SKRIPSI
ANDRI PURWANTO
NIM. 312018051
ANDRI PURWANTO
NIM. 312018051
Telah Disetujui Pada Ujian Sidang Skripsi Pada Program Studi Sarjana Keperawatan
Universitas ‘Aisyiyah Bandung
November 2020
Oleh :
Pembimbing Utama,
Pembimbing Pendamping,
i
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa LTA yang berjudul:
Disusun Oleh :
Andri Purwanto
NIM. 312018051
Telah disetujui dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Sidang Laporan Tugas Akhir
Program Studi Sarjana Keperawatan Universitas Aisyiyah Bandung dan dinyatakan
telah memenuhi syarat untuk diterima Bandung, Januari 2021
Penguji I
Penguji II
Ketua Penguji
ii
SURAT PERNYATAN ORIGINAL KARYA TULIS
Apabila suatu saat nanti saya terbukti melakukan plagiarisme, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pancabutan gelar yang telah diperoleh karena
karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan
tinggi ini.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan kesadaran sendiri dan tidak
atas tekanan ataupun paksaan dari pihak manapun demi menegakkan integritas
akademik di institusi ini.
iii
MOTTO
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula
kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu
tidak mengetahui”
(Q.S Al-Baqarah ayat 216)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini adalah persembahan kecil saya dari segala perjuangan saya hingga titik ini untuk
orang tua saya, terima kasih karena selalu menjaga saya dalam doa-doa, cinta, kasih sayang
dan dukungan setiap saat sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini hingga selesai.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang mana atas rahmat dan hidayah-
(posbindu ptm) di wilayah kerja puskesmas pasirkaliki kota bandung tahun 2020”
dengan baik.Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
penyajian skripsi ini penulis menyadari masih belum mendekati sempurna, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan koreksi dan saran yang membangun sebagai
bahan masukan yang bermanfaat demi perbaikan dan peningkatan diri dalam bidang
ilmu pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa proses penyusunan ini tidak lepas dari bimbingan
dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis
1. Allah SWT, yang telah memberikan jalan terbaik hingga saat ini
‘Aisyiyah Bandung
5. Ibu Yusi Sofiyah M.Kep Ns. Sp. Kep An, sebagai pembimbing pendamping yang
v
6. Seluruh dosen pengajar Program Studi Sarjana Keperawatan yang sudah banyak
serta seluruh staff kampus Universitas ‘Aisyiyah Bandung yang telah membantu
Akhir kata semoga karya tulis ilmiah ini dapat disetujui dan dilanjutkan
untuk diteliti sehingga hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak.
Penulis
vi
ABSTRAK
Andri Purwanto
312018051
vii
ABSTRACT
Andri Purwanto
312018051
The use of Posbindu has had a lot of impact on individuals and communities,
Pasirkaliki Health Center Bandung City, the number of PTM Posbindu visits in
2018 was 3272 visits. There are various factors that influence the PTM Posbindu
in area of the Pasirkaliki Community Health in Bandung, while the factors studied
include age, gender, latest education, occupation, knowledge, health status, access,
facilities, cadre support and family support. This study aims to determine the
factors that influence the use of posbindu. This type of research is a quantitative
study using bivariate data analysis using Kruskall-Willis nonparametic statistics.
The population in this study were 60,909 people with a sample of 100 respondents.
The results showed that there were only 2 variables that affected the use of
posbindu, among them were job status with p value of 0.004 and family support
with p value of 0.004. Respondents who do not work have more free time than
respondents who work so that it is possible to be more active in utilizing Posbindu
PTM, while family members are the primary reference group that most influence
consumer behavior. There needs to be research on other variables regarding
economic conditions related to the use of Posbindu PTM, especially in urban
areas.
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................v
ABSTRAK................................................................................................... vii
DAFTAR ISI................................................................................................ix
BAB I Pendahuluan....................................................................................1
A. Latar belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................5
C. Tujuan Penelitian...............................................................................6
D. Manfaat Penelitian............................................................................8
ix
b. Sampel.........................................................................................33
D. Teknik Pengumpulan Data................................................................36
a. Sumber data.................................................................................36
b. Instrumen.....................................................................................37
c. Cara pengumpulan data...............................................................37
E. Uji Validitas dan Reliabilitas............................................................38
a. Uji Validitas................................................................................38
b. Uji Reliabilitas.............................................................................39
F. Teknik Pengolahan dan Analisis data...............................................40
a. Pengolahan Data..........................................................................40
b. Analisis .......................................................................................42
x
d. Karakteristik Pekerjaan...............................................................58
e. Karakteristik Pengetahuan...........................................................59
f. Status Kesehatan PTM................................................................60
g. Akses Ke Posbindu.....................................................................61
h. Fasilitas atau Sarana....................................................................62
i. Dukungan Kader Kesehatan........................................................63
j. Dukungan Keluarga.....................................................................64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menanggulanginya demi terwujudnya masyarakat sehat. Hal ini memicu setiap negara
menjadi lebih serius dalam menangani masalah kesehatan, baik masalah penyakit
menular maupun tidak menular. Saat ini telah terjadi pergeseran siklus epidemiologi
terhadap pola penyakit yang semula didominasi oleh penyakit-penyakit menular, dan
Dari sekian penyebab utama dari penyakit tidak menular yang ada di
2014). PTM adalah penyakit atau kondisi medis yang tidak dapat ditularkan dari
rendah dan menengah. Berdasarkan data WHO, PTM merupakan penyebab dari
71% kematian di dunia atau sekitar 41 juta orang per tahun (WHO 2018).
1
pernapasan dan lebih beresiko terjadi pada usia lebih tua, jenis kelamin
Benjamin, Atif, Junaid, Marcel, Mohsen, Ali, dan Adnan (2013) memperkirakan
(2018) Sri Lanka menghadapi epidemi PTM dalam hal mortalitas dan morbiditas
yang tinggi. Selama periode 2001 hingga 2010, kematian dini yang diakibatkan
oleh PTM di Sri Lanka meningkat dari 15,8% menjadi 19,1%. Kematian tertinggi
adalah karena penyakit kardiovaskular diikuti oleh penyakit kanker dan penyakit
terjadi di dalam tenaga kerja di negara itu dan itu berHubungan negatif terhadap
ekonomi negara. Oleh karena itu, perubahan tingkat kebijakan perlu dilakukan
PTM dari hasil Riskesdas tahun 2013 dengan tahun 2018. Data dari Kemenkes
tahun 2013 diketahui bahwa prevalensi PTM paling besar merupakan penyakit
darah tinggi yaitu sebesar 9,5% dari jumlah penduduk dalam kurun waktu 15
tahun sebanyak 722.329 jiwa. Kedua terbanyak penyakit paru obstruktif kronis
(PPOK) sebesar 3,7% dari jumlah penduduk sebanyak 508.330 jiwa dalam kurun
2
sebesar 2,1% dari jumlah penduduk sebanyak 722.329 jiwa . Beradasarkan data
hasil Riskesdas tahun 2018 yang dilakukan pada penduduk usia 18 tahun keatas,
diketahui telah terjadi peningkatan pada prevalensi hipertensi dari 25.8% menjadi
34.1%, prevalensi obesitas dari 14.8% menjadi 21.8%, dan prevalensi merokok
dari 7.2% menjadi 9.1%. Prevalensi diabetes melitus pada penduduk usia ≥ 15
tahun meningkat dari 6.9% menjadi 10.9%. Data Riskesdas, kasus PTM tidak
hanya terdapat pada usia dewasa, tetapi juga pada usia remaja. Diketahui bahwa
angka diabetes melitus pada usia 15-24 tahun sebesar 0.05% dan prevalensi
Atas hal tersebutlah salah satu upaya yang dikembangkan oleh WHO dalam
menekan angka penyakit tidak menular yaitu dengan adanya pemanfaatan program
(Kemenkes, 2012). Peranan masyarakat merupakan salah satu tujuan yang dilibatkan
menular. Hal ini perlu ditunjang dengan fasilitas serta pemaparan pengetahuan dalam
adanya dukungan dari seluruh komponen yang ada di masyarakat yang memiliki
3
Dalam kegiatan Posbindu PTM dilakukan deteksi dini dan pemantauan
faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) secara terpadu, rutin dan periodic.
beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, obesitas, stres,
pemungkin yang meliputi sarana prasarana, jarak antara suatu tempat yang
ditempuh, regulasi dan keterikatan, serta faktor seperti keluarga, guru, teman-
teman, dan tokoh masyarakat (Handayani, 2012). Dari semuanya, terdapat faktor
suport keluarga dan suport tokoh masyarakat yang sangat penting dalam hal
Secilia dkk pada tahun 2018 , diketahui bahwa dengan adanya Posbindu PTM
sebagai wadah untuk bertemu teman baru, mendapatkan ilmu baru dan dapat
4
Berdasarkan data dari bidang P2PTM Kemenkes, diketahui bahwa Jawa Barat
memiliki angka Hipertensi tertinggi yaitu 65.5% dari jumlah pengunjung yang datang
ke Posbindu PTM. Selain itu angka Diabetes melitus pada pengunjung yang datang ke
data tersebut data kunjungan ke Posbindu PTM dapat menjadi data skrinning awal
untuk deteksi kasus baru pada kasus PTM (Kemenkes 2016). Data PTM Kota
Bandung pada tahun 2019 diketahui sasaran untuk kasus hipertensi menjadi kasus
Arjuna serta Kelurahan Husen. Berdasarkan data dari Puskesmas Pasirkaliki Kota
Bandung, jumlah kunjungan Posbindu PTM pada tahun 2019 sebanyak 3.272
jumlah kasus masyarakat yang memiliki gejala PTM, yaitu hanya sekitar 45%
pemanfaatan dari seluruh Posbindu yang ada berdasarkan jumlah kasus PTM yang
B. Rumusan Masalah
PTM merupakan salah satu masalah serius yang menjadi perhatian dunia
5
angka kematian terbesar saat ini. PTM berdampak terganggunya system
dengan angka kematian yang sangat tinggi. Oleh karena itu, perubahan tingkat
implementasi program yang efektif. Kebijakan dari Pemerintah saat ini salah
satunya yaitu membentuk suatu usaha yang berbasis pada masyarakat yang baru
risiko, pencegahan melalui upaya inovasi, dan promosi kesehatan, yang disebut
dirasa kurang, karena berdasarkan data kunjungan Posbindu PTM pada tahun 2019
angka jumlah penderita PTM dengan data kunjungan PTM tidak sebanding,
jumlah kasus lebih besar daripada jumlah kunjungan PTM yaitu hanya sekitar
45% saja pengunjung dari masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pasirkalik yang
memiliki Penyakit Tidak Menular . Maka rumusan masalah dalam research ini
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
6
2. Tujuan Khusus
2020
7
h. Mengidentifikasi korelasi antara dorongan kader kesehatan dengan Posbindu
D. Manfaat Penelitian
dan aplikatif.
Manfaat dari ilmu pengetahuan ini diharapkan menjadi tambahan wawasan yang
bermakna dalam hal program posbindu penyakit yang tidak menular sehingga
b. Manfaat Aplikatif
8
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
ditularkan atau disebarkan dari seseorang kepada orang lain. PTM merupakan beban
laporan WHO mengenai PTM di Asia Tenggara terdapat lima PTM dengan tingkat
kesakitan dan kematian yang sangat tinggi. Penyakit tidak menular merupakan penyakit
yang tidak memiliki tandaklinis secara khusus sehingga menyebabkan seseorang tidak
(Kemenkes RI, 2014). Menurut Koes Irianto PTM adalah penyebab kematian terbanyak
penting dan dalam waktu bersamaan mordibitas dan mortalitas PTM makin meningkat
merupakan beban ganda dan pelayanan kesehatan, tantangan yang harus dihadapi dalam
9
7) Penyakit Paru Menahun
yang meliputi :
menular
10
d. Upaya Pencegahan Penyakit Tidak Menular
Menurut (Koes Irianto. 2014) Secara garis besar upaya pencegahan penyakit tidak
Lahkah ini merupakan langkah yang dibuat dengan menscreening secara lebih
Langkan ini merupakan langkah pemulihan dalam penyakit akut yang sudah
memeiliki cacat.
1. Definisi
Posbindu PTM adalah bentuk upaya yang berkesinambungan dari pera serta
11
a) Posbindu PTM Dasar
Hal ini merupakan pemeriksaan awal dari suatu faktor risiko yang dilakukan
keluarga dan yang telah diderita sebelumnya, pengukuran berat badan, tinggi badan,
lingkar perut, Indeks Massa Tubuh (IMT) , pemeriksaan tekanan darah serta konseling.
Posbindu utama merupakan tahapan diatas dari posbindu dasar, dimana hal yang
didapat selain wawancara klinis juga mendapatkan pemeriksaan yang lebih seperti
Hal ini biasanya dilakukan dengan mou pada pihak ketiga dimana dengan forum
keluraha untuk mendapatkan dukungan dari pemerintah setempat. Selain itu klinik
swasta atau klinik yang berperan diluar APBD pemerintah perlu dijalin kerjasama
dalam hal pengembangan kegiatan posbindu, sehingga nantinya bisa mendorong upaya
pengembangan Posbindu. Dalam hal menunjang yang lainnya juga perlu dilakukan
upaya-upaya perilaku pola hidup bersih dan sehat, dimana perlu menerapkan pola
hidup sering mencuci tangan, memakan satur dan buah serta giat berolahraga.
12
2. Tujuan Posbindu PTM
a) Tujuan Umum
b) Tujuan Khusus
tiga) knelompok, yaitu sasaaran utama, sasaran antara, dan saasaran paenunjang.
Pendekatan terhadap tiga sasaran harus dilakukan secara terintegrasi aatau bersama-
snaama selama proses pelaksanaan sasaran utaama Posbindu PTM adaalah kelompok
masyarakat sehat, beerisiko, dan penyandang penysakit tidak menular berusia limaa
belas tahun ke atas. Sannsaran atara merupaakan sasaran indiviidu atau ke0lompok
masayarakat yang dapat berperabn sebagai agent pengubbah faktaor resiko Penyakit
TM, dan lingnkungan yang lebih kondusif untuk menerapkan ganya hidup sehat.
Sasaran antara tersebut adalah petugas kesehatan baik Pemerinntah maupun Swasta,
13
lembagaaa pemerintaah yang berperaaan memberi dukungan baik dukungan
dana.
kesehatan anda secara berkala, enyahkan asap roakok, rajin aktifitas fisik, diet
yang sehat dengan kalori seimbang, istirahat yang cukup, kelola stres dalam
b) Mawaas diari yaitu faaktor risiko PTM yang kurang menimbulkan gejala
bertfanggung jawssaab yang telah mengikuti pelatihan metode deteksi dini atau
edukator PPTaM.
e) Murah karena dilakukan olaeh masyaraakat secara kolektif dengan biagya yang
14
C. Faktor - Faktor yang MemHubungani Posbindu PTM
Berdasarkan model sistem kesehatan (health system model ) yang berupa model
dalam 3 kelompok :
a) Umur
Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berpikir dan bekerja dari segi kepercayaan masyarakat yang lebih
dewasa akan lebih percaya dari pada orang yang belum cukup tinggi
kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman jiwa (Nursalam, 2011).
b) Kesetaraan Gender
Kesetaraan gender hal yang lumayan pentiing karena adanya penyakit muncul dari
15
b. Struktur Sosial
a) Tingkat Pendidikan
pengetahuan melalui media media seperti media sosial maupun elektronik yang
b) Tingkatan pekerjaan
didapat, baik penghasilannya sesuai dengan harapoan atau tidak yang dapat
terwujud didalam tindakannn apa bila itu dirasakan subagai suatu keeebbutuhan
(Sudarma, 2012).
16
D. Kerangka Pikir
Salah satu teori yang dapat diterapkan pada penelitian ini adalah teori “preceed-
proceed”, teori ini dikembangkan oleh Lawrence Green, yang dirintis tahun 1980. Green
dan Krauter mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan
seseorang atau masyarakat diHubungani oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku
(behavior causes) dan faktor di luar perilaku (Non-behavior causes). Perilaku itu sendiri
ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor utama yang dirangkum dalam akronim
PRECEDE, yaitu :
dan undang-undang.
3) Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan, atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat.
penelitian kumulatif pada kesehatan dan perilaku sosial, dan hubungan ekologis antara
lingkungan dan perilaku, banyak faktor dapat diidentifikasi yang memiliki potensi untuk
memHubungani kesehatan yaitu faktor perilaku atau lingkungan atau interaksi gen
17
dengan perilaku dan lingkungan. Dalam komponen Precede, casual factors
pemungkin. Sehingga kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebanagi berikut:
Faktor Predisposisi
Usia
Jenis Kelamin Tingkat Pendidikan
Status Pekerjaan Pengetahuan Status
Kesehatan
Faktor Pendukung
Akses Perilaku Pemanfaatan
Ketersediaan Fasilitas Kesehatan
Posbindu PTM
Faktor Pendorong
INPUT PROSES OUTPUT
Dorongan Kader Kesehatan Dorongan Keluarga
18
Faktor
Predisposisi:
Pengetahuan
, sikap
nilai
Presepsi
POSBINDU PTM
Kebijakan
Faktor
POSBINDU
Pendukung: Pemanfaata
PTM
Sikap dan n
perilaku POSBINDU
petugas PTM
kesehatan dan
petugas lainnya,
Kualitas hidup
teman sebaya,
meningkat
orang tua,
karyawan, dsb
Pelayanan
POSBINDU
PTM
Faktor
Pendorong
Ketersediaan
sumber daya,
keterjangkauan
, rujukan,
peraturan
keterampilan
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara menerapkan prinsip- prinsip logis terhadap
Penelitian pada hakikatnya adalah suatu upaya untuk memahami dan memecahkan
masalah secara ilmiah, sistematis dan logis. Ilmiah dapat diartikan kebenaran
pengetahuan yang didasarkan pada fakta empiris, yang diperoleh dari penyelidikan secara
dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan, atau melakukan
pemeriksaan status paparan dan status penyakit pada titik yang sama
B. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2018) variabel merupakan suatu konstruk atau sifat yang akan
dipelajari sehingga diperoleh informasi mengenai hal tersebut, kemudian dapat ditarik
kesimpulan.
