Anda di halaman 1dari 111

PERBEDAAN TINGKAT NYERI PERSALINAN

KALA I DENGAN STATUS PEMBERIAN THERAPI


MURROTAL
DI WILAYAH PUSKESMAS KARANG TENGAH
KABUPATEN DEMAK

SKRIPSI

Oleh:

CITRA PUTRI PRATAMA LESTARI


NIM: 1704076

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2018

9
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG
Karya Tulis Ilmiah, Agustus 2018

Citra Putri Pratama Lestari* Lestari Puji Astuti *

PERBEDAAN TINGKAT NYERI PERSALINAN KALA I DENGAN


STATUS PEMBERIAN THERAPI MURROTAL DI WILAYAH
PUSKESMAS KARANG TENGAH KABUPATEN DEMAK

Xiv + 67 halaman + 5 tabel + 1 gambar + 10 lampiran

ABSTRAK

Latar Belakang : Nyeri persalinan merupakan proses fisiologis yang dialami oleh
ibu saat melahirkan normal, namun ibu yang tidak mampu mengontrol nyerinya
menyebabkan ibu menjadi stress dalam menghadapi persalinannya yang membuat
implus nyeri bertambah banyak. Penggunaan terapi murottal dapat meningkatkan
relaksasi, menurunkan stress, serta mengurangi nyeri secara umum.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat nyeri persalinan
kala 1 dengan pemberian terapi murottal dan tanpa terapi murottal di wilayah
Puskesmas Karangtengah.

Jenis penelitian ini dengan pre test and post test control group. Sampel penelitian
diambil dengan teknik sampel jenuh sebanyak 20 orang pada kelompok perlakuan
dan 20 orang kelompok control. Penelitian ini dilakukan pada bulan april – juni
2018. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon dan uji mann-whitney.

Tingkat nyeri pada kelompok perlakuan pada pembukaan 10 cm, kebanyakan


mengalami nyeri “sedikit menyakitkan” sedangkan pada pembukaan 4-9 cm
mengalami “lebih menyakitkan”. Kelompok control sebagian besar pada
pembukaan 10 cm, kebanyakan mengalami “jauh lebih menyakitkan” sedangkan
pada pembukaan 4-9 cm mengalami “lebih menyakitkan”. Hasil uji statistic
menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan pada tingkat persalinan anatara
kelompok intervensi dan kelompok control dngan p value 0,000 < α 0,05 dengan
demikian terapi murottal efektif menurunkan tingkat nyeri persalinan.

Simpulan dari penelitian hasil uji statistic menunjukkan bahwa ada perbdaan
perubahan tingkat nyeri persalinan signifikan pada tingkat nyeri persalinan anatra
kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Sehingga terapi murottal efektif
menurunkan nyeri persalinan.

Kata Kunci : Persalinan, Terapi Murrotal, Nyeri Persalinan


APPLICABLE PRIVATE VOCATIONAL STUDY PROGRAM
HIGH SCHOOL OF HEALTH SCIENCES WORKS ON SEMARANG

Scientific Writing, August 2018

Citra Putri Pratama Lestari* Lestari Puji Astuti**

DIFFERENCE OF LABOR KALA I PAIN WITH STATUS OF GIVING


MUROTTAL THERAPY IN KARANGTENGAH DEMAK HEALTH
CENTER

ABSTRACT

Background : Labor pain is a physiological process experienced by the mother


during normal childbirth, but the mother who is unable to control the pain causes
the mother to become stressed in the face of her labor, which causes a lot of
impulses. The use of murottal therapy can improve relaxation, reduce stress, and
reduce general difficulties.
The purpose of this study was to determine the level of pain in stage 1 labor with
murottal therapy and without murottal therapy in the Karangtengah Health Center
area.
This type of research is pre test and post test control group. Samples used 20
saturated sample techniques in the treatment group and 20 control groups. This
research was conducted in April - June 2018. Data analysis used Wilcoxon test
and Mann-Whitney test.
The level of togetherness in the open group at the opening of 10 cm, most feels "a
little painful" at the opening 4-9 cm "more painful". The control group is mostly
at the opening of 10 cm, mostly "much more painful" at 4-9 cm opening "more
painful". Statistical test results show that there is a significant number of birth
rates between the intervention group and the control group with a p value of 0.000
<α 0.05, so murottal therapy is effective in reducing the rate of labor pain.
Conclusions from the results of statistical tests showed that there were significant
differences in the level of delivery at the level of labor difficulties between the
intervention group and the control group. And murottal therapy that effectively
reduces labor pain.
Keywords: Labor, Murrotal Therapy, Labor Pain
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah atas rahmat dan hidayah yang

telah diberikan Allah SWT penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

dengan judul “Perbedaan Tingkat Nyeri Persalinan Kala 1 Dengan Status

Pemberian Therapi Murrotal Di Wilayah Puskesmas KarangTengah Demak .

Karya Tulis Ilmiah ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Terapan pada Program Study Sarjana Terapan Kebidanan Stikes

Karya Husada Semarang.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan dalam

penuyusunan karya tulis ilmiah ini. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik,

saran, serta masukan dari berbagai pihak agar hasil analisis yang diuraikan dapat

lebih akurat.

Akhir kata penulis ingin menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya

kepada pihak-pihak yang telah membantu dan memberikan inspirasi hingga

terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan

kepada :

1. Dr. Fery Mendrofa, SKM,M.Kep, Sp.Kom selaku ketua Stikes Karya Husada

Semarang.

2. Lestari Puji Astuti, S.SiT, M.Kes selaku ketua Progam study Sarjana Terapan

Kebidanan Stikes Karya Husada Semarang.


3. Siti Nur Umariyah Febriyanti, S.SiT, M.H dan Anita Indra, SSiT.M,kes

Selaku Penguji.

4. Seluruh Staf dan dosen Progam Studi S1 Terapan Kebidanan Stikes Karya

Husada Semarang.

5. Sri Puji Astuti, SKM, M.Kes selaku ketua IBI cabang Demak.

6. Seluruh Pengurus Program Khusus Demak Studi S1 Terapan Kebidanan

Stikes Karya Husada Semarang.

7. Suami tercinta, anak-anakku, kedua orangtua dan saudara-saudara ku tercinta

terima kasih atas doa, kasih sayang, kesabaran, dukungan, dan nasehatnya

yang tak pernah putus sehingga senantiasa menjadi kekuatan dalam setiap

langkah dan keberhasilan penulis.

8. Teman-teman Puskesmas Karang Tengah yang senantiasa mendukung dan

menemaniku kala suka dan duka, semoga kita selalu diikat oleh tali Allah

SWT, Amin.

9. Teman-teman seperjuangan angkatan 2017/2018 Program Khusus Demak

studi S1 Terapan Kebidanan Kaya Husada semarang yang selalu ceria dan

mampu memberikan sejuta makna, semoga kebersamaan ini dapat

berlangsung terus.

10. Semua pihak yang memberikan bantuan serta dorongan secara langsung

maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu persatu.


Penulis berharap semoga Allah SWT melimpahkan taufik, rahmat, dan

hidayah-Nya kepada mereka yang telah membantu dalam menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini dan semoga bermanfaat bagi semua pihak, Amin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Semarang, Agustus 2018

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii

ABSTRAK ....................................................................................................... iv

ABSTRAC ....................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... .vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ................................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latarbelakang ...................................................................................... 1

1.2 RumusanMasalah ................................................................................ 6

1.3 TujuanPenelitian ................................................................................. 7

1.4 ManfaatPenelitian ............................................................................... 7

1.5 Originalitas Penelitian ......................................................................... 8

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persalinan ............................................................................................ 9

2.2 NyeriPersalinan .................................................................................. 22

2.3 KerangkaTeori................................................................................... 45
2.4VariabelPenelitian .............................................................................. 46

2.5HipotesaPenelitian.............................................................................. 47

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian .............................................................. 48

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... 49

3.3 DefinisiOperasional........................................................................... 50

3.4 Populasi, Sampel dan Tehnik Sampling ........................................... 51

3.5 Instrumen Penelitian ......................................................................... 53

3.6 Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 53

3.7 Pengolahan Data ............................................................................... 54

3.8 Analisis Data .................................................................................... 56

3.9 Etika Penelitian ................................................................................ 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil .................................................................................................58

4.2 Pembahasan ...................................................................................... 66

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ......................................................................................70

5.2 Saran ................................................................................................. 71

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Originalitas Penelitian ........................................................................ 8

Tabel 3.1 DefinisiOperasional ............................................................................ 50

Tabel 4.1 karakteristik Subjek Penelitianl .......................................................... 58

Tabel 4.2 Frekuensi Tingkat Nyeri Persalinan pada Kelompok yang di beri

Terapi Murotal ..................................................................................... 58

Tabel 4.3 Uji Wilcoxon Tingkat Nyeri Persalinan Pada Kelompok yang diberi

Terapi Murrotal................................................................................... 59

Tabel 4.4 Frekuensi Tingkat Nyeri Persalinan Pada Kelompok yang Tidak Diberi

Terapi Murrotal................................................................................... 61

Tabel 4.5 Uji Wilcoxon Tingkat Nyeri Persalinan Pada Kelompok yang Tidak

Diberi Terapi Murrotal ....................................................................... 61

Tabel 4.6 Perbedaan Perubahan Tingkat Nyeri (Pre) Kelompok yang Diberi

Terapi Murrotal dan Kelompok yang Tidak Diberi Terapi Murrotal . 62

Tabel 4.7 Uji Mann-Whiney Tingkat Nyeri (Pre) Kelompok yang Diberi Terapi

Murrotal dengan Kelompok yang Tidak Diberi Terapi Murrotal....... 63

Tabel 4.8 Perbedaan Perubahan Tingkat Nyeri (Post) Kelompok yang Diberi

Terapi Murrotal dan Kelompok yang Tidak Diberi Terapi Murrotal . 64

Tabel 4.9 Uji Mann-Whitney Nyeri (Post) Kelompok yang Diberikan Terapi

Murrotal dengan Kelompok yang Tidak Diberi Terapi Murrotal....... 65


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 KerangkaTeori .................................................................................. 45


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Penelitian

Lampiran 2 Surat Permohonan penelitian

Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian

Lampran 4 Surat Balasan Penelitian

Lampiran 5 Lembar Inform Consent

Lampiran 6 Lembar Observasi

Lampiran 7 SOP Pemberian Therapi Murrotal

Lampiran 8 Data Mentah Penelitian

Lampiran 9 Hasil SPSS

Lampiran 10 Lembar Konsul


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Persalinan adalah suatu proses yang dimulai dengan adanya kontraksi

uterus yang menyebabkan terjadinya dilatasi progresif dari serviks, kelahiran

bayi, dan kelahiran plasenta, dan proses tersebut merupakan proses

alamiah.[29] Dalam persalinan sering kali juga timbul rasa cemas, panik, dan

takut rasa sakit yang luar biasa yang di rasakan ibu yang dapat mengganggu

proses persalinan dan mengakibatkan lamanya proses persalinan 1.

Wanita ingin persalinannya berjalan lancar dan dapat melahirkan bayi

secara sempurna, pada kala I fase aktif adalah fase yang paling melelahkan

dan berat, karena dalam kala I fase yang lama, untuk primigravida 12 jam

multi gravida 8 jam. Kontraksi yang semakin lama semakin kuat dan semakin

sering dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan yang dialami pada ibu

bersalin pada kala I dapat meningkatkan sekesi adrenalin, yang

mengakibatkan vasokontraksi sehingga suplai oksigen ke janin menurun.

Menurutnya aliran darah menyebabkan kontraksi rahim melemah dan

mengakibatkan persalinan lama2.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada masyarakat primitif,

persalinannya lebih lama dan nyeri, sedangkan masyarakat yang telah maju

7-14% bersalin tanpa rasa nyeri dan sebagian besar (90%) persalinan disertai

rasa nyeri. Tingginya persepsi nyeri yang dirasakan oleh ibu bersalin
sehingga kebanyakan dari mereka tidak memfokuskan kelahiran bayinya,

justru mereka lebih memfokuskan pada nyeri persalinan yang dirasakannya.

Nyeri adalah masalah yang alamiah dalam menghadapi persalinan. Apabila

tidak diatasi maka menimbulkan masalah lain yaitu meningkatkan rasa

khawatir3.

Kondisi nyeri yang hebat pada kala I persalinan memungkinkan para

ibu cenderung memilih cara yang paling gampang dan cepat untuk

menghilangkan rasa nyeri. Semakin banyaknya wanita yang ingin melahirkan

dengan proses persalinan yang berlangsung tanpa rasa nyeri menyebabkan

berbagai cara dilakukan untuk menurunkan nyeri pada persalinan, baik

dengan teknik farmakologi maupun non farmakologi. Manajemen nyeri

secara farmakologi lebih efektif disbanding dengan metode non farmakologi

namun metode farmakologi lebih mahal, dan berpotensi mempunyai efek

yang kurang baik. Sedangkan metode non farmakologi bersifat murah,

simpel, efektif, dan tanpa efek yang merugikan. Metode non farmakologi

juga dapat meningkatkan kepuasan selama persalinan karena pasien dapat

mengontrol perasaannya dan kekuatannya. Relaksasi, teknik pernapasan,

pergerakan dan perubahan posisi, massage, hidroterapi, terapi panas/dingin,

musik (murottal), guided imagery, akupresur, aroma terapi merupakan

beberapa teknik nonfarmakologi yang dapat meningkatkan kenyamanan

pasien saat bersalin dan mempunyai pengaruh yang efektif terhadap

pengalaman persalinan4.
Murottal merupakan salah satu musik yang memiliki pengaruh positif

bagi pendengarnya5. Terapi murotal (mendengarkan bacaan ayat-ayat suci

Al- Qur’an) dapat mempercepat penyembuhan, hal ini telah dibuktikan oleh

berbagai ahli seperti yang telah dilakukan Ahmad Al Khadi direktur utama

Islamic Medicine Institute for Education and Research di Florida, Amerika

Serikat. Dalam konferensi tahunan ke XVII Ikatan Dokter Amerika, dengan

hasil penelitian bahwa mendengarkan ayat suci Al-Quran memiliki 122

pengaruh yang signifikan dalam menurunkan ketegangan urat saraf reflektif

dan hasil ini tercatat dan terukur secara kuantitatif dan kualitatif oleh alat

berbasis komputer5. Terapi murotal juga merupakan tehnik distraksi yang

digunakan untuk mengatasi kecemasan. Hasil penelitian yang telah dilakukan

Dr. Al Qadhi, direktur utama Dr. Al Qadhi, direktur utama Islamic Medicine

Institute for Education and Research di Florida, Amerika Serikat, tentang

pengaruh mendengarkan ayat suci Al-Qur’an pada manusia terhadap

perspektif fisiologis dan psikologis. Berhasil membuktikan hanya dengan

mendengarkan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an dapat merasakan perubahan

fisiologis dan psikologis yang sangat besar. Dari hasil penelitian tersebut

menunjukan 97%, bahwa mendengarkan ayat suci Al- Qur’an memiliki

pengaruh mendatangkan ketenangan dan menurunkan ketegangan urat syaraf

reflektif5.

