OLEH :
SUMIATI
(1504208)
i
ii
iii
PROGRAM STUDI DIV BIDAN PENDIDIK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG
Abstrak
Kecemasan menjelang persalinan pada ibu hamil adalah suatu hal yang fisiologis,
namun didalam menghadapi proses persalinan dimana terjadi serangkaian
perubahan fisik dan psikologis yang dimulai dari terjadinya kontraksi rahim,
dilatasi jalan lahir, dan pengeluaran bayi serta placenta yang diakhiri dengan
punding awal antara ibu dan bayi. Kecemasan dan depresi merupakan dua jenis
gangguan kejiwaaan yang satu dengan lainnya saling berkaitan.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengekplorasi Kecemasan Ibu Menghadapi
Persalinan Primigravida Usia 20-35 Tahun Di BPM Sulistyowati Desa
Cengkalsewu Kecamatan Kayen Kabupaten Pati.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.
Teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam (indepth interview) dan
teknik sampel ( purposive sampling).
Hasil wawancara mendalam pada partisipan didapatkan informasi kecemasan ibu
menghadapi persalinan primigravida usia 20-35 tahun tentang pengertian,
penyebab, dukungan keluarga, faktor-faktor kecemasan, dan cara mencegah dan
mengatasi kecemasan. Semua ibu yang menghadapi persalinan sudah mengetahui
tentang isi kecemasan dalam menghadapi persalinan anak pertama. Serta
bagaimana cara mencegah dan mengatasi kecemasan tersebut.
Kecemasan ibu menghadapi persalinan primigravida usia 20-35 tahun sudah
bagus.
Kata Kunci : Kecemasan ibu menghadapi persalinan primigravida usia
20-35 tahun
Daftar Pustaka : 25 (2005 - 2013)
Keterangan
*Mahasiswa DIV Kebidanan STIKES Karya Husada
**Pembimbing I (Dosen STIKES Karya Husada Semarang)
iv
DIV MIDWIFE EDUCATORS STUDY PROGRAM
HEALTH SCIENCE COLLEGE OF KARYA HUSADA SEMARANG
Abstract
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
bimbingan, serta dorongan dari berbagai pihak dalam bentuk moril maupun
materil, oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis untuk
1. Dr. Fery Agusman MM, SKM, M.Kep, Sp.Kom, selaku ketua STIKES Karya
Husada Semarang.
2. Dyah Ayu Wulandari, S.Si.T, M.Keb, selaku Ka Prodi DIV Kebidanan dan
4. Seluruh dosen beserta staff prodi DIV Kebidanan STIKES Karya Husada
yang telah membantu dan memberi support dalam menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini.
5. Segenap keluarga ayah dan adik-adik tercinta atas doa dan dukungan
spiritnya.
vi
7. Semua pihak yang terkait dalam penyusunan semua laporan ini yang tidak
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, maka
Demikian laporan ini kami buat sebagai bahan pertanggung jawaban atas
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
ABSTRAK....................................................................................................... iv
ABSTRACT ..................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
D. Tujuan Peneliti.......................................................................... 4
E. Manfaat ..................................................................................... 4
1. Kecemasan......................................................................... 7
viii
2. Usia .................................................................................... 18
D. Partisipan .................................................................................. 41
A. Hasil Penelitian.......................................................................... 58
B. Pembahasan............................................................................... 80
BAB V PENUTUP
A. Simpulan.................................................................................... 87
B. Saran.......................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR BAGAN
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
takut dan cemas mengenai hal-hal yang buruk yang dapat menimpa dirinya
terutama pada saat proses persalinan (Zanden, 2007; hal: 21). Pada umumnya
kehamilan dan kelahiran bayi itu memberikan arti emosional yang besar pada
setiap wanita yang normal. Kehamilan termasuk salah satu periode kritis
Bagi seorang ibu yang sedang hamil atau mengandung sudah tentu akan
hamil tidak menjadi masalah terhadap perubahan yang akan dialaminya, akan
tetapi bagi wanita yang belum siap untuk hamil kemudian tiba-tiba menjadi
terutama karena perubahan badan atau fisiknya (Amin, 2007; hal: 51).
Kecemasan menjelang persalinan pada ibu hamil adalah suatu hal yang
1
serangkaian perubahan fisik dan psikologis yang dimulai dari terjadinya
kontraksi rahim, dilatasi jalan lahir, dan pengeluaran bayi serta placenta yang
diakhiri dengan punding awal antara ibu dan bayi. Kecemasan dan depresi
merupakan dua jenis gangguan kejiwaaan yang satu dengan lainnya saling
pada Ibu ketika menghadapi persalinan anak pertama adalah untuk mengetahui
anak pertama.
panik, pikiran, serta takut. Dalam kurun waktu bulan Januari 2015 sampai Juni
2015 sebanyak 40 ibu bersalin. Dari jumlah tersebut salah satunya ibu
tersebut 5 ibu bersalin cemas tetapi sudah siap saat menghadapi persalinan
dengan segala resiko yang akan terjadi, 15 ibu bersalin cemas karena takut
2
cemas jika ada robekan saat persalinan, merasa takut jika saat bersalin
merasakan nyeri yang berlebihan, tanggung jawab sebagai ibu yang akan
mengurus anaknya, pendapat dari orang lain tentang pengalaman yang tidak
2016”.
B. Fokus Penelitian
pertama
3
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Peneliti
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
4
E. Manfaat
2. Bagi BPM
4. Bagi Peneliti
yang sejenis.
5
F. Originalitas Penelitian
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Kecemasan
a. Definisi Kecemasan
disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari
karena kecemasan memberi sinyal kepada Kita bahwa ada bahaya dan kalau tidak
dilakukan tindakan yang tepat, maka bahaya itu akan meningkat sampai ego
dikalahkan.
b. Tingkat kecemasan
kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu
7
respon fisiologis, respon kognitif, dan respon perilaku dan emosi. Respon
fisiologis ditandai dengan sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik,
gejala ringan pada lambung, dan muka berkerut dan bibir bergetar. Sedangkan
menyelesaikan masalah secara efektif. Dan pada respon perilaku dan emosi
ditandai dengan tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan dan suara
respon kognitif, dan respon perilaku dan emosi. Respon fisiologis ditandai
dengan, sering nafas pendek, nadi ekstra systole dan tekanan darah naik,
mampu diterima, dan berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya. Dan
(meremas tangan), bicara banyak, bicara banyak dan lebih cepat, dan perasaan
tidak nyaman.
3) Cemas Berat
Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal
yang lain. Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak
8
kognitif, dan respon perilaku dan emosi. Respon fisiologis ditandai dengan
sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit
masalah. Dan pada respon perilaku dan emosi ditandai dengan perasaan
4) Panik
sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa
respon fisiologis, respon kognitif, dan respon perilaku dan emosi. Respon
fisiologis ditandai dengan nafas pendek, rasa tercekik dan berdebar, sakit
dada, pucat, dan hipotensi. Sedangkan pada respon kognitif ditandai dengan
lapang persepsi menyempit, tidak dapat berfikir lagi. Dan pada respon
perilaku dan emosi ditandai dengan agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan,
diidentifikasi melalui respon yang dapat berupa respon fisik, emosional, dan
oleh orang yang mengalami gangguan kecemasan antara lain sebagai berikut:
1) Khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, dan mudah tersinggung.
9
5) Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
Kecemasan juga diartikan suatu respon terhadap situasi yang penuh dengan
pada gejala-gejala fisik terutama pada system syaraf, misalnya tidak dapat
1) Lingkungan
Hubungan yang baik dengan mertua, keluarga besar mereka, suami, sahabat,
dan tetangga disekitar tempat tinggal mereka. Dukungan dari luar membuat
memiliki seseorang yang dapat mereka ajak untuk berbagi masalah yang
rendah.