(Sugiyono, 2018). Variabel independen yang akan digunakan dalam penelitian ini
20
adalah tingkat pendidikan, status pekerjaan, pengetahuan, status kesehatan,
b. Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang diHubungani atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2018). Variabel dependen dalam
Faktor Predisposisi
Usia
Jenis Kelamin
Tingkat Pendidikan
Status Pekerjaan
Pengetahuan
Status Kesehatan
Faktor Pendukung
Akses
Perilaku Pemanfaatan
Ketersediaan Fasilitas
Posbindu PTM
Kesehatan
Faktor Pendorong
Dorongan Kader
Kesehatan
Dorongan Keluarga
Gambar. 2
Kerangka konsep penelitian ini dapat dijabarkan bahwa usia, jenis kelamin, tingkat
21
yang perlu dibuktikan hubungan dengan perilaku pemanfaatan posbindu PTM. Faktor
pendukung dalam penelitian yang akan diteliti adalah akses dan ketersediaan sarana atau
fasilitas. Faktor lain yang ingin peneliti hubungkan adalah dukungan kader kesehatan,
c. Definisi Oprasional
Tabel 3.1
23
10 Dukungan Pernyataan Kuesioner 1 = Baik : Jika nilai ≥ Cut off Ordinal
Keluarga responden point
24
tentang adanya 0= Kurang : Jika nilai < Cut
dukunga off point
keluarga Cut off point berdasarkan uji
(orangtua, statistic dengan nilai mean
suami/istri, atau jika data berdistribusi
anak) untuk normal. Jika data tidak
memanfaatkan berdistribusi normal maka
pelayanan gunakan nilai median.
Posbindu PTM
berupa saran,
nasihat, atau
ajakan
11 Pemanfaatan Pernyataan Kuesioner 0 : Jika jawaban Tidak 1: Ordinal
POSBINDU responden Jika Jawaban Ya
PTM mengenai Dengan kategori hasil ukur:
kehadirannya
dalam kegiatan Baik : Jika nilai ≥ Cut
Posbindu pada 6 off point
bulan terakhir Kurang : Jika nilai < Cut
off point
d. Hipotesa Penelitian
a. Tidak ada hubungan antara usia dan pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit
Tidak Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung
Tahun 2020.
b. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dan pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu
Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota
c. Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dan pemanfaatan Pos Pembinaan
25
d. Tidak ada hubungan antara status pekerjaan dan pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu
Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota
e. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dan pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu
Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota
f. Tidak ada hubungan antara status kesehatan dan pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu
Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota
g. Tidak ada hubungan antara akses dan pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit
h. Tidak ada hubungan antara sarana atau fasilitas dan dan pemanfaatan Pos Pembinaan
i. Tidak ada hubungan antara dorongan kader kesehatan dan pemanfaatan Pos
j. Tidak ada hubungan antara dorongan naggota keluarga dan pemanfaatan Pos
26
a. Ada hubungan antara usia dan pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak
Tahun 2020.
b. Ada hubungan antara jenis kelamin dan pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit
Tidak Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung
Tahun 2020.
c. Ada hubungan antara tingkat pendidikan dan pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu
Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota
d. Ada hubungan antara status pekerjaan dan pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu
Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota
e. Ada hubungan antara pengetahuan dan pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit
Tidak Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung
Tahun 2020.
f. Ada hubungan antara status kesehatan dan pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu
Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota
g. Ada hubungan antara akses dan pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak
Tahun 2020
27
h. Ada hubungan antara sarana atau fasilitas dan dan pemanfaatan Pos Pembinaan
i. Ada hubungan antara dukungan kader kesehatan dan pemanfaatan Pos Pembinaan
j. Ada hubungan antara dukungan keluarga dan pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu
Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota
a. Populasi
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang ada di wilayah kerja
sebesar 60.909 orang yang merupakan masyarakat diatas atau sama dengan usia 15
b. Sampel
Menurut Sugiyono (2018) menyatakan, “Sampel adalah bagian dari jumlah dan
menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik sampling
merupakan cara- cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh
28
sample yang benar- benar sesuai dengan keseluruhan objek penelitian (Sastroasmoro &
1) BesarSampel
Penentuan besar sampel dapat dilakukan dengan cara perhitungan statistic yaitu dengan
menggunakan Rumus Slovin digunakan untuk menentukan sampel dari populasi yang
Rumus Slovin :
𝑁
𝑛 = 𝑁. 𝑑2 + 1
N = Besar populasi
𝑛= N
𝑁. 𝑑2 + 1
n= 60.909
60.909(0.1)2 + 1
𝑛 = 60.909 = 99.83
610,09
= 100
2) Teknik PengambilanSampel
mengambil subyek dari setiap strata atau setiap wilayah ditentukan seimbang dengan
banyaknya subyek dalam masing-masing strata atau wilayah (Arikunto, 2006). Untuk
mendapatkan 100 sampel dari 60.909 populasi, seluruh populasi akan dibagi
29
berdasarkan kelurahan. Jumlah
30
populasi keluarahan Arjuna sebanyak 11.503 orang, populasi keluarahan Pamoyanan
populasi kelurahan Pasrikaliki sebanyak 8131 orang dan populasi keluarahan Husen
Kemudian akan dilakukan teknik Simple Random Sampling yaitu pengambilan sampel
secara acak sederhana (Notoatmodjo, 2010). Teknik sampel yang akan digunakanadalah
Untuk membagi jumlah proporsi pada tiap kelurahan, menggunakan rumus menurut
𝑋
n= 𝑥 N1
𝑁
Keterangan :
Pasirkaliki
𝑁1 = Sampel
31
Kelurahan Pasirkaliki : n = 8.131 𝑥 100 = 13,34 (dibulatkan menjadi 13 orang)
60.909
Kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan eksklusi, dimana kriteria tersebut
menentukan dapat atau tidaknya sampel tersebut digunakan. Kriteria inklusi merupakan
karakteristik umum subjek penelitian yang akan diteliti dimana subjek tersebut
mengeluarkan subjek penelitian yang tidak memenuhi syarat dari kriteria inklusi
a. Usia ≥ 15 tahun
Adapun kriteria ekslusi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
a. Sumber Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek penelitian dan
32
2016). Pengumpulan data pada penelitian ini data yang akan digunakan adalah data
primer dan data sekunder. Data primer yang akan digunakan adalah kuesioner yang
diisi oleh responden berdasarkan kriteria sampel yang akan dilaksanakan pada Bulan
September 2020, dan untuk data sekunder yang digunakan adalah laporan bulanan,
b. Instrumen
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti
cepat, lengkap, sistematis, sehingga lebih mudah diolah. Instrument yang akan
digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah kuesioner berisi
dari teori yang digunakan, dibuat dengan pertanyaan terbuka dan diberikan opsioanl
pada penelitian.
Posbindu yang dilakukan oleh peneliti dan dibantu 1 orang Petugas Puskesmas sebagai
pembina POSBINDU PTM pada masing- masing kelurahan yang sebelumnya telah
33
2) Responden mengisi kuesioner berupa google form
a. Uji Validitas
Pengujian ini dilakukan untuk menguji kesahihan setiap item pernyataan dalam
mengukur variabelnya. Teknik korelasi yang digunakan untuk menguji validitas butir
pernyataan dalam penelitian ini adalah Pearson Product Moment. Apabila nilai
koefisien korelasi butir item pernyataan yang sedang diuji lebih besar dari rkritis
sebesar 0.3, maka dapat disimpulkan bahwa item pernyataan tersebut merupakan
konstruksi (construct) yang valid. Adapun hasil uji validitas kuesioner untuk variabel
Tabel 3.2.
