BERSALIN KALA II
Disusun Oleh
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari rahim ibu. Persalinan dianggap normal jika proses terjadinya pada
usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai dengan penyulit
(Bobak, 2014). Persalinan merupakan saat yang menyenangkan dan dinanti-
nantikan, tetapi dapat juga saat kegelisahan dan memprihatinkan (Saifuddin,
2015). Persalinan dimulai sejak adanya tanda-tanda persalinan atau sejak
adanya pembukaan pada serviks sampai dengan lahirnya plasenta. Kala dua
persalinan dimulai ketika dilatasi serviks sudah lengkap dan berakhir ketika
janin sudah lahir atau disebut dengan stadium ekspulsi janin. Resiko yang
terjadi pada kala II adalah rupture perineum dan nyeri persalinan, dimana
kondisi ini dapat menyebabkan kegawatan yang berujung pada kematian ibu
(Asri, 2012).
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator penting bagi derajat
kesehatan masyarakat dan keberhasilan pelayanan kesehatan di seluruh negara.
Di Indonesia jumlah AKI masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan
negara berkembang lainnya didunia. AKI di Indonesia saat ini mengalami
penurunan dari 4.999 tahun 2015 menjadi 4.912 di tahun 2016 dan di tahun
2017 (semester I) sebanyak 1.712 kasus. Penyebab kematian ibu diantaranya
perdarahan 30,5%, infeksi 22,5%, gestosis 17,5%, dan anastesia 2,0%.
Penyebab kematian obstetrik langsung yaitu Perdarahan 24%, Retensio
Plasenta 22%, Sepsis 20,8%, Eklampsia 16%. Hampir kebanyakan penyebab
kematin ibu dapat diprediksi berdasarkan faktor resiko yang dimiliki oleh ibu
selama kehamilan (Kemenkes, 2018). Sebagian besar kematian ibu (88%)
terjadi dalam waktu empat jam setelah persalinan. Kematian ibu terjadi karena
perdarahan atau sepsis. Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua
tersering dari perdarahan pasca persalinan.
Luka ruptur perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan
tidak jarang juga pada persalinan berikutnya (Wiknjosastro, 2014). Robekan
1
perineum umumnya terjadi pada ibu primigravida karena jalan lahir belum
pernah dilalui bayi dan otot masih kaku, tetapi pada ibu multigravida tidak
menutup kemungkinan juga bisa mengalami robekan perineum (Mochtar,
2014). Masalah yang sering ditemukan pada proses persalinan ini antara lain
adalah nyeri yang hebat dan resiko rupture perineum (Manuaba, 2016). Nyeri
persalinan mulai timbul pada tahap kala I fase laten dan akan berlanjut semakin
bertambah kuat instensitas nyeri pada kala I fase aktif dan kala II. Nyeri yang
terjadi dapat memengaruhi kondisi ibu berupa kelelahan, rasa takut, khawatir
dan menimbulkan stress. Stress dapat menyebabkan melemahnya kontraksi
rahim dan berakibat pada persalinan yang lama bahkan kematian pada ibu
(Kurniarum, 2016).
Manajemen nyeri persalinan dapat diterapkan secara non farmakologis
dan farmakologis. Pendekatan secara non farmakologis tanpa penggunaan
obat-obatan seperti relaksasi, masase, aromaterapi, akupresur, akupunktur,
kompres panas atau dingin. Kompres hangat merupakan suatu metode alternatif
non farmakologis untuk mengurangi nyeri persalinan pada wanita inpartu kala
II persalinan normal. Pelaksanaannya dilakukan dengan menggunakan kantong
karet diisi dengan air hangat dengan suhu 37-41 0C kemudian menempatkan
pada punggung bagian bawah ibu dengan posisi miring kiri. Pemberian
kompres hangat dilakukan selama 30 menit. Penggunaan kompres hangat
bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompres hangat pada ibu inpartu kala II
(Yani & Khasanah, 2012). Penelitian Andriany (2019) membuktikan adanya
perbedaan yang signifikan antara kompres hangat dan birthball terhadap
penurunan rasa nyeri, dimana kompres hangat lebih efektif dalam menurunkan
respon nyeri pada ibu bersalin dibandingkan Birth ball.
Penelitian Safitri (2017) juga membuktikan bahwa pemberian kompres
hangat efektif dalam menrunkan nyeri persalinan. Pemberian kompres panas
lokal atau selimut hangat akan menenangkan ibu bersalin, menghilangkan
sensasi rasa nyeri, merangsang peristaltic usus, pengeluaran getah radang serta
memberikan ketenangan dan kenyamanan pada ibu inpartu. Penelitian Siregar
(2019) mendapatkan hasil bahwa intervensi kompres hangat lebih efektif
2
3
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan kebidanan kompres hangat pada perineum ibu
bersalin kala II.