Senang mengurung diri didalam kamar dan mendengarkan musik yang selalu
menceritakan masalah yang tidak dapat subjek selesaikan sendiri. Jika merasa
10
marah, biasanya mereka menangis didalam kamar sambil menulis buku diary
3) Sebab-sebab fisik
dihadapinya.
4) Keturunan
Menurut WHO kehamilan yang terlalu banyak, terlalu sering, terlalu muda dan
terlalu tua berbahaya bagi perempuan (Profil Kesehatan di Indonesia 2007, h.66).
a. Faktor internal:
1) Umur
Batasan yang relatif paling aman dari segi reproduksi sehat dimana seorang
baik selama masa mengandung adalah rentang usia dari 20-35 tahun.
11
2) Tingkat pendidikan
3) Penghasilan
Pendapatan yang diperoleh tiap bulan, hasil dari jeri payah yang dilakukan
4) Pekerjaan
5) Sikap Suami
Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui
respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya.
Sikap suami atau orang terdekat dapat memberikan dorongan fisik dan
moral bagi ibu hamil atau yang melahirkan, sehingga ibu akan merasa
lebih tentram.
b. Faktor eksternal:
1) Faktor lingkungan
12
2) Sosial budaya
Sistem budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap
1) Kesiapan fisik
Kondisi bayi yang akan dilahirkan membuat merasa sangat cemas. Proses
persalinan yang akan dijalani dan keselamatan bayi serta dirinya membuat
subjek lebih banyak berdoa dan memasrahkan diri kepada Tuhan dan
Faktor ekonomi membuat merasa sangat cemas. Hal itu disebabkan karena
belum memiliki biaya yang cukup untuk persalinan. Suami subjek pun belum
e. Pengukuran Kecemasan
mengukur skala kecemasan karena kecemasan merupakan salah satu emosi yang
paling menimbulkan stres yang dirasakan oleh banyak orang (Wangmuba, 2009).
13
Disamping itu, salah satu respon individu dalam menghadapi stres adalah
perasaan cemas (Herlambang, 2008). HARS terdiri dari 14 kelompok gejala yang
(Hawari, 2008).
1) Perasaan cemas, ditandai dengan: cemas, firasat buruk, takut akan pikiran
2) Ketegangan yang di tandai oleh: merasa tegang, lesu, tidak dapat istirahat
ketakutan pada orang asing, ketakutan pada binatang besar, ketakutan pada
4) Gangguan tidur ditandai oleh: sukar untuk tidur, terbangun malam hari, tidur
5) Gangguan kecerdasan ditandai oleh: sukar konsentrasi, daya ingat buruk, daya
ingat menurun.
hari.
7) Gejala somatik (otot) ditandai oleh: nyeri pada otot, kaku, kedutan otot, gigi
penglihatan kabur, muka merah dan pucat, merasa lemah, perasaan ditusuk-
tusuk.
14
9) Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) ditandai oleh: takikardia
(denyut jantung cepat), berdebar-debar, nyeri dada, denyut nadi mengeras, rasa
10) Gejala pernafasan di tandai oleh: rasa tertekan atau sempit didada, perasaan
11) Gejala Gastrointestinal (pencernaan) ditandai oleh: sulit menelan, mual, perut
melilit, nyeri lambung sebelum atau sesudah makan, perut terasa kembung
atau penuh, muntah, defekasi lembek, berat badan menurun, dan kontipasi
12) Gejala Urogenital (perkemihan dan kelamin) ditandai oleh: sering kencing,
tidak dapat menahan kencing, tidak datang bulan (tidak ada haid), darah haid
berlebihan, darah haid sangat sedikit, masa haid berkepanjangan, masa haid
sangat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan, ejakulasi dini, ereksi
13) Gejala Saraf Autonom ditandai oleh: mulut kering, muka merah dan kering,
14) Perilaku sewaktu wawancara, ditandai oleh: gelisah, tidak tenang, jari
gemetar, mengerutkan dahi atau kening, muka tegang, otot tegang, nafas
Cara penilaian:
15
Tabel 2.1. Penentuan Skor
Nilai Indikator
0 Tidak ada gejala sama sekali
1 Terdapat satu dari gejala yang ada
2 Terdapat separuh dari gejala yang ada
3 Terdapat lebih dari separuh gejala yang ada
4 Semua gejala ada
Hawari (2008)
Penilaian hasil yaitu dengan menjumlahkan nilai skor kelompok gejala 1 sampai
Skor Indikator
<14 Tidak ada kecemasan
14-20 Kecemasan ringan
21-27 Kecemasan sedang
28-41 Kecemasan berat
42-56 Kecemasan berat sekali
(Hawari, 2008)
2. Usia
a. Pengertian Usia
2008; hal.32). Usia adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau
diadakan) (Hoetomo, 2005; hal.47). Kehamilan pada usia muda (<20 tahun)
dan mortalitas pada ibu atau janin yang dikandungnya (Prianita, 2011). Kehamilan
diusia kurang dari 20 tahun secara biologis belum optimal emosinya cenderung
gizinya (Sulistyoningsih, 2011). Usia ibu primigravida muda (<20 tahun), usia ibu
16
primigravida (20-35 tahun), dan primigravida tua (>35 tahun) mempunyai risiko
yang lebih besar untuk mengalami anemia. Hasil penelitian Fanny (2011)
menyebutkan bahwa usia ibu yang mengalami anemia adalah kelompok usia
risiko tinggi primigravida muda dan primigravida tua (<20 tahun dan >35 tahun)
tahun) sebanyak 82,91%. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang mengatakan
bahwa ibu hamil usia 20-35 tahun merupakan kurun waktu sehat, dimana alat
reproduksi sudah matang, psikologi ibu sudah siap mengalami kehamilan dan
persalinan.
b. Reproduksi Sehat
maternal age atau usia Ibu. Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia
pada wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2 sampai
5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20 tahun
Usia seorang wanita pada saat hamil sebaiknya tidak terlalu muda dan
tidak terlalu tua. Umur yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,
berisiko tinggi untuk melahirkan. Kesiapan seorang perempuan untuk hamil harus
mungkin akan menyebabkan para remaja muda yang sudah menikah merupakan
17
keharusan sosial (karena mereka diharapkan untuk membuktikan kesuburan
Wanita hamil kurang dari 20 tahun dapat merugikan kesehatan ibu maupun
untuk hamil. Penyulit pada kehamilan remaja (< 20 tahun) lebih tinggi
dibandingkan kurun waktu reproduksi sehat antara 20-35 tahun. Keadaan tersebut
akan makin menyulitkan bila ditambah dengan tekanan (stress) psikologi, sosial,
3. Proses Persalinan
a. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun
ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong
bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta,
dan selaput janin dari tubuh ibu (Ambar Dwi Erwati, 2010; hal. 03).
beberapa minggu sebelum ibu memasuki minggu atau hari persalinan. Tanda dan
1) Lightening
18
bahwa berjalan sedikit lebih sulit, dan sering terganggu oleh nyeri pada anggota
2) Pollakisuria
fundus uterus lebih rendah dari pada letak sebenarnya dan kepala janin sudah
mulai masuk pintu atas panggul. Keadaan ini menyebabkan kandung kemih
pollakisuria.
3) False labor
Tiga atau empat minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa terganggu oleh
b) Tidak teratur.
4) Perubahan serviks
serviks yang sebelumnya tertutup, panjang, dan kurang lunak menjadi lebih
lunak. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi pembukaan dan penipisan
19
5) Energy spurt
yang penuh satu hari sebelumnya persalinan. Peningkatan energi Ibu ini tampak
mencuci perabot rumah, dan pekerjaan rumah lainya, sehingga Ibu akan
kehabisan tenaga menjelang kelahiran bayi dan persalinan menjadi lama dan
sulit.
