Anda di halaman 1dari 14

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Bangetayu merupakan salah satu puskesmas induk

yang berada di kota Semarang tepatnya di kecamatan Genuk 10 km dari

pusat kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Wilayah kerja Puskesmas

Bangetayu ada 6 kelurahan, yaitu Bangetayu Kulon, Bangetayu Wetan,

Sembungharjo, Penggaron Lor, Kudu, dan Karangroto.

Pelayanan upaya kesehatan di Puskesmas Bangetayu

dilaksanakan melalui 6 kegiatan pokok secara terpadu dan menyeluruh,

meliputi KIA/KB, Upaya Peningkatan Gizi, Kesehatan Lingkungan,

Pemberantasan Penyakit Menular (P2M), Promosi Kesehatan,

Pengobatan, serta Upaya Kesehatan Pengembangan yaitu Upaya

Kesehatan Sekolah, Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut, Upaya Kesehatan

Usia Lanjut, dan Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional. Pada

KIA/KB pelayanan yang diberikan antara lain pemeriksaan ibu hamil,

persalinan, imunisasi, dan pelayanan KB. Puskesmas Bangetayu

mempunyai beberapa tenaga kesehatan yang bertugas, meliputi 5 dokter

umum, 1 dokter gigi, 6 perawat, 10 bidan, 1 perawat gigi, dan 6 pegawai

tata usaha.

46
47

2. Gambaran Karakteristik Responden

a. Umur

Umur responden berkisar antara 18 tahun sampai dengan 37

tahun. Distribusi frekuensi berdasarkan umur responden sebagai

berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Responden


Umur Frekuensi Presentase (%)
< 20 tahun 6 17,2
20-35 tahun 25 71,4
> 35 tahun 4 11,4
Jumlah 35 100

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar responden berumur

20-35 tahun yaitu sebanyak 25 responden (71,4%).

b. Pendidikan

Pendidikan responden yaitu mulai dari pendidikan dasar,

menengah, dan tinggi. Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan

responden sebagai berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden


Pendidikan Frekuensi Presentase (%)
Dasar 3 8,6
Menengah 28 80,0
Tinggi 4 11,4
Jumlah 35 100

Berdasarkan tabel 4.2 mayoritas responden berpendidikan

menengah yaitu sebanyak 28 responden (80%).


48

c. Pekerjaan

Pekerjaan responden bervariasi, yaitu ibu rumah tangga,

wiraswasta, buruh pabrik, dan PNS. Distribusi frekuensi berdasarkan

pekerjaan responden sebagai berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden


Pekerjaan Frekuensi Presentase (%)
Ibu rumah tangga 19 54,3
Wiraswasta 10 28,6
Buruh pabrik 4 11,4
PNS 2 5,7
Jumlah 35 100

Dari tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas

responden bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 19

responden (54,3%).

3. Analisis Univariat

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah ceramah

dengan leaflet yang berisi materi tentang metode amenorea laktasi

(MAL). Pengukuran pengetahuan responden dengan menggunakan

kuesioner yang terdiri dari 15 pertanyaan. Kuesioner dibedakan menjadi

2, yaitu kuesioner pertama dibagikan dan diisi sebelum penyuluhan dan

kuesioner kedua dibagikan dan diisi sesudah penyuluhan. Leaflet

dibagikan sebelum penyuluhan dan setelah kuesioner pertama terkumpul.


49

a. Pengetahuan tentang metode amenorea laktasi (MAL) sebelum

penyuluhan

Hasil skor pengetahuan responden sebelum penyuluhan

berkisar antara 4 sampai dengan 13, dengan rata-rata 7,89 dan standar

deviasi 2,459. Menurut Arikunto (2006), setelah dikategorikan

berdasarkan presentase jumlah jawaban yang benar, distribusi

frekuensi pengetahuan tentang metode amenorea laktasi (MAL)

sebelum penyuluhan sebagai berikut:

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Sebelum Penyuluhan


Pengetahuan Kategori Frekuensi Presentase (%)
Sebelum Baik 7 20
penyuluhan Cukup 9 25,7
Kurang 19 54,3
Jumlah 35 100