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Penelitian
Variabel Instrumen R hitung R kritis Kesimpulan
1 0.594 0.3 Valid
2 0.590 0.3 Valid
3 0.554 0.3 Valid
4 0.517 0.3 Valid
5 0.384 0.3 Valid
Pengetahuan 6 0.425 0.3 Valid
7 0.382 0.3 Valid
8 0.386 0.3 Valid
9 0.503 0.3 Valid
10 0.335 0.3 Valid
1 0.675 0.3 Valid
Dukungan 2 0.840 0.3 Valid
Kader
3 0.920 0.3 Valid
Kesehatan
4 0.900 0.3 Valid
34
Variabel Instrumen R hitung R kritis Kesimpulan
5 0.845 0.3 Valid
1 0.552 0.3 Valid
2 0.736 0.3 Valid
Dukungan
3 0.761 0.3 Valid
Keluarga
4 0.765 0.3 Valid
5 0.785 0.3 Valid
1 0.756 0.3 Valid
Pemanfaatan 2 0.836 0.3 Valid
Pospindu 4 0.590 0.3 Valid
5 0.699 0.3 Valid
Sumber: Hasil Olah Data
validitas yang lebih kecil dari rkritia 0.3, sehingga item-item tersebut dinyatakan
tidak valid. Berdasarkan hasil tersebut, item-item pernyataan yang tidak valid
tidak dapat dijadikan alat ukur dalam penelitian sehingga tidak diikutsertakan
b. Uji Reliabilitas
Kuesioner dikatakan andal apabila koefisien reliabilitas bernilai positif dan lebih
besar dari pada 0.6. Adapun hasil dari uji reliabilitas adalah sebagai berikut.
35
Tabel 3.3.
Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Koefisien
Variabel R kritis Kesimpulan
Reliabilitas
Pengetahuan 0.606 0.6 Reliabel
Dukungan Kader
0.892 0.6 Reliabel
Kesehatan
Dukungan Keluarga 0.766 0.6 Reliabel
Pemanfaatan
0.675 0.6 Reliabel
Pospindu
Sumber: Hasil Olah Data
Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa bahwa nilai reliabilitas masing-masing
variabel pada kuesioner memiliki nilai lebih dari 0.6. Hasil ini menunjukkan bahwa butir-
a. Pengolahan Data
Dalam penelitian pengolahan data sangat penting karena data yang didapatkan dari
peneliti masih dalam bentuk mentah belum dapat digambarkan informasi apa- apa
dan belum siap untuk disajikan. Maka peneliti harus menyimpulkan data yang
diperoleh dengan sebaik-baiknya. Data sebagai hasil dari penelitian. Teknik analisa
data dalam penelitian ini dilakukan melalui dua tahap yaitu pengolahan data dan
analisa data dengan meggunakan komputer. Pegolahan data ini dapet dilakukan
dengan:
1) Editing
Editing merupakan cara yang digunakan untuk memeriksa kembali lembar observasi
yang telah diisi oleh peneliti, bila ada data yang kurang, data bisa di lengkapi
kembali
36
(Notoatmojo, 2014). Dalam tahap ini semua kuesioner dan lembar observasi yang
telah didapat dirapikan dan disusun sehingga tinggal melakukan pengolahan lanjutan.
2) Coding
Coding adalah pengkodean mengubah data dalam bentuk kalimat atau huruf menjadi
data angka atau bilangan. Pemberian label variable- variable sesuai klasifikasi yang
di inginkan oleh peneliti, yang telah memiliki batasan sesuai dengan definisi
(Notoatmojo, 2014). Dalam tahap ini kegiatan yang akan dilakukan adalah
memberikan kode pada data dengan menggunakan nomer responden yang tersedia
3) Entry data
Entry data adalah kegiatan memasukan data- data yang sudah dikumpulkan kedalam
bagan atau data base di dalam computer (Notoatmojo, 2014). Data yang telah
SPSS versi
21. Input data dilakukan pada sheet data view dan variabel view. Kemudian data di
simpan dalam bentuk softfilestatistic SPSS secara cermat dan teliti anpa satu data
4) Cleaning
Cleaning merupakan proses pengecekan kembali data- data yang telah dimasukan
dengan data yang telah dikumpulkan untuk memastikan tidak ada lagi kesalahan
dalam data. Terutama kesalahan dalam pengkodean data yang sudah dilakukan,
apabila terjadi kesalahan, maka akan segera diperbaiki sesuai data yang dikumpulkan
(Notoatmojo, 2014).
37
b. Analisis Data
Teknik analisa data merupakan cara mengolah data agar dapat disimpulkan atau di
inetrpretasikan menjadi informasi (Hidayat, 2017). Dalam penelitian ini analisa data
1) Univariat
variabel yang diteliti, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Analisis ini
berguna untuk menilai kualitas data dan menentukan rencana analisis selanjutnya.
2) Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang tujuannya untuk mengetahui Hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen. Teknik analisa data yang digunakan
adalah uji anova, prinsip uji Anova adalah kita membandingkan variansi tiga
kelompok sampel atau lebih. Lebih dari sekedar membandingkan nilai mean (rata-
38
BAB IV
A. Analisis Univariat
variabel yang diteliti, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Analisis ini
berguna untuk menilai kualitas data dan menentukan rencana analisis selanjutnya. Pada
analisis ini, data penelitian dijelaskan melalui tabel tunggal. Data penelitian dalam
penelitian ini sangat dibutuhkan untuk mengetahui latar belakang dan tanggapan
responden pada variabel penelitian yang dapat dijadikan masukan untuk menjelaskan
hasil yang diperoleh dari penelitian. Untuk mengetahui gambaran tanggapan responden
Tabel 4.3
Distribusi Frekwensi Usia Responden dalam Pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit
Tidak Menular di Wilayah Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung
Usia Frekuensi Persentase
12-16 tahun 1 1%
17-25 tahun 6 6%
26-35 tahun 12 12%
36-45 tahun 25 25%
46-55 tahun 35 35%
56-65 tahun 12 12%
65 tahun ke atas 9 9%
Total 100 100%
Sumber: Data olah 2020
39
35 responden atau 35% adalah responden yang berusia 46 sampai 55 tahun. Sedangkan
Tabel 4.4
Distribusi Frekwensi Jenis Kelamin Responden dalam Pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu
Penyakit Tidak Menular di Wilayah Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung
sebanyak 85 responden atau 85% adalah responden yang berjenis kelamin perempuan.
Sedangkan sisanya adalah responden yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 15
Tabel 4.5
40
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan tanggapan responden berdasarkan pendidikan
sebanyak 62 responden atau 62% adalah responden yang berpendidikan terakhir SMA.
Tabel 4.6
Distribusi Frekwensi Berdasarkan Jenis Pekerjaan Responden dalam Pemanfaatan Pos Pembinaan
Terpadu Penyakit Tidak Menular di Wilayah Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung
60 responden atau 60% adalah responden yang tidak bekerja. Sedangkan minoritas
41
e. Tanggapan Responden Berdasarkan Pengetahuan
Tabel 4.7
responden atau 66% adalah responden yang berpengetahuan baik. Sedangkan minoritas
adalah responden yang berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 5 responden atau 5%.
Tabel 4.8
Distribusi Frekwensi Berdasarkan Status Kesehatan PTM Responden dalam Pemanfaatan Pos
Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular di Wilayah Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung
atau sedang menderita Penyakit Tidak Menular (PTM). Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 77 responden atau 77% adalah
responden yang tidak pernah atau tidak sedang menderita Penyakit Tidak Menular (PTM).
42
Sedangkan sisanya adalah responden yang pernah atau sedang menderita Penyakit Tidak
Tabel 4.9
Distribusi Frekwensi Berdasarkan Jenis PTM yang Diderita Responden dalam Pemanfaatan
Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular di Wilayah Puskesmas Pasirkaliki Kota
Bandung
Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan tanggapan responden berdasarkan jenis PTM yang
yaitu sebanyak 79 responden atau 79% adalah responden yang tidak menderita Penyakit
Tidak Menular. Sedangkan minoritas adalah responden yang menderita Penyakit Tidak
Tabel 4.10
Distribusi Frekwensi Berdasarkan Informasi PTM dari Pospindu Responden dalam Pemanfaatan
Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular di Wilayah Puskesmas Pasirkaliki Kota
Bandung
terkena penyakit tidak menular dari Posbindu. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 81 responden atau 81% adalah responden yang
43
tidak mengetahui terkena penyakit tidak menular dari Posbindu. Sedangkan sisanya adalah
44
responden yang per mengetahui terkena penyakit tidak menular dari Posbindu yaitu
Tabel 4.11
Distribusi Frekwensi Berdasarkan Akses ke Pospindu dalam Pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu
Penyakit Tidak Menular di Wilayah Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung
sebanyak 87 responden atau 87% adalah responden yang menyatakan akses ke Pospindu
Tabel 4.12
Distribusi Frekwensi Berdasarkan Ketersediaan Fasilitas atau Sarana dalam Pemanfaatan Pos
Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular di Wilayah Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung
tinggal tersedia Posbindu PTM. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh
45
responden yaitu sebanyak 100 responden atau 100% adalah responden yang menyatakan
Tabel 4.13
Distribusi Frekwensi Berdasarkan Pelaksanaan Pospindu dalam Pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu
Penyakit Tidak Menular di Wilayah Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung
disekitar tempat tinggal dilakukan setiap hari. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 89 responden atau 89% adalah responden yang
menyatakan bahwa Posbindu PTM disekitar tempat tinggal dilakukan setiap hari.
Sedangkan sisanya adalah responden yang menyatakan bahwa Posbindu PTM disekitar
tempat tinggal tidak dilakukan setiap hari yaitu sebanyak 11 responden atau 11%.