6) Gastrointestinal upset
obstipasi, mual, dan muntah karena efek penurunan hormon terhadap sistem
a) Timbulnya his persalinan, yaitu his pembukaan dengan sifat sebagai berikut:
intensitasnya.
b) Bloody show (lendir bercampur darah dari jalan lahir). Dengan penipisan
dan pembukaan serviks, lendir dari kanalis servikalis keluar yang disertai
dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan oleh lepasnya
selaput janin pada bagian bawah segmen bawah uterus hingga beberapa
20
c) Ketuban pecah adalah keluarnya banyak cairan dengan tiba – tiba dari jalan
lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban pecah atau selaput jainin robek. Ketuban
biasanya pecah jika pembukaan serviks lengkap atau hampir lengkap dan
dalam hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang sangat lambat. Akan
c. Proses Persalinan
Dalam proses persalinan, Ibu akan melewati empat tahapan. Mulai dari
kontraksi dan leher rahim yang terbuka terhadap, hingga proses pengeluaran
1) Kala I
Biasa disebut kala pembukaan, yaitu dimulai dari serviks membuka sampai
(1) Fase akselerasi: Pembukaan yang terjadi sekitar 2 jam, dari mulai
s/d lengkap.
21
1 persalinan ditandai dengan adanya his serta pengeluaran darah
dari pembuluh darah kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis yang
2) Kala II
Disebut juga kala pengeluaran. Pada kala ini his menjadi lebih kuat dan
cepat, sekitar 2 – 3 menit sekali. Biasanya kepala janin telah masuk ke ruang
panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa ingin mengedan, juga rasa
tekanan pada rectum sehingga merasa ingin BAB. Perineum mulai menonjol
dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan tidak
lama kemudian janin tampak di depan vulva pada waktu his. Bila dasar panggul
sudah lebih berelaksasi, kepala tidak masuk lagi di luar his. Dengan his dan
bawah simpisis pubis, diikuti dahi,muka dan dagu melewati perineum. Setelah
istirahat sejenak, kepala janin melakukan putaran paksi luar dan his lagi untuk
mengeluarkan badan dan anggota tubuh lainya. Pada primi kala 2 berlangsung
3) Kala III
Dimulai dari bayi lahir sampai dengan plasenta lahir. Setelah bayi lahir
uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat. Beberapa menit
Biasanya plasenta lepas dalam waktu 6 – 15 menit setelah bayi lahir secara
22
4) Kala IV
Masa setelah 1 – 2 jam melahirkan. Ibu masih tetap harus ada didalam
kamar bersalin dan tidak boleh dipindahkan ke ruang nifas agar dapat diawasi
(2) Nadi
(3) Pernafasan
c) Kontraksi uterus
d) Terjadinya perdarahan
Perdarahan masih dianggap normla jika tidak melebihi 500 cc, tetapi tidak
boleh menunggu sampai terjadi perdarahan lebih dari 500 cc. Sebelum jumlah
perdarahan 500 cc, bidan sudah harus waspada jangan sampai jumlah
perdarahan lebih dari 500 cc (Retno Heru Setyorini, 2013; hal. 4-6).
Power adalah tenaga atau kekuataan yang mendorong janin keluar. Kekuataan
tersebut meliputi his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi
His adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja baik dan
diikuti relaksasi. Dalam melakukan observasi pada ibu bersalin, hal – hal
23
(1) Frekuensi his: adalah jumlah his dalam waktu tertentu biasanya
(3) Durasi (lama his): adalah lamanya setiap his berlangsung dan ditentukan
(4) Interval his: adalah jarak antara his satu dengan his lainnya, misalnya
(1) Inersia uteri: his yang sifatnya lemah, pendek, dan jarang. Terdapat 2
(a) Inersia uteri primer: his yang sejak semula kekuatanya sudah
lemah.
(b) Inersia uteri sekunder: his pernah cukup kuat, tapi kemudian
melemah.
(2) Tetania uteri: his yang terlalu kuat dan terlalu sering sehingga otot
rahim tidak ada kesempatan untuk relaksasi otot rahim. Bila terjadi
jam.
24
(2) Pada Ibu: Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim,
(3) Pada janin: Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero plasenter kurang,
betul hipoksia yang agak lama, misalnya pada kontraksi tetanik, maka
terjadi gawat janin asfiksia dengan denyut jantung janin diatas 180
(1) His pendahuluan: His tidak kuat dan tidak teratur namun menyebabkan
(2) His pengeluaran (Kala II): Untuk mengeluarkan janin, sangat kuat,
(3) His pelepasan uri (Kala III): Kontraksi sedang untuk melepaskan dan
melahirkan plasenta.
(4) His pengiring (Kala IV): Kontraksi lemah, masih sedikit nyeri, terjadi
b) Tenaga mengejan
mengejan waktu kita buang air besar tapi jauh lebih kuat lagi. Saat kepala
25
kebawah. Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil bila pembukaan sudah
lengkap, dan paling efektif sewaktu ada his. Tanpa tenaga mengejan, anak
tidak dapat lahir, tenaga mengejan ini juga melahirkan plasenta setelah
terlepas dari dinding rahim (Asrinah dan Shinta, 2010; hal. 09-12).
a) Bidang-bidang panggul
(1) Bidang Hodge I: Bidang yang setinggi Pintu Atas Panggul (PAP) yang
(2) Bidang Hodge II: Bidang setinggi pinggir bawah symfisis pubis
(3) Bidang Hodge III: bidang setinggi spina ischiadika berhimpit dengan
(4) Bidang Hodge IV: Bidang setinggi ujung os soccygis berhimpit dengan
b) Ukuran-ukuran panggul
(1) Distansia Spinarum, yaitu jarak antara kedua spina iliaka anterior
(2) Distansia Cristarum, yaitu jarak antara kedua crista iliaka kanan dan kiri
(28-30 cm)
(3) Conjugata Eksterna (Boudeloque), jarak antara pinggir atas symfisis dan
(4) Lingkar panggul, dari pinggir atas symfisis ke pertengahan antara spina
26
(5) Distansia Tuberum (10,5 cm): jarak antara tuber iskii kanan dan kiri.
harus ditambah 1,5 cm karena adanya jaringan sub kutis antara tulang
c) Jenis-jenis panggul
(1) Ginekoid: paling ideal, bentuk hamper bulat. Panjang diameter antero-
(4) Platipeloid: jenis ginekoid yang menyempit pada arah muka belakang.
Ukuran melintang jauh lebih besar dari pada ukuran muka belakang.
Jenis ini ditemukan pada 5% wanita(Asrinah dan Shinta, 2010; hal. 18-
19).
(1) Janin
27
b) Anatomi kepala janin adalah sebagai berikut:
(1) Sinciput
(2) Os mandibularis
(3) Os fasialis
c) Tulang tengkorak terdapat suture (Selaput jaringan ikat yang menjadi batas
persalinan, lingkaran yang akan melalui jalan lahir tergantung dari posisi
28
e) Bentuk persediaan leher janin
(1) Berbentuk kogel, akan memberikan gerak kepala kesegala arah dengan
bebas.
(2) Persendiaan leher terletak di titik garis tengah, tetapi ketulang punggung
janin sehingga memberikan dampak fleksi kepala janin, yaitu dagu akan
(3) Tulang dagu berhimpitan dengan tulang dada janin sehingga jalan lahir
suboksipito-bregmantika.
Diameter bitomporalis 8 cm
Panjang bahu 12 cm
Diameter bitrochanter 12 cm
e. Istilah-istilah persalinan
b) Primigravida: seorang ibu hamil yang terjadi pada wanita berusia 20-
35 tahun.
29
c) Primigravida tua: Seorang wanita yang hamil untuk pertama kali pada usia
>35 tahun.
