INTISARI
Dalam pemberian ASI Eksklusif sampai 6 bulan dapat mencegah kematian 1,3 juta, di
Indonesia hanya sekitar 8% saja ibu-ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada
bayinya, di karenakan rendahnya tingkat pemahaman tentang pentingnya ASI selama 6
bulan pertama kelahiran bayi karena kurangnya informasi dan pengetahuan yang di
miliki oleh para ibu mengenal segala nilai plus nutrisi dan mafaat yang terkandung
dalam ASI. ASI makanan yang terbaik dan paling sempurna untuk bayi. Kandungan
gizinya yang tinggi dan ada zat kebal di dalamnya. Sesungguhnya tidak ada alasan
bagi ibu menyusui untuk tidak memberikan ASI Eksklusif bagi anaknya, sekalipun si
ibu seorang ibu pekerja. Salah satu yang bisa di lakukan bagi ibu bekerja untuk tetap
memberikan ASI Eksklusif adalah dengan cara memerah ASI. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang ASI perah dengan pemberian
ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Singorojo Kecamatan Mayong
Kabupaten Jepara.
Jenis penelitian ini analitik, menggunakan pendekatan cross sectional, Populasi
seluruh ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan dengan jumlah 59 balita, sampelnya ibu
yang memiliki bayi usia 0-6 bulan, dengan jumlah 59 balita, menggunakan total
sampling. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner. Analisa data menggunakan
Unvariat dan Bivariat dan menggunakan Uji Chi-square dengan penggabungan sel
2x2, Hasil Penelitian di peroleh ibu menyusui berpengetahuan baik dan memberikan
ASI Eksklusif 17 responden (28,8%) dan yang berpengetahuan tidak baik dan tidak
memberikan ASI Eksklusif 22 responden (37,3%) di dapatkan hasil ada hubungan
antara pengetahuan ASI Perah dengan pemberian ASI Eksklusif, saran bagi tenaga
kesehatan: Menggerakkan kegiatan posyandu dengan memberikan penyuluhan kepada
ibu menyusui tentang ASI Perah dan ASI Eksklusif
PENDAHULUAN
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan
Cross Sectional. Penelitian ini menggunakan total sampling yaitu semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel . Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder.
Analisa data menggunakan Chi-squre.
HASIL PENELITIAN
a. Pengetahuan
Tabel 4. 1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI Perah di
Desa Singorojo Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara
Memberikan 26 44,1
Tidak memberikan 33 55,9
Total 59 100.0
Berdasarkan Tabel 4. 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak
memberikan ASI yaitu sebayak 33 orang (55,9%), dan yang memberikan 26 orang
(44,1%)
Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukan bahwa pengetahuan yang baik dan memberikan
ASI di Desa Singorojo Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara sebanyak 17 responden
(28,8%), dan pengetahuan baik dan tidak memberikan ASI 11 responden (18,6%),
berpengetahuan tidak baik yang memberikan ASI Eksklusif 9 responden (15,3%), yang
berpengetahuan tidak baik, dan tidak memberikan ASI 22 responden (37,3%)
Berdasarkan analisa data yang dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS
16.0 for windows melalui Uji Chi-Square di dapatkan hasil dengan nilai sel lebih dari
20% dan terdapat 2 nilai expected count kurang dari 5, karena tidak memenuhi syarat
maka di lakukan Uji Exact Fitser, tetapi Uji Exact Fitser tidak memenuhi syarat, karena
tabel 3x2, maka harus di lakukan penggabungan sel menjadi 2x2, setelah di lakukan
penggabungan sel 2x2, di lakukan Uji Chi-Square dengan hasil nilai sel kurang dari
20%, tidak ada nilai expected count kurang dari 5, dan memenuhi syarat Uji Chi-Square
dengan hasil 0,014 dengan taraf signifikan α = 0,05 di dapatkan Pvalue 0,014(p < α)
sehingga dapat disimpulkan (H0) di tolak dan (Ha) diterima berarti ada hubungan yang
bermakna antara Hubungan Pengetahuan Ibu tentang ASI Perah dengan Pemberian ASI
di Desa Singorojo Mayong Jepara. Hasil determinasi Chi-Square ini adalah 0,014, yang
artinya keeratan hubungan antara 2 variabel dalam penelitian ini adalah lemah,
BAHASAN
1. Tingkat Pengetahuan ibu tentang ASI perah
Berdasarkan hasil penelitian ini di dapatkan sebagian besar responden
berpengetahuan tidak baik 31 responden (52,5%), dan yang berpengetahuan baik 28
responden (47,5%).
Dari penelitian di atas responden yang berpengetahuan tidak baik di karenakan
kurangnya informasi dan pengetahuan tentang ASI Perah, dan juga karena kurangnya
penyuluhan yang mereka terima. Karena itu diharapkan ibu dapat lebih meningkatkan
pengetahuan tentang ASI Perah melalui penyuluhan bidan, tenaga kesehatan lain,
majalah, surat kabar dan majalah kesehatan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa baik, tidaknya
pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seseorang serta
banyaknya informasi yang sudah didapatkannya dari pengalaman sekitar. Jadi makin
tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin tinggi pula pengetahuannya tentang ASI
Perah.
2. Pemberian ASI
Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan hasil bahwa dari 59 responden yang
memberikan ASI yaitu sebanyak 26 responden (44,1%), dan yang tidak memberikan
ASI sebanyak 33 responden (55,9%). Hasil penelitian menunjukkan rendahnya
pemberian ASI di sebabkan karena sedikitnya kesadaran ibu tentang pentingnya ASI
dan pekerjaan di luar rumah yang menyita waktu. Dampaknya ibu tidak pernah
memberikan ASI kepada bayinya. Padahal ASI sangat penting di berikan kepada bayi
karena mengandung banyak manfaat dan kelebihan.
3. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Perah dengan Pemberian ASI
Penelitian diatas terdapat Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Perah
dengan Pemberian ASI Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Singorojo Mayong Jepara
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan Ibu
tentang ASI Perah dengan Pemberian ASI, karena ASI adalah makanan yang terbaik
bagi bayi, khususnya bayi yang berusia 0-6 bulan, dan tidak bisa di gantikan oleh
apapun termasuk susu formula yang paling mahal harganya, dan walaupun ibu
bekerja, ASI tetap harus di berikan, karena ASI bisa di berikan dengan cara di perah
Hasil penelitian ini di perkuat dengan teori yang di ungkapkan Sesungguhnya, tidak
ada alasan bagi ibu yang tidak memberikan ASI bagi anaknya, sekalipun ibu seorang
pekerja, selama ada niat yang kuat, pengetahuan, dan keyakinan akan bisa
memberikan ASI Eksklusif, ada banyak cara yang menjembataninya, Niat dan
Pengetahuan ibu tentang ASI perah akan berpengaruh terhadap kemauan ibu
memberikan ASI Eksklusif
KESIMPULAN
1. Dari 59 responden yang berpengetahuan tidak baik tentang ASI Perah sebanyak 31
responden (52,5%), sedangkan yang berpengetahuan baik hanya 28 responden
(47,5%)
SARAN
1. Bagi Masyarakat
Ibu tetap bisa memberikan ASI walaupun ibu bekerja, yaitu dengan menggunakan
ASI perah
2. Bagi Institusi
Penelitian ini di harapkan dapat di gunakan sebagai dasar pertimbanga penelitian
selanjutnya agar lebih di kembangkan lagi.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat di kembangkan untuk penelitian selanjutnya yang lebih
bervariatif terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi praktik pemberian ASI.
4. Bagi Tenaga Kesehatan
Menggerakkan kegiatan posyandu dengan memberikan penyuluhan kepada ibu
menyusui tentang ASI Perah dan ASI dengan menggunakan leaflet dan pamflet
.
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, Dian. Tumbuh Kembang dan Terapi Pada Anak, Jakarta: Salemba Medika; 2011
Anggraini Yetti, Asuhan Kebidanan Masa Nifas, Yogyakarta ; Pustaka Rihana; 2010
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta;
2010
Arini.H, Mengapa seorang ibu harus menyusui, Yogyakarta: FlashBooks, 2012
Baskoro,Anton, menyusui, Yogyakarta: Banyu Media; 2008
Dr. Handy Fransisca, SpA, IBCLC. Panduan Cerdas Perawatan Bayi, Jakarta: Pustaka Bunda ,
Grup Puspa Swara; 2011
Eny Retna ambarwati, S.SiT, M.Kes Diah Wulandari, SST, M.Keb
Hidayat, Aziz Alimul. Metodologi Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisis Data. Jakarta :
Salemba Medika; 2010.