Tabel 4.14
Distribusi Frekwensi Berdasarkan Alat periksa yang Memadai dalam Pemanfaatan Pos Pembinaan
Terpadu Penyakit Tidak Menular di Wilayah Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung
PTM memilki alat pemeriksaan yang memadai. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 99 responden atau 99% adalah responden yang
46
menyatakan bahwa Posbindu PTM memilki alat pemeriksaan yang memadai. Sedangkan
sisanya adalah responden yang menyatakan bahwa Posbindu PTM tidak memilki alat
Tabel 4.15
Distribusi Frekwensi Berdasarkan Dukungan Kader Kesehatan dalam Pemanfaatan Pos Pembinaan
Terpadu Penyakit Tidak Menular di Wilayah Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung
yaitu sebanyak 77 responden atau 77% adalah responden yang menyatakan bahwa kader
sebanyak
23 responden atau 23% adalah responden yang menyatakan bahwa kader kesehatan
Tabel 4.17
Distribusi Frekwensi Berdasarkan Dukungan Keluarga Responden dalam Pemanfaatan Pos Pembinaan
Terpadu Penyakit Tidak Menular di Wilayah Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung
47
Berdasarkan tabel 4.17 menunjukkan tanggapan responden berdasarkan dukungan
48
keluarga. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu
sebanyak 66 responden atau 66% adalah responden yang menyatakan bahwa keluarga
responden atau 34% adalah responden yang menyatakan bahwa keluarga memberikan
Tabel 4.18
Distribusi Frekwensi Berdasarkan Pemanfaatan Pospindu dalam Pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu
Penyakit Tidak Menular di Wilayah Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung
responden yaitu sebanyak 68 responden atau 68% adalah responden yang menyatakan
bahwa Pospindu PTM dimanfaatkan dengan baik. Sedangkan minoritas responden yaitu
sebanyak 32 responden atau 32% adalah responden yang menyatakan bahwa Pospindu
B. Uji Normalitas
berdistribusi normal atau tidak. Data dikatakan berdistribusi normal apabila data
memusat pada nilai rata-rata. Uji normalitas dilakukan dengan taraf signifikansi 5%
atau α = 0,05 dengan Kolmogorov Smirnov. Uji normalitas ini dilakukan dengan
49
bantuan
50
software IBM SPSS Statistics Version 25. Hipotesis uji normalitas data nilai Dukungan
sebagai berikut.
signifikasi dari data lebih dari atau sama dengan taraf signifikasi, atau dapat ditulis
demikian (sig.)
≥ 0,05 yang berarti data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. H 0 ditolak jika
hasil nilai signifikasi dari data kurang dari taraf signifikasi, atau dapat ditulis demikian
(sig.) < 0,05 yang berarti data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Smirnov.
Tabel 4.19
Hasil Uji Normalitas
Variabel P Value Nilai α Keterangan Uji
Normalitas Data
Usia 0,000 Tidak Normal
Jenis Kelamin 0,000 Tidak Normal
Pendidikan 0,000 Tidak Normal
Pekerjaan 0,000 Tidak Normal
Tingkat Pengetahuan 0,000 Tidak Normal
Status Kesehatan 0,000 0,005 Tidak Normal
Akses Ke Pospindu 0,000 Tidak Normal
Ketersediaan Fasilitas/Sarana 0,000 Tidak Normal
Dukungan Kader Kesehatan 0,000 Tidak Normal
Dukungan Keluarga 0,000 Tidak Normal
Berdasarkan Tabel 4.19 dapat dilihat bahwa pada masimg-masing variabel nilai
51
signifikasinya adalah 0.000 < 0,05 yang berarti H0 ditolak bahwa data berasal dari populasi
52
yang tidak berdistribusi normal. Kesimpulannya dapat diasumsikan bahwa data variabel
tersebut tidak berdistribusi normal. Berdasarkan metode penelitian dikatakan apabila data
tidak berdistribusi normal maka uji yang pas digunakan adalah dengan mneggunakan uji
non parametrik, sehingga dalam uji statistik yang dilakukan dalam penelitian ini
C. Analisis Bivariat
dependen secara signifikan atau tidak, maka dilakukan uji kesamaan varians nilai rata-
rata dengan menggunakan metode Anova Satu Arah (One-Way Anova). Metode Anova
Satu Arah merupakan analisis parametrik dimana terdapat asumsi yang harus terpenuhi
kemudian akan diolah. Karena kita tidak selalu dapat membuat asumsi itu, dan memang
dalam beberapa contoh data tidak dapat dibuat asumsi, maka kita dapat menganalisis
data dengan metode yang dikenal sebagai metode nonparametrik atau metode tanpa
independen terhadap variabel dependen selain dengan metode parametrik Anova Satu
Arah. Pengujian tersebut merupakan alternatif lain pengujian parametrik yang paling
yang membatasi, yang semuanya itu diperlukan dalam dalam pengujian parametrik
(Siegel, Sidney. Alih Bahasa: Zanzawi Sayuti dan Landung Simatupang. Statistik
Nonparametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial, Jakarta, 1997: 159). Dikarenakan data pada
variabel penelitian tidak berdistribusi normal sehingga metode yang digunakan untuk
berikut:
Tabel 4.20
Hasil Uji Bivariat Dengan Menggunakan Anova Kruskal-Wallis
Berdasarkan tabel 4.20, dapat diketahui bahwa hasil statistik bivariat dengan
menggunakan Anova Kruskal Wallis, dari 10 variabel yang diuji hanya variabel Pekerjaan
dan Dukungan Keluarga yang memiliki Hubungan dengan pemanfaatan Pospindu PTM
dengan nilai p untuk status pekerjaan responden adalah 0,004 dan nilai p untuk variabel
keputusan untuk status pekerjaan dan Dukungan keluarga adalah Ho ditolak, karena nilai p
< α, sehingga disimpulkan ada Hubungan antara status [pekerjaan dan dukungan keluarga
Sedangkan untuk variabel lainnya nilai p > α, maka tidak ada Hubungan antara usia,
Pospindu PTM.
54
D. Pembahasan
Usia merupakan salah satu karakteristik individu yang dapat mempermudah atau
mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu. Hasil penelitian menunjukan bahwadari 100
responden, usia rata-rata berkisar antara 46-55 tahun dengan komposisi sebesar 35%.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa p value > p tabel (0,431>0,005), sehingga secara
statistik disimpulkan bahwa tidak ada Hubungan antara usia dengan pemanfaatan
posbindu PTM. Penelitian ini juga sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Ika
Mardiyati (2019) yang menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan
Menurut Hurlock (2012) usia dengan dewasa awal merupakan masa puncak
perumbuhan fisik yang prima dan usia tersehat dari populasi manusia secara keseluruhan
mencegah resiko terjadinya penyakit tidak menular Semakin tua seseorang maka daya
tahan tubuh seseorang akan semakin menurun dan pada usia lansia derajat penyakit yang
dialami akan semakin berat maka kecenderungan pada usia lansia akan semakin banyak
juga sejalan dengan penelitian lainnya yang menyatakan adanya Hubungan usia untuk
Hasil penelitian yang dilakukan menemukan bahwa rentang usia bagi kalangan
lansia atau yang diatas 46 tahun memang menduduki urutan pertama, namun distribusi
frekwensinya hanya 35%, artinya banyak sebaran usia lainnya yang tidak datang ke
55
layanan posbindu PTM karena dimungkinkan lainnya merupakan usia-usia produktif.
pemanfaatan Posbindu PTM. PTM. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Dewi Eka Handayani (2012) di Posbindu Lansia kecamatan ciomas tahun
2012 menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara umur 60-69 tahun dan umur lebih
bervariasi menurut jenis kelamin. Hasil penelitin menunjukkan bahwa sebesar 85% dari
100 respnden merupakan berjenis kelamin perempuan. Hasil uji statistik meunjukkan
bahwa p value > 0,05 ( 0,061>0,05), artinya secara statistik jenis kelamin tidak
berHubungan terhadap pemanfaatan Pospindu PTM. Hal ini juga berbanding lurus
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari & Savitri (2018) dengan judul fakto-faktor
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Setiabudi Kota Jakarta Selatan. Tidak didapatkan
adanya hubungan antara jenis kelamin dengan pemanfaatan posbindu PTM, karena baik
yang rendah atau tidak memanfaatkan Posbindu PTM. Sehingga jenis kelamin pada
Posbindu PTM. Penelitian ini juga menunjukkan responden yang memiliki akses sulit,
tidak aktif memanfaatkan Posbindu disebabkan oleh keterbatasan waktu, perlu biaya, dan
tidak ada yang mengantar. Jika dilihat berdasarka hasil penelitian, disebutkan pula bahwa
penyakit PTM, hal ini yang memHubungani baik usia laki-laki maupun perempuan tidak
melakukan pencarian pengobatan (Yuniar, 2013). Jika melihat hasil penelitian ini
maupun perempuan memiliki risiko yang sama untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan
di puskesmas dan faktor perilaku atau kebiasaan setempat yang bisa membedakan orang
didominasi oleh lulusan SMA. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai p lebih besar
dari 0,05 (0,375>0,05) ini berarti bahwa tidak ada Hubungan antara tingkat pendidikan
dengan pemanfaatan posbindu PTM. Hal ini sama seperti yang dilakukan marnah (2016)
57
Era global dapat meningkatkan pengetahuan secara instan melalui kemudahan
akses layanan internet. Pendidikan di masa yang akan datang, bukan hanya sekolah satu-
satunya penentu tingkat pengetahuan akan tetapi jaringan informasi yang memungkinkan
tinggi maka seseorang akan mempunyai pengetahuan yang tinggi dibandingkan dengan
seseorang yang berpendidikan rendah.14 Sehingga orang dengan pendidikan yang lebih
tinggi diharapkan mampu memahami pentingnya untuk memelihara kesehatan diri atau
orang sekitarnya.