2. Tujuan Khusus
a. Mendiskripsikan teori konsep persalinan dan teknik kompres hangat.
b. Mendiskripsikan teori asuhan kebidanan teknik kompres hangat
perineum.
c. Mendiskripsikan penerapan asuhan kebidanan kompres hangat pada
perineum ibu bersalin kala II.
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Hasil penelian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai asuhan kebidanan kompres hangat pada perineum
ibu bersalin kala II.
2. Bagi Ibu Bersalin
Ibu bersalin dapat menerapkan kompres hangat perineum selama
persalinan untuk mengurangi nyeri selama persalinan.
A. Konsep Persalinan
1. Definisi Persalinan
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
uri) yang telah cukup bulan dan dapat hidup di luar uterus melalui vagina
secara spontan (Manuaba, 2016). Persalinan normal merupakan suatu proses
pengeluaran bayi dengan usia kehamilan yang cukup, letak memanjang atau
sejajar sumbu badan ibu, presentasi belakang kepala, keseimbangan
diameter kepala bayi dan panggul ibu, serta dengan tenaga ibu sendiri
(Saifudin, 2015). Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu),
lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18
jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Bobak, 2014).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)
yang telah cukup umur kehamilannya dan dapat hidup di luar kandungan
melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau dengan kekuatan ibu
sendiri (Henderson, 2014).
2. Jenis Persalinan
Persalinan berdasarkan umur kehamilan yaitu:
a. Abortus : pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan, berat janin< 500 gram atau usia kehamilan kurang dari 20
minggu.
b. Partus Immaturus : partus dari hasil konsepsi pada kehamilan dibawah28
minggu dengan berat janin kurang dari 1000 gram.
c. Partus Prematurus : kelahiran hidup bayi dengan berat antara 1000 gram
sampai 2500 gram sebelum 37 minggu.
d. Partus Maturus atau Aterm : persalinan pada kehamilan 37-42 minggu,
berat janin diatas 2500 gram.
5
6
e. Teori Janin
Terdapat hubungan hipofisis dan kelenjar suprarenal yang
menghasilkan sinyal kemudian diarahkan kepada maternal sebagai tanda
bahwa janin telah siap lahir. Namun mekanisme ini belum diketahui
secara pasti.
5. Faktor Persalinan
Beberapa faktor yang berperan didalam sebuah proses persalinan meliputi:
a. Power (Kekuatan)
Power atau tenaga yang mendorong anak adalah :
1) His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan
a) His persalinan yang menyebabkan pendataran dan pembukaan
serviks.
Terdiri: his pembukaan, his pengeluaran, dan his pelepasan uri.
b) His pendahuluan tidak berpengaruh terhadap serviks.
2) Tenaga mengejan :
a) Kontraksi otot-otot dinding perut.
b) Kepala didasar panggul merangsang mengejan.
c) Paling efektif saat kontraksi/his
b. Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yaitu bagian tulang padat, dasar
panggul, vagina dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan
lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang
keluarnya bayi, tetapi panggul ibu lebih berperan dalam proses
persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan
lahir yang relatif kaku.
c. Passenger (Janin dan Plasenta)
Janin dapat mempengaruhi jalannya kelahiran karena ukuran dan
presentasinya. Pada persalinan, karena tulang-tulang masih dibatasi
fontanel dan sutura yang belum keras, maka pinggir tulang dapat
menyisip antara satu dengan yang lain yang disebut moulage, sehingga
kepala bertambah kecil. Biasanya apabila kepala janin sudah lahir maka
8
7. Tanda-Tanda Persalinan
Tanda-tanda persalinan sudah dekat adalah;
a. Beberapa sebelum persalinan dimulai, bayi bergerak turun dalam rahim.
b. Sesaat sebelum persalinan dimulai, segumpal lendir dapat keluar.
c. Kontraksi atau his persalinan pengencangan rahim cara mendadak untuk
mengerutkan rahim dapat dimulai timbul beberapa hari sebelum
persalinan (Manuaba, 2012).
8. Tahap-Tahap Persalinan
a. Kala I (Kala Pembukaan)
Kala I persalinan dimulai dengan kontraksi uterus yang teratur
dan diakhiri dengan dilatasi serviks lengkap. Dilatasi lengkap dapat
berlangsung kurang dari satu jam pada sebagian kehamilan multipara.
Pada kehamilan pertama, dilatasi serviks jarang terjadi dalam waktu
kurang dari 24 jam. Rata-rata durasi total kala I persalinan pada
primigravida berkisar 3,3-19,7 jam. Pada multigravida ialah 0,1-14,3
jam. Ibu akan dipertahankan kekuatan moral dan emosinya karena
persalinan masih jauh sehingga ibu dapat mengumpulkan kekuatan
(Manuaba, 2012).
b. Kala II (Kala Pengeluaran Bayi)
Kala II ini dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi.
