BAB IV
Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat yang
dilakukan pada tiap variabel dalam bentuk tabel distribusi frekuensi responden
responden didapat :
Tabel 4.1
Distribusi frekuensi pemberian ASI eksklusif
Pemberian ASI Eksklusif N %
Tidak Eksklusif 49 63,6
ASI Eksklusif 28 36,4
Total 77 100,0
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 77 responden didapatkan hasil
ibu yang tidak ASI eksklusif yaitu sebanyak 49 (63,6%) responden dan ibu yang
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi pekerjaan pada ibu
Pekerjaan N %
Bekerja 35 45,5
Tidak bekerja 42 54,5
Total 77 100,0
2
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 77 responden didapatkan hasil
ibu yang bekerja yaitu sebanyak 35 (45,5%) responden dan ibu yang tidak bekerja
Tabel 4.3
Distribusi frekuensi pengetahuan pada ibu
Pengetahuan N %
Kurang < 50% 54 70,1
Baik > 50% 23 29,9
Total 77 100,0
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari 77 responden didapatkan hasil
ibu yang berpengetahuan kurang < 50% yaitu sebanyak 54 (70,1%) responden
dan ibu yang berpengetahuan baik > 50% yaitu sebanyak 23 (29,9%) responden.
Tabel 4.4
Distribusi frekuensi Kelainan Bentuk Payudara pada ibu
Fisik N %
Ada kelainan 52 67,5
Tidak ada kelainan 25 32,5
Total 77 100,0
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 77 responden didapatkan hasil
ibu yang ada kelainan yaitu sebanyak 52 (67,5%) responden dan ibu yang tidak
Tabel 4.5
Distribusi frekuensi dukungan tenaga kesehatan
Dukungan tenaga kesehatan N %
Negatif 29 37,7
Positif 48 62,3
Total 77 100,0
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa dari 77 responden didapatkan hasil
Tabel 4.6
Hubungan pekerjaan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas
Kalirejo Kabupaten Pesawaran tahun 2019
Pekerjaan Pemberian ASI Eksklusif Total p-value OR
Tidak ASII 95% CI
Eksklusif Eksklusif
n % n % N %
Bekerja 31 88,6 4 11,4 35 100,0 0,000 10,333
Tidak Bekerja 18 42,9 24 57,1 42 100,0 (3,089-
34,562
Total 49 63,6 28 36,4 77 100,0
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui dari 35 responden dengan ibu bekerja
ASI tidak eksklusif dan sebanyak 24 (57,1%) yang memberikan ASI Eksklusif.
Hasil uji statistik didapat nilai p value 0,000 < α (0,000 < 0,05) dimana H0
2019. Dengan nilai OR didapat 10,333 artinya ibu yang bekerja mempunyai
resiko 10 kali untuk memberikan ASI tidak eksklusif dibandingkan ibu yang tidak
bekerja.
Tabel 4.7
Hubungan pengetahuan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas
Kalirejo Kabupaten Pesawaran tahun 2019
Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif Total p-value OR
Tidak Eksklusif ASI Eksklusif 95% CI
n % n % N %
Kurang < 50% 44 81,5 10 18,5 54 100,0 0,000 15,840
Baik > 50% 5 21,7 18 78,3 23 100,0 (4,745-
52,879)
Total 49 63,6 28 36,4 77 100,0
Asi tidak eksklusif dan sebanyak 10 (18,5%) responden yang memberikan ASI
eksklusif. Dan dari 23 responden dengan ibu berpengetahuan baik > 50%
Hasil uji statistik didapat nilai p value 0,000 < α (0,000 < 0,05) dimana H0
2019. Dengan nilai OR didapat 15,840 artinya ibu dengan pengetahuan kurang <
Tabel 4.8
Hubungan kelainan bentuk payudara dengan Pemberian ASI Eksklusif di
Puskesmas Kalirejo Kabupaten Pesawaran tahun 2019
Kelainan Pemberian ASI Eksklusif Total p-value OR
bentuk Tidak ASI Eksklusif 95% CI
payudara Eksklusif
n % n % N %
Ada kelainan 38 73,1 14 26,9 52 100,0 0,026 3,455
Tidak ada 11 44,0 14 56,0 25 100,0 (1,271 –
kelainan 9,386)
Total 49 63,6 28 36,4 77 100,0
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui dari 52 responden yang ada kelainan,
eksklusif.
