Anda di halaman 1dari 26

1

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Analisis Univariat

Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat yang

dilakukan pada tiap variabel dalam bentuk tabel distribusi frekuensi responden

berdasarkan faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di

Puskesmas Kalirejo Kabupaten Pesawaran tahun 2019. Hasil penelitian terhadap X

responden didapat :

1. Distribusi frekuensi Pemberian ASI Eksklusif

Tabel 4.1
Distribusi frekuensi pemberian ASI eksklusif
Pemberian ASI Eksklusif N %
Tidak Eksklusif 49 63,6
ASI Eksklusif 28 36,4
Total 77 100,0
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 77 responden didapatkan hasil

ibu yang tidak ASI eksklusif yaitu sebanyak 49 (63,6%) responden dan ibu yang

ASI ekslusif sebanyak 28 (36,4%) responden.

2. Distribusi frekuensi pekerjaan pada ibu

Tabel 4.2
Distribusi frekuensi pekerjaan pada ibu
Pekerjaan N %
Bekerja 35 45,5
Tidak bekerja 42 54,5
Total 77 100,0
2

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 77 responden didapatkan hasil

ibu yang bekerja yaitu sebanyak 35 (45,5%) responden dan ibu yang tidak bekerja

yaitu sebanyak 42 (54,5%) responden.

3. Distribusi frekuensi pengetahuan pada ibu

Tabel 4.3
Distribusi frekuensi pengetahuan pada ibu
Pengetahuan N %
Kurang < 50% 54 70,1
Baik > 50% 23 29,9
Total 77 100,0
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari 77 responden didapatkan hasil

ibu yang berpengetahuan kurang < 50% yaitu sebanyak 54 (70,1%) responden

dan ibu yang berpengetahuan baik > 50% yaitu sebanyak 23 (29,9%) responden.

4. Distribusi kelainan bentuk payudara pada ibu

Tabel 4.4
Distribusi frekuensi Kelainan Bentuk Payudara pada ibu
Fisik N %
Ada kelainan 52 67,5
Tidak ada kelainan 25 32,5
Total 77 100,0
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 77 responden didapatkan hasil

ibu yang ada kelainan yaitu sebanyak 52 (67,5%) responden dan ibu yang tidak

ada kelainan yaitu sebanyak 25 (32,5%) responden.


3

5. Distribusi frekuensi dukungan tenaga kesehatan pada ibu hamil

Tabel 4.5
Distribusi frekuensi dukungan tenaga kesehatan
Dukungan tenaga kesehatan N %
Negatif 29 37,7
Positif 48 62,3
Total 77 100,0
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa dari 77 responden didapatkan hasil

dukungan tenaga kesehatan negatif yaitu sebanyak 29 (37,7%) responden dan

dukungan tenaga kesehatan positif yaitu sebanyak 48 (62,3%) responden.

4.1.2 Analisis Bivariat

1. Hubungan pekerjaan dengan Pemberian ASI Eksklusif

Tabel 4.6
Hubungan pekerjaan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas
Kalirejo Kabupaten Pesawaran tahun 2019
Pekerjaan Pemberian ASI Eksklusif Total p-value OR
Tidak ASII 95% CI
Eksklusif Eksklusif
n % n % N %
Bekerja 31 88,6 4 11,4 35 100,0 0,000 10,333
Tidak Bekerja 18 42,9 24 57,1 42 100,0 (3,089-
34,562
Total 49 63,6 28 36,4 77 100,0

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui dari 35 responden dengan ibu bekerja

sebanyak 31 (88,6%) responden yang memberikan ASI tidak eksklusif dan

sebanyak 4 (11,4%) responden yang memberikan ASI eksklusif. Sedangkan dari

42 responden dengan ibu tidak bekerja sebanyak 18 (42,9%) yang memberikan

ASI tidak eksklusif dan sebanyak 24 (57,1%) yang memberikan ASI Eksklusif.

Hasil uji statistik didapat nilai p value 0,000 < α (0,000 < 0,05) dimana H0

ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pekerjaan dengan


4

pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Kalirejo Kabupaten Pesawaran tahun

2019. Dengan nilai OR didapat 10,333 artinya ibu yang bekerja mempunyai

resiko 10 kali untuk memberikan ASI tidak eksklusif dibandingkan ibu yang tidak

bekerja.

2. Hubungan pengetahuan dengan Pemberian ASI Eksklusif

Tabel 4.7
Hubungan pengetahuan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas
Kalirejo Kabupaten Pesawaran tahun 2019
Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif Total p-value OR
Tidak Eksklusif ASI Eksklusif 95% CI
n % n % N %
Kurang < 50% 44 81,5 10 18,5 54 100,0 0,000 15,840
Baik > 50% 5 21,7 18 78,3 23 100,0 (4,745-
52,879)
Total 49 63,6 28 36,4 77 100,0

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui dari 54 responden dengan ibu

berpengetahuan kurang < 50% sebanyak 44 (81,5%) responden yang memberikan

Asi tidak eksklusif dan sebanyak 10 (18,5%) responden yang memberikan ASI

eksklusif. Dan dari 23 responden dengan ibu berpengetahuan baik > 50%

sebanyak 5 (21,7%) yang memberikan ASI tidak eksklusif dan sebanyak 18

(78,3%) yang memberikan ASI Eksklusif.

