Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN RENCANA BIMBINGAN KLINIK

METODE PRECEPTORSHIP DENGAN


TEKNIK COACHING

“PEMASANGAN INFUS”
Disusun oleh :

Indah (1804287)
Indriani Supardi (1804298)
Khofifah Ihwani (1804299)
Lelya Reema Fitria (1804300)

PROGAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2019
PERENCANAAN BIMBINGAN KLINIK

A. Identitas Mata Kuliah


Mata Kuliah : Metode Khusus
Pokok Bahasan : Pemenuhan kebutuhan cairan pada pasien
Sub Pokok Bahasan : Pemasangan Infus
Waktu : 15 menit
Pertemuan ke : 1
Hari : Jumat, 27 September 2019
Ruang : Ruang Obstetri
Koordinator : Lelya Reema Fitria,STr.Keb
Pembimbing : Indah, STr.Keb
Mahasiswa Bimbingan : Indriani Supardi
Khofifah Ihwani

B. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pembelajaran klinik ini peserta didik mampu
memberikan asuhan pemenuhan kebutuhan cairan pada pasien dengan
pemasangan infuse.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti proses pembelajaran klinik peserta didik mampu:
a. Mengetahui dan memahami pengertian dari pemasangan infuse
b. Mengetahui dan mampu melakukan pemasangan infuse
c. Mengetahui dan memahami hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pemasangan infuse pada pasien dengan tujuan mengganti cairan tubuh
pasien
d. Mengetahui apa saja manfaat dari pemasangan infuse pada pasien
C. Metode dan Tekhnik Bimbingan

1. Metode bimbingan klinik yang akan digunakan adalah perseptorship

2. Teknik bimbingan yang digunakan adalah preconference, teknik coaching,

post conference

D. Deskripsi Kasus
Mahasiswa D3 Kebidanan tingkat 2 semester 3 yang sedang

menjalankan praktek klinik kebidanan di Puskesmas Kedungmundu praktek

KDK 1 dengan target pemenuhan kebutuhan dasar pasien. Mahasiswa tersebut

belum pernah melakukan tindakan tersebut. Untuk mencapai target asuhan

yang dibutuhkan oleh mahasiswa tersebut, bimbingan diberikan menggunakan

metode preseptorship dengan teknik coaching, bedside teaching dan post

conference.

E. Rincian Kegiatan

Metode/
No Kompetensi Jenis Kegiatan Waktu Hasil yang Diharapkan
Tekhnik
1 Peserta didik a.Pembimbing 1 mnt Preconference Peserta didik memahami
mengetahui klinik pengertian pemasangan infus
tujuan tindakan menjelaskan merupakan tindakan memasuk
pemasangan tentang kan cairan melalui intravena
infuse pengertian dengan bantuan perangkat infus.
pemasangan Tindakan ini dilakukan untuk
infuse memenuhi kebutuhan cairan dan
elektrolit serta sebagai tindakan
b. Pembimbing pengobatan dan pemberian
klinik makanan.
menjelaskan 1 mnt Preconference Peserta didik memahami dan
cara mampu mencoba pemasangan
pemasangan infuse
infuse
c. Pembimbing
klinik Peserta didik memahami
menjelaskan persiapan untuk pemasangan
persiapan 2mnt Preconference infuse :
untuk 1. Pasien
pemasangan 2. Alat-alat
infuse