Kala II biasanya akan berlangsung selama 2 jam pada primigravida dan 1
jam pada multigravida. Pada tahap ini kontraksi akan semakin kuat
dengan interval 2-3 menit, dengan durasi 50-100 detik.
c. Kala III (Kala Pelepasan Plasenta)
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta. Proses
ini berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Tanda-tanda terlepasnya
plasenta yaitu uterus menjadi berbentuk bulat, tali pusat bertambah
panjang, terjadi semburan darah secara tiba-tiba.
10
B. Nyeri Persalinan
1. Definisi
Nyeri merupakan rangsangan tidak enak yang menimbulkan rasa takut
dan khawatir. Nyeri merupakan mekanisme protektif bagi tubuh dan
menyebabkan individu bereaksi untuk menghilangkan rangsang nyeri
tersebut (Potter & Perry, 2014). Henderson (2014) menjelaskan nyeri adalah
suatu pengalaman secara emosional dan berhubungan dengan perasaan yang
tidak enak yang dihubungkan dengan kerusakan jaringan secara nyata atau
potensial. Potter & Perry (2014) menjelaskan bahwa nyeri adalah suatu
sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus spesifik bersifat subyektif
dan berbeda antara masing-masing individu karena dipengaruhi oleh faktor
13
3) Aktifitas Fisik
Aktifitas ringan bermanfaat mengalihkan perhatian dan
mengurangi rasa sakit menjelang persalinan, selama ibu tidak
melakukan latihan-latihan yang terlalu keras dan berat, serta
menimbulkan keletihan pada wanita karena hal ini juga justru akan
memicu nyeri yang lebih berat.
4) Kondisi Psikologis
Situasi dan kondisi psikologis yang labil memegang peranan
penting dalam memunculkan nyeri persalinan yanglebih berat. Salah
satu mekanisme pertahanan jiwa terhadap stress adalah konversi, yaitu
memunculkan gangguan secara psikis menjadi gangguan fisik
b. Faktor Eksternal
1) Agama
Semakin kuat kualitas keimanan seseorang, mekanisme
pertahanan tubuh terhadap nyeri semakin baik karena berkaitan
dengan kondisi psikologis yang relatif stabil.
2) Lingkungan fisik
Lingkungan yang terlalu ekstrem, seperti perubahan cuaca,
panas, dingin, ramai, bising, memberikan stimulus terhadap tubuh
yang memicu terjadinya nyeri.
3) Budaya
Budaya tertentu akan mempengaruhi respon seseorang terhadap
nyeri. Ada budaya yang mengekspresikan rasa nyeri secara bebas,
tetapi ada pula yang menganggap nyeri adalah sesuatu yang tidak
perlu diekspresikan secara berlebihan.
4) Support System. Tersedianya support system yang baik dari
lingkungan dalam mengatasi nyeri, dukungan dari keluarga dan orang
terdekat sangat membantu mengurangi rangsang nyeri yang dialami
oleh seseorang saat menghadapi persalinan.
15
5) Sosial Ekonomi
Tersedianya sarana dan lingkungan yang baik dapat membantu
mengatasi rangsang nyeri yang dialami. Sering status ekonomi
mengikuti keadaan nyeri persalinan. Keadaan ekonomi yang kurang,
pendidikan yang rendah, informasi yang minimal, dan kurang sarana
kesehatan akan menimbulkan ibu kurang mengetahui bagaimana
mengatasi nyeri yang dialami dan masalah ekonomi berkaitan dengan
biaya dan persiapan persalinan sering menimbulkan kecemasan
tersendiri dalam menghadapi persalinan.
6) Komunikasi
Komunikasi tentang penyampaian informasi yang berkaitan
dengan hal-hal yang seputar nyeri persalinan, bagaimana
mekanismenya, apa penyebabnya, cara mengatasi, dan apakah hal ini
wajar akan memberikan dampak positip terhadap manajemen nyeri.
Komunikasi yang kurang akan menyebabkan ibu dan keluarga tidak
tahu bagaimana yang harus dilakukan jika mengalami nyeri saat
persalinan.
3. Fisiologi Nyeri Persalinan
Menjelaskan bahwa fisiologi terjadi nyeri persalinan terbagi sesuai
dengan tahap selengkapnya dapat di uraikan sebgai berikut:
a. Persalinan Kala I
Nyeri pada kala I terutama di timbulkan oleh stimulus yang
dihantarkan melalui saraf dan servik dan uterus sebagian bawah .Nyeri
ini merupakan nyeri visceral yang berasal dari kontraksi uterus dan
aneksa. Intensitas nyeri berhubungan dengan kekuatan kontraksi dan
tekanan yang ditimbulkan. Nyeri bertambah dengan adanya kontraksi
isometrik pada uterus yang melawan hambatan oleh uterus dan perineum.