Hasil uji statistik didapat nilai p value 0,000 < α (0,000 < 0,05) dimana H0

ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan

pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Kalirejo Kabupaten Pesawaran tahun

2019. Dengan nilai OR didapat 15,840 artinya ibu dengan pengetahuan kurang <

50% mempunyai resiko 15 kali untuk memberikan ASI tidak eksklusif

dibandingkan ibu yang berpengetahua baik > 50%.


5

3. Hubungan kelaianan bentuk payudara dengan Pemberian ASI Eksklusif

Tabel 4.8
Hubungan kelainan bentuk payudara dengan Pemberian ASI Eksklusif di
Puskesmas Kalirejo Kabupaten Pesawaran tahun 2019
Kelainan Pemberian ASI Eksklusif Total p-value OR
bentuk Tidak ASI Eksklusif 95% CI
payudara Eksklusif
n % n % N %
Ada kelainan 38 73,1 14 26,9 52 100,0 0,026 3,455
Tidak ada 11 44,0 14 56,0 25 100,0 (1,271 –
kelainan 9,386)
Total 49 63,6 28 36,4 77 100,0

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui dari 52 responden yang ada kelainan,

sebanyak 38 (73,1%) responden yang memberikan ASI tidak eksklusif dan

sebanyak 14 (26,9%) responden yang memberikan ASI eksklusif. Dan dari 25

responden yang tidak ada kelainan, sebanyak 11 (44,0%) responden memberikan

ASI tidak Eksklusif dan sebanyak 14 (56,0%) responden memberikan ASI

eksklusif.

Hasil uji statistik didapat nilai p value 0,026 < α (0,026 < 0,05) dimana H0

ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan kelainan bentuk

payudara dengan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Kalirejo Kabupaten

Pesawaran tahun 2019. Dengan nilai OR didapat 3,455 artinya ibu yang ada

kelainan bentuk payudara mempunyai resiko 3,4 kali untuk memberikan ASI

tidak eksklusif dibandingkan ibu yang tidak ada kelainan bentuk payudara.
6

4. Hubungan dukungan tenaga kesehatan dengan Pemberian ASI Eksklusif

Tabel 4.9
Hubungan dukungan tenaga kesehatan dengan Pemberian ASI Eksklusif di
Puskesmas Kalirejo Kabupaten Pesawaran tahun 2019
Dukungan Pemberian ASI Eksklusif Total p-value OR
petugas Tidak Eksklusif ASI Eksklusif 95% CI
kesehatan n % n % N %
Negatif 24 82,8 17,2 29 100,0 0,014 4,416
Positif 25 52,1 23 47,9 48 100,0 (1,444 –
13,502)
Total 49 63,6 28 36,4 77 100,0

Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui dari 29 responden dengan dukungan

petugas kesehatan negatif, sebanyak 24 (82,8%) responden yang memberikan ASI

tidak eksklusif dan sebanyak 5 (17,2%) responden yang memberikan ASI

eksklusif. Dan dari 48 responden dengan dukungan tenaga kesehatan postif

sebanyak 25 (52,1%) responden memberikan ASI tidak Eksklusif dan sebanyak

23 (47,9%) responden memberikan ASI eksklusif.

Hasil uji statistik didapat nilai p value 0,014 < α (0,014 < 0,05) dimana H0

ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan dukungan tenaga

kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Kalirejo Kabupaten

Pesawaran tahun 2019. Dengan nilai OR didapat 4,416 artinya dukungan tenaga

kesehatan positif mempunyai resiko 4,4 kali untuk memberikan ASI tidak

eksklusif dibandingkan dukungan tenaga kesehatan negatif.


7

4.2 Pembahasan

4.2.1 Analisis Univariat

1. Distribusi frekuensi Pemberian ASI Eksklusif

Berdasarkan hasil penelitian dari 77 responden didapatkan hasil ibu yang

tidak ASI eksklusif yaitu sebanyak 49 (63,6%) responden dan ibu yang ASI

ekslusif sebanyak 28 (36,4%) responden.

Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif adalah

ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa

menambahkan dan/ atau mengganti dengan makanan atau minuman lain kecuali

vitamin, oralit dan obat. Namun, setelah usia 6 bulan dan sejalan

dengan bertambahnya usia bayi, kebutuhan nutrisi tidak cukup dari ASI saja,

terlebih keterampilan makan (Oromotor skills) terus berkembang dan

bayi akan memperlihatkan minat akan makanan selain dalam bentuk ASI. Air

susu ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-

bulan pertama kehidupan (Soetjiningsih, 2013). ASI merupakan sumber gizi yang

sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan

pertumbuhan bayi, karena ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna baik

secara kualitas maupun kuantitas. ASI sebagai makanan tunggal akan cukup

memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi normal sampai usia 4-6 bulan

(Roesli, 2013).
8

Penelitian Astuti, Isroni (2013), “Determinan Pemberian ASI Eksklusif Pada

Ibu Menyusui”. Hasil penelitian diperoleh Ibu yang memberikan ASI eksklusif di

Puskesmas Serpong adalah sebanyak 14.6%.