d.Pembimbing
klinik Peserta didik memahami
menjelaskan 5 mnt Preconference langkah-langkah pemasangan
langkah- infuse.
langkah Pemasangan infuse dilakukan
pemasangan dengan langkah-langkah:
infuse 1. Memakai sarung tangan
2. Menggantungkan flabot
pada tiang infus
3. Membuka kemasan infus
set, mengatur klem rol
sekitar 2-4 cm dibawah
bilik drip dan menutup
klem yang ada pada
saluran infus, menusuk
kan infus set ke dalam
flabot infus dan mengisi
tabung tetesan dengan
cara memencet tabung
tetesan infus hingga
setengahnya.
4. Membuka klem dan
mengalirkan cairan keluar
sehingga tidak ada udara
pada selang infus lalu
tutup kembali klem
5. Memilih vena yang akan
dipasang infus, meletak
kan torniquet 10-12 cm di
atas tempat yang akan
ditusuk, menganjurkan
pasien menggenggam
tangannya
6. Melakukan desinfeksi
daerah penusukkan
dengan kapas alkohol
secara sirkuler dengan
diameter ±5 cm
7. Menusukkan jarum
abbocath ke vena dengan
lubang jarum menghadap
ke atas, dengan
menggunakan tangan yang
dominan, melihat apakah
darah terlihat pada pipa
abbocath
8. Memasukkan abbocath
secara pelan-pelan jarum
yang ada pada abbocath,
hingga plastik abbocath
masuk semua dalam vena,
dan jarum keluar semua,
segera menyam-bungkan
abbocath dengan selang
infus, lepaskan tourniquet,
anjur kan pasien membuka
tangan dan longgarkan
klem untuk melihat
kelancaran tetesan
9. Merekatkan pangkal jarum
pada kulit dengan plester,
mengatur tetesan infus
10. Menutup tempat tusukan
dengan kassa steril, dan
direkatkan dengan plester,
mengatur letak anggota
badan yang dipasang infus
supaya tidak digerak-
gerakkan agar abbocath
tidak bergeser.
2 Mahasiswa Pembimbing 5 mnt Coaching Peserta didik memahami
mampu mempersiap persiapan untuk pemasangan
mempersiap kan alat untuk infuse :
kan peralatan pemasangan Persiapan :
yang dibutuhkan infuse Pasien
a. Menjelaskan tujuan dan
prosedur pemasangan
infuse
b. Memberikan posisi yang
nyaman pada pasien
Alat-alat
1. Baki yang telah
dialasi

2.  Perlak dan pengalas

3.   Bengkok

4.  Tiang infus

5. Hanscoon

6. Torniquet

7.  Kapas alkohol

8. Infus set

9. Cairan infus

10. Abbocath

11.  Plester /hipafik

12. Kassa

13. Gunting plester

Mahasiswa Pembimbing 15 mnt Coaching Peserta didik memahami


mampu klinik langkah-langkah tindakan
melakukan melakukan pemasangan infuse
tindakan tindakan Pelaksanaan:
pemasangan pemasangan 1. Cuci tangan dengan
infuse infuse menggunakan air bersih dan
sabun sebelum melakukan
dengan mandiri pemasangan infuse.
dan secara 2. Siapkan pasien
runtut 3. Memakai sarung tangan
4. Menggantungkan flabot
pada tiang infus
5. Membuka kemasan infus
set, mengatur klem rol
sekitar 2-4 cm dibawah
bilik drip dan menutup
klem yang ada pada
saluran infus, menusuk
kan infus set ke dalam
flabot infus dan mengisi
tabung tetesan dengan
cara memencet tabung
tetesan infus hingga
setengahnya.
6. Membuka klem dan
mengalirkan cairan keluar
sehingga tidak ada udara
pada selang infus lalu
tutup kembali klem
7. Memilih vena yang akan
dipasang infus, meletak
kan torniquet 10-12 cm di
atas tempat yang akan
ditusuk, menganjurkan
pasien menggenggam
tangannya
8. Melakukan desinfeksi
daerah penusukkan
dengan kapas alkohol
secara sirkuler dengan
diameter ±5 cm
9. Menusukkan jarum
abbocath ke vena dengan
lubang jarum menghadap
ke atas, dengan
menggunakan tangan yang
dominan, melihat apakah
darah terlihat pada pipa
abbocath
10. Memasukkan abbocath
secara pelan-pelan jarum
yang ada pada abbocath,
hingga plastik abbocath
masuk semua dalam vena,
dan jarum keluar semua,
segera menyam-bungkan
abbocath dengan selang
infus, lepaskan tourniquet,
anjur kan pasien membuka
tangan dan longgarkan
klem untuk melihat
kelancaran tetesan
11. Merekatkan pangkal jarum
pada kulit dengan plester,
mengatur tetesan infus
12. Menutup tempat tusukan
dengan kassa steril, dan
direkatkan dengan plester,
mengatur letak anggota
badan yang dipasang infus
supaya tidak digerak-
gerakkan agar abbocath
tidak bergeser.
Pembimbing 5 menit 13. Membereskan alat serta
mampu cuci tangan
mendokumentas 14. Dokumentasi.
ikan tindakan
yang telah III. Evaluasi
dilakukan Evaluasi respon pasien

