Anda di halaman 1dari 32

KNEE CHEST DENGAN VARIASINYA

Oleh :

Kelompok

Tri Munadiyah 2004225


Tuti Sarasmanti2004226
Umi Rahayu 2004227
Umiyati 2004228
Ummi Anisah 2004229
Wati Margi Lestari
2004230
Widya wahyu utami
2004231
Wiwik murtiyanti
2004232
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KARYA HUSADA SEMARANG
2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami

dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami

tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam

semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang

kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik

itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan

pembuatan laporan pendahuluan praktik keterampilan NAT dengan judul “Knee chest

dengan Variasinya”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih

banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan

kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi

makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini

penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada guru

Bahasa Indonesia kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

ii
Kab. Semarang, 9 juni 2021

kelompok

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Tujuan 2

C. Manfaat 3

BAB II TINJAUAN TEORI 4

A. Kehamilan 4

B. Kehamilan sungsang 8

BAB III PENUTUP 17

A. Kesimpulan 17

B. Saran 22

iv
DAFTAR PUSTAKA 24

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses kehamilan adalah mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari

ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi,

implantasi pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi

sampai aterm.

Ada beberapa hal yang menjadikan ibu hamil waspada saat hamil, posisi janin yang

didalam rahim mempengaruhi proses persalinan dan menimbulkan AKI di Indonesia

semakin meningkat.

Penyebab utama kematian ibu di Indonesia dan negara-negara lainnya di dunia

hampir sama, diantaranya akibat perdarahan (25%), infeksi (14%) kelainan hipertensi

dalam kehamilan (13%), letak sungsang (13%) serta akibat persalinan yang lama (7%).

Data ibu hamil yang diperoleh di kab Semarang tahun 2017 adalah 26 jiwa dengan

kelainan letak sungsang, dan jumlah ibu hamil tahun 2018 dari bulan januari-juli dengan

kelainan letak sungsang sebanyak 18 jiwa. Tidak ditemukan catatan spesifik mengenai

kasus kehamilan dengan presbo di Indonesia, pada umumnya 2,7-5% dari seluruh

kehamilan. Terjadi pada umur kehamilan kurang dari 28 minggu sebesar 25%, umur

kehamilan 32 minggu sebesar 7%, dan kehamilan aterm 1-3% Sedangkan data ibu hamil

dengan KEK tahun 2017 sebanyak 180 jiwa, dan pada bulan Januari – 15 Maret 2018

jumlah ibu hamil dengan KEK yaitu 36 jiwa

1
Angka Kematian Ibu (AKI) juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian

terkait dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum,

pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitivitas Angka

Kematian Ibu (AKI) terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator

keberhasilan pembangunan sektor kesehatan. Masalah komposisi letak janin dalam rahim,

juga merupakan bagian dari penatalaksanaan perbaikan pelayanan kesehatan, yang perlu

diketahui lebih awal sebelum persalinan berlangsung.

Perkiraan komposisi letak janin dalam rahim adalah: 96% letak kepala, 2,5-3% letak

sungsang, sedangkan sekitar 0,5% letak lintang. Komposisi kelainan letak dapat

mempersulit kelahiran janin, kalau tidak ditangani dengan tepat. Angka kematian bayi

dengan persalinan letak sungsang sekitar 25-30%, hal ini cukup tinggi dan membutuhkan

perhatian dalam pengelolaan selama kehamilan dan persalinan. Tindakan untuk

menurunkan angka morbiditas dan mortalitas karena persalinan sungsang, perlu dilakukan

intervensi pada masa kehamilan, kehamilan letak sungsang untuk mengidentifikasi dan

mengatasi masalah letak sungsang yaitu bidan melakukan tindakan secara komprehensif

pada ibu dengan kehamilan letak sungsang dengan posisi knee-chest atau sering dikenal

dengan gerakan anti sungsang

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk mempraktikkan Knee Chest Positioning pada ibu dengan kehamilan letak

sungsang

2. Tujuan Khusus

2
a. Mengidentifikasi kebutuhan dasar klien pada kasus kehamilan letak sungsang yang

diberikan intervensi knee chest positioning.

b. Menentukan perencanaan positioning berdasarkan analisa data pada kasus kehamilan

letak sungsang

c. Melaksanakan tindakan kebidanan berdasarkan strategi perencanaan yang telah

disusun.

d. Mengevaluasi hasil tindakan kebidanan yang telah dilakukan.