Menurut pendapat peneliti ASI eksklusif dikatakan sebagai pemberian ASI

secara ekslusif saja, tanpa tambahan cairan seperti susu formula, jeruk, madu, air

teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur

susu, biskuit, bubur nasi dan tim.

2. Distribusi frekuensi pekerjaan pada ibu

Berdasarkan hasil penelitian dari 77 responden didapatkan hasil ibu yang

bekerja yaitu sebanyak 35 (45,5%) responden dan ibu yang tidak bekerja yaitu

sebanyak 42 (54,5%) responden.

Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan

oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas

atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-

hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesi. Jika pada pengertian

perusahaan unsur laba merupakan unsur mutlak, maka pada pengertian pekerjaan

unsure laba tidak merupakan unsur mutlak. Sejalan dengan teori Roesli (2013)

yang menyatakan kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja dan

adanya emansipasi dalam segala bidang kerja dan di kebutuhan masyarakat

menyebabkan turunnya kesediaan menyusui dan lamanya menyusui. Menurut

Satoto dalam Wahyuningsih (2013), pekerjaan terkadang mempengaruhi

keterlambatan ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif. Secara teknis hal itu

dikarenakan kesibukan ibu sehingga tidak cukup untuk memperhatikan kebutuhan


9

ASI. Pada hakekatnya pekerjaan tidak boleh menjadi alasan ibu untuk berhenti

memberikan ASI secara eksklusif. Untuk menyiasati pekerjaan maka selama ibu

tidak dirumah, bayi mendapatkan ASI perah yang telah diperoleh satu hari

sebelumnya. Kurangnya percaya diri ibu bahwa ASI cukup untuk bayi Adanya

langkah ibu-ibu yang terburu-buru memberi makanan/susu lain sebelum ASI

keluar. Secara ideal tempat kerja yang mempekerjakan perempuan hendaknya

memiliki “tempat penitipan bayi/anak”. Dengan demikian ibu dapat membawa

bayinya ke tempat kerja dan menyusui setiap beberapa jam. Namun bila kondisi

tidak memungkinkan maka ASI perah/pompa adalah pilihan yang paling tepat.

Tempat kerja yang memungkinkan karyawatinya berhasil menyusui bayinya

secara eksklusif dinamakan Tempat Kerja Sayang Ibu (Roesli, 2013).

Penelitian Rahmawati (2010), “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Menyusui di Kelurahan Pedalangan

Kecamatan Banyumanik Kota Semarang ”. Hasil penelitian sebanyak 31 ibu dari

42 ibu bekerja (73,8%) tidak memberikan ASI eksklusif dari sebanyak 22 ibu

dari 38 ibu tidak bekerja (57,9%) memberikan ASI eksklusif.

Menurut pendapat peneliti ibu yang tidak bekerja akan memberikan ASI

eksklusif dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Karena ibu yang tidak bekerja

cenderung lebih memperhatikan anaknya dibandingkan ibu yang sibuk bekerja.

Pada ibu yang bekerja, singkatnya masa cuti hamil atau melahirkan

mengakibatkan sebelum masa pemberian ASI eksklusif berakhir sudah harus

kembali bekerja. Hal ini mengganggu upaya pemberian ASI eksklusif.

3. Distribusi frekuensi pengetahuan pada ibu


10

Berdasarkan hasil penelitian dari 77 responden didapatkan hasil ibu yang

berpengetahuan kurang < 50% yaitu sebanyak 54 (70,1%) responden dan ibu

yang berpengetahuan baik > 50% yaitu sebanyak 23 (29,9%) responden.

Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu

dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga.

Penelitian Rahmawati (2010), “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Menyusui di Kelurahan Pedalangan

Kecamatan Banyumanik Kota Semarang ”. Hasil penelitian sebanyak 39 dari 69

ibu yang mempunyai pengetahuan baik tentang ASI (56,5%) tidak memberikan

ASI eksklusif. Sedangkan sebanyak 3 dari 11 ibu yang mempunyai

pengetahuan kurang tentang ASI (27,3%) memberikan ASI eksklusif.

Menurut pendapat peneliti pengetahuan merupakan segala sesuatu yang

diketahui yang diperoleh dari persentuhan panca indera terhadap objek tertentu.

Pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari proses melihat, mendengar,

merasakan, dan berfikir yang menjadi dasar manusia dan bersikap dan bertindak.

Dalam pengamatan sehari-hari di peroleh kejelasan, jika suatu perbuatan yang di

dasarkan oleh pengetahuan akan langgeng dari pada perbuatan yang tidak didasari

oleh pengetahuan.

