Anda di halaman 1dari 60

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)
(Manuaba, 2013). Pada kehamilan dan persalinan dapat terjadi perlukaan pada
alat-alat genital walaupun yang paling sering terjadi ialah perlukaan ketika
persalinan.Perlukaan alat genital pada kehamilan dapat terjadi baik pada uterus,
serviks, maupun vagina; sedangkan pada persalinan disamping pada ketiga
tempat di atas perlukaan dapat juga terjadi pada vulva dan perineum.Derajat
luka dapat ringan hanya berupa luka lecet saja sampai yang berat berupa
terjadinya robekan yang luas disertai perdarahan yang hebat (Winkjosastro,
2016).
Perlukaan pada jalan lahir dapat terjadi oleh karena memang disengaja
seperti pada tindakan episiotomi.Luka insisi yang lurus (rata) lebih mudah
diperbaiki dan lebih cepat sembuh dibanding luka laserasi yang robekannya
tidak teratur serta tidak terkendali. Hampir dari 90 % pada proses persalinan
banyak yang mengalami robekan perineum, baik dengan atau tanpa episiotomi.
Biasanya penyembuhan luka pada robekan perineum ini akan sembuh
bervariasi, ada yang sembuh normal (6-7 hari) dan ada yang mengalami
kelambatan dalam penyembuhannya (Saleha, 2011).
Hal ini berisiko menyebabkan infeksi postpartum karena adanya luka
pada bekas perlukaan plasenta, laserasi pada saluran genital termasuk
episiotomi pada perineum, dinding vagina dan serviks.Luka pada perineum
akibat episiotomi, ruptur uteri atau laserasi merupakan daerah yang tidak
mudah kering.Perlukaan jalan lahir lahir dapat menyebabkan infeksi (Manuaba,
2013).
Penyebab infeksi diantaranya adalah bakteri eksogen (kuman dari luar),
autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh), endogen (dari jalan lahir
2

sendiri). Secara umum frekuensi infeksi puerperalis adalah sekitar 1-


3%.Sehingga perlu dilakukan perawatan dengan baik.Perawatannya dengan
merawat luka dengan baik jangan sampai terkena infeksi, begitu pula alat – alat
dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus steril.
Penyembuhan luka pada ibu pasca bersalin dipengaruhi oleh berbagai faktor
diantaranya mobilisasi dini, nutrisi, dan perawatan perineum ( kebersihan diri)
(Saleha, 2011).
Di seluruh dunia pada tahun 2009 terjadi 2,7 juta kasus ruptur perineum
pada ibu bersalin. Angka ini diperkirakan mencapai 6,3 juta pada tahun 2050,
seiring dengan semakin tingginya bidan yang tidak mengetahui asuhan
kebidanan dengan baik. Di Amerika 26 juta ibu bersalin yang mengalami ruptur
perineum, 40% diantaranya mengalami ruptur perineum karena kelalaian
bidannya. 20 juta diantaranya adalah ibu bersalin. Dan ini akan membuat beban
biaya untuk pengobatan kira-kira 10 juta dolar pertahun (Heimburger,2012).
Di Asia ruptur perineum juga merupakan masalah yang cukup banyak
dalam masyarakat, 50% dari kejadian ruptur perineum didunia terjadi di asia
(Campion, 2012). Prevalensi ibu bersalin yang mengalami ruptur perineum di
indonesia pada golongan umur 25-30 tahun yaitu 24% sedang pada ibu bersalin
usia 32-39 tahun sebesar 62%. Ruptur perineum menjadi penyebab perdarahan
ibu postpartum. Perdarahan postpartum menjadi penyebab utama 40%
kematian ibu di indonesia.
Di Indonesia sekitar 85% wanita yang melahirkan spontan pervaginam
mengalami trauma perineum berupa 32-33% karena tindakan episiotomi dan
52% merupakan robekan spontan (rupture). Sekitar 70% diantaranya
memerlukan penjahitan perineum untuk membantu penyembuhan jaringan.
(Depkes, 2012)
Proses penyembuhan luka terdiri dari 3 fase yaitu inflamasi, proliferasi
(epitelisasi) dan maturasi (remodelling). Penyembuhan luka pada fase
inflamasi terjadi sampai hari ke-5 setelah pembedahan, lama fase ini bisa
singkat jika tidak terjadi infeksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
penyembuhan luka antara lain faktor stres, nutrisi/gizi, perfusi jaringan,
3

gangguan sirkulasi, perubahan metabolisme, mobilisasi dini, usia dan obesitas


(Potter, 2011). Menurut Maryunani (2016), faktor yang mempengaruhi
penyembuhan luka seperti oksigenisasi, hematoma, usia, nutrisi, sepsis, obat-
obatan, gaya hidup dan mobilisasi, sedangkan menurut Rukiyah (2015) faktor
yang mempengaruhi perawatan perineum yaitu: gizi, obat-obatan, keturunan,
sarana dan prasrana, budaya dan keyakinan
Penelitian Nurwahyuningsti (2016) Hasil penelitian menunjukkan ada
hubungan antara faktor status gizi dengan penyembuhan luka post operasi
laparatomi ada hubungan antara faktor status anemia dengan penyembuhan
luka post operasi laparatomi. Hasil penelitian Trisnawati (2015) hasil p value
hubungan status gizi dengan penyembuhan luka jahitan perineum sebesar 0,016
< 0,05, hasil p value hubungan cara perawatan dengan penyembuhan luka
jahitan perineum sebesar 0,001 < 0,05 maka ketiganya hasil uji statistik
signifikan.
Senam nifas sangat baik dilakukan pada ibu setelah melahirkan agar
kesehatan tetap prima dan untuk mengembalikan pada keadaan normal kembali
. Senam nifas adalah senam untuk menguatkan otot panggul yang ditemukan
oleh Dr. Arnold Kegel. Otot panggul atau PC (Pubococcygeal Muscle) adalah
otot yang melekat pada tulang-tulang panggul seperti ayunan dan berperan
menggerakkan organ-organ dalam panggul yaitu rahim, kantong kemih dan
usus (Widianti & Proverawati, 2016).Peneltian Fitriani (2017) Kesimpulan :
Senam nifas lebih efektiv terhadap proses involusi uterus normal .sehingga
senam nifas dapat dijadikan program wajib dalam asuhan nifas.
Senam nifas merupakan bentuk ambulasi dini pada ibu-ibu nifas yang
salah satu tujuannya untuk memperlancar proses involusi, sedangkan
ketidaklancaran proses involusi dapat berakibat buruk pada ibu nifas seperti
terjadi pendarahan yang bersifat lanjut dan kelancaran proses involusi. (Diana,
2016). Manfaat senam nifas diantaranya adalah membantu penyembuhan
rahim, perut, dan otot pinggul yang mengalami trauma serta mempercepat
kembalinya bagian-bagian tersebut ke bentuk normal, membantu menormalkan
sendi-sendi yang menjadi longgar akibat kehamilan dan persalinan, serta
4

mencegah perlemahan dan peregangan lebih lanjut. Latihan senam nifas dapat
segera dimulai dalam waktu 24 jam setelah melahirkan lalu secara teratur
setiap hari.
Berdasarkan penjelasan diatas penulis tertarik untuk mengangkat kasus
penerapan “Senam nifas untuk mempercepat penyembuhan luka perenium”,
sebagai salah satu alternatif dalam proses penyembuhan luka perenium.
Berdasarkan data jumlah di Puskesmas Bandar Agung pada bulan April 2019
terdapat 40 ibu postpartum. Dari 40 ibu postpartum yang mengalami masalah
ruptur perenium 21 orang salah satu diantaranya ibu yang mengalami masalah
gangguan pengeluaran ASI yaitu Ny. S sebagai subjek laporan kasus, sehingga
harapan penulis adalah agar meningkatkan pengetahuan ibu dan keluarga dalam
upaya mempercepat penyembuhan luka perenium.

B. Rumusan Masalah
Masih banyaknya ibu nifas yang yang belum memahami bagaimana cara
mempercepat pemulihan ibu nifas dan mempercepat penyembuhan luka
perenium. Berdasarkan masalah tersebut rumusan masalah yang dapat
disimpulkan yaitu “ Bagaimana Senam nifas untuk mempercepat penyembuhan
luka perenium.
Berdasarkan uraikan diatas maka dapat dirumuskan masalah yaitu: bagaimana
Asuhan Kebidanan pada ibu post partum dengan ruptur perenium terhadap
Ny.S Umur 39 Tahun P3A0 AH1 6 Jam Post Partum Di Puskesmas Bandar
Agung Lampung Tengah Tahun 2019

C. Tujuan Penyusunan LTA


1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan senam nifas pada ibu post partum di
Puskesmas Bandar Agung Lampung Tengah menggunakan pendekatan
manajemen kebidanan 7 langkah Varney dan SOAP.
5

2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengumpulan data subjektif terhadap Ny.S Umur 39 tahun
P3A0 Ah3 6 Jam Post Partum Di Puskesmas Bandar Agung Lampung
Tengah Tahun 2019
b. Melakukan pengumpulan data objektif terhadap Ny.S Umur 39 tahun
P3A0 Ah3 6 Jam Post Partum Di Puskesmas Bandar Agung Lampung
Tengah Tahun 2019
c. Melakukan analisis data terhadap Ny.S umur 39 tahun P3A0 Ah3 6
Jam Post Partum Di Puskesmas Bandar Agung Lampung Tengah Tahun
2019
d. Melakukan implementasi asuhan kebidanan terhadap Ny.S Umur 39
tahun P3A0 Ah3 6 Jam Post Partum Di Puskesmas Bandar Agung
Lampung Tengah Tahun 2019
e. Melakukan evaluasi asuhan kebidanan terhadap Ny.S Umur 39 tahun
P3A0 Ah3 6 Jam Post Partum Di Puskesmas Bandar Agung Lampung
Tengah Tahun 2019
f. Melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan terhadap Ny.S Umur
39 tahun P3A0 Ah3 6 Jam Post Partum Di Puskesmas Bandar Agung
Lampung Tengah Tahun 2019

D. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini dapat di jadikan sebagai informasi dan wawasan pada ibu
nifas dalam melakukan senam nifas terhadap penyembuhan rupture
perenium.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif teknik
nonfarmakologi yang mudah untuk dilakukan tanpa efek yang
membahayakan dalam memberikan intervensi dan asuhan kebidanan pada
ibu selama nifas
6

E. Ruang Lingkup
Senam nifas terhadap penyembuhan Ruptur Perenium. Sasaran Asuhan
Kebidanan Terhadap Ny.S Umur 39 tahun P3A0 Ah3 6 Jam Post Partum
Di Puskesmas Bandar Agung Lampung Tengah Tahun 2019. Asuhan
Kebidanan Ini Menggunakan Metod Manajemen Varney Dan Di
Dokumentasikan Dalam Bentuk SOAP.
7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori


1. Ruptur perenium
a. Definisi
Luka perineum didefinisikan sebagai adanya robekan pada jalan rahim
maupun karena episotomi pada saat melahirkan janin. Robekan perineum
terjadi secara spontan maupun robekan melalui tindakan episiotomi.
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan
tidak jarang juga terjadi pada persalinan berikutnya (Wiknjosastro, 2016).
b. Klasifikasi ruptur perenium
1) Ruptur perineum spontan Ruptur perineum spontan luka pada perineum
yang terjadi karena sebab-sebab tertentu tanpa dilakukan tindakan
perobekan atau disengaja. Luka ini terjadi pada saat persalinan dan
biasanya tidak teratur.
2) Ruptur perineum yang disengaja (episiotomi) Ruptur perineum yang
disengaja (episiotomi) adalah luka perineum yang terjadi karena
dilakukan pengguntingan atau perobekan pada perineum. Episiotomi
adalah torehan yang dibuat pada perineum untuk memperbesar saluran
keluar vagina (Wiknjosastro, 2016)
3) Wiknjosastro (2006), menyebutkan bahwa robekan perineum dapat di
bagi dalam 4 tingkatan yaitu:
1) Tingkat I: Robekan hanya terjadi pada selaput lender vagina dengan
atau tanpa mengenai kulit perineum sedikit.
2) Tingkat II: Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selama mengenai
selaput lendir vagina juga mengenai muskulus perinei transversalis,
tapi tidak mengenai sfingter ani.
3) Tingkat III: Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum
sampai mengenai otot-otot sfingter ani. Ruptura perinei totalis di
8

beberapa kepustakaan yang berbeda disebut sebagai termasuk dalam


robekan derajat III atau IV.
4) Tingkat IV:Robekan hingga epitel anus. Robekan mukosa rectum
tanpa robekan sfingter ani sangat jarang dan tidak termasuk dalam
klasifikasi diatas.
c. Penyebab
Etiologi menurut Syaifuddin (2014) :
1) Penyebab Maternal
a) Partus precipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong,
b) Pasien tidak mampu berhenti mengejan,
c) Partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus
yang berlebihan,
d) Edema dan kerapuhan pada perineum.
2) Faktor Janin
a) Bayi besar,
b) Posisi kepala yang abnormal,
c) Kelahiran bokong,
d) Ekstraksi forsep yang sukar
e) Distosia bahu

d. Penyembuhan Luka
Berikut ini merupakan pengertian dari luka :
1) Luka dapat diartikan sebagai gangguan atau kerusakan integritas dan
fungsi jaringan pada tubuh (Suriadi dalam Maryunani, 2016).
2) Luka adalah rusaknya kesatuan atau komponen jaringan, dimana
secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang
(Wijaya dalam Maryunani, 2016).
3) Luka adalah kerusakan kontinuitas kulit, mukosa membran dan tulang
atau organ tubuh lain (Drakbar dalam Maryunani, 2016).
9

4) Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis kulit normal


akibat proses patologis yang berasal dari internal dan eksternal, serta
mengenai organ tertentu (Potter & Perry dalam Maryunani, 2016).

e. Fase – Fase Penyembuhan Luka


Proses penyembuhan luka memang harus melewati tahap-tahapan
tertentu yaitu : fase inflamasi, fase rekonstruksi dan fase manutrasi. Tiga
fase penyembuhan luka tersebut, diuraikan sebagai berikut :
1) Fase inflamasi :
a) Fase ini dimulai pada saat terjadi luka,. Yang bisa bertahan 2 sampai
3 hari.
b) Koagulasi merupakan respon yang pertama terjadi setelah luka
terjadi dan melibatkan platelet.
c) Pengeluaran platelet akan menyebabkan vasokonstriksi untuk
mencapai hemostatis sehingga mencegah perdarahan lebih lanjut.
d) Setelah hemostatis tercapai, terjadi vasodilatasi dan permeabulitas
pembuluh darah meningkat, dengan respon ‘inflamasi’
2) Fase inflamasi selanjutnya terjadi beberapa menit setelah luka terjadi
dan berlanjut hingga sekitar 3 hari.
a) Fase inflamasi memungkinkan pergerakan leukosit (utamanya
neutrofil).
b) Neutrofil selanjutnya mamfagosit dan membunuh bakteri dan masuk
ke matriks fibrin dalam persiapan pembentukan jaringan baru
(Maryunani, 2016).
3) Fase Proliferasi atau Rekonstuksi (2 - 24 hari)
a) Apabila tidak ada infeksi atau kontaminasi pada fase inflamasi, maka
proses penyembuhan selanjutnya memasuki tahapan proliferasi atau
rekonstruksi.
b) Fase ini dimulai pada hari kedua-ketiga, setelah fibrolast datang dan
bertahan sampai minggu ketiga.
c) Tujuan utama dari fase ini adalah ;
10

(1) Proses granulasi (untuk mengisi ruang kosong pada luka).


(2) Angiogenesis (pertumbuhan kapiler baru), dimana secara klinis
akan tampak kemerahan pada luka.
(3) Prose kontraksi (untuk menarik kedua tepi luka agar saling
berdekatan).
(4) Dalam hal ini, pada fase ini terjadi sintesis kolagen (terutama
tipe III), angiogenesis dan epitelisasi.
(5) Pada fase ini biasanya jahitan diangkat (bila tidak menggunakan
benang yang tidak diserap).
(6) Jumlah kolagen total meningkat selama 3 minggu sampai
produksi dan pemecahan kolagen mencapai keseimbangan, yang
menandai dimulainya fase remodeling (Maryunani, 2016).
4) Fase Maturasi atau Remodelling (24 hari –1 tahun)
a) Fase ini merupakan fase yang terakhir dan terpanjang pada proses
penyembuhan luka.
b) Aktifitas sintesis dan degradasi kolagen berada dalam keseimbangan:
(1) Peningkatan produksi maupun penyerapan kolagen berlangsung 6
bulan sampai 1 tahun, dapat lebih lama apabila daerah yang luka
dekat dengan sendi.
(2) Serabut-serabut kolagen meningkat secara bertahap dan
bertambah tebal, kemudian disokong oleh proteinase untuk
perbaikan sepanjang garis luka.
(3) Kolagen menjadi unsur utama pada matriks.
(4) Serabut kolagen menyebar dengan saling terikat dan menyatu
serta berangsur-angsur menyokong pemulihan jaringan.
(5) Akhir dari penyembuhan didapatkan parut luka yang matang,
yang mempunyai kekuatan 80% dibanding kulit normal.
(6) Kekuatan luka meningkat sejalan dengan re-organisasi kolagen
sepanjang garis tegangan kulit, terjadi cross-link kolagen.
(7) Penurunan vaskularitas.
11

(8) Dengan melewati fase ini, luka dapat dikatakan sembuh apabila :
Tidak terlalu gatal, Tidak menonjol, Tidak merah dan Lunak bila
ditekan (Maryunani, 2016).
f. Skala Kesembuhan Luka
Tabel 1.
Skala REEDA
Points Redness Odema Ecchymosis Discharge Approximati
(kemerahan) (bengkak) (rembes) on (jahitan
tidak
menyatu)
0 Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tertutup
1 Sekitar 0,25 Kurang dari 1 Sekitar 0,25 Serum Jarak kulit 3
cm pada kedua cm dari insisi cm bilateral/ mm atau
sisi insisi 0,5 cm kurang
unilateral
2 Sekitar 0,5 cm Sekitar 1-2 cm Sekitar 0,5-1 Serosangui Terdapat jarak
pada kedua dari insisi cm bilateral/ nous antara kulit
sisi insisi 0,5-2 cm dan lemak
unilateral subkutan
3 Lebih dari 0,5 Lebih dari 2 Lebih dari 1 Darah, Terdapat jarak
cm pada kedua cm dari insisi cm bilateral/ 2 purulen antara kulit,
sisi insisi cm unilateral lemak
subkutan dan
fasis
Skor
Total
Sumber: Alvarenga (2015)
Skala REEDA (Redness, Odema, Ecchymosis, Discharge,Approximation)
merupakan instrumen penilaian penyembuhan luka yang berisi lima faktor,
yaitu kemerahan, edema, ekimosis, discharge, dan pendekatan
(aproksimasi) dari dua tepi luka. Masing-masing faktor diberi skor antara 0
sampai 3 yang merepresentasikan tidak adanya tanda-tandahingga adanya
tanda-tanda tingkat tertinggi. Dengan demikian, total skor skala berkisar
dari 0 sampai 15, dengan skor yang lebih tinggi menunjukkan
penyembuhan luka yang jelek.
12

g. Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Ruptur perenium


Faktor penyembuhan luka menurut (Maryunani, 2016), yaitu :
Pengantar :
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka adalah faktor lokal,
seperti oksigenasi, hematoma dan lain-lain.
Faktor umum, terdiri dari usia, nutrisi, sepsis, steroid dan obat-obatan
(Subiston dalam Maryunani, 2016).
Faktor lainnya adalah gaya hidup dan mobilisasi (Kozler dalam
Maryunani, 2016).
1) Faktor lokal yang mempengaruhi penyembuhan luka :
a) Oksigenasi
b) Hematoma
c) Infeksi
d) Benda Asing
e) Iskemia
f) Keadaan luka
2) Faktor umum/sistemik yang mempengaruhi penyembuhan luka :
a) Usia :
(1) Semakin tua seseorang maka akan menurunkan kamampuan
penyembuhan jaringan.
(2) Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang
tua.
(3) Orang tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan
fungsi hati dapat mengganggu sintesis dari pembekuan darah.
b) Steroid dan obat-obatan lain
c) Obesitas
d) Nutrisi :