Notoatmodjo, Soekidjo.metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;2010
Notoatmodjo, Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta: 2010
Jurnal Kesehatan dan Budaya
HIKMAH 5
Volume 5 No. 2, September 2014 ISSN : 1907-1396
Ny. Kodrat Laksono. Dasyatnya ASI dan Laktasi. Yogyakarta:Media Baca; 2010
Prasetyono Dwi Sunar. Buku Pintar Asi Eksklusif. Yogyakarta : Diva Press; 2012
Profil Kesahatan Jawa Tengah 2011
Profil Kesehatan Jepara 2011
Rosita, Syarifah, Panduan Lengkap Ibu Menyusui, Yogyakarta: Ayyana; 2008
Riksani, Ria. MD.Bid, Keajaiban Asi, Jakarta Timur: Media Baca; 2012
Sugiyono. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta; 2010
Sulistyaningsih. Metodologi Penelitian Kebidanan: Kuantitaif dan Kualitatif, Yogyakarta: Graha
Ilmu; 2011
Suryo Prajogo, Nadine. Keajaiban Menyusui. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press; 2009
Sitti, Saleha,S.Si.T, S.KM, M.Keb, Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas, Jakarta: Salemba
Medika; 2009
Wawan A, dan Dewi M. Teori & Pengukuran pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta: Nuha Medika; 2010
INTISARI
Salah satu masalah dan tantangan dalam mencapai derajat kesehatan adalah masih
tingginya AKI di Indonesia. Seksio sesarea merupakan satu prosedur kedaruratan sebagai upaya
terahkir, sekarang seksio sesarea dianggap sebagai pilihan pertama. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan riwayat persalinan pada ibu multipara dengan kejadian seksio
sesarea di RSUD Sunan Kalijaga Demak.
Jenis penelitian yang akan di lakukan menggunakan metode penelitian survay analitik
dengan menggunakan pendekatan retrosspektif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu
yang bersalin di RSUD Sunan Kalijaga Demak selama satu tahun terahkir pada bulan Juli 2011-
Juni 2012 dengan jumlah 216 responden. Sampel ibu multipara yang melahirkan dengan
kejadian seksio cesarea di RSUD Sunan Kalijaga Demak. Teknik sampling dalam penelitian ini
adalah purposive.
Berdasarkan hasil penelitian ibu yang melakukan persalinan dengan proses sesar 137
orang (63,4%), 47 orang (21,8%) memiliki riwayat persalinan SC, dan 90 orang (41,7%)
memiliki riwayat persalinan normal. Sedangkan 79 orang (36,6%) memiliki riwayat persalinan
normal dan pada tetap melakukan persalinan normal.
Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan yang antara riwayat persalinan ibu
multipara dengan kejadian Seksio Cesarea di RSUD Sunan Kalijaga Demak, dengan keeratan
dalam penelitian ini rendah. Maka sebagai seorang bidan dalam menghadapi masalah ini adalah
mampuh memberikan motivasi kepada ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin
sehingga dapat melakukan deteksi dini terhadap komplikasi yang timbul.
PENDAHULUAN
Angka kematian ibu dan angka kematian bayi merupakan salah satu indikator
keberhasilan pelayanan kesehatan di suatu negara. Menurut data survei Demografi Kesehatan
Indonesia 2007, angka kematian ibu 228 per 100.000 kelahiran hidup, angka kematian bayi 34
per 1.000 kelahiran hidup. Sedangka angka kematian ibu di Jawa Tengah tahun 2011adalah,
116,01 per 100.000 kelahiran hidup, angka kematian bayi 10,34 per 1.000 kelahiran hidup.
Angka kematian ibu di Demak tahun 2011 adalah 26 per 100.000 kelahiran hidup. Salah satu
sasaran yang ditetapkan Menteri Kesehatan melalui Mellinium Development Goals (MDGS)
pada tahun 2015 adalah menurunkan angka kematian maternal menjadi 102 per 100.000
kelahiran hidup dan angka kematian bayi dari 34 menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup. Untuk
mencapai sasaran tersebut maka ditetapkan beberapa strategi oprasionalisasi yang memusatkan
perhatian pada pelayanan kesehatan maternal, neonatal, dan rujukan baik di sektor pemerintah
maupun swasta (Depkes.2009:h 1).
Persalinan merupakan proses yang fisilogis dan bertujuan mengupayakan kelangsungan
hidup dan mencapai derajat kesehatan tinggi bagi ibu dan anak. Namun tidak bisa dipungkiri
juga keadaan patologis atau komplikasi dapat saja muncul pada saat kehamilan sampai proses
persalinan. Penatalaksanan persalinan patologis bertujuan untuk menyelamatkan ibu dan bayi
atau asuhan sayang ibu dan sayang bayi dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan
dan keinginan. Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan mengikuti sertakan
suami dan keluarga selam proses persalinan dan kelahiran bayi. Antara lain juga bisa disebutkan
bahwa asuhan tersebut dapat mengurangi jumlah persalinan dengan tindakan seperti induksi
persalinan, ekstrasi vakum, eksttasi forcep dan seksio cesarea (Sarwono,2008;h.336).
Seksio cesarea merupakan satu prosedur kedaruratan sebagai upaya terakhir, sekarang
seksio cesarea sebagai pilihan pertama. Beberapa perempuan seksio cesarea dianggap sebagai
cara melahirkan yang baik, tidak menyusakan meskipun tindakan ini ada bahayanya (Rasjidi,
2009.h;6).
Angka kejadian seksio cesarea di Indonesia menurut survey nasional pada tahun 2009
adalah 921.000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22,8% dari seluruh persalinan. Sedangkan
angka kejadian seksio cesarea di Jawa Tengah berjumlah 3.401 operasi dari 170.000 persalinan
atau sekitar 20% dari seluruh persalinan (Dinkes Provinsi Jateng.2009)
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di RSUD Sunan Kalijaga Demak
pada tanggal 29 November tahun 2012 di dapatkan data jumlah persalinan seksio cesarea pada
bulan Agustus sampai oktober yaitu 49 pasien, 17 pasien dengan riwayat persalinan seksio
cesarea dan 32 pasien dengan riwayat persalinan normal. Sehingga membuat peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Riwayat Persalinan Pada Ibu Multipara Dengan
Kejadian Seksio Cesarea di RSUD Sunan Kalijaga Demak”.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian ini menggunakan studi deskriptif. Pengambilan data dalam penelitian ini
dilakukan secara probability dengan menggunakan teknik sampling berupa simpel random
sampling atau pengambilan sampel acak sederhana yang diambil dari sampel sebanyak 127
siswa-siswi. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer. Analisa data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisa data univariat.
HASIL PENELITIAN
a. Riwayat Persalinan
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kejadian Riwayat Persalinan di RSUD Sunan
Kalijaga Demak
Frekuensi
Riwayat Persalinan
Absolut Presentase (%)
Sectio Cesarea 47 21,8
pervaginam 169 78,2
Jumlah 216 100,0
Hubungan antara riwayat persalinan ibu multipara dengan kejadian Seksio cesarea
di RSUD Sunan Kalijaga Demak didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.3 Hubungan Antara Riwayat Persalinan Ibu Multipara dengan Kejadian Seksio
cesarea di RSUD Sunan Kalijaga Demak
PEMBAHASAN
a. Riwayat Persalinan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 169 responden (78,2%) memiliki riwayat
persalinan pervaginam. Persalinan pervaginam dilakukan apabila dalam melaksanakan proses
persalinan tidak ditemukan hambatan atau permintaan yang dapat menyebabkan bahaya pada ibu
atau janin jika melakukan persalinan pervaginam.
Persalinan pervaginam dilaksanakan dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti
kesiapan fisik dan psikis ibu, keadaan janin, umur ibu, jumlah kelahiran atau terdapat penyakit
lain yang membahayakan ibu dan janin. Riwayat persalinan sangat menentukan terhadap
pemilihan persalinan pada kehamilan berikutnya, apabila dalam melaksanakan persalinan dapat
berlangsung dengan normal dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas diharapkan pada
persalinan berikutnya ibu tidak mengalami trauma dengan persalinan normal (Manuaba, 2010)
Sebanyak 47 responden (21,8%) memiliki riwayat persalinan dengan melakukan Sectio Cesarea.