IV. Dokumentasi
1. Tindakan dan respon
pasien
2. Nama bidan yang
melakukan waktu
pemasangan infuse
3. Keadaan umum pasien.

3. Mahasiswa Pembimbing 6 mnt Post Mahasiswa memahami


mampu mampu Conference penjelasan tentang prosedur
mereview melakukan pemasangan infuse
tindakan yang review tindakan
telah dilakukan yang telah
dilakukan
F. Evaluasi
1. Prosedur : Preconference, coaching, postconference
2. Jenis test : skill, attitude, cognitive
3. Bentuk : observasi
4. Alat test : SPO, Checklist

G. Referensi
1. Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat. 2011.
Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Bidan. Jakarta: Salemba Medika.
2. C Long Barbara (2010). Keperawatan Medikal Bedah. Bandung: Yayasan
IAPK.
3. Jan Tambayong (2013). Patofisiologi Untuk Perawat. Jakarta: EGC

H. Lampiran
1. Materi tentang pemasangan infuse
2. Kontrak belajar mahasiswa bimbingan
3. Lembar check list tentang pemasangan infuse
Lampiran

MATERI
(PEMASANGAN INFUSE)

A. Pengertian
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia

secara fisiologis kebutuhaan ini memiliki proporsi besar dalam tubuh dengan

hampir 90% dari total berat badan. Sementara itu, sisanya merupakan bagian

padat dari tubuh. Secara keseluruhan, presentase cairan tubuh berbeda

berdasarkan usia. Presentase cairan tubuh bayi baru lahir sekitar 75% dari

total berat badan, pria dewasa 57% dari total berat badan, wanita dewasa

55% dari total berat badan, dan dewasa tua 45% dari total berat badan. Selain

itu, presentase jumlah cairan tubuh yang bervariasi juga bergantung pada

lemak dalam tubuh dan jenis kelamin. Jika lemak dalam tubuh sedikit, maka

cairan tubuh pun lebih besar. Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan

tubuh lebih sedikit dibandingkan pada pria, karena jumlah lemak pada tubuh

wanita dewasa lebih banyak dibandingkan dengan lemak pada tubuh pria

dewasa.

Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan.dalam

proses osmosis, tekanan osmotik merupakan kemampuan partikel pelarut

untuk menarik larutan melalui membran. Bila terdapat dua larutan dengan

perbedaan konsentrasi maka larutan yang konsentrasi molekulnya lebih pekat


dan tidak dapat bergabung disebut koloit. Sedangkan larutan dengan

kepekatan yang sama dan dapat bergabung, maka larutan itu disebut

kristaloit.

Prinsip tekanan osmotik sangat penting dalam proses pemberian cairan

intra vena biasanya larutan yang sering digunakan dalam pemberian infus

intravena bersifat isotonik karena mempunyai konsentrasi yang sama dengan

plasma darah. Larutan intravena yang hipotonik, yaitu larutan yang

mempunyai konsentrasi kurang pekat dibanding konsentrasi plasma darah.