4) Multigravida adalah seorang wanita yang sudah pernah hamil dua kali atau
lebih
5) Multipara adalah seorang wanita yang sudah mengalami hamil dengan usia
4) Psikis
Psikis adalah kejiwaan Ibu, ada keterkaitan antara faktor- faktor somatic
tidak memahami apa yang terjadi pada dirinya atau yang disampaikan
30
membantu wanita menghemat tenaga, mengendalikan rasa nyeri merupakan
diperlukan dan yang paling penting berada disisi pasien adalah bentuk-bentuk
f. Nyeri
the international association for the study of pain nyeri adalah pengalaman sensorik
(fisik) dan emosional (psikologis) yang tidak menyenangkan dan disertai oleh
kerusakan jaringan secara potensial dan actual (Gadysa, 2007). Secara umum, nyeri
rangsangan fisik maupun dari dalam serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti
terjadinya nyeri yaitu tranduksi, tranmisi, modulasi, dan persepsi. Respon perilaku
dan fisiologi nyeri adalah terdapat variasi yang luas pada respons nonverbal terhadap
nyeri. Klien yang sangat muda, afasia, konfusi, atau disorientasi, ekspresi non verbal
merupakan indikasi pertama dari nyeri, dan mungkin satu-satunya indikasi. Respon
perilaku terhadap rasa nyeri: dahi berkerut, gelisah, melempar benda, berbalik,
nyeri yang biasa digunakan antara lain dengan menggunakan skala. Skala ini sudah
31
biasa dipergunakan dan telah di validasi. Berat ringannya rasa sakit atau nyeri dibuat
dari 0 hingga 10, dibawah ini, nol (0) merupakan keadaan tanpa atau bebas nyeri,
0 : Tidak Nyeri
Skala visual Terdapat skala sejenis yang merupakan garis lurus. Tanpa angka.
Bias bebas mengekspresikan nyeri. Kearah kiri menuju tidak sakit, arah kanan
sakitnya tak tertahankan, dan tengah kira-kira nyeri yang sedang. Visual analog
Scale tidak ada rasa nyeri. Sangat nyeri dapat dilakukan anda diminta menunjukka
posisi nyeri pada garis antara kedua nilai ekstrem, bila anda menunjuk tengah
Skala nyeri enam wajah dengan ekspresi yang berbeda, menampilkan wajah
bahagia hingga wajah sedih juga digunakan untuk :mengekspresikan” rasa nyeri.
Gadysa (2007)
32
B. Kerangka Teori
a. Faktor Internal:
1) Umur
2) Tingkat pendidikan Kecemasan ibu
3) Penghasilan dalam menghadapi
4) Pekerjaan persalinan anak
5) Sikap suami pertama
b. Faktor Eksternal: primigravida usia
1) Faktor lingkungan 20-35 tahun
2) Sosial budaya
33
BAB III
METODE PENELITIAN
2008).
Penelitian kualitatif ini juga dipilih karena lebih sensitif dan adaptif terhadap peran
dan berbagai pengaruh yang timbul. Disamping itu karena peneliti akan mencoba
(Moleong, 2009).
Menurut Gunawan, 2013 Data yang diperoleh seperti hasil pengamatan, hasil
wawancara, catatan lapangan, disusun peneliti dilokasi penelitian, tidak dituangkan dalam
Penelitian fenomenologi adalah studi yang melihat objek dan peristiwa dari perspektif
orang yang mengalaminya. Pada penelitian ini, peneliti mengeksplor kecemasan ibu
1. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei sampai bulan Juni 2016
2. Tempat penelitian
Kabupaten Pati.
34
C. Definisi Istilah
D. Partisipan
persepsi sesuai dengan masalah penelitian yang merupakan bagian dari populasi yang
menentukan terlebih dahulu kriteria yang akan dimasukkan dalam penelitian, dimana
partisipan yang diambil dapat memberikan informasi yang berharga bagi penelitian. Pada
Cara pemilihan partisipan pada penelitian ini tidak diarahkan pada jumlah, tetapi
berdasarkan pada asas kesesuaian dan kecukupan sampai mencapai saturasi data dan tidak
dapat lagi dilakukan pengkodean serta tidak ada lagi data baru yang terkumpul (Streubert
35
dan Carpenter, 2005). Oleh karena itu pemilihan partisipan pada penelitian ini
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan berdasarkan teori-teori yang sesuai dengan
tujuan penelitian. Hal ini dilakukan agar partisipan benar-benar dapat mewakili terhadap
E. Instrumen Penelitian
Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai instrumen utama dalam menjaring
data dan informasi yang diperlukan, ada beberapa alasan mengapa peneliti sebagai
1. Peneliti sebagai instrumen dapat berinteraksi langsung dengan partisipan yang pada
penelitian ini berfokus pada kecemasan ibu menghadapi persalinan anak pertama,
interaksi dalam bentuk wawancara langsung secara mendalam dan mengamati segala
bentuk respon dan tingkah laku yang ditunjukkan selama proses wawancara
berlangsung.
kompeten terhadap fenomena yang muncul saat ini tentang kecemasan ibu menghadapi
3. Peneliti sebagai instrumen dapat menggali lebih dalam tentang adanya fenomena yang
1. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara semi struktur digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak
menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan
tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan. Panduan wawancara
36
a. Situation/problem
digambarkan adalah berasal dari pengalaman tertentu atau berbagai kejadian yang
b. Task
Berkaitan dengan situasi yang dihadapi, tujuan apa yang sedang diupayakan atau
dikerjakan.
c. Action
d. Result
Partisipan diminta menjelaskan hasil-hasil apa saja yang akan dicapai, hambatan
apa saja yang akan terjadi jika hasil tidak tercapai, kemudian apa yang akan terjadi
setelah permasalahan tersebut selesai dikerjakan dan pelajaran apa yang dapat
2. Tape recorder
Alat perekam berguna sebagai alat bantu pada saat wawancara agar peneliti dapat
berkonsentrasi saat proses pengambilan data tanpa harus berhenti untuk mencatat
jawaban-jawaban dari partisipan. Pada proses pengambilan data, alat perekam dapat
digunakan setelah mendapat ijin dari partisipan untuk menggunakan alat tersebut pada
37
F. Tehnik Pengumpulan Data
1. Tahap Orientasi
proposal untuk mendapat rekomendasi dari Ketua Program Studi atau Dosen
2. Tahap Pelaksanaan
Depth Interview sesuai dengan panduan wawancara. Key person adalah orang-orang
yang mempunyai inferensi dan audience, yaitu orang-orang atau lembaga yang dapat
menggunakan hasil-hasil penelitian. Key person juga bisa diartikan sebagai orang
yang memegang peranan penting atau posisi penting dalam suatu masalah dengan
dengan cara langsung bertatap muka dengan partisipan, dengan maksud untuk
menggunakan panduan semi terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk
menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara
diminta pendapatnya (Sugiyono, 2010). Panduan ini akan membantu peneliti dalam
jauh dari tujuan penelitian. Wawancara dilakukan ditempat yang telah disepakati
dengan waktu yang disesuaikan situasi sampai tujuan penelitian tercapai. Secara
38
a. Peneliti memperkenalkan diri, memberi pengarahan pada informan tentang tujuan
wawancara yang telah dibuat mulai dari topik pertama sampai dengan topik
terakhir.
c. Bila jawaban dirasakan keluar dari topik maka peneliti akan mengarahkan
3. Tahap terminasi
Langkah pengambilan data dilakukan dengan tujuan pada saat pengambilan data
a. Meminta surat rekomendasi ijin penelitian dari STIKES Karya Husada Semarang
yang ditujukan untuk DKK Pati, Puskesmas Sukolilo I, dan BPM Sulistyowati.
