
2) Transduksi
Transduksi merupakan proses, ketika suatu stimuli nyeri
diubah menjadi suatu aktivitas listrik yang akan diterima ujung-
ujung saraf.18
3) Transmisi
Transmisi merupakan proses penerusan impuls nyeri dari
nociceptor saraf perifer melewati cornu dorsalis dan corda spinalis
menuju korteks screbri.18
4) Modulasi
Modulasi adalah proses pengendalian internal oleh sistem
saraf, dapat meningkatkan atau mengurangi penerusan impuls
nyeri.18
5) Persepsi
Persepsi adalah hasil rekonstruksi susunan saraf pusat tentang
impuls nyeri yang diterima.18
6) Teori Kontrol Gerbang (Gate Control Theory)

31
Teori Gate Control menyatakan bahwa selama proses
persalinan implus nyeri berjalan dari uterus sepanjang serat-serat
syaraf besar kearah uterus ke subtansia gelatinosa di dalam spina
kolumna, sel-sel transmisi memproyeksikan pesan nyeri ke otak,
adanya stimulasi (seperti vibrasi atau massage) mengakibatkan
pesan yang berlawanan yang lebih kuat, cepat dan berjalan
sepanjang serat syaraf kecil. Pesan yang berlawanan ini menutup
gate di substansi gelatinosa lalu memblokir pesan nyeri sehingga
otak tidak mencatat pesan nyeri tersebut.18

32
d. Penyebab Nyeri Persalinan
Penyebab nyeri saat persalinan meliputi faktor fisiologi dan
faktor psikis :
1) Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis yang dimaksud adalah kontraksi. Gerakan
otot ini menimbulkan rasa nyeri karena saat itu otot-otot rahim
memanjang dan kemudian memendek. Serviks juga akan melunak,
menipis, dan mendatar, kemudian tertarik. Saat itu lah kepala janin
menekan mulut rahim dan kemudian membukanya. Intensitas nyeri
dari pembukaan 1-10 akan bertambah tinggi dan semakin sering.
2) Faktor Psikologis
Rasa takut dan cemas yang berlebihan akan mempengaruhi
rasa nyeri ini. Hal ini karena ambang batas rangsang nyeri setiap
orang berlainan dan subjektif. Beragam respon tersebut merupakan
suatu mekanisme proteksi dari nyeri yang dirasakan.18
e. Pengukuran Skala Nyeri
1) Pengembangan skala wajah untuk mengkaji nyeri. Skala tersebut
terdiri dari enam wajah yang sedang tersenyum (tidak merasa
nyeri), kemudian secara bertahap meningkat menjadi wajah yang
kurang bahagia, wajah yang sangat sedih, sampai wajah yang
sangat ketakutan (nyeri yang sangat).18

33
Gambar Skala Nyeri Muka18
Klasifikasi Faces Pain Rating Scale :
a) Skala 0 (tidak sakit) : ekspresi wajah ceria, tersenyum
b) Skala 2 (sedikit sakit) : ekspresi wajah sedikit tampak
tersenyum
c) Skala 4 (lebih sakit) : wajah tidak ada ekspresi
d) Skala 6 (lebih sakit lagi) : ekspresi wajah menyeringai, tidak
ada senyuman
e) Skala 8 (jauh lebih sakit) : ekspresi wajah menyeringai, dagu
mengatup, merengek, sesekali menangis
f) Skala 10 (benar-benar sakit) : ekspresi wajah sangat ketakutan,
menyeringai, menangis, berteriak
2) Numeric Pain Rating Scale
Numeric Pain Rating Scale merupakan alat ukur skala nyeri
unidimentional yang berbentuk garis horizontal sepanjang 10 cm, 0
menunjukkan tidak nyeri dan 10 nyeri berat. Pengukuran skala
nyeri ini dilakukan dengan menganjurkan pasien untuk
memberikan tanda pada angka yang ada pada garis lurus yang telah
disediakan dan memberikan tanda titik dimana skala nyeri pasien
dirasakan. Selanjutnya untuk interpretasi dilihat langsung dimana
pasien memberikan tanda untuk skala nyeri yang dirasakannya.21

34
Gambar Numeric Pain Rating Scale

Klasifikasi Numeric Pain Rating Scale :


a) Skala 0 : tidak nyeri
b) Skala 1-3 : nyeri ringan
c) Skala 4-6 : nyeri sedang
d) Skala 7-9 : nyeri berat terkontrol
e) Skala 10 : nyeri berat tidak terkontrol
3. Terapi Birthing Ball
a. Pengertian Terapi Birth Ball
Birth ball adalah bola terapi fisik yang membantu ibu inpartu
kala I ke posisi yang membantu kemajuan persalinan. Sebuah bola
terapi fisik yang membantu kemajuan persalinan dan dapat digunakan
dalam berbagai posisi. Salah satu gerakannya yaitu dengan duduk di
bola dan bergoyang-goyang membuat rasa nyaman dan membantu
kemajuan persalinan dengan menggunakan gravitasi sambil
meningkatkan pelepasan endorfin karena elastisitas dan lengkungan
bola merangsang reseptor di panggul yang bertanggung jawab untuk
mensekresi endorphin.22
b. Manfaat Birth Ball
Manfaat yang didapatkan dengan menggunakan birth ball selama
persalinan adalah mengurangi rasa nyeri, dan kecemasan,
meminimalkan penggunaan petidin, membantu proses penurunan
kepala, mengurangi durasi persalinan kala I, meningkatkan kepuasan
dan serta kesejahteraan ibu-ibu.23 Latihan birth ball dapat
meningkatkan mobilitas panggul ibu hamil. Latihan ini dilakukan
dalam posisi tegak dan duduk, yang diyakini untuk mendorong
persalinan dan mendukung perineum untuk relaksasi dan meredakan
nyeri persalinan.24
Selama kehamilan birthball dapat digunakan untuk mengurangi
nyeri punggung yang biasa terjadi pada kehamilan. Duduk di bola saat