Hal ini menyebabkan, tekanan osmotik plasma akan lebih besar dibanding

dengan tekanan osmotik cairan interstisial karena konsentrasi protein dalam

plasma lebih besar dibanding cairan interstisial dan molekul protein lebih

besar, sehingga bentuk larutan koloid dan sulit menembus membran

semipermiabel.

Tekanan Hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul yang bergerak

dalam ruang tertutup. Membran semipermiable merupakan penyaring agar

cairan yang bermolekul besar tidak bergabung. Membran semipermiable ini

terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, yang terdapat diseluruh tubuh

sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan.


B.   Jenis Cairan

1. Cairan zat gizi (nutrien)

Pasien yang istirahat ditempat tidur memerlukan kalori 450 kalori

setiap hari. Cairan nutrien dapat diberikan melalui intra vena dalam bentuk

karbohidrat, nitrogen dan vitamin untuk metabolisme. Kalori yang terdapat

dalam cairan nutrien dapat berkisar antara 200-1500 kalori per liter. Cairan

nutrien terdiri atas: Karbohidrat dan air, contoh: dekstrosa(glukosa),

levulosa (fruktosa), serta invert sugar (1/2 dekstrosa dan ½ levulosa).

Asam amino, contoh: amigen, aminosol, dan travamin. Lemak, contoh:

lipomul dan liposyn.

2. Blood volume expanders

Blood volume expanders merupakan jenis cairan yang berfungsi

meningkatkan volume darah setelah kehilangan darah atau plasma. Hal ini

terjadi pada saat pasien mengalami perdarahan berat, maka pemberian

plasma akan mempertahankan jumlah volume darah. Pada pasien dengan

luka bakar yang berat, sebagian besar cairan akan hilang dari pembuluh

darah didaerah luka. Plasma sangat perlu diberikan untuk menggantikan

cairan ini. Jenis blood volume expanders antara lain: humen serum

albumin dan dextran dengan konsentrasi yang berbeda. Kedua cairan ini

mempunyai tekanan osmotik, sehinggan secara langsung dapat

meningkatkan jumlah volume darah.


C. Kebutuhan Elektrolit

Elektolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung

oksigen, nutrien, dan sisa metabolisme (seperti karbondioksida), yang

semuanya disebut dengan ion. Beberapa jemis garam dalam air akan dipecah

dalam bentuk ion elektrolit. Contohmya NaCl akan dipecah menjadi ion Na

dan CI . pecahan elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat menghantarkan

arus listrik. Ion yang bermuatan negatif disebut anion sedangkan ion yang

bermuatan positif disebut kation. Contoh kation antara lain natrium, kalium,

kalsium, dan magnesium. Contoh anion antara lain klorida, bikarbonat, dan

fosfat.

D. Pengaturan Elektrolit

1.    Pengaturan  keseimbangan natrium

Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi dalam

pengaturan osmolaritas dan volume cairan tubuh. Natrium ini paling

banyak pada cairan ekstrasel.

2.    Pengaturan keseimbangan kalium

Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan

intrasel dan berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit. Keseimbangan

kalium diatur oleh ginjal dengan mekanisme perubahan ion natrium dalam

tubulus ginjal.
3.    Pengaturan keseimbangan kalsium

Kalsium dalam tubuh berfungsi dalam pembentukan tulang,

penghantar impuls kontraksi otot, koagulasi darah (pembekuan darah), dan

membantu beberapa enzim pankreas.

4.    Pengaturan keseimbangan magnesium

Magnesium merupakan kation dalam tubuh yang terpenting kedua

dalam cairan intrasel. Keseimbanganya diatur oleh kelenjar paratiroid.

Magnesium diabsorpsi dari saluran pencernaan.

5.    Pengaturan keseimbangan klorida

Klorida merupakan anion utama  dalam cairan ekstrasel, tetapi

klorida dapat ditemukan pada cairan eksternal dan intrasel. Fungsi klorida

biasanya bersatu dengan natrium yaitu mempertahankan keseimbangan

tekanan osmotik dalam darah.