Murottal merupakan rekaman suara Al- Qur’an yang dilagukan oleh

seorang Qori’ (pembaca Al- Qur’an)6. Lantunan Al-Qur’an secara fisik

mengandung unsure suara manusia, suara manusia merupakan instrument


penyembuhan yang menakjubkan dan alat yang paling mudah dijangkau.

Suara dapat menurunkan hormon-hormon stres, mengaktifkan hormone

endorphin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian

dari rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga

menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung,

denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak. Laju pernafasan yang lebih dalam

atau lebih lambat tersebut sangat baik menimbulkan ketenangan, kendali

emosi, pemikiran yang lebih dalam dan metabolisme yang lebih baik7. Terapi

murrotal menggunakan tape recorder, pita kaset bacaan al-quran dan ear

phone yang terdiri dari suratan pendek pada juz 30 yang lebih mudah dihafal

dan familiar dalam pendengaran orang, diperdengarkan selama 15 menit

sejalan dengan penelitian7. memberikan dampak psikologis kearah positif, hal

ini dikarenakan ketika murrotal diperdengarkan dan sampai keotak, maka

murrotal ini akan diterjemahkan oleh otak. Persepsi kita ditentukan oleh

semua yang telah terakumulasi, keinginan, hasrat, kebutuhan dan pra

anggapan7.

Keinginan dan harapan terbesar seorang ibu yang akan melahirkan

adalah persalinan berjalan lancar, dirinya dan bayi sehat. Kebutuhan terbesar

adalah kekuatan penyokong yaitu realitas kesadaran terhadap adanya Tuhan

Yang Maha Esa7.

Dengan terapi murrotal maka kualitas kesadaran seseorang terhadap

Tuhan akan meningkat, baik orang tersebut tahu arti Al-Quran atau tidak.

Kesadaran ini akan menyebabkan totalitas kepasrahan kepada Allah SWT,


dalam keadaan ini otak berada pada gelombang alpha, merupakan keadaan

energy otak pada frekuensi 7-14 HZ. Ini yang optimal dan dapat

menyingkirkan stress dan menurunkan kecemasan7.

Wilayah Puskesmas Karang Tengah Kabupaten Demak terdiri dari 17

Desa dengan 17 Bidan Desa, untuk mendapatkan data terkait dengan hal

tersebut peneliti melakukan survey data ke wilayah Puskesmas tersebut

didapatkan hasil bahwa tahun 2016 di Wilayah Puskesmas karang tengah

terdapat 1.297 kelahiran hidup, Pada tahun 2017 dari bulan Januari sampai

dengan bulan Desember terdapat 1.221 kelahiran hidup, ibu bersalin

mengatakan bahwa dalam menghadapi persalinan mengalami nyeri

persalinan yang luar biasa sebelum bayi lahir, merasa cemas, tegang dan lain-

lain. Kecemasan pada ibu bersalin primigravida akan timbul Menjelang

persalinan, banyak hal mengkhawatirkan muncul dalam pikiran ibu. Takut

bayi cacat, takut harus operasi, takut persalinannya lama, dan sebagainya.

Dari data tersebut didapatkan ada 207 kasus di rujuk ke Rumah sakit dengan

kasus eklampsia 4 kasus, kematian 1 kasus karena eklampsia, kasus pre

eklampsia 13 kasus orang di rujuk ke rumah sakit dengan indikasi PE 13

kasus, perdarahan 11 kasus, tu,or 15 kasus, HBSAG 15 kasus, serotinus 15

kasus, kelainan letak 31 kasus, SC 66 kasus dan IUFD 2 kasus.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas

Karangtengah, dengan metode wawancara kepada 10 ibu bersalin 7 orang

mengalami persalinan normal, 3 ibu bersalin multipara diantara 7 ibu bersalin

mengatakan bahwa proses persalinannya 4 jam mulai buka 4cm sampai bayi
lahir, 2 ibu bersalin primipara diantaranya mengatakan proses persalinannya

sesuai dengan proses persalinan yaitu sekitar 6 jam, dan 2 ibu bersalin

multipara diantaranya lagi mengatakan bahwa proses persalinannnya hanya 2

jam dari buka 4cm sampai bayi lahir. 3 ibu bersalin lainnya yaitu 2 ibu

bersalin primipara dan 1 ibu bersalin multipara dirujuk ke rumah sakit karena

mengalami partus lama, kelelahan saat mengejan dan partus tak maju. Faktor

tersebut dialami karena ibu mearasa cemas dalam persalinannya, takut terjadi

sesuatu dalam persalinanya dan tidak bisa tenang dalam menghadapi

persalinannya. Solusi sebagai bidan yaitu dengan mencari penyebab

kecemasan, pendekatan secara spiritual, natural basic therapy, perbaikan

keadaan umum dan nutrisi.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin mengetahui

bagaimana Perbedaan Tingkat Nyeri persalinan kala I dengan status

pemberian terapi murrotal di wilayah puskesmas Karang Tengah Demak.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut ”Apakah ada Perbedaan Tingkat Nyeri

persalinan kala I dengan status pemberian Terapi Murottal di wilayah

Puskesmas Karangtengah Demak?”

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum


Mengetahui pengaruh Perbedaan Tingkat Nyeri persalinan kala I

dengan status pemberian Terapi Murottal di wilayah Puskesmas

Karangtengah Demak.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mendiskripsikan Tingkat Nyeri persalinan kala 1 pada ibu yang

diberi terapi murrotal di wilayah Puskesmas Karangtengah

Demak.

2. Mendiskripsikan Tingkat Nyeri persalinan kala 1 pada ibu yang

tidak diberi terapi murrotal di wilayah Puskesmas Karangtengah

Demak.

3. Mengetahui Perbedaan Tingkat Nyeri persalinan kala 1 dengan

status pemberian terapi murrotal dengan kelompok yang tidak

diberi terapi murrotal di wilayah kerja Puskesmas karangtengah.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Bagi Bidan Puskesmas

Dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam merumuskan

kebijakan terkait dengan standar operasional prosedur tentang

persalinan.

1.4.2 Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan dan

menambah pengetahuan tentang Perbedaan Nyeri persalinan kala 1

dengan status pemberian terapi murottal di wilayah kerja puskesmas

karangtengah
1.4.3 Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bacaan/

literatur khususnya seluruh mahasiswa.

1.5 ORIGINALITAS PENELITIAN

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Peneliti Judul Metode Hasil Perbedaan

Kharuza Pengaruh Pretest,pos Ada pengaruh Disamping berbeda


Fikriya Terapi ttest pemberian waktu dan tempat,
/2016 Murrotal dengan terapi murrotal pada variabel
Alquran kelompok al –quran dependent penelitian
terhadap nyeri kontrol terhadap nteri ini memfokuskan pada
persalinan kala persalinan p nyeri persalinan
I Fase Aktif value 0,001

Rohmi Pengaruh Pre Ada pengaruh Variabel independen


Handaya terapi murrotal eksperime terapi murrotal tentang penurunan
ni/2014 Al quran nt dengan terhadap intensitas nyeri , waktu
terhadap rancangan penurunan dan tempat yang
penurunan one group intensitas nyeri diteliti berbeda
intensitas nyeri pretest persalinan dan
persalinan dan posttest kecemasan
kecemasa desaign pada primi
dalam dengan nilai p
persalinan value (
primi gravida 0,000<0,05)

Indah Pengaruh Deep Control Pengaruh deep Pada variabel


Lestari/ Back Masaage group back massage independent penelitian
2012 terhadap desaign pada laju ini teantang pengaruh
penurunan pembukaan Deep Back Massage
nyeri serviks P = terhadap nyeri pada
persalinan kala 0,000 kala 1
I fase aktif dan
kecepatan
pembukaan
pada ibu
bersalin

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PERSALINAN

2.1.1 Pengertian

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin) yang

telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan

lahir atau jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan

sendiri). Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang

terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan

dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam,

tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin 8.

Persalinan normal dimulai setelah janin cukup matang untuk hidup

diluar kandungan dan tidak berukuran terlalu besar sehingga dapat

menyebabkan mekanis pada proses persalinan9.

2.1.2 Proses Terjadinya Persalinan

Peningkatan kadar prostaglandin, oksitosin, dan progesteron

diduga berperan dalam permulaan awitan persalinan. Kadarnya

meningkat secara progresif dan mencapai puncak saat pelahiran kepala

dan setelah pelepasan plasenta9.

Sebab terjadinya proses persalinan belum diketahui secara pasti,

sehingga timbul beberapa teori yang berkaitan dengan mulai terjadinya

his10 yaitu:
1. Hormon estrogen meningkatkan sensivitas otot rahim, sehingga

memudahkan penerimaan rangsangan dari luar misal

rangsangan oksitosin, prostaglandin, dan rangsangan mekanis.

2. Progesteron menurunkan sensitivitas otot rahim, menyulitkan

penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin,

prostaglandin, rangsangan mekanis dan menyebabkan otot

rahim dan otot polos relaksasi.

2.1.3. Sebab-sebab Terjadinya Persalinan

Sebab-sebab yang menimbulkan persalinan11antara lain :

1. Teori penurunan hormon 1-2 minggu sebelum partus mulai

mengalami penurunan kadar hormon ekstrogen dan

progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot

polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh

darah sehingga timbul his bila kadar progesterone turun.

2. Teori plasenta menjadi tua akan menyebabkan turunnya kadar

ekstrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan

pembuluh darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.

3. Teori distensi rahim; rahim yang menjadi besar dan

merenggang menyebabkan iskemia otot-otot rahim sehingga

mengganggu sirkulasi utero plasenter.

4. Teori iritasi mekanik; di belakang serviks terletak ganglion

sevikale (fleksus frankenhauser). Bila ganglion ini digeser dan


ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi

uterus. Indikasi partus (induction of labour) partus dapat pula

ditimbulkan dengan gejala :

a. Gangguan laminaria–beberapa laminaria dimasukkan dalam

kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus

frankenhauser.

b. Amniotomiu : pemecahan ketuban.

c. Oksitosin drips : pemberian oksitosin menurut tetesan

perinfuse.

2.1.4. Tanda-Tanda Persalinan

Tanda dan gejala persalinan12 antara lain:

1. Rasa sakit karena his datang lebih kuat, sering dan teratur.

2. Keluarnya lendir bercampur darah (blood show) karena

robekan-robekan kecil pada serviks.

3. Terkadang ketuban pecah dengan sendirinya.

4. Pada pemeriksaan dalam didapati serviks mendatar dan

pembukaan telah ada.


2.1.5. Mekanisme Persalinan

Beberapa faktor yang berperan didalam sebuah proses persalinan13

meliputi :

1. Power (Kekuatan)

a. His (Kontraksi uterus)

Kekuatan atau tenaga yang mendorong janin keluar. Kekuatan

tersebut meliputi kontraksi dan tenaga meneran. Kekuatan terdiri

dari kemampuan ibu melakukan kontraksi involuenter secara

bersamaan untuk mengeluarkan janin dan placenta dari uterus.

Kontraksi involuenter disebut juga kekuatan primer, menandai

dimulainya persalinan. Apabila serviks berdilatasi, usaha volunteer

di mulai untuk mendorong, yang disebut kekuatan sekunser,

dimana kekuatan ini memeperbesar kontraksi involunter14. Sebab-

sebab dari persalinan lama15 :

1) Respon Stress.

2) Presentasi/Posisi Janin.

3) Disproporsi sefalopelvik.

4) Pembatasan mobilitas dan postur setengah berbaring.

5) Puasa ketat.

6) Analgesia.

7) Paling jarang penyebab fisik.

Kemajuan dari persalinan pada kala I fase aktif merupakan

saat yang paling melelahkan, berat dan kebanyakan ibu mulai

merasakan nyeri. Dalam fase ini kebanyakan ibu merasakan


hebat karena kegiatan rahim mulai aktif. Kontraksi semakin

lama, semakin kuat dan yang sering yang dapat menimbulkan

kecemasan. Kecemasan pada ibu bersalin kala I bias dapat

meningkatkan sekresi adrenalin, yang dapat menyebabkan

vasokontraksi sehingga suplai oksigen ke janin menurun.

Penurunan aliran darah menyebabkan melemahnya kontraksi

rahim dan berakibat memanjangnya proses persalinan sehingga

dapat menyebabkan persalinan lama3.

Pada akhir kala I atau kala II, jumlah kontraksi adalah 3-4

kali tiap 10 menit (2-3 menit sekali) dengan intensitas 50-60

mmHg14.

Sifat-sifat his yang baik adalah :

1) Teratur

2) Makin lama makin sering, intensitas makin kuat, durasi

makin lama.

3) Ada dominasu fundus.

4) Menghasilkan pembukaan dan atau penurunan kepala.

His yang tidak normal dalam kekuatan dan sifatnya

menyebabkan rintangan pada jalan lahir saat persalinan, tidak

dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau

kemacetan.
Secara teoritis kelainan his3dibagi menjadi :

1) Inersia uteri primer

Adalah kontraksi uterus lebih lama, singkat dan jarang

dari pada biasa. Keadaan penderita biasanya baik dan rasa

nyeri tidak seberapa. Selama ketuban masih utuh umumnya

tidak banyak bahaya, baik bagi ibu maupun bagi janin,

kecuali jika persalinan berlangsung terlalu lama, hal ini

meningkatkan morbiditas dan mortalitas janin.

2) Inersia uteri sekunder

Adalah timbul setelah berlangsungnya his kuat untuk

waktu lama. Ditemukan pada wanita yang tidak diberi

pengawasan baik waktu persalinan. Inersia uteri

menyebabkan persalinan akan berlngsung lama dengan

akibat-akibatnya pada ibu dan janin.