4. Distribusi frekuensi kelainan bentuk payudara pada ibu


11

Berdasarkan hasil penelitian dari 77 responden didapatkan hasil ibu yang ada

kelainan yaitu sebanyak 52 (67,5%) responden dan ibu yang tidak ada kelainan

yaitu sebanyak 25 (32,5%) responden.

Kebanyakan puting nyeri/lecet disebabkan oleh kesalahan dalam teknik

menyusui, yaitu bayi tidak menyusui sampai ke kalang payudara. Selain itu

puting yang lecet juga dapat disebabkan oleh moniliasis pada mulut bayi yang

menular pada puting susu ibu. Akibat dari pemakaian sabun, alkohol, krim, atau

zat iritan lainnya untuk mencuci puting susu.

Sejalan dengan penelitian Sahusilawale (2013) dengan hasil responden yang

mengalami mastitis lebih besar presentasinya (92,3%) sehingga memberikan

PASI kepada bayi usia 0 – 6 bulan dibandingkan dengan responden yang tidak

mengalami mastitis (60,7%).

Menurut pendapat peneliti rasa nyeri ini juga dapat timbul apabila ibu

mengehentikan menyusui kurang hati-hati. Jadi faktor fisik sangat berpengaruh

dalam memberikan ASI eksklusif.

5. Distribusi frekuensi dukungan tenaga kesehatan pada

Berdasarkan hasil penelitian dari 77 responden didapatkan hasil dukungan

tenaga kesehatan negatif yaitu sebanyak 29 (37,7%) responden dan dukungan

tenaga kesehatan positif yaitu sebanyak 48 (62,3%) responden.

Menurut Depdikbud (2013), Peran adalah tingkah laku yang diharapkan

dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat. Menurut Sarwono

(2013) Peran adalah suatu pola tingkah laku, kepercayaan, nilai, sikap yang

diharapkan oleh masyarakat muncul dan menandai sifat dan tindakan si pemegang
12

kedudukan. Jadi peran menggambarkan perilaku yang seharusnya diperlihatkan

oleh individu pemegang peran tersebut dalam situasi yang umum.

Penelitian Rahmawati (2010), “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Menyusui di Kelurahan Pedalangan

Kecamatan Banyumanik Kota Semarang ”. Hasil penelitian sebanyak 41 ibu dari

74 ibu yang menyatakan petugas kesehatan mendukung pemberian ASI

eksklusif (55,4%) tidak memberikan ASI eksklusif dan sebanyak 6 ibu yang

menyatakan petugas kesehatan kurang mendukung pemberian ASI eksklusif

(100%) tidak memberikan ASI eksklusif.

Menurut pendapat peneliti peran (role) adalah perilaku yang diharapkan dari

seseorang yang memiliki status. Seseorang mungkin tidak memandang suatu

peran dengan cara yang sama sebagaimana orang lain memandangnya. Sifat

kepribadian seseorang mempengaruhi bagaimana orang itu merasakan peran

tersebut.

4.2.2 Analisis Bivariat

1. Hubungan Pekerjaan dengan Pemberian ASI Eksklusif

Hasil uji statistik didapat nilai p value 0,000 < α (0,000 < 0,05) dimana H0

ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pekerjaan dengan

pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Kalirejo Kabupaten Pesawaran tahun

2019. Dengan nilai OR didapat 10,333 artinya ibu yang bekerja mempunyai

resiko 10 kali untuk memberikan ASI tidak eksklusif dibandingkan ibu yang tidak

bekerja.
13

Sejalan dengan teori Roesli (2013) yang menyatakan kenaikan tingkat

partisipasi wanita dalam angkatan kerja dan adanya emansipasi dalam segala

bidang kerja dan di kebutuhan masyarakat menyebabkan turunnya kesediaan

menyusui dan lamanya menyusui. Menurut Satoto dalam Wahyuningsih (2013),

pekerjaan terkadang mempengaruhi keterlambatan ibu untuk memberikan ASI

secara eksklusif. Secara teknis hal itu dikarenakan kesibukan ibu sehingga tidak

cukup untuk memperhatikan kebutuhan ASI. Pada hakekatnya pekerjaan tidak

boleh menjadi alasan ibu untuk berhenti memberikan ASI secara eksklusif. Untuk

menyiasati pekerjaan maka selama ibu tidak dirumah, bayi mendapatkan ASI

perah yang telah diperoleh satu hari sebelumnya. Kurangnya percaya diri ibu

bahwa ASI cukup untuk bayi Adanya langkah ibu-ibu yang terburu-buru memberi

makanan/susu lain sebelum ASI keluar. Secara ideal tempat kerja yang

mempekerjakan perempuan hendaknya memiliki “tempat penitipan bayi/anak”.

Dengan demikian ibu dapat membawa bayinya ke tempat kerja dan menyusui

setiap beberapa jam. Namun bila kondisi tidak memungkinkan maka ASI

perah/pompa adalah pilihan yang paling tepat. Tempat kerja yang memungkinkan

karyawatinya berhasil menyusui bayinya secara eksklusif dinamakan Tempat

Kerja Sayang Ibu (Roesli, 2013).