h. Gangguan penyembuhan luka


13

Penyembuhan luka dapat terganggu oleh penyebab dari dalam tubuh


(endogen) atau dari luar tubuh (eksogen). Penyebab endogen terpenting
meliputi koagulopati dan gangguan sistem imun. Semua gangguan
pembekuan darah akan menghambat penyembuhan luka karena hemostatis
merupakan titik tolak dasar fase inflamasi. Gangguan sistem imun akan
menghambat dan mengubah reaksi tubuh terhadap luka, kematian jaringan
dan kontaminasi. Bila sitem daya tahan tubuh selular maupun humoral
terganggu, pembersih kontaminan dan jaringan mati serta penahanan
infeksi tidak berjalan baik (Sjamsuhidajat, 2013).
Gangguan sistem imun dapat terjadi pada infeksi virus, teurtama
HIV, keganasan tahap lanjut, penyakit menahun berat seoerti tuberkulosis,
hipoksia setempat, seperti ditemukan pada arteriosklerosis, diabetes
melitus, morbus raynaud, morbus burger, kelainan vaskular (hemangioma,
fistel arteriovena), atau fibrosis. Sistem imun juga dipengaruhi oleh gizi
kurang akibat kelaparan, malabsorbsi, juga oleh kekurangan asam amino
esensial, mineral, maupun vitamin, serta oleh gangguan dalam
metabolisme makanan, misalnya pada penyakit hati. Selain itu, fungsi
sistem imun ditekan oleh keadaan umum yang kurang baik, seperti pada
usia lanjut dan penyakit tertentu, misalnya penyakit Cushing dan Addison
(Sjamsuhidajat, 2013).
Penyebab eksogen meliputi radiasi sinar ionisasi yang akan
mengganggu mitosis dan merusak sel dengan akibat dini maupun lanjut.
Pemberian sitostatik (obat penekan reaksi imun) misalnya setelah
transplantasi organ, dan kortikosteroid juga akan mempengaruhi
penyembuhan luka. Pengaruh setempat, seperti infeksi, hematom, benda
asing, serta jaringan mati seperti sekuester dan nekrosis, sangat
menghambat penyembuhan luka (Sjamsuhidajat, 2013).
Bila luka atau ulkus (borok) tidak kunjung sembuh, harus dilakukan
pemeriksaan kembali dengan memperhatikan fase penyembuhan luka
untuk menentukan sebab gangguan.Lakukan anamnesis lengkap
dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik, radiologi, biakan, dan kalau perlu
14

dilakukan biopsi histologik/patologik serta pemeriksaan serologik


(Sjamsuhidajat, 2013).
Luka dikatakan kronik atau gagal sembuh bila gagal menutup atau
gagal mengalami epitelisasi dalam 30 hari.Apabila setelah dilakukan
pemeriksaan kembali secara teliti yang diikuti dengan terapi optimal dan
luka tak kunjung sembuh, diperlukan intervensi bedah.Sekarang ini banyak
dikembangkan penggunaan berbagai balutan atau terpai tambahan untuk
membantu penyembuhan luka, terutama untuk luka yang kronik, seperti
penggunaan terapi oksigen hiperbarik, penggunaan tekanan negatif, enzim-
enzim serta berbagai jenis balutan (Sjamsuhidajat, 2013). Menurut
Maryunani (2016), gangguan penyembuhan luka yaitu :
1) Tipe jaringan berdasarkan kemampuan penyembuhannya
2) Terjadinya jaringan parut (Skar/Scar)
3) Penyembuhan luka abnormal
4) Hipergranulasi
5) Skar hipertropik
6) Pembentukan keloid (Maryunani, 2016).

2. Senam Nifas
a. Pengertian
Senam nifas adalah senam untuk menguatkan otor panggul. Nama
senam ini diambil dari penemunya Arnold Kegel, seorang dokter spesialis
kebidanan dan penyakit kandungan di Los Angeles sekitar tahun 1950411.
Pada awalnya dokter Kegel seringkali melihat pasiennya yang sedang dalam
proses persalinan sering tidak dapat menahan keluamya air seni (ngompol),
hal inilah yang menimbulkan inisiatifnya untuk menemukan suatu cara
dalam bentuk senam (exercise) agar pasiennya tidak lagin mengalami hal
tersebut.
Senam nifas adalah senam yang bertujuan untuk memperkuat otot-otot
dasar panggul terutama otot pubococcygeal sehingga seorang wanita dapat
memperkuat otot-otot saluran kemih (berguna saat proses persalinan agar
15

tidak terjadi “ngompol”) dan otot-otot vagina (memuaskan suaminya saat


berhubungan seksual). Otot panggul atau otot PC (PuboCoccygeal Muscle)
adalah otot yang melekat pada tulang-tulang panggul seperti ayunan dan
berperan menggerakkan organ-organ dalam panggul yaitu rahim, kantong
kemih, dan usus. Bila tubuh menahan dan melepaskan air kencing, berarti
tubuh sedang menggerakkanotot panggul. Cara lain untuk mengetahui otot
panggul adaiah dengan memasukkan ‘jari yang bersih ke dalam vagina, lalu
menekannya. Otot-otot yang mencengkeram jari tersebut itu adalah otot
panggul (Proverawati dan Widianti, 2016).
b. Manfaat senam Nifas
Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015), tujuan dilakukannya senam nifas
pada ibu setelah melahirkan adalah:
1) Membantu mempercepat pemulihan keadaan ibu
2) Mempercepat proses involusi uterus dan pemulihan fungsi alat
kandungan
3) Membantu memulihkan kekuatan dan kekencangan otot-otot panggul,
perut dan perineum terutama otot yang berkaitan selama kehamilan dan
persalinan
4) Memperlancar pengeluaran lochea
5) Membantu mengurangi rasa sakit pada otot-otot setelah melahirkan
6) Merelaksasi otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan persalinan
7) Meminimalisir timbulnya kelainan dan komplikasi nifas, misalnya
emboli, trombosia, dan lain-lain

c. Manfaat senam nifas


Manfaat senam nifas secara umum menurut Sukaryati dan Maryunani
(2011), adalah sebagai berikut:
1) Membantu penyembuhan rahim, perut, dan otot pinggul yang mengalami
trauma serta mempercepat kembalinya bagian-bagian tersebut ke bentuk
normal
16

2) Membantu menormalkan sendi-sendi yang menjadi longgar diakibatkan


kehamilan dan persalinan, serta mencegah pelemahan dan peregangan
lebih lanjut
3) Menghasilkan manfaat psikologis yaitu menambah kemampuan
menghadapi stres dan bersantai sehingga mengurangi depresi pasca
persalinan
d. Kontra indikasi
Senam nifas Ibu yang mengalami komplikasi selama persalinan tidak
diperbolehkan untuk melakukan senam nifas dan ibu yang keadaan
umumnya tidak baik misalnya hipertensi, pascakejang dan demam
(Wulandari dan Handayani, 2011). Demikian juga ibu yang menderita
anemia dan ibu yang mempunyai riwayat penyakit jantung dan paru-paru
seharusnya tidak melakukan senam nifas (Widianti dan Proverawati, 2016).
e. Waktu dilakukan senam nifas
Senam ini dilakukan pada saat ibu benar-benar pulih dan tidak ada
komplikasi obstetrik atau penyulit masa nifas (misalnya hipertensi,
pascakejang, demam). Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam waktu 24
jam setelah melahirkan, kemudian dilakukan secara teratur setiap hari.
Dengan melakukan senam nifas sesegera mungkin, hasil yang didapat
diharapkan dapat optimal dengan melakukan secara bertahap. Senam nifas
sebaiknya dilakukan di antara waktu makan. Melakukan senam nifas setelah
makan membuat ibu merasa tidak nyaman karena perut masih penuh.
Sebaliknya jika dilakukan di saat lapar, ibu tidak akan mempunyai tenaga
dan lemas. Senam nifas bisa dilakukan pagi atau sore hari. Gerakan senam
nifas ini dilakukan dari gerakan yang paling sederhana hingga yang tersulit
(Marmi, 2012).
1) Kerugian bila tidak melakukan senam nifas Kerugian bila tidak
a) Infeksi karena involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah
tidak dapat dikeluarkan
b) Perdarahan yang abnormal, kontraksi uterus baik sehingga resiko
perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan
17

c) Trombosis vena (sumbatan vena oleh bekuan darah)


d) Timbul varises

2) Pelaksanaan Senam Nifas


Sebelum melakukan senam nifas, sebaiknya bidan mengajarkan kepada
ibu untuk melakukan pemanasan terlebih dahulu. Pemanasan dapat
dilakukan dengan melakukan latihan pernapasan dengan cara menggerak-
gerakkan kaki dan tangan secara santai. Hal ini bertujuan untuk
menghindari kejang otot selama melakukan gerakan senam nifas. Senam
nifas sebaiknya dilakukan dalam waktu 24 jam setelah melahirkan,
kemudian dilakukan secara teratur setiap hari (Widianti dan Proverawati,
2016).
Ada berbagai versi gerakan senam nifas, meskipun demikian tujuan dan
manfaatnya sama, berikut ini merupakan metode senam yang dapat
dilakukan mulai hari pertama sampai dengan hari keenam setelah
melahirkan menurut Sukaryati dan Maryunani (2011) yaitu:
1. Hari pertama Berbaring dengan lutut ditekuk. Tempatkan tangan di
atas perut di bawah area iga-iga. Napas dalam dan lambat melalui
hidung tahan hingga hitungan ke-5 atau ke-8 dan kemudian keluarkan
melalui mulut, kencangkan dinding abdomen untuk membantu
mengosongkan paru-paru. Lakukan dalam waktu 5-10 kali hitungan.
2. Hari kedua Berbaring terlentang, lengan dikeataskan diatas kepala,
telapak terbuka keatas. Kendurkan lengan kiri sedikit dan renggangkan
lengan kanan. Pada waktu yang bersamaan rilekskan kaki kiri dan
renggangkan kaki kanan sehingga ada regangan penuh pada seluruh
bagian kanan tubuh. Lakukan 5-10 kali gerakan.
3. Hari ketiga Sikap tubuh terlentang tapi kedua kaki agak
dibengkokan sehingga kedua telapak kaki menyentuh lantai. Lalu
angkat pantat ibu dan tahan hingga hitungan ke-3 atau ke-5 lalu
turunkan pantat ke posisi semula dan ulangi gerakan hingga 5-10 kali.
18

4. Hari keempat Sikap tubuh bagian atas terlentang dan kaki ditekuk
±45º kemudian salah satu tangan memegang perut setelah itu angkat
tubuh ibu ±45º dan tahan hingga hitungan ke-3 atau ke-5. Lakukan
gerakan tersebut 5-10 kali.
5. Hari kelima Sikap tubuh masih terlentang kemudian salah satu
kaki ditekuk ±45º kemudian angkat tubuh dan tangan yang
berseberangan dengan kaki yang ditekuk usahakan tangan menyentuh
lutut. Gerakan ini dilakukan secara bergantian dengan kaki dan tangan
yang lain. Lakukan hingga 5-10 kali.
6. Hari keenam Sikap tubuh terlentang kemudian tarik kaki sehingga
paha membentuk sudut ±90º lakukan secara bergantian dengan kaki
yang lain. Lakukan 5-10 kali.
3) Persiapan senam nifas Sebelum melakukan senam nifas ada hal-hal yang
perlu dipersiapkan yaitu sebagai berikut:
1. Memakai baju yang nyaman untuk berolahraga
2. Persiapkan minum, sebaiknya air putih
3. Bisa dilakukan di matras atau tempat tidur
4. Ibu yang melakukan senam nifas di rumah sebaiknya mengecek denyut
nadinya dengan memegang pergelangan tangan dan merasakan adanya
denyut nadi kemudian hitung selama satu menit penuh. Frekuensi nadi
yang normal adalah 60-90 kali per menit
5. Boleh diiringi dengan musik yang menyenangkan
6. Petunjuk untuk bidan atau tenaga kesehatan yang mendampingi ibu
untuk melakukan senam nifas: perhatikan keadaan umum ibu dan
keluhan-keluhan yang dirasakan, pastikan tidak ada kontra indikasi
dan periksa tanda vital secara lengkap untuk memastikan pulihnya
kondisi ibu yaitu tekanan darah, suhu pernafasan, dan nadi. Perhatikan
pula kondisi ibu selama senam. Tidak perlu memaksakan ibu jika
tampak berat dan kelelahan. Anjurkan untuk minum air putih jika
diperlukan.
19