Pemilihan persalinan dengan cara Seksio Cesarea dapat disebabkan beberapa faktor penyulit dan
kegawatdaruratan persalinan seperti panggul ibu sempit, letak bayi sungsang, perdarahan
berlebih, terikat tali pusat, ketuban pecah dini, namun sekarang terdapat gaya hidup yang
menyebabkan ibu memilih Seksio Cesarea sebagai pilihan persalinan seperti takut sakit atau
ingin melahirkan ditanggal atau waktu tertentu (Rasjidi, 2009.h;6).
a. Kejadian Sectio Cesarea
Hasil penelitian terhadap kejadian Sectio cesarea menunjukkan bahwa sebanyak 137
responden (63,4%) memilih persalinan dengan menggunakan metode pembedahan atau Seksio
Cesarea. Tingginya angka kejadian Seksio Cesarea terdapat beberapa sebab seperti pernah
melaksanakan persalinan dengan Seksio cesarea, trauma kesakitan pada persalinan normal,
kondisi fisik dan psikis ibu yang tidak mendukung, posisi dan keadaan bayi dan ada perubahan
gaya hidup. Jika dulu Sectio cesarea dijadikan pilihan terakhir sebagai tindakan
kegawatdaruratan persalinan, namun sekarang menjadi pilihan pertama dalam persalinan
.(Rasjidi, 2009.h;6)
Sebanyak 79 responden (36,6%) masih memilih persalinan pervaginam dalam proses
melahirkan. Ibu yang bersalin secara pervaginam secara psikologis meningkatkan hubungan
antara ibu dan bayi, merangsang hormon dalam tubuh seperti hormon yang merangsang
keluarnya ASI, mempercepat pemulihan rahim pasca persalinan dan mengurangi resiko terserang
kanker rahim.
Berdasarkan penelitian Rimonta Gunanegara (2010) tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi angka kejadian seksio cesarea dengan riwayat kejadian seksio cesarea di RS
Imanuel Bandung bahwa operasi cesarea masih memiliki angka kejadian yang tinggi di Rumah
Sakit Immanuel, sedangkan angka keberhasilan Vaginal Birth After Caesarean (VBAC) masih
rendah. Hal tersebut disebabkan keinginan ibu untuk mengulang Seksio cesarea kembali sebagai
pilihan persalinan.
Berdasarkan uji statistik tentang hubungan antara riwayat persalinan ibu multipara dengan
kejadian Seksio cesarea diperoleh nilai ρ value 0,000 < 0,05 yang berarti terdapat hubungan yang
signifikan antara antara riwayat persalinan ibu multipara dengan kejadian Seksio cesarea.
Dari tabel 4.3 responden yang memiliki riwayat persalinan pervaginam sebanyak 169
responden dan kemudian memilih persalinan secara Seksio cesarea sebanyak 90 responden dan
tetap melakukan persalinan normal sebanyak 79 responden pada persalinan selanjutnya.
Fenomena tersebut menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan terhadap kejadian Seksio
cesarea. Selain dari rujukan dokter terdapat juga yang merupakan permintaan dari ibu hamil,
faktor pendukungnya antara lain: ketuban pecah dini, trauma persalinan sebelumnya,
bertambahnya umur ibu sehingga tidak kuat saat proses persalinan. Padahal persalinan dengan
proses induksi rasa sakit yang dialami ibu dua kali lipat daripada persalinan normal, begitu juga
dengan angka kejadian infeksi karena terdapat sayatan pada proses persalinan.
Sebanyak 47 responden dengan riwayat persalinan Seksio cesarea kembali melaksanakan
persalinan Seksio cesarea pada persalinan berikutnya. Sebenarnya, persalinan seksio cesarea
tidak mempengaruhi persalinan selanjutnya harus berlangsung secara operasi atau tidak. Apabila
memang ada indikasi yang mengharuskan dilakukannya tindakan pembedahan, seperti bayi
terlalu besar, panggul terlalu sempit, atau jalan lahir yang tidak mau membuka, operasi bisa saja
dilakukan. Umumnya, operasi cesarea akan dilakukan lagi pada persalinan kedua. Setelah
persalinan dengan operasi, jika hasil pemeriksaan dokter tidak ditemukan alasan untuk
melakukan bedah Caesar lagi maka ibu dipersiapkan untuk melahirkan normal. Oleh karena itu,
perlu diinformasikan mengenai tanda-tanda persalinan. Namun, jika persalinan alami gagal yang
ditandai dengan ibu dan janinnya dalam keadaan gawat darurat maka persalinan harus segera
berakhir segera dengan operasi dalam waktu tidak lebih dari 30 menit kemudian
(Bramantyo,2003.h.23).
KESIMPULAN
1. Riwayat persalinan ibu multipara yang bersalin di RSUD Sunan Kalijaga Demak
sebanyak 169 responden (78,2%) memiliki riwayat persalinan pervaginam.
2. Kejadian Seksio cesarea di RSUD Sunan Kalijaga Demak sebanyak 137 responden
(63,4%).
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat persalinan ibu multipara dengan
kejadian Seksio cesarea di RSUD Sunan Kalijaga Demak.
SARAN
1. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat dapat menambah dan meningkatkan pengetahuan tentang
kesehatan khususnya persalinan seksio cesarea
2. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat menambah pengalaman dan wawasan peneliti serta sebagai media
untuk menerapkan ilmu yang didapat selama kuliah.
3. Bagi Institusi pendidikan
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan wawasan
mahasiswa.
4. Bagi Rumah Sakit
Diharapakan bermanfaat sebagai bahan informasi dan masukan untuk mengembangkan
penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Pudiastuti, Dewi R. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Patologi. Yogyakarta: Nuha
Medika
Yanti, S.SiT, M.Keb. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta :
Pustaka Rihama
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirodhardjo
Saifuddin, Bari A dkk. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : PT Bina Sarwono Prawirohadrjo
Hidayat, Aziz Alimul. 2010. Metodelogi Penelitian Kebidanan Tehnik Analisa Data.
Jakarta : Salemba Medika
INTISARI
Masalah yang sering terjadi pada remaja adalah kurangnya asupan gizi yaitu terlalu kurus
(KurangEnergiKronik) dan dapat terkena anemia karena kekurangan zat besi. Disamping itu
masalah yang sering muncul adalah kelebihan asupan gizi yang dapat menyebabkan obesitas.
Hal-hal tersebut sangat mempengaruhi keadaan tubuh dan sistemproduksi hormon yang
berkaitan dengan terjadinya menarche
Penelitian Analitik ini dilaksanakan dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam
penelitian ini sebanyak 104 remaja putri kelas VII yang mengalami menstruasi. Sampel dalam
penelitian ini adalah 104 remaja putri kelas VII yang mengalami menstruasi di SMP N 1
Welahan Jepara pada bulan Januari-Februari Tahun 2013 yang diambil secara total sampling dari
104 remaja putri kelas VII yang mengalami menarche. Instrumen penelitian menggunakan
angket. Data primer diolah dan dianalisis secara univariat dengan distribusi frekuensi dan
presentase, bivariat dengan Uji-Mann Whitney
Dari Uji Mann-Whitney, dapat dilihat pada output “Test Statistic” dimana nilai statistik
uji Z yang kecil yaitu -3,132 dan nilai sig.2-tailed adalah 0,002, sehingga didapatkan hasil yang
signifikan sehingga Ha diterima dan H0 ditolak, yang artinya terdapat perbedaan usia menarche
antara remaja putri yang status gizinya normal dan tidak normal di SMP N 1 Welahan Jepara.
Kesimpulan hasil penelitian ini adalah ada perbedaan usia menarche antara remaja putri
yang status gizinya normal dan tidak normal. Diharapkan bagi tenaga kesehatan khususnya bidan
untuk dapat memberikan informasi pada remaja putri tentang kesiapan menghapadi menarche
dan menjaga status gizi pada remaja putri itu sendiri.
Kata kunci :Usia menarche (remaja awal, remaja tengah, remaja akhir), Status gizi (status gizi
normal, status gizi tidak normal).
PENDAHULUAN
Dalam siklus kehidupan, masa remaja merupakan masa keemasan. Pada masa ini
terjadi banyak perubahan dan masalah, yang jika tidak cepat ditangani akan menjadi
masalah yang berkepanjangan dan berdampak serius. Salah satu masalah remaja yang
memerlukan perhatian adalah masalah kesehatan, dimana kesehatan merupakan elemen
penting manusia untuk dapat hidup produktif. Remaja yang sehat adalah remaja yang
produktif sesuai dengan tingkat perkembangannya (Depkes, 2010).
Populasi remaja merupakan kelompok penduduk yang cukup besar. Penduduk
Indonesia cukup didominasi oleh remaja. Jumlah penduduk Indonesia usia 10-19 tahun
sebesar 22,2% total penduduk (BPS, 1999). Studi analisis kecenderungan kesehatan
mengestimasikan bahwa tahun 2005 Indonesia akan menjadi negara dengan proporsi
populasi usia kurang dari 15 tahun terbesar. Dengan kemajuan pembangunan, masalah
kependudukan di Indonesia sekarang tidak lagi sepenuhnya terpusat pada jumlah
penduduk melainkan pada kualitas penduduknya. Remaja merupakan aset bangsa untuk
terciptanya generasi mendatang yang lebih baik (Waryana, 2010; h. 107).