3) Incoordinate uterine action

Adalah his berubah, tonus otot uterus meningkat di luar

his dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena

tidak adanya sinkronasi antara kontraksi bagian- bagiannya.

Tidak adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah

dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan

pembukaan. Kadang-kadang persalinan lama dengan ketuban

yang sudah lama pecah, menyebabkan penyempitan kavum

uteri yaitu pada lingkaran kontraksi. Dapat diketahui dengan


pemeriksaan dalam dan pembukaan yang sudah lengkap.

Menyebabkan persalinan tidak maju karena distosia

servikalis.

Pada primigravida kala I menjadi lebih lama,

menyebabkan terjadinya lingkaran kekejangan yang

mengakibatkan persalinan tidak maju.

b. Umur Ibu

Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman

untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian

maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah

20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian

maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematain maternal

meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun3.

Di bawah 16 tahun atau diatas 35 tahun mempredisposisi

wanita terhadap sejumlah komplikasi. Usia dibawah 16 tahun

insiden preeclampsia sedangkan usia diatas 35 tahun

meningkatkan insiden hipertensi kronis dan persalinan yang

lama pada nulipara17.

c. Paritas

Adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang

dapat hidup3.
Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari

atau sama dengan 500 gram yang pernah dilahirkan, hidup

maupun mati14.

Paritas mempengaruhi durasi persalinan dan insiden

komplikasi. Pada multipara dominasi fundus uteri lebih besar

dengan kontraksi uterus lebih besar dengan kontraksi lebih kuat

dan dasar panggul yang lebih rileks sehingga bayi lebih mudah

melalui jalan lahir dan mengurangi lama persalinan. Namun

pada grand multipara, semakin semkin banyak jumlah janin,

persalinan secara progresif lebih lama. Hal ini diduga akibat

keletihan pada otot-otot uterus . Semakin tinggi paritas insiden

plasenta previa, perdarahan, mortalitas ibu dan mortalitas

perinatal juga meningkat17.

2. Passenger (Penumpang)

Penumpang dalam persalinan adalah janin dan plasenta. Hal-

hal yang perlu diperhatikan mengenai janin adalah ukuran kepala

janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin, sedangkan yang perlu

diperhatikan pada plasenta adalah letak, besar, dan luasnya.

3. Passage (Jalan lahir)

Jalan lahir terbagi atas dua, yaitu jalan lahir keras dan jalan

lahir lunak. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari jalan keras adalah

ukuran dan bentuk tulang panggul, sedangkan pada jalan lahir lunak

adalah segmen bawah uterus yang dapat meregang, serviks, otot dasar

panggul, vagina dan introitus vagina.


a. Posisi ibu

Posisi ibu yang mempengaruhi adaptasi anatomi dan

fisiologi persalinan. Posisi tegak member sejumlah keutungan

mengubah posisi membuat rasa letih hilang, member rasa nyaman

dan memperbaiki sirkulasi.

b. Psikologis

Pengalaman ibu sebelumnya, kesiapan emosional,

persiapan persalinan, support system dan lingkungan berpengaruh

terhadap proses persalinan. Stress dan cemas akan memicu

pengeluaran catekolamin yang dapat menghambat aktivitas dan

kontraksi uterus9.

2.1.6 Kala Persalinan

1. Kala I

Adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol

(0) sampai pembukaan lengkap (10cm). Proses ini berlangsung

kurang lebih 18-24 jam, yang terbagi menjadi 2 fase :

a. Fase laten (8 jam) : pembukaan 3 cm menjadi 4 cm,

berlangsung 2 jam.

b. Fase dilatasi maksimal ; pembukaan berlangsung sangat cepat

dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm, berlangsung 2 jam.

c. Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat 9 cm menjadi 10

cm, berlangsung 2 jam.


Berdasarkan kurve friedman, ditemukan perbedaan antara primigravida

dan multigravida, yaitu :

a. Primi : Pembukaan 1cm / jam dan mekanisme membukanya

serviks berbeda antara primigravidaa dan multigravida, pada

primi yang pertama OUI (Ostium Uteri Internum) akan

membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan

menipis. Baru kemudian OUE (Ostium Uteri Eksternum)

membuka.

b. Multi : Pembukaan 2 cm / Jam, pada fase laten, fase aktif dan

fase deselerasi terjadi lebih pendek, pada multigravida OUI

sudah sedikit terbuka. OUI dan OUE serta penipisan dan

pendataran servik terjadi dalam saat yang sama.

2. Kala II (Pengeluaran)

Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses

ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada

multigravida14. Kala II pada primi 2 jam dan pada multi 1 jam17.

3. Kala III (Pengeluaran Uri)

Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya placenta, yang

berlangsung tidak lebih dari 30 m3nit. Pengeluaran placenta

disertai pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.

4. Kala IV (Observasi)

Dimulai dari saat lahirnya placenta sampai 2 jam pertama post

partum.
Tujuannya asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang

memadahi selama persalinan yang bersih dan aman, dengan

memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi.

Observasi yang harus dilakukan pada kala IV adalah :

a. Tingkat kesadaran penderita

b. Pemeriksaan TTV : tekanan darah, nadi dan pernapasan.

c. Kontraksi uterus.

d. Terjadinya perdarahan (normal jika perdarahannya tidak

melebihi 400-500 cc).

2.1.7. Lama Persalinan

Lama adalah panjangnya waktu, sejak dahulu kala15. Kilpatric dan

Laros (1989) melaporkan bahwa merata lama persalinan kala I dan

kala II adalah sekitar 9 jam pada nulipara tanpa analgesia regional, dan

pada multipara adalah sekitar 6 jam. Mereka mendefinisikan awal

persalinan sebagai waktu saat wanita mengalami kontraksi teratur yang

nyeri 3 sampai 5 menit dan menyebabkan pembukaan serviks.

Pembukaan serviks saat wanita dirawat tidak disebutkan. Paritas dan

pembukaan serviks saat dirawat merupakan penentu yang penting

terhadap lama persalinan19. Median durasi kala II adalah 50 menit pada

nulipara dan 20 menit pada multipara, tetapi hal ini dapat sangat

bervariasi. Pada seorang wanita yang mempunyai paritas lebih tinggi

dengan vagina dan perineum yang lemas, untuk menyelesaikan


kelahiran bayi cukup membutuhkan dua atau tiga daya dorong setelah

pembukaan servik lengkap19.

Kala II Persalinan (Kala Pengeluaran Janin), tahap ini berawal saat

pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir dengan keluarnya janin.

Median durasinya adalah 50 menit untuk nulipara dan 20 menit untuk

multipara. Pada wanita dengan paritas tinggi yang vagina dan

perineumnya sudah melebar, dua atau tiga kali usaha mengejan setelah

pembukaan lengkap mungkin cukup untuk mengeluarkan janin.

Sebaliknya pada seorang wanita dengan panggul sempit atau janin

besar atau dengan kelainan gaya ekspulsif akibat anesthesia regional

maka kala II dapat sangat memanjang. Gejala utama kala II18adalah :

1. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi.

2. Ibu meraskan adanya peningkatan tekanan pada rektum atau

vagina.

3. Perineum menonjol.

4. Vulva vagina dan sfingter ani membuka.

5. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam (informasi

obyektif) yang hasilnya :

1. Pembukaan serviks telah lengkap.

2. Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.


Cara membimbing ibu untuk meneran, antara lain :

1. Menganjurkan ibu untuk mendapat posisi nyaman (berbaring

miring atau jalan-jalan).

2. Mengajarkan ibu untuk cara bernafas saat ada kontraksi.

3. Memberitahu ibu untuk menahan diri untuk meneran bila

pembukaan belum lengkap.

4. Membimbing ibu meneran secara efektif dan benar mengikuti

dorongan alamiah yang terjadi selama kontraksi.

5. Menanjurkan ibu beristirahat di antara kontraksi dan

menawarkan minum pada ibu.

6. Meminta ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.

Kala II memanjang (prolonged expulsive phase)

Upaya mengedan ibu menambah risiko pada bayi karena mengurangi

jumlah oksigen ke plasenta. Dianjurkan secara spontan, mengadan

(menahan nafas terlalu lama tidak dianjurkan).

Menurut19, sebab-sebab dari persalinan lama adalah :

1. Respon stress.

2. Presentasi / posisi janin.

3. Disproporsi sefalopelvik.

4. Pembatasan mobilitas dan postur setengah berbaring.

5. Puasa ketat.

6. Analgesia.

7. Paling jarang penyebab fisik.


Kemajuan dari persalinan pada kala I fase aktif merupakan saat yang paling

melelahkan, berat dan kebanyakan ibu mulai merasakan nyeri. Dalam fase ini

kebanyakan ibu merasakan nyeri hebat karena kegiatan rahim mulai aktif.

Kontraksi semakin lama, semakin kuat dan yang sering yang dapat menimbulkan

kecemasan. Kecemasan pada ibu bersalin kala I bisa berdampak meningkatkan

sekresi adrenalin, yang dapat menyebabkan vasokontraksi sehingga suplai

oksegen ke janin menurun. Penurunan aliran darah menyebabkan melemahnya

kontraksi rahim dan berakibat memanjangnya proses persalinan sehingga dapat

menyebabkan persalinan lama2.

2.2 NYERI PERSALINAN

2.2.1 Pengertian

Nyeri adalah bentuk ketidaknyamanan baik sensori maupun

emosional yang berhubungan dengan resiko atau aktualnya kerusakan

jaringan tubuh, bisa juga karena suatu mekanisme proteksi bagi tubuh,

timbul ketika jaringan sedang rusak dan menyebabkan individu

tersebut bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri (Sulistyo, 2013).

Nyeri Persalinan adalah nyeri kontraksi uterus yang dapat

mengakibatkan peningkatan aktivitas sistem syaraf simpatis. Nyeri

yang hebat pada persalinan dapat menyebabkan perubahan-perubahan

fisiologi tubuh seperti; tekanan darah menjadi naik, denyut jantung

meningkat, laju pernafasan meningkat, dan apabila tidak segera diatasi

makaakan meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut dan stres.


Peningkatan konsumsi glukosa tubuh pada ibu bersalin yang

mengalami stres menyebabkan kelelahan dan sekresi katekolamin yang

menghambat kontraksi uterus, hal tersebut menyebabkan persalinan

lama yang akhirnya menyebabkan cemas pada ibu, peningkatan nyeri

dan stres berkepanjangan (Bobak, 2005).

2.2.2 Jenis-Jenis Nyeri

1. Nyeri Akut

Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut,

penyakit, atau intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat

dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat). Nyeri akut

terkadang disertai oleh aktivasi sistem saraf simpatis yang akan

memperlihatkan gejala-gejala seperti peningkatan respirasi,

peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut jantung dan

dilatasi pupil. Pasien yang mengalami nyeri akut biasanya juga

akan memperlihatkan respon emosi dan perilaku seperti menangis,

mengerang kesakitan, mengerutkan wajah atau meringis. Nyeri

akut akan berhenti dengan sendirinya dan akirnya menghilang

dengan atau tanpa pengobatan setelah keadaan pulih pada area

yang terjadi kerusakan yang berlangsung dari beberapa detik

hingga enam bulan.

2. Nyeri Kronis
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang

menetap sepanjang periode waktu yang cukup lama dan biasanya

berlangsung lebih dari enam bulan selain itu nyeri ini tidak

memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada

penyebabnya.Manifestasi klinis yang tampak pada nyeri kronis

sangat berbeda dengan yang diperlihatkan oleh nyeri akut.

Pemeriksaan tanda-tanda vital sering sekali didapatkan masih

dalam batas normal dan serta tidak ditandai dengan dilatasi pupil.

Manifestasi yang biasanya muncul berhubungan dengan respon

psikososial seperti rasa keputusan, kelesuan, penurunan libido

(gairah seksual), penurunan berat badan, mudah tersinggung,

marah, tidak tertarik pada aktivitas fisik. Secara verbal nyeri kronik

mungkin akan melaporkan adanya ketidaknyamanan, kelemahan

dan kelelahan.

2.2.3 Klasifikasi Nyeri Persalinan (Novita, 2011)

1. Nyeri Visceral

Bersifat lambat, dalam yang tidak terlokalisir. Implus nyeri

selama kala I pada persalinan di tranmisi melalui T11-T12 segment

saraf spinal dan bagian bawah thorak dan bagian atas lumbal saraf

simpatis, dimana saraf-saraf ini berasal dari dalam uterus dan

pembukaan serviks. Terjadi pada kala I akibat dari kontraksi uterus

dan pembukaan serviks. Lokasi nyeri ini meliputi bagian segmen


bawah abdomen dan menjalar kedaerah lumbal bagian belakang

dan turun sampai dengan paha.

2. Nyeri Somatic

Bersifat lebih cepat dan tajam menusuk dan lokasinya jelas.

Implus nyeri selama kala 2 ditransmisi melalui S1-S4 saraf spinal

dan parasimpatisdari jaringan perineal. Nyeri ini pada akhir kala I

dan selama kala II yang merupakan akibat dari penurunan kepala

janin yang menekan jaringan-jaringan maternal dan tarikan

peritoneum dan uterocervical selama kontraksi. Nyeri juga dapat

disebabkan oleh tenaga waktu mengeluarkan bayi atau tekanan

desakan oleh kandung kemih dan masa pada rectum (feases).

3. After Pain

Nyeri selama kala 3 dimana uterus mengecil, sobekan dari

hasil distensi dan lacerasi dari serviks, vagina dan jaringan perianal

nyeri yang dirasakan seperti pada awal kala I.

2.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri ada 2 Macam yaitu Faktor

Nyeri secara umum dan Faktor Nyeri Dalam Persalinan adalah

sebagai Berikut :
1. Faktor – faktor yang mempengaruhi respon nyeri persalinan

(Novita, 2011) :

a. Faktor Fisiologis Nyeri

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi fisiologis nyeri.

Faktor-faktor tersebut adalah :

1) Pembukaan dan penipisan serviks

2) Segmen bawah rahim tegang

3) Ligament uterus meregang

4) Peritoneum tertarik

5) Kandung kemih, uretra → tertekan

6) Hipoksia uterus

7) Vagina tertekan

8) Multi/primipira.

b. Faktor Psikologis.