3. Hubungan senam nifas dengan penyembuhan luka


Banyak peneliti telah menekankan potensi latihan selama waktu
postpartum. Dari jumlah tersebut, Senam nifas adalah yang terbaik yang
bisa dilakukan setelah persalinan. Ini melibatkan daerah pinggul dan dapat
dilakukan di rumah juga. Keuntungan dari latihan ini adalah: lebih cepat
sembuh yang terjadi melalui peningkatan aliran darah dan oksigen ke
jaringan dan memfasilitasi penyembuhan setiap tindakan episiotomi yang
mungki ibu alami saat persalinan. Berlatih senam nifas juga memfasilitasi
fleksibilitas jaringan, mengurangi pembengkakan, mengurangi tekanan pada
sayatan dan jaringan di sekitarnya dan dapat membantu dengan rasa sakit
atau nyeri akibat jaringan parut. Hal ini juga membantu untuk mendapatkan
kembali kontrol kandung kemih, menguatkan otot dasar panggul, dan dapat
meningkatkan pelumasan vagina selama gairah seksual.
Senam nifas merupakan bentuk ambulasi dini pada ibu-ibu nifas yang
salah satu tujuannya untuk memperlancar proses involusi, sedangkan
ketidaklancaran proses involusi dapat berakibat buruk pada ibu nifas seperti
terjadi pendarahan yang bersifat lanjut dan kelancaran proses involusi.
(Diana, 2016). Manfaat senam nifas diantaranya adalah membantu
penyembuhan rahim, perut, dan otot pinggul yang mengalami trauma serta
mempercepat kembalinya bagian-bagian tersebut ke bentuk normal,
membantu menormalkan sendi-sendi yang menjadi longgar akibat
kehamilan dan persalinan, serta mencegah perlemahan dan peregangan lebih
lanjut. Latihan senam nifas dapat segera dimulai dalam waktu 24 jam
setelah melahirkan lalu secara teratur setiap hari.
Hubungan antara tegangan otot istirahat, aktif, dan tegangan gabungan
yang dikembangkan di otot rangka diperlihatkan pada. Kurva pasif
disebabkan oleh peregangan komponen elastis, kurva aktif disebabkan oleh
kontraksi sarkomer saja (komponen kontraktil), dan kurva total adalah
penjumlahan tegangan pasif dan aktif yang dikembangkan. Dapat dilihat
bahwa tegangan aktif yang dikembangkan bergantung pada panjang otot.
Panjang otot optimum terjadi jika tilamen tebal dan filamen tipis dianggap
20

memberikan jumlah maksimum lokasi jembatan silang aktif untuk interaksi


(panjangnya sangat mendekati panjang otot tersebut saat istirahat). Jika
panjang otot bertambah, tumpang tindih mamen tebal dan tipis akan
berkurang, sehingga terdapat lebih sedikit lokasi jembatan silang untuk
interaksi; jika otot memendek, filamen-filamen tipis akan saling bertumpang
tindih, sehingga akan mengurangi jumlah lokasi aktif yang tersedia untuk
berinteraksi dengan filamen tebal (Ward, 2009).
Senam nifas adalah latihan gerak yang dilakukan secepat mungkin
setelah melahirkan, supaya otot-otot yang mengalami peregangan selama
kehamilan dan persalinan dapat kembali pada kondisi normal seperti
semula, dimana fungsinya untuk mengembalikan kondisi kesehatan, untuk
mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, memulihkan
dan memperbaiki regangan pada otot-otot setelah kehamilan, terutama pada
otot-otot bagian punggung, dasar panggul dan perut. Menurunkan angka
morbiditas pada masa post partum yaitu dengan melakukan senam nifas
yang bertujuan merangsang otot – otot rahim agar berfungsi secara optimal
sehingga diharapkan tidak terjadi perdarahan post partum. Meskipun ibu
mungkin mengalami keletihan, ketidaknyamanan serta ibu post partum
harus melakukan perannya menjadi ibu, namun senam nifas ini perlu
dilakukan. Selain senam nifas ada upaya – upaya lain yang bisa dilakukan
agar dapat mempercepat ke kondisi normal dan menjaga kesehatan agar
tetap prima yaitu dengan ambulasi dini, “karena dengan ambulasi dini
(bangun dan bergerak setelah beberapa jam melahirkan) dapat membantu
rahim untuk kembali ke kondisi ke bentuk semula.

B. Kewenangan Bidan

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.938/


Menkes/SK/VIII/2014 tentang Standar Asuhan Kebidanan.
1. Pengertian Standar Asuhan Kebidanan
21

Standar Asuhan Kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan


keputusan dan tindakan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan
wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat
kebidanan. Mulai dari pengkajian, perumusan diagnose dan atau masalah
kebidanan, perencanaan, implementasi, evaluasi dan pencatatan asuhan
kebidanan.
STANDAR I : Pengkajian
a. Pernyataan Standar
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
b. Kriteria Pengkajian
1) Data tepat, akurat dan lengkap.
2) Terdiri dari Data Sbjektif (hasil anamnesa; biodata, keluhan utama,
riwayat obstetric, riwayat kesehatan dan latar belakang social
budaya).
3) Data Objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan pemeriksaan
penunjang).

STANDAR II: Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Potensial


a. Pernyataan Standar
Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,
menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan
diagnose dan masalah kebidanan yang tepat.
b. Kriteria Perumusan Diagnosa dan atau Masalah
1) Diagnose sesuai dengan nomenklatur kebidanan.
2) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien.
3) Dapat diselesaikan dengan Asuhan Kebidanan secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan.

STANDAR III : Perencanaan


a. Pernyataan Standar
22

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnose dan


masalah yang ditegakkan.
b. Kriteria Perencanaan
1) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan
kondisi klien; tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan
secara komprehensif.
2) Mellibatkan klien/pasien dan atau keluarga.
3) Mempertimbangkan kondisi psikologi, social, budaya, klien/
keluarga.
4) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien
berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang
diberikan bermanfaat untuk klien.
5) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku,
sumberdaya serta fasilitas yang ada

STANDAR IV : Implementasi
a. Pernyataan Standar
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif,
efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/
pasien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitative. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
b. Kriteria
1) Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial-
spiritual-kultural.
2) Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien
dan atau keluarganya (inform consent).
3) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based.
4) Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan.
5) Menjaga privasi klien/pasien.
6) Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi.
7) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan.
23

8) Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan


sesuai.
9) Melakukan tindakan sesuai standar.
10) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan

STANDAR V : Evaluasi
a. Pernyataan Standar
Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan
untuk melihat keefektifan dan asuhan yang sudah diberikan, sesuai
dengan perubahan perkembangan kondisi klien.
b. Kriteria Evaluasi
1) Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan
sesuai kondisi klien.
2) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan/
petugas.
3) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.
4) Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien.

STANDAR VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan


a. Pernyataan Standar
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas
mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam
memberikan asuhan kebidanan.
b. Kriteria Pencatatan Asuhan Kebidanan
1) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada
formulir yang tersedia (Rekam Medis/ KMS/ Status Pasien/ Buku
KIA).
2) Ditulis dalam bentuk catatan perkembbangan SOAP.
S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa.
O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan.
24

A adalah hasil analisa, mencatat diagnose dan masalah kebidanan.


P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan,
dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan.

C. Landasan Hukum Kewenangan Bidan


Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PERIX/2016 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik
Bidan Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Menteri Kesehatan Republik
Indonesia.
BAB III
Penyelenggaraan Praktik
Pasal 9
Bidan dalam menjalankan praktik, berwewenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi :
a. Pelayanan kesehatan ibu;
b. Pelayanan kesehatan anak;
c. Pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana.
Pasal 10
a. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a
diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas,
masa menyusui dan masa antara dua kehamilan.
b. Pelayanan kesehatan ibu sebagaiman dimaksudkan pada ayat (1) meliputi :
1) Pelayanan konseling pada masa pra hamil;
2) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal;
3) Pelayanan persalinan normal;
4) Pelayanan ibu nifas normal;
25

C. Hasil Penelitian Terkait


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kurniati dkk (2016)
Analisis Pengetahuan Dan Tindakan Senam nifas Terhadap Penyembuhan
Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Purwokerto
Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan pengetahuan senam
nifas terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu nifas menunjukan nilai
X² hitung 11,980 dengan nilai p value = 0,003. Sedangkan hubungan tindakan
senam nifas terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu nifas
perhitungannya menunjukan X² hitung 8,613 dengan nilai p value = 0,013.
Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan senam nifas dengan
penyembuhan luka perineum dan terdapat hubungan yang signifikan antara
tindakan senam nifas dengan penyembuhan luka perineum.
Penelitian Antini (2016) Efektivitas Senam nifas Terhadap Waktu
Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Post Partum Normal. Hasil
Penelitian didapatkan Rata-rata waktu penyembuhan luka perineum pada
kelompok senam nifas adalah 6 Jamdengan batasan minimal 5 hari dan
maksimal 7 hari lebih cepat dibandingkan pada kelompok mobilisasi ratarata
adalah 7 hari, batasan minimal 4 hari dan maksimal 9 hari. Hasil analisis
bivariat diperoleh nilai P=0,000, sehingga dapat disimpulkan terdapat
hubungan yang bermakna lama waktu penyembuhan luka antara ibu
melakukan senam nifas dengan ibu melakukan mobilisasi pada ibu post
partum. Disarankan bagi tenaga Kesehatan khususnya bidan agar senantiasa
mengajarkan senam nifas pada ibu-ibu khususnya ibu post partum.
Penelitian Martini (2015) Efektifitas Latihan senam nifas Terhadap
Percepatan Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di Puskesmas
26

Kalitengah Lamongan. Hasil penelitian menunjukkan hampir semua ibu


(93,3%) pada kelompok perlakuan mengalami penyembuhan luka cepat dan
sebagian kecil (6,7%) mengalami penyembuhan luka lambat, dibandingkan
kelompok kontrol lebih dari sebagian (66,7%) mengalami penyembuhan luka
lambat dan sebagian (33,3%) mengalami penyembuhan luka cepat. Hasil uji
Mann-Whitney didapat nilai Z -3.352 dengan signifikasi 0,001 (p < 0,05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa latihan senam nifas efektif untuk
mempercepat penyembuhan luka perineum.
D. Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai
pemikiran dan temuan-temuan yang mendasari penelitian (Notoadmojo,
2012). Kerangka teori dalam penelitian ini adalah:
Gambar 2.1
Kerangka Teori