35
kehamilan  akan membantu perempuan untuk memelihara dan
memperbaiki postur yang kurang baik. Birthball  membantu
memperkuat punggung dan otot abdomen yang dapat mencegah
terjadinya masalah nyeri punggung selama kehamilan. Duduk di bola
sebelum melahirkan bayi juga dapat mengurangi kram tungkai dan
memberi ketenangan dan kenyamanan.25
Penggunaan birthball selama kehamilan dapat mempersiapkan
tubuh dalam menghadapi persalinan. Hal ini  dengan memperlebar dan
membuat fleksi tulang dan sendi-sendi panggul, membantu bayi turun
ke dalam rongga panggul lebih mudah. Latihan ini juga dapat
memperkuat otot-otot dasar panggul yang bertanggung jawab untuk
memberi dorongan pada kala dua persalinan. Birthball bermanfaat jika
ibu merasa yakin dan termotivasi dengan menggunakan bola kelahiran
ini dan latihan dilakukan secara rutin dan teratur selama kehamilan dan
persalinan.26,27
Adapun manfaat lainnya dari penggunaan birth ball selama kehamilan
yaitu :
1) Mengatasi rasa sakit dan nyeri selama kehamilan
2) Menjaga ligamen dan otot tetap santai dan kencang sehingga akan
membantu tubuh untuk beradaptasi dengan perubahan dramatis
terjadi dalam diri saat persalinan nanti
3) Membantu Menyelaraskan bayi selama kehamilan dan persalinan
4) Membuka panggul dalam persalinan
5) Menghibur dan mengalihkan perhatian selama persalinan
c. Indikasi dan Kontraindikasi
1) Indikasi
a) Ibu inpartu yang merasakan nyeri
b) Pembukaan yang lama
c) Penurunan kepala bayi yang lama
d) Ibu hamil yang usia kehamilannya sudah memasuki trimester
ketiga

36
e) Biasanya mengeluh bahwa mereka kesulitan untuk duduk
dengan nyaman
2) Kontraindikasi
a) Janin malpresentasi
b) Perdarahan antepartum
c) Ibu hamil dengan hipertensi
d) Penurunan kesadaran.
e) Ibu dengan komplikasi selama kehamilan. 24
d. Persiapan
1) Alat dan Bahan
a) Bola
Ukuran bola disesuaikan dengan tinggi badan ibu hamil.
Ibu hamil dengan tinggi badan 160-170 cm dianjurkan
menggunakan bola dengan diameter 55-65 cm. Wanita dengan
tinggi badan diatas 170 cm cocok menggunakan bola dengan
diameter 75 cm.
b) Matras
c) Kursi
d) Bantal atau pengalas yang empuk
2) Lingkungan
Lingkungan yang nyaman dan kondusif dengan penerangan
yang cukup merangsang turunnya stress pada ibu. Pastikan lantai
yang digunakan untuk terapi birthball tidak licin dan anti selip.
Privasi ruangan membantu ibu hamil termotivasi dalam latihan
Birthball. Dengan lingkungan yang mendukung tersebut
mengoptimalkan keefektifan dari latihan ini yaitu nyeri yang
dirasakan klien berkurang bahkan hilang sehingga klien dapat
fokus pada kelahiran bayinya.
3) Peserta Latihan
Peserta latihan yang dimasud adalah ibu yang akan
melahirkan yang mengalami nyeri menjelang persalinannya. Ibu

37
dan janin juga harus dalam kondisi sehat. Klien dipersiapkan
latihan dengan kondisi yang tidak capek dan tidak dalam keadaan
gaduh gelisah akibat nyeri yang hebat. Jika ibu dalam kondisi
capek, maka tenaga yang terkuras semakin banyak dan mengalami
kecapekan saat meneran. Keadaan gaduh gelisah menghambat
konsentrasi ibu dalam meredakan nyerinya. Lebih baik jika ibu
bertelanjang kaki untuk mencegah tergelincir. 24
4) Pelaksanaan
Kebanyakan ahli menyarankan agar mematuri panduan yang
disarankan yaitu sebagai berikut :
a) Frekuensi latihan 3 sampai 5 kali perminggu
b) Intensitas sedang
c) Waktu latihan maksimal 40 menit per sesi.
e. Jenis Gerakan
1) Duduklah diatas bola, mencari posisi ternyaman seperti halnya
duduk diatas kursi dengan kaki membuka agar keseimbangan
badan diatas bola terjaga. Pantulkan bola dengan posisi duduk,
minimal 10 kali.

38
2) Dengan tetap duduk diatas bola, lakukan gerakan memutar pinggul
searah jarum jam dan sebaliknya seperti membentuk lingkaran atau
hulahoop sebanyak 10 kali.

3) Lakukan gerakan pinggul ke depan dan ke belakang atau maju


mundur mengikuti menggelinding bola. Lakukan secara berulang
10 kali.

39
4) Lakukan gerakan pinggul ke samping kanan dan ke samping kiri
mengikuti aliran gelinding bola. Lakuran secara berulang minimal
10 kali.

5) Lakukan gerakan, posisikan kaki setengah maju, gerakkan badan


maju mundur, ke kanan 10 kali dan ke kiri 10 kali.

40
6) Rentangkan tangan ke atas kanan dan kiri, masing-masing 10 kali.

7) Atur posisi menungging, dengan posisi kepala bersandar ke bola,


lakukan tarik napas tarik punggung ke atas dan buang ke bawah
dengan teratur.

41
8) Atur posisi menungging, dengan posisi kepala bersandar ke bola,
lakukan tarik napas tarik bokong, putarkan ke kanan dan ke kiri.