C. Manfaat

1. Bagi kelompok

Sebagai pengetahuan dasar tentang penatalaksanaan kehamilan sungsang yang dapat

digunakan untuk menambah pengetahuan

2. Bagi Institusi

Agar menjadi bahan masukan bagi pengembangan pendidikan program D4 Kebidanan

3. Bagi Profesi

Dapat memberi informasi dan melakukan tindakan pada kehamilan sungsang dengan

knee chest

4. Bagi Pelayanan

Sebagai masukan terhadap asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan diagnosa letak

sungsang yang harus mendapatkan pendidikan kesehatan tentang knee chest

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KEHAMILAN

1. Pengertian

Kehamilan adalah suatu proses pembuahan dalam rangka melanjutkan keturunan

sehingga menghasilkan janin yang akan tumbuh di dalam rahim seorang wanita

(Waryana, 2011). Kehamilan adalah masa dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin,

lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari

hari pertama haid terakhir (saifuddin, 2016).

Proses kehamilan adalah mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari

ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi,

implantasi pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi

sampai aterm. ( Manuaba, dkk. 2012 )

2. Letak Janin Dalam rahim

Letak janin dalam rahim terutama di akhir sangat penting berkaitan dengan

prognosis persalinan. Letak janin saat hamil tidak memerlukan perhatian, karena

kedudukannya belum dapat dipastikan. ( Manuaba, dkk. 2012)

Sebagian besar janin dalam rahim akan menuju pada letak kepala karena :

a. Berat kepala lebih dari bokong.

b. Kepala yang bulat lebih sesuai dengan pintu atas panggul.

4
c. Kepala menyesuaikan diri dengan ruangan yang lebih kecil pada pintu atas

panggul.

d. Bokong menyesuaikan diri dengan ruangan yang luas pada fundus uteri.

3. Fisiologi Kehamilan

Di daerah leher sering terdapat hiperpigmentasi yang sama juga di areola

mammae. Linea alba pada kehamilan menjadi hitam, dikenal sebagai linea grisea.

Tidak jarang dijumpai kulit perut kehamilan terjadi, jika ada pertemuan dan

persenyawaan antara sel telur ( ovum ) dan sel mani ( spermatozoa ).

Waktu ovulasi sel telur masih diselimuti oleh corona radiata tetapi spermatozoa

dapat menembus dinding sel telur karena mempunyai enzim hialuronidase yang dapat

mencairkan corona radiata tersebut. Setelah persenyawaan antara sel telur dan sel mani

yang biasanya terjadi dalam ampula tuba maka sel telur disebut zigot. Zigot adalah

ovum yang telah dibuahi. 1) Perubahan anatomi pada ibu hamil trimester III

1. Uterus Ismus lebih nyata menjadi bagian korpus uteri dan berkembang menjadi

Segmen Bawah Rahim (SBR).Pada kehamilan tua karena kontraksi otot-otot bagian

atas uterus, SBR menjadi lebih besar dan tipis, tampak batas yang nyata antara

bagian atas yang lebih tebal dan segmen bawah rahim yang lebih tipis. Batas dikenal

sebagai reaksi lingkaran fisiologis dinding uterus.

2. Serviks Uteri Serviks Uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena

hormon estrogen. Jika korpus uteri mengandung lebih banyak jaringan otot, maka

5
serviks lebih mengandung jaringan ikat, hanya 10 % jaringan otot. Jaringan ikat

pada serviks ini banyak mengandung kolagen. Akibat kadar estrogen meningkat dan

dengan adanya hipervaskularisasi maka konsistensi serviks menjadi lunak.

3. Vagina dan Vulva Vagina dan vulva akibat hormon estrogen mengalami perubahan

pula. Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih

merah agak kebiru-biruan (livide). Tanda ini disebut Tanda Chadwick. Warna porsio

pun tampak livide.

4. Ovarium Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditatis

sampai terbentuknya plasenta. Pada kira-kira kehamilan 16 minggu. Korpus luteum

graviditatis berdiameter kira-kira 3 cm. Kemudian, ia mengecil setelah plasenta

terbentuk. Seperti telah dikemukakan, korpus luteum ini mengeluarkan hormon

estrogen dan progesteron. Lambat laun fungsi ini diambil alih oleh plasenta.