Berdasarkan Sensus Penduduk (SP) tahun 2010, jumlah penduduk Jawa Tengah
tercatat sebesar 32,38 juta jiwa atau sekitar 14 persen dari jumlah penduduk Indoesia. Ini
Jurnal Kesehatan dan Budaya
HIKMAH 13
Volume 5 No. 2, September 2014 ISSN : 1907-1396
HASIL PENELITIAN
a. Usia menarche pada remaja putri berdasarkan status gizi normal di SMP
Negeri 1 Welahan Jepara
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi usia menarche pada remaja putri berdasarkan
status gizi normal di SMP Negeri 1 Welahan Jepara tahun 2013
Status Gizi
Usia Gizi Gizi tidak Jumlah
Menarche normal normal
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase P F
Remaja 32 66,7 20 35,7 52(50)
awal
Remaja 16 33,3 36 64,3 52(50)
tengah
Total 48 100 57 100 104(100)
PEMBAHASAN
1. Usia menarche remaja putri yang memiliki status gizi normal
Untuk memantau indeks masa tubuh orang dewasa digunakan timbangan
berat badan dan pengukur tinggi badan. Untuk kategori status gizi normal dengan
menggunakan ambang batas IMT yaitu 18,7 – 25,0 (Waryana, 2010)
Untuk remaja putri yang memiliki gizi normal di dominasi oleh remaja
awal yaitu sebanyak 32 responden (68,7%), ini dikarenakan remaja putri ini
3. Perbedaan Usia Menarche antara Status Gizi Normal dan Tidak Normal
Untuk remaja putri yang usia menarche nya pada remaja awal di
dominasi pada status gizi normal yaitu sebanyak 32 responden, dan pada remaja
tengah sebanyak 16 responden. Dan untuk usia menarche pada remaja tengah di
dominasi oleh status gizi tidak normal yaitu sebanyak 36 responden pada remaja
tengah dan 20 responden pada remaja awal.
Untuk remaja putri yang menrche nya tidak terlambat, ini dikarenakan
remaja putri mempunyai kebiasaan mengkonsumsi makanan yang bergizi dan
mempunyai pengetahuan yang baik tentang gizi melalui beberapa media
informasi (televisi, majalah dan internet), dan untuk remaja putri yang menrche
nya terlambat, dikarenakan memiliki pengetahuan yang kurang tentang gizi pada
remaja dan kurangnya asupan gizi yang dikonsumsi setiap hari. Karena remaja
putri sering jajan makanan sembarangan yang kurang memenuhi gizinya,
sehingga tingkat kesehatannya kurang
Setelah dilakukan uji-Mann-Whitney, dari output Rank terdapat nilai
mean untuk remaja putri yang status gizinya tidak normal lebih besar dari pada
nilai mean remaja putri yang status gizinya normal (59,93 > 43,83)
Dari Uji Mann-Whitney, dapat dilihat pada output “Test Statistic”
dimana nilai statistik uji Z yang kecil yaitu -3,132 dan nilai sig.2-tailed adalah
0,002, sehingga didapatkan hasil yang signifikan sehingga Ha diterima dan H0
ditolak, yang artinya terdapat perbedaan usia menarche antara remaja putri yang
status gizinya normal dan tidak normal di SMP N 1 Welahan Jepara.
KESIMPULAN
1. Usia menarche yang status gizinya normal pada remaja putri kelas VII di SMP N 1
Welahan Jepara di dominasi pada remaja awal yaitu sebanyak 32 responden
2. Usia menarche yang status gizinya tidak normal pada remaja putri kelas VII di SMP
N 1 Welahan Jepara di dominasi pada remaja tengah yaitu sebanyak 36 responden
3. Perbedaan usia menarche remaja putri kelas VII di SMP N 1 Welahan Jepara yaitu
usia menarche yang status gizinya normal di dominasi pada remaja awal sebanyak
32, sedangkan yang status gizi tidak normal di dominasi pada remaja tengah
sebanyak 36, perbedaan pada usia menarche dapat dilihat dari status gizi yang
normal dan tidak normal, untuk mengetahui status gizi baik normal dan tidak normal
bisa dilihat dengan menggunakan IMT (indeks masa tubuh) dengan penimbangan
dan pengukuran.
SARAN
1. Bagi remaja putri
a. Bagi remaja putri yang status gizinya normal tetap menjaga keseimbangan
antara berat badan dan tinggi badannya, untuk mendapatkan nilai gizi normal,
dan diusahakan sebelum berangkat ke sekolah untuk sarapan pagi terlebih
dahulu dan tertatur saat makan supaya status gizinya selalu normal
b. Bagi remaja putri yang status gizinya tidak normal untuk yang gizinya kurang
agar lebih menjaga kesehatannya dengan makan teratur dan tidak jajan yang
serba instant dan sembarangan.
Untuk yang status gizinya lebih agar bisa mengontrol dan menjaga tubuhnya
supaya tidak mempunyai gizi lebih dan mengurangi porsi makan.
2. Bagi Institusi Pendidikan SMP N 1 Welahan Jepara
Diharapkan setelah dilakukan penelitian di SMP N 1 Welahan Jepara agar lebih
memberikan bimbingan dan menyediakan sumber-sumber bacaan tentang menarche
dan gizi sehingga informasi dan kebutuhan kesehatan reproduksi di usia mereka
terpenuhi
3. Bagi Institusi Pendidikan Akbid Islam Al-hikmah Jepara
Diharapkan dengan adanya karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat sebagai
pembelajaran dan penyempurnaan pembelajaran, serta menambah kepustakaan
tentang hal – hal yang berkaitan dengan remaja putri yang status gizinya normal dan
tidak normal yang sudah menstruasi
4. Bagi tenaga kesehatan (KRR)
Diharapkan adanya karya tulis ilmiah ini khususnya petugas Puskesmas agar
memberikan pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas bagi remaja termasuk
pendidikan kesehatan khususnya tentang menarche dan kebutuhan gizi yang
merupakan bagian/lingkup upaya promosi dalam pelayanan kesehatan reproduksi
remaja
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mighwar, M.Ag, Muhammad. Psikologi Remaja. Bandung: Pustaka setia; 2006.
Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/07/konsep-status-gizi.html
Ariwibowo, Ahmad Alfian. Hubungan Status Gizi (indeks Bb/tb Dan Tb/u) Dengan Usia
Menarche Pada Siswi Smp Negeri Di Kecamatan Pati Kabupaten Pati; 2009.
http://www.fkm.undip.ac.id -- http://eprints.undip.ac.id/10350/
Badan Pusat Statistik. Jawa Tengah Dalam Angka: Jawa Tengah; 2011.
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/07/konsep-status-gizi.html
Herawati, Mansur. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika; 2009.
Hernawati, Dina. Perbedaan Usia Menarche Pada Wanita Petani Dengan Yang Bukan Petani Di
Kecamatan Cangkringan; 2010.
Jurnal Kesehatan dan Budaya
HIKMAH 18
Volume 5 No. 2, September 2014 ISSN : 1907-1396
http://simpus.uii.ac.id/search_adv/?n=000150&l=710&b=I&j=SK
Hidayat, Alimul Aziz. Metode Penelitian Kebidanan Dan Tehnik Analisis Data. Jakarta: Salemba
Medika; 2010.
Jamie Stang and Mary Story. Guidelines for Adolescent Nutrition Services. Center for
Leadership, Education, and Training in Maternal and Child Nutrition, Division of
Epidemiology and Community Health, School of Public Health :University of Minnesota ;
2005
http://isagi.or.id/1/archives/337
Pieter dan Lubis. Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan. Jakarta: Kencana; 2010.
Poltekes Depkes. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika; 2012.
Proverawati, Atikah. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta: Nuha Medika;
2009.
Proverawati, Atikah dan Siti Asfuah. Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika; 2009.
Saryono, Ari Setiawan. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII,DIV, S1 dan S2. Yogyakarta:
Nuha Medika; 2011.
Sediaoetama, AD. 2000. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta : Dian Rakyat
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/07/konsep-status-gizi.html
INTISARI
Kanker leher rahim (serviks) merupakan ancaman penyakit yang menakutkanbagi wanita.