6.    Pengaturan keseimbangan bikarbonat

Bikarbonat  merupakan elektrolit utama dalam larutan buffer

(penyangga) dalam tubuh.

7.    Pengaturan keseimbangan fosfat (PO4)

Fosfat bersama-sama dengan kalsium berfungsi dalam

pembentukan gigi dan tulang. Fosfat diserap dari saluran pencernaan dan

dikeluarkan melalui urine


E. Pemasangan Infuse

Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan

cairan melalui intravena yang dilakukan pada pasien dengan bantuan

perangkat infus. Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan

cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian

makanan.

Tujuan pemasangan infus sebagai akses pemberian obat,

mengganti dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh,

sebagai makanan bagi pasien yang tidak dapat atau tidak boleh makan

melalui mulut.

F. Indikasi

Pasien dehidrasi, syok, intoksikasi berat, pra dan pasca bedah,

sebelum transfusi darah, pasien yang tidak bisa atau tidak boleh makan

dan minum melalui mulut, pasien yang memerlukan pengobatan tertentu.

G. Kontraindikasi

1. Inflamasi (bengkak, nyeri demam) dan infeksi di lokasi pemasangan

infus

2. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada

tindakan hemodialisis (cuci darah)


3. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang

aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki)

(Yuda, 2010).

H. Perbedaan Vena dan Arteri

Vena Arteri
-       Darah merah gelap Darah merah terang

-       Aliran darah pelan Aliran darah cepat, berdenyut

-       Katup-katup dititik percabangan Tidak ada katup

-       Aliran kearah jantung Aliran menjauhi jantung

-       Lokasi superfisial Lokasi dalam dikelilingi otot

-       Banyak vena menyuplai satu area Satu arteri menyuplai satu area

I. Persiapan Alat pemasangan infus

1. Baki yang telah dialasi

2. Perlak dan pengalas

3. Bengkok

4. Tiang infus

5. Hanscoon

6. Torniquet

7. Kapas alkohol

8. Infus set

9. Cairan infus

10. Abbocath
11. Jam tangan

12. Plester /hipafik

13. Kassa

14. Gunting plester

J. Prosedur pemasangan Infus

1. Memberitahu pasien tindakan yang akan dilakukan

2. Menyiapkan alat dan mendekatkan ke pasien

3. Memasang sampiran

4. Mencuci tangan

5. Memasang perlak dan pengalas

6. Memakai sarung tangan

7. Menggantungkan flabot pada tiang infus

8. Membuka kemasan infus set

9. Mengatur klem rol sekitar 2-4 cm dibawah bilik drip dan menutup klem

yang ada pada saluran infus

10. Menusukkan infus set ke dalam flabot infus dan mengisi tabung tetesan

dengan cara memencet tabung tetesan infus hingga setengahnya.

11. Membuka klem dan mengalirkan cairan keluar sehingga tidak ada

udara pada selang infus lalu tutup kembali klem

12. Memilih vena yang akan dipasang infus

13. Meletakkan torniquet 10-12 cm di atas tempat yang akan ditusuk,

menganjurkan pasien menggenggam tangannya


14. Melakukan desinfeksi daerah penusukkan dengan kapas alkohol secara

sirkuler dengan diameter ±5 cm

15. Menusukkan jarum abbocath ke vena dengan lubang jarum

menghadap ke atas, dengan menggunakan tangan yang dominan.

16. Melihat apakah darah terlihat pada pipa abbocath

17. Memasukkan abbocath secara pelan-pelan jarum yang ada pada

abbocath, hingga plastik abbocath masuk semua dalam vena, dan jarum

keluar semua.