Berdasarkan tabel diatas pengetahuan tentang metode

amenorea laktasi (MAL) sebelum penyuluhan menunjukkan bahwa

sebagian besar pengetahuan responden termasuk dalam kategori

kurang yaitu sebanyak 19 responden (54,3%) dan 7 responden (20%)

berpengetahuan baik. Berikut ini merupakan tabel distribusi frekuensi

jawaban responden per item pertanyaan sebelum penyuluhan, dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut:


50

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden per item


Pertanyaan Pengetahuan tentang Metode Amenorea Laktasi
Sebelum Penyuluhan

No. Pengetahuan Sebelum Penyuluhan Benar Salah


Jml % Jml %
1. Metode amenorea laktasi (MAL) adalah 18 51,4 17 48,6
kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI
secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI
(sampai 6 bulan) tanpa tambahan makanan atau
minuman apapun lainnya.
2. Metode amenorea laktasi (MAL) dapat 16 45,7 19 54,3
digunakan sebagai kontrasepsi, bila ibu
menyusui secara penuh lebih dari 8x sehari (ASI
eksklusif).
3. Proses menyusui dapat menjadi metode 14 40 21 60
kontrasepsi alami.
4* Hormon yang dihasilkan pada saat proses 21 60 14 40
menyusui dapat menghambat produksi ASI.
5* Metode amenorea laktasi (MAL) dapat 12 34,3 23 65,7
mengganggu senggama saat melakukan
hubungan.
6. Keuntungan kontrasepsi ini adalah dapat 28 80 7 20
meningkatkan hubungan psikologi/jalinan kasih
saying antara ibu dan bayi.
7. Keuntungan untuk bayi yaitu akan mendapatkan 26 74,3 9 25,7
kekebalan/antibody lewat ASI
8* Metode kontrasepsi ini menimbulkan efek 23 65,7 12 34,3
samping pada tubuh ibu (kegemukan, timbul
flek hitam pada wajah, pusing, mual, dan lain-
lain).
9. Metode kontrasepsi ini mungkin sulit 23 65,7 12 34,3
dilaksanakan karena kondisi sosial (pengaruh
lingkungan keluarga dan lingkungan
masyarakat)
10* Ibu yang memberikan susu formula pada 16 45,7 19 54,3
bayinya dapat menggunakan metode amenorea
laktasi (MAL).
11. Ibu yang bayinya berumur kurang dari 6 bulan 18 51,4 17 48,6
boleh menggunakan metode amenorea laktasi
(MAL).
12. Ibu yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih 10 28,6 25 71,4
dari 6 jam tidak boleh menggunakan metode
kontrasepsi ini.
13. Efektivitas kontrasepsi ini adalah 98% tidak 27 77,1 8 22,9
terjadi kehamilan bila dilakukan dengan benar
sesuai dengan syaratnya.
14. Agar metode kontrasepsi ini berhasil digunakan, 15 42,9 20 57,1
ibu harus menyusui secara penuh (lebih dari 8x
sehari) dan bayi menghisap secara langsung).
15* Untuk mencapai efektivitas maksimal, jarak 22 62,9 13 37,1
menyusui harus lebih dari 4 jam.
Catatan: Nomer dengan tanda * adalah pertanyaan negatif
51

Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh hasil bahwa sebagian besar

responden menjawab dengan salah pada beberapa pertanyaan, seperti

pertanyaan favourable pada nomor 3 yaitu proses menyusui dapat

menjadi metode kontrasepsi alami sebanyak 21 responden (60%), dan

pertanyaan nomor 12 yaitu ibu yang bekerja dan terpisah dari bayinya

lebih dari 6 jam tidak boleh menggunakan MAL sebanyak 25 responden

(71,4%). Demikian juga pada pertanyaan unfavourable yang menjawab

dengan salah pada pertanyaan nomor 4 yaitu hormon yang dihasilkan

pada saat proses menyusui dapat menghambat produksi ASI sebanyak

21 responden (60%), pertanyaan nomor 8 yaitu MAL menimbulkan

efek samping pada tubuh ibu sebanyak 23 responden (65,7%), dan

pertanyaan nomor 15 yaitu untuk mencapai efektivitas maksimal jarak

menyusui harus lebih dari 4 jam sebanyak 22 responden (62,9%).

b. Pengetahuan tentang metode amenorea laktasi (MAL) sesudah

penyuluhan

Hasil skor pengetahuan responden sesudah diberikan

penyuluhan berkisar antara 13 sampai dengan 15, dengan rata-rata

13,91 dan standar deviasi 0,742. Distribusi frekuensi pengetahuan

tentang metode amenorea laktasi (MAL) sesudah penyuluhan sebagai

berikut:

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Sesudah Penyuluhan


Pengetahuan Kategori Frekuensi Presentase (%)
Sesudah Baik 35 100 %
Penyuluhan
Jumlah 35 100 %
52

Berdasarkan tabel 4.6, pengetahuan tentang metode amenorea

laktasi (MAL) sesudah dilakukan penyuluhan menunjukkan bahwa

pengetahuan seluruh responden termasuk dalam kategori baik yaitu

sebanyak 35 responden (100%).