Pasien kanker rahim di seluruh dunia diperkirakan terjadi sekitar 500 ribu kasusbaru, 270 ribu
diantaranya meninggal setiap tahunnya. Kanker serviks dapat dicegah, salahsatunya dengan
Metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA), yaitu metode screening yangpraktis, murah,
dan memungkinkan dilakukan di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
tingkat pengetahuan wanita usia subur tentang pemeriksaan IVA Tes dan kanker serviks.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan populasi 800 dan didapatkan
sampel sejumlah 80 reponden yang diperoleh menggunakan rumus Arikunto 10 % . Dan dalam
pengambilan data menggunakan tehnik sampling secara simpel random sampling. Pengumpulan
data dilakukan menggunakan kuesioner. Data diolah secara editing, koding, skoring, dan
tabulating serta dianalisis menghitung sebaran presentase frekuensi variabel. Hasil penelitian
menunjukkan sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang pemeriksaan
IVA Tes dan kanker serviks yaitu sebanyak 45 responden (56,2%), sebanyak 27 responden
(33,8%), memiliki tingkat pengetahuan yang cukup, sebanyak 8 responden (10,0%) memiliki
tinngkat pengetahuan yang kurang.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagian besar wanita usia subur mempunyai
tingkat pengetahuan kurang tentang pemeriksaan IVA Tes dan kanker serviks sebanyak 45
responden (56,2%). Sehingga diharapkan bagi bidan, kader dan tenaga kesehatan lainnya yang
ada di sekitarnya untuk dapat memberikan penyuluhan mengenai penyakit kanker serviks dan
cara deteksinya.
Oleh karena itu petugas kesehatanhendaknya dapat meningkatkan sumber informasi dan fasilitas
kepada masyarakat khususnya WUS agar mengetahui dan memahamitentang pentingnya
melakukan deteksi dini kanker serviks khususnya pemeriksaan IVA.
Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Pemeriksaan IVA Tes dan Kanker Serviks
PENDAHULUAN
Dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), kanker serviks merupakan penyebab
kematian nomor dua di dunia yang menimpa kaum hawa. Setiap tahun tidak kurang dari
250 jiwa wanita meninggal dunia akibat kanker serviks,dan tiap 2 menit, seorang wanita
di dunia meninggal dunia karena kanker jenis ini (Aulia,2012; h. 7).
Di Indonesia, kanker serviks menduduki peringkat pertama penyebab kematian
wanita. Setiap tahun, terdapat lebih dari 15.000 kasus kanker serviks, dan lebih dari 8.000
orang meninggal dunia. Setiap 1 jam, seorang wanita di Indonesia meninggal dunia
karena kanker serviks. Pada tahun 2001, kasus kanker serviks berjumlah 2.429 atau
25,91% dari sejumlah kanker yang ditemukan di Indonesia (Aulia,2012;h.8).
Di Provinsi Jawa Tengah, berdasarkan laporan program dari dinas kesehatan
kabupaten yang berasal dari Rumah Sakit dan Puskesmas, kasus penyakit kanker yang
ditemukan sebanyak10.546 kasus, terdiri dari kanker serviks 2.076 kasus (19,70%),
kanker mamae 3.884 kasus (36,83%), kanker hepar 1.339 kasus (12,70%), dan kanker
paru 3.192 kasus (30.27%). Kasus terbanyak kanker serviks adalah di Kota Semarang
yaitu sebesar 615 kasus (30,20%) dibandingkan dengan jumlah keseluruhan kanker
serviks di Jawa Tengah (Dinkes Jateng,2005).
Data kanker di Kabupaten Jepara berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota Jepara tahun 2009, kasus penyakit kanker yang ditemukan terdiri dari
Ca.serviks uteri 31 kasus. Pada tahun 2010 sebanyak 53 kasus dan pada tahun 2011
sebanyak 99 kasus (DinKes Jepara, 2011).
Desa Geneng berada di Kecamatan Batealit sebelah barat berbatasan dengan desa
Rengging, sebelah timur berbatasan dengan desa Damar Jati, sebelah selatan berbatasan
dengan desa Gemulung, sebelah utara berbatasan dengan desa Ragu Klampitan (peta
Desa Geneng).
Berdasarkan studi pendahuluan di Desa Geneng pada tanggal 24 November 2012
melalui wawancara didapatkan 10 responden, yang tahu tentang IVA Tes 2 orang (20%),
dan yang tidak tahu tentang IVA Tes ada 8 orang (80%). Hal ini masih menunjukkan
bahwa masih rendahnya pengetahuan WUS tentang deteksi dini kanker serviks dengan
metode IVA Tes.
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti
“Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Pemeriksaan IVA Tes dan Kanker
Serviks di Desa Geneng Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara”
METODE PENELITIAN
Menggunakan jenis penelitian ini adalah study deskriptif dengan metode survey
yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat
gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara obyektif. Metode
Penelitian ini menggunakan rancangan “Cross Sectional“ yaitu dengan cara observasi
atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat ( Point time approach ) artinya tiap
subyek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap
karakter atau variabel subyek pada saat pemeriksaan.
HASIL PENELITIAN
1. Karakteristik Responden
a. Umur Responden
Tabel 4. 1 Distribusi frekuensi berdasarkan umur wanita usia subur di Desa Geneng
Batealit Jepara Tahun 2013
PEMBAHASAN
1. Tingkat pengetahuan
a. Pengertian IVA Tes
Hasil penelitian pengetahuan responden tentang pengertian IVA Tes
menunjukkan bahwa sebagian besar kurang sebanyak 47 (58,8%) responden.
Hasil peneliyian ini di dukung oleh Sri Suyatmi (2010) dari 60 responden
sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan tentang pengertian IVA tes
kurang sebanyak 39 responden (65,0%).Dan pengetahuan cukup sebanyak 12
responden (20%), pengetahuan kurang 9 responden (15%).
Sehingga pengetahuan yang mereka peroleh mengenai tes IVA dan kanker
serviks masih kurang. Tenaga kesehatan dapat menggunakan media serta melibatkan
kader dan tokoh masyarakat dalam penyampaian informasi tes IVA dan kanker
serviks sehingga informasi yang diberikan dapat langsung diterima oleh sasaran.
b. Tujuan pemeriksaan IVA Tes
Hasil penelitian pengetahuan responden tentang tujuan pemeriksaan IVA Tes
sebagian besar pengetahuan tidak baiksebanyak 56 (70,0%) responden. Kebanyakan
masyarakat kurang mengetahui tentang tujuan pemeriksaan IVA Tes karena
kurangnya informasi tentang pemeriksaan IVA Tes.
c. Syarat Pemeriksaan IVA Tes
Hasil penelitian pengetahuan responden tentang syarat mengikuti IVA Tes
sebagian besar cukup sebanyak 43 (53,8%) responden dan pengetahuan tentang
syarat mengikuti IVA Tes kurang sebanyak 18 (22,5%) responden. Sebagian
responden sudah mengetahui dari tenaga kesehatan dan informasi majalah/koran.
d. Waktu dan tempat pemeriksaan IVA Tes
Hasil penelitian pengetahuan responden tentang waktu dan tempat pemeriksaan
IVA Tes sebagian besar kurang sebanyak 44 (55,0%) responden dan pengetahuan
tentang waktu dan tempat pemeriksaan IVA Tes baik sebanyak 11 (13,8%)
responden.
Sebagian kecil masyarakat sudah mengetahui waktu pemeriksaannya, namun
masih banyak yang kurang mengetahui karena kurangnya informasi dari tenaga
kesehatan dan media lainnya.
e. Manfaat pemeriksaan IVA Tes
Hasil penelitian pengetahuan responden tentang manfaat pemeriksaan IVA Tes
sebagian besar pengetahuan baik sebanyak 49 (61,2%) responden. Hal ini
dikarenakan masyarakat sudah mengetahui manfaat dari pemeriksaan IVA Tes, tetapi
belum mengetahui waktu pemeriksaannya.
f. Pengertian kanker serviks
Hasil penelitian pengetahuan responden tentang kanker serviks sebagian besar
cukup sebanyak 48 (60,0%) responden dan sebagian kecil pengetahuan tentang
Jurnal Kesehatan dan Budaya
HIKMAH 23
Volume 5 No. 2, September 2014 ISSN : 1907-1396
SARAN
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Dapat meningkatkan mutu pelayanan pada wanita usia subur dengan memberikan
penyuluhan secara berkesinambungan khususnya pada wanita usia subur yang aktif
melakukan hubungan seksual yang mempunyai resiko besar terkena kanker serviks.
2. Bagi Institusi
Diharapkan bisa menambah pengetahuan tentang pemeriksaan IVA Tes dan
kanker serviks dan menambah daftar pustaka di Institusi Pendidikan
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta;
2006
Aulia. Serangan Penyakit-Penyakit Khas Wanita Paling Sering Terjadi. Yogyakarta: Buku Biru;
2012
Bintari LS ,Adhitya. Hubungan Karakteristik Wanita dengan Pelaksanaan Pemeriksaan Inspeksi
Visual dengan Asam Asetat (IVA) 29 Mei 2012 [Diakses tanggal 2 Oktober 2012]
http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jtstikesmuhg
o-gdl-adhityabin-1366
INTISARI
Pada trimester II, ibu hamil biasanya sudah bisa menyesuaikan diri dengan perubahan yang
terjadi pada trimester I. Ibu hamil pada trimester II mulai merasakan adanya gerakan janin
didalam perutnya. Apabila ibu hamil tidak bisa merasakan gerakan janin didalam kandungannya
maka akan muncul kecemasan, kecemasan ini berasal dari ketakutan ibu hamil akan
berkembangnya janin yang ada di dalam perutnya, apakah bayi yang ada didalam kandungannya
masih hidup atau mengalamai gangguan.
Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di RSIA Kumala Siwi sebanyak 51
pada bulan Februari. Sampel dalam penelitian ini merupakan sebagian dari populasi yang dipilih
berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel dalam penelitian ini ibu hamil trimester II yang
memeriksakan kehamilannya di RSIA Kumala Siwi berjumlah 35 responden di bulan Februari
Teknik sampling yang digunakan yaitu purposive sampling. Variabel dalam penelitian ini yaitu
Tingkat Kecemasan Ibu Hamil dengan Kesehatan Janin Trimester II. Data yang dikumpulkan
adalah data primer dan sekunder dengan menggunakan wawancara langsung dan koesioner
kepada responden. Kemudian diolah dan analisa secara univariat dan bivariat dengan
menggunakan uji chi square.
Hasil penelitian menunjukksn bahwa ibu hamil yang tidak memiliki kecemasan yang
kesehatan janinnya kurang baik ada 5 (83,3%) dan kesehatan janin baik ada 1 (16,7%),
sedangkan ibu hamil yang mengalami cemas ringan yang memiliki kesehatan janin kurang baik
ada 10 (42,8) dan kesehatan janin baik ada 19 (892,8).
Dari hasil peneliti ini diharapkan ibu hamil agar selalu memantau perkembangan janinnya
selama kehamilan melalui pemeriksaan kandungan secara berkesinambungan serta dapat
mengendalikan emosi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode survey analitik. Teknik pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan cross sectional dimana variabel bebas dan variabel terikat
diobservasi hanya sekali pada saat yang sama (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan ibu hamil dengan kesehatan
janin pada ibu hamil trimester II.
HASIL PENELITIAN
a. Umur responden
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi reponden berdasarkan umur di RSIA Kumala Siwi.
Umur Frekuensi Presentase (%)
IRT 20 57,1
SWASTA 15 42,9
Jumlah 35 100,0
d. Paritas
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi berdasarkan paritas di RSIA Kumala Siwi
Paritas Frekuensi Presentase (%)
Primigravida 20 57,14
Multigravida 10 28,58
Grandemultipara 5 14,28
Jumlah 35 100,0
1. Analisa Univariat
a) Tingkat kecemasan
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat kecemasan ibu hamil di RSIA
Kumala Siwi
Tingkat kecemasan Frekuensi Presentase (%)
Cemas ringan 29 82.9
Tidak ada kecemasan 6 17.1
Jumlah 35 100,0
b) Kesehatan Janin
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi berdasarkan kesehatan janin di RSIA Kumala Siwi
2. Analisa Bivariat
Tabel 4.6 Distribusi silang responden berdasarkan tingkat kecemasan ibu hamil dengan
kesehatan janin trimester II di RSIA Kumala Siwi.
Kesehatan Janin
Kurang X2hitung p
% Baik % Total value
baik
Tidak
5 83,3 1 16,7 6 17,1
Tingkat ada
64,832 0,002
kecemasan Cemas
10 34,5 19 65,5 29 82,9
ringan
PEMBAHASAN
1. Karakteristik responden
Sebagian besar responden berusia 18-28 tahun, sebanyak 27 responden (77,1%),
berpendidikan SMA 19 responden (61,4%), bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak
20 responden (57,01%) dan sebagian besar responden adalah primigravida sebanyak 20
responden (57,14%).
Kehamilan pertama bagi seorang wanita merupakan salah satu periode krisis
dalam kehidupannya. Pengalaman baru ini memberikan perasaan yang tidak menentu,
antara bahagia dan penuh harapan dengan kekhawatiran tentang apa yang akan dialaminya
semasa kehamilan.
2. Tingkat kecemasan ibu hamil dengan kesehatan janin trimester II
Hasil penelitian pada tabel 4.4 diperoleh sebagian besar responden dengan
kecemasan ringan sebanyak 29 (82,8%) dan responden ibu hamil yang tidak mengalami
kecemasan sebanyak 6 (17,2%)
Responden yang mengalami kecemasan ringan merupakan perubahan psikologis
dan adaptasi. Perubahan kondisi fisik dan emosional memerlukan adaptasi terhadap
penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan
prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosiokultural dan persoalan
dalam kehamilan itu sendiri, dapat merupakan pencetus kecemasan. Pada responden ibu
hamil yang tidak mengalami kecemasan merupakan responden yang mempersiapkan diri
baik secara fisik maupun secara psikis. Secara fisik dapat dilakukan dengan cara menjaga
kesehatan dengan makanan yang bergizi, berolahraga yang diperuntukan ibu hamil,
memeriksakan kandungan secara berkesinambungan, dan sebagainya. Secara psikis adalah
usia yang cukup, bersikap positif dalam menghadapi kehamilan, mampu mengendalikan
emosi dalam rangka kesanggupan untuk menyesuaikan diri dalam situasi tertentu dan
menambah pengetahuan tentang kehamilan. Semua hal itu ditunjukan untuk menjaga
kesehatan ibu dan janin dan menghindari munculnya kecemasan pada ibu hamil.
3. Kesehatan janin
Hasil penelitian diperoleh kesehatan janin baik sejumlah 20 orang (57, 1%) dan
kesehatan janin kurang baik sejumlah 15 orang (42,9%)
Pengkajian klinis dan teknologi sama-sama dapoat memberikan gambaran janin
yang berkaitan dengan kesejahteraan atau maturitas mempermudah pengambilan keputusan
secara klinis. Pada trimester II denyut jantung janin lebih cepat, pada kondisi yang sensitif,
kondisi ini sangat tanggap terhadap perubahan. Semisal ketika posisi janin terbalik ini
otomatis akan mempengaruhi gerakan janin dalam kandungan. Hal ini merupakan suatu
kondisi yang sensitif yang sangat tanggap terhadap perubahan . Banyak faktor yang
mempengaruhi gerakan janin dalam kandungan seperti asupan gizi dari ibu juga pemakaian
obat terlarang byang mengganggu kesehatan janin .Trimester dua terjadi quickening
mungkin menyenangkan wanita untuk memikirkan bayinya sebagai individu yang
merupakan bagian darinya. Kesadaran yang baru ini memulai perubahan dalam
memusatkan ke bayi. Perhatian di tujukan pada kesehatan Ketika janin menjadi semakin
jelas, yang terlihat dengan adanya gerakan dan denyut jantung janin.
KESIMPULAN
1. Sebagian besar responden berusia 18-28 tahun, sebanyak 27 responden (77,1%),
berpendidikan SMA 19 responden (61,4%), bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak
20 responden (57,01%) dan sebagian besar responden adalah primigravida sebanyak 20
responden (57,14%).
2. Berdasarkan tingkat kecemasan di peroleh sebagian besar ibu hamil mengalami cemas
ringan yaitu sejumlah 29 (82,8%), dan ibu hamil yang tidak mengalami kecemasan
sejumlah 6 (17,2%).
3. Berdasarkan hasil penelitian kesehatan janin di peroleh hasil kesehatan janin baik
sejumlah 20 (57,1%) ibu hamil dan hasil kesehatan janin yang tidak baik sejumlah 15
(42,9%) ibu hamil.
Rasa cemas menyebabkan fisik ibu hamil menjadi letih, lesu, payah dan sebagainya
sehingga mempengaruhi kesehatan janin.
4. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh nilai X2 hitung sebesar 64,832 dan p value: 0,002.
Taraf signifikan 5% diperoleh nilai X2 tabel sebesar 51,001, di bandingkan X2 hitung > X2
tabel atau p value < α (5%). Sehingga Ha diterima dan Ho di tolak yang berarti ada
hubungan antara tingkat kecemasan ibu hamil dengan kesehatan janin trimester II.
SARAN
1. Bagi Ibu Hamil Trimester II
Diharapkan ibu hamil agar dapat mengikuti senam hamil karena dalam senam
hamil, ibu hamil akan mendapatkan tehnik relaksasi yang dapat membantu menenangkan
hati dan pikiran sehingga tubuh tidak stres dan bayi juga tidak stres.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan kualitas dari mahasiswa yang diluluskan lebih ditingkatkan
kualitasnya dalam pelaksanaan asuhan kebidanan secara komprehensif.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber motivasi para peneliti lain agar
dapat meneliti lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta; 2006.