Selama persalinan bilamana serviks uteri dilatasi sangat lambat atau
bilamana posisi fetus abnormal menimbulkan distorsi mekanik kontraksi
kuat disertai nyeri hebat. Hal ini karena uterus berkontraksi isometric
melawan obstruksi. Kontraksi uterus yang kuat merupakan sumber nyeri
16
yang menggambarkan wajah dari wajah yang sedang tersenyum hal ini
menunjukkan tidak adanya nyeri kemudian secara bertahap meningkat
menjadi wajah kurang bahagia, wajah yang sangat sedih, sampai wajah
yang sangat ketakutan hal ini menunjukkan adanya nyeri yang sangat .
d. Numerical Rating Scale (NRS)
NRS digunakan untuk menilai intensitas atau keparahan nyeri dan
memberi kebebasan penuh klien untuk mengidentifikasi keparahan nyeri.
NRS merupakan skala nyeri yang popular dan lebih banyak digunakan di
klinik, khususnya pada kondisi akut, mengukur intensitas nyeri sebelum
dan sesudah intervensi teraupetik, mudah digunakan dan
didokumentasikan.
6. Manajemen Nyeri Persalinan
a. Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis pada nyeri persalinan meliputi
analgesia yang menurunkan dan mengurangi rasa nyeri dan anesthesia
yang menghilangkan sensasi bagian tubuh baik parsial maupun total.
Berbagai agen farmakologi digunakan sebagai manajemen nyeri.
Biasanya untuk menghilangkan nyeri digunakan analgesik, yang terbagi
menjadi dua golongan yaitu analgesik non narkotik dan analgesik
narkotik, pilihan obat tergantung dari rasa nyeri. amun penggunaan obat
sering menimbulkan efek samping dan kadang obat tidak memiliki
kekuatan efek yang diharapkan.
b. Nonfarmakologis
1) Transcutaneus Elektrical Nerve Stimulation (TENS)
Elektroda dipasang 2 cm dari dermatom T10-L1 pada kedua sisi dari
prosesus spinosus untuk memberikan efek analgetik pada kala I.
Sepasang elektroda lain dipasang pada dermatom S2-4 untuk
menghilangkan nyeri pada kala II. Secara teoritis, transmisi rasa nyeri
lewat serabut A dan pelepasan endorfin dapat diblok dengan cara ini.
Namun belum terdapat bukti yang menyatakan bahwa metode ini
lebih baik dibandingkan plasebo.
21
2) Masase/Akupressur
Terapi masase merupakan manipulasi dari jaringan lunak tubuh yang
bertujuan untuk menurunkan rasa nyeri dan memberi efek relaksasi.
Akupresur merupakan pengembangan dari teknik akupuntur. Pada
prinsipnya, tujuan kedua perawatan ini tidak berbeda, tergantung dan
jenis keluhan. Keduanya dipakai untuk merangsang titik-titik yang ada
di tubuh, menekan hingga masuk ke sistem saraf. Prinsip dari
akupresur ini dikenal sebagai adanya aliran energi vital di tubuh
( dikenal dengan nama Chi atau Qi (Cina) dan Ki (Jepang). Aliran
energi ini sangat mempengaruhi kesehatan. Mekanisme terapi ini
dalam menurunkan nyeri diduga dengan meningkatkan produksi
endorfin dalam tubuh. Melalui peningkatan endorfin, transmisi sinyal
antara sel saraf menjadi menurun sehingga dapat menurunkan ambang
batas persepsi terhadap nyeri. Salah satu jenis masase adalah
counterpessur (Spencer, 2011).
3) Posisi, Postur, Ambulasi
Posisi yang dipilih ibu dalam menghadapi persalinan kala I dan II
sangat penting. Posisi persalinan, perubahan posisi dan pergerakan
yang tepat akan membantu meningkatkan kenyamanan/ menurunkan
rasa nyeri, meningkatkan kepuasan akan kebebasan untuk bergerak,
dan meningkatkan kontrol diri ibu. Selain itu, posisi ibu juga dapat
mempengaruhi posisi bayi dan kemajuan persalinan. Perubahan posisi
secara adekuat akan dapat merubah ukuran dan bentuk pelvic outlet
sehingga kepala bayi dapat bergerak pada posisi optimal di kala I,
berotasi dan turun pada kala II. Bergerak dan posisi tegak (upright
position) dapat mempengaruhi frekuensi, lama dan efisiensi kontraksi.