Hasil uji statistik didapat nilai p value 0,026 < α (0,026 < 0,05) dimana H0
Pesawaran tahun 2019. Dengan nilai OR didapat 3,455 artinya ibu yang ada
kelainan bentuk payudara mempunyai resiko 3,4 kali untuk memberikan ASI
tidak eksklusif dibandingkan ibu yang tidak ada kelainan bentuk payudara.
6
Tabel 4.9
Hubungan dukungan tenaga kesehatan dengan Pemberian ASI Eksklusif di
Puskesmas Kalirejo Kabupaten Pesawaran tahun 2019
Dukungan Pemberian ASI Eksklusif Total p-value OR
petugas Tidak Eksklusif ASI Eksklusif 95% CI
kesehatan n % n % N %
Negatif 24 82,8 17,2 29 100,0 0,014 4,416
Positif 25 52,1 23 47,9 48 100,0 (1,444 –
13,502)
Total 49 63,6 28 36,4 77 100,0
Hasil uji statistik didapat nilai p value 0,014 < α (0,014 < 0,05) dimana H0
Pesawaran tahun 2019. Dengan nilai OR didapat 4,416 artinya dukungan tenaga
kesehatan positif mempunyai resiko 4,4 kali untuk memberikan ASI tidak
4.2 Pembahasan
tidak ASI eksklusif yaitu sebanyak 49 (63,6%) responden dan ibu yang ASI
Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif adalah
ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa
menambahkan dan/ atau mengganti dengan makanan atau minuman lain kecuali
vitamin, oralit dan obat. Namun, setelah usia 6 bulan dan sejalan
dengan bertambahnya usia bayi, kebutuhan nutrisi tidak cukup dari ASI saja,
bayi akan memperlihatkan minat akan makanan selain dalam bentuk ASI. Air
susu ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-
bulan pertama kehidupan (Soetjiningsih, 2013). ASI merupakan sumber gizi yang
sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan
pertumbuhan bayi, karena ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna baik
secara kualitas maupun kuantitas. ASI sebagai makanan tunggal akan cukup
memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi normal sampai usia 4-6 bulan
(Roesli, 2013).
8
Ibu Menyusui”. Hasil penelitian diperoleh Ibu yang memberikan ASI eksklusif di
secara ekslusif saja, tanpa tambahan cairan seperti susu formula, jeruk, madu, air
teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur
bekerja yaitu sebanyak 35 (45,5%) responden dan ibu yang tidak bekerja yaitu
oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas
hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesi. Jika pada pengertian
yang menyatakan kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja dan
keterlambatan ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif. Secara teknis hal itu
ASI. Pada hakekatnya pekerjaan tidak boleh menjadi alasan ibu untuk berhenti
memberikan ASI secara eksklusif. Untuk menyiasati pekerjaan maka selama ibu
tidak dirumah, bayi mendapatkan ASI perah yang telah diperoleh satu hari
sebelumnya. Kurangnya percaya diri ibu bahwa ASI cukup untuk bayi Adanya
bayinya ke tempat kerja dan menyusui setiap beberapa jam. Namun bila kondisi
tidak memungkinkan maka ASI perah/pompa adalah pilihan yang paling tepat.
42 ibu bekerja (73,8%) tidak memberikan ASI eksklusif dari sebanyak 22 ibu
Menurut pendapat peneliti ibu yang tidak bekerja akan memberikan ASI
eksklusif dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Karena ibu yang tidak bekerja
Pada ibu yang bekerja, singkatnya masa cuti hamil atau melahirkan
berpengetahuan kurang < 50% yaitu sebanyak 54 (70,1%) responden dan ibu
ibu yang mempunyai pengetahuan baik tentang ASI (56,5%) tidak memberikan
diketahui yang diperoleh dari persentuhan panca indera terhadap objek tertentu.
merasakan, dan berfikir yang menjadi dasar manusia dan bersikap dan bertindak.
dasarkan oleh pengetahuan akan langgeng dari pada perbuatan yang tidak didasari
oleh pengetahuan.
Berdasarkan hasil penelitian dari 77 responden didapatkan hasil ibu yang ada
kelainan yaitu sebanyak 52 (67,5%) responden dan ibu yang tidak ada kelainan
menyusui, yaitu bayi tidak menyusui sampai ke kalang payudara. Selain itu
puting yang lecet juga dapat disebabkan oleh moniliasis pada mulut bayi yang
menular pada puting susu ibu. Akibat dari pemakaian sabun, alkohol, krim, atau
PASI kepada bayi usia 0 – 6 bulan dibandingkan dengan responden yang tidak
Menurut pendapat peneliti rasa nyeri ini juga dapat timbul apabila ibu
(2013) Peran adalah suatu pola tingkah laku, kepercayaan, nilai, sikap yang
diharapkan oleh masyarakat muncul dan menandai sifat dan tindakan si pemegang
12
eksklusif (55,4%) tidak memberikan ASI eksklusif dan sebanyak 6 ibu yang
Menurut pendapat peneliti peran (role) adalah perilaku yang diharapkan dari
peran dengan cara yang sama sebagaimana orang lain memandangnya. Sifat
tersebut.