Berikut ini merupakan tabel distribusi frekuensi jawaban

responden per item pertanyaan sesudah diberikan penyuluhan, dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden per item


Pertanyaan Pengetahuan tentang Metode Amenorea Laktasi
Sesudah Penyuluhan

No. Pengetahuan Sesudah Penyuluhan Benar Salah


Jml % Jml %
1. Metode amenorea laktasi (MAL) adalah 35 100 0 0
kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI
secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI
(sampai 6 bulan) tanpa tambahan makanan atau
minuman apapun lainnya.
2. Metode amenorea laktasi (MAL) dapat 35 100 0 0
digunakan sebagai kontrasepsi, bila ibu
menyusui secara penuh lebih dari 8x sehari (ASI
eksklusif).
3. Proses menyusui dapat menjadi metode 35 100 0 0
kontrasepsi alami.
4* Hormon yang dihasilkan pada saat proses 2 5,7 33 94,3
menyusui dapat menghambat produksi ASI.
5* Metode amenorea laktasi dapat mengganggu 0 0 35 100
senggama saat melakukan hubungan.
6. Keuntungan kontrasepsi ini adalah dapat 35 100 0 0
meningkatkan hubungan psikologi/jalinan kasih
saying antara ibu dan bayi.
7. Keuntungan untuk bayi yaitu akan mendapatkan 35 100 0 0
kekebalan/antibody lewat ASI
8* Metode kontrasepsi ini menimbulkan efek 14 40 21 60
samping pada tubuh ibu (kegemukan, timbul
flek hitam pada wajah, pusing, mual, dan lain-
lain).
9. Metode kontrasepsi ini mungkin sulit 27 77,1 8 22,9
dilaksanakan karena kondisi sosial (pengaruh
lingkungan keluarga dan lingkungan
masyarakat)
10* Ibu yang memberikan susu formula pada 0 0 35 100
bayinya dapat menggunakan metode amenorea
laktasi (MAL).
53

11. Ibu yang bayinya berumur kurang dari 6 bulan 35 100 0 0


boleh menggunakan metode amenorea laktasi
(MAL).
12. Ibu yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih 35 100 0 0
dari 6 jam tidak boleh menggunakan metode
kontrasepsi ini.
13. Efektivitas kontrasepsi ini adalah 98% tidak 35 100 0 0
terjadi kehamilan bila dilakukan dengan benar
sesuai dengan syaratnya.
14. Agar metode kontrasepsi ini berhasil digunakan, 35 100 0 0
ibu harus menyusui secara penuh (lebih dari 8x
sehari) dan bayi menghisap secara langsung).
15* Untuk mencapai efektivitas maksimal, jarak 15 42,9 20 57,1
menyusui harus lebih dari 4 jam.
Catatan: Nomer dengan tanda * adalah pertanyaan negative

Berdasarkan tabel 4.7 sesudah dilakukan penyuluhan, hasil

menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan jawaban yang

benar oleh responden, seperti pertanyaan favourable nomor 3 yaitu

proses menyusui dapat menjadi metode kontrasepsi alami sebelum

penyuluhan sebanyak 40% dan sesudah penyuluhan jawaban yang

benar meningkat menjadi 100%, serta pada pertanyaan nomor 12 yaitu

ibu yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam tidak boleh

menggunakan MAL sebelum penyuluhan sebanyak 28,6% dan sesudah

penyuluhan jawaban yang benar meningkat menjadi 100%. Demikian

juga pada pertanyaan unfavourable nomor 4 yaitu hormon yang

dihasilkan pada saat proses menyusui dapat menghambat produksi ASI

sebelum penyuluhan jawaban yang benar sebanyak 40 % dan sesudah

penyuluhan jawaban yang benar mengalami peningkatan yaitu 94,3%.