39
pertanyaan sesuai panduan wawancara. Proses wawancara direkam menggunakan
tape recorder.
partisipan, tetapi lembar tersebut diberi nama mulai dari partisipan 1, 2, dan
seterusnya.
menstranskipkan data mentah yang didapatkan dari hasil wawancara mendalam. Dalam
penelitian ini tidak diperlukan perubahan data kualitatif ke dalam data kuantitatif. Hasil
a. Sorting data
b. Classifying data
c. Content analisis
Langkah ini adalah untuk menganalisa data dengan tehnik menarik kesimpulan
melalui usaha untuk menemukan karakteristik pesan yang dilakukan secara obyektif
dan sitematis.
H. Analisa Data
40
1. Mengorganisasikan data
mendalam, dimana data tersebut direkam dalam digital dibantu alat tulis lainnya,
kemudian dibuat transkip dengan mengubah wawancara dari bentuk rekaman menjadi
bentuk tulisan secara verbal. Data yang telah didapatkan dibaca berulang-ulang
sampai 4 kali agar penulis mengerti benar data atau hasil yang telah didapatkan.
Pada tahap ini dibutuhkan pengertian mendalam terhadap data, pengertian yang
penuh dan terbuka terhadap hal-hal yang muncul diluar apa yang digali. Berdasarkan
kerangka konsep dan pedoman wawancara, peneliti menyusun kerangka awal analisis
coding, yaitu dengan cara memberikan pewarnaan yang berbeda terhadap masing-
Data yang relevan diberi kode dan penjelasan singkat, kemudian dikelompokkan atau
Penelitian ini dilakukan terhadap analisis sebuah kasus yang diteliti. Peneliti
diungkapkan oleh partisipan. Data yang telah dikelompokkan tersebut oleh peneliti
Kategori pada data tergambar jelas, peneliti menguji data tersebut terhadap
asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini, pada tahap ini kategori telah
dapat dicocokkan apakah ada kesamaan antara landasan teori dengan hasil yang
dicapai. Penelitian ini tidak memiliki hipotesa tertentu, namun dari landasan teori
41
dapat dibuat asumsi-asumsi mengenai hubungan antara konsep-konsep dan faktor-
Terwujudnya yang berkaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi,
peneliti masuk ke dalam tahap penjelasan. Kesimpulan yang telah didapatkan yang
berkaitan tersebut, penulis merasa perlu mencari suatu alternative penjelasan lain
antara tentang kesimpulan yang telah didapat, sebab dalam penjelasan kualitatif
selalu ada alternative penjelasan lain. Melalui analisis data, kemungkinan terdapat
hal-hal yang telah menyimpang dari asumsi atau tidak terpikir sebelumnya, pada
tahap ini akan dijelaskan dengan alternative lain melalui referansi atau teori-teori
lain. Alternative ini akan sangat berguna pada bagian pembahasan, kesimpulan, dan
saran.
Penulisan data partisipan yang telah berhasil dikumpulkan merupakan suatu hal
yang membuat penulis memeriksa kembali apakah kesimpulan yang dibuat telah usai.
observasi dengan partisipan dan significant other, dibaca berulang kali, sehingga
42
Membaca transkrip Mengelompokkan kata kunci
secara berulang
Membuat kategori-kategori
Mengelompokkan ketegori
dalam sub-tema
Merumuskan tema
Menginterprestasikan hasil
analisis ke dalam bentuk
deskriptif
I. Kredibilitas Data
Studi kasus ini menggunakan penelitian kualitatif dengan triangulasi sebagai teknik
triangulasi sumber. Menurut Saryono dan Mekar (2010), triangulasi sumber berarti
membandingkan dengan cara mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh dari suatu sumber yang berbeda, misalnya membandingkan hasil pengamatan
dengan wawancara, membandingkan antara apa yang dikatakan secara umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi, membandingkan hasil wawancara dengan dokumen dan
Moleong (2005) memaparkan tujuan uji (credibility) kredibilitas data yaitu untuk
pengalaman dirinya sendiri. Dalam hal ini peneliti akan memberikan data yang telah
43
ditranskripkan untuk dibaca ulang oleh partisipan. Kredibilitas menunjukkan kepercayaan
terhadap data hasil penelitian kualitatif, hal ini dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1. Perpanjangan pengamatan
dan wawancara dengan sumber data yang pernah ditemui maupun sumber data yang
baru. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan keakraban (tidak ada jarak lagi, semakin
terbuka, saling mempercayai) antara peneliti dan narasumber, sehingga tidak ada
informasi yang disembunyikan lagi. Selain itu, Sugiyono (2007) menambahkan bahwa
perpanjangan pengamatan ini dilakukan untuk mengecek kembali apakah data yang
telah diberikan oleh sumber data selama ini merupakan data yang sudah benar atau
tidak. Bila tidak benar, maka peneliti melakukan pengamatan lagi yang lebih luas dan
apakah peneliti itu melakukan uji kredibilitas melalui perpanjangan pengamatan atau
tidak, maka akan lebih baik jika dibuktikan dengan surat keterangan perpanjangan yang
berkesinambungan dengan cara tersebut, maka kepastian data dan urutan peristiwa akan
dapat direkam secara pasti dan sistematis. Selain itu, peneliti dapat melakukan
pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak. Peneliti
dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.
Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca
terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca ini, maka wawasan peneliti akan
44
semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang
ditemukan.
3. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Terdapat triangulasi
sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu. Triangulasi sumber dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber, triangulasi
teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik
yang berbeda, dan triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan
dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.
Sugiyono (2007) memaparkan triangulasi dapat juga dilakukan dengan cara mengecek
hasil penelitian dari tim peneliti lain yang diberi tugas melakukan pengumpulan data.
Dalam penelitian ini triangulasi sumbernya adalah orang tua (ibu) partisipan dalam 1
rumah, suami partisipan yang tinggal satu rumah, dan bidan. Menurut Saryono dan
Mekar (2010), Teknik triangulasi sumber yang dilakukan penelitian adalah sebagai
berikut:
karakteristik yang sama dengan kriteria partisipan yang sudah ada ditentukan dalam
jawaban yang muncul yang mungkin keluar dari konteks pertanyaan atau jawaban
45
d) Membandingkan data hasil wawancara dari partisipan dengan hasil wawancara
Bahan referensi disini adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah
ditemukan oleh peneliti. Contoh, data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya
rekaman wawancara. Data tentang interaksi manusia, atau gambaran suatu keadaan
perlu didukung oleh foto-foto. Alat-alat bantu perekam data dalam penelitian kualitatif
(kamera, handycam, alat rekam suara) sangat diperlukan untuk mendukung kredibilitas
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian.
Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda atau
bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang
berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat
dipercaya. Tetapi bila peneliti masih mendapatkan data-data yang bertentangan dengan
data yang ditemukan, maka peneliti mungkin akan mengubah temuannya. Hal ini
sangat bergantung dari seberapa besar kasus negatif yang muncul tersebut.
6. Member check
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi
data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh
sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan
disepakati oleh para pemberi data berarti data tersebut valid, sehingga semakin
penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka peneliti perlu melakukan
diskusi dengan pemberi data, apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus
46
mengubah temuannya dan menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.
Jadi tujuan member check adalah agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan
dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan.
J. Etika Penelitian
dari partisipan, peneliti melakukan penelitian dengan menekankan pada aspek etika yang
Peneliti membuat surat pernyataan yang berisi penjelasan tentang penelitian meliputi
Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan partisipan, dengan memberi lembar
dan tujuan penelitian serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah
pengumpulan data. Jika partisipan tidak bersedia, maka peneliti tidak akan memaksa
47
4. Rekaman
Tape recorder dipilih peneliti sebagai alat bantuyang digunakan untuk merekam dan
dari partisipan dijaga kerahasiaannya, dimana file yang berisi informasi disimpan
semua di folder tertentu, sehingga file tersebut dapat dibuka oleh peneliti apabila
peneliti dalam penyusunan, setelah itu file disimpan ditempat yang aman untuk
5. Kerahasiaan (Confidentiality)
oleh peneliti dengan cara menyimpan file transcript dan hasil penelitian pada komputer
pribadi peneliti.