Hasil uji statistik dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nipai P lebih kecil dari
nilai 0,05 ( 0,004<0,05). Hal ini dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini faktor
status pekerjaan memHubungani pemanfaatan posbindu PTM. Hal ini sama seperti yang
dilakukan oleh Ivong (2017) yang menyebutka terdapat hubungan antara status pekerjaan
degan pemanfaatan posbindu PTM di Desa. Hal ini dapat diartikan pula bahwa pekerjaan
penelitian juga menunjukka bahwa sekitar 60% masyarakat tidak bekerja, dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat yang tidak bekerja lebih aktif kedalam
yang tidak bekerja mempunyai waktu luang lebih banyak dibanding dengan responden
yang bekerja sehingga memungkin untuk lebih aktif memanfaatkan Posbindu PTM. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Puji Lestari dan Soeharyo
Hadisaputro (2011) yang meneliti beberapa faktor yang berperan terhadap keaktifan
antara pekerjaan lansia dengan keaktifan lansia mengunjungi posyandu dengan nilai
p=0,002.
motivasi. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
seseorang tidak selalu memotivasi perilaku logika, artinya pengetahuan yang baik
(masyarakat yang tahu tentang pengertian, tujuan, bentuk pelayanan dan sasaran) tidak
selalu memimpin perilaku yang benar dalam hal ini pengetahuan tentang posbindu yang
baik belum tentu mau berkunjung ke posbindu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-
rata tingkat pengetahuan responden sebesar 66% memiliki tingkat pengetahuan baik,
namun sisanya menyebar sampai ke tingkat pengetahuan yang kurang baik. Sedangkan
hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai p > 0,05. Artinya dalam penelitian ini secara
statistik tidak ada Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pemanfaatan pospindu
PTM.
maka masyarakat tersebut akan cenderung lebih memilih untuk berdiam saja di rumah
karena tidak mengetahui tentang Posbindu. Walaupun secara keseluruhan sudah baik
tingkat pengetahuannya, akan tetapi 29% dinyatakan cukup dan sisanya 5% dinyatakan
kurang. Hal inilah yang menyebabkan tidak adanya Hubungan yang bermakna antara
pengetahuan
59
responden pada penelitian ini belum dapat memberikan penilaian kerentanan, keparahan,
manfaat, hambatan dan efikasi diri, sehingga berHubungan pada pemanfaatan posbindu
Persepsi masyarakat tentang kesehatan masih belum sesuai dengan konsep yang
sebenarnya. Persepsi sehat diperlihatkan oleh individu yang merasa dirinya sehat
meskipun secara medis belum tentu mereka betul-betul sehat. Sedangkan, masyarakat
mengganggap dirinya sakit pada saat mereka sudah tidak mampu lagi untuk melakukan
aktivitas dan terbaring lemah. Pada saat masyarakat tidak dapat lagi melakukan aktivitas
yang menggangga dirinya sakit disaat itulah masyarakat baru memanfaatkan. Hasil
penelitian dala penelitian ini menunjukka bahwa nilai p= 0,882 ini menunjukkan bahwa
nilai p lebih besar dari 0,05, hal ini berarti dalam penelitian ini tidak ada Hubungan antara
status kesehatan dengan pemanfaatan pospindu PTM. Sebagian besar responden berstatus
bukan penderita PTM. Hal ini yang menyebabkan masyarakat cenderung tidak mau
memanfaatkan karena merasa dirinya sehat. Padahal, Posbindu PTM tidak hanya
difokuskan kepada mereka yang sedang menderita PTM untuk mengontrol kesehatannya
dan mencegah komplikasi tetapi juga kepada mereka yang sehat untuk screening ataupun
kondisi normal. Pada orang dengan penyandang PTM adalah mengendalikan faktor risiko
pada kondisi normal untuk mencegah timbulnya komplikasi PTM. Sebagian besar
Posbindu PTM wilayah kerja Puskesmas Cilongok , dengan nilai p value 0,000.
pengobatan sendiri ataupun mencari pengobatan yang dianggap lebih baik daripada harus
sebanyak 87 responden atau 87% adalah responden yang menyatakan akses ke Pospindu
mudah yaitu sebanyak 13 responden atau 13%. Hasil uji syatistik menyebutkan bahwa
nilai p sebesar 0,739, dimana lebih besar dari 0,05. Artinya dalam penelitian ini memang
tidak ada Hubungan antara akses layanan dengan pemanfaatan posbindu. Ada beberapa
masyarakat yang memiliki akses yang sulit yaitu sebesar 13%, sehingga tidak memiliki
menyatakan akses mudah namun tidak semua responden ikut serta dalam kegiatan di
posbindu.
Jika dilihat berdasarkan hasil penelitian ini, karakteristik usia lansia juga cukup
besar uyaitu berkisar antara 35% dari 100 responden, sedangkan rata-rata usia tersebut
tinggal dalam pemukiman yang akses posbindunya mudah. Keterbatasan lansia untuk
pergi
61
sendiri didaerah tersebut merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tidak adanya
Tidak dapat dipungkiri bahwa ketersediaan sarana kesehatan yang baik akan
puskesmas santun usia lanjut bagi petugas kesehatan yaitu adanya kartu menuju sehat,
ruang/tempat penyelenggaraan posbindu, meja dan kursi untuk kader dan petugas
ketersediann fasilitas dengan pemanfaatan pospindu PTM memiliki nilai P=0,932. Hal ini
diartikan bahwa nilai P yang lebih dari 0,05, sehingga secara statistik dinyataka tidak ada
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Liansyah pada tahun 2017 yang
menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara fasilitas kesehatan dengan
pemanfaatan posbindu dengan nilai p= 0,42> 0,05. Jika melihat dari faktor akses, dalam
penelitian ini ditunjukkan bahwa mereka yang memiliki akses dekat masih jarang untk
pergi ke pospindu, hal ini sejalan juga dengan hasil penelitian yang menunjukkan tidak
ada hubungan anara status kesehatan dengan kegiatan posbindu, artinya walaupun dalam
penelitian ini menyebutkan bahwa semua alat dan fasilitas sudah lengkap namun tidak
62
semua warga untuk datang ke posbindu karena banyak juga warga yang memilih sarana
Dalam teori yang dikemukakan oleh Lawrence Green menyatakan bahwa kader
kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung yang berperan dalam perilaku
kesehatan karena merupakan faktor penyerta yang berperan bagi menetap atau lenyapnya
memberikan batasan bahwa kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan
ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela. Peran kader dalam kegiatan
posbindu yaitu berperan aktif dalam kegiatan posbindu dan mengajak masyarakat untuk
aktif dalam kegiatan tersebut. Bila kader tidak memberikan informasi kepada masyarakat
maka mereka tidak akan memanfaatkan pelayanan posbindu. Kader selain mempunyai
tugas dan fungsi juga harus mampu berkomunikasi dengan baik dan mampu mengajak
dan memotivasi kelompok maupun masyarakat. Kader harus juga dapat membina semua
(Depkes RI, 2005). Untuk meningkatkan citra diri kader maka harus diperhatikan dan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik nilai p=0,124 atau lebih besar
dari 0,05, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada Hubungan antara kader kesehatan
dengan pemanfaatan posbindu PTM. Hasil ini tidak sama atau tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sari pada tahun 2018 dengan nilai p Value sebesar 0,04
yang berarti ada Hubungan antara kader kesehatan dengan pemanfaatan pospindu PTM.
Hal ini dikarenakan sudah adanya kader kesehatan yang aktif dalam melakukan
63
penyuluhan-penyuluhan mengenai pemanfaatan pospindu PTM ke berbagai kalangan
namun terutama pada kalangan lansia yang telah mendapatkan penyuluhan dari kader
kesehatan mengenai pospindu PTM, akan tetapi tidak memanfaatkan posbindu PTM.