9) Posisikan tangan diangkat ke atas, sambil bernafas dengan hidung,


dan keluarkan udara melalui mulut. Setelah itu gantian tangan
disatukan di bagian bawah, sambil bernafas dengan hidung, dan
keluarkan udara melalui mulut.

42
10) Rilex dengan gaya menungging, jangan sampai menekan bagian
perut ke depan dan ke belakang.

43
HASIL PENELITIAN JURNAL

N MAHASISWA HASIL PENELITIAN


O
1. Albertina Yuningsih a. Ada penurunan nyeri persalinan kala I fase
Langkameng aktif sebelum dan setelah dilakukan pelvic
(1904007) rocking dengan birthing ball pada ibu
bersalin.
b. Ada pengaruh yang signifikan birth ball
terhadap efikasi diri dan nyeri persalinan
sehingga nyeri persalinan lebih rendah.
c. Ada pengaruh pergerakan panggul
menggunakan bola kelahiran dan
mendengarkan suara alam dan konsumsi
sirup madu pada nyeri persalinan pada
wanita nulliparous.
2. Dewi Sartika Nasution a. Terdapat pengaruh antara latihan birth ball
(1904011) terhadap efikasi diri primipara pada
persalinan normal.
b. Ada pengaruh terapi birthball terhadap lama
kala I persalinan.
c. Ada pengaruh latihan bola kelahiran selama
kehamilan terhadap cara melahirkan pada
wanita primipara.
3. Dian Yuliani (1904015) a. Ada pengaruh penggunaan birthing ball
terhadap penurunan skor nyeri pada Ibu
bersalin kala I fase aktif di Klinik Bersalin
Bekasi.
b. Latihan birth ball efektif dalam penurunan
nyeri persalinan kala I fase aktif pada
primigravida di BPM Kota Tasikmalaya
tahun 2017.

44
c. Birth ball efektif dalam mengurangi nyeri
persalinan, sakit punggung, menurunkan
tingkat kecemasan dan dapat memberikan
relaksasi.
4. Eva Zuli Oktavia a. Latihan birth ball efektif terhadap penurunan
(1904019) nyeri persalinan kala I fase aktif pada
primigravida.
b. Ada pengaruh penggunaan birthing ball
terhadap penurunan skor nyeri pada ibu
bersalin kala I fase aktif di Klinik Bersalin
Bekasi tahun 2018.
c. Ada pengaruh penggunaan bola kelahiran
selama tahap pertama persalinan terhadap
kemajuan persalinan.
5. Fauzia Rahmi a. Ada pengaruh pada ibu hamil yang
(1904023) melakukan senam hamil birth ball terhadap
pengurangan persepsi nyeri terhadap
persalinan.
b. Ada pengaruh pada ibu primigravida yang
melakukan latihan birth ball terhadap
intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif.
c. Ada pengaruh pada ibu multipara yang
melakukan latihan persalinan dengan
menggunakan birthing ball terhadap
dorongan persalinan atau mempercepat
proses persalinan.
6. Iswahyuni (1904027) a. Ada pengaruh penggunaan birthing ball
terhadap penurunan skor nyeri pada Ibu
bersalin kala I fase aktif di Klinik Bersalin
Bekasi.
b. Ada pengaruh senam hamil menggunakan
birth ball terhadap persepsi nyeri pada
primigravida selama persalinan.
c. Penggunaan metode birthing ball

45
berpengaruh terhadap penurunan nyeri pada
ibu bersalin.
7. L. Afifah K. N a. Ada perbedaan antara penggunaan brith ball
(1904031) terhadap tingkat kecemasan dan intensitas
nyeri ibu bersalin dengan yang tidak
menggunakan brith ball.
b. Ada hubungan yang signifikan antara yang
menggunakan brith ball pada masa
kehamilan untuk kelancaran melahirkan.
c. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara
brith ball terhadap kemajuan pertama tahap
persalinan pada ibu nulipara.
8. Maria Imelda Loru a. Terdapat pengaruh senam hamil terhadap
(1904031) persepsi nyeri ibu hamil pada persalinan dan
efikasi diri.
b. Terdapat pengaruh pelvic rocking dengan
birthing ball terhadap lamanya kala I pada
persalinan.
c. Penggunaan peanut ball atau bola kacang
pada persalinan yang dilakukan oleh ibu
tidak memiliki pengaruh yang signifikan.
9. Novia Rahayu Apriliani a. Latihan birth ball efektif untuk menurunkan
(1904039) nyeri persalinan kala I fase aktif pada
primigravida.
b. Latihan birth ball efektif untuk menurunkan
nyeri dan efikasi diri saat melahirkan.
c. Latihan birth ball efektif terhadap
manajemen nyeri persalinan.
10. Rancy Agnes Angelina a. Ada pengaruh terapi birth ball terhadap lama
Sirait (1904045) kala II persalinan dan intensitas nyeri
persalinan pada ibu bersalin primigravida di
RB Kasih Ibu Yogyakarta.
b. Ada pengaruh yang signifikan latihan