18. Segera menyambungkan abbocath dengan selang infus

19. Melepaskan tourniquet, menganjurkan pasien membuka tangannya dan

melonggarkan klem untuk melihat kelancaran tetesan

20. Merekatkan pangkal jarum pada kulit dengan plester

21. Mengatur tetesan infus

22. Menutup tempat tusukan dengan kassa steril, dan direkatkan dengan

plester

23. Mengatur letak anggota badan yang dipasang infus supaya tidak

digerak-gerakkan agar abbocath tidak bergeser

24. Membereskan alat dan merapikan pasien

25. Melepas sarung tangan

26. Mencuci tangan

27. Melakukan dokumentasi


KONTRAK BELAJAR

Nama :
Tempat : Ruang Obstetri
Topik : Pemasangan infuse dengan Pemenuhan kebutuhan cairan dan
nutrisi pada pasien
Sub Topik : Pemasangan Infuse

Kriteria
Tujuan Strategi
Tujuan Khusus Sumber Penilaian
Umum Pencapaian
Setelah Setelah mengikuti a. Melakukan studi a. Penilaian
mengikuti proses pustaka sebelum penampilan
pembelajaran pembelajaran terjun ke lahan dengan
klinik ini klinik peserta praktek checklist
peserta didik didik mampu: b. Diskusi dengan b. Laporan
mampu a. Memahami dosen pendokumenta
memberikan tentang pembimbing dan sian
asuhan pengertian pembimbing
tentang cara pemasangan klinik
pemasangan infuse c. Case study
infuse b. Memahami
tujuan
pemasangan
infuse
Memahami
persiapan
untuk
pemasangan
infuse
c. Memahami
langkah-
langkah
pemasangan
infuse
Semarang, 27 september 2019

CHECKLIST PRE CONFERENCE

Nama :
NIM :
Metode : Preseptorsip
Kasus : Melakukan tindakan pemasangan infuse

No Kegiatan YA TIDAK
1 Pembimbing menjelaskan kepada peserta didik
tentang pengertian pemasangan infuse
2 Pembimbing menjelaskan kepada peserta didik
tentang tujuan pemasangan infuse
3 Pembimbing menjelaskan kepada peserta didik
tentang persiapan pemasangan infuse
4 Pembimbing menjelaskan kepada peserta didik
tentang langkah-langkah pemasangan infuse
Nilai = Jumlah item yang dilakukan x 100
Total item

Keterangan: Isilah dengan tanda ( v ) bila dilakukan


Isilah dengan tanda (x) bila tidak dilakukan
Ya = Dilakukan dengan benar
Tidak = Tidak dilakukan
DAFTAR CHECKLIST SPO

Nama :
NIM :
Metode : Preseptorship
Kasus : Melakukan tindakan pemasangan infuse

CHEKLIST

PEMASANGAN INFUSE

NOMOR
NO BUTIR YANG DINILAI

A SIKAP
Menyambut klien dengan
1
ramah dan sopan
Memperkenalkan diri kepada
2
klien
3 Merespon reaksi klien
4 Percaya diri
5 Menjaga privasi klien
Total score sikap: jumlah score/5 x
10%
B Content
Menjelaskan maksud dan
1 tujuan pendidikan kesehatan
yang akan dilakukan
2 Melakukan apersepsi
3 Menjelaskan pengertian dari
pemasangan infuse
merupakan tindakan
memasuk kan cairan melalui
intravena dengan bantuan
perangkat infus. Tindakan ini
NOMOR
NO BUTIR YANG DINILAI

dilakukan untuk memenuhi


kebutuhan cairan dan
elektrolit serta sebagai
tindakan pengobatan dan
pemberian makanan.
Menjelaskan manfaat
pemasangan infuse untuk
4
memenuhi kebutuhan cairan
pasien.
Mempersiapkan alat
1. Baki yang telah dialas
2. Perlak dan pengalas
3. Bengkok
4. Tiang infus
5. Hanscoon
6. Torniquet
5 7. Kapas alkohol
8. Infus set
9. Cairan infus
10. Abbocath
11. Jam tangan
12. Plester /hipafik
13. Kassa
14. Gunting plester
6 Cuci tangan
7 Memakai sarung tangan
Menggantungkan flabot pada
8 tiang infus