Ada beberapa faktor psikologis yang mempengaruhi repon

nyeri. Fator-faktor tersebut adalah:

1) Ketakutan

2) Panik

3) Harga diri rendah

4) Marah pada bayi

5) Takut hamil

6) Gangguan aktivitas seksual.


c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi dan Toleransi

terhadap Nyeri

Ada beberapa factor yang mempengaruhi persepsi dan toleransi

terhadap nyeri persalinan. Faktor- faktor tersebut adalah:

1) Intensitas persalinan

2) Kematangan serviks

3) Posisi janin

4) Karakteristik panggul

5) Kelelahan.

2. Menurut Potter dan Perry (2006) ada beberapa faktor yang

mempengaruhi respon nyeri sebagai berikut :

a. Usia

Merupakan variabel penting yang dapat mempengaruhi

nyeri,terutama pada anak dan lansia. Perbedaan kelompok usia

ini dapat mempengaruhi bagaimana respon anak dan lansia

terhadap nyeri. Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan

memahami nyeri yang diakibatkan oleh tindakan keperawatan.

Mereka belum dapat mengucapkan kata-kata untuk

mengungkapkan secara verbal dan mengekspresikan nyeri

kepada orang tua atau petugas kesehatan.Sedangkan pada

lansia, perawat harus melakukan pengkajian secara lebih rinci

ketika seseorang lansia melaporkan adanya rasa nyeri. Kondisi

nyeri lansia mengalami lebih dari satu area tempat. Terkadang


penyakit yang berbeda nyeri dan gejala yang dirasakan sama.

Lansia terkadang pasrah terhadap apa yang mereka rasakan

dan menganggap hal tersebut merupakan konsekuensi penuaan

yang dianggap tidak bisa dihindari.

b. Jenis kelamin

Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara

bermakna dalam respon nyeri. Toleransi nyeri sejak lama telah

menjadi subyek penelitian yang melibatkan pria dan wanita,

akan tetapi toleransi terhadap nyeri dipengaruhi oleh faktor

biokimia dan merupakan hal yang unik pada setiap invidu

tanpa memperhatikan jenis kelamin.

c. Kebudayaan

Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara

individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa

yangdiharapkan dan yang diterima oleh kebudayaan mereka.

Budaya dan etnisitas berpengaruh pada respon seseorang

terhadap nyeri.Sejak dini pada masa kanak-kanak, individu

belajar di sekitar mereka respon nyeri yang dapat diterima dan

tidak diterima.Harapan dan nila-nilai budaya perawat dapat

mencakup cara menghindari ekspresi nyeri yang berlebih,

seperti meringis atau menangis yang berlebih. Individu

akibatnya akan yakin bahwa persepsi dan reaksi mereka

terhadap nyeri adalah normal dan dapat diterima.


d. Makna Nyeri

Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri

mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara seseorang

beradaptasi terhadap nyeri. Hal ini juga dikaitkan secara dekat

dengan latar belakang budaya individu tersebut.Individu akan

mempersepsikan nyeri dengan cara berbeda-beda.

e. Perhatian

Tingkat seseorang klien memfokuskan perhatiannya pada

nyeri dapat mempengaruhi persesi nyeri.Perhatian yang

meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat,

sedangkan upaya pengalihan atau distraksi dihubungkan

dengan respon nyeri yang menurun.

f. Ansietas

Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks.

Ansietas sering kali meningkatkan persepsi nyeri tetapi nyeri

juga menimbulkan suatu perasaan ansietas.Stimulus nyeri

mengaktifkan bagian sistem limbik yang diyakini

mengendalikan emosi seseorang khususnya ansietas. Sistem

limbik dapat memprotes reaksi emosi terhadap nyeri, yakin

memperburuk atau menghilangkan nyeri.

g. Keletihan
Keletihan yang dirasakan seseorang akan meningkatkan

persepsi nyeri menyebabkan sensasi rasa nyeri semakin

intensif dan menurunkan kemampuan koping.

h. Pengalaman sebelumnya

Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa

individu akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa

yang datang. Apabila individu sejak lama sering mengalami

serangkaian episode nyeri tanpa pernah sembuh maka rasa

takut akan muncul atau sebaliknya, akibatnya seseorang akan

lebih siap untuk melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan

untuk menghilangkan nyeri.

i. Gaya Koping

Nyeri dapat menyebabkan ketidakmampuan baik sebagian

maupun keseluruhan, seringkali menemukan berbagai cara

untuk mengembangkan koping terhadap efek fisik dan

psikologis nyeri. Sumber-sumber koping seperti dengan

keluarga pendukung melakukan latihan atau menyanyi dapat

digunakan untuk memehami koping selama nyeri.

j. Dukungan keluarga dan Sosial

Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung pada

anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh

dukungan, bantuan atau perlindungan. Kehadiran mereka akan

meminimalkan kesepian dan ketakutan.


2.2.3 Intensitas Nyeri

Untuk menilai skala nyeri terdapat beberapa macam skala nyeri

yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat nyeri seseorang antara

lain:

1. Verbal Descriptor Scale (VDS)

Verbal Descriptor Scale (VDS) adalah garis yang terdiri dari tiga

sampai lima kata pendeskripsi yang telah disusun dengan jarak yang

sama sepanjang garis. Ukuran skala ini diurutkan dari “tidak terasa

nyeri” sampai “nyeri tidak tertahan”.Perawat menunjukkan ke klien

tentang skala tersebut dan meminta klien untuk memilih skala nyeri

terbaru yang dirasakan.Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri

terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa tidak

menyakitkan.Alat VDS memungkinkan klien untuk memilih dan

mendeskripsikan skala nyeri yang dirasakan.

2. Visual Analogue Scale (VAS)

VAS merupakan suatu garis lurus yang menggambarkan skala

nyeri terus menerus.Skala ini menjadikan klien bebas untuk memilih

tingkat nyeri yang dirasakan.VAS sebagai pengukur keparahan tingkat

nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat menentukan setiap titik

dari rangkaian yang tersedia tanpa dipaksa untuk memilih satu kata.

Penjelasan tentang intensitas digambarkan sebagai berikut:


Skala nyeri pada skala 0 berarti tidak terjadi nyeri, skala nyeri pada

skala 1-3 seperti gatal, tersetrum, nyut-nyutan, melilit, terpukul, perih,

mules.Skala nyeri 4-6 digambarkan seperti kram, kaku, tertekan, sulit

bergerak, terbakar, ditusuk-tusuk.Skala 7-9 merupakan skala sangat

nyeri tetapi masih dapat dikontrol oleh klien, sedangkan skala 10

merupakan skala nyeri yang sangat berat dan tidak dapat

dikontrol.Ujung kiri pada VAS menunjukkan “tidak ada rasa nyeri”,

sedangkan ujung kanan menandakan “nyeri yang paling berat”.

3. Numeric Rating Scale (NRS)

Skala nyeri pada angka 0 berarti tidak nyeri, angka 1-3

menunjukkan nyeri yang ringan, angka 4-6 termasuk dalam nyeri

sedang, sedangkaan angka 7-10 merupakan kategori nyeri berat. Oleh

karena itu, skala NRS akan digunakan sebagai instrumen penelitian

(Potter & Perry, 2006). Menurut Skala nyeri dikategorikan sebagai

berikut: 1. 0 : tidak ada keluhan nyeri, tidak nyeri. 2. 1-3 : mulai terasa

dan dapat ditahan, nyeri ringan. 3. 4-6 : rasa nyeri yang menganggu

dan memerlukan usaha untuk menahan, nyeri sedang. 4. 7-10 : rasa

nyeri sangat menganggu dan tidak dapat ditahan, meringis, menjerit

bahkan teriak, nyeri berat.


4. Wong-Baker FACES Pain Rating Scale

Skala ini terdiri atas enam wajah dengan profil kartun yang

menggambarkan wajah yang sedang tersenyum untuk menandai tidak

adanya rasa nyeri yang dirasakan, kemudian secara bertahap

meningkat menjadi wajah kurang bahagia, wajah sangat sedih, sampai

wajah yang sangat ketakutan yang berati skala nyeri yang dirasakan

sangat nyeri.

Keterangan dari gambar diatas adalah angka 0 menunjukkan sangat

bahagia sebab tidak ada rasa sakit, angka 1 menunjukkan sedikit

menyakitkan, angka 2 menunjukkan lebih menyakitkan, angka 3

menunjukkan lebih menyakitkan lagi, angka 4 menunjukkan jauh lebih

sakit, dan angka 5 menunjukkan benar-benar menyakitkan.

Skala nyeri tersebut Banyak digunakan pada pasien pediatrik

dengan kesulitan atau keterbatasan verbal.Dijelaskan kepada pasien

mengenai perubahan mimik wajah sesuai rasa nyeri dan pasien

memilih sesuai rasa nyeri yang dirasakannya.


2.2.4 Manajemen Nyeri Persalinan Farmakologi dan Non Farmakologi

1. Farmakologi

Untuk menurunkan rasa nyeri dari ringan sampai berat biasanya

menggunakan analgesik. Analgesic yang sering digunakan yaitu jenis

analgesik non narkotik dan obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID),

analgesik narkotik atau opiate dan tambahan atau adjuvant20.

2. Non Farmakologi

Manajemen nyeri dengan terapi non farmakologi merupakan

tindakan menurunkan nyeri tanpa menggunakan agen farmakologi, ada

beberapa penanganan non farmakologi yaitu ;

a. Akupuntur

Akupuntur adalah memerlukan insersi jarum halus dan tipis

ke tangan, kaki, dan telinga untuk mengurangi nyeri persalinan.

Akupuntur dapat menghambat sinyal nyeri sehingga tidap dapat

mencapai medulla spinalis dan otak atau akupuntur tampak

menstimulus pelepasan endorphin, yang bekerja seperti opoid

endorphin20.

b. Kompres dingin

Ibu yang berada dalam fase persalinan mungkin mengeluh

merasa hangat sehingga dengan memberikan kain dingin ke kening

ibu selama persalinan akan membuat ibu menjadi rileks.

Membasuh lengan bagian dalam atau wajah juga dapat

menyegarkan, meskipun kain atau kompres dingin jarang efektif


dalam mengurangi sensai nyeri persalinan. Ketika kain kompres

yang diisi dengan es diusapkan ke area sela jari antara jari telunjuk

dan ibu jari (poin Hoku), ibu melaporkan penurunan nyeri20.

c. Hipnoterapi

Hypnosis dapat menekan aktivitas saraf antara sensori di

otak (korteks sensori) dan pusat bagian bawah yang berkaitan

dengan emosi (sistem limbik). Hipnosis dapat menghambat

interprestasi emosional dari sensasi yang berkaitan dengan dengan

nyeri dan meningkatkan relaksasi, mengurangi stress dan ansientas,

dan mengurangi presepsi nyeri20.

d. Endorphin Massage

Endorphin Massage merupakan sebuah terapi

sentuhan/pijatan ringan yang cukup penting diberikan pada wanita

hamil, di waktu menjelang hingga saatnya melahirkan. Hal ini

disebabkan karena pijatan merangsang tubuh untuk melepaskan

senyawa Endorphin yang merupakan pereda rasa sakit dan dapat

menciptakan perasaan nyaman20.

e. Teknik Back-Effleurage dan Counter-Pressure

Teknik Back-Effleurage dan Counter-Pressure, yang relatif

cukup efektif dalam membantu mengurangi nyeri pinggang

persalinan dan relatif aman karena tidak ada efek samping yang

ditimbulkan2.
f. Distraksi

Tindakan dengan cara memfokuskan perhatian pasien pada

sesuatu selain nyeri, atau dapat diartikan lain bahwa distraksi

adalah suatu tindakan pengalihan perhatian pasien ke hal-hal diluar

nyeri. Jenis Teknik Distraksi, antara lain :

1) Disraksi Visual/penglihatan

Pengalihan perhatian selain nyeri yang diarahkan kedalam

tindakan-tindakan visual atau melalui pengamatan. Misalnya

melihat pertandingan olahraga, menonton TV, membaca koran,

melihat pemandagan/gambar yang indah, dsb

2) Distaksi Audio/pendengaran

Pengalihan perhatian selain nyeri yang diarahkan kedalam

tindakan-tindakan melalui organ pendengaran. Mendengarkan

musik yang disukai atau mendengarkan kicauan burung serta

gemericik air.Saat mendegarkan musik, individu dianjurkan

untukmemilih musik yang disukai dan tenang seperti musik

klasik, music murrotal dan diminta untuk berkonsentrsai pada

lirik dan irama lagu.

g. Relaksasi nafas dalam

Suatu tindakan untuk membebaskan mental dan fisik dari

ketegangan dan stres sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadat

nyeri. Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas napas abdomen


dengan frekuensi lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan

matanya dan bernapas dengan perlahan dan nyaman.

2.2.5 Musik Murrotal

1. Pengertian

Al-Qur‟an merupakan firman ALLAH SWT yang diturunkan

kepada Nabi Muhammad SAW. Al-quran diartikan sebagai bacaan,

Al-Qur‟an merupakan petunjuk bagi orang yang beriman. Barang

siapa yang membaca Al-Qur‟an akan dibalas oleh Allah sebagai suatu

kebaikan.[9] Al-Qur‟an merupakan kitabnya orang Islam dan Al-

Qur‟an semata-semata bukan hanya kitab fikih yang membahas ibadah

saja tetapi merupakan kitab yang membahas secara komprehensif baik

bidang kesehatan atau kedokteran maupun bidang ilmu-ilmu lain21. Al-

Qur‟an sendiri dibeberapa penjelasan secara ilmiah sejatinya

merupakan obat yang menyembuhkan dan menyehatkan manusia21

bahwa Al-Qur‟an dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit

jasmani maupun rohani seperti kegelisahan, kecemasan, dan kejiwaan.

Al-Qur‟an yang merupakan wahyu Allah SWT terdiri dari 114

surat, 6666 ayat dan telah memiliki banyak manfaat baik untuk

kesembuhan penyakit jasmani dan rohani. Hal ini ditegaskan

berdasarkan sabda Rasulullah SAW berobatlah kalian dengan madu

dan Al-Qur‟an22. Pengobatan dengan Al-Qur‟an sendiri sudah ada

sejak lama. Terapi Al-Qur‟an menjadi salah satu terapi komplementer


yang diharapkan mahasiswa sebagai terapi pilihan. Penelitian terhadap

pengetahuan dan sikap mahasiswa farmasi di kuwait terhadap terapi

komplementer seperti massage, bacaan Al-Qur‟an, menunjukkan

bahwa pengetahuan tentang terapi modalitas tersebut sangat penting

untuk membekali mahasiswa serta memberikan pilihan pasien tentang

terapi selain obat yang dikonsumsi24. Seseorang yang sehat bukan

melibatkan faktor fisik dan psikologik dan sosial tetapi juga spiritual.