Harri Zan Pieter. Pengantar Psikologi untuk kebidanan. Jakarta: Kencana 2011
Hawari. Manajement Stres, Cemas Dan Depresi. Jakarta: FKUI 2008
Machfoed. Metodelogi penelitian. Jakarta; 2009
Marmi. Asuahan Kebidanan Pada Masa Antenata. Yogyakarta 2011
Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2005
Nursalam. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta; 2008
Prasetyono D. Metode Mengatasi Cemas dan Depresi. Yogyakarta : Oryza; 2007
Profil Kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2011
Jurnal Kesehatan dan Budaya
HIKMAH 30
Volume 5 No. 2, September 2014 ISSN : 1907-1396
INTISARI
Perawatan payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah
tersumbatnya saluran susu, sehingga setelah melahirkan ibu dapat segera mungkin memberikan
ASI kepada bayinya. Hal ini karena payudara merupakan satu-satunya penghasil ASI yang
merupakan makanan pokok bayi yang baru lahir sehingga harus dilakukan sedini mungkin.
Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan perawatan payudara saat hamil dengan produksi
ASI pada ibu postpartum 2-6 jam di Wilayah Kerja Puskesmas Tahunan Kabupaten Jepara.
Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan desain penelitian Case
Control dan rancangan penelitian bersifat Retrospektif. Sampel sejumlah 33 responden yang
diambil berdasarkan teknik cluster sampling. Instrumen yang digunakan beruapa kuesioner dan
lembar observasi. Analisa data menggunakan uji Chi Square dan dilanjutkan dengan uji Exact
Fisher dan pengolahannya menggunakan SPSS 16.0 for windows.
Hasil penelitian ini menunjukan dari 33 responden sebagian besar responden melakukan
perawatan payudara selama hamil yaitu sebanyak 23 responden (69,7%) yang ASInya keluar
sebanyak 18 responden (90%). Berdasarkan Uji Exact Fisher dengan taraf signifikan 0,05
didapatkan hasil p = 0,005 (pvalue< α) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara
perawatan payudara selama hamil dengan produksi ASI pada Ibu postpartum 2-6 jam di Wilayah
kerja Puskesmas Tahunan Jepara.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara perawatan payudara
selama hamil dengan produksi ASI pada ibu postpartum 2-6 jam. Ibu hamil diharapkan dapat
menambah dan meningkatkan pengetahuan mengenai perawatan payudara saat hamil dan
produksi ASI pada ibu postpartum dengan aktif datang ke pelayanan kesehatan sehingga
mendapat informasi mengenai perawatan payudara sejak dini dan dapat dilakukan secara teratur
agar produksi ASI cukup setelah melahirkan.
Kata kunci : Perawatan Payudara Selama Hamil, Produksi ASI
Latar Belakang
Perawatan payudara sangat penting dilakukan selama hamil sampai masa menyusui.
Hal ini karena payudara merupakan satu-satunya penghasil ASI yang merupakan makanan
pokok bayi yang baru lahir sehingga harus dilakukan sedini mungkin.(Naura Putri, 2009; h.
88)
Masa nifas berlangsung setelah persalinan kala IV, memiliki 4 tahapan yaitu 6-8 jam,
6 hari, 2 minggu, dan 6 minggu. Masa nifas pada 6 hari dan 2 minggu salah satunya
bertujuan untuk memastikan ibu dapat menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit. Ibu nifas akan dapat menyusui dengan baik jika ibu nifas tersebut
sebelumnya melakukan perawatan payudara dengan baik, memiliki pengetahuan baik
tentang ASI dan mengkonsumsi makanan yang bergizi. Perawatan payudara yang dilakukan
meliputi pengurutan payudara, pengompresan payudara, pengosongan payudara, perawatan
puting susu (Sulistyowati, 2009; h. 1-3)
Jurnal Kesehatan dan Budaya
HIKMAH 32
Volume 5 No. 2, September 2014 ISSN : 1907-1396
Menyusui merupakan salah satu komponen dari sistem reproduksi : hamil, melahirkan,
dan menyusui. Proses menyusui tidak selalu berjalan baik karena menyusui itu bukan
sesuatu yang terjadi dengan sendirinya, tetapi merupakan suatu ketrampilan yang perlu
diajarkan dan dipersiapkan sejak hamil. (Yuliarti, 2010; h. 40)
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal 30 Nopember
sampai 04 Desember 2012 di Desa Kecapi Kecamatan Tahunan Jepara terhadap 10 ibu
postpartum 2-6 jam, didapatkan hasil bahwa sebagian besar ibu postpartum melakukan
perawatan payudara selama kehamilan yaitu sebanyak 6 responden (60%) mayoritas
produksi ASInya lancar sedangkan 4 responden (40%) lainnya yang tidak melakukan
perawatan payudara selama hamil mayoritas produksi ASInya tidak lancar. Hal ini
menunjukan bahwa perawatan payudara selama hamil merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi produksi ASI setelah melahirkan.
Dari uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Hubungan antara perawatan payudara selama hamil dengan produksi ASI pada ibu
postpartum 2-6 jam di Wilayah kerja Puskesmas Tahunan Kabupaten Jepara”.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik adalah suatu
metode penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena
kesehatan itu terjadi, kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara
fenomena atau antara faktor risiko, maupun antar faktor efek (Notoatmodjo S, 2005;
h. 26). Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian Case Control
Hasil Penelitian
a. Perawatan payudara selama hamil
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perawatan Payudara Selama
Hamil di Wilayah Kerja PuskesmasTahunan Jepara Tahun 2013
Total 32 100,0
3. Hubungan Perawatan Payudara Selama Hamil Dengan Produksi ASI Pada Ibu
Postpartum 2-6 Jam.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan Uji Chi-square didapatkan nilai Pearson Chi-
Square 0,002 dengan taraf signifikan α = 0,05 di dapatkan value 0,002 (p < α) tetapi
terdapat nilai 1 cell > 20% yaitu 25 % sehingga dinyatakan tidak memenuhi syarat dan
kemudian dilanjutkan menggunakan Uji Exact Fisher dengan nilai Exact Sig. (2-sided)
sebesar 0,005 sehingga ρvalue < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa (H0) di tolak dan
(Ha) diterima berarti ada hubungan antara perawatan payudara selama hamil dengan
produksi ASI pada Ibu postpartum 2-6 jam.
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden yang produksi ASInya lancar
mayoritas melakukan perawatan payudara selama hamil yaitu sebanyak 17 responden
Jurnal Kesehatan dan Budaya
HIKMAH 34
Volume 5 No. 2, September 2014 ISSN : 1907-1396
(89,5%). Sedangkan responden yang produksi ASInya tidak lancar mayoritas tidak
melakukan perawatan payudara selama hamil yaitu sebanyak 8 responden (61,5%). Salah
satu faktor penyebab tidak cepatnya pengeluaran ASI pada ibu post partum diduga
disebabkan oleh kurang adekuatnya perawatan payudara semasa hamil yang bertujuan
untuk memperlancar sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga
mempercepat sekresi ASI.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara perawatan payudara selama
hamil dengan produksi ASI pada ibu postpartum 2-6 jam di Wilayah kerja Puskesmas
Tahunan Jepara. Hal ini menunjukkan ibu nifas akan dapat menyusui dengan baik jika ibu
nifas tersebut selama hamil melakukan perawatan payudara sejak dini dengan baik dan
teratur, sehingga dapat mempercepat sekresi (pengeluaran) ASI ibu ketika sudah
melahirkan. Adapun untuk kekuatan korelasinya yaitu kolerasi sedang karena nilai
Correlation Coefficient = 0,461 sedangkan kategori untuk kekuatan kolerasinya adalah
menurut Colton apabila r = 0,00 – 0,25 maka tidak ada hubungan/hubungan lemah,
apabila r = 0,26 – 0,50 maka hubungan sedang, apabila r = 0,51 – 0,75 maka hubungan
kuat, dan apabila r = 0,76 – 1,00 maka hubungan sangat kuat/sempurna. (Hastono, 2007).
Kesimpulan
1. Dari 33 Responden Sebagian besar responden melakukan perawatan payudara selama
hamil yaitu 23 responden (69,7%) dan yang tidak melakukan perawatan payudara selama
hamil sebanyak 10 responden (30,3%)
2. Dari 33 Responden Sebagian besar responden ASInya keluar sebanyak 20 responden
(60,6%) dan yang ASInya tidak keluar sebanyak 13 responden (39,4%)
3. Ada hubungan antara perawatan payudara selama hamil dengan produksi ASI pada ibu
postpartum 2-6 jam dengan nilai ( value 0,005)
Saran
1. Bagi Pendidik
Diharapkan dapat digunakan sebagai sarana pengembangan kurikulum pendidikan
khususnya tentang perawatan payudara.