Penelitian Rahmawati (2010), “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Menyusui di Kelurahan Pedalangan

Kecamatan Banyumanik Kota Semarang ”. hasil uji chi statistik kurang dari 5

dan diperoleh nilai p = 0,004. Nilai probabilitasnya adalah 5% (0,05) dan


14

berarti nilai p < 0,05, sehingga nilai tersebut menunjukkan ada pengaruh yang

signifikan antara status pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif

Dari responden yang bekerja, terdapat responden yang memberikan ASI

eksklusif hal ini dimungkinkan karena pekerjaan ibu tidak terikat, dimana ibu

tidak bekerja sampai harus meninggalkan anak dari pagi sampai sore, atau adanya

fasilitas ditempat ibu bekerja sehingga ibu dapat memompa asi dan

memberikannya kepada anak dan adanya kebijakan dari tempat bekerja ibu yang

memperbolehkan ibu untuk pulang dan memberikan asi pada bayinya, banyak

cara yang dapat dilakukan oleh ibu bekerja untuk dapat terus memberikan ASI

kepada bayinya apalagi jika ibu mengetahui bahwa ASI dapat di simpan di dalam

kulkas dan di dalam ruangan dengan suhu yang tepat, peran petugas kesehatan

sangat penting untuk dapat memberikan informasi dengan benar kepada ibu-ibu

yang bekerja untuk terus memberikan ASI kepada bayinya selama 6 bulan, dan

terdapat responden tidak memberikan ASI eksklusif, hal ini dimungkinkan

seorang ibu bekerja akan menghabiskan waktunya di kantor, bekerja juga

merupakan sumber ketegangan dan stress yang besar bagi para ibu bekerja.

Mulai dari peraturan kerja yang kaku, bos yang tidak bijaksana, beban kerja yang

berat, ketidakadilan yang dirasakan di tempat kerja, rekan-rekan yang sulit

bekerja sama, waktu kerja yang sangat panjang, atau pun ketidaknyamanan

psikologis yang dialami akibat dari problem sosial-politis di tempat kerja. Situasi

demikian akan membuat ibu menjadi amat lelah, sementara kehadirannya masih

sangat dinantikan oleh keluarga di rumah. Kelelahan psikis dan fisik itu lah yang
15

sering membuat mereka sensitif dan emosional, baik terhadap anak-anak maupun

terhadap suami. Menurut pendapat peneliti Bila sudah bekerja, kadang ibu tidak

mau direpotkan dengan kegiatan dalam memompa ASI di tempat bekerja. Bahkan

sebagian ibu lebih mementingkan diri sendiri, dengan alasan mengganggu

keindahan tubuh akhirnya ASI tidak diberikan. Di tempat bekerja, banyak kantor

atau institusi kerja tidak mendukung program pemberian ASI. Tidak ada upaya

penyiapan ruangan khusus untuk tempat menyusui atau memompa ASI saat ibu

bekerja. Di tempat umum seperti plasa, pertokoan atau bandara banyak tidak

tersedia tempat khusus untuk menyusui bayi. Apalagi di daerah perkotaan harga

sewa lahan yang sangat tinggi tampaknya para pengusaha tidak rela

keuntungannya diberikan untuk tempat untuk kepentingan pemberian ASI pada

bayi. Pemberian cuti melahirkan yang hanya tiga bulan akan menyulitkan

penerapan ASI eksklusif sehingga bayi tidak mendapatkan haknya, yakni

makanan alami terbaik yang melekat pada tubuh ibunya. Sebagai gantinya, bayi

terpaksa mengonsumsi susu formula yang harganya mahal dan kadang-kadang

tidak terjangkau oleh daya beli rumah tangga. Memberi ASI selama ibu bekerja di

kantor berarti ibu harus memupuk kerjasama dengan pengasuh.Jika yang ibu

percayai merawatnya adalah orangtua sendiri atau mertua. Kalau mereka tidak

punya pemahaman yang sama tentang pemberian dan manfaat ASI eksklusif,

ditambah pengalaman mereka dulu mungkin menyusui sambil dicampur susu atau

makanan padat, akan sedikit menyulitkan. Di Indonesia, sesuai kebijakan

pemerintah, sebagian besar perusahaan menerapkan kebijakan pemberian cuti

melahirkan hanya tiga bulan. Karena itu, kendati kampanye nasional pemberian
16

ASI eksklusif selama enam bulan dicanangkan, kenyataannya hal itu sulit

dilakukan bagi ibu yang bekerja di luar rumah. Kondisi fisik dan mental yang

lelah setelah bekerja sepanjang hari telah menghambat kelancaran produksi ASI.

Akhirnya, jumlah ASI akan semakin sedikit dan atau kering sebelum masa

penyusuan dua tahun terpenuhi.

