Disusun Oleh:
Lilik Kusnawati
NIM 2004120
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator penting bagi derajat
kesehatan masyarakat dan keberhasilan pelayanan kesehatan di seluruh negara.
AKI mencerminkan risiko yang dihadapi ibu selama kehamilan sampai dengan
paska persalinan. Data World Health Organization (WHO) tentang AKI tahun
2015 adalah 216/100.000 kelahiran hidup dengan jumlah tertinggi di negara
berkembang sebesar 302.000 kematian, sedangkan di negara maju 12/100.000
kelahiran hidup (WHO, 2015). AKI di Indonesia, yaitu 305/100.000 kelahiran
hidup. Data ini merupakan acuan mencapai target AKI sesuai Sustainable
Development Goals yaitu 70/100.000 kelahiran hidup tahun 2030 dan target
yang dicanangkan PBB 102/100.000 kelahiran (Kemenkes, 2018). Data AKI di
Jawa Tengah mencapai 88,58 per 100 ribu kelahiran hidup, dimana data ini
menurun dibadingkan tahun sebelumnya dan bahkan melampaui target SDG’s
yang menetapkan 90 per 100 ribu kelahiran hidup (Dinkes Jateng, 2018).
Kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh tiga penyebab utama
kematian yaitu perdarahan sebesar 30,13%, hipertensi dalam kehamilan sebesar
27,1%, dan infeksi sebesar 7,3%. Partus lama juga merupakan salah satu
penyebab kematian ibu di Indonesia yang angka kejadiaannya terus meningkat
yaitu 1% tahun 2010, 1,1% tahun 2011, dan 1,8% pada tahun 2012 (Kemenkes,
2019). Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan
perubahan serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya
plasenta secara lengkap. Tahapan persalinan diawali kala I yaitu pembukaan
yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap (10 cm).
Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan
multigravida sekitar 8 jam. Persalinan primipara terjadi > 8 jam untuk fase
laten, > 6 jam untuk fase aktif dan lebih dari 2 jam pada kala II (Bobak, 2014).
Proses persalinan memunculkan faktor penyebab yang tidak lancar,
diantaranya Passage (jalan lahir), Passanger (bayi) dan Power (kekuatan ibu).
Passager dan Passanger, dapat diperkirakan kemungkinannya dalam
1
menyebabkan sulitnya persalinan, namun Power (kekuatan) mengedan ibu
seharusnya juga dapat diprediksi potensinya dalam menyebabkan kesulitan
pada persalinan. Kekuatan ibu dalam proses persalinan normal yang dapat
berdampak pada sulitnya persalinan dapat diinterpretasikan dari durasi kala dua
persalinan (Bobak, 2014). Penyebab partus lama adalah pemanjangan kala I
persalinan. Fase pembukaan serviks yang memanjang dapat disebabkan oleh
kelemahan otot uterus dalam berkontraksi. Pembukaan serviks memanjang
dapat juga disebabkan oleh kekuatan mengejan yang dimiliki oleh ibu, faktor
janin, faktor jalan lahir, faktor psikis ibu yang terdiri dari tingkat kecemasan
dan rasa takut yang dialami dalam menghadapi persalinan. Dan jika terjadi
pembukaan serviks yang memanjang akan menyebabkan perpanjangan waktu
kala I yang disebut dengan kala I memanjang (Surtiningsih, 2017).
Kemajuan persalinan kala I fase aktif merupakan saat yang paling
melelahkan, berat, dan kebanyakan ibu mulai merasakan nyeri, dalam fase ini
kebanyakan ibu merasakan sakit yang hebat karena kontraksi rahim mulai lebih
aktif. Pada fase ini, dibutuhkan kontraksi (power) yang adekuat untuk dapat
memulai persalinan. Melemahnya kontraksi rahim atau kontraksi inadekuat ini
merupakan penyebab terbanyak terjadinya partus lama (Oktariana, 2016).