Membuka kemasan infus set,


mengatur klem rol sekitar 2-4
cm dibawah bilik drip dan
menutup klem yang ada pada
saluran infus, menusuk kan
9
infus set ke dalam flabot infus
dan mengisi tabung tetesan
dengan cara memencet tabung
tetesan infus hingga
setengahnya.
10 Membuka klem dan
mengalirkan cairan keluar
NOMOR
NO BUTIR YANG DINILAI

sehingga tidak ada udara pada


selang infus lalu tutup kembali
klem
Setelah Memilih vena yang
akan dipasang infus, meletak
kan torniquet 10-12 cm di atas
11
tempat yang akan ditusuk,
menganjurkan pasien
menggenggam tangannya.
Melakukan desinfeksi daerah
penusukkan dengan kapas
12 alkohol secara sirkuler dengan
diameter ±5 cm

Menusukkan jarum abbocath ke


vena dengan lubang jarum
menghadap ke atas, dengan
13 menggunakan tangan yang
dominan, melihat apakah darah
terlihat pada pipa abbocath

Memasukkan abbocath secara


pelan-pelan jarum yang ada
pada abbocath, hingga plastik
abbocath masuk semua dalam
vena, dan jarum keluar semua,
14 segera menyam-bungkan
abbocath dengan selang infus,
lepaskan tourniquet, anjur kan
pasien membuka tangan dan
longgarkan klem untuk melihat
kelancaran tetesan
Merekatkan pangkal jarum
pada kulit dengan plester,
15
mengatur tetesan infus

16 Menutup tempat tusukan


dengan kassa steril, dan
direkatkan dengan plester,
mengatur letak anggota badan
yang dipasang infus supaya
NOMOR
NO BUTIR YANG DINILAI

tidak digerak-gerakkan agar


abbocath tidak bergeser.
Membereskan alat serta cuci
17
tangan
20 Mencuci tangan
21 Lakukan evaluasi
Total score content: jumlah
score/21 x 80 %
C TEKNIK
Teruji menjelaskan secara
1
sistematis
Komunikatif, menggunakan
2
bahasa yang mudah dimengerti
3 Penggunaan media
Melakukan pendokumentasian
4
dengan benar
Total score teknik: jumlah score/4
x 10%

Nilai Akhir = (A+B+C) x 100

Keterangan: 0: tidak dilakukan


1: tidak dilakukan secara sistematis
2: dilakukan secara sistematis

Semarang, 27 September 2019


Pembimbing

----------------------------------
CHECKLIST POST CONFERENCE

Nama :
NIM :
Metode : Preseptorsip
Kasus : Memberikan massege endorphin

No Kegiatan YA TIDAK
1 Pembimbing klinik menanyakan perasaan
peserta didik case study.
2 Pembimbing klinik menanyakan peserta didik
tentang attitude saat contact pada pasien.
3 Pembimbing klinik memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk bertanya
Nilai: Jumlah item yang dilakukan x 100
Total item

Keterangan: Isilah dengan tanda ( v ) bila dilakukan


Isilah dengan tanda (x) bila tidak dilakukan
Ya = dilakukan dengan benar
Tidak = tidak dilakukan

FORMAT PENILAIAN PRAKTEK BIMBINGAN KLINIK


METODE PRESEPTORSIP MASSEGE ENDORPHIN
N Aspek Penilaian Nilai Bobot Nxb
O
1 Preconference
a. Ketepatan waktu sesuai 10
perencanaan bimbingan
b. Kesesuaian perencanaan kegiatan 30
CI pada saat preconference
2 Bed Side Teaching
a. Informed consent pada pasien 10
b. Penilaian kesesuaian tindakan 20
berdasarkan SPO
3. Postconference
a. Ada refleksi 5
b. Penilaian CI 25

Keterangan:
Kolom nilai diisi dengan angka 0 atau 1
0 = jika tidak sesuai
1 = jika sesuai

Anda mungkin juga menyukai