Menurut pendapat peneliti pemberian informasi yang berguna bagi ibu oleh

tenaga kesehatan seperti informasi bagai mana pemberian ASI pada ibu-ibu yang

bekerja untuk tetap memberikan ASI Eksklusif dengan menyempatkan sebagian

waktunya, dengan cara memompa atau dengan memerah ASI, lalu kemudian

disimpan dan diberikan pada bayinya nanti. Kebanyakan ibu yang bekerja tidak

memberikan ASI esklusif pada bayinya, tapi ada pula ibu yang bekerja dapat

memberikan ASI ekslusif pada bayinya

2. Hubungan pengetahuan tentang Pemberian ASI Eksklusif

Hasil uji statistik didapat nilai p value 0,000 < α (0,000 < 0,05) dimana H0

ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan

pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Kalirejo Kabupaten Pesawaran tahun

2019. Dengan nilai OR didapat 15,840 artinya ibu dengan pengetahuan kurang <

50% mempunyai resiko 15 kali untuk memberikan ASI tidak eksklusif

dibandingkan ibu yang berpengetahua baik > 50%.

Menurut Notoadmodjo (2010) bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu

dan ini terjadi setelah seseorang mengingat kembali terhadap suatu hal spesifik

yang dipelajari dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.

Artinya, meskipun pengetahuan responden masih termasuk dalam kategori


17

kurang, namun pengetahuan tersebut dapat diubah jika responden mau mencari

informasi tentang bagaimana pemberian ASI Eksklusif yang baik dan benar untuk

bayi melalui petugas kesehatan maupun media baik elektronik maupun cetak,

sehingga pengetahuan responden dapat lebih meningkat lagi dan memahami

tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif pada bayinya.

Pengetahuan yang diberikan oleh petugas kesehatan sangat berperan dalam

menambah pengetahuan. Penyuluhan dari petugas kesehatan adalah pendidikan

informal yang memberikan masukan benar dalam peningkatan pengetahuan.

Kurang memberikan penyuluhan dan penerangan tentang manfaat pemberian ASI,

justru petugas kesehatan menganjurkan penggantian ASI dengan susu kaleng

faktor tenaga kesehatan mempengaruhi pengetahuan ibu jika petugas kesehatan

sendiri menganjurkan ibu menyusui menggunakan susu formula maka ibu tidak

akan pernah memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya malah ibu menyusui akan

lebih percaya bahwa susu formula-lah yang paling baik untuk bayinya, oleh sebab

itu diharapkan petugas kesehatan lebih bijaksana lagi dalam memberikan

penyuluhan dan pengarahan tentang ASI Eksklusif jangan malah petugas

kesehatan sendiri yang memotivasi ibu untuk memberikan susu formula

(Soejtiningsih, 2013).

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Mamonto (2015) dengan judul

faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian asi eksklusif pada bayi di

Wilayah Kerja Puskesmas Kotobangon Kecamatan Kotamobagu Timur Kota

Kotamobagu Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara pengetahuan ibu p=0,0052 (p<0,05) dengan pemberian ASI Eksklusif.


18

Penelitian Suleman (2015) dengan judul hubungan pengetahuan, pekerjaan,

tradisi keluarga, peran suami dan keluarga dan peran tenaga kesehatan dengan

faktor yang menghambat praktik ASI Eksklusif. Hasil penelitian yang diperoleh

variabel yang berhubungan dengan faktor yang menghambat praktik ASI Ekslusif

adalah pengetahuan ibu ( p = 0,003).

Menurut pendapat peneliti terdapat responden pengetahuan baik, namun tidak

memberikan ASI eksklusif hal ini dimungkinkan adanya penyebab lain sehingga

ibu tidak bisa memberikan ASI kepada bayinya seperti ibu bekerja atau ibu

memiliki kelainan pada payudara sehingga ibu tidak menyusui bayinya atau

adanya fakto lain yang tidak diambil dalam penelitian ini seperti gencarnya iklan

susu formula yang seolah-olah digambarkan perkembangan anak akan lebih baik

jika mengkonsumsi susu formula tersebut, atau adanya gangguan psikologis

seperti takut jika menyusui akan membuat payudara tidak kencang atau tidak

adanya dukungan suami, sehingga petugas kesehatan lebih memberikan informasi

yang benar kepada ibu semenjak ibu memeriksakan diri saat hamil.

3. Hubungan kelainan bentuk payudara dengan Pemberian ASI Eksklusif

Hasil uji statistik didapat nilai p value 0,026 < α (0,026 < 0,05) dimana H0

ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan kelainan bentuk

payudara dengan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Kalirejo Kabupaten

Pesawaran tahun 2019. Dengan nilai OR didapat 3,455 artinya ibu yang ada

kelainan bentuk payudara mempunyai resiko 3,4 kali untuk memberikan ASI

tidak eksklusif dibandingkan ibu yang tidak ada kelainan bentuk payudara.
19

Masalah-masalah yang sering terjadi pada menyusui yaitu puting susu

nyeri/lecet, payudara bengkak (Engorgement), saluran susu tersumbat

(Obstruktive Duct) dan mastitis. (Soetjiningsih, 2013).