46
goyang panggul menggunakan birth ball
terhadap kemajuan persalinan.
11. Shinta Yuliana a. Pelvic Rocking Exercise pada ibu bersalin
(1904047) kala I sangat efektif dilakukan terhadap
kemajuan persalinan dan lama persalinan.
b. Penggunakan peanut ball tidak ada manfaat
yang ditemukan, tetapi diharapkan bidan
akan terus menyarankan menggunakan bola
kacang untuk meningkatkan kenyamanan
dan pemberdayaan bagi wanita dalam proses
persalinan.
c. Tinjauan sistematis penelitian ini
memberikan bukti yang valid bahwa teknik
birth ball dapat mengurangi intensitas nyeri
persalinan.
d. Vina Maghfiroh a. Ada beda yang signifikan tingkat nyeri
(1904051) sebelum dan setelah dilakukan tekhnik pijat
birthball pada ibu bersalin kala I.
b. Pelaksanaan pelvic rocking dengan birthing
ball berpengaruh signifikan terhadap
lamanya kala I pada ibu bersalin di griya
hamil sehat mejasem.
c. Ada pengaruh penggunaan birth ball
terhadap intensitas nyeri ibu, kepuasan
dengan penghilang nyeri, rasa kontrol dalam
persalinan, persalinan yang dibantu dan
kepuasan dengan pengalaman melahirkan.
e. Yuli Ambarwati a. Ada perbedaan yang signifikan pada tingkat
(1904055) efikasi diri antara kelompok ibu yang
melakukan latihan birth ball dengan
kelompok kontrol pada saat dilatasi serviks 4
cm dan 8 cm.

47
b. Birthing ball, pelvic rocking, dan massage
endorphin berpengaruh yang signifikan
terhadap nyeri persalinan pada kala I.
c. Terdapat pengaruh yang lebih signifikan
antara latihan birth ball dan nyeri persalinan.

48
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


BIRTHING BALL

Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh


STANDAR .................. Ketua STIKES karyaHusada Semarang
OPERASIONAL
PROSEDUR
.....................................
Birthing balll merupakan salah satu tehnik relaksasi untuk mengurangi nyeri
PENGERTIAN
persalinan, dengan menambahkan alat berupa bola
Melakukan latihan Birthing balll exercises pada ibu hamil sebagai persiapan
TUJUAN dan melenturkan otot-otot panggul dalam menghadapi persalinan guna
memperpendek lama waktu persalinan kala I dan kala II
1. Mengatasi rasa sakit dan nyeri selama kehamilan
2. Menjaga ligamen dan otot tetap santai dan kencang sehingga akan
membantu tubuh Anda untuk beradaptasi dengan perubahan dramatis
terjadi dalam diri Anda saat persalinan nanti
MANFAAT
3. membantu Menyelaraskan bayi selama kehamilan dan persalinan
4. Membuka panggul dalam persalinan
5. Menghibur dan mengalihkan perhatian selama persalinan

1. ibu hamil yang usia kehamilannya sudah memasuki trimester ke tiga


INDIKASI 2. biasanya selalu saja mengeluh bahwa mereka kesulitan untuk duduk
dengan nyaman
Ibu dengan komplikasi selama kehamilan
KONTRAINDIKASI

PERSIAPAN PASIEN Kondisi ibu dan bayi sehat


PERSIAPAN ALAT 1. SOP Birthing ball exercises
2. Lembar observasi latihan ,TTV dan DJJ
3. Alat Pemeriksaan Tanda-tanda Vital ( Tensimeter dan stetoskop )

49
4. Alat pemeriksaan DJJ ( Doppler)
5. Bola
6. Karpet anti selip
PETUGAS Lestari Puji Astuti, S.SiT, M.Kes
PROSEDUR A. Tahap Pra Interaksi
PELAKSANAAN 1. Memperkenalkan diri
2. Menyiapkan kondisi lingkungan yang nyaman untuk melakukan
perlakuan.
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan kepada
responden. Peneliti akan melakukan latihan Birthing ball bersama ibu
hamil yang sebelumnya akan dilakukan pemeriksaan TTV dan Denyut
Jantung Janin terlebih dahulu.

B. Tahap Orientasi
1. Menjelaskan tahapan yang akan dilakukan saat melakukan
latihan Birthing ball mencakup tahap awal, tahap inti dan tahap akhir.
2. Menjelaskan lama waktu melaksanakan latihan selama 30
menit.
3. Meminta kepada pasien untuk menggunakan pakaian yang
nyaman untuk mempermudah latihan Birthing ball
4. Berikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya jika ada
yang kurang jelas

C. Tahap Kerja
Pastikan ibu dan bayi dalam keadaan sehat periksa TTV ibu dan denyut
jantung janin sebelum melakukan tindakan.

a. Duduklah dengan
mencari posisi
ternyaman,
pantulkan bola
dengan posisi
duduk, minimal 10 x

50
b. Lakukan putaran
dengan posisi
duduk, 10 x ke
kanan dan 10 x ke
kiri

c. Lakukan gerakan
maju mundur ,
masing – masing 10
x

d. Lakukan gerakan
goyang ke samping
minimal 10 x

e. Lakukan gerakan,
posisikan kaki
setengah maju,
gerakan badan
maju mundur ,
kekanan 10 x,
kekiri 10 x

51
f. Rentangkan
tangan keatas
kanan dan kiri,
masing – masing
10 x

g. Atur posisi
menungging,
dengan posisi
kepala bersandar
ke bola, lakukan
tarik napas tarik
punggungke atas
dan buang ke
bawah dengan
teratur

h. Atur posisi
menungging,
dengan posisi
kepala bersandar
ke bola, lakukan
tarik napas tarik
bokong, putaran ke
kanan dan kekiri

i. Posisikan tangan
diangkat keatas,
sambil bernafas
dengan hidung,
dan keluarkan
udara melalui
mulut
j. Setelah itu gantian

52
tangan di satukan
di bagaian
bawahbawa,
sambil bernafas
dengan hidung,
dan keluarkan
udara melalui
mulut

k. Rilex dengan gaya


menungging,
jangan sampai
menekan bagian
perut ke depan dan
belakang

B. TahapTerminasi
1. Evaluasi pemahaman ibu adakah yang merasa kesulitan atau merasa
terlalu lelah dengan latihan yang dilakukan
2. Setelah ibu merasa rileks 5-10 menit pasca melakukan latihan lakukan
pemeriksaan TTV ulang dan pemeriksaan Denyut Jantung Janin.