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Partisipan
Kabupaten Pati. Jumlah partisipan dalam penelitian ini sebanyak 3 orang dan
partisipan.
49
Tabel 4.2 Karakteristik Triangulasi
Peneliti mengolah data mentah yang sudah terkumpul dengan cara menulis
kata perkata sesuai dengan catatan dan hasil rekaman yang telah peneliti dapatkan.
Selanjutnya, peneliti mencermati beberapa kali dan disajikan dengan mencari kata
kunci kemudian mengelompokkan kata kunci yang mengandung kategori yang telah
terbentuklah tema-tema.
50
No Tujuan Pertanyaan Kata Kunci Kategori Kesimpulan Tema
P2: Kwatir. bahaya. yaitu untuk
P3: Takut nanti memperingatka
kalau persalinannya n individu
tidak normal. tentang
kemungkinan
datangnya suatu
bahaya.
51
No Tujuan Pertanyaan Kata Kunci Kategori Kesimpulan Tema
sebab-sebab
fisik.
52
No Tujuan Pertanyaan Kata Kunci Kategori Kesimpulan Tema
53
No Tujuan Pertanyaan Kata Kunci Kategori Kesimpulan Tema
tahun. yaitu
lingkungan
yang
dipengaruhi
oleh tetangga.
54
No Tujuan Pertanyaan Kata Kunci Kategori Kesimpulan Tema
persalinan menghadapi menghadapi tentang cara
primigravida persalinan persalinan. mencegah dan
usia 20-35 anak pertama?
tahun.
mengatasi
kecemasan
yaitu untuk
memberikan
motivasi dalam
proses
kecemasan
dalam
menghadapi
persalinan.
a. Bagaimana P1: Dukungan dari Dengan Hasil Cara
cara tersebut semua keluarga. dukungan wawancara mencegah
bisa dicegah P2: Dukungan dari keluarga. didapatkan dan
dan diatasi?
suami, ibu, dan partisipan mengatasi.
keluarga. mengetahui
P3: Dukungan tentang cara
suami, keluarga. mencegah dan
mengatasi yaitu
dengan
dukungan
keluarga.
b. Salah satu cara P1: Selalu Salah satu Hasil Salah cara
mencegah dan didampingi didampingi wawancara mencegah
mengatasi keluarga. keluarga. didapatkan dan
dengan apa?
P2: Selalu partisipan mengatasi.
didampingi dan mengetahui
sering ditungguin. tentang salah
P3: Didampingi. satu cara
mencegah dan
mengatasi yaitu
salah satu
didampingi
keluarga.
55
3. Analisa Data
pertama
partisipan:
Emm..kawatir (P3)
menghadapi persalinan anak pertama. Ini juga sejalan dengan semua pernyataan
56
Untuk pasien yang menghadapi persalinan antara umur 20-35
tahun itu sebetulnya tidak ada masalah, cuma yang biasa terjadi
itu diusia yang 20, 21, 23, 25 sekitar situ, karena dia pada
dasarnya belum matang sempurna dalam arti kata pemahaman,
apa itu melahirkan, apa itu nanti menyusui, ke depan bagaimana,
tapi kalau diusia 25 ke atas dan dia sudah bekerja, suami sudah
mapan itu pada dasarnya dia sudah memahami betul tidak punya
rasa cemas, karena ke depan pasien itu biasanya sudah tau saya
nanti ke depannya saya punya anak harus begini-begini, cara
merawat bayi nanti bagaimana itu dia sudah mengetahui. Itu
kalau untuk umur antara 20, 21, 23, 24 itu biasanya masih
tergantung pada orang tua, kecemasan juga diartikan kawatir.
Jadi kecemasan disitu (T1)
57
Biasanya rasa takut itu ada rasa sakit, karena begini iya
mbak pasien yang sudah umur yang sudah matang 25 ke atas
itu dia sudah menahan emosi, karena didalam kesehatan kita
anestesi itu kan ada 2: Anestesi verbal dari diri sendiri,
kemudian anestesi ke 2 dari luar kalau dari dalam diri
sendiri termasuk kita nafas panjang, rileksasi pada waktu
persalinan kita mengurangi rasa sakit, tetapi kalau dia masih
diusia 25 ke bawah apalagi sekitar 20 tahunan
mengendalikan emosinya. Jadi kebanyakan rasa cemas, rasa
sakit, dan sebagainya itu diusia sekitar itu pasti ada itu
kawatir iya nanti habis persalinan bagaimana sakit atau
tidak (T1)
dan panik?
Cemas ringan(P1)
58
Ringan tidak begitu dia panik kan dia tidak bisa diajak
komunikasi, dia tidak bisa diajak kerja sama, tapi dalam
batas ringan dia bisa menerima (T1)
pertama?
Yaitu Mbak kurang tidur terus banyak mikir kadang stress (P2)
Hal ini sejalan dengan pernyataan T1 yang menyatakan bahwa semua ibu
Sering itu iya biasanya khusus anak pertama nanti sakit atau tidak
iya, tetapi normal atau tidak itu yang dikawatirkan. Semua kita
kembalikan pertama kalau pasien sudah masuk biasanya itu begini
proses persalinan itu bermacam-macam rasa sakit itu pasti ada
kontraksi kita jelaskan begitu. Kemudian semua proses persalinan
prinsipnya memberikan pelayanan yang optimal semua diserahkan
pada yang diatas, seperti yang disitu kata-kata bijak yang ada
diruang persalinan. Jadi untuk kecemasan insyallah sudah dari
awal sudah kami beri tahu (T1)
Setahu saya Mbak penyebabnya itu lingkungan, sifat emosi yang
ada didalam diri kita sendiri (T2)
Panik terus itu mau mbak panik jadi bingung apa yang mau
dilakukan gitu (T3)
59
2. Penyebab kecemasan yang ibu alami
triangulasi:
Eee itu karna kan banyak informasi yang katanya sakit kata
tetangga, kata orang-orang yang sudah pernah mengalami
lahiran duluhan (T3)
a. Penyebab seperti apa yang ibu hadapi saat cemas? Hasil penelitian
dari partisipan:
Kadang dibuat ini aja keluar rumah gitu cari refesing aja
dibuat santai aja (P2)
60
Hal ini menunjukkan bahwa T1 dan T3 sudah mengetahui. Berikut
Penyebabnya itu kan saya kan lahirnya maju iya mbak jadi
belum waktunya lahir duluhan. Selanjutnya takut kalau
persalinannya normal tidak. (T3)
ungkapan partisipan:
61
sejalan dengan pernyataan triangulasi. Berikut pernyataan dari
triangulasi:
Iya cuma yakinin aja ngasih support biar tidak terlalu mikir gitu-
gitu suami aja lebih nenangin gitu aja (P2)
62
Dukungan keluarga itu sangat mendukung sekali, sangat penting,
otomatis moril, semangat dari pasien itu orang terdekat terlebih
dahulu kemudian suami, keluarga, orang tua misalnya gih. Baru
untuk bidan yang dipercayai, yang pertama adalah dari pihak
keluarga, orang yang terdekat, orang yang selalu dia percaya,
kemudian baru ke bidan yang dipercaya dia anggap mampu untuk
menolong persalinan itu yang biasanya dia membantu untuk
mengurangi rasa kecemasan (T1)
siapa?