5. Mamma Mamma akan membesar dan tegang akibat hormon somatomamotropin,

estrogen dan progesteron. Akan tetapi belum mengeluarkan air susu. Estrogen

menimbulkan hipertrofi sistem saluran, sedangkan progesteron menambah sel-sel

asinus pula dan menimbulkan perubahan dalam sel-sel, sehingga terjadi pembuatan

kasein, laktalbumin, dan laktoglobulin. Dengan demikian, mamma dipersiapkan

untuk laktasi.

6. Sirkulasi Darah Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya

sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang

membesar pula, mamma dan alat lain-lain yang memang berfungsi berlebihan dalam

kehamilan. Seperti telah dikemukakan, volume darah ibu dalam kehamilan

6
bertambah banyak, kira-kira 25%, dengan puncak kehamilan 32 minggu diikuti

dengan cardiac output yang meninggi sebanyak kira-kira 30%. Akibat hemodilusi

tersebut, yang mulai jelas timbul pada kehamilan 16 minggu, ibu yang mempunyai

penyakit jantung dapat jatuh dalam keadaan dekompensasi kordis.

7. Sistem Respirasi Seorang wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya tidak jarang

mengeluh tentang rasa sesak dan pendek nafas. Hal ini ditemukan pada kehamilan

32 minggu ke atas oleh karena usus. Usus tertekan oleh uterus yang terus membesar

ke arah diafragma, sehingga diafragma kurang leluasa bergerak. Untuk memenuhi

kebutuhan oksigen yang meningkat kira-kira 20%, seorang wanita hamil selalu

bernafas lebih dalam, dan bagian bawah toraksnya juga melebar ke sisi , yang

sesudah partus kadang-kadang menetap jika tidak dirawat dengan baik.

8. Traktus Digestivus Pada-pada bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek

(nausea). Mungkin ini akibat kadar hormon estrogen yang meningkat. Tonus otot-

otot traktus digestivus menurun, sehingga motilitas seluruh traktus digestivus juga

berkurang. Makanan lebih lama berada di dalam lambung dan apa yang telah

dicernakan lebih lama berada dalam usus-usus. Hal ini mungkin baik resorpsi, akan

tetapi menimbulkan pula obstipasi, yang merupakan salah satu keluhan utama

wanita hamil.

9. Traktus Urinarius Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan

oleh uterus yang mulai membesar, sehingga timbul sering kencing. Keadaan ini

hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar dari rongga

panggul. Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun ke bawah pintu atas

7
panggul, keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing mulai

tertekan kembali.

10. Kulit Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat-alat tertentu.

Pigmentasi ini disebabkan oleh pengaruh melanophore stimulating hormone (MSH)

yang meningkat. MSH ini adalah salah satu hormon yang juga dikeluarkan oleh

lobus anterior hipofisis. Kadang-kadang terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi dan

hidung, dikenal sebagai kloasma gravidarum. seolah-olah retak-retak, warnanya

berubah agak hiperemi dan kebiru-biruan, disebut striae livide. Setelah partus, striae

livide ini berubah warnanya menjadi putih dan disebut striae albicans.

11. Metabolisme Dengan terjadinya perubahan peningkatan pola makan (terhitung ±

200-300 kkal/hari). Membuat sistem gastrointestinal berubah selama masa

kehamilan disertai juga perubahan pada metabolisme karbohidrat, protein, dan

lemak. Perubahan terjadi karena human placental lactogen (HPL) ini, menjadikan

glukosa siap diserap oleh tubuh dan digunakan untuk perkembangan otak fetus, juga

melindungi ibu dari defisiensi nutrisi.(Pantikawati, 2010:110)

B. KEHAMILAN SUNGSANG

1. Pengertian

Sungsang merupakan keadaan dimana bagian terendah janin berada di segmen

bawah rahim, bukan belakang kepala. Dikenal beberapa jenis sungsang, yakni:

presentasi bokong, presentasi bokong kaki sempurna, presentasi bokong kaki tidak

sempurna. Dengan insiden 3-4% dari seluruh kehamilan tunggal pada umur kehamilan

cukup bulan (lebih dari 37 minggu), presentasi bokong merupakan malpresentasi yang

8
sering dijumpai. Sebelum umur kehamilan 28 minggu, kejadian presentasi bokong

berkisar antara 25-30%, dan sebagian besar akan berubah menjadi presentasi kepala

setelah umur kehamilan 34 minggu.