1. Aprilia Y. Gentle Birth Ballance: persalinan holistik mind , body and soul.
Bandung. Qanita. 2014. Hal 228-30
2. Denise T. Teach yourself, positive pregnancy.UK: Hodder
DOKUMEN Education.2008;Hal:
TERKAIT 3. Theresa Jamison.Yoga For Pregnancy: Vitality Relaxation
Ballance.Australia.Hinkler Books Pty LTd.2004;Hal:58
4. Thorn, Gill. Kehamilan Sehat: panduan praktis diet, olahraga, relaksasi
bagi ibu hamil. Jakarta. Erlangga.2004:66-68

53
SKILL LABORATORIUM

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA


SEMARANG

No : ................................ Institusi : ................................


Nama : ............................. Tanggal : ................................
Stase : ............................. Observer : ..............................

PENUNTUN BELAJAR BIRTHING BALL

Nilailah setiap kinerja langkah yang diamati dengan menggunakan skala sbb
1. Perlu perbaikan : Langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar atau
dihilangkan.
2. Mampu : Langkah benar dan berurutan, tetapi kurang tepat atau pelatih
perlu membantu / mengingatkan hal-hal kecil yang tidak terlalu berarti
3. Mahir : Langkah dikerjakan dengan benar, tepat tanpa ragu – ragu atau
tanpa perlu bantuan dan sesuai dengan urutan.
T/S : Tindakan / langkah-langkah yang dilakukan tidak sesuai dengan
situasi yang sedang dihadapi.

54
S
O
A
L

1. Seorang perempuan usia 25 tahun G1P0A0, usia kehamilan 39 minggu,


datang ke Puskesmas, pembukaan 3 cm, kulit ketuban (+), ibu mengeluh
nyeri pada punggung, bidan memberikan terapi birth ball. Untuk
mengurangi kecemasan, meminimalkan rasa nyeri, membantu proses
penurunan kepala, mengurangi durasi persalinan kala I. Apa yang
dimaksud penjelasan diatas ..?
A. Pengertian Birth ball
B. Manfaat birth ball
C. Tujuan birth ball
D. Keunggulan birth ball
2. Seorang perempuan umur 35 tahun, GIIP1A0, usia kehamilan 40 minggu
di klinik, TD:110/80 MmHg, N : 80 x/mnt, S:36, VT pembukaan 4 cm,
kulit ketuban (+), bidan memberikan terapi birth ball untuk mengurangi
rasa nyeri dan mempercepat penurunan kepala saat dilakukan birthing ball,
hormon apa yang mempengaruhi ibu tersebut...?
A. Prolaktin
B. Progesteron
C. Endorfin
D. Estrogen
3. Seorang perempuan umur 23 Tahun, GIP0A0, usia kehamilan 39 minggu
di Klinik Siti Fatonah. TD:100/80 mmHg, N:78 x/mnt, S:36,5 Rr:24
x/mnt, Vt: 1 cm, kulit ketuban (+), Bidan menerapkan birth ball, posisi
seperti apa yang sesuai....?
a. Tegak dan duduk
b. Miring kiri

55
c. Jongkok
d. Berbaring terlentang
4. Seorang perempuan umur 20 tahun, GIP0A0, usia kehamilan 40 minggu di
Klinik, TD:110/80 mmHg, N:78 x/mnt, S:36,5 Rr:24 x/mnt, Vt: 3 cm,
kulit ketuban (+), pasien mengeluh nyeri punggung, Bidan menerapkan
birth ball, berapa waktu yang tepat saat melakukan birth ball....?
a. 1 Jam
b. 30 Menit
c. 25 Menit
d. 40 Menit
5. Seorang perempuan umur 24 tahun, GIIPIA0, usia kehamilan 38 minggu
di Klinik Suganda TD:110/80 mmHg N:78 x/mnt, S:36,5 Rr:24 x/mnt, Vt:
3 cm, kulit ketuban (+), pasien mengeluh nyeri punggung, Bidan
menerapkan birth ball, pada gambar di bawah ini termasuk gerakan nomor
berapa..?
A. Kedua
B. Kelima
C. Pertama
D. Keenam

6. Seorang perempuan umur 34 tahun, GIVPIIIA0, usia kehamilan 41


minggu datang ke Klinik, keluhan ibu merasakan keluar lendir dari jalan
lahir, hasil pemeriksaan dalam kulit ketuban (-). Kontra indikasi apa yang
mengakibatkan ibu tidak dilakukan birth ball...?
a. Usia Kehamilan
b. Kk (-)
c. Usia Ibu
d. Multipara

56
7. Seorang perempuan umur 28 tahun, GIIPIA0, usia kehamilan 39 minggu
datang ke Klinik, akan dilakukan birth ball, alat dan bahan apa yang
penting untuk dilakukannya agar tidak jatuh ...?
A. Karpet
B. Seprei
C. Daun
D. Matras / Karpet Anti Selip
8. Seorang perempuan umur 23 tahun, G1P0A0, usia kehamilan 40 minggu
datang ke Klinik, keluhan ibu merasakan kencang-kencang dan nyeri
punggung, hasil pemeriksaan dalam pembukaan 4 cm. Bidan akan
melakukan terapi untuk mengurangi nyeri punggunng. Terapi apa yang
sesuai ...?
a. Gym ball
b. Terapi musik
c. Brith ball
d. Masage Effleurage
9. Seorang perempuan umur 33 tahun, GIIIPIIA0, usia kehamilan 38 minggu
datang ke Klinik, keluhan ibu merasakan nyeri punggung, hasil
pemeriksaan dalam pembukaan 4 cm. Bidan akan melakukan terapi untuk
mengurangi nyeri punggung dengan menggunakan birth ball, apa manfaat
yang tepat untuk birth ball..?
A. Mempercepat penurunan kepala
b. Mengurangi pusing
c. Mengurangi sakit pada perut
d. Mempercepat kontraksi