63
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua partisipan sudah
Suami (P1)
Suami (P2)
Suami (P3)
Lingkungan (P3)
partisipan:
triangulasi:
64
Sesuai yang didepan tadi faktor yang menyebabkan tingkat
kecemasan adalah sosial ekonomi, kemudian lingkungan keluarga
yang kurang harmonis itupun membantu kecemasan, kemudian
perselisihan itu juga membantu mendukung adanya kecemasan
yang timbul pada pasien. Tapi kalau selagi dalam keluarga baik,
sosial ekonomi baik untuk faktor kecemasannya kok tidak ada,
kemudian kita memberikan pelayanan dengan baik sesuai dengan
yang dibutuhkan insyallah tidak ada kecemasan. Hanya itu yang
saya tau bahwa untuk faktor penyebab kecemasan yang dihadapi
oleh pasien. Lingkungan juga bisa jadi faktor kecemasan Mbak.
(T1)
65
Dengan tanya pada ibu yang sudah pernah melahirkan atau
tanya dengan bidan yang tahu tentang persalinan Mbak (P1)
Tetangga (P3)
Pernyataan tersebut bahwa sejalan dengan triangulasi. Berikut
ungkapan triangulasi:
Ooo mengatasi kalau saya itu dengan bertanya pada ibu yang
sudah pernah lahirkan atau tanya dengan bidan yang tau
tentang persalinan mbak dalam istilah bertanya yang sudah
mengalami lah yang sudah eeem pernah hamil beberapa kali
itu mbak sudah pengalaman itu mbak (T2)
Iya itu saya nurut sama dokternya aja disuruh apa disuruh
apa saya nurut (T3)
Pendamping suami bisa iya Mbak dan jalan-jalan agar tidak stress
perhatian dari suami (P2)
dari triangulasi:
dari triangulasi:
66
Untuk mencegah menghadapi kecemasan eee pencegahannya
misalnya terjadi kecemasan kita memberikan penjelasan dari
awal tadi kan saat periksa karna dia kan periksa rutin, dia sudah
dibekali motivasi untuk saat nanti persalinannya. Kemudian
apabila nanti dalam proses persalinan kok terjadi kecemasan kita
tinggal memberikan nasehat sesuai dengan apa yang dia hadapi
kita lihat dia cemasnya dibagian apa, misalnya waktu mengejan
kurang bagus kita memberikan arahan cara mengejan yang baik
dan benar. Kemudian pendampingan suami yang sangat penting
sekali (T1)
67
Hal ini sejalan dengan semua triangulasi bahwa sudah mengetahui.
B. Pembahasan
kecemasan adalah khawatir, takut, tidak bisa tenang dalam pikiran untuk
Hal ini sesuai dengan ungkapan dari semua triangulasi yang mengatakan bahwa
semua pasien yang menghadapi persalinan itu, karena kecemasan adalah khawatir,
takut, tegang dalam menghadapi persalinan nanti kalau proses melahirkan normal
atau cacat.
ibu dalam menghadapi persalinan adalah kawatir, alasan partisipan mengatakan hal
68
Kecemasan merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai
dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan
Saraf Autonomik (SSA). Kecemasan merupakan satu fungsi emosi (Kaplan dan
datangnya suatu bahaya, sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai.
memberi sinyal kepada Kita bahwa ada bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan
yang tepat, maka bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan.
Penelitian Reni, 2010 bahwa salah satu kecemasan ditandai dengan rasa
khawatir yang berlebihan, sehingga tingkat kecemasan itu sendiri sering terjadi
terutama pada anak pertama. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, dan mudah
bahwa penyebab kecemasan adalah lingkungan dan sifat emosi yang ada didalam
menghadapi persalinan ini juga sejalan dengan semua triangulasi bahwa sudah
yaitu faktor lingkungan (pendapat dari ibu yang sudah berpengalaman dalam
melahirkan) dan sifat emosi yang ada didalam diri dan omongan tetangga sekitar
69
Berdasarkan analisa peneliti menyimpulkan bahwa mayoritas penyebab
persalinan sakit.
perkembangan pola dasar yang menunjukkan reaksi rasa cemas adalah lingkungan,
menyatakan bahwa faktor yang berhubungan dengan kecemasan ibu hamil anak
pertama antara lain: faktor internal (umur, tingkat pendidikan, dan sikap suami) dan
tentang dukungan keluarga dalam menghadapi kecemasan ibu. Hal ini ditandai
kecemasan ibu yang menyatakan bahwa sangat penting, karena dukungan keluarga
Hal ini sejalan dengan semua triangulasi menyatakan bahwa dukungan saat
menghadapi kecemasan dalam proses persalinan sangat mendukung sekali dalam arti
ibu yang sedang dalam proses persalinan, semangat dari pasien itu orang terdekat
terlebih dahulu suami, keluarga, orang tua, dan bidan yang dipercayai.
keluarga itu sangat penting saat cemas dalam menghadapi persalinan pada anak
pertama.
70
Menurut profil kesehatan di Indonesia 2007, h.66 bahwa dukungan
keluarga sangat penting terutama sikap suami. Sikap adalah keadaan mental dan
saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh
dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang
berkaitan dengannya. Sikap suami atau orang terdekat dapat memberikan dorongan
fisik dan moral bagi ibu hamil atau yang melahirkan, sehingga ibu akan merasa lebih
tentram.
pertama.
mempunyai jawaban yang sama antar semua partisipan yang menyatakan faktor
cemas yaitu apabila dalam persalinannya normal atau tidak dan pendapat tentang
bahwa sebelumnya sudah memberitahu saat sedang periksa hamil, sehingga saat
menghadapi persalinan tidak begitu kawatir, karena itu termasuk faktor cemas yang
dialami setiap ibu bersalin normal atau tidak saat bersalin cacat atau normal dan kata
sudah mengetahui bahwa factor cemas dalam menghadapi persalinan normal atau
tidak.
berhubungan dengan kecemasan ibu hamil pertama (primigravida) antara lain: faktor
71
internal: 1) Umur, yaitu batasan yang relatif paling aman dari segi reproduksi sehat
dimana seorang ibu bisa mengandung dengan aman apabila mendapat pemeliharaan
yang baik selama masa mengandung adalah rentang usia dari 20-35 tahun. 2)
kecemasan ibu karena kurangnya informasi berbagai media seperti majalah dan lain
sebagainya, tentang kehamilan baik dari orang terdekat ataupun keluarga. 5) Sikap
Suami, yaitu keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui
individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. b. Faktor
manusia dan dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
Penelitian Rohmah 2010, h.51 Kecemasan yang timbul dapat disebabkan karena
dua faktor yaitu antara kesenangan dan rasa nyeri yang sedang dirasakan. Salah satu
bentuknya adalah suatu keadaan cemas dimana individu selalu menantikan sesuatu
yang buruk yang mungkin terjadi. Akhibatnya ibu akan selalu berada dalam keadaan
cemas karena takut menghadapi akhibat buruk dalam situasi yang tidak menentu dan
mengatasi kecemasan yaitu dengan didampingi oleh suami saat proses persalinan.
triangulasi sudah mengetahui bahwa cara mencegah dan mengatasi dengan diberikan
72
dukungan keluarga terutama suami untuk mendampingi saat terjadi kecemasan
suami adalah sikap dimana keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur
respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Sikap
suami atau orang terdekat dapat memberikan dorongan fisik dan moral bagi ibu
hamil atau yang melahirkan, sehingga ibu akan merasa lebih tentram.
mengatasi kecemasan salah satunya dengan sikap suami atau saat persalinan
didampingi. Juga bisa cara mencegah dan mengatasi kecemasan dengan memberikan
nasehat yang diberikan bidan selama dalam pemeriksaan sedini mungkin agar
terhindar dari cemas yang berlebihan dan tidak bisa mengendalikan diri.