Penyebab terjadinya presentasi bokong tidak diketahui, tetapi terdapat beberapa

faktor resiko selain prematuritas, yaitu abnormalitas struktur uterus, polihidramnion,

plasenta previa, multiparitas,mioma uteri, dan riwayat presentasi bokong sebelumnya.

(Prawirohardjo, S. 2010. Hal : 588)

2. Diagnosis

Diagnosis letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Pada pemeriksaan luar,

dibagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian yang keras dan bulat, yakni kepala,

dan kepala teraba di fundus uteri. Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat

memberi kesan seolah- olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah

kepala. Seringkali wanita tersebut menyatakan bahwa kehamilannya terasa lain

daripada kehamilan yang terdahulu, karena terasa penuh dibagian atas dan gerakan

terasa lebih banyak di bagian bawah. Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan

setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilikus.

Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat,

karena misalnya dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi atau banyaknya air

ketuban, maka diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dalam. Apabila masih

ada keragu- raguan, harus dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan

ultrasonografi atau M.R.I. (Magnetic Resonance Imaging).

9
Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai

dengan adanya sakrum, kedua tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka

harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan

ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari- jari lain dan panjang jari

kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan.

Pada persalinan lama, bokong janin mengalami edema, sehingga kadang- kadang

sulit untuk membedakan bokong dengan muka. Pemeriksaan yang teliti dapat

membedakan bokong dengan muka karena jari yang akan dimasukkan kedalam anus

mengalami rintangan otot, sedangkan jari yang dimasukkan ke dalam mulut akan

meraba tulang rahang dan alveolar tanpa ada hambatan. Pada presentasi bokong kaki

sempurna, kedua kaki dapat diraba disamping bokong, sedangkan pada presentasi

bokong kaki tidak tidak sempurna, hanya teraba satu kaki di samping bokong.

3. Klasifikasi Letak Bokong

10
a. Letak Bokong Murni (Frank Breech) Letak bokong dengan kedua tungkai terangkat

ke atas

b. Letak Bokong Sempurna (Complete Breech) Letak bokong di mana kedua kaki ada

di samping bokong ( letak bokong kaki sempurna)

c. Letak Bokong Tidak Sempurna (Incomplete Breech) Letak sungsang dimana selain

bokong juga ada bagian kaki atau lutut. (Prawirohardjo, S. 2011. Hal: 589)

4. Etiologi

Adapun penyebab presentasi bokong (letak sungsang) antara lain:

a. Faktor dari ibu dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, yaitu:

1) plasenta previa

2) bentuk rahim yang abnormal

3) panggul sempit

4) multiparitas

5) adanya tumor pada rahim

6) implantasi plasenta di fundus yang memicu terjadinya letak bokong;

(Wiknjosastro. 2008. Hal: 611)

11
b. Faktor dari janin dapat disebabkan oleh keadaan seperti:

1) hidrosefalus atau anensefalus

2) kehamilan kembar

3) hidramnion

4) prematuritas. (Wiknjosastro. 2008. Hal: 611)

5. Konsep Dasar Kegawatdaruratan Maternal

a. Pengertian

Kegawatdaruratan dapat didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang

kala berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan membutuhkan

tindakan segera guna menyelamatkan jiwa/nyawa, Kegawatdaruratan maternal

adalah kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan

atau selama dan sesudah persalinan dan kelahiran.

Terdapat sekian banyak penyakit dan gangguan dalam kehamilan yang

mengancam keselamatan ibu dan bayinya. Kasus gawat darurat maternal adalah

kasus obstetri yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat kematian ibu

dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu janin dan bayi

baru lahir.

b. Tujuan

12
1) Mencegah kematian dan cacat (to save life and limb) pada ibu dan

kegawatdaruratan.

2) Merujuk ibu dengan kegawatdaruratan melalui sistem rujukan untuk

memperoleh penanganan yang lebih memadai.

c. Ruang Lingkup pada Masa Kehamilan

1) Abortus : ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup

di luar kandungan dengan batasan umur kehamilan <20 minggu atau bb 500

gram. Penyebabnya kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan pada

plasenta, penyakit kronis pada ibu, faktor nutrisi dan faktor psikologis

2) Solusio Plasenta : terlepasnya sebagian/seluruh permukaan maternal plasenta

dari tempat implantasinya. Penyebab sebab primer belum diketahui pasti,

namun ada keadaan tertentu, kategori sos-eko, kategori fisik, kelainan dalam

rahim, penyakit ibu.