4) Musik (Audioanalgesik)
Stimulasi suara, seperti musik atau suara alam, dapat menjadi suatu
distraksi bagi pasien bersalin sehingga dapat menurunkan rasa nyeri.
Selain itu, metode ini juga dilaporkan mungkin dapat menurunkan
rasa anxietas pada pasien.
22
5) Aromaterapi
Aroma therapy memang benar benar mampu mengurangi rasa sakit
dan juga memberikan ketenangan.
6) Rileksasi Napas Dalam
Ritme dari bernapas sangat penting untuk mencapai relaksasi saat
bersalin. Nyeri persalinan, terutama saat fase laten, dapat menurun
dengan teknik bernapas ini. Teknik yang digunakan biasanya adalah
dengan ritme yang lambat (6-12 napas / menit) sampai sedang (30-60
napas / menit), tanpa melakukan hiperventilasi. Ritme napas harus
beradaptasi dengan intensitas kontraksi pasien.
7) Hypnobirthing
Metode hypno-birthing merupakan salah satu teknik otohipnosis
(selfhypnosis) atau swasugesti, dalam menghadapi kehamilan dan
persiapan melahirkan yang berfungsi membantu para wanita hamil
melalui masa persalinannya dengan cara yang alami, lancar, dan
nyaman (tanpa rasa sakit). Dan yang lebih penting lagi adalah untuk
kesehatan jiwa dari bayi yang dikandungnya.
8) Kompres Hangat
Terapi kompres hangat merupakan suatu tindakan yang dilakukan
dengan memberikan kompres hangat untuk memenuhi kebutuhan rasa
nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi atau
mencegah terjadinya spasme otot dan memberikan rasa hangat.
Kompres panas juga memperlancar sirkulasi darah; mengurangi rasa
sakit; memberi rasa hangat, nyaman dan tenang pada klien.
C. Kompres Hangat
1. Definisi
Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat untuk memenuhi
kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi
atau mencegah spasme otot dan memberikan rasa hangat pada daerah
tertentu (Uliyah & Hidayat, 2012). Potter & Perry (2014) menjelaskan
23
menerus dengan kecepatan 12-16 kalori per jam. Evaporasi ini tidak
dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi molekul air
secara terus-menerus melalui kulit dan sistem pernafasan (Guyton, 2014).
Pemberian kompres hangat pada daerah tubuh akan memberikan
sinyal ke hipothalamus melalui sumsum tulang belakang. Ketika reseptor
yang peka terhadap panas dihipotalamus dirangsang, sistem effektor
mengeluarkan sinyal yang memulai berkeringat dan vasodilatasi perifer.
Perubahan ukuran pembuluh darah diatur oleh pusat vasomotor pada
medulla oblongata dari tangkai otak, dibawah pengaruh hipotalamik bagian
anterior sehingga terjadi vasodilatasi. Terjadinya vasodilatasi ini
menyebabkan pembuangan/kehilangan energi/panas melalui kulit meningkat
(berkeringat), diharapkan akan terjadi penurunan suhu tubuh sehingga
mencapai keadaan normal kembali.
5. Jenis Kompres
Air hangat (46,5-51,5oC) memiliki dampak fisiologis bagi tubuh, yaitu
pelunakan jaringan fibrosa, mempengaruhi oksigenisasi jaringan sehingga
dapat mencegah kekakuan otot, vasodilatasi aliran darah, sehingga
menurunkan atau menghilangkan rasa nyeri. Jenis-jenis kompres hangat
antara lain:
a. Kompres Hangat Kering
Menggunakan pasir yang telah dipanasi sinar matahari guna
mengobati nyeri pada persendian. Terapi ini juga dapat mengurangi berat
badan dan menghilangkan kelebihan berat badan.
b. Kompres Hangat Lembap
Kompres jenis ini digunakan dengan sarana atau mediasi sebuah
alat yang dikenal dengan nama hidrokolator. Yakni alat elektrik yang
diisi air, digunakan untuk memanaskannya hingga mencapai suhu
tertentu. Di dalam alat ini dicelupkan beberapa alat kompres dengan
bobot bervariasi yang cocok untuk menutupi seluruh bagian tubuh.
Terapis mengeluaran kompres ini dengan menggunakan penjepit khusus,
lalu melipatnya dengan handuk dan meletakkannya di atas tubuh pasien
26
3) Thermometer
b. Tahap Kerja :
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada klien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3) Ukur suhu air dengan menggunakan thermometer.
4) Isi botol dengan air hangat, kemudian dikeringkan dan bungkus /
lapisi botol dengan kain.
5) Bila menggunakan kain, masukkan kain pada air hangat, lalu diperas.
6) Tempatkan botol berisi air hangat atau kain yang sudah diperas pada
daerah yang akan dikompres.