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kemudian perasaan cemas yaitu takut apabila saat persalinan bisa normal atau tidak.
Kemudian tingkat cemas yang dirasakan semua ibu dalam menghadapi persalinan
lingkungan, pendapat kata tetangga serta sebelumnya belum pernah pengalaman dan
takut nanti persalinannya normal atau tidak. Kemudian upaya untuk mengatasi
dengan dibuat jalan-jalan serta ikut kumpulan kelas ibu hamil dan mengikuti saran-
penyemangat saat cemas dalam menghadapi persalinan anak pertama dan selalu
mengetahui faktor cemas dalam menghadapi proses persalinan yaitu takut nanti
persalinannya normal atau tidak serta bertanya kepada tetangga tentang persalinan.
74
Kemudian cara mengatasi faktor cemas dengan bertanya pada bidan serta tetangga
mengatasi yaitu dengan pendampingan suami saat proses persalinan. Kemudian cara
tersebut bisa dicegah dan diatasi dengan cara memberikan dukungan serta motivasi
B. Saran
Semua ibu dalam menghadapi kecemasan pada persalinan anak pertama di BPM
melakukan pencegahan dengan cara mengikuti kelas ibu hamil dan mengikuti saran-
2. Tenaga Kesehatan/Bidan
ibu dalam menghadapi persalinan anak pertama yang terkait hal-hal yang akan
3. Peneliti Selanjutnya
75
DAFTAR PUSTAKA
Asrinah. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Erawati. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan Normal. Jakarta: EGC.
Gunawan. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika.
Hawari. 2008. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Edisi II, Cetakan II. Jakarta: balai
Peberbit FKUI.
Kaplan dan Sadock. 2007. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Psikiatri Klinis. Edisi VII,
Jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara.
Sarwono Prawihardjo. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Stuart dan Sundeen. 2005. Principles And Prctice Of Psyehiatric Nursing Sixth Edition.
Toronto: CV Mosby CO.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif. Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung.
Norman K. Denkin. 2006. Buku Acuhan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neontal. Edisi 1. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Merdeka.
Purwandari dan Anggraeni. 2010. Ilmu Kebidanan Edisi 4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
76
Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Stuart dan Sundeen. 2005. Keperawatan Kesehatan Jiwa. Penerbit EGC. Jakarta.
Wangmuba. 2009. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan Edisi 2 Jakarta:
Salemba Medika.
Zanden. 2007. Human Development. Eight Edition. New York: Mc. Graw – Hill International
Edition.
77
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN
Kepada yth.
Ibu Partisipan
Di tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Sumiati
NIM : 1504208
PRODI: DIV Kebidanan STIKES Karya Husada Semarang
Pada saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Kecemasan Ibu Menghadapi
Persalinan Primigravida Usia 20-35 Tahun Desa Cengkalsewu Kecamatan Kayen
Kabupaten Pati Tahun 2016”. Berkenaan dengan hal tersebut, saya bermaksud untuk
meminta kesediaan ibu untuk menjadi responden guna penelitian yang dimaksud. Saya
harapkan ibu-ibu dapat mengisi lembar panduan wawancara yang akan saya berikan dengan
sejujur-jujurnya. Hasil lembar panduan wawancara bersifat rahasia dan tidak akan
berpengaruh terhadap ibu maupun keluarga.
Atas kerjasama yang diberikan, saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Sumiati
78
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN
Bersama ini saya menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian yang diajukan
oleh Sumiati, mahasiswa STIKES Karya Husada Semarang dengan judul “Kecemasan Ibu
Menghadapi Persalinan Primigravida Usia 20-35 Tahun Desa Cengkalsewu Kecamatan
Kayen Kabupaten Pati Tahun 2016”. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan
kesadaran tanpa paksaan untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Semarang, ................2016
Yang Menyatakan,
(..............................)
79
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI TRIANGULASI
Bersama ini saya menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian yang diajukan
oleh Sumiati, mahasiswa STIKES Karya Husada Semarang dengan judul “Kecemasan Ibu
Menghadapi Persalinan Primigravida Usia 20-35 Tahun Desa Cengkalsewu Kecamatan
Kayen Kabupaten Pati Tahun 2016”. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan
kesadaran tanpa paksaan untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Semarang, ................2016
Yang Menyatakan,
(..............................)
80
PANDUAN WAWANCARA
81
4. Apa yang anda ketahui tentang faktor-faktor kecemasan ibu dalam menghadapi
persalinan anak pertama?
a. Salah satu faktor cemas ibu dalam menghadapi persalinan apa?
b. Bagaimana cara mengatasi faktor cemas tersebut?
5. Apa yang anda ketahui tentang cara mencegah dan mengatasi kecemasan ibu dalam
menghadapi persalinan anak pertama?
a. Bagaimana cara tersebut bisa dicegah dan diatasi?
b. Salah satu cara mencegah dan mengatasi dengan apa?
82
PEDOMAN WAWANCARA
83
b. Menurut anda dukungan keluarga yang sangat penting itu siapa saat menghadapi
kecemasan dalam persalinan?
4. Apa yang anda ketahui tentang faktor-faktor kecemasan yang dihadapi oleh putri
anda?
a. Salah satu faktor cemas seperti apa yang putri anda hadapi?
b. Bagaimana cara mengatasi faktor cemas tersebut?
5. Apa yang anda ketahui tentang cara mencegah dan mengatasi kecemasan yang putri
anda hadapi dalam persalinan anak pertama?
a. Bagaimana cara tersebut bisa dicegah dan diatasi?
b. Salah satu cara mencegah dan mengatasi dengan apa?
84
PEDOMAN WAWANCARA
85
b. Menurut anda dukungan keluarga yang sangat penting itu siapa saat menghadapi
kecemasan dalam persalinan?
4. Apa yang anda ketahui tentang faktor-faktor kecemasan yang dihadapi oleh istri
anda?
a. Salah satu faktor cemas seperti apa yang istri anda hadapi?
b. Bagaimana cara mengatasi faktor cemas tersebut?
5. Apa yang anda ketahui tentang cara mencegah dan mengatasi kecemasan yang istri
anda hadapi dalam persalinan anak pertama?
a. Bagaimana cara tersebut bisa dicegah dan diatasi?
b. Salah satu cara mencegah dan mengatasi dengan apa?
86
PEDOMAN WAWANCARA
87
b. Menurut anda dukungan keluarga yang sangat penting itu siapa saat menghadapi
kecemasan dalam persalinan?
4. Apa yang anda ketahui tentang faktor-faktor kecemasan yang dihadapi oleh pasien
anda?
a. Salah satu faktor cemas seperti apa yang pasien anda hadapi?
b. Bagaimana cara mengatasi faktor cemas tersebut?
5. Apa yang anda ketahui tentang cara mencegah dan mengatasi kecemasan yang pasien
anda hadapi dalam persalinan anak pertama?
a. Bagaimana cara tersebut bisa dicegah dan diatasi?
b. Salah satu cara mencegah dan mengatasi dengan apa?
88
JADWAL PENELITIAN
Nov 2015 Des 2015 Jan 2016 Feb 2016 Mar 2016 April 2016 Mei 2016 Juni 2016 Juli 2016 Agust 2016
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 1 2 3 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan topik
dan persetujuan
2 Proses bimbingan
proposal
3 Seminar Proposal
4 Perbaikan
proposal
5 Pelaksanaan
penelitian
6 Proses bimbingan
hasil penelitian
(BAB IV-V)
7 Presentasi hasil
penelitian
8 Revisi dan
pengumpulan Akhir
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
PARTISIPAN 1
PARTISIPAN 2
105
PARTISIPAN 3
106
TRIANGULASI BIDAN
TRIANGULASI SUAMI
107
TRIANGULASI ORANGTUA
108