Hasil uji statistik didapat nilai p value 0,000 < α (0,000 < 0,05) dimana H0
2019. Dengan nilai OR didapat 10,333 artinya ibu yang bekerja mempunyai
resiko 10 kali untuk memberikan ASI tidak eksklusif dibandingkan ibu yang tidak
bekerja.
13
partisipasi wanita dalam angkatan kerja dan adanya emansipasi dalam segala
secara eksklusif. Secara teknis hal itu dikarenakan kesibukan ibu sehingga tidak
boleh menjadi alasan ibu untuk berhenti memberikan ASI secara eksklusif. Untuk
menyiasati pekerjaan maka selama ibu tidak dirumah, bayi mendapatkan ASI
perah yang telah diperoleh satu hari sebelumnya. Kurangnya percaya diri ibu
bahwa ASI cukup untuk bayi Adanya langkah ibu-ibu yang terburu-buru memberi
makanan/susu lain sebelum ASI keluar. Secara ideal tempat kerja yang
Dengan demikian ibu dapat membawa bayinya ke tempat kerja dan menyusui
setiap beberapa jam. Namun bila kondisi tidak memungkinkan maka ASI
perah/pompa adalah pilihan yang paling tepat. Tempat kerja yang memungkinkan
Kecamatan Banyumanik Kota Semarang ”. hasil uji chi statistik kurang dari 5
berarti nilai p < 0,05, sehingga nilai tersebut menunjukkan ada pengaruh yang
eksklusif hal ini dimungkinkan karena pekerjaan ibu tidak terikat, dimana ibu
tidak bekerja sampai harus meninggalkan anak dari pagi sampai sore, atau adanya
fasilitas ditempat ibu bekerja sehingga ibu dapat memompa asi dan
memberikannya kepada anak dan adanya kebijakan dari tempat bekerja ibu yang
memperbolehkan ibu untuk pulang dan memberikan asi pada bayinya, banyak
cara yang dapat dilakukan oleh ibu bekerja untuk dapat terus memberikan ASI
kepada bayinya apalagi jika ibu mengetahui bahwa ASI dapat di simpan di dalam
kulkas dan di dalam ruangan dengan suhu yang tepat, peran petugas kesehatan
sangat penting untuk dapat memberikan informasi dengan benar kepada ibu-ibu
yang bekerja untuk terus memberikan ASI kepada bayinya selama 6 bulan, dan
merupakan sumber ketegangan dan stress yang besar bagi para ibu bekerja.
Mulai dari peraturan kerja yang kaku, bos yang tidak bijaksana, beban kerja yang
bekerja sama, waktu kerja yang sangat panjang, atau pun ketidaknyamanan
psikologis yang dialami akibat dari problem sosial-politis di tempat kerja. Situasi
demikian akan membuat ibu menjadi amat lelah, sementara kehadirannya masih
sangat dinantikan oleh keluarga di rumah. Kelelahan psikis dan fisik itu lah yang
15
sering membuat mereka sensitif dan emosional, baik terhadap anak-anak maupun
terhadap suami. Menurut pendapat peneliti Bila sudah bekerja, kadang ibu tidak
mau direpotkan dengan kegiatan dalam memompa ASI di tempat bekerja. Bahkan
keindahan tubuh akhirnya ASI tidak diberikan. Di tempat bekerja, banyak kantor
atau institusi kerja tidak mendukung program pemberian ASI. Tidak ada upaya
penyiapan ruangan khusus untuk tempat menyusui atau memompa ASI saat ibu
bekerja. Di tempat umum seperti plasa, pertokoan atau bandara banyak tidak
tersedia tempat khusus untuk menyusui bayi. Apalagi di daerah perkotaan harga
sewa lahan yang sangat tinggi tampaknya para pengusaha tidak rela
bayi. Pemberian cuti melahirkan yang hanya tiga bulan akan menyulitkan
makanan alami terbaik yang melekat pada tubuh ibunya. Sebagai gantinya, bayi
tidak terjangkau oleh daya beli rumah tangga. Memberi ASI selama ibu bekerja di
kantor berarti ibu harus memupuk kerjasama dengan pengasuh.Jika yang ibu
percayai merawatnya adalah orangtua sendiri atau mertua. Kalau mereka tidak
punya pemahaman yang sama tentang pemberian dan manfaat ASI eksklusif,
ditambah pengalaman mereka dulu mungkin menyusui sambil dicampur susu atau
melahirkan hanya tiga bulan. Karena itu, kendati kampanye nasional pemberian
16
ASI eksklusif selama enam bulan dicanangkan, kenyataannya hal itu sulit
dilakukan bagi ibu yang bekerja di luar rumah. Kondisi fisik dan mental yang
lelah setelah bekerja sepanjang hari telah menghambat kelancaran produksi ASI.