Beberapa kejadian ini dikarenakan kesadaran dan faktor yang mendukung dalam
strategi pencegahan yang utama bagi seluruh keluarga dalam menghadapi tantangan
kehidupan sehari-hari serta mempunyai relevansi dalam masyarakat yang berada dalam
lingkungan yang penuh dengan tekanan. Salah satu permasalahan yang dihadapi
masyarakat antara lain adalah kurangnya dukungan dan kepedulian dari anggota keluarga
dan masyarakat terhadap pemeriksaan kesehatan secara rutin, sehingga berdampak pada
yakni keluarga orientasi dan prokreasi. Keluarga orientasi memberikan orientasi kepada
seseorang terhadap agama, politik, ekonomi dan ambisi pribadi. Berbeda dengan keluarga
memberikan
64
Hubungan yang signifikan meskipun seseorang tersebut tidak lagi berinteraksi banyak
dengan anggota keluarga orientasinya. Keluarga orientasi terdiri dari orang tua dan
saudara kandung, sedangkan keluarga prokreasi yakni pasangan suami istri dan anak
(Setiadi,2005).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai p=0,004 dan lebih kecil dari 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada Hubungan antara dukungan keluarga degan
pemanfaatan posbindu PTM di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian Haniek Try Umayana dan Widya Hary Cahyati
dengan hasil p value = 0,0001 (<0,05), yang artinya ada hubungan antara dukungan
keluarga dengan keaktifan penduduk pada kegiatan posbindu PTM di Kota Semarang.
posbindu PTM apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi, mengantar atau
penting dalam mencegah atau paling tidak menunda orang menderita sakit kronis ke
lembaga pelayanan kesehatan. Besarnya keterlibatan dan sifat pelayanan yang diberikan
kebutuhan lainnya dan tenaga yang tersedia (Wetle, 1997 dalam Lestari 2011).
65
BAB V
5.1 Kesimpulan
(Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung Tahun 2020., maka
penulis dalam bab ini akan mencoba menarik suatu kesimpulan dan memberikan saran
berdasarkan atas uraian yang telah penulis kemukakan dalam bab sebelumnya.
a. Berdasarkan pemaparan pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa mayoritas
responden yaitu sebanyak 68 responden atau 68% adalah responden yang menyatakan
bahwa Pospindu PTM dimanfaatkan dengan baik. Sedangkan minoritas responden yaitu
sebanyak 32 responden atau 32% adalah responden yang menyatakan bahwa Pospindu
b. Berdasarkan pemaparan pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa status
Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung Tahun
2020..
Tidak Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung
Tahun 2020.
66
d. Berdasarkan pemaparan pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa status
Tidak Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung
Tahun 2020.
e. Berdasarkan pemaparan pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa akses tidak
(Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung Tahun 2020.
ketersediaan sarana atau fasilitas tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan Pos Pembinaan
Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki
g. Berdasarkan pemaparan pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa dorongan
Tidak Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung
Tahun 2020.
h. Berdasarkan pemaparan pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa dorongan
Tidak Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung
Tahun 2020.
67
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
ilmu pengetahuan bagi tenaga kesehatan lainnya terutama referensi mengenai program
Posbindu PTM beserta faktor yang mempengaruhi dan penelitian lebih lanjut yang
Perlu adanya suntukan dukungan kembali kepada kader kesehatan agar dapat lebih
dengan melakukan upaya-upaya penyuluhan aktif yang dipantau oleh pemegang program
puskesmas.
baik memilih layanan kesehatan yang berbayar karena adanya leluasa waktu.
68
DAFTAR PUSTAKA
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERKORELASI DALAM PENYELENGGARAAN
POS PEMBINAAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR (POSBINDU
PTM) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PASIRKALIKI KOTA BANDUNG
TAHUN 2020
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Umuree Responden :
2. Alameat Responden :
RT/RW :
Kelurahan :
3. Jenis Keaalamin : 1. Laki-Laaki 2. Pearempuan
B. PENDIDIKAN
1. Sebutkan pendidikan formal terakhir Anda ?
C. PEKERJAAN
1. Sebutkan pekerjaan Anda sekarang ?
D. PENGETAHUAN
1. Apaskah Asnda pernsah mesndengar Posbinsdu pensyakit tidsak mesular ?
a. Ya b. Tidak
2. Apsakah Posbinsdu dibentusk untusk detekssi aswal penysakit tidsak
msenular ?
a. Ya b. Tidak
3. Apakash orasng ysang seshat merspakan salsah sastu sassran Posbsindu
PTM ?
a. Ya b. Tidak
4. Apaksah Posbisndu PTM dilakuksan setsiap sebulasn seksali ?
a. Ya b. Tidak
5. Apaskah pengukursn bersat badsn dan pemseriksaan teksanan
darah smeruspakan kegiatans apas yasng rutins dilakuksan di
Pssbisndu PTM ?
a. Ya b. Tidak
6. Apakahs pensyakit tidak menular merupsakan pensyakit
yang mudah dikestahui atau dsitemukan pasda sesseorang?
a. Ya b. Tidak
7. Apakah penysakit tisdak msenular dapat menimbulkan
komplikasi satau penyaskit lainnya?
a. Ya b. Tidak
8. Apaskah hipertesnsi dsan diabetes melistus meruspakan salsah
satu jenis penyaksit tidask msenular ?
a. Ya b. Tidak
9. Apaskah meroskok meruspakan salsah satu pensyebab penyaksit tidask mesnular ?
a. Ya b. Tidak
10. Apsakah dengan rsajin berolahssaga dsapat menurskan kemunsgkinan
tesrkena pesnyakit tissdak mensular ?
a. Ya b. Tidak
E. STATUS KESEHATAN
1. Apakash Anda pernsahs atau sedasng mensderita Pensyakit Tsidak
Menular (PTM) ?
a. Ya b. Tidak
2. Jika ya, aspa jeniss PTM syang sesdang Asnda derita ?
a. Hipesensi
b. Diabetes Melitus
c. Obessistas
d. Penysakit Jantung dan Pembuluh darah
e. Kelasnan Ginjal
f. Lainsnya
3. Apsakah Asnda mengetsahui dsiri Ansda terksena pesnyakit tisdak
menuslar dari Posbisdu ?
a. Ysa b. Tidak (Fasilitas Kesehatan Lainnya)
F. KETERSEDIAAN FASILITAS
1. Apakah diseksitar temspat tisnggal ansa tersesdia POsSBINDU PTM?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah POSBINssDU PTM disekitar anda dilakuksan setsiap hari?
a.Ya b. Tidak
3. Apaksah PsOSBINDU PTM tesrsebut memsilki alat pemeriksaan yang
memsadai (memilki tensi seter, timbangan, alat ukur tinggi badan, dll) ?
a.Ya b. Tidak
G. AKSES
1. Berspa ksira-kira jarak POSBIsNDU PTM dari rumah anda?
a. ≤ 1.5KM b. > 1.5 KM
2. Berapsa lamas wakstu yansg anad butuhskan mesnuju POSBINDU PTM?
a. ≤ 10 Menit b. > 10 Menit
H. Dukungan kader kesehatan
1. Apsakah kadser kessehatan persnah mesmberikan inforsmasi tesntang aspa itu
a. Ya b. Tidak
2. Apakah kader kesehatan pernah memberikan
informasi/pssenyuluhan tentasng adanya psgram Posbinsdu
PTM ?
a. Ya b. Tidak
3. Apakssah kader kesehatan pernsah melakskan penyulsuhan tentsang
bahaya
penyakit tidak menular ?
a. Ya b. Tidak
4. Apakah kader kesehsatan pernah melakssukan penyulushan tsentang
faktor
risiko penyaakit tidassk menular ?
a. Ya b. Tidak
a. Ya b. Tidak
2. Apakah keluaarga Anda apernah membaerikan informasi
tentang adaanya aprogram Posbindu PTM ?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah keluaraga Anda pearnah menyaarankan untuk berkunjung ke
a. Ya b. Tidak
4. Apakaah keluaarga Anda pernah mengaantar Anda ke tempat Posbindu PTM
?
a. Ya b. Tidak
5. Apakah anagaagota keluargaa Andaaa meamanfaaatkan Posbianadu PTM ?
a. Ya ab. Tidak
J. PEMANFAATAN POSBINDU
1. Apakah Anda pernah meamanfaatkan Posbindu PTM di wilayah kerja
a. Ya b. Tidak
2. Jika Ya, apakah Anda rutian menagunjungi Posbindu PTM setiap
bulannya (Sebelum masa Pandemi COVID-19)?
a. Ya b. Tidak
3. Jenis pelaaayanan apa saja yang Anda dapatkan di Posbindu PTM ?
□ Pengukuran beraat badan
□ Pengukuran tinggi badan
□ Pengukuraan lingkar perut
□ Pemerikasaan tekanan darah
□ Pemeriksaaan gula darah
□ Pemeriksaan koleasterol
□ Pengukuraan Arus Puncak Ekspirasi (APE)
□ Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam asetat 14 (IVA)
□ Pemeriaksaan Clinical Breasat Examination (CBE)
□ Penyulauhan/Koanseling
4. Apakaah Andaa merasakan Posbaindu PTM beramanfaat ?
a. Ya b. Tidak
5. Apakaah Anda merasaakan perubahan dalam
keasehatan setelah mengikuti Posbindu PTM ?