7) Angkat botol atau kain tersebut setelah 20 menit, dan lakukan
kompres ulang jika nyeri belum teratasi.
8) Kaji perubahan yang terjadi selama kompres dilakukan.
9) Cuci tangan (Uliyah & Hidayat, 2012).
2) Keluhan Utama
Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan oleh ibu. Pada kasus ini
biasanya tidak ditemukan keluhan utama yang berkaitan keluhan pada
daerah perineum.
3) Riwayat kehamilan yang lalu
a) Untuk mengetahui kapan ibu hari pertama haid terakhir (HPHT),
karena dengan HPHT kita bisa mengetahui apakah bayi yang
dilahirkan cukup bulan atau tidak.
b) Apakah ibu pernah periksa antenatal care (ANC) dan berapa kali.
c) Berapa kali ibu mendapatkan suntikkan imunisasi Tetanus Toxoid
(TT).
d) Apakah pernah mengalami masalah selama kehamilan
e) Kapan pertama kali ibu merasakan gerakkan janinnya
4) Riwayat persalinan yang lalu
a) Jenis persalinan: Untuk mengetahui apakah klien melahirkan secara
spontan atau SC. Pada ibu nifas normal klien melahirkan secara
spontan.
b) Komplikasi dalam persalinan: untuk mengetahui selama persalinan
normal atau tidak. Pada kasus ibu nifas dengan luka episiotomi
selama persalinan normal namun memerlukan tindakan episiotomi
karenamengalami indikasi dari tindakan episiotomi.
c) Perineum: untuk mengetahui apakah perineum ada robekan atau
tidak. Pada nifas normal pun bisa juga dilakukan episiotomi.
d) Perdarahan: untuk mengetahui jumlah darah yang keluar pada kala
I, II, III selama proses persalinan, pada masa nifas normal
perdarahan tidak boleh lebih dari 500 cc.
e) Proses persalinan (bayi)
(1) Tanggal lahir: untuk mengetahui usia bayi
(2) Berat Badan (BB) dan Panjang Badan (PB): untuk mengetahui
BB bayi normal atau tidak. Normalnya 2500-4000 gram.
(3) APGAR score baik: 7-10
30
A. PENGKAJIAN
Dilaksanakan pada :
Hari / tanggal : Selasa, 30 Maret 2021.
Jam : 17.30 WIB
Tempat : Puskesmas Dawe Kudus
Data Subyektif
1. Biodata
1.1 Biodata Pasien
Nama : Ny.K
Umur : 28 th
Agama : Islam
Suku / bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta (Buruh)
No. RM :-
Alamat : Kandangmas RT/RW 02/01 Dawe Kudus
1.2 Biodata Penanggung jawab
Nama : Tn.A
Umur : 34 th
Agama : Islam
Suku / bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dengan pasien : Suami
Alamat : Kandangmas RT/RW 02/01 Dawe Kudus
2. Keluhan utama dan alasan datang
2.1 Keluhan utama : ibu mengatakan nyeri menghadapi persalinannya
37
38
7. Psikososiospiritual
7.1 Tanggapan ibu terhadap dirinya sendiri
Ibu merasa senang akan menjadi seorang ibu
7.2 Tanggapan ibu terhadap kehamilannya
Ibu mengatakan sangat senang dan bahagia dengan kehamilan
sekarang ini.
7.3 Respon keluarga terhadap keadaan ibu
Ibu mengatakan keluarga bahagia dengan kehamilan ibu.
7.4 Ketaatan beribadah
Ibu taat menjalankan ibadahnya sesuai agama islam
7.5 Pengambilan keputusan didalam keluarga
Ibu mengatakan ikut serta dalam pengambilan keputusan oleh keluarga
7.6 Pemecahan masalah
Ibu mengatakan ikut serta dalam pemecahan masalah
41
Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda vital Sign
Tekanan Darah : 110/70 mmHg Nadi :80x/menit
Pernafasan : 24 x/menit Suhu :34,2 °C
Berat badan sebelum hamil : 45 kg
Tinggi badan : 153 cm
Berat badan saat hamil : 59 kg
2. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Bentuk : Mesocephal,tidak ada Massa,tidak ada bekas operasi.