Akhirnya, jumlah ASI akan semakin sedikit dan atau kering sebelum masa
Menurut pendapat peneliti pemberian informasi yang berguna bagi ibu oleh
tenaga kesehatan seperti informasi bagai mana pemberian ASI pada ibu-ibu yang
waktunya, dengan cara memompa atau dengan memerah ASI, lalu kemudian
disimpan dan diberikan pada bayinya nanti. Kebanyakan ibu yang bekerja tidak
memberikan ASI esklusif pada bayinya, tapi ada pula ibu yang bekerja dapat
Hasil uji statistik didapat nilai p value 0,000 < α (0,000 < 0,05) dimana H0
2019. Dengan nilai OR didapat 15,840 artinya ibu dengan pengetahuan kurang <
dan ini terjadi setelah seseorang mengingat kembali terhadap suatu hal spesifik
yang dipelajari dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.
kurang, namun pengetahuan tersebut dapat diubah jika responden mau mencari
informasi tentang bagaimana pemberian ASI Eksklusif yang baik dan benar untuk
bayi melalui petugas kesehatan maupun media baik elektronik maupun cetak,
sendiri menganjurkan ibu menyusui menggunakan susu formula maka ibu tidak
akan pernah memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya malah ibu menyusui akan
lebih percaya bahwa susu formula-lah yang paling baik untuk bayinya, oleh sebab
(Soejtiningsih, 2013).
tradisi keluarga, peran suami dan keluarga dan peran tenaga kesehatan dengan
faktor yang menghambat praktik ASI Eksklusif. Hasil penelitian yang diperoleh
variabel yang berhubungan dengan faktor yang menghambat praktik ASI Ekslusif
memberikan ASI eksklusif hal ini dimungkinkan adanya penyebab lain sehingga
ibu tidak bisa memberikan ASI kepada bayinya seperti ibu bekerja atau ibu
memiliki kelainan pada payudara sehingga ibu tidak menyusui bayinya atau
adanya fakto lain yang tidak diambil dalam penelitian ini seperti gencarnya iklan
susu formula yang seolah-olah digambarkan perkembangan anak akan lebih baik
seperti takut jika menyusui akan membuat payudara tidak kencang atau tidak
yang benar kepada ibu semenjak ibu memeriksakan diri saat hamil.
Hasil uji statistik didapat nilai p value 0,026 < α (0,026 < 0,05) dimana H0
Pesawaran tahun 2019. Dengan nilai OR didapat 3,455 artinya ibu yang ada
kelainan bentuk payudara mempunyai resiko 3,4 kali untuk memberikan ASI
tidak eksklusif dibandingkan ibu yang tidak ada kelainan bentuk payudara.
19
Sejalan dengan penelitian Sahusilawale (2013) dari hasil uji statistic diperoleh
nilai p = 0,017 (p < 0,05) dengan demikian Ho ditolak. Hal ini berarti ada
dilihat dari koefisien 𝜑 (phi) sebesar 0, 369. Hal ini berarti hubungan sedang atau
pemberian PASI.
faktor fisik (penyakit pada payudara) namun tidak memberikan ASI eksklusif hal
ini disebabkan adanya faktor lain seperti kurangnya pengetahuan ibu, ibu yang
bekerja maupun adanya faktor lain yang tidak diambil dalam penelitian ini seperti
dukungan suami, faktor psikologis dan lain – lain sehingga ibu tidak memberikan
ASI secara eksklusif kepada bayinya atau adanya budaya yang kuat didalam
keluarga ibu dimana bayi ada yang sudah diberi ASI sehingga ibu gagal dalam
memberikan ASI eksklusif. Dari responden yang ada faktor fisik, dan terdapat
responden tidak ada hambatan memberikan ASI eksklusif hal ini dimungkinkan
adanya faktor yang mendukung ibu walaupun ibu memiliki kelainan pada
ASI ekslusif, seperti jika ibu memiliki puting susu terbenam sudah ada alat yang
untuk menyambung puting susu ibu atau ibu rajin melakukan perawatan puting
20
susu, sehinga yang awalnya ibu memiliki puting susu terbenam setelah dilakukan
perawatan dapat diperbaiki atau kelainan seperti bengkak pada payudara yang
dapat diatasi oleh ibu dan terdapat responden tidak memberikan ASI eksklusif.