Penanganan penyakit fisik dan terapi spiritual seperti bacaan Al-

Qur‟an menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam memberikan

kesehatan pasien23.

Kemajuan teknologi medis telah banyak membawa perubahan dan

terus berkembang. Pengobatan yang bersifat modern lebih

menekankan kepada penyembuhan penyakit jasmani 22, sementara

pengobatan keagamaan masih kurang24. Manusia tidak menyadari

bahwa Allah menciptakan penyakit juga menciptakan obatnya.

Pemberian terapi bacaan Al-Quran yang diturunkan Alloh dapat

memberikan kesembuhan terhadap penyakit jasmani dan rohani24.

2. Manfaat Murrotal (Bacaan Al-Qur’an)

Al-Qur‟an mempunyai pengaruh yang mengagumkan bagi hati

manusia dan diakui oleh semua orang yang mendengarkannya, baik

muslim atau bukan25.

AL-Qur‟an bukan hanya sebuah buku sains ataupun buku

kedokteran. Al- Qur‟an menyebut dirinya sebagai “penyembuh


penyakit”, kaum muslim mengartikannya bahwa petunjuk yang

dikandungnya akan membawa manusia pada kesehatan spiritual,

psikologis, dan fisik. Kesembuhan dengan Al- Qur‟an dapat dilakukan

dengan membaca, berdekatan dengannya, dan mendengarkan21.

Beberapa tafsir menyatakan bahwa nama Al-Qur‟an adalah asy

syifaa‟ yang artinya secara bahasa obat penyembuh. Allah SWT

berfirman dalam Q.S. Yunus : 57 yang artinya : “Hai manusia,

Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan

penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan

petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”. Dan masih

banyak lagi pengaruh Al-Qura‟an, berikut ini manfaat murottal

(mendengar bacaan Al-Qur‟an) menurut21. sebagai berikut:

a. Mendengarkan bacaan Al-Qur‟an dapat menurunkan depresi,

kesedihan, dan memperoleh ketenangan jiwa.

b. Bayi 48 jam didengarkan bacaan ayat-ayat Al-Qur‟an

menunjukkan respon tersenyum dan menjadi lebih tenang.

c. Memberikan pengaruh besar bagi kehidupan jasmani dan rohani.

d. Mempengaruhi IQ dan EQ, kecerdasan spiritual (SQ).

Adapun pengaruh lain terapi pembacaan Al-Qur‟an berupa adanya

perubahan-perubahan arus listrik di otot, perubahan sirkulasi darah,

perubahan detak jantung, dan kadar darah pada kulit. Perubahan tersebut

menunjukan adanya relaksasi atau penurunan ketegangan urat saraf reflektif

yang mengakibatkan terjadinya pelonggaran pembuluh nadi dan


penambahan kadar darah dalam kulit, diiringi dengan penurunan frekuensi

detak jantung. Terapi musik dan terapi murotal ini bekerja pada otak, dimana

ketika didorong oleh rangsangan dari luar (terapi musik dan Al-Qura‟an),

maka otak akan memproduksi zat kimia yang disebut neuropeptide. Molekul

ini akan menyangkutkan ke dalam reseptor– reseptor mereka yang ada di

dalam tubuh dan akan memberikan umpan balik berupa kenikmatan atau

kenyamanan24. Kekuatan, kelenturan, dan ketegangan otot dapat

dipengaruhi oleh bunyi dan getaran. Melalui saraf otonom, saraf

pendengaran menghubungkan telinga dalam dengan semua otot dalam

tubuh24.

3. Pengaruh bacaan Al-Qura’an sebagai penyembuhan

Kesembuhan menggunakan Al-Qur‟an dapat dilakukan dengan

membaca, berdekatan dengannya, dan mendengarkannya21. Saat

membaca Alquran atau mendengar bacaan Al-Qur‟an, maka yang

membaca atau mendengar terutama disamping sisi orang sakit,

disamping akan memperoleh kesembuhan juga membawa rahmat26.

Penelitian kedokteran Amerika Utara bahwa dengan membaca Al-

Qur‟an atau mendengarkannya dapat mengurangi ketegangan susunan

saraf secara spontan, sehingga lambat laun bagi yang mendengarkan

menjadi tenang, rileks, dan sembuh terhadap keluhan-keluhan fisik [9].

Ayat-ayat suci Al-quran yang dibacakan kepada orang yang sakit

jasmani maka akan mendapat keringanan penyakit. Metode


penyembuhan dengan Al-quran melalui dua cara yaitu membaca atau

mendengarkan dan mengamalkan ajaran-ajarannya21.

Al-quran sebagai penyembuh juga telah dilakukan dan dibuktikan28

bahwa orang membaca Al-Qura‟an atau mendengarkan akan

memberikan perubahan arus listrik diotot, perubahan sirkulasi darah,

perubahan detak jantung dan perubahan kadar darah pada kulit28.

Membaca atau mendengarkan Al-Qura‟an akan memberikan efek

relaksasi, sehingga pembuluh darah nadi dan denyut jantung

mengalami penurunan.

Terapi bacaan Al-Qura‟an ketika diperdengarkan pada orang atau

pasien akan membawa gelombang suara dan mendorong otak untuk

memproduksi zat kimia yang disebut neuropeptide. Molekul ini akan

mempengaruhi reseptor-reseptor didalam tubuh sehingga hasilnya

tubuh merasa nyaman24 menjelaskan dari ilmu kedokteran dan

fisiologi, suara/bacaan ayat-ayat Al-Qur‟an akan berpengaruh sangat

besar terhadap kesehatan tubuh. Penelitian ini didukung oleh FMIPA

UNPAD tahun 2006-2009 bahwa mendengarkan Al-Qur‟an akan

memiliki serangkaian manfaat bagi kesehatan antara lain meredakan

stress, meningkatkan relaksasi, meningkatkan sistem kekebalan tubuh

bagi orang yang membaca atau mendengarkan, sehingga terapi Al-

Qur‟an memberikan efek menakjubkan28. Efek terapi bacaan Al-

Qur‟an sebagai obat penyakit jasmani dan rohani. Beberapa pengaruh

Al-Qur‟an sebagai penyembuh dapat dijelaskan sebagai berikut :


a. Pengaruh bacaan Al-Qur‟an terhadap sel-sel tubuh

Manusia diciptakan Allah SWT dari unsur tanah dan

terbentuk dari sel-sel. Setiap sel bekerja sesuai dengan peran dan

fungsinya[9], sehingga tubuh memiliki keseimbangan yang baik.

Kerusakan salah satu sel tubuh akan menyebabkan

ketidakseimbangan bagi individu atau menimbulkan sakit28

menyatakan bahwa sel tubuh pada manusia sangat dipengaruhi

oleh berbagai hal antara lain ; gelombang cahaya, gelombang

radio, dan gelombang suara. Secara prinsip getaran sel mengikuti

irama dan bentuk tertentu yang dipengaruhi oleh sumber suara.

Suara yang masuk ketelinga akan mempengaruhi sel-sel tubuh

secara kontinu.

Bagian sel tubuh yang sakit, kemudian diperdengarkan

bacaan Al-Quran, akan mempengaruhi gelombang dalam tubuh

dengan cara merespon suara dengan getaran-getaran sinyalnya

dikirimkan ke sistem saraf pusat21. Hal ini didukung Qadri (2005)

bahwa pergerakan sel yang sakit dengan adanya gelombang suara

yang masuk turut memperbaiki sel tubuh dengan cara, suara akan

berinteraksi dengan tubuh sehingga menimbulkan keteraturan. Hal

ini diperkuat oleh penelitin Emoto dari Jepang bahwa 70% bagian

tubuh manusia adalah air dan medan elektromagnetis dan

perubahannya dipengaruhi oleh suara. Suara atau bacaan Al-quran


berpengaruh besar terhadap partikel-partikel air didalam tubuh

sehingga menjadi lebih baik dan meningkatkan kesembuhan.

b. Pengaruh bacaan Al-Qur‟an terhadap Jantung

Menjelaskan bahwa pasien yang menderita penyakit

jantung menunjukkan sistem imunitas yang tinggi, perbaikan

fungsi jantung menjadi lebih cepat sekaligus menurunkan

kekambuhan serangan jantung setelah diperdengarkan suara-suara

musik, dengan demikian bacaan Al-Qur‟an yang diperdengarkan

akan jauh memberikan efek yang baik pada tubuh21.

c. Hubungan bacaan Al-Qur‟an dengan penurunan nyeri

Berdasarkan teori keseimbangan analgesia bahwa

pemberian obat penurun nyeri akan meningkatkan ambang nyeri

sesudah mengkonsumsi, terutama untuk jangka panjang dan

memberi efek mual dan muntah.

Penatalakasanaan nyeri yang mengaktifkan keterlibatan

pasien diperlukan sebagai tindakan non farmakologi adjuvan.

Terapi bacaan Al-Qur‟an yang diperdengarkan melalui tape

recorder akan memberikan efek gelombang suara dan selanjutnya

getaran suara ini akan mampu memberikan perubahan sel-sel

tubuh, sel kulit dan jantung. Getaran ini akan masuk kedalam tubuh

dan mengubah perubahan resonan baik partikel, cairan tubuh.

Getaran resonan akan menstimulasi gelombang otak dan

mengaktifkan jalur pressure nyeri. Jalur ini akan memberikan


blokade neurotransmitter nyeri akan memberikan efek ketenangan

dan mengurangi nyeri akut dan relaksasi.

Berdasarkan penelitian bahwa Al-Qur‟an yang

diperdengarkan akan memberikan efek relaksasi sebesar 65% [9]

Nyeri akut pada tindakan operasi hernia akibat perubahan sel-sel

tubuh baik kulit dan saraf-saraf nyeri (nociceptor stimuli) selama

pembedahan. Upaya dilakukan adalah mengembalikan sel-sel

tersebut melakukan pergerakan dan perubahan melalui stimulasi

gelombang suara.

Pemberian Terapi bacaan Al-Qur‟an terbukti mengaktifan

sel-sel tubuh dengan mengubah getaran suara menjadi gelombang

yang ditangkap oleh tubuh, menurunkan stimuli reseptor nyeri dan

otak terangsang mengeluarkan analgesik opioid natural endogen.

Opioid ini bersifat permanen untuk memblokade nociceptor nyeri.

Bacaan Al-Qur‟an juga memberikan efek distraksi dan relaksasi

pada post operasi sebagaimana terapi musik.


2.3 KERANGKA TEORI

Penyebab lama persalinan : Pencegahan farmakologi

a) Respon stress.
b) Presentasi / posisi janin.
Tingkat nyeri
c) Disproporsi sefalopelvik.
persalinan kala 1
d) Pembatasan mobilitas dan Pencegahan non
postur setengah berbaring. farmakologi Skala insensitas nyeri FPRS :
e) Puasa ketat.
f) Analgesia. 0 = tidak menyakitkan

1 = sedikit menyakitkan
Pemantauan Therapi Musik
2 = lebih menyakitkan
Partograf (Murrotal)
3 = lebih menyakitkan lagi

Bagan 2.1 Kerangka Teori


2.4 VARIABEL PENELITIAN

Variabel Penelitian adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota

suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain 28.

a. Variabel Independent / Variabel Bebas adalah variabel yang bila berubah

dapat mengakibatkan perubahan pada variabel lain. Variabel Independent

pada penelitian ini adalah Therapi Murrotal.

b. Variabel Dependent / Variabel Tergantung adalah variabel penelitian yang

diukur untuk mengetahui besarnya efek atau pengaruh variabel lain.

Variabel Dependent pada penelitian ini adalah tingkat nyeri persalinan.

Variabel Independent Variabel Dependent

Therapi Murrotal Tingkat Nyeri persalinan

Bagan 2.2. Variabel Penelitian

2.5 HIPOTESA PENELITIAN

Hipotesi penelitian adalah pernyataan yang diteriam secara sementara

sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya pada saat fenomena dikenal

dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi 28.

Ha : Ada Perbedaan Tingkat Nyeri persalinan kala 1 dengan status

pemberian terapi murrotal di wilayah Puskesmas karangtengah.

Ho : Tidak Ada perbedaan Tingkat Nyeri persalinan kala 1 dengan status pemberian

terapi murotal di wilayah Puskesmas karangtengah.

57
58

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 JENIS DAN DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode penelitian

kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,

teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,

pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data

bersifat kuantitatif/statistic dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang

telah ditetapkan30.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen semu

(Quasi Eksperiment). Quasi eksperimen sebagai eksperimen yang

memiliki perlakuan pengukuran dampak, unit eksperimen dalam rangka

menyimpulkan perubahan yang disebabkan oleh perlakuan30. Penelitian ini

menggunakan desain penelitian pre test and post test control group30.

Rancangan ini dengan menggunakan dua kelompok. Kelompok

pertama diberi terapi murrotal (Kelompok perlakuan), sedangkan

kelompok kedua sebagai kontrol tidak diberi terapi murrotal dan kedua

kelompok menjalani tes awal dan akhir. Hasil dari penelitian ini adalah

membandingkan antara kelompok yang diberi perlakuan dengan kelompok

kontrol.
59

Bentuk rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Pre nyeri tindakan post nyeri

O1 X1 O1
Kelompok diberi perlakuan

Kelompok tidak diberi perlakuan Pre nyeri post nyeri

O2 O2

Keterangan :

O1 : Observasi tingkat nyeri kala 1 kelompok perlakuan.

O2 : Observasi tingkat nyeri kala 1 kelompok tidak diberi perlakuan

(kelompok kontrol)

X1 : Terapi murrotal

3.2 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

1. Waktu penelitian

Penelitian ini dimulai dari penyusunan proposal sampai dengan

turunnya penelitian yaitu bulan November-Juli 2018.

2. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di BPM wilayah kerja Puskesmas

Karangtengah Demak dengan alasan banyak ibu yang bersalin

mengalami cemas dan takut dalam menghadapi persalinan.