Salah satu upaya untuk menangani kala I memanjang saat proses persalinan
dapat dilakukan dengan metode farmakologis dan nonfarmakologis. Salah satu
metode nonfarmakologis yaitu dengan menggunakan teknik Rebozo. Rebozo
membantu memberikan ruang pelvis yang lebih luas untuk ibu sehingga bayi
lebih mudah menuruni panggul dan proses persalinan menjadi lebih cepat
(Munafiah, 2020).
Rebozo merupakan alat dalam bentuk selendang yang digunakan untuk
menopang ligament perut, dimana ibu yang sedang bersalin berlutut atau
bertopang pada gym ball. Tindakan ini untuk mendapatkan persalinan yang
nyaman. Teknik ini terdiri dari shifting dan shake apple tree. Rebozo shifting
berguna untuk otot ligamen di daerah rahim, sedangkan shake apple tree lebih
ke ligamen otot panggul.
2
3
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan kebidanan teknik rebozo pada ibu bersalin.
2. Tujuan Khusus
a. Mendiskripsikan teori konsep persalinan dan teknik rebozo.
b. Mendiskripsikan teori asuhan kebidanan teknik rebozo.
c. Mendiskripsikan penerapan teknik rebozo pada ibu bersalin.
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Hasil penelian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai pengaruh teknik rebozo terhadap proses persalinan.
2. Bagi Ibu Hamil
Ibu hamil dapat menerapkan teknik rebozo dalam menghadapi proses
persalinan.
3. Bagi Profesi Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dan pengetahuan mengenai pengaruh teknik rebozo terhadap
proses persalinan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Persalinan
1. Definisi Persalinan
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
uri) yang telah cukup bulan dan dapat hidup di luar uterus melalui vagina
secara spontan (Manuaba, 2016). Persalinan normal merupakan suatu proses
pengeluaran bayi dengan usia kehamilan yang cukup, letak memanjang atau
sejajar sumbu badan ibu, presentasi belakang kepala, keseimbangan
diameter kepala bayi dan panggul ibu, serta dengan tenaga ibu sendiri
(Syaifudin, 2015). Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu),
lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18
jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Bobak, 2014).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)
yang telah cukup umur kehamilannya dan dapat hidup di luar kandungan
melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau dengan kekuatan ibu
sendiri (Henderson, 2014).
2. Jenis Persalinan
Persalinan berdasarkan umur kehamilan yaitu:
a. Abortus : pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan, berat janin< 500 gram atau usia kehamilan kurang dari 20
minggu.
b. Partus Immaturus : partus dari hasil konsepsi pada kehamilan dibawah28
minggu dengan berat janin kurang dari 1000 gram.
c. Partus Prematurus : kelahiran hidup bayi dengan berat antara 1000 gram
sampai 2500 gram sebelum 37 minggu.
d. Partus Maturus atau Aterm : persalinan pada kehamilan 37-42 minggu,
berat janin diatas 2500 gram.
4
5
e. Teori Janin
Terdapat hubungan hipofisis dan kelenjar suprarenal yang
menghasilkan sinyal kemudian diarahkan kepada maternal sebagai tanda
bahwa janin telah siap lahir. Namun mekanisme ini belum diketahui
secara pasti.
5. Faktor Persalinan
Beberapa faktor yang berperan didalam sebuah proses persalinan meliputi:
a. Power (Kekuatan)
Power atau tenaga yang mendorong anak adalah :
1) His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan
a) His persalinan yang menyebabkan pendataran dan pembukaan
serviks.
Terdiri: his pembukaan, his pengeluaran, dan his pelepasan uri.
b) His pendahuluan tidak berpengaruh terhadap serviks.
2) Tenaga mengejan :
a) Kontraksi otot-otot dinding perut.
b) Kepala didasar panggul merangsang mengejan.
c) Paling efektif saat kontraksi/his
b. Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yaitu bagian tulang padat, dasar
panggul, vagina dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan
lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang
keluarnya bayi, tetapi panggul ibu lebih berperan dalam proses
persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan
lahir yang relatif kaku.