Keuntungan senam nifas:


1. Mengurangi pembengkakan
2. Mengurangi tekanan pada sayatan
3. Mengurangi rasa sakit/nyeri
Menurut Rukiyah (2015), faktor
4. Mengontrol kandung kemih
penyembuhan luka:
5. Menguatkan otot dasar panggul
1. Gizi
2. Obat-obatan
3. Mobilisasi (senam nifas)
4. Keturunan
5. Sarana-prasarana
6. Budaya dan keyakinan
Penyembuhan
Ruptur Perenium

Faktor yang mempengaruhi


penyembuhan luka (Hidayat, 2009):
1. Vaskularisasi
2. Anemia
3. Usia
4. Penyakit lain
5. Nutrisi
6. Personal hygiene
27

Sumber modifikasi: Rukiyah (2015) dan Hidayat (2009)

BAB III
STUDY KASUS

A. Lokasi dan waktu pemberian Asuhan


Jenis laporan kasus ini menggunkan metode observasi karena penulis
melakukan pengamatan terhadap satu pasien untuk dilakukan pengkajian dan
diberikan asuhan jika terdapat masalah pada pasien tersebut. Asuhan
Kebidanan Ini Menggunakan Metod Manajemen Varney Dan Di
Dokumentasikan Dalam Bentuk SOAP

B. Subyek Laporan Kasus


Subyek adalah pengumpulan data klien melalui anamneses yang diperoleh
dari hasil bertanya dari pasien, suami atau keluarga.
Subyek dalam laporan tugas akhir ini adalah Ny.S Umur 39 P3A0 Ah3 6 Jam
Post Partum Di Puskesmas Bandar Agung Lampung Tengah Tahun 2019.

C. Instrument Pengumpulan Data


Instrumen yang digunakan adalah pendoman observasi, wawancara dan studi
dokumentasi dalam bentuk asuhan kebidanan pada Ny. S, yaitu:
a. Observasi
Peneliti mencari data dan mengobservasi langsung Ny. S sesuai dengan
manajemen kebidanan yaitu 7 langkah varney
b. Wawancara
28

Peneliti melakukan wawancara langsung kepada Ny. S untuk mengetahui


masalah-masalah atau keluhan yang dirasakan Ny. S selama
kehamilannya, pola hidup atau kebiasaan sehari-hari,dan hubungan
komunikasi Ny. S dengan keluarga

c. Studi Dokumentasi
Dilakukan dalam asuhan kebidanan dalam metode SOAP yaitu:
1. S ( Subjektif )
Berisikan pendokumentasian hasil pengumpulan data dasar Ny. S
melalui anamnesa sebagai langkah Varney yang terdiri dari identitas
diri Ny. R dan suami, serta keluhan yang dialami saat kunjungan.
2. O ( Objektif )
Berisikan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik Ny. S , hasil TTV,
hasil Laboratorium, dan tes diagnosis lain yang dirumuskan dalam data
fokus untuk mendukung assessment sebagai langkah 1 Varney.
3. A ( Analisa Data )
Berisikan hasil analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif
dalam identifikasi diagnose dan masalah, antisipasi diagnose dan
masalah potensial, dan perlunya tindakan segera oleh bidan atau
Dokter, sebagai langkah 2, 3, dan 4 Varney.
4. P (Penatalaksanaan)
Berisikan tindakan perencanaan, tindakan, dan evaluasi berdasarkan
assesmen sebagai langkah 5, 6, dan 7 Varney

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Data primer
29

Teknik pengumpulan untuk mendapatkan data primer dilakukan dengan


cara wawancara dan observasi/pengamatan. Wawancara adalah suatu
metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti
mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran
penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan
orang tersebut (face to face).
Data primer peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan pasien dan
keluarga secara langsung dengan menggunakan panduan format asuhan
kebidanan yang ada.

2. Data Sekunder
Data yang didapatkan dari hasil pemeriksaan sebelumnya yang sudah ada
berupa data dari buku register ANC, buku KIA dan kohort ibu.

E. Bahan dan Alat


Instrument penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan
data. Untuk mengumpulkan data bahan yang digunakan adalah wawancara
dalam bentuk pertanyaan langsung ke narasumber. buku KIA, Leaflet,
Tensi, Metline, Doppler/linex, Hb Sahli, untuk memantau kesejahteraan
janin, dan Partograf Selain itu juga alat yang digunakan untuk promosi
kesehatan yaitu untuk pemeriksaan kehamilan dengan set PNC yaitu
Timbangan, Reflek Hammer, Tensimeter, Stetoskop dewasa, Termometer,
dan alat yang di gunakan saat melakukan senam nifas bahan yang di
siapkan adalah bantal dan matras.

F. Jadwal kegiatan (Matriks Kegiatan)

NO S S R K J S M Keterangan
1 1 Penentuan
1 11 12 13 4 15 16 7 Subjek K1 ANC
2 2
2 18 19 20 1 22 23 4    
3 25 26 27 2 1 2 3    
30

8
1
4 4 5 6 7 8 9 0 K2 ANC  
1 1
5 11 12 13 4 15 16 7 K3 ANC  
2 2 KN 1 dan
6 18 19 20 1 22 23 4
Partus KF 1
2 3
KN 2 ,KF 2,
7 25 26 27 8 29 30 1
dan evaluasi  
KN 3 ,evaluasi
8 1 2 3 4 5 6 7 dan KF 3  
  5 6 7 8 9 10 11    
BAB IV
HASIL TINJAUAN KASUS

SENAM NIFAS PADA IBU POST PARTUM DENGAN RUPTUR


PERENIUM DI PUSKESMAS BANDAR AGUNG
LAMPUNG TENGAH
TAHUN 2019

Anamnesa Oleh : Enda Puspasari


Tanggal / Pukul : 24-04-2019 / 13.00 WIB
A. Subjektif
1. Identitas Pasien
Istri Suami

Nama :Ny. S : Tn. A


Umur : 39 Tahun : 40 Tahun
Agama : Islam : Islam
Suku/Bangsa : Lampung/Indonesia : Jaseng/Indonesia
Pendidikan : SD : SD
Pekerjaan : IRT : Buruh
Alamat : Gunung Batin Udik
2. Keluhan Utama : ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayatkesehatansekarang
31

Hipertensi,DM, Jantung, Asma, Ginjal, Hepatitis dan TBC : Tidak ada


b. Riwayat kesehatan dahulu
Hipertensi, DM, Jantung, Asma,dan TBC : Tidak ada
c. Riwayat kesehatan keluarga
Hipertensi, DM, Jantung, Asma, dan TBC : Tidak ada
4. Riwayat Pernikahan
Status pernikahan : Sah
Usia nikah pertama : 21tahun
Lamanya pernikahan : 5tahun
5. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Haid
Menarche : 12 tahun
Siklus : 30 hari
Lama : 7 hari
Banyaknya : 2-3xganti pembalut/hari
Sifat : cair berwarna merah
Dismenorhe : Tidak ada

b. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu. 

Kehamilan Persalinan Nifas KB


Anak
Alkon
Ke Usia Penyulit Penolong Tempat BB bayi Penyulit Komplikasi

-
1 28 mgg Tidak ada Dukun Rumah 1900 gr - Suntik

2 40 mgg Tidak ada Bidan BPM 2800gr - Suntik


Puskes
3 38 mgg 3 hari Tidak ada Bidan 3000gr - - -
mas

6. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari – Hari


a. Pola nutrisi : makan 3x/hari, minum 7-8 gelas/hari
b. Pola eliminasi : BAB1x/hari, BAK 3-4x/hari
c. Pola aktivitas : ibu belum melakukan aktivitas sehari-hari
d. Pola istirahat : 6-8 jam pada malam hari, 1 jam siang hari
32

e. Pola personal hygene : mandi 2x/hari, keramas 2x/hari, Ganti


celana dalam jika lembab.
f. Polaseksual : Ibu belum melakukan hubungan seksual

7. Psikososial
Tanggapan ibu terhadap dirinya : Baik
Tingkat pengetahuan ibu terhadap kondisinya : Baik
Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayi : Baik
Pengambil keputusan : Bersama
Lingkungan yang berpengaruh : Tidak ada

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Keadaan emosional : Stabil
c. Kesadaran : Composmentis
d. TTV : TD :110/70mmHg RR : 21 x/m
N : 80 x/m S : 36,50C
2. Pemeriksaan fisik
Kepala
a. Wajah
Pucat : Tidak
Oedema : Tidak ada pembengkakan
b. Mata
Simetris : Simetris
Konjungtiva : merah muda
Sklera : putih
Kelopak mata : Tidak ada pembengkakan
c. Hidung
Simetris : Simetris
Polip : Tidak ada
33

Kebersihan : Bersih
d. Telinga
Simetris : Simetris
Gangguan pendengaran : Tidak ada
e. Mulut
Bibir : lembab
Lidah : Bersih
Gusi : Tidak bengkak dan tidak berdarah
Gigi : Tidak ada karang gigi
f. Leher
Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada
Pembesaran vena jugularis : Tidak ada
g. Dada
Simetris : Simetris
Bunyi whezing dan ronchi : Tidak ada
Payudara
Simetris : Simetris
Pembesaran : Ada
Puting susu : menonjol
Areola mamae : ada hiperpigmentasi
Benjolan : Tidak ada
Pengeluaran : colostrum
h. Abdomen
Benjolan : Tidak ada
Konsistensi : Keras
Kandung kemih : Kosong
Uterus : TFU : 3 jari dibawah pusat
Kontraksi : baik
i. Punggung dan pinggang
Simetris : Simetris
Nyeri ketuk : Tidak ada
34

j. Anogenital
Labia mayora/minora : Tidak ada kelainan
Pengeluaran pervaginam
Jenis lochea : Rubra
Warna : Merah
Bau : Khas lochea
Perineum : Ada luka jahitan derajat2
Anus : Tidak ada haemoroid
k. Ekstermitas
Oedema : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada

3. Data penunjang
Riwayat persalinan sekarang

a. Ibu
Tempat melahirkan : Puskesmas
Penolong : Bidan
Jenis persalinan : Spontan
Lama persalinan : 8 jam 25 menit
Catatan waktu
Kala I : 6 jam
Kala II : 15 menit
Kala III : 10 menit
Kala IV : 2 jam
b. Bayi
Lahir tanggal/pukul : 23-04-2019
Nilai Apgar : 10
Jenis kelamin : perempuan
Cacat bawaan : Tidak ada
35