60

3.3 DEFINISI OPERASIONAL

Menurut Sugiyono⦋34⦌, definisi operasional adalah penentuan

konstrak atau sifat yang akan dipelajari sehingga menjadi variabel yang

dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang

digunakan untuk meneliti dan mengoperasikan konstrak, sehingga

memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi

pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara

pengukuran konstrak yang lebih baik.

Tabel 3.1 DefinisiOperasional

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Variabel Terapi bacaan Al Quran Lembar Nominal


Independen yang merupakan terapi observasi
t religi dimana seseorang terapi
dibacakan ayat-ayat Al murrotal
Therapi
Quran yaitu juz 30 sampai
Murrotal
selesai sehingga
memberikan dampak
positif bagi tubuh
seseorang. Terapi
murrotal ini
menggunakan kaset/Mp3
dan didengarkan melalui
tape atau laptop.
Diberikan pada kala 1 fase
aktif persalinan ditandai
dengan mules.

Variabel Nyeri kontraksi uterus yang Lembar Dinyatakan Ordinal


Dependent dapat menyebabkan Observasi dengan tingkat
peningkatan aktifitas saraf Faces Pain nyeri skala FPRS
Tingkat rating 0 = tidak
61

Nyeri simpatis. Diukur pada saat Scales menyakitkan


Persalinan : (FPRS) 1 = sedikit
menyakitkan
Pre : Pembukaan 4-9 cm 2 = lebih
menyakitkan
Post : Pembukaan 10 cm
3 = lebih
menyakitkan lagi
4 = jauh lebih
menyakitkan
5 = benar-benar
menyakitkan
(Wong, 2004)

3.4 POPULASI, SAMPEL DAN TEKNIK SAMPLING

1. Populasi

Menurut Sugiyono30 populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan

diteliti28. Populasi dalam penelitian ini adalah untuk seluruh ibu

bersalin di wilayah kerja Puskesmas Karang Tengah Demak dengan

HPL bulan Juni 2018.

2. Sampel

Menurut Sugiyono10 sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi dan harus bersifat

representatife (mewakili). Sampel inilah yang akan diselidiki dan dari

sampel itu kita dapat mengambil kesimpulan untuk seluruh populasi.

Sedangkan sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi sampel


62

yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada dengan

menggunakan teknik sampling10. Jumlah sampel dalam penelitian ini

adalah ibu bersalin pada HPL bulan Juni yaitu semua ibu hamil di

wilayah Puskesmas Karang Tengah Demak dengan kriterian inklusi

sebagai berikut :

a. Ibu bersalin dengan kehamilan tunggal, presentasi kepala,

kehamilan (36-42 minggu) rencana melahirkan di 3 BPM di

wialayah kerja Puskesmas Karangtengah Demak pada bulan juni

2018.

b. Usia Ibu antara 20-35 tahun

c. Ibu bersalin kala 1 fase aktif

d. Ibu tidak mendapatkan obat-obatan misalnya induksi persalinan.

e. Ibu bersalin mempunyai kemampuan mendengar.

f. Ibu bersalin beragama muslim.

Untuk kriteria ekslusi ditetapkan sebagai berikut :

a. Ibu bersalin yang tiba-tiba terjadi komplikasi saat persalinan.

b. Ibu bersalin datang dengan pembukaan ≥ 4cm.

c. Ibu bersalin yang mengundurkan diri.

3. Besar Sampel

Sampel penelitian ini adalah sampel jenuh, sehingga semua

anggota populasi menjadi sampel. Ibu hamil yang melakukan

persalinan di Puskesmas Karangtengah Demak bulan Juni 2018 dibagi

menjadi 2 kelompok dengan jumlah ibu bersalin sebanyak 40 orang.


63

Sampel kelompok perlakuan sebanyak 20 ibu bersalin dan 20 ibu

bersalin sebagai kelompok kontrol.

4. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah sample random

sampling adalah suatu teknik sampling yang dipilih secara acak. Setiap

unsur populasi harus memiliki kesempatan sama untuk bisa dipilih

menjadi sampel.

3.5 INSTRUMEN PENELITIAN

1. Kaset Murrotal

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data28. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini

adalah kaset Murrotal atau Mp3 Murrotal. Kaset murrotal atau MP3

Murrotal di putar dengan menggunakan Tape atau Laptop.

2. Partograf

Partograf adalah alat untuk memantau kemajuan persalinan dan

membantu petugas kesehatan dalam menentukan keputusan dalam

penatalaksanaan29.

3.6 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data pada penelitian ini Cara pengumpulan data pada

penelitian ini dilakukan dalam prosedur sebagai berikut :


64

1. Setelah mendapatkan surat ijin dari Stikes karya Husada kemudian

peneliti melakukan proses penelitian di tempat peneliti yang diawali

dengan meminta ijin pada kepala Puskesmas Karangtengah Demak.

2. Setelah mendapat ijin, peneliti melakukan studi dokumentasi.

3. Peneliti melakukan pendekatan dengan responden dan menjelaskan

tujuan, manfaat, peran serta responden dan hak responden dan bila

bersedia responden dminta menandatangani inform consent.

4. Proses pengambilan data dibantu oleh eumerator yakni bidan yang

menangani proses persalinan di wilayah Puskesmas Karangtengah

Demak.

5. Untuk mengetahui lama persalinan didapat dari enumerator dan data

partograf pasien.

3.7 PENGOLAHAN DATA

Sebelum dilakukan pengolahan data tersebut dilakukan penelitian sebagai

berikut :

1. Editing

Peneliti melakukan pengecekan kelengkapan data / daftar

pertanyaan yang akan diberikan responden. Apabila data / pertanyaan

belum lengkap maka responden disuruh melengkapi data / pertanyaan.

2. Coding

Setelah semua lembar observasi diedit atau disunting, selanjutnya

dilakukan peng”kodean” atau ”coding”, yakni mengubah data


65

berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

Codingatau pemberian kode ini sangat berguna dalam memasukkan

data (data entry).

a. Terapi Murrotal

1) Tidak diberi terapi murrotal diberi kode 0

2) Diberi terapi mmurrotal diberi kode 1

b. Nyeri Persalinan

Skala nyeri FPRS 0 diberi kode ”0”, data 1 diberikan kode 1”, data 2

diberikan kode ”2”, data 3 diberikan kode ”3”, data 4 diberikan kode ”4”,

data 5 diberikan kode ”5”.

3. Processing/Entry

Setelah semua lembar observasi terisi penuh dan sudah dilakukan

pengkodean, maka langkah pengolahan selanjutnya adalah memproses

data agar dapat dianalisis. Pemrosesan data yang dilakukan dengan

cara meng-entry data dari kuesioner ke program komputer

menggunakan SPSS tahun 2017.

4. Cleaning data

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 JENIS DAN DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode penelitian

kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat


66

positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,

teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,

pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data

bersifat kuantitatif/statistic dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang

telah ditetapkan30.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen semu

(Quasi Eksperiment). Quasi eksperimen sebagai eksperimen yang

memiliki perlakuan pengukuran dampak, unit eksperimen dalam rangka

menyimpulkan perubahan yang disebabkan oleh perlakuan30. Penelitian ini

menggunakan desain penelitian pre test and post test control group30.

Rancangan ini dengan menggunakan dua kelompok. Kelompok

pertama diberi terapi murrotal (Kelompok perlakuan), sedangkan

kelompok kedua sebagai kontrol tidak diberi terapi murrotal dan kedua

kelompok menjalani tes awal dan akhir. Hasil dari penelitian ini adalah

membandingkan antara kelompok yang diberi perlakuan dengan kelompok

kontrol.

Bentuk rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Pre nyeri tindakan post nyeri

O1 X1 O1
Kelompok diberi perlakuan

Kelompok tidak diberi perlakuan Pre nyeri post nyeri

O2 O2

Keterangan :
67

O1 : Observasi tingkat nyeri kala 1 kelompok perlakuan.

O2 : Observasi tingkat nyeri kala 1 kelompok tidak diberi perlakuan

(kelompok kontrol)

X1 : Terapi murrotal

3.2 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

3. Waktu penelitian

Penelitian ini dimulai dari penyusunan proposal sampai dengan

turunnya penelitian yaitu bulan November-Juli 2018.

4. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di BPM wilayah kerja Puskesmas

Karangtengah Demak dengan alasan banyak ibu yang bersalin

mengalami cemas dan takut dalam menghadapi persalinan.

3.3 DEFINISI OPERASIONAL

Menurut Sugiyono⦋34⦌, definisi operasional adalah penentuan

konstrak atau sifat yang akan dipelajari sehingga menjadi variabel yang

dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang

digunakan untuk meneliti dan mengoperasikan konstrak, sehingga

memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi


68

pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara

pengukuran konstrak yang lebih baik.

Tabel 3.1 DefinisiOperasional

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Variabel Terapi bacaan Al Quran Lembar Nominal


Independen yang merupakan terapi observasi
t religi dimana seseorang terapi
dibacakan ayat-ayat Al murrotal
Therapi
Quran yaitu juz 30 sampai
Murrotal
selesai sehingga
memberikan dampak
positif bagi tubuh
seseorang. Terapi
murrotal ini
menggunakan kaset/Mp3
dan didengarkan melalui
tape atau laptop.
Diberikan pada kala 1 fase
aktif persalinan ditandai
dengan mules.

Variabel Nyeri kontraksi uterus yang Lembar Dinyatakan Ordinal


Dependent dapat menyebabkan Observasi dengan tingkat
peningkatan aktifitas saraf Faces Pain nyeri skala FPRS
Tingkat simpatis. Diukur pada saat rating 0 = tidak
Nyeri : Scales menyakitkan
Persalinan (FPRS) 1 = sedikit
Pre : Pembukaan 4-9 cm menyakitkan
2 = lebih
Post : Pembukaan 10 cm menyakitkan
3 = lebih
menyakitkan lagi
4 = jauh lebih
menyakitkan
5 = benar-benar
menyakitkan
(Wong, 2004)
69

3.4 POPULASI, SAMPEL DAN TEKNIK SAMPLING

5. Populasi

Menurut Sugiyono30 populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan

diteliti28. Populasi dalam penelitian ini adalah untuk seluruh ibu

bersalin di wilayah kerja Puskesmas Karang Tengah Demak dengan

HPL bulan Juni 2018.

6. Sampel

Menurut Sugiyono10 sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi dan harus bersifat

representatife (mewakili). Sampel inilah yang akan diselidiki dan dari

sampel itu kita dapat mengambil kesimpulan untuk seluruh populasi.

Sedangkan sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi sampel

yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada dengan

menggunakan teknik sampling10. Jumlah sampel dalam penelitian ini

adalah ibu bersalin pada HPL bulan Juni yaitu semua ibu hamil di

wilayah Puskesmas Karang Tengah Demak dengan kriterian inklusi

sebagai berikut :

g. Ibu bersalin dengan kehamilan tunggal, presentasi kepala,

kehamilan (36-42 minggu) rencana melahirkan di 3 BPM di


70

wialayah kerja Puskesmas Karangtengah Demak pada bulan juni

2018.

h. Usia Ibu antara 20-35 tahun

i. Ibu bersalin kala 1 fase aktif

j. Ibu tidak mendapatkan obat-obatan misalnya induksi persalinan.

k. Ibu bersalin mempunyai kemampuan mendengar.

l. Ibu bersalin beragama muslim.

Untuk kriteria ekslusi ditetapkan sebagai berikut :

d. Ibu bersalin yang tiba-tiba terjadi komplikasi saat persalinan.

e. Ibu bersalin datang dengan pembukaan ≥ 4cm.

f. Ibu bersalin yang mengundurkan diri.

7. Besar Sampel

Sampel penelitian ini adalah sampel jenuh, sehingga semua

anggota populasi menjadi sampel. Ibu hamil yang melakukan

persalinan di Puskesmas Karangtengah Demak bulan Juni 2018 dibagi

menjadi 2 kelompok dengan jumlah ibu bersalin sebanyak 40 orang.

Sampel kelompok perlakuan sebanyak 20 ibu bersalin dan 20 ibu

bersalin sebagai kelompok kontrol.

8. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah sample random

sampling adalah suatu teknik sampling yang dipilih secara acak. Setiap

unsur populasi harus memiliki kesempatan sama untuk bisa dipilih

menjadi sampel.
71

3.5 INSTRUMEN PENELITIAN

3. Kaset Murrotal

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data28. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini

adalah kaset Murrotal atau Mp3 Murrotal. Kaset murrotal atau MP3

Murrotal di putar dengan menggunakan Tape atau Laptop.

4. Partograf

Partograf adalah alat untuk memantau kemajuan persalinan dan

membantu petugas kesehatan dalam menentukan keputusan dalam

penatalaksanaan29.

3.6 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data pada penelitian ini Cara pengumpulan data pada

penelitian ini dilakukan dalam prosedur sebagai berikut :

1. Setelah mendapatkan surat ijin dari Stikes karya Husada kemudian

peneliti melakukan proses penelitian di tempat peneliti yang diawali

dengan meminta ijin pada kepala Puskesmas Karangtengah Demak.

2. Setelah mendapat ijin, peneliti melakukan studi dokumentasi.

3. Peneliti melakukan pendekatan dengan responden dan menjelaskan

tujuan, manfaat, peran serta responden dan hak responden dan bila

bersedia responden dminta menandatangani inform consent.


72

4. Proses pengambilan data dibantu oleh eumerator yakni bidan yang

menangani proses persalinan di wilayah Puskesmas Karangtengah

Demak.

5. Untuk mengetahui lama persalinan didapat dari enumerator dan data

partograf pasien.

3.7 PENGOLAHAN DATA

Sebelum dilakukan pengolahan data tersebut dilakukan penelitian sebagai

berikut :

1. Editing

Peneliti melakukan pengecekan kelengkapan data / daftar

pertanyaan yang akan diberikan responden. Apabila data / pertanyaan

belum lengkap maka responden disuruh melengkapi data / pertanyaan.

2. Coding

Setelah semua lembar observasi diedit atau disunting, selanjutnya

dilakukan peng”kodean” atau ”coding”, yakni mengubah data

berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

Codingatau pemberian kode ini sangat berguna dalam memasukkan

data (data entry).

1. Terapi Murrotal

a. Tidak diberi terapi murrotal diberi kode 0

b. Diberi terapi mmurrotal diberi kode 1


73

2. Nyeri Persalinan

Skala nyeri FPRS 0 diberi kode ”0”, data 1 diberikan kode

1”, data 2 diberikan kode ”2”, data 3 diberikan kode ”3”, data 4

diberikan kode ”4”, data 5 diberikan kode ”5”.