2. Bagi peneliti
Diharapkan peneliti mampu menambah pengetahuan, memperluas wawasan yang
memberikan pengalaman langsung dalam mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari
terkait dengan penelitian serta dapat menjadi suatu sarana pembelajaran dimasyarakat.
3. Bagi Bidan
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam memberikan asuhan
kebidanan kepada ibu hamil terutama konseling yang berkaitan dengan perawatan
payudara pada TM II dan TM III yang bertujuan untuk meningkatkan produksi ASI
sehingga dapat dipersiapkan dalam pemberian ASI setelah melahirkan melalui
penyuluhan yang menggunakan media seperti leaflet, lembar balik dan sebagainya.
Daftar Pustaka
Syarifah Rosita. Asi Untuk Kecerdasan Bayi.Yogyakarta : Ayyana ; 2008.h.76
Naura Putri. Deteksi Dini Kanker Payudara. Jogyakarta : Aura ; 2009.h. 88
Sulistyowati, Ari. Buku Ajar Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta : ANDI ; 2009.h. 1-3
Abstrak
Latar belakang
Berdasarkan data profil Jawa Tengah tahun 2010 didapatkan pada tahun 2010 jumlah
AKI sebesar 114,42/100.000 KH dan AKB sebesar 9,17/1.000 KH, Angka Kematian Ibu
(AKI) di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebesar 116,01 per 100.000 KH dan Angka
Kematian Bayi (AKB) sebesar 10,34 per 1.000 KH (Profil Jateng, 2011).
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah angka kejadian abortus didalamnya di Jawa
Tengah pada tahun 2010 masih tinggi yaitu sebesar 125.841 atau 20% dari jumlah ibu hamil
(Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2010).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Jepara pada tahun 2010 sebesar 21/23,077
KH, untuk AKB di Kabupaten Jepara tahun 2010 sebesar 165/23,967 KH. Kematian tersebut
akibat terjadinya Perdarahan (28%), Eklamsi (24%), Infeksi (11%), Partus Lama (5%),
Abortus (5%), dan lain-lain (27%). Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Jepara pada
tahun 2011 sebesar 24/23,402 KH, untuk AKB di kabupaten Jepara tahun 2011 sebesar
165/23,967 KH. Adapun penyebab langsung kematian ibu di Jepara 47% karena penyakit
pada masa kehamilan, eklamsi, perdarahan 14%, emboli air ketuban 5%, infeksi nifas 5%,
lain-lain 20% (Data DKK Jepara, 2011).
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh sebab-sebab tertentu pada atau
sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk
hidup diluar kandungan (Saifuddin AB, dkk, 2006; h 145).
Diperkirakan angka abortus di dunia sekitar 10.000.000 orang per tahun. Angka
kejadian abortus tersebut diakibatkan penanganan yang kurang bersih dan kurang aman
sekitar 400.000 jiwa per tahun, bahkan WHO memperkirakan 15-20% kematian maternal
disebabkan oleh komplikasi abortus. Departemen Kesehatan RI (2002) setiap tahun
diperkirakan 1,5-3 juta abortus, spontan atau tidak spontan, terjadi di Indonesia dengan
komplikasi utama berupa perdarahan dan infeksi yang dapat berakhir dengan kematian
(Depkes RI, 2002).
Berdasarkan Studi Pendahuluan yang dilakukan peneliti di RSI Sultan Hadlirin
Jepara pada tanggal 25 November 2012, didapatkan data jumlah ibu hamil TM I pada
periode 1 Januari sampai 31 Desember 2011 berjumlah 82 pasien. Diantaranya yaitu 32 ibu
hamil TM I yang mengalami abortus, dan 50 ibu hamil TM I yang tidak mengalami abortus.
Dari 32 ibu hamil TM I yang mengalami abortus 8 primipara, 14 multipara dan 10
grandemultipara.
Dari fenomena di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang ada
tidaknya Perbedaan Paritas Ibu Hamil TM I antara ibu hamil yang mengalami abortus dan
tidak mengalami abortus di RSI Sultan Hadlirin Jepara.
Metode penelitian
Jenis penelitian ini yang akan dilakukan menggunakan metode penelitian study
survey analitik komparatif yaitu meneliti hal yang sudah ada perlakuan sengaja untuk
membangkitkan atau menimbulkan suatu gejala atau keadaan (Notoatmodjo, 2005;h.
151). Rancangan penelitian menggunakan pendekatan retrospektif yaitu penelitian
yang berusaha melihat kebelakang (backword looking),
Hasil Penelitian
a. Paritas
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi paritas ibu hamil TM I di RSI Sultan Hadlirin Jepara
1. Analisis Bivariat
Untuk mengetahui perbedaan paritas Ibu Hamil TM I antara Ibu hamil yang
mengalami Abortus dan yang tidak mengalami Abortus di RSI Sultan Hadlirin Jepara,
maka dilakukan Chi-square dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.3. Perbedaan paritas ibu TM I dengan kejadian abortus di RSI Sultan Hadiri
Jepara
Pembahasan
a. Paritas
Responden dalam penelitian ini memiliki paritas primipara sebanyak 33
responden (31,1%), memiliki paritas multipara sebanyak 57 responden (53,8%) dan
memiliki paritas grandemultipara sebanyak 16 responden (15,1%).
b. Kejadian Abortus
Responden dalam penelitian ini memiliki kejadian tidak abortus sebanyak 63
responden (59,4%), dan memiliki kejadian abortus sebanyak 43 responden (40,6%).
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh sebab-sebab tertentu pada atau
sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu
untuk hidup diluar kandungan (Saifuddin AB, dkk, 2006; h 145).
1. Bivariat
Mayoritas ibu hamil TM I primipara mayoritas tidak abortus sebanyak 26
responden (78,8%) dari 33 responden primipara, ibu hamil TM I multipara mayoritas
tidak abortus sebanyak 31 responden (54,4%) dari 57 responden multipara, sedangkan
ibu hamil TM I grandemultipara mayoritas abortus sebanyak 10 responden (62,5%) dari
16 responden grandemultipara. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas ibu hamil TM I
primipara dan multipara tidak mengalami abortus, sedangkan mayoritas ibu hamil TMI
grandemultipara mengalami abortus, dengan nilai p = 0,012 berarti terlihat ada
perbedaan yang signifikan jumlah paritas ibu hamil TM I yang tidak abortus dan abortus.
Kesimpulan
1. Sebagian besar ibu hamil TM I di RSI Sultan Hadlirin Jepara adalah multipara sebanyak
57 responden (53,8%).
2. Sebagian besar ibu hamil TM I di RSI Sultan Hadlirin Jepara tidak mengalami abortus
sebanyak 63 responden (59,4%)
3. Terdapat perbedaan yang bermakna paritas ibu hamil TM I antara ibu yang mengalami
abortus dan tidak mengalami abortus di RSI Sultan Hadlirin Jepara.
Saran
1. Bagi Masyarakat
Diharapkan pada ibu hamil dapat mengetahui tentang tanda-tanda bahaya kehamilan,
khususnya tentang tanda bahaya abortus dengan rajin memeriksakan kehamilannya ke
tenaga kesehatan.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya pada ibu hamil TM I dengan cara
memberikan pendidikan kesehatan tentang tanda-tanda bahaya kehamilan dan kejadian
abortus, melalui leaflet, pamphlet.
3. Bagi Institusi
Diharapkan karya tulis ini dapat menjadi khasanah pustaka dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan dalam bidang kesehatan.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal untuk melakukan
penelitian lebih lanjut dan dapat melakukan penelitian secara maksimal dengan cara
menambah jumlah sampel.
Daftar Pustaka
Hidayat, Aziz Alimul. Penelitian Kebidanan dan Teknis Analisis Data. Jakarta Salemba Medika:
2010.
Bejo. Hubungan Usia Pernikahan Dengan Kejadian Abortus Spontaneus Komplitus di Desa
Ngenep Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang. 20 Juli 2012 (Diakses tanggal 2
Agustus 2012). Didapat dari: http://bejocommunity.com.
Bensol RC, Pernol ML. Buku Saku Obstetri dan Genekologi. Jakarta: EGC ; 2008
Ikatan Bidan Indonesia. 50 Tahun IBI Bidan Menyongsong Masa Depan. Cetakan ketujuh.
Jakarta: PP IBI; 2006.
Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaba IBGF. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC; 2007.
Murkoff H dkk. Kehamilan Apa Yang Anda Hadapi Bulan Perbulan Edisi ketiga. Jakarta: Arcan
; 2006
Saifudin AB dkk. Buku Asuhan Nasional Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwan. Prawiroharjo; 2006.
Salmah, Rusmiati, Maryanah, Susanti NN. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta: EGC; 2006.