Pada pertanyaan nomor 8 yaitu MAL menimbulkan efek samping pada

tubuh ibu sebelum penyuluhan jawaban yang benar sebanyak 34,3%

dan sesudah penyuluhan jawaban yang benar mengalami peningkatan


54

yaitu 60%. Demikian juga pada pertanyaan nomor 15 yaitu untuk

mencapai efektivitas maksimal jarak menyusui harus lebih dari 4 jam

sebelum penyuluhan jawaban yang benar sebanyak 37,1% dan sesudah

penyuluhan jawaban yang benar meningkat menjadi 57,1%.

4. Analisis Bivariat

Data hasil penelitian pengetahuan dari 35 responden di uji

kenormalan datanya. Uji normalitas data menggunakan “Shapiro Wilk”

dengan hasil pada tabel 4.8 sebagai berikut:

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Data


Pengetahuan p-value Distribusi Data
Sebelum 0,027 Tidak Normal
Sesudah 0,000 Tidak Normal

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa data berdistribusi

tidak normal, karena pada p-value sebelum penyuluhan sebesar 0,027

(<0,05) dan sesudah penyuluhan nilai p-value 0,000 (<0,05) sehingga

untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan pengetahuan sebelum dan

sesudah penyuluhan digunakan uji Wilcoxon. Adapun hasilnya dapat

dilihat pada tabel 4.9 sebagai berikut:

Tabel 4.9 Uji Statistik Perbedaan Pengetahuan Responden tentang


Metode Amenorea Laktasi Sebelum dan Sesudah Penyuluhan

Pengetahuan N Mean rank Koefisien Z p-value


Sebelum 35 0,00 -5,174 0,0001
Sesudah 35 18,0
55

Berdasarkan tabel 4.9 diperoleh hasil nilai koefisien Z sebesar -

5,174 dan Asym.Sig (nilai p) sebesar 0,0001. Hal ini menunjukkan

bahwa nilai Asym.Sig (nilai p) < 0,05 maka Ho ditolak. Jadi dapat

diambil kesimpulan bahwa ada perbedaan yang signifikan pengetahuan

responden tentang metode amenorea laktasi sebelum dan sesudah

penyuluhan

B. Pembahasan

1. Pengetahuan tentang Metode Amenorea Laktasi (MAL) Sebelum

Penyuluhan

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, sebagian

besar pengetahuan responden masuk dalam kategori kurang yaitu 19

responden (54,3%), sedangkan dalam kategori cukup yaitu 9 responden

(25,7%), dan pada kategori baik yaitu 7 responden (20%). Hal ini

dibuktikan dengan banyaknya pertanyaan pengetahuan yang tidak dapat

dijawab dengan benar oleh responden.

Rendahnya pengetahuan ibu hamil trimester III tentang metode

amenorea laktasi (MAL) dikarenakan kurangnya informasi yang didapat

oleh responden baik dari tenaga kesehatan maupun media massa. Hal itu

sesuai dengan teori yang mengatakan “Melalui berbagai media massa

baik cetak maupun elektronik sebagai alat informasi yang diterima oleh

masyarakat, sehingga masyarakat yang lebih banyak mendapatkan

informasi dari media massa seperti televisi, radio, majalah, koran, dan
56

lain-lain akan memperoleh informasi dan pengetahuan yang lebih banyak

dari pada yang tidak pernah terpapar media sama sekali” (Wawan &

Dewi, 2011).

Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan.

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap orang

lain untuk mencapai tujuan tertentu. Pada umumnya makin tinggi

pendidikan seseorang makin mudah pula dalam menerima informasi

(Wawan & Dewi, 2011).

Faktor lain yang juga mempengaruhi kurangnya pengetahuan

responden tentang metode amenorea laktasi (MAL) yaitu karena

pengalaman pribadi maupun orang lain saat memberikan ASI eksklusif

pada anaknya. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan “Pengalaman

pribadi juga dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan

dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh

dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi di masa lalu” (Wawan

& Dewi, 2011).

Penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian Firli Variana

Fahmi (2012) yang menggunakan metode yang sama yaitu ceramah,

tentang penyuluhan kesehatan terhadap ibu pre menopause dalam

menghadapi masa menopause di RW 5 Kelurahan Kalipancur

Kec.Ngaliyan Semarang. Diketahui bahwa dari 44 responden

pengetahuan sebelum penyuluhan hasilnya yaitu dalam kategori kurang

sebanyak 27 responden (67,5%), cukup sebanyak 9 responden (22,5%),


57

dan baik sebanyak 4 responden (10%). Sehingga dapat diambil

kesimpulan sebelum penyuluhan mayoritas pengetahuan responden

berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 27 responden (67,5%).

2. Pengetahuan tentang Metode Amenorea Laktasi (MAL) Sesudah

Penyuluhan

Berdasarkan hasil penelitian sesudah dilakukan penyuluhan,,

pengetahuan seluruh responden tentang metode amenorea laktasi (MAL)

30 responden masuk dalam kategori baik (100%). Hal ini menunjukkan

adanya peningkatan pengetahuan tentang metode amenorea laktasi

(MAL) sebelum dan sesudah penyuluhan. Pertanyaan pada kuesioner

yang dijawab salah pada saat pretest, setelah dilakukan penyuluhan

pertanyaan dijawab benar oleh responden. Peningkatan pengetahuan pada

responden terjadi karena peneliti tidak hanya memberikan penyuluhan

saja tetapi peneliti juga melakukan tanya jawab dengan responden.

Banyak responden yang aktif bertanya dan juga menjawab pertanyaan

dari peneliti.

Hasil analisis diatas menunjukkan adanya pengaruh dari

penyuluhan yang dapat meningkatkan pengetahuan ibu hamil trimester

III. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa “Pengetahuan

merupakan hasil tahu seseorang yang melakukan penginderaan terhadap

suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca


58

indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa,

dan raba” (Notoatmodjo, 2007).

Penelitian ini juga hampir sama dengan penelitian yang dilakukan

oleh Irmawati (2012) pada siswi SMA Muhammadiyah Gubug

Kab.Grobogan. Penelitian tersebut juga mengguanakan metode yang

sama yaitu ceramah, dengan hasil bahwa pengetahuan responden sesudah

penyuluhan tentang pengetahuan organ genetalia eksterna mengalami

peningkatan bila dibandingkan dengan sebelum penyuluhan.

3. Perbedaan Pengetahuan tentang Metode Amenorea Laktasi (MAL)

Sebelum dan Sesudah Penyuluhan

Hasil uji statistik menggunakan “Wilcoxon Signed Ranks Test”

didapatkan nilai koefisien Z sebesar -5,174 dan Asym.Sig (nilai p)

sebesar 0,0001. Sehingga nilai p (0,0001) < 0,05 maka hasil uji statistik

tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada

pengetahuan ibu hamil trimester III tentang metode amenorea laktasi

(MAL) sebelum dan sesudah penyuluhan.

Penyuluhan tentang metode amenorea laktasi (MAL) di

Puskesmas Bangetayu dapat diterima dan direspon dengan baik oleh

responden. Hal ini ditunjukkan dengan hasil posttest yang mengalami

peningkatan dari pretest. Responden memperhatikan saat diberikan

penyuluhan dan beberapa dari responden terlihat aktif untuk tanya jawab

tentang metode amenorea laktasi (MAL).


59

Adapun perbedaan pengetahuan ibu hamil trimester III tentang

metode amenorea laktasi (MAL) sebelum dan sesudah penyuluhan

menunjukkan bahwa penyuluhan yang diberikan pada ibu hamil trimester

III telah meningkatkan pengetahuan pada ibu hamil trimester III tentang

metode amenorea laktasi (MAL). Hal ini sesuai dengan teori yang

mengatakan bahwa “Menurut Azwar dalam Machfoedz (2005),

penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang

dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga

masyarakat tidak saja sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa

melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan”.

Hasil dari penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang


dilakukan oleh Siti Kusniawati (2011) pada ibu bekerja tentang ASI
eksklusif di Kelurahan Bandarharjo Kec. Semarang Utara Kota
Semarang. Penelitian tersebut juga menggunakan metode yang sama
yaitu ceramah dan pendekatan one group pre test dan post test, dengan
hasil pengetahuan responden sesudah penyuluhan meningkat bila
dibandingkan sebelum diberikan penyuluhan. Sehingga didapatkan hasil
penelitian ada perbedaan pengetahuan ibu bekerja tentang ASI eksklusif
sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan.

Anda mungkin juga menyukai