c. Passenger (Janin dan Plasenta)
Janin dapat mempengaruhi jalannya kelahiran karena ukuran dan
presentasinya. Pada persalinan, karena tulang-tulang masih dibatasi
fontanel dan sutura yang belum keras, maka pinggir tulang dapat
menyisip antara satu dengan yang lain yang disebut moulage, sehingga
kepala bertambah kecil. Biasanya apabila kepala janin sudah lahir maka
7
7. Tanda-Tanda Persalinan
Tanda-tanda persalinan sudah dekat adalah;
a. Beberapa sebelum persalinan dimulai, bayi bergerak turun dalam rahim.
b. Sesaat sebelum persalinan dimulai, segumpal lendir dapat keluar.
c. Kontraksi atau his persalinan pengencangan rahim cara mendadak untuk
mengerutkan rahim dapat dimulai timbul beberapa hari sebelum
persalinan (Manuaba, 2012).
8. Tahap-Tahap Persalinan
a. Kala I (Kala Pembukaan)
Kala I persalinan dimulai dengan kontraksi uterus yang teratur
dan diakhiri dengan dilatasi serviks lengkap. Dilatasi lengkap dapat
berlangsung kurang dari satu jam pada sebagian kehamilan multipara.
Pada kehamilan pertama, dilatasi serviks jarang terjadi dalam waktu
kurang dari 24 jam. Rata-rata durasi total kala I persalinan pada
primigravida berkisar dari 3,3 jam sampai 19,7 jam, pda multigravida
0,1-14,3 jam (Manuaba, 2012).
b. Kala II (Kala Pengeluaran Bayi)
Kala II ini dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi.
Kala II biasanya akan berlangsung selama 2 jam pada primigravida dan 1
jam pada multigravida. Pada tahap ini kontraksi akan semakin kuat
dengan interval 2-3 menit, dengan durasi 50-100 detik.
c. Kala III (Kala Pelepasan Plasenta)
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta. Proses
ini berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Tanda terlepasnya plasenta
yaitu uterus menjadi berbentuk bulat, tali pusat bertambah panjang,
terjadi semburan darah secara tiba-tiba.
d. Kala IV (Kala Pengawasan)
Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam postpartum.
Pada kala IV dilakukan observasi terhadap perdarahan pasca persalinan
yang paling sering terjadi pada 2 jam pertama.
9
9. Mekanisme Persalinan
a. Engagement
Engagement pada primigravida terjadi pada bulan terakhir
kehamilan sedangkan pada multigravida dapat terjadi pada awal
persalinan. engagement adalah peristiwa ketika diameter biparetal (Jarak
antara dua paretal) melewati pintu atas panggul dengan sutura sagitalis
melintang atau oblik di dalam jalan lahir dan sedikit fleksi. Masuknya
kepala akan mengalami ksulitan bila saat masuk ke dalam panggul
dengan sutura sgaitalis dalam antero posterior. Jika kepala masuk
kedalam pintu atas panggul dengan sutura sagitalis melintang di jalan
lahir, tulang parietal kanan dan kiri sama tinggi, maka keadaan ini
disebut sinklitismus. Kepala pada saat melewati pintu atas panggul dapat
juga dalam keadaan dimana sutura sgaitalis lebih dekat ke promontorium
atau ke simfisis maka hal ini disebut asinklitismus (Bobaks, 2014).
b. Penurunan Kepala
Dimulai sebelum inpartu. Penurunan kepala terjadi bersamaan
dengan mekanisme lainnya. Kekuatan yang mendukung yaitu:
1) Tekanan cairan amnion
2) Tekanan langsung fundus ada bokong
3) Kontraksi otot-otot abdomen
4) Ekstensi dan pelurusan badan janin atau tulang belakang janin
c. Fleksi
1) Gerakan fleksi disebabkan janin terus didorong maju tetapi kepala
janin terlambat oleh serviks, dinding panggul atau dasar panggul.
2) Kepala janin, dengan adanya fleksi maka diameter oksipito frontalis
12 cm berubah menjadi suboksipito bregmatika 9 cm.
3) Posisi dagu bergeser kearah dada janin.
4) Pada pemeriksaan dalam ubun-ubun kecil lebih jelas teraba daripada
ubun-ubun besar.