3) Kehamilan Sungsang : keadaan dimana bagian terendah janin berada di

segmen bawah rahim, bukan belakang kepala. Dikenal beberapa jenis

sungsang, yakni: presentasi bokong, presentasi bokong kaki sempurna,

presentasi bokong kaki tidak sempurna. (Prawirohardjo. S, 2010)

6. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Dalam Kehamilan

13
Penatalaksanaan untuk kehamilan dengan sungsang menurut Sarwono (2010),

asuhan mandiri yang bersifat menyeluruh dari langkah-langkah sebelumnya yaitu:

1) Beri informasi kehamilannya dan dukungan moril

2) Lakukan postural posisi Knee chest serta dianjurkan untuk dilaksanakan di

rumah.

3) Bila diperlukan kolaborasi dengan dokter dan kapan ibu harus segera datang

ke tempat pelayanan kesehatan.

Menurut Sarwono (2010), penatalaksanaan untuk kehamilan sungsang adalah

posisi Knee chest .

Knee chest dilakukan dengan posisi perut seakan menggantung kebawah. Cara

ini harus dilakukan rutin setiap hari sebanyak 3-4x/hari 10 menit. Jika posisi

bersujud ini dilakukan pada saat sebelum tidur, sesudah tidur, sebelum mandi,

selain itu melakukan posisi Knee chest secara tidak langsung pada waktu

melakukan sholat.

Penatalaksanaan kehamilan sungsang pada trimester III menganjurkan pada

ibu untuk tetap menjaga pola nutrisi, pola istirahat, dan pola aktivitas.

Memberitahu ibu untuk mempersiapkan persalinan dengan sungsang baik secara

normal maupun per abdominal. Ibu bersalin dengan persalinan perabdominal

karena ibu primigravida, ibu suspect CPD, dan his ibu tidak adekuat, dan dari

pembukaan serviks yang tidak bertambah.

Faktor kehamilan letak sungsang yang terjadi pada primigravida sampai

umur kehamilan aterm maka kehamilan harus segera diakhiri dengan jalan

14
operasi sectio caesarea karena panggul ibu belum pernah melahirkan, tidak bisa

dicoba-coba untuk melahirkan dengan cara normal. Pertolongan persalinan

dilakukan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang dapat melakukan operasi,

bila memungkinkan melakukan versi luar, bila tidak berhasil lakukan persalinan

sungsang per vaginam atau SC. (Rukiyah, hal :243).

Usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi janin sungsang

1) Knee chest Knee chest dilakukan dengan posisi perut seakan menggantung

kebawah. Cara ini harus dilakukan rutin setiap hari sebanyak 2 kali (pagi dan

sore) selama 10 menit. Jika posisi bersujud ini dilakukan dengan baik dan

teratur maka besar kemungkinan janin sungsang akan kembali pada posisi

yang normal.

2) External Cephalic Version (EVC) Metode ini dilakukan oleh dokter

kandungan yang bertujuan untuk mengubah posisi janin dari luar tubuh ibu

hamil ketika usia kehamilannya sudah mencapai 34 minggu. Namun

demikian, metode ini biasanya menyakitkan dan bahkan rentan menimbulkan

kematian pada janin karena suplai oksigen ke otak janin berkurang.

a) Syarat Versi Luar

(1) Kehamilan harus tunggal.

(2) Janin harus dapat digerakkan dengan bebas.

(3) Uterus harus lemas

(4) Bagian terendah janin masih dapat dibebaskan dari rongga panggul.

15
(5) Dinding perut ibu harus cukup tipis dan rileks agar penolong dapat

memegang bagian-bagian janin.

(6) Janin harus dapat lahir pervaginaan.

(7) Saat mengerjakan versi luar dalam kehamilan yaitu pada primigravida

pada umur kehamilan 34-36 minggu dan pada multigravida pada umur

klien kehamilan lebih dari 37 minggu

(8) Pada inpartu pembukaan kurang dari 4 cm dan selaput ketuban masih

utuh.