Warna kulit : Sawo matang
Nyeri tekan : Tidak ada
2) Rambut
Bentuk : Lurus
Bau rambut : Tidak berbau
Warna rambut : Hitam
3) Muka
Bentuk : Oval
Oedem : Tidak ada
Cloasma gravidarum : Tidak ada
4) Mata
Kesimetrisan : Simetris
42
3. Pemeriksaan Penunjang
1.1 Ukuran panggul luar
Distansia spinarum : 26 cm
Distansia cristarum : 28 cm
Boudeloque : 20 cm
Lingkar panggul : 88 cm
1.2 Hasil pemeriksaan Laboratorium
Darah : - HB = 9,8 gr%
- GDS = 121
- HBSAG = negatif
Urine : - protein urine negative
1.3 Hasil USG : -
B. INTERPRETASI DATA
DS :
1. Ibu mengatakan perutnya mules, nyeri jalan lahir.
2. Ibu menyatakan hamil ke 1, belum pernah melahirkan, belum pernah
keguguran.
3. Ibu menyatakan usianya 28 Tahun
45
Ny.K G1P0A0 usia 28 tahun hamil 36 minggu Janin tunggal, hidup, intra
uterin dengan persalinan kala II
E. INTERVENSI
1. Informasikan hasil pemeriksaan
2. Penuhi rasa aman dan nyaman
3. Berikan penkes tentang kompres hangat perineum.
4. Penuhi kebutuhan cairan dan nutrisi
5. Berikan support mental dan dukungan
6. Persiapkan alat
7. Lakukan pengawasan kala II
8. Pimpin kelahiran bayi.
47
F. IMPLEMENTASI
Hari / tanggal : Selasa / 31 Maret 2021
Pukul : 17.30 WIB
1. Menginformasikan kepada ibu dan keluarga bahwa keadaan ibu dan janin
baik.
2. Memenuhi rasa aman dan nyaman dengan mengatur posisi ibu miring
kekiri dan menggosok-gosok pada daerah lumbal sacral saat kontraksi.
3. Memberikan ibu penkes tentang kompres hangat.
4. Memberikan kompres hangat;
a. Cuci tangan.
b. Jelaskan pada klien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
c. Ukur suhu air dengan menggunakan thermometer.
d. Masukkan kain pada air hangat, lalu diperas.
e. Tempatkan kain yang sudah diperas pada daerah yang akan
dikompres (perineum).
f. Angkat kain tersebut setelah 20 menit, dan lakukan kompres ulang
jika nyeri belum teratasi.
g. Tindakan ini dapat dikombinasi dengan pemberian pijat atau
usapan di area punggung.
h. Cuci tangan
5. Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi ibu dengan memberikan ibu
minum.
6. Memberikan support mental dan dukungan kepada ibu dengan
memberikan pujian dan semangat untuk menghadapi persalinan.
7. Menyiapkan alat seperti partus set, heating set, obat-obatan.
8. Melakukan pengawasan kala II dengan partograf.
9. Memimpin kelahiran bayi.
48
I. EVALUASI
Hari/ tanggal : Selasa / 31 Maret 2021
Pukul : 17.45 WIB
1. Ibu senang dengan hasil pemeriksaan yang disampaikan.
2. Ibu sudah merasa nyaman dengan posisi miring kiri dan digosok pada
daerah lumbal sacral saat kontraksi.
3. Ibu sudah paham dengan cara teknik kompres hangat
4. Ibu sudah minum.
5. Ibu merasa nyaman dengan teknik kompres hangat serta terjadi
pembukaan 10.
6. Ibu merasa lebih semangat dan kuat untuk menghadapi persalinannya.
7. Peralatan sudah disiapkan.
8. Hasil pengawasan kala II telah dicatat dalam partograf.
9. Bayi lahir dengan selamat.
BAB IV
PEMBAHASAN
50
51
Nyeri yang dirasakan berasal dari punggung bawah sampai paha, dan
dirasakan berupa nyeri lokal yang disertai kram dan sensasi robekan akibat
laserasi serviks dan vagina atau jaringan perineum, dapat pula disertai sensasi
seperti terbakar saat terjadi peregangan dan beralih dirasakan pula pada punggung,
pinggang, dan paha. Rasa nyeri yang dialami ibu dapat bersifat sedang hingga
berat, ibu kadang mengalami sensansi kram pada anggota tubuh bagian bawah,
nyeri pada punggung bagian belakang juga dapat dirasakan diantara kontraksi
(Oktariana, 2016). Dalam memimpin kelahiran bayi, bidan harus mampu
memperhatikan kebutuhan ibu, terutama mencegah nyeri menjadi hebat, yaitu
dengan memberikan kompres hangat pada area perineum (Simkin, 2013).
Penelitian Rahman (2017) membuktikan bahwa pemberian kompres hangat
kompres hangat dan massage effleuragedapat menurunan nyeri persalinan sebesar
2,86.