10
B. Teknik Rebozo
1. Definisi
Rebozo berasal dari Bahasa Spanyol yang berarti “shawl” atau lebih
mudah kita kenal dengan nama selendang. Bahannya pun bisa bermacam
macam, bisa dari katun, campuran serat fiber sintetis, wool dan lain-lain,
dengan semangat kearifan lokal (Amelia, 2017). Rebozo adalah terapi non
farmakologi untuk mempercepat pembukaan serviks ibu bersalin (Munafiah,
2020). Sedangkan menurut Nadina (2018), Rebozo berarti selendang dalam
bahasa Spanyol dan merupakan selendang tradisional Meksiko. Selendang
tradisional ini umumnya digunakan dalam kehidupan sehari hari sebagai
aksesoris, membantu mengangkat barang belanjaan, maupun membantu
membawa bayi, sama seperti selendang tradisional di Indonesia. Namun,
para bidan tradisional juga menggunakan rebozo untuk meredakan rasa
12
tidak nyaman pada saat kehamilan dan membantu bayi dalam kandungan
untuk berada di dalam posisi yang seimbang.
Jadi, Teknik Rebozo merupakan teknik yang digunakan menggunakan
selendang dengan bola gym sebagai alat tambahan untuk menopang atau
melakukan gerakan-gerakan tertentu.
2. Manfaat
Teknik rebozo dan pelvic rocking merupakan metode non farmakologi
yang menjadi alternatif praktis dalam menangani lama penurunan kepala
janin dan pembukaan serviks dalam proses persalinan yang bertujuan
melenturkan, merileksasikan otot-otot dasar panggul agar kepala janin dapat
masuk dan turun ke jalan lahir (Munafiah, 2020).
Teknik rebozo fungsinya supaya posisi bayinya optimal, karena
kadang otot ligamen di panggul sama rahim tegang sehingga posisi bayinya
jadi kurang optimal dalam perut. Gerakan ini sangat membantu ibu hamil
yang akan melahirkan agar lebih merasa nyaman. Lilitan yang tepat akan
membuat ibu merasa dipeluk dan memicu keluarnya hormon oksitosin atau
hormon senang supaya persalinan ibu lebih lancar (Amelia, 2017). Kadang
otot ligamen panggul ibu itu tegang, kalau tegang dan diberikan posisi yang
tidak baik maka, rahim bisa miring, bayi juga jadi sulit masuk panggul
karena harusnya di usia 38 minggu bayi turun ke panggul. Karena itulah
gerakan rebozo ini sangat membantu ketika ibu bersalin.
Teknik rebozo ini dapat membantu untuk menjadi lebih rileks tanpa
bantuan obat apapun. Hal ini membuat teknik ini sangatlah berguna ketika
persalinan lama dan Ibu mulai merasa nyaman. Selain itu, teknik ini juga
dapat digunakan untuk memberikan ruang ke bayi sehingga bayi dapat
berada di posisi yang seoptimal mungkin untuk persalinan. Tidak hanya
sebatas kenyamanan saat persalinan, Rebozo juga membantu memberikan
ruang pelvis yang lebih luas untuk ibu sehingga bayi lebih mudah menuruni
panggul dan proses persalinan menjadi lebih cepat (Nadina, 2018).
13
bayi sungsang dengan selaput ketuban yang sudah robek dan adanya
resiko terjadinya cord prolapse (tali pusar jatuh ke jalan lahir),
pendarahan yang tidak normal, placental abruption (plasenta terlepas
dari uterus sebelum bayi lahir), atau jika merasa tidak nyaman
Sedangkan menurut Febby (2018), meskipun relatif aman, tidak
semua ibu hamil diperbolehkan melakukan teknik ini selama
persalinan. Jangan melakukan teknik ini jika pada kehamilan:
a) Mengalami plasenta previa
b) Memiliki riwayat pendarahan
c) Baik kehamilan dan janin sensitif terhadap gerakan
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN
A. Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan
yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup
praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Manajemen kebidanan adalah
pendekatan yang digunakan oleh seorang bidan dalam menerapkan metode
pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data,
diagnosa kebidanan, perencanaan intervensi, pelaksanaan dan evaluasi
(Varney, 2012). Pengertian manajemen kebidanan dan prosesnya perlu
diperjelaskan untuk memberikan kesamaan pandangan. Varney mengatakan
proses manajemen terdiri dari 7 langkah sekuensial, yang secara berkala
disempurnakan. Ini dimulai dengan pengumpulan data dan diakhiri dengan
evaluasi. Langkah 7 Varney ini merupakan keseluruhan kerangka kerja yang
berlaku dalam semua situasi. Setiap langkah kemudian dapat dipecah menjadi
tugas yang terbatas yang bervariasi sesuai dengan kondisi pasien. Harus diakui
bahwa langkah-langkah ini diambil berkolaborasi dengan pasien, atau
berkerjasama dengan pasien atau keluarga pasien.