b) Komplikasi Versi Luar

(1) Gawat janin

(2) Bisa terjadi prolapsus foeniculi

(3) Solusio plasenta

(4) Bradikardi janin setelah dilakukan versi luar

(5) Dapat terjadi ketuban pecah dini

(6) Kematian janin intra uterin

(7) Kelainan kongenital berat pada janin h. Bokong yang sudah masuk

panggul

c) Kontra Indikasi

(1) Panggul sempit

(2) Perdarahan antepartum

(3) Preeklampsia dan Hipertensi

(4) Hamil kembar

16
(5) Plasenta previa

(6) Ketuban pecah dini (Oxorn, H dan Forte, W. 2011)

b. Penanganan Letak Sungsang Dalam Persalinan

Penggunaan seksio sesarea untuk bayi sungsang, dalam keyakinan bahwa ini lebih

aman (chapman, 2006). Di Sejumlah pusat persalinan tingkat pembedahan caesar

65 % dari semua bayi sungsang. Dalam kasus-kasus tertentu, khususnya jika bayi

sangat kecil atau sangat besar, biasanya dilakukan bedah caesar. Alasan dalam

kasus bayi lahir kecil (kurang dari 1500 gram atau kehamilan 32 minggu) adalah

dokter cemas kepala bayi yang lembut akan rusak selama proses kelahiran melalui

vagina. Bayi berukuran besar (lebih dari 4000 gram) jelas menyulitkan persalinan

(Llewellyn, 2005).

7. Patofisiologi

Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan

dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban

relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan

demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau

letak lintang.

Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air

ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar

daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di

fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah

uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup

17
bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan,

janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala. (Wiknjosastro. 2007. Hal:

611)

18
19
20
21
22
23
24
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Proses kehamilan adalah mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari

ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi,

implantasi pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi

sampai aterm Letak janin dalam rahim terutama di akhir sangat penting berkaitan dengan

prognosis persalinan.

Letak janin saat hamil tidak memerlukan perhatian, karena kedudukannya belum

dapat dipastikan Sungsang merupakan keadaan dimana bagian terendah janin berada di

segmen bawah rahim, bukan belakang kepala. Dikenal beberapa jenis sungsang, yakni:

presentasi bokong, presentasi bokong kaki sempurna, presentasi bokong kaki tidak

sempurna. Kegawatdaruratan dapat didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala

berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan membutuhkan tindakan

segera guna menyelamatkan jiwa/nyawa, Kegawatdaruratan maternal adalah kondisi

kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah

persalinan dan kelahiran.

penatalaksanaan untuk kehamilan sungsang adalah posisi Knee chest . Knee chest

dilakukan dengan posisi perut seakan menggantung kebawah. Cara ini harus dilakukan

rutin setiap hari sebanyak 3-4x/hari 10 menit. Jika posisi bersujud ini dilakukan pada saat

sebelum tidur, sesudah tidur, sebelum mandi, selain itu melakukan posisi Knee chest

secara tidak langsung pada waktu melakukan sholat.

25
B. SARAN

1. Bagi kelompok

Diharapkan dapat pengetahuan dasar tentang penatalaksanaan kehamilan sungsang

yang dapat digunakan untuk menambah pengetahuan

2. Bagi Institusi

Diharapkan menjadi bahan masukan bagi pengembangan pendidikan program D4

Kebidanan

3. Bagi Profesi

Diharapkan memberi informasi dan melakukan tindakan pada kehamilan sungsang

dengan knee chest

4. Bagi Pelayanan

Diharapkan menjadi masukan terhadap asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan

diagnosa letak sungsang yang harus mendapatkan pendidikan kesehatan tentang knee

chest

26
DAFTAR PUSTAKA

Marmi. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternita. Jakarta : Salemba Medika

Menkes RI. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No

1464/MENKES/PER/X/2010. Jakarta : Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Mufdlilah. (2009). Panduan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Yogyakarta : Nuha Medika

Muslihatun, Wafi Nur. Mufdlilah, Setyawati. (2009). Dokumentasi Kebidanan.

Yogyakarta: Fitramaya.

Parker-Littler, Catharine. (2010). Konsultan Kebidanan. Jakarta : Gelora Aksara Pratama.

Pantikawati, Ika.Saryono. (2010). Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Yogyakarta: Nuha

Medika.

Rohani. Saswita, Reni. Marisah. (2011). Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan. Jakarta:

Salemba Medika.

Rukiyah, Ai Yeyeh. (2010). Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta Timur:

CV.Trans Info Media.

Syaifudin, Karningsih Nr.Mardiana, Dairi. (2011). Untaian Materi Penyuluhan KIA

(Kesehatan Ibu dan Anak). Jakarta : Trans Info Media

Saifudin, Abdul Bari. Trijatmo Rachimhadhani. Wiknjosastro, Gulardi Hanifa. Waspodo,

Djoko. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

27

Anda mungkin juga menyukai