57
10. Seorang perempuan umur 20 tahun, GIP0A0, usia kehamilan 38 minggu
datang ke Klinik, keluhan ibu merasakan nyeri punggung, hasil
pemeriksaan dalam pembukaan 3 cm. Bidan akan melakukan terapi untuk
mengurangi nyeri punggung dengan menggunakan birth ball, berapa
gerakan saat melakukan birth ball..?
A. 5 gerakan
B. 8 gerakan
C. 10 gerakan
D. 15 gerakan

58
D
aft
ar
Pu
sta
ka

1. Gau M-L, Chang C-Y, Tian S-H, Lin K-C. Effects of birth ball exercise on
pain and self-efficacy during childbirth: A randomised controlled trial in
Taiwan. Midwifery [Internet]. 2011 Dec;27(6):e293–300. Available from:
http://linkinghub.elsevier.com/ retrieve/pii/S0266613811000192.
2. Hau W-L, Tsang S-L, Kwan W, Man LS-K, Lam K-Y, Ho L-F, et al. The
use of birth ball as a method of pain management in labour. Hong Kong J
Gynaecol Obs Midwifery. 2012;12:63–8.
3. Leung RW, Li JF, Leung MK, Fung BK, Fung LC, Tai S, et al. Efficacy of
birth ball exercises on labour pain management. Hong Kong Med J
[Internet]. 2013 Jul 22 ; Available from :
http://www.hkmj.org/abstracts/v19n5/393.htm.
4. Have a BALL During Pregnancy, Labour & Birthing. Leaflet – Advantage
Health Care Pty Ltd
5. Benefits of a birthball for more comfortable childbirth. Tersedia di www.
my natural childbirth.org
6. Makvandi Somayeh, Latifnejad
Roudsari Robab, Sadeghi Ramin, Karimi Effect of birth ball on labor pain
relief : A systematic review and meta‐analysis. Journal of Obstetrics and
Gynaecology Research, 2015, Vol 41, Issue 11

59
ASUHAN KEBIDANAN IBU INPARTU / INTRA PARTUM DENGAN
KEBUTUHAN BIRTHING BALL PADA NY. ”H”
DI KLINIK KARYA HUSADA

I. PENGKAJIAN
Tanggal : Senin, 11 November 2019
Jam : 08.00 WIB

Data Subyektif
1. Biodata
1.1 Biodata Pasien
Nama : Ny. “H”
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa /Indonesia
Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Nilam 1, RT/RW 02/02
1.2 Biodata Suami
Nama : Tn. “M”
Umur : 28 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa /Indonesia
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Nilam 1, RT/RW 02/02

2. Keluhan Utama
- Ibu mengatakan kenceng-kenceng dan mengeluarkan lendir
bercampur darah

60
- Ibu mengeluh nyeri perut menjalar ke pinggang dan punggung serta
selama hamil, ibu mengatakan selalu kesulitan untuk duduk dengan
nyaman selama memasuki usia kehamilan 7 bulan sampai saat ini

3. Riwayat Kesehatan
3.1 Riwayat kesehatan dahulu
- Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular
seperti: Hepatitis, AIDS, TBC dan lain-lain.
- Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit keturunan
seperti DM, tekanan darah tinggi, jantung dan lain-lain
3.2 Riwayat kesehatan sekarang
- Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular
seperti: Hepatitis, AIDS, TBC dan lain-lain.
- Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit keturunan
seperti DM, tekanan darah tinggi, jantung dan lain-lain
3.3 Riwayat kesehatan keluarga
- Ibu mengatakan di keluarga tidak ada yang menderita penyakit
menular seperti Hepatitis, AIDS, TBC dan lain-lain.
- Ibu mengatakan di keluarga tidak ada yang menderita penyakit
keturunan seperti DM, tekanan darah tinggi, jantung dan lain-
lain
- Ibu mengatakan di keluarga tidak ada riwayat kembar
- Ibu mengatakan di keluarga tidak ada yang mengalami
kecacatan

4. Riwayat Perkawinan
4.1 Usia menikah 24 tahun
4.2 Lama menikah 1 tahun
4.3 Menikah 1 kali

61
5. Riwayat Obstetri
5.1 Riwayat Menstruasi
 Menarche : 13 tahun
 Siklus/lama : 28 hari /7 hari
 Perdarahan : banyak (ganti pembalut 4-5 kali)
 Dysmenorhea : tidak
 Fluor albus : tidak

5.2 Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu


Ibu mengatakan hamil yang pertama
5.3 Riwayat kehamilan sekarang
 Umur kehamilan menurut pasien 9 bulan
 HPHT tanggal 06-02-2019 HPL tanggal 13-11- 2019
 Periksa hamil : 4 kali di bidan, ibu mendapat terapi tablet Fe
1x1, Kalk 1x1, asam folat 1x1 dan mendapatkan pendidikan
kesehatan tentang gizi ibu hamil, tanda bahaya kehamilan,
tanda-tanda persalinan
 Imunisasi TT
TT1 : Calon pengantin
TT2 : Hamil 1
 Kebiasaan
Minum jamu : tidak pernah
Merokok : tidak pernah
Obat-obatan tertentu : tidak pernah, kecuali resep dari bidan
 Gerakan janin sudah dirasakan ibu
 Rencana persalinan di PMB Hj. Neni Rumini, S.SiT

6. Riwayat Keluarga Berencana


6.1 Ibu mengatakan belum pernah menggunakan KB

62
7. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

Sebelum Hamil Selama hamil


·     Pola nutrisi

Makan 3 kali sehari, porsi 1 Makan 3-4 kali sehari, porsi 1


piring, dengan nasi, lauk pauk, piring dengan nasi, lauk pauk,
sayur,  buah, minum air putih dan sayur,  buah, minum air putih
susu ± 6-7 gelas/hari dan susu ± 7-8 gelas/hari