3. Processing/Entry

Setelah semua lembar observasi terisi penuh dan sudah dilakukan

pengkodean, maka langkah pengolahan selanjutnya adalah memproses

data agar dapat dianalisis. Pemrosesan data yang dilakukan dengan

cara meng-entry data dari kuesioner ke program komputer

menggunakan SPSS tahun 2017.

4. Cleaning data

Cleaning data merupakan proses pengecekan kembali data-data

yang telah dimasukkan untuk melihat ada tidaknya kesalahan, terutama

kesesuaian pengkodean yang dilakukan. Kesalahan mungkin terjadi

pada saat meng-entri data ke komputer.

5. Tabulasi

Tabulasi adalah pengelompokan data sesuai dengan tujuan

penelitian kemudian dimasukkan dalam tabel yang sudah disiapkan.

3.8 ANALISIS DATA

1. Analisis Univariat

Untuk mendeskripsikan distribusi karakteriktik ibu bersalin yang

disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

2. Anlisis Bivariat
74

Analisa data bivariat adalah analisa yang dilakukan lebih dari dua

variabel. Analisis ini digunakan untuk mendapatkan variabel bebas

(Terapi Murrotal) dan variabel terikat ( tingkat nyeri persalinan).

Untuk mengetahui pengaruh terapi murrotal terhadap tingkat nyeri

persalinan kala 1 fase aktif dan menggunakan uji statistik T-

independent t-test. Langkah-langkah untuk melakukan uji T-

independent t –test adalah sebagai berikut :

a. Melakukan uji normalitas data dengan Saphiro Wilk karena sampel

kurang dari 50 orang.

b. Bila data berdistribusi normal (p value> 0,05) maka menggunakan

T-independent t-test.

c. Bila data berdistribusi tidak normal (p value< 0,05) maka

menggunakan uji Mann Whitney.

Jika p value ≤ 0,05 maka Ha diterima, berarti ada pengaruh terapi

murrotal terhadap tingkat nyeri persalinan kala 1 fase aktif. Jika p value ≥

0,05 maka Ho ditolak, berarti tidak ada pengaruh terapi murrotal terhadap

tingkat nyeri persalinan kala 1 fase aktif.

3.9 ETIKA PENELITIAN

Masalah penelitian kebidanan merupakan masalah yang sangat penting

dalam penelitian, mengingat penelitian kebidanan berhubungan langsung

dengan manusia. Maka segi etika penelitian harus diperhatikan.

Menurut Hidayat 2010 etika penelitian adalah sebagai berikut :


75

1. Inform Consent

Sebelum pelaksanna penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan

inform consent artinya responden terlibat dalam penelitian bukan

karena paksaan. Peneliti menyampaikan keterlibatan responden dalam

penelitian.

2. Privacy

Peneliti menjamin kerahasiaan responden karena data dan keterangan

yang diberikan merupakan kerahasiaan responden.

3. Anonimity

Pengisian responden tanpa mencantumkan nama responden

(Anonimity) pengisian dialakukan dengan memberikan nomor/kode.

4. Confidentialy (Kerahasiaan)

Kerahasiaan ibu dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu

saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset.


76

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2017 sampai Juli 2018 pada

semua ibu hamil yang mengalami persalinan di 3 BPM di wilayah Puskesmas

Karangtengah Demak yang melahirkan secara normal yaitu sebanyak 40 orang

dengan kriteria 20 kelompok ibu hamil hendak bersalin tidak diberi terapi murrotal

dan 20 kelompok ibu hamil hendak bersalin diberi terapi murrotal. Berikut ini adalah

hasil penelitian :

4.1.1 Perubahan Tingkat Nyeri Persalinan pada Kelompok yang Diberi Terapi

Murrotal

1. Tingkat Nyeri Persalinan pre (pembukaan 4-9 cm) pada Kelompok

yang diberi Terapi Murrotal

Tabel 4.1 Tingkat Nyeri Persalinan pre (pembukaan 4-9 cm) pada

Kelompok yang diberi Terapi Murrotal

Sum of
Nilai P
N Median Min Max Mean Ranks

Tingkat Nyeri 20 2 3 4 0,00 0,00 0,007


Pre
77

Bahwa pada kelompok yang diberi terapi murrotal, (pre)

mayoritas kategori tingkat nyeri lebih menyakitkan yaitu 13 orang

(65%). Pada saat (pre), tingkat nyeri paling tinggi adalah skor 4

(jauh lebih menyakitkan) dan paling rendah adalah skor 2 (lebih

menyakitkan).

2. Tingkat Nyeri Persalinan post (pembukaan 10 cm) pada Kelompok

yang diberi Terapi Murrotal

Tabel 4.2 Tingkat Nyeri Persalinan post (pembukaan 10 cm) pada

Kelompok yang diberi Terapi Murrotal

Sum of
Nilai P
N Median Min Max Mean Ranks

Tingkat Nyeri
Post 20 1 1 3 4,50 36,00 0,007

Dapat diketahui, (post) mayoritas kategori tingkat nyeri sedikit

menyakitkan yaitu 10 orang (50%). Sedangkan pada saat (post),

tinfkat nyeri paling tinggi adalah skor 3 (lebih menyakitkan lagi),

dan paling rendah adalah skor 1 (sedikit menyakitkan).

Uji Wilcoxon menghasilkan nilai p < 0,05 menyimpulkan bahwa

secara statistic terdapat perbedaan tingkat nyeri yang bermakna anatara

(pre) dan (post) pada kelompok yang diberi terapi murrotal. Dapat
78

disimpulkan bahwa terjadi penurunan tingkat nyeri persalinan pada

kelompok yang diberi terapi murrotal.

4.1.2 Perubahan Tingkat Nyeri Persalinan pada Kelompok yang Tidak Diberi

Terapi Murrotal

1. Tingkat Nyeri Persalinan pre (pembukaan 4-9 cm) pada

Kelompok yang Tidak Diberi Terapi Murrotal

Tabel 4.3 Tingkat Nyeri Persalinan pre (pembukaan 4-9 cm) pada

Kelompok yang tidak diberi Terapi Murrotal

Sum of
Nilai P
N Median Min Max Mean Ranks

Tingkat Nyeri
Pre 20 2 2 4 5,00 45,00 0,007

Dapat diketahui bahwa pada kelompok yang tidak diberi

terapi murrotal, (pre) mayoritas kategori tingkat nyeri skor 2

(lebih menyakitkan) yaitu 14 orang (70%). Pada saat (pre),

tingkat nyeri paling tinggi adalah skor 4 (jauh lebih

menyakitkan).

2. Tingkat Nyeri Persalinan post (pembukaan 10 cm) pada

Kelompok yang Tidak Diberi Terapi Murrotal


79

Tabel 4.4 Tingkat Nyeri Persalinan post (pembukaan 10 cm)

pada Kelompok yang tidak diberi Terapi Murrotal

Sum of
Nilai P
N Median Min Max Mean Ranks

Tingkat Nyeri
Post 20 3 2 5 0,00 0,00 0,007

Dapat diketahui (post) mayoritas kategori tingkat nyeri skor

4 (jauh lebih menyakitkan) yaitu 7 orang (35%). Pada saat

(post), tinfkat nyeri paling tinggi adalah skor 5 (benar-benar

menyakitkan), danpaling rendah adalah skor 2 (lebih

menyakitkan).

Uji Wilcoxon menghasilkan nilai p < 0,05 menyimpulkan bahwa

secara statistic terdapat perbedaan tingkat nyeri yang bermakna antara

(pre) dan (post) pada kelompok yang tidak diberi terapi murrotal. Dapat

disimpulkan bahwa terjadi peningkatan tingkat nyeri persalinan pada

kelompok yang tidak diberi terapi murotal.

4.1.3 Perbedaan Perubahan Kelompok yang Diberi Terapi Murrotal dan

Kelompok yang Tidak Diberi Terapi Murrotal

Tabel 4.6 Uji Mann-Whiney Tingkat Nyeri (Pre) Kelompok yang Diberi

Terapi Murrotal dengan Kelompok yang Tidak Diberi Terapi

Murrotal
80

Mea
N Sum of Ranks Nilai P
n

Diberi Terapi Murrotal 20 10,00 90,00 0,609

Tidak Diberi Terapi Murrotal 20 9,00 81,00

Total 40

Dari Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa kelompok yang diberi terapi

murrotal, terdapat 13 subjek atau 65% mengalami tingkat nyeri (pre) skor

2 (lebih menyakitkan), dan 5 subjek atau 25% mengalami tingkat nyeri

(pre) skor 3 (lebih menyakitkan lagi) dan 2 subjek atau 10% mengalami

jauh lebih menyakitkan. Pada kelompok yang tidak diberi terapi murotal,

terdapat 14 subjek (70%) mengalami tingkat nyeri (pre) skor 2 (lebih

menyakitkan), 4 subjek atau 20% mengalami tingkat nyeri (pre) skor 3

(lebih menyakitkan lagi dan 2 subjek atau 10% mengalami tingkat nyeri

(pre) skor 4 (jauh lebih menyakitkan.

Uji mann-whitney menghasilkan nilai p > 0,05 menyimpulkan bahwa

secara statistic tidak terdapat perbedaan tingkat nyeri (pre) yang

bermakna antara kelompok yang diberi terapi murotal dan kelompok

yang tidak diberi terapi murrotal.

4.1.4 Perbedaan Perubahan Kelompok yang Diberi Terapi Murrotal dan

Kelompok yang Tidak Diberi Terapi Murrotal


81

Tabel 4.7 Uji Mann-Whitney Nyeri (Post) Kelompok yang Diberikan Terapi

Murrotal dengan Kelompok yang Tidak Diberi Terapi

Murrotal

Mea
N Sum of Ranks Nilai P
n

Diberi Terapi Murrotal 20 5,11 46,00 0,000

Tidak Diberi Terapi Murrotal 20 13,89 126,00

Total 40

Dari Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa kelompok yang diberi terapi

murrotal, terdapat 10 subjek atau 50% mengalami tingkat nyeri (post)

skor 1 (sedikit menyakitkan), 6 subjek atau 30% mengalami tingkat nyeri

(post) skor 2 (lebih menyakitkan) dan 4 subjek atau 20% mengalami

tingkat nyeri post skor 3 (lebih menyakitkan lagi). Pada kelompok yang

tidak diberi terapi murrotal terdapat 4 subjek atau 20% mengalami

tingkat nyeri (post) skor 2, terdapat 6 subjek atau 30% mengalami tingkat

nyeri (post) skor 3 (lebih menyakitkan lagi), 7 subjek atau 35% mengalami

tingkat nyeri (post) skor 4 (jauh lebih menyakitkan) dan 3 subjek

mengalami tingkat nyeri (post) skor 5 (benar-benar menyakitkan).

Uji mann-whitney menghasilkan nilai p < 0,05 menyimpulkan bahwa

secara statistic terdapat perbedaan tingkat nyeri (post) yang bermakna

antara kelompok yang diberikan terapi murrotal dan kelompok yang tidak

diberi terapi murotal.


82

4.2 PEMBAHASAN

Penelitian ini terdapat 40 orang ibu bersalin yang dibagi menjadi 2

kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 20 orang. Pemberian terapi

murotal pada kala 1 (pembukaan 4-10 cm). karakteristik responden

kebanyakan berumur 17-25 tahun, berpendidikan Diploma atau Perguruan

Tinggi dan bekerja.

Perubahan tingkat nyeri pada (pre) dan (post) pada kelompok yang

diberi terapi murotal adalah tingkat nyeri (pre) lebih tinggi dari pada tingkat

nyeri (post). Pada saat (pre) tingkat nyeri paling tinggi adalah jauh

menyakitkan lagi, paling rendah adalah lebih menyakitkan. Sedangkan pada

saat (post) tingkat nyeri paling tinggi adalah lebih menyakitkan lagi dan paling

rendah adalah sedikit menyakitkan (Tabel 4.2)

Berdasarkan hasil uji Wilcoxon pada kelompok yang diberi terapi

murrotal diperoleh nilai p = 0,007 yang lebih kecil dari α = 0,05 dengan

demikian terdapat perbedaan tingkat nyeri (pre) dan (post) pada kelompok

yang diberi terapi murotal. Dari data tersebut menunujukkan bahwa rata-rata

nyeri persalinan kala 1 setelah diberi terapi murrotal adalah nyeri ringan. Hal

tersebut mungkin ibu lebih rileks setelah diberi terapi murrotal sehingga

menurunkan intensitas nyeri persalinan kala 1.

Terapi murotal diberikan pada (pre) dan (post) terdapat 20 orang, 15

orang mengalami penurunan tingkat nyeri. Namun ada 5 orang yang tidak

mengalami perubahan tingkat nyeri setelah dilakukan terapi murrotal. Ibu


83

yang tanpa perubahan tingkat nyeri ini tampak cemas. Dari anamesis yang

dilakukan peneliti, 3 ibu melakukan persalinan tanpa didampingi oleh suami,

karena suami sedang bekerja di luar pulau dan 2 ibu lainnya dikarenakan umur

ibu < 20 tahun. Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Maghfuroh (2012) yang berjudul “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan

Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif” menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan nyeri persalinan antara ibu yang memiliki usia high risk (usia

˂20 dan usia >35) dibandingkan dengan ibu yang memiliki usia low risk. Hal

ini sesuai pula dengan teori Melzack dalam (Ciwik, 2015), yang menyatakan

bahwa usia mempengaruhi derajat nyeri persalinan, semakin muda usia

ibu (˂ 20 tahun) maka akan semakin nyeri apabila dibandingkan dengan

usia ibu yang lebih tua.