Masa gestasi : 38 minggu 3 hari

C. ANALISA
Diagnosa : P3A0 AH3 6 jam post partum dengan rupture perenium
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan :
1. Asuhan ibu nifas 6 jam
2. Perawatan ruptur perenium
3. Senam nifas

D. Pelaksanaan
1. - Beritahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan
- Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan, bahwa ibu dalam
keadaan baik
- ibu mngerti keadaannya
2. – beritahu ibu penyebab keluhan yang di rasakan
- Memberitahu ibu penyebab keluhan yang ibu rasakan adalah hal yang
fisiologis dialami ibu nifas. Rasa mulas akibat dari kontraksi uterus
untuk mencegah perdarahan selain itu pada masa nifas juga akan terjadi
peningkatan suhu tubuh, sedikit pusing, dan lemas yang diakibatkan
karena kelelahan.
- ibu mngerti keadaannya
3. – melakukan observasi keadaan ibu
36

- Mengobservasi keadaan ibu, TD 110/70 mmHg, RR 21x/m, Nadi


80x/m, Suhu 36,5ºC, kontraksi uterus baik, perdarahan 1 pembalut
penuh.
- ibu mengetahui keadaan ibu
4. – beritahu tanda-tanda bahaya masa nifas
- Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya pada masa nifas, yaitu kontraksi
uterus yang lemah akan menyebabkan perdarahan, infeksi pada
payudara biasanya ditandai dengan pembengkakan pada payudara,
puting susu lecet, panas, kemerahan disertai payudara dan keluar darah
dari sekitar payudara, infeksi pada luka perinium yang ditandai dengan
daerah luka yang kemerahan, bengkak, nyeri dan keluar cairan atau pus
yang berbau.
- ibu mengetahui tanda-tanda masa nifas
5. – anjurkan ibu perawatan perenium
- Menganjurkan ibu cara perawatan perineum yaitu pada saat mandi ibu
postpartum pasti melepas pembalut, setelah terbuka ada kemungkinan
terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut,
dan saat ibu BAK dan BAB membersihkan dari depan kebelakang agar
tidak terdapat mikroorganisme yang masuk pada vagina ibu.
- ibu mengetahui cara perawatan perenium
6. – anjurkan ibu untuk istirahat
- Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup minimal 8 jam/hari dan
menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi seperti
sayuran hijau, kacang-kacangan, telur, daging, ikan laut, dll. Dan
menganjurkan ibu untuk ibu banyak minum minimal 8 gelas/hari untuk
membantu memperbanyak produksi ASI dan istirahat yang cukup.
- ibu mengetahui istirahat yang baik
7. – anjurkan ibu memberi ASI
- Memberikan KIE tentang ASI eksklusif yaitu memberikan ASI saja
selama 6 bulan tanpa makanan pendamping atau tambahan. Karena ASI
adalah makanan yang penting bagi bayi karena ASI mengandung gizi
37

yang baik yang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan


perkembangan. ASI juga sebagai sumber kekebalan tubuh bagi bayi
untuk mencegah bibit penyakit masuk kedalam tubuh bayi selain itu,
ASI juga mengandung zat anti alergi untuk mencegah alergi pada bayi.
- ibu akan memberikan ASI
8. – Ajari ibu senam nifas
- Mengajari teknik senam nifas pada ibu
a.Hari pertama Berbaring dengan lutut ditekuk. Tempatkan tangan di atas
perut di bawah area iga-iga. Napas dalam dan lambat melalui hidung
tahan hingga hitungan ke-5 atau ke-8 dan kemudian keluarkan melalui
mulut, kencangkan dinding abdomen untuk membantu mengosongkan
paru-paru. Lakukan dalam waktu 5-10 kali hitungan.
b. Hari kedua Berbaring terlentang, lengan dikeataskan diatas kepala,
telapak terbuka keatas. Kendurkan lengan kiri sedikit dan renggangkan
lengan kanan. Pada waktu yang bersamaan rilekskan kaki kiri dan
renggangkan kaki kanan sehingga ada regangan penuh pada seluruh
bagian kanan tubuh. Lakukan 5-10 kali gerakan.
c.Hari ketiga Sikap tubuh terlentang tapi kedua kaki agak dibengkokan
sehingga kedua telapak kaki menyentuh lantai. Lalu angkat pantat ibu
dan tahan hingga hitungan ke-3 atau ke-5 lalu turunkan pantat ke posisi
semula dan ulangi gerakan hingga 5-10 kali.
d. Hari keempat Sikap tubuh bagian atas terlentang dan kaki ditekuk
±45º kemudian salah satu tangan memegang perut setelah itu angkat
tubuh ibu ±45º dan tahan hingga hitungan ke-3 atau ke-5. Lakukan
gerakan tersebut 5-10 kali.
e. Hari kelima Sikap tubuh masih terlentang kemudian salah satu kaki
ditekuk ±45º kemudian angkat tubuh dan tangan yang berseberangan
dengan kaki yang ditekuk usahakan tangan menyentuh lutut. Gerakan
ini dilakukan secara bergantian dengan kaki dan tangan yang lain.
Lakukan hingga 5-10 kali.
38

f. Hari keenam Sikap tubuh terlentang kemudian tarik kaki sehingga paha
membentuk sudut ±90º lakukan secara bergantian dengan kaki yang
lain. Lakukan 5-10 kali
- ibu mngetahui cara melakukan senam nifas dan akan melaksanakannya
9. – beri ibu terapi obat
- Memberikan ibu therapy obat yaitu Amoxcicilin 500 mg untuk
mencegah terjadinya infeksi dan Tablet Fe sebagai penambah darah 1x
sehari, dapat diminum dengan Vitamin C untuk mempercepat proses
penyerapan dan Vit A sebanyak 200.000 IU
- ibu akan mengkonsumsi obat yang di berikan

KUNJUNGAN II (3 Hari )
SUBJEKTIF
Ibu mengatakan merasakan pegal-pegal setelah persalinan
ibu mnegatakan masih terasa nyeri pada jahitan perenium

OBJEKTIF
a. Keadaan umum : Baik
b. Keadaan emosional : Stabil
c. Kesadaran : Composmentis
d. TTV : TD :100/90mmHg RR : 24 x/m
N : 81 x/m S : 36,50C
Anogenital
Labia mayora/minora : Tidak ada kelainan
Pengeluaran pervaginam
Jenis lochea : Sanguelenta
Warna : Merah kecoklatan
Bau : Khas lochea
Perineum : Ada luka jahitan derajat2
Anus : Tidak ada haemoroid
39

ANALISA
Diagnosa : P3A0 Ah3 Post partum hari ke 3 dengan Ruptur Perenium
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : Asuhan masa nifas

PELAKSANAAN
1. – beritahu hasil pemeriksaan
- Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa ibu dalam
keadaan normal dengan hasil pemeriksaan TD :110/70 mmHg, Nadi 82x/m,
RR 21 x/m, Suhu 37,50C, pengeluaran lochea sanguelenta dengan warna
kuning kecoklatan, kontraksi uterus baik, TFU pertengahan 4 jari di bawah
pusat.
- ibu mngetahui keadaannya

2. – Ingatkan teknik senam nifas


- Mengingatkan kembali teknik senam nifas
1. Hari pertama Berbaring dengan lutut ditekuk. Tempatkan tangan di atas
perut di bawah area iga-iga. Napas dalam dan lambat melalui hidung tahan
hingga hitungan ke-5 atau ke-8 dan kemudian keluarkan melalui mulut,
kencangkan dinding abdomen untuk membantu mengosongkan paru-paru.
Lakukan dalam waktu 5-10 kali hitungan.
2. Hari kedua Berbaring terlentang, lengan dikeataskan diatas kepala, telapak
terbuka keatas. Kendurkan lengan kiri sedikit dan renggangkan lengan
kanan. Pada waktu yang bersamaan rilekskan kaki kiri dan renggangkan
kaki kanan sehingga ada regangan penuh pada seluruh bagian kanan tubuh.
Lakukan 5-10 kali gerakan.
3. Hari ketiga Sikap tubuh terlentang tapi kedua kaki agak dibengkokan
sehingga kedua telapak kaki menyentuh lantai. Lalu angkat pantat ibu dan
tahan hingga hitungan ke-3 atau ke-5 lalu turunkan pantat ke posisi semula
dan ulangi gerakan hingga 5-10 kali.
40

4. Hari keempat Sikap tubuh bagian atas terlentang dan kaki ditekuk ±45º
kemudian salah satu tangan memegang perut setelah itu angkat tubuh ibu
±45º dan tahan hingga hitungan ke-3 atau ke-5. Lakukan gerakan tersebut
5-10 kali.
5. Hari kelima Sikap tubuh masih terlentang kemudian salah satu kaki
ditekuk ±45º kemudian angkat tubuh dan tangan yang berseberangan
dengan kaki yang ditekuk usahakan tangan menyentuh lutut. Gerakan ini
dilakukan secara bergantian dengan kaki dan tangan yang lain. Lakukan
hingga 5-10 kali.
6. Hari keenam Sikap tubuh terlentang kemudian tarik kaki sehingga paha
membentuk sudut ±90º lakukan secara bergantian dengan kaki yang lain.
Lakukan 5-10 kali
- Ibu telah melakukan senam nifas

3. – Anjurkan ibu konsumsi nutria dan cairan yang cukup


- Menganjurkan ibu mengkoonsumsi nutrisi dan cairan yang cukup pada masa
nifas yaitu cukup kalori yang didapat dari karbohidrat seperti nasi, roti, dan
ubi-ubian. Kebutuhan protein diperoleh dari protein dari protein hewani dan
nabati seperti telur, daging, ikan, udang, susu, tahu, tempe, kacang-kacangan
dll. Nutrisi diperoleh dari cairan yang cukup, ibu menyusui diajurkan minum
2-3 liter perhari dalam bentuk air putih, susu dan jus buah. Pil zat besi (Fe)
dikonsumsi selama 40 hari pascabersalin.
- ibu mengerti asupan nutrisi yang baik

4. – Ingatkan ibu tentang istirahat yang baik


- Memberitahu ibu untuk istirahat yang cukup untuk menjaga kesehatan ibu, ibu
dianjurkan untuk tidur pada malam hari ±7-8 jam dan pada siang hari 1-2 jam.
Istirahat cukup dapat mencegah kelelahan yang berlebihan dan tidak
melakukan kegiatan yang berat. Karena kurang istirahat akan mengurangi
jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uterus dan
41

memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk


merawat bayi dan dirinya sendiri.
- ibu mnegatakan sulit istirahat malam karena bayinya terus menangis