a.Ya b. Tidak
Lampiran 2
Correlations
Correlations
Pengetahuan
Pengetahuan1 Pearson Correlation .594**
Sig. (1-tailed) .000
N 100
Pengetahuan2 Pearson Correlation .590**
Sig. (1-tailed) .000
N 100
Pengetahuan3 Pearson Correlation .554**
Sig. (1-tailed) .000
N 100
**
Pengetahuan4 Pearson Correlation .517
Sig. (1-tailed) .000
N 100
Pengetahuan5 Pearson Correlation .384**
Sig. (1-tailed) .000
N 100
**
Pengetahuan6 Pearson Correlation .425
Sig. (1-tailed) .000
N 100
**
Pengetahuan7 Pearson Correlation .382
Sig. (1-tailed) .000
N 100
**
Pengetahuan8 Pearson Correlation .386
Sig. (1-tailed) .000
N 100
**
Pengetahuan9 Pearson Correlation .503
Sig. (1-tailed) .000
N 100
Pengetahuan1 Pearson Correlation .335**
0 Sig. (1-tailed) .000
N 100
Reliability
Reliability Statistics
Cronbach's
AlphaN of Items
.60610
Correlations
Correlations
DKH
DKH1 Pearson Correlation .675**
Sig. (1-tailed) .000
N 100
**
DKH2 Pearson Correlation .840
Sig. (1-tailed) .000
N 100
DKH3 Pearson Correlation .920**
Sig. (1-tailed) .000
N 100
**
DKH4 Pearson Correlation .900
Sig. (1-tailed) .000
N 100
**
DKH5 Pearson Correlation .845
Sig. (1-tailed) .000
N 100
Reliability
Reliability Statistics
Cronbach's
AlphaN of Items
.8925
Correlations
Correlations
DK
**
DK1 Pearson Correlation .552
Sig. (1-tailed) .000
N 100
**
DK2 Pearson Correlation .736
Sig. (1-tailed) .000
N 100
DK3 Pearson Correlation .761**
Sig. (1-tailed) .000
N 100
DK4 Pearson Correlation .765**
Sig. (1-tailed) .000
N 100
**
DK5 Pearson Correlation .785
Sig. (1-tailed) .000
N 100
Reliability
Reliability Statistics
Cronbach's
AlphaN of Items
.7665
Correlations
Correlations
PP
**
PP1 Pearson Correlation .756
Sig. (1-tailed) .000
N 100
**
PP2 Pearson Correlation .836
Sig. (1-tailed) .000
N 100
**
PP4 Pearson Correlation .590
Sig. (1-tailed) .000
N 100
PP5 Pearson Correlation .699**
Sig. (1-tailed) .000
N 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Reliability
Reliability Statistics
Cronbach's
AlphaN of Items
.6754
Normalitas
NPar Tests
NPar Tests
Notes
Output Created
Comments
Input Data D:\Skripsi Andri\Data Anova (1).sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 100
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all
cases with valid data for the variable(s)
used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/K-W=A BY K(1 4)
/MISSING ANALYSIS.
Kruskal-Wallis Test
Ranks
3 18 52,15
4 69 50,60
Total 100
a,b
Test Statistics
Usia
Chi-square 2,753
df 3
Asymp. Sig. ,431
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
Pemanfaatan POSPINDU
PTM
NPar Tests
Notes
Output Created
Comments
Input Data D:\Skripsi Andri\Data Anova (1).sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 100
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all
cases with valid data for the variable(s)
used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/K-W=B BY K(1 4)
/MISSING ANALYSIS.
Kruskal-Wallis Test
Ranks
4 69 49,79
Total 100
Test Statisticsa,b
Jenis Kelamin
Chi-square 7,382
df 3
Asymp. Sig. ,061
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Pemanfaatan
POSPINDU PTM
NPar Tests
Notes
Output Created
Comments
Input Data D:\Skripsi Andri\Data Anova (1).sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 100
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all
cases with valid data for the variable(s)
used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/K-W=C BY K(1 4)
/MISSING ANALYSIS.
Kruskal-Wallis Test
Ranks
3 17 51,26
4 68 48,46
Total 98
Test Statisticsa,b
Pendidikan
Chi-square 3,107
df Asymp. 3
Sig. ,375
NPar Tests
Notes
Output Created
Comments
Input Data D:\Skripsi Andri\Data Anova (1).sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 100
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all
cases with valid data for the variable(s)
used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/K-W=D BY K(1 4)
/MISSING ANALYSIS.
Kruskal-Wallis Test
Ranks
3 17 68,74
4 68 44,85
Total 98
a,b
Test Statistics
Pekerjaan
Chi-square 13,287
df 3
Asymp. Sig. ,004
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
Pemanfaatan POSPINDU PTM
NPar Tests
Notes
Output Created
Comments
Input Data D:\Skripsi Andri\Data Anova (1).sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 100
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all
cases with valid data for the variable(s)
used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/K-W=E BY K(1 4)
/MISSING ANALYSIS.
Ranks
4 68 48,09
Total 98
a,b
Test Statistics
Pengetahuan
Chi-square 3,189
df 3
Asymp. Sig. ,363
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Pemanfaatan
POSPINDU PTM
NPar Tests
Notes
Output Created
Comments
Input Data D:\Skripsi Andri\Data Anova (1).sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 100
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all
cases with valid data for the variable(s)
used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/K-W=F BY K(1 4)
/MISSING ANALYSIS.
Kruskal-Wallis Test
Ranks
4 68 49,19
Total 98
Test Statisticsa,b
Status Kesehatan
Chi-square ,889
df 3
Asymp. Sig. ,828
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Pemanfaatan
POSPINDU PTM
NPar Tests
Notes
Output Created
Comments
Input Data D:\Skripsi Andri\Data Anova (1).sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 100
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all
cases with valid data for the variable(s)
used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/K-W=G BY K(1 4)
/MISSING ANALYSIS.
Kruskal-Wallis Tesst
Ranks
3 17 51,65
4 68 48,76
Total 98
a,b
Test Statistics
Akses
Chi-square 1,257
df 3
Asymp. Sig. ,739
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
Pemanfaatan POSPINDU
PTM
NPar Tests
Notes
Output Created
Comments
Input Data D:\Skripsi Andri\Data Anova (1).sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 100
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all
cases with valid data for the variable(s)
used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/K-W=H BY K(1 4)
/MISSING ANALYSIS.
Kruskal-Wallis Test
Ranks
3 17 50,00
4 68 49,28
Total 98
a,b
Test Statistics
Ketersediaan
Fasilitas atau
Sarana
Chi-square ,441
df 3
Asymp. Sig. ,932
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Pemanfaatan
POSPINDU PTM
NPar Tests
Notes
Output Created
Comments
Input Data D:\Skripsi Andri\Data Anova (1).sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 100
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all
cases with valid data for the variable(s)
used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/K-W=I BY K(1 4)
/MISSING ANALYSIS.
3 17 47,65
4 68 47,65
Total 98
Test Statisticsa,b
Dukungan Kader
Kesehatan
Chi-square 5,764
df 3
Asymp. Sig. ,124
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Pemanfaatan
POSPINDU PTM
NPar Tests
Notes
Output Created 12-Okt-2020 09:24:39
Comments
Input Data D:\Skripsi Andri\Data Anova (1).sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 100
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all
cases with valid data for the variable(s)
used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/K-W=J BY K(1 4)
/MISSING ANALYSIS.
Kruskal-Wallis Test
Ranks
3 17 45,03
4 68 46,47
Total 98
a,b
Test Statistics
Dukungan
Keluarga
Chi-square 13,459
df 3
Asymp. Sig. ,004
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Pemanfaatan
POSPINDU PTM
Lampiran 4 : Pengesahan Kode Etik Penelitian
Lampiran 5 : Izin Penelitian
LAMPIRAN 6 : Riwayat Hidup
RIWAYAT HIDUP
PENDIDIKAN FORMAL
AISYIYAH BANDUNG
PENGALAMAN KERJA
KOTA BANDUNG
Kode/no FM-UNISABDG-PDK-038
BADAN PENJAMINAN MUTU Tanggal Berlaku 28 September 2020
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG Revisi 0
JL. KH. Ahmad Dahlan (Banteng Dalam) No. 6 Bandung Tanggal Revisi 0
Paraf
No Hari/ Materi Bimbingan Rekomendasi
Tanggal Pembimbing
1 30 April 2020 Konsultasi BAB I, II, III Acc Sidang Proposal
Mengetahui,
Ka. Prodi Sarjana Keperawatan
Ns.Angga Wilandika,MKep
NPP. 2011180886043
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Kode/no FM-UNISABDG-PDK-038
BADAN PENJAMINAN MUTU Tanggal Berlaku 28 September 2020
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG Revisi 0
JL. KH. Ahmad Dahlan (Banteng Dalam) No. 6 Bandung Tanggal Revisi 0
Hari/