Sejalan dengan penelitian Sahusilawale (2013) dari hasil uji statistic diperoleh

nilai p = 0,017 (p < 0,05) dengan demikian Ho ditolak. Hal ini berarti ada

hubungan antara mastitis dengan pemberian PASI. Besarnya keeratan hubungan

dilihat dari koefisien 𝜑 (phi) sebesar 0, 369. Hal ini berarti hubungan sedang atau

dapat dikatakan bahwa variabel mastitis berkontribusi sebesar 36,9% terhadap

pemberian PASI.

Menurut pendapat peneliti, terdaapt responden yang tidak ada keluhan di

faktor fisik (penyakit pada payudara) namun tidak memberikan ASI eksklusif hal

ini disebabkan adanya faktor lain seperti kurangnya pengetahuan ibu, ibu yang

bekerja maupun adanya faktor lain yang tidak diambil dalam penelitian ini seperti

dukungan suami, faktor psikologis dan lain – lain sehingga ibu tidak memberikan

ASI secara eksklusif kepada bayinya atau adanya budaya yang kuat didalam

keluarga ibu dimana bayi ada yang sudah diberi ASI sehingga ibu gagal dalam

memberikan ASI eksklusif. Dari responden yang ada faktor fisik, dan terdapat

responden tidak ada hambatan memberikan ASI eksklusif hal ini dimungkinkan

adanya faktor yang mendukung ibu walaupun ibu memiliki kelainan pada

payudara namun ibu tetap memberikan ASI eksklusif, kemungkinan dapat

diatasinya masalah tersebut sehingga tidak menghambat ibu dalam memberikan

ASI ekslusif, seperti jika ibu memiliki puting susu terbenam sudah ada alat yang

untuk menyambung puting susu ibu atau ibu rajin melakukan perawatan puting
20

susu, sehinga yang awalnya ibu memiliki puting susu terbenam setelah dilakukan

perawatan dapat diperbaiki atau kelainan seperti bengkak pada payudara yang

dapat diatasi oleh ibu dan terdapat responden tidak memberikan ASI eksklusif.

Menurut pendapat peneliti kelainan pada payudara dapat menjadi salah satu

faktor kegagalan pemberian ASI Eksklusif. Pada penelitian ini terbukti bahwa

mastitis merupakan salah satu faktor ibu tidak memberikan ASI secara eksklusif

tetapi memberikan PASI pada bayi usia dibawah 6 bulan. Responden yang

mengalami mastitis enggan untuk memberikan ASI kepada bayi mereka, dengan

alasan akan terasa sakit pada saat menyusui, sehingga untuk sementara digantikan

dengan susu formula, malahan ada yang responden yang menghentikan sama

sekali pemberian ASI.

4. Hubungan dukungan tenaga kesehatan dengan Pemberian ASI Eksklusif

Hasil uji statistik didapat nilai p value 0,014 < α (0,014 < 0,05) dimana H0

ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan dukungan tenaga

kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Kalirejo Kabupaten

Pesawaran tahun 2019. Dengan nilai OR didapat 4,416 artinya dukungan tenaga

kesehatan positif mempunyai resiko 4,4 kali untuk memberikan ASI tidak

eksklusif dibandingkan dukungan tenaga kesehatan negatif.

Sikap positif akan membawa dampak dengan pemberian ASI eksklusif,. Peran

petugas kesehatan harus lebih ditingkatkan lagi, sehingga mampu mempengaruhi

ibu yang tidak memberikan asi eksklusif menjadi memberikan asi eksklusif untuk

yang akan datang. Seperti pemberian penyuluhan diberikan ketika ibu hamil

trimester III bukan diberikan setelah masa nifas, melakukan kunjungan rumah
21

pada ibu yang memiliki bayi kurang dari 6 bulan yang dapat diwakilkan kepada

kader posyandu dalam memotivasi ibu tuntuk memberikan ASI eksklusif

Penelitian Rahmawati (2010), “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Menyusui di Kelurahan Pedalangan

Kecamatan Banyumanik Kota Semarang ”. Hasil uji statistik Nilai p dari uji

Fisher adalah 0,039 (p<0,05), sehingga nilai tersebut menunjukkan ada

pengaruh yang signifikan antara dukungan petugas kesehatan dengan pemberian

ASI eksklusif.

Menurut pendapat peneliti Sikap petugas kesehatan untuk menyadari bahwa

posyandu merupakan hal yang utama untuk meningkatkan derajat kesehatan, hal

ini dapat menimbulkan perilaku dengan pemberian ASI eksklusif . Sikap yang

positif akan mempengaruhi perubahan perilaku yang positif. Berdasarkan hasil

penelitian dan teori, peneliti berpendapat bahwa sikap petugas kesehatan akan

berpengaruh terhadap perilaku Pemberian ASI Eksklusif.