Membaca atau mendengarkan Al-Qur’an akan memberikan efek

relaksasi, sehingga pembuluh darah nadi dan denyut jantung mengalami

penurunan. Terapi bacaan Al-Qur’an ketika diperdengarkan pada orang

atau pasien akan membawa gelombang suara dan mendorong otak untuk

memproduksi zat kimia yang disebut neuropeptide. Molekul ini akan

memengaruhi reseptor didalam tubuh sehingga hasilnya tubuh merasa

nyaman.27

Lantunan Al-Qur’an yang terdapat dalam terapi murottal dapat

menurunkan hormon-hormon stress, mengaktifkan hormon endorfin

alami, meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa


84

takut, cemas dan tegang, memperbaki sistem kimia tubuh sehingga

menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan,detak

jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak.33

Hasil penelitian ini juga diperkuat dengan adanya hasil penelitian

yang dilakukan oleh Hofiah (2015) dengan hasil ada perbedaan skala nyeri

sebelum dan setelah perlakuan lantunan surat Ar-rahman di BPM

Munawaroh Amd, Keb di Desa Pandan kec. Pacet Kab.Mojokerto. Hasil uji

mann whithny diperoleh nilai Zhitung sebesar -3,148 > Ztabel -1,736 dan

tingkat signifikan mencapai nilai 0,002 < α 0,05 berarti H1 diterima dan Ho

ditolak. Selain itu terdapat penelitian lain yang mendukung pada penelitian

ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Rochany (2015) dengan judul

“Perbedaan Terapi Murottal dan Terapi Musik Klasik Terhadap Kecemasan

Menghadapi Persalinan” dengan hasil bahwa pemberian terapi murottal

Al-Qur’an lebih efektif dalam menurunkan tingkat kecemasan ibu hamil

primigravida trimester III dalam menghadapi persalinan dibandingkan

musik klasik Mozart.

Selain itu, hal tersebut juga diungkapkan oleh Asti (2009) yang

sependapat bahwa murottal mampu memacu sistem saraf parasimpatis

yang mempunyai efek berlawanan dengan sistem saraf simpatis, sehingga

terjadi keseimbangan pada kedua sistem saraf autonom tersebut. Hal

inilah yang menjadi dasar dari timbulnya respon relaksasi, yaitu terjadi

keseimbangan antara sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis.


85

Adanya terapi murottal maka munculah kualitas kesadaran seseorang

terhadap Tuhan akan meningkat, baik orang tersebut mengetahui arti Al-

Qur’an atau tidak.34

Hal tersebut didukung oleh pendapat Mac Gregor (2001) yang

mengatakan bahwa kualitas kesadaran seseorang pada saat

mendengarkan Al-Qur’an akan menumbuhkan rasa percaya dan pasrah

atas kehendak yang Allah berikan. Selain itu, Krishna (2001) juga

mengatakan rasa pasrah yang dirasakan oleh responden dapat

menimbulkan rasa tenang, sehingga responden mampu berfikir dengan

jernih yang akan membentuk koping yang baik dan akan berdampak positif

bagi ibu maupun janin (Septiyaningsih, 2015).


BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian mengenai pebedaan tingkat nyeri persalinan kala 1 dengan

status pembeian terapi murottal di wilayah Puskesmas karangtengah Demak tahun 2018

daat diambil kesimpulan sebahai berikut :

1. Kelompok ibu bersalin yang diberi terapi murrotal sebagian besar (post)

mengalami tingkat nyeri kategori sedikit menyakitkan sedangkan pada (pre)

dengan aktegori tingkat nyeri lebih menyakitkan.

2. Kelompok ibu bersalin yang tidak diberikan terapi murrotal, sebagian besar

(post) mengalami kategori tingkat nyeri jauh lebih menyakitkan, sedangkan

pada (pre) dengan kategori tingkat nyeri lebih menyakitkan.

3. Terdapat perbedaan tingkat nyeri persalinan yang signifikan antara kelompok

yang diberikan terapi murrotal dengan kelompok tidak diberi terapi murrotal

dengan p value < α (0,05).


5.2 SARAN

Sehubungan dengan hasil penelitian yang ditemukan, maka terdapat beberapa saran

peneliti yaitu :

1. Bagi Profesi Bidan

Bidan bisa menggunakan terapi-terapi relaksasi untuk menurunan tingkat

nyeri pada pasien yang merasa cemas, takut, khawatir pada saat persalinan dengan

menggunakan terapi musik murrotal salah satunya.

2. Bagi Akademis dan Bidang Ilmu Terkait

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan

peningkaan pelayanan kesehatan tentang pemberian teknik relaksasi muotal

alqur’an untuk menurunkan intensitas skala nyeri persalinan kala 1.

3. Bagi Pengguna

Bisa diterapkan ditempat praktek / BPM pada ibu yang akan bersalin dengan

memberikan terapi musik murrotal sehingga dapat mengurangi nyeri pada saat

persalinan.aman dalam melakukan penelitian tentang pebedaan nyeri persalinan kala

1 dengan status pemberian terapi murrotal.


KUESIONER PENELITIAN

A. KUESIONER DATA DEMOGRAFI

Petunjuk :

Berilah tanda ( ) pada kotak pilihan yang sesuai dengan jawaban responden.

1. Usia : ……………. Tahun

2. Pendidikan : …………….

3. Pekerjaan : ……………..
LEMBAR OBSERVASI

A. Lembar Observasi Hasil Pengukuran Tingkat Nyeri pada Ibu Bersalin dengan Faces

Pain Rating Scale (FPRS)

Petunjuk :

Lingkarilah nomor/skala yang sesuai dengan nyeri yang dirasakan

Keterangan :

Skala Tingkat Nyeri Penjelasan


0 Tidak menyakitkan Respsonden masih mampu berkomunikasi
aktif, tersenyum/ bercanda,ceria
menyambut kelahiran bayinya
1 Sedikit menyakitkan Responden masih bisa berkomunikasi
aktif tetapi keceriaan menurun terutama
pada saat kontraksi uterus dengan
menunjukkan ekspresi sedikit menangis
sambil memgangi perut yang sedang
kontraksi
2 Lebih menyakitkan Kemampuan berkomunikasi aktif
menurun karena ada fase menahan nyeri
yaitu hanya bicara bila ditanya atau di
ajak bicara, wajah mulau menunjukkan
ekspresi nyeri yaitu menangis yang
disertai cemas saat kontraksi uterus,
memegangi perut yang berkontraksi
sambil mengeliat
3 Lebih menyakitkan lagi Malas berkomunikasi walaupun hanya
sekedar menjawab pertanyaan, ekspresi
nyeri dengan meringis tampak jelas
sambil dahi berkerut keras, mengeluarkan
suara tanda nyeri (aduh-aduh) sambil
memgangi perut pinggang secara tidak
menentu tampak cemas ingin selalu
ditemani bidan atau suami, terdengar
mulut suara tangis merintih
4 Jauh lebih menyakitkan Menolak atau tidak mampu komunikasi
walau hanya sekedar menjawab
pertanyaan, gelisah, gerakan tangan tidak
menentu tanda menahan pada daerah yang
dirasa nyeri (perut punggung) tubuh
berbolak balik
5 Benar-benar menyakitkan Menangis berteriak, gerakan tubuh
(tangan, kaki, dan badan) tidak terkontrol
DAFTAR PUSTAKA

⦋1⦌ Kurniasih, D.(2004). Menghadapi Rasa Nyeri.from :http://www.tabloid

nakita.com/khasanah 060302-06.htm:diunduh pada tanggal 11 Januari 2018

⦋2⦌ Danuatmaja, B. dan Meiliasari, M. (2008). Persalinan Normal Tanpa Rasa

Sakit. Jakarta: Puspa Swara

⦋3⦌ Wiknjosastro, Hanifa.2009.Ilmu Kebidanan.Jakrta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

⦋4⦌ Handerson, C., Jones, K. 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta, EGC

⦋5⦌ Remolda, P.2009. Pengaruh Al-Qur’an pada Manusia dalam Perspektif

Fisiologi dan Psikologi.http://www.theedc.com

⦋6⦌ Purna. (2006). Murrotal. ⦋Versi Elektronik⦌. ⦋Diakses tanggal 13 januari 2018⦌.

Avaliable from:http;//www.purna.wordpress.com

⦋7⦌ Heru. (2008). Ruqiah Syar’i Berlandaskan kearifan local. ⦋Versi Elektronik⦌.

⦋Diakses tanggal 13 januari 2018⦌ .Avaliable from: http:// www. Trainermuslim.

com/feed/rss

⦋8⦌ Suparyanto.2011. wanita Usia Subur. Wordpress.Com Diakses tanggal

14 Januari 2018

⦋9⦌ Lowdermilk, Perry, & bobak, 2005:pillitery, 2013 ladewing et al, 2013.

Keperawatann Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC

⦋10⦌ Manuaba, dkk. (2008). Buku Ajar Patalogi Obstetri Untuk Mahasiswa

Kebidanan. Cetakan I. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

⦋11⦌ Purwaningsih, W.2010. Asuhan keperawatan Maternitas. Yogyakarta:ISBN

⦋12⦌ Sofian, Amru.2012.Rustam Mukhtar Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC


⦋13⦌ Sondakh, Jenny J.S.2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru

Lahir.Jakarta: Erlangga

⦋14⦌ Uliah dan Hidayat. (2015). Keterampilan Dasar Praktik Klinik Untuk

Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

⦋15⦌ Chapman, Vicky.(2006). Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran, Jakarta:

EGC

⦋16⦌ Siswosudarmo, R. (2008). Obstetri Fisiologi Yogyakarta: Pustaka Cendekia

⦋17⦌ Varney, Helen.2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: Buku

Kedokteran EGC

⦋18⦌ Andarmoyo, S. (2013). Konsep dan proses Keperawatan Nyeri, Ar-Ruzz:

Yogyakarta

⦋19⦌ Elzaky Jamal. (2011). Buku Induk Mukjizat Kesehatan Ibadah, Jakarta:

Penerbit

⦋20⦌ Hawari, D. (2008). Manajemen Stress, Cemas, dan Depresi. Jakarta : Balai

Penerbit FKUI.

⦋21⦌ Ma’mun,M.R (2012). Sehat Dengan Medikasi/membaca Alqur’an. Diakses

dari http://mitradjaya.com/sehat-dengan -medikasi-baca-al-qur’an/

diunduh tanggal 14 Februari 2018

⦋22⦌ Izzat, A.M. & “Arif, M. (201). Terapi Ayat Alqur’an Untuk Kesehatan : Keajaiban

Alqur’an Menyembuhkan Penyakit.Solo: Kafilah Publishing.

⦋23⦌ Kementrian Agama. (2011). Al-Qur’an dan Tarjemahnya. Semarang: TOHA.

⦋24⦌ Ustadz Mustamir.Pedak, S.Ked. (2009). Mukjizat Terapi Qur’an Untuk Hidup

Sukses. Jakarta: Wahyumedi


⦋25⦌ Alkahel, A. (2011). Al-Quran's The Healing. Jakarta: Tarbawi Press.

⦋26⦌ Cuningham, F.Gary.2012. Obstetri Williams. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

⦋27⦌ Handayani, R. (2014). Pengaruh Terapi Murotal Al-Quran untuk Penurunan Nyeri

Persalinan dan Kecemasan pada Ibu Bersalin Kala 1 Fase Aktif. Bidan Prada :

Jurnal Ilmiah Kebidanan. Vol 5 No 2.

⦋28⦌ Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

⦋29⦌Saifuddin, A.B.2012. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal

Dan Neonatal. Jakarta. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

⦋30⦌ Sugiyono. (2015). Stastika untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung . (2011).

Metode Penelitian Pendidikan ( Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.

Bandung: Alfabeta.

[31] Melzack R. (2009). Pain and stress : clues toward understanding chronic pain.
Phychology IUPsyS Global Resource ). http://e-
book.lib.stju.edu/iupsys/proc/mont2/mpv2/mpv2ch03.html

[32] Bobak, Irene.M.,Lowdermilk., and Jensen.2004. Buku Ajar Keperawatan


Maternitas.Edisi 4.Jakarta :EGC

[33] Adam,J.,J.M.L Umboh (2015). Hubungan antara umur dan parietas dan
pendampingan suami dengan intensitas nyeri persalinan kala 1 fase aktif
deselerasi ruang bersalin RSUD Prof.dr.H.Aloei saboe kota gorontalo.
Manado: artikel penelitian. Diunduh tanggal 01 desember 2017 jam 11.18 Wib
di www.ejournal.unsrat.ac.id

[34] Yolanda,D & Widyanti, Y. 2015. Pengaruh terapi murottal terhadap penurunan
nyeri persalinan pada primigravida di BPS Netti Rustam,Amd.Keb Padang
Panjang Tahun 2015
LAMPIRAN
KUESIONER PENELITIAN

A. KUESIONER DATA DEMOGRAFI

Petunjuk :

Berilah tanda ( ) pada kotak pilihan yang sesuai dengan jawaban responden.

1. Usia : ……………. Tahun

2. Pendidikan : …………….

3. Pekerjaan : ……………..
LEMBAR OBSERVASI

A. Lembar Observasi Hasil Pengukuran Tingkat Nyeri pada Ibu Bersalin dengan Faces

Pain Rating Scale (FPRS)

Petunjuk :

Lingkarilah nomor/skala yang sesuai dengan nyeri yang dirasakan

Keterangan :

Skala Tingkat Nyeri Penjelasan


0 Tidak menyakitkan Respsonden masih mampu berkomunikasi
aktif, tersenyum/ bercanda,ceria
menyambut kelahiran bayinya
1 Sedikit menyakitkan Responden masih bisa berkomunikasi
aktif tetapi keceriaan menurun terutama
pada saat kontraksi uterus dengan
menunjukkan ekspresi sedikit menangis
sambil memgangi perut yang sedang
kontraksi
2 Lebih menyakitkan Kemampuan berkomunikasi aktif
menurun karena ada fase menahan nyeri
yaitu hanya bicara bila ditanya atau di
ajak bicara, wajah mulau menunjukkan
ekspresi nyeri yaitu menangis yang
disertai cemas saat kontraksi uterus,
memegangi perut yang berkontraksi
sambil mengeliat
3 Lebih menyakitkan lagi Malas berkomunikasi walaupun hanya
sekedar menjawab pertanyaan, ekspresi
nyeri dengan meringis tampak jelas
sambil dahi berkerut keras, mengeluarkan
suara tanda nyeri (aduh-aduh) sambil
memgangi perut pinggang secara tidak
menentu tampak cemas ingin selalu
ditemani bidan atau suami, terdengar
mulut suara tangis merintih
4 Jauh lebih menyakitkan Menolak atau tidak mampu komunikasi
walau hanya sekedar menjawab
pertanyaan, gelisah, gerakan tangan tidak
menentu tanda menahan pada daerah yang
dirasa nyeri (perut punggung) tubuh
berbolak balik
5 Benar-benar menyakitkan Menangis berteriak, gerakan tubuh
(tangan, kaki, dan badan) tidak terkontrol

Anda mungkin juga menyukai