5. – Ingatkan ibu untuk memberikan ASI saja


- Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI saja pada bayi selama 6 bulan
penuh tanpa pemberian makanan tambahan apapun. Hal ini dapat
memberikan keuntungan pada bayi agar lebih kebal terhadap penyakit dan
sebagai penunda kehamilan pada ibu untuk sementara waktu.
- ibu mengatakan hanya memberikan ASI saja
KUNJUNGAN III (6 Hari )
SUBJEKTIF
Ibu mengatakan nyeri jahitan perenium sudah berkurang
ibu mengatakan jahitan ruptur perenium sudah mulai mengering

OBJEKTIF
Keadaan umum : Baik
Keadaan emosional : Stabil
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD :110/90mmHg RR : 24 x/m
N : 83 x/m S : 36,20C
Anogenital
Labia mayora/minora : Tidak ada kelainan
Pengeluaran pervaginam
Jenis lochea : Sanguelenta
Warna : Merah kecoklatan
Bau : Khas lochea
Perineum : Ada luka jahitan derajat2
Anus : Tidak ada haemoroid

ANALISA
42

Diagnosa : P3A0 AH3 Post partum hari ke 6 dengan rupture perenium


Masalah : tidak ada
Kebutuhan : Asuhan masa nifas 6 hari

PELAKSANAAN
1. – beritahu ibu hasil pemeriksaan
- Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa ibu dalam
keadaan normal dengan hasil pemeriksaan keadaan umum baik pengeluaran
lochea serosa dengan warna kecoklatan, kontraksi uterus baik, TFU
pertengahan pusat-simpisis.
- ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. – Ingatkan teknik senam nifas
- Mengingatkan kembali teknik senam nifas
a. Hari pertama Berbaring dengan lutut ditekuk. Tempatkan tangan di atas
perut di bawah area iga-iga. Napas dalam dan lambat melalui hidung
tahan hingga hitungan ke-5 atau ke-8 dan kemudian keluarkan melalui
mulut, kencangkan dinding abdomen untuk membantu mengosongkan
paru-paru. Lakukan dalam waktu 5-10 kali hitungan.
b. Hari kedua Berbaring terlentang, lengan dikeataskan diatas kepala,
telapak terbuka keatas. Kendurkan lengan kiri sedikit dan renggangkan
lengan kanan. Pada waktu yang bersamaan rilekskan kaki kiri dan
renggangkan kaki kanan sehingga ada regangan penuh pada seluruh
bagian kanan tubuh. Lakukan 5-10 kali gerakan.
c. Hari ketiga Sikap tubuh terlentang tapi kedua kaki agak dibengkokan
sehingga kedua telapak kaki menyentuh lantai. Lalu angkat pantat ibu dan
tahan hingga hitungan ke-3 atau ke-5 lalu turunkan pantat ke posisi
semula dan ulangi gerakan hingga 5-10 kali.
d. Hari keempat Sikap tubuh bagian atas terlentang dan kaki ditekuk ±45º
kemudian salah satu tangan memegang perut setelah itu angkat tubuh ibu
±45º dan tahan hingga hitungan ke-3 atau ke-5. Lakukan gerakan tersebut
5-10 kali.
43

e. Hari kelima Sikap tubuh masih terlentang kemudian salah satu kaki
ditekuk ±45º kemudian angkat tubuh dan tangan yang berseberangan
dengan kaki yang ditekuk usahakan tangan menyentuh lutut. Gerakan ini
dilakukan secara bergantian dengan kaki dan tangan yang lain. Lakukan
hingga 5-10 kali.
f. Hari keenam Sikap tubuh terlentang kemudian tarik kaki sehingga paha
membentuk sudut ±90º lakukan secara bergantian dengan kaki yang lain.
Lakukan 5-10 kali
- ibu telah malakukan senam nifas sesuai anjuran dan mengatakan pegal-pegal
pada badannya berkurang dan jahitan perenium sudah mulai mengering
3. – ingatakan kembali
ibu untuk memberikan ASI Ekslusif
- Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI saja pada bayi selama 6 bulan
penuh tanpa pemberian makanan tambahan apapun. Hal ini dapat
memberikan keuntungan pada bayi agar lebih kebal terhadap penyakit dan
sebagai penunda kehamilan pada ibu untuk sementara waktu.
- ibu mengatakan akan mengusahakan sebaik mungkin untuk memberikan ASI
ekslusif
4. – ingatkan ibu untuk
mengkonsumsi vitamin
- mengingatkan ibu untuk mengkonsumsi vitamin yang di berikan
- ibu mnegatakan rutin mengkonsumsi vitamin yang di berikan
5. - anjurkan ibu untuk
kunjungan ulang
- Menganjurkan ibu untuk memeriksakan keadaannya 1 minggu lagi atau
segera mungkin jika ada keluhan.
- ibu mengatakan bersedia kunjungan ulang
44

BAB V
PEMBAHASAN

Hasil asuhan kebidanan pada ibu nifas yang dilakukan pada 6 Jam post
partum. Ibu mengatakan perut masih terasa mulas, ibu mengatakan perenium
masih terasa sedikit nyeri, Hasil pemeriksaan payudara pembesaran ada, kanan
dan kiri, puting susu menonjol, bersih, hiperpigmentasi ada pada daerah areola
dan putting, benjolan tidak ada, sudah ada pengeluaran, Pada kunjungan kedua
ASI kurang lancar, dan pada kunjungan ketiga dan keempat ASI sudah lancar.
Hasil pmeriksaan anogenital pengeluaran berwarna merah segar dan
mengandung darah yang disebut dengan lochea rubra. Pada kunjungan kedua
sudah berwarna kecoklatan yang disebut lochea sanguelenta dan pada kunjungan
ketiga dan keempat sudah berwarna lebih pucat, putih kekuningan yang disebut
lochea alba dan jahitan ruptur perenium sudah mengering. Pada kunjungan
pertama Terdapat Jahitan ruptur perenium derajat II, pada kunjunga ke-2 ibu
masih merasakan nyeri pada jahitan luka perenium. pada kunjungan ke -3 jahitan
ruptur perenium terasa membaik dan mulai mengering.
45

Intervensi yang di lakukan pada kasus ini adalah memberikan asuhan pada
ibu nfas sesuai dengan hari kunjungan dan memberikan terapi senam nifas pada
ibu nifas dalam upaya mempercepat penyembuhan luka perenium. Senam nifas
membantu penyembuhan postpartum dengan membuat kontraksi dan pelepasan
secara bergantian pada otot-otot dasar panggul yaitu dengan membuat jahitan
lebih merapat, mempercepat penyembuhan, meredakan hemoroid, dan
meningkatkan pengendalian urin (wulandari, 2011). Senam yang cukup sering
dapat meningkatkan sirkulasi pada perineum, mempercepat penyembuhan dan
mengurangi pembengkakan. Juga membantu mengembalikan kekuatan dan tonus
otot pada dasar panggul (simkin, 2008). Menurut simkin (2008) menyebutkan
bahwa senam yang dilakukan cukup sering akan dapat meningkatkan sirkulasi
pada perineum. Melakukan senam akan membuat kontraksi dan pelepasan secara
bergantian pada otot-otot dasar panggul dan akan membuat jahitan lebih merapat
sehingga dapat mempercepat penyembuhan pada jahitan perineum sedangkan ibu
yang tidak melakukan senam kemungkinan akan mengalami penyembuhan luka
yang cukup lama selama 6- 10 hari pelaksanaan dan dihitung 24 jam setelah
persalinan (wulandari 2011)
Senam nifas merupakan bentuk ambulasi dini pada ibu-ibu nifas yang
salah satu tujuannya untuk memperlancar proses involusi, sedangkan
ketidaklancaran proses involusi dapat berakibat buruk pada ibu nifas seperti
terjadi pendarahan yang bersifat lanjut dan kelancaran proses involusi. (Diana,
2016). Manfaat senam nifas diantaranya adalah membantu penyembuhan rahim,
perut, dan otot pinggul yang mengalami trauma serta mempercepat kembalinya
bagian-bagian tersebut ke bentuk normal, membantu menormalkan sendi-sendi
yang menjadi longgar akibat kehamilan dan persalinan, serta mencegah
perlemahan dan peregangan lebih lanjut. Latihan senam nifas dapat segera dimulai
dalam waktu 24 jam setelah melahirkan lalu secara teratur setiap hari.
Cara melakukan senam nifas yang di ajarkan kepada pasien adalah :
Hari pertama Berbaring dengan lutut ditekuk. Tempatkan tangan di atas
perut di bawah area iga-iga. Napas dalam dan lambat melalui hidung tahan hingga
hitungan ke-5 atau ke-8 dan kemudian keluarkan melalui mulut, kencangkan
46

dinding abdomen untuk membantu mengosongkan paru-paru. Lakukan dalam


waktu 5-10 kali hitungan.
Hari kedua Berbaring terlentang, lengan dikeataskan diatas kepala, telapak
terbuka keatas. Kendurkan lengan kiri sedikit dan renggangkan lengan kanan.
Pada waktu yang bersamaan rilekskan kaki kiri dan renggangkan kaki kanan
sehingga ada regangan penuh pada seluruh bagian kanan tubuh. Lakukan 5-10 kali
gerakan.
Hari ketiga Sikap tubuh terlentang tapi kedua kaki agak dibengkokan
sehingga kedua telapak kaki menyentuh lantai. Lalu angkat pantat ibu dan tahan
hingga hitungan ke-3 atau ke-5 lalu turunkan pantat ke posisi semula dan ulangi
gerakan hingga 5-10 kali.
Hari keempat Sikap tubuh bagian atas terlentang dan kaki ditekuk ±45º
kemudian salah satu tangan memegang perut setelah itu angkat tubuh ibu ±45º dan
tahan hingga hitungan ke-3 atau ke-5. Lakukan gerakan tersebut 5-10 kali.
Hari kelima Sikap tubuh masih terlentang kemudian salah satu kaki
ditekuk ±45º kemudian angkat tubuh dan tangan yang berseberangan dengan kaki
yang ditekuk usahakan tangan menyentuh lutut. Gerakan ini dilakukan secara
bergantian dengan kaki dan tangan yang lain. Lakukan hingga 5-10 kali.
Hari keenam Sikap tubuh terlentang kemudian tarik kaki sehingga paha
membentuk sudut ±90º lakukan secara bergantian dengan kaki yang lain. Lakukan
5-10 kali.
Penyembuhan luka perineum adalah mulai membaiknya luka perineum
dengan terbentuknya jaringan baru yang menutupi luka perineum dalam jangka
waktu 6-7 hari post partum (Qomariah, 2013). Tubuh yang sehat mempunyai
kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan dirinya. Peningkatan aliran
darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing dan
perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan. Proses
penyembuhan terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan
perawatan dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan. Sebagai
contoh, melindungi area yang luka bebas dari kotoran dengan menjaga kebersihan
membantu untuk meningkatkan penyembuhan jaringan (Yusuf, 2009)
47