22

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Diketahui dari 77 responden didapatkan hasil ibu yang tidak ASI eksklusif yaitu

sebanyak 49 (63,6%) responden dan ibu yang ASI ekslusif sebanyak 28 (36,4%)

responden.

2. Diketahui dari 77 responden didapatkan hasil ibu yang bekerja yaitu sebanyak 35

(45,5%) responden dan ibu yang tidak bekerja yaitu sebanyak 42 (54,5%)

responden.

3. Diketahui dari 77 responden didapatkan hasil ibu yang berpengetahuan kurang <

50% yaitu sebanyak 54 (70,1%) responden dan ibu yang berpengetahuan baik >

50% yaitu sebanyak 23 (29,9%) responden.

4. Diketahui dari 77 responden didapatkan hasil ibu yang ada kelainan yaitu

sebanyak 52 (67,5%) responden dan ibu yang tidak ada kelainan yaitu sebanyak

25 (32,5%) responden.

5. Diketahui dari 77 responden didapatkan hasil dukungan tenaga kesehatan negatif

yaitu sebanyak 29 (37,7%) responden dan dukungan tenaga kesehatan positif

yaitu sebanyak 48 (62,3%) responden.

6. Ada hubungan pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Kalirejo

Kabupaten Pesawaran tahun 2019 (p-value = 0,000 dan OR 10,333).


23

7. Ada hubungan pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas

Kalirejo Kabupaten Pesawaran tahun 2019 (p-value = 0,000 dan OR 15,840).

8. Ada hubungan kelainan bentuk payudara dengan pemberian ASI eksklusif di

Puskesmas Kalirejo Kabupaten Pesawaran tahun 2019 (p-value 0,026 dan OR

3,455).

9. Ada hubungan dukungan tenaga kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif di

Puskesmas Kalirejo Kabupaten Pesawaran tahun 2019 (p-value = 0,014 dan OR

4,416).

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti memberikan saran- saran

sebagai berikut:

1. Bagi Puskesmas

a. Puskesmas perlu lebih

meningkatkan promosi

tentang pentingnya

pemberian ASI eksklusif bagi

bayi agar ibu lebih

termotivasi untuk

memberikan ASI ekslusif dan

suami juga terdorong untuk

memberikan dukungan

kepada ibu dalam pemberian


24

ASI eksklusif.

b. Memasang poster di tempat

yang mudah terbaca oleh ibu

berisi tentang manfaat dari

pemberian ASI eksklusif

c. Dapat dilakukan penyebaran

informasi yang dapat dan

dibaca di rumah atau

membuat brosur tentang

manfaat dari memberikan

ASI eksklusif kepada bayi,

memberikan penyuluhan,

dan lain-lain dimana kegiatan

tersebut mendukung program

pemberian ASI eksklusif.

d. Membuat leaflet berupa

pengembangan media

informasi seperti leaflet, CD

tentang ASI, Poster baik

kepada ibu menyusui

maupun kepada keluarga

terkait dengan ASI eksklusif.

e. Petugas Perkesmas perlu


25

mendapatkan pelatihan

terkait dengan Pemberian

ASI eksklusif pada bayi,

serta menggalakkan dan

meningkatkan program

kesehatan ibu dan anak,

khususnya bagi ibu

menyusui.

f. Penyuluhan diberikan saat

masa kehamilan sehingga

pesan yang disampaikan

dapat diterima dengan baik,

dengan ibu memahami

manfaat ASI dapat merubah

sikap ibu kearah negatif

2. Bagi Masyarakat

a. Ibu bayi hendaknya lebih aktif mencari informasi tentang ASI eksklusif dan

manfaat dari ASI eksklusif, dengan memahami manfaat ASI dapat mengubah

sikap ibu menjadi lebih ke positif

b. Suami mendukung ibu dalam pemberian ASI, dengan dukungan suami dapat

mengubah sikap atau pandangan ibu terhadap manfaat ASI bagi bayinya.

c. Membuat kelompok peduli ASI dalam kelompok PKK, dimana satu orang

ibu memantau 5 ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan dalam pemberian
26

ASI, dengan dukungan tersebut diharapkan dapat mengubah pandangan/

sikap ibu terhadap pemberian ASI.

d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para ibu yang

memiliki bayi, untuk memberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan. Dan

bersikap positif terhadap pemberian ASI bahwa ASI sangatlah penting untuk

bayi.dalam rangka meningkatkan kualitas bayi dan pemenuhan nutrisi serta

peningkatan kekebalan tubuh pada bayi

e. Masukan bagi masyarakat untuk dapat membantu dalam meningkatkan

program pemberian ASI Eksklusif pada ibu ke bayi seperti menyediakan

tempat untuk ibu menyusui.

3. Bagi Peneliti

Peneliti hendaknya menggunakan hasil penelitian ini sebagai bekal untuk

memberi penyuluhan supaya ibu-ibu yang memiliki sikap negatif terhadap

pemberian ASI Eksklusif menjadi berpikir positif bahwa ASI sangat penting

untuk bayi

Anda mungkin juga menyukai