Menurut pendapat peneliti kelainan pada payudara dapat menjadi salah satu
faktor kegagalan pemberian ASI Eksklusif. Pada penelitian ini terbukti bahwa
mastitis merupakan salah satu faktor ibu tidak memberikan ASI secara eksklusif
tetapi memberikan PASI pada bayi usia dibawah 6 bulan. Responden yang
mengalami mastitis enggan untuk memberikan ASI kepada bayi mereka, dengan
alasan akan terasa sakit pada saat menyusui, sehingga untuk sementara digantikan
dengan susu formula, malahan ada yang responden yang menghentikan sama
Hasil uji statistik didapat nilai p value 0,014 < α (0,014 < 0,05) dimana H0
Pesawaran tahun 2019. Dengan nilai OR didapat 4,416 artinya dukungan tenaga
kesehatan positif mempunyai resiko 4,4 kali untuk memberikan ASI tidak
Sikap positif akan membawa dampak dengan pemberian ASI eksklusif,. Peran
ibu yang tidak memberikan asi eksklusif menjadi memberikan asi eksklusif untuk
yang akan datang. Seperti pemberian penyuluhan diberikan ketika ibu hamil
trimester III bukan diberikan setelah masa nifas, melakukan kunjungan rumah
21
pada ibu yang memiliki bayi kurang dari 6 bulan yang dapat diwakilkan kepada
Kecamatan Banyumanik Kota Semarang ”. Hasil uji statistik Nilai p dari uji
ASI eksklusif.
posyandu merupakan hal yang utama untuk meningkatkan derajat kesehatan, hal
ini dapat menimbulkan perilaku dengan pemberian ASI eksklusif . Sikap yang
penelitian dan teori, peneliti berpendapat bahwa sikap petugas kesehatan akan
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Diketahui dari 77 responden didapatkan hasil ibu yang tidak ASI eksklusif yaitu
sebanyak 49 (63,6%) responden dan ibu yang ASI ekslusif sebanyak 28 (36,4%)
responden.
2. Diketahui dari 77 responden didapatkan hasil ibu yang bekerja yaitu sebanyak 35
(45,5%) responden dan ibu yang tidak bekerja yaitu sebanyak 42 (54,5%)
responden.
3. Diketahui dari 77 responden didapatkan hasil ibu yang berpengetahuan kurang <
50% yaitu sebanyak 54 (70,1%) responden dan ibu yang berpengetahuan baik >
4. Diketahui dari 77 responden didapatkan hasil ibu yang ada kelainan yaitu
sebanyak 52 (67,5%) responden dan ibu yang tidak ada kelainan yaitu sebanyak
25 (32,5%) responden.
3,455).
4,416).
5.2 Saran
sebagai berikut:
1. Bagi Puskesmas
meningkatkan promosi
tentang pentingnya
termotivasi untuk
memberikan dukungan
ASI eksklusif.
memberikan penyuluhan,
pengembangan media
mendapatkan pelatihan
meningkatkan program
menyusui.
2. Bagi Masyarakat
a. Ibu bayi hendaknya lebih aktif mencari informasi tentang ASI eksklusif dan
manfaat dari ASI eksklusif, dengan memahami manfaat ASI dapat mengubah
b. Suami mendukung ibu dalam pemberian ASI, dengan dukungan suami dapat
mengubah sikap atau pandangan ibu terhadap manfaat ASI bagi bayinya.
c. Membuat kelompok peduli ASI dalam kelompok PKK, dimana satu orang
ibu memantau 5 ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan dalam pemberian
26
d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para ibu yang
memiliki bayi, untuk memberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan. Dan
bersikap positif terhadap pemberian ASI bahwa ASI sangatlah penting untuk
3. Bagi Peneliti
pemberian ASI Eksklusif menjadi berpikir positif bahwa ASI sangat penting
untuk bayi