Sedangkan menurut Suriadi (2016) salah satu faktor yang mempengaruhi


penyembuhan luka adalah mobilisasi. Mobilisasi atau ambulasi dini terbukti
bermanfaat untuk mengurangi insiden tromboembolisme dan mempercepat
pemulihan kekuatan ibu. Tirah baring tidak diperlukan oleh ibu yang mendapat
anestesi umum, anestesi epidural, atau spinal, atau mendapat anestesi lokal,
seperti blok pudendal. Ibu dapat bergerak bebas setelah pengaruh anestesi hilang,
kecuali bila ia diberi analgesic. Setelah periode istirahat vital pertama berakhir,
ibu di dorong untuk sering berjalan-jalan. Apabila seorang ibu menjalani tirah
baring lebih dari 8 jam (misalnya setelah operasi sectio caesarea) akan ada
indikasi untuk latihan guna memperbaiki sirkulasi di tungkai, yakni dengan cara
rutin sebagai berikut : lakukan fleksi dan ekstensi kaki secara bergantian, putar
tumit dengan gerakan sirkulair, lakukan fleksi dan ekstensi tungkai secara
bergantian, tekan bagian belakang lutut ke permukaan tempat tidur, rileks (Bobak,
2013).
Pasien menunjukkan bahwa mereka sudah mampu untuk melakukan
mobilisasi salah satunya adalah senam nifas. dengan melakukan senam nifas maka
responden dapat memperbaiki fungsi-fungsi tubuh secara normal dan kembali
pada fungsi normal setelah melahirkan. hal ini mengindikasikan mempunyai
kemauan kuat untuk dapat melakukan perawatan pada masa nifas dengan baik dan
responden berharap agar mereka dapat melakukan penyembuhan luka dengan
baik.
Setelah di lakukan kunjungan 3 kali dalam melakukan senam nifas, ibu
merasakan nyeri jahitan ruptur perenium berkurang dan ibu sudah dapat
melakukan secara mandiri senam nifas.
48

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah di lakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan Senam nifas
terhadap Ny. S didapatkan kesimpulan :
a.Telah di lakukan pengkajian data subjektif pada Ny. S dengan senam nifas

di Puskesmas Bandar Agung Lampung Tengah

b. Diagnosa kebidanan sesuai dengan prioritas yaitu Ny. S dengan senam

nifas di Puskesmas Bandar Agung Lampung Tengah

c.Rencana Asuhan Kebidanan yang akan diberikan pada pada Ny. S adalah

memberikan asuhan kebidanan pada ibu post partum dan mengajari ibu

untuk melakukan senam nifas


49

d. Melaksanakan penerapan senam nifas pada pada Ny. S dengan rupture

perenium di Puskesmas Bandar Agung Lampung Tengah sesuai dengan

rencana asuhan kebidanan yang telah di susun.

e.Melakukan evaluasi penerapan senam nifas pada pada Ny. S di Puskesmas

Bandar Agung Lampung Tengah yang telah dilakukan pada kunjungan hari

ke 1-6 dengan hasil Asuhan Kebidanan pada Ny. S tidak ada kesenjangan

antara teori dan praktek. Pada kunjungan ke-2 sudah terlihat hasil nyeri

jahitan perenium berkurang dan luka mulai mengering, dan pada kunjungan

ke -3 ibu tidak mengeluh lagi pegal pada badannya, dan jahitan ruptur

perenium mengering.

f. Telah di lakukan pendokumentasian Asuhan Kebidanan dengan SOAP pada

Ny. S dengan Ruptur Perenium menggunakan terapi senam nifas di

Puskesmas Bandar Agung Lampung Tengah

B. Saran
1. Bagi Lahan Praktik
Hasil laporan tugas akhir pada ibu nifas dengan senam nifas diharapkan
dapat diterapkan dan di konselingkan pada ibu post partum yang berada di
lahan praktik sebagai upaya mempercepat penyembuhan luka perenium.

2. Untuk Institusi Pendidikan


institusi pendidikan dapat meningkatkan kembali asuhan kebidanan pada
ibu nifas dengan senam nifas sebagai upaya dalam upaya penyembuhan
luka perenium.

3. Bagi penulis LTA lainnya


50

Bagi penulis LTA selanjutya dapat menambah teknik dalam melakukan


asuhan kebidanan pada ibu nifas dalam upaya mempercepat
penyembuhan luka perenium

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Vivian N.L., & Sunarsih, Tri. 2013. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
Jakarta: Salemba Medika

Dwi Nurwahyuningati. 2016. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan


Luka Pada Pasen Post Laparatomi

Hidayat, 2009. Pengantar kebutuhan dasar manusia : aplikasi konsep dan proses
keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Handayani, Esti. 2015. Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka Perineum


Pada Ibu Post Partum

Iqfadhilah. 2016. Penyakit Anemia, Gejala, penyebab dan cara pencegahan

Kemenkes RI, 2013. Pusdatin Siuasi ibu. Jakarta

Manuaba. 2013. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB. EGC: Jakarta

Morison, 2013. Manajemen Luka. Jakarta: EGC.

Mukarramah. 2013. Hubungan Pemenuhan Nutrisi dan Personal hygiene dalam


Masa Nifas dengan Penyembuhan Luka Perineum di Klinik Sehat Harapan
Ibu Kecamatan Glumpang Baro Kabupaten Pidie
51

Potter and Perry. 2011. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses
&. Praktek. Edisi 4. Vol 1. Jakarta: EGC

Rustam Mochtar. 2013. Sinopsis Obstetrii. EGC: Jakarta

Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba
Medika

Sjamsuhidajat, 2013. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta, EGC.

Suherni, dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas. Cetakan IV. Yogyakarta : Fitramaya

Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Edisi I.
Yogyakarta : ANDI

PROPOSAL LAPORAN TUGAS AKHIR

SENAM NIFAS PADA IBU POST PARTUM DENGAN RUPTUR


PERENIUM DI PUSKESMAS BANDAR AGUNG
LAMPUNG TENGAH
TAHUN 2019
52

DISUSUN OLEH :
ENDA PUSPASARI
1815401159

PRODI DIII KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
TAHUN AKADEMIK 2018/2019

PROPOSAL LAPORAN TUGAS AKHIR

SENAM NIFAS PADA IBU POST PARTUM DENGAN RUPTUR


PERENIUM DI PUSKESMAS BANDAR AGUNG
LAMPUNG TENGAH
TAHUN 2019
53

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Ahli Madya


Kebidanan Pada Program Studi DIII Kebidanan Tanjung Karang Jurusan
Kebidanan Politeknik Kesehatan Tanjung Karang

DISUSUN OLEH :
ENDA PUSPASARI
1815401159

PRODI DIII KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
TAHUN AKADEMIK 2018/2019

LEMBAR PERSETUJUAN

PROPOSAL LAPORAN TUGAS AKHIR

SENAM NIFAS PADA IBU POST PARTUM DENGAN RUPTUR


PERENIUM DI PUSKESMAS BANDAR AGUNG
LAMPUNG TENGAH
TAHUN 2019

Nama Mahasiswa : ENDA PUSPASARI


No Induk Mahasiswa : 1815401159
Program Studi : DIII Kebidanan
Fakultas : Kebidanan
54

MENYETUJUI

Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

(Risneni, SSiT., M.Kes) (Indah Trianingsih, SST., M.Kes)


NIP.196204311982102003 NIP. 198205292003122001

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Hidayah dan
Karunia-Nya, sehingga penyusunan Laporan Tugas akhir dengan judul
”SENAM NIFAS PADA IBU POST PARTUM DENGAN RUPTUR
PERENIUM DI PUSKESMAS BANDAR AGUNG LAMPUNG TENGAH
TAHUN 2019 ”. Pada kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan
terimakasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Warjidin Aliyanto,SKM.,M.Kes Selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Tanjung Karang.
2. Ibu Dr.,Hj.Sudarmi Spd.M.Kes Selaku Ketua Jurusan Politeknik Kesehatan
Tanjung Karang.
55

3. Ibu Nelly Indrasari, S.SIT .,M.Kes Selaku Ketua Program Study DIII
Kebidanan Politeknik Kesehatan Tanjung Karang.
4. Risneni, SSiT., M.Kes Selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan , arahan, serta motivasi kepada penulis sehingga laporan tugas
akhir ini dapat terwujud.
5. Indah Trianingsih, SST., M.Kes Selaku Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan , arahan, serta motivasi kepada penulis sehingga
laporan tugas akhir ini dapat terwujud.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan Laporan Tugas Akhir
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Semoga Laporan tugas akhir ini bermanfaat dan semoga Allah SWT
senantiasa melindungi kita semua amin.

Bandar lampung, Juni 2019

Peneliti

DAFTAR ISI

COVER..............................................................................................................i
HALAMAN JUDUL......................................................................................... ii
PERNYATAAN PENGAMBILAN KASUS....................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. iv
KATA PENGANTAR........................................................................................ iii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL..............................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................3
56

C. Tujuan.........................................................................................................4
D. Manfaat.......................................................................................................5
E. Ruang Lingkup...........................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Ruptur Perineum.........................................................................................7
B. Senam Nifas ...............................................................................................16
C. Hubungan senam nifas Dengan Penyembuhan Luka.................................21
D. Kewenangan Bidan.....................................................................................23
E. Landasan Hukum Kewenangan Bidan........................................................24
F. Hasil Penelitian Terkait...............................................................................28
G. Kerangka Teori...........................................................................................30
BAB III METODE STUDI KASUS
A. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan...................................................................31
B. Subyek Laporan Kasus...............................................................................31
C. Instrument Pengumpulan Data...................................................................31
D. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................32
E. Bahan dan Alat............................................................................................33

BAB IV HASIL TINJAUAN KASUS


Hasil tinjauan kasus .........................................................................................34
BAB V PEMBAHASAN
Pembahaan ......................................................................................................48
BAB VI PENUTUP
A. Simpulan ...................................................................................................53
B. Saran .........................................................................................................54

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
57

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Skala REEDA.............................................................................................13

DAFTAR GAMBAR
58

Tabel Halaman

a. Kerangka Teori...........................................................................................37

KARTU BIMBINGAN
59

Proposal Laporan Tugas Akhir

Nama : Enda Puspasari

NIM : RPL 1815401159

Semester : II (dua)

Pembimbing: Hj.,Risneni, SSiT., M.Kes

No Tanggal Materi bimbingan Saran perbaikan Paraf


60

KARTU BIMBINGAN
Proposal Laporan Tugas Akhir

Nama : Enda Puspasari

NIM : RPL 1815401159

Semester : II (dua)

Pembimbing: Indah Trianingsih,.SST.,M.Kes

No Tanggal Materi bimbingan Saran perbaikan Paraf

Anda mungkin juga menyukai