Ikhawati (2018) dalam penelitianya menjelaskan bahwa kompres hangat dan
massage efektif dalam menurunkan nyeri persalinan. Wulandari (2016) juga
membuktikan bahwa kompres air hangat yang diberikan pada punggung bawah
wanita di area tempat kepala janin menekan tulang belakang akan mengurangi
nyeri, panas akan meningkatkan sirkulasi ke area tersebut sehinga memperbaiki
anoksia jaringan yang disebabkan oleh tekanan . Panas dapat disalurkan melalui
konduksi (botol air panas, bantalan pemanas listrik, lampu, kompres hangat kering
dan lembab) atau konversi. Penelitian Yani (2012) membuktikan bahwa kompres
air hangat juga membantu dalam menurunkan skala nyeri pada ibu bersalin.
Dalam penelitian lain dijelaskan bahwa pemberian kompres hangat juga efektif
menurunkan nyeri pada perineum pasca persalinan. Girsang (2017) menjelaskan
bahwa pemberian kompres hangat merupakan salah satu metode untuk memenuhi
kebutuhan rasa nyaman dan untuk mengurangi rasa nyeri ibu saat bersalin.
Dilakukan dengan cara menempatkan buli-buli panas dengan suhu 42 0C pada
daerah sakrum, perut bagian bawah, dan pada daerah perineum, selama 20 menit
yang terbukti efektif dalam menurunkan skala nyeri persalinan.
Penelitian yang dilakukan oleh Suyani (2020) membuktikan bahwa kompres
hangat dapat menurunkan intensitas nyeri selama persalinan. Kompres hangat
52
A. Kesimpulan
1. Ny.K (28 tahun) dengan G1P0A0 pada usia kehamilan 36 minggu Janin
tunggal, hidup, intra uterin dengan persalinan kala II.
2. Masalah yang ditemukan adalah nyeri sat persalinan.
3. Intervensi kebidanan dengan melakukan kompres hangat perineum.
4. Kompres hangat perineum efektif dalam menurunkan skala nyeri persalinan
kala II.
B. Saran
1. Ibu Bersalin
Disarankan kepada ibu bersalinan dapat menerapkan penggunaan kompres
hangat perineum dalam menurunkan skala nyeri selama persalinan.
2. Profesi Kebidanan
Petugas kesehatan (bidan) dapat mengedukasi kepada ibu bersalin untuk
menerapkan kompres hangat di area perineum dalam menurunkan skala
nyeri.
3. Institusi Pelayanan
Hasil penelitian ini dapat dimanfaat Puskesmas untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan bagi ibu bersalin dengan memberikan pelayanan
kompres hangat perineum.
53
DAFTAR PUSTAKA
Andriany, Eka. 2020. Efektifitas Kompres Hangat Dan Birth Ball Terhadap
Penurunan Rasa Nyeri Pada Ibu Bersalin Kala 1 Fase Aktif Di PMB Martini
Dan PMB Roslina Kabupaten Aceh Utara.
Asmadi. 2014. Konsep Dasar Keperawatan. EGC. Jakarta.
Asri, Dwi dan Cristine Clervo. 2012. Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Bobaks, M. 2014. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. EGC. Jakarta.
Cunningham. F. Gary. 2014. William Obstetri; Alih bahasa: Joko Suyono, Andry
Hartono. Jakarta, EGC.
Fitrianingsih, Yenny. 20018. Pengaruh Kompres Hangat TerhadapRasa Nyeri
Persalinan Kala I Fase Persalinan Fase Aktif di 3 BPM Kota Cirebon.
JurnalCare Vol .6, No.1,Tahun 2018.
Girsang, Verawati. 2017. Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Terhadap
Intensitas Nyeri Persalinan Pada Ibu Primigravida Kala I Fase Aktif Di
Praktek Bidan Mandiri Rina Dan Klinik Ayah Bunda Medan Amplas Tahun
2017. http://ecampus.poltekkes-medan.ac.id/jspui.
Guyton. 2014. Buku Ajar Fisiologi Manusia. Jakarta. EGC.
Henderson, C. 2014. Buku Ajar Konsep Kebidanan (Essential Midwifery). Jakarta
: EGC.
Ikawati, Nurul. 2018. Perbedaan Teknik Kompres Air Hangat Dan Teknik
Massage Untukmengurangi Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Di Rsud
Kota Makassar Periode April – MEI 2018.
Kemenkes RI. 2017. Capaian Kinerja Kemenkes RI tahun 2017.
http://www.depkes.go.id/article/view/17081700004/-inilah-capaian-kinerja-
kemenkes-ri-tahun-2015--2017.html
Kemenkes RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia. 201. http://kemenkes.go.id.
Kemenkes RI. 2018. Riskesdas 2018.
Kurniarum, Ari. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta. Pusdik SDM Kesehatan.
Oktariana. 2016. Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir.
Gosyen Publishing. Yogyakarta.
Potter & Perry. 2014. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 7. EGC.
Jakarta.
Marmi. 2014. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas “Peurperium Care”.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
54
55