17
18
pendengaran (bunyi batuk, bunyi napas), penciuman (bau nafas, bau luka)
serta perabaan (suhu badan, nadi).
a. Data Subjektif
Adalah data yang diperoleh dengan cara anamnesa. Anamnesa adalah
pengkajian dalam rangka mendapatkan data pasien ibu hamil dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, baik secara langsung pada pasien
ibu hamil maupun kepada keluarga pasien (Walyani dan Purwoastuti,
2015).
1) Biodata. Adalah identitas untuk mengetahui status klien secara
lengkap sehingga sesuai dengan sasaran. Identitas meliputi:
a) Nama: untuk mengetahui dan mengenal pasien.
b) Umur: untuk mengetahui faktor resiko dan tingkat kesuburan.
c) Suku bangsa: dikaji untuk mengetahui lebih jauh tentang sosial
budaya pasien.
d) Agama: untuk mengetahui kepercayaan yang dianut oleh pasien.
e) Pendidikan: untuk mengetahui tingkat pendidikan yang nantinya
penting dalam pemberian KIE.
f) Pekerjaan: untuk mengetahui keadaan sosial ekonomi keluarga.
g) Alamat: dikaji untuk mengetahui keadaan sosial dan budaya di
lingkungan tempat tinggal (Marmi, 2014).
2) Keluhan Utama
Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan oleh ibu. Pada kasus ini
biasanya tidak ditemukan keluhan utama yang berkaitan keluhan pada
daerah perineum.
3) Riwayat kehamilan yang lalu
a) Untuk mengetahui kapan ibu hari pertama haid terakhir (HPHT),
karena dengan HPHT kita bisa mengetahui apakah bayi yang
dilahirkan cukup bulan atau tidak.
b) Apakah ibu pernah periksa antenatal care (ANC) dan berapa kali.
c) Berapa kali ibu mendapatkan suntikkan imunisasi Tetanus Toxoid
(TT).
19
6) Riwayat Kontrasepsi
Untuk mengetahui apakah pasien pernah menjadi akseptor KB atau
tidak, jika iya dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah
keluhan selama menggunakan kontrasepsi tersebut, serta rencana KB
setelah bersalin (Marmi, 2014).
b. Data objektif
Data yang diperoleh dari apa saja yang dilihat dan dirasakan sewaktu
melakukan pemeriksaan dan hasil laboratorium (Kuswanti dan Melina,
2014). Pemeriksaan fisik untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi
serta tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin serta mendeteksi dini adanya
komplikasi.
1) Status generalis
a) Keadaan umum: untuk mengetahui keadaan umum ibu baik normal
atau tidak.
b) Kesadaran: untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu apakah
compomentis, apatis, samnolen atau koma.
c) Tanda-tanda vital, yakni:
(1) Tekanan darah: normalnya 120/80 mmHg
(2) Nadi: normalnya 80-100 x/m
(3) Suhu badan: normalnya 36,5-37,5ºC
(4) Pernapasan: normalnya 16-24 x/m
2) Inspeksi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan secara melihat dengan indra
penglihat. Adapun pemeriksaa fisik yang dilakukan secara inspeksi
yakni sebagai berikut:
a) Wajah: pucat atau tidak
b) Mata: conjungtiva pucat atau tidak, skelra ikterus atau tidak dan
mata cekung atau tidak
c) Hidung: apakah ada pernapasang cuping hidung atau tidak.
d) Mulut: kering atau lembab, pucat atau tidak
e) Leher: apakah ada pembesaran kelenjar tyroid atau tidak.