·     Pola eliminasi

BAB tiap pagi lancar BAB 1 hari sekali

BAK + 5 kali/hari BAK + 8 kali/hari


·     Pola aktivitas

lbu bisa melakukan pekerjaan rumah Ibu melakukan pekerjaan rumah


tangga (mencuci, menyapu, dibantu oleh suami.
memasak)

·     Pola istirahat/tidur

Tidur siang hari + 2 jam Tidur siang ± 1 jam

Tidur malam hari + 8 jam Tidur ± 8 jam/hari

Kalau ada waktu luang digunakan


untuk istirahat

·     Personal hygiene

Mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari Mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari
dan ganti baju tiap habis mandi dan ganti baju tiap kali habis
mandi

63
Hubungan Seksual

Ibu mengatakan 1 kali seminggu Ibu mengatakan selama hamil


belum pernah berhubungan

8. Psikososio spiritual
8.1 Tanggapan ibu terhadap dirinya sekarang
Ibu merasakan kurang nyaman dengan apa yang dirasakan karena
adanya nyeri pada perutnya
8.2 Tanggapan ibu terhadap kehamilannya
Ibu mengharapkan agar bayinya segera lahir
8.3 Respon keluarga terhadap keadaan ibu
Suami dan keluarga ikut senang menyambut kelahiran bayi yang
diinginkan
8.4 Ketaatan beribadah
Ibu selalu melaksanakan sholat 5 waktu, namun saat ini belum
melaksanakan shalat
8.5 Pengambilan keputusan di dalam keluarga
Pengambilan keputusan dalam keluarga di dominasi oleh suami
8.6 Pemecahan masalah (coping)
Pemecahan masalah dilakukan secara musyawarah
8.7 Keadaan lingkungan
Keadaan lingkungan rumah bersih dan tidak memiliki hewan
peliharaan seperti kucing dan anjing karena dapat menyebabkan
penyakit TORCH

Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
1.1 Keadaan Umum : baik
1.2 Status Emosional : stabil

64
1.2 Tingkat Kesadaran : composmentis
Tinggi Badan
Berat Badan sebelum hamil : 50 kg
Berat badan selama hamil : 58 kg
Suhu : 36,7 0C
Nadi : 88 x / menit
RR : 22 x / menit
TD : 110/70 mmHg

2. Pemeriksaan Fisik
Status Present
Rambut : Lurus, bersih, tidak rontok
Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
Hidung : Tidak ada polip, bersih, tidak ada cairan yang keluar
Mulut : Bibir tidak kering, gigi tidak caries, rongga mulut bersih.
Telinga : Simetris, bersih
Muka : Tidak edema, tidak pucat
Leher : Kelenjar tyroid tidak membesar
Dada : Simetris, tidak ada bunyi ronchii, tidak ada retraksi
dinding dada
Mammae : Simetris,tidak ada benjolan, tidak ada cairan yang keluar
Perut : Tidak ada luka bekas operasi, tidak ada pembesaran hepar
Genetalia : Bersih, tidak ada tanda-tanda PMS
Anus : Tidak ada hemoroid
Ekstremitas atas dan bawah : tidak oedema, tidak varises, kuku bersih
Punggung : Tidak skoliosis, tidak lordosis, tidak kifosis

3. Status Obstetrikus
3.1 Inspeksi
- Muka : ada cloasma gravidarum

65
- Mammae : areola mamae menghitam, kelenjar montgomery
terlihat, putting susu menonjol, colostrum belum keluar
- Perut : Pembesaran perut sesuai kehamilan, ada linea
nigra, ada striae albicans
- Genetalia : Tidak oedema, ada cairan yang keluar berupa
lendir bercampur darah
3.2 Palpasi
- Leopold I : TFU 3 jari dibawah processus xifoideus, TFU 33
cm bagian fundus teraba besar, lunak, tidak melenting
(bokong).
- Leopold II : Di sebelah kanan ibu teraba bagian tahanan keras,
memanjang dari atas sampai bawah (punggung) dan di sebelah
kiri teraba bagian-bagian kecil dari janin (ekstremitas).
- Leopold III : Bagian bawah teraba bulat, keras, melenting
(kepala)
- Leopold IV: Bagian bawah janin sudah masuk Pintu Atas
Panggul (Divergen)
3.3 Auskultasi
DJJ : 4 x (5’ + 5”’ + 5””’)
4 x (11 + 12 + 12)
140 kali/menit
His : 4 kali/10’/25”
3.4 Vagina Toucher (VT)
Pembukaan Ф 1 cm, KK +, effisement 30 % presentasi kepala,
letak membujur, engaged (penurunan) 5/5 Hodge I
4. Pemeriksaan penunjang
4.1 Laboratorium : HB 11,5 gr / dl

66
II. INTERPRETASI DATA
Diagnosa :
G1P0A0, usia 25 tahun, hamil 39 minggu 5 hari, Janin tunggal, hidup, intra
uterine, Letak membujur, presentasi kepala, sudah masuk PAP, punggung
kanan, Inpartu kala I fase laten dengan Birthing ball

Dasar :
Data subyektif :
1. Ibu mengatakan hamil yang pertama dan tidak pernah keguguran
2. Ibu mengatakan berusia 25 tahun
3. HPHT tanggal 06-02- 2019 HPL tanggal 13-11- 2019
4. Ibu mengatakan kenceng-kenceng dan mengeluarkan lendir bercampur
darah.
5. Ibu mengeluh nyeri perut menjalar ke pinggang dan punggung serta
selama hamil ibu mengatakan selalu kesulitan untuk duduk dengan
nyaman selama memasuki usia kehamilan 7 bulan sampai saat ini