21
26
27
A. Kesimpulan
1. Teknik rebozo efektif dalam mempengaruhi intensitas nyeri pada ibu
bersalin, yaitu intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi terjadi
perununan pada ibu bersalinan (Kala 1 fase aktif).
2. Teknik rebozo memberikan pengaruh terhadap lama masa persalinan, yaitu
terjadi percepatan pembukaan serviks dan penurunan kepada janin sehingga
mempercepat kemajuan persalinan.
B. Saran
1. Disarankan kepada ibu hamil agar melakukan latihan teknik rebozo dalam
upaya mempercepat proses persalinan dan menurunkan intensitas nyeri.
2. Bidan dapat memfasilitasi latihan teknik rebozo dengan pasangan (suami)
masing-masing sebagai asuhan metode gentle yoga couple.
3. Hasil penelitian ini dapat dimanfaat Puskesmas untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan kepada ibu hamil dengan memberikan pelayanan
teknik rebozo.
29
DAFTAR PUSTAKA
Amelia. 2017. Rebozo dan Endorphin Massage untuk Memperlancar Proses
Melahirkan. https://www.haibunda.com/kehamilan.
Angraini, Vera 2020. Perbandingan Teknik Rebozo Dan Birth Ball Terhadap
Pengurangan Nyrei Bersalin Kala I Fase Aktif Di Klinik Pratama Afiyah
Kota Pekanbaru. Diploma thesis, Poltekkes Kemenkes Riau.
Ariyanti, Titik. 2020. Prenatal Gentle Yoga Couple.
https://www.rsmardirahayu.com/prenatal-gentle-yoga-couple/
Bobaks, M. 2014. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. EGC. Jakarta.
Dinkes Jateng. 2018. Profil Kesehatan Jawa Tengah,
Febby. 2018. Rebozo Technique: Membantu Persalinan Lebih Nyaman dengan
Kain Jarik. Diakses di https://id.theasianparent.com/teknik-rebozo-kain-
jarik.
Henderson, C. 2014. Buku Ajar Konsep Kebidanan (Essential Midwifery). Jakarta
: EGC.
Kemenkes RI. 2019. Profil Kesehatan Indonesia. http://kemenkes.go.id.
Kemenkes RI. 2018. Riskesdas 2018.
Kurniarum, Ari. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta. Pusdik SDM Kesehatan.
Oktariana. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir.
Gosyen Publishing. Yogyakarta.
Marmi. 2014. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas “Peurperium Care”.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Manuaba. 2012. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta :
EGC.
Manuaba, I. B. G. 2016. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Jakarta: EGC.
Munafiah, Durrotun. 2020. Manfaat Teknik Rebozo Terhadap Kemajuan
Persalinan. Midwifery Care Journal,Vol. 1 No.3, April2020, e-ISSN 2715-
5978.
Nadina. 2018. Rebozo! Cara Kreatif untuk Lancarin Persalinan. Diakses di
http://www.bidankita.com/rebozo-cara-kreatif-untuk-lancarin-persalinan/2/.
Nurpratiwi, Yulidian. 2020. Teknik Rebozo Terhadap Intensitas Nyeri Kala I Fase
Aktifdan Lamanya Persalinan Pada Ibu Multigravida. Jurnal Keperawatan
SilampariVolume 4, Nomor 1, Desember 2020e-ISSN: 2581-1975p-ISSN:
2597-7482.
Syaifuddin, Abdul Bari. 2015. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirojardjo.
Surtiningsih. 2017. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lama Waktu Persalinan
Di Puskesmas Klampok 1 Kabupaten Banjarnegara. Bidan Prada: Jurnal
Ilmiah Kebidanan. Desember 2017; 8 (2) 101-115.
Varney Helen. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Ed. 4. Vol. 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
30
31
Walyani, Elisabeth Siwi dan Th. Endang Purwoastuti. 2015. Asuhan Kebidanan
Masa Nifas & Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.