Data Obyektif:
1. Pemeriksaan Umum : keadaan baik
2. Palpasi
Leopold I : Bokong (besar, lunak, tidak melenting)
Leopold II : Bagian kanan punggung
Bagian kiri ekstremitas
Leopold III :Kepala (bulat,keras, melenting)
Leopold IV :Sudah masuk PAP (Divergen)
3. Auskultasi : DJJ 140 kali/menit
4. His : 4 kali/10’/25”
5. Vagina Toucher (VT)
Pembukaan Ф 1 cm, KK +, effisement 30 % presentasi kepala, letak
membujur, engaged (penurunan)5/5 Hodge I
6. Pemeriksaan Penunjang :

67
Laboratorium : HB 11,5 gr / dl

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA POTENSIAL


Tidak Ada

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


Tidak Ada

V. INTERVENSI
1. Beritahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
2. Berikan asuhan sayang ibu
3. Jelaskan pada ibu dan keluarga untuk diberikan terapi Birthing Ball
4. Jelaskan pada ibu tentang manfaat Birthing Ball dan meminta
persetujuan pasien
5. Lakukan Birthing ball pada ibu
6. Anjurkan pada suami / keluarga untuk memberikan dukungan dan
semangat pada ibu

VI. IMPLEMENTASI
Hari/tanggal : Senin, 11 November 2019
Pukul : 20.30 WIB

No Jam Keterangan
1 20.30 WIB Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan
bahwa ibu sudah memasuki masa persalinan, keadaan ibu dan
janin baik. Hasil pemeriksaaan dalam yaitu pembukaan 1 cm,
ketuban utuh, DJJ 140 x/menit
2 20.32 WIB Memberikan asuhan sayang ibu, yaitu :
a. Menganjurkan ibu relaksasi nafas panjang saat ada
kontraksi
b. Memenuhi kebutuhan nutrisi ibu (makan: nasi, lauk,
sayur; minum: air putih dan teh hangat)

68
c. Menganjurkan ibu berbaring miring ke kiri
3 20.35 WIB Menjelaskan pada ibu dan keluarga Birthing Ball merupakan
salah satu tehnik relaksasi untuk mengurangi nyeri persalinan,
dengan menambahkan alat berupa bola. Gerakan dilakukan
sebanyak 10 kali pada setiap gerakannya.
4 20.37 WIB Menjelaskan pada ibu tentang manfaat dilakukan Birthing
Ball yaitu Mengatasi rasa sakit dan nyeri selama kehamilan
sampai menjelang persalinan, menjaga ligamen dan otot tetap
santai dan kencang sehingga akan membantu tubuh Ibu untuk
beradaptasi dengan perubahan dramatis yang terjadi dalam
pada Ibu saat persalinan, membantu menyelaraskan bayi
selama kehamilan dan persalinan, membuka panggul dalam
persalinan, menghibur dan mengalihkan perhatian selama
persalinan
5. 20. 38 WIB Melakukan gerakan Birthing ball, dengan cara :
a. Pastikan ibu dan bayi dalam keadaan sehat, periksa TTV
ibu dan denyut jantung janin sebelum melakukan tindakan
b. Gerakan 1 : Duduklah dengan mencari posisi ternyaman,
pantulkan bola dengan posisi duduk, minimal 10 x
c. Gerakan 2 : Lakukan putaran dengan posisi duduk, 10 x ke
kanan dan 10 x ke kiri
d. Gerakan 3 : Lakukan gerakan maju mundur, masing
-masing 10 x
e. Gerakan 4 : Lakukan gerakan goyang ke samping minimal
10 x
f. Gerakan 5 : Lakukan gerakan, posisikan kaki setengah
maju, gerakan badan maju mundur , ke kanan 10 x, ke kiri
10 x
g. Gerakan 6 : Rentangkan tangan ke atas kanan dan kiri,
masing – masing 10 x
h. Gerakan 7 : Atur posisi menungging dengan posisi kepala
bersandar ke bola, lakukan tarik napas tarik punggung ke

69
atas dan buang ke bawah dengan teratur
i. Gerakan 8 : Atur posisi menungging dengan posisi kepala
bersandar ke bola, lakukan tarik napas tarik bokong,
putaran ke kanan dan kekiri
j. Gerakan 9 : Posisikan tangan diangkat ke atas sambil
bernafas dengan hidung dan keluarkan udara melalui
mulut. Setelah itu gantian tangan di satukan di bagian
bawah, sambil bernafas dengan hidung dan keluarkan
udara melalui mulut
k. Gerakan 10 : Rilex dengan gaya menungging, jangan
sampai menekan bagian perut ke depan dan belakang
l. Evaluasi
m. Dokumentasi
6. 20.45 WIB Anjurkan pada suami / keluarga untuk memberikan dukungan
dan semangat pada ibu karena kehadiran suami dan motivasi
keluarga sangat mempengaruhi proses persalinan

VII.EVALUASI
Hari/tanggal : Senin, 11 November 2019
Pukul : 20.31 WIB

No Jam Keterangan
1 20.31 WIB Ibu dan keluarga merasa senang telah mengetahui hasil
pemeriksaan
2 20.33 WIB Ibu sudah diberikan asuhan sayang ibu
3 20.37 WIB Ibu telah mengerti apa yang di maksud dengan Birthing ball
4 20.40 WIB Ibu telah mengetahui manfaat dari Birthing Ball dan bersedia
melakukannya
5. 20.42 WIB Ibu telah di berikan terapi Birthing ball
6. 20.47 WIB Suami dan keluarga bersedia untuk memberikan dukungan
dan semangat pada ibu, karena suami dan keluarga sangat
menanti kehahiran janin yang di kandung oleh ibu

70
71

Anda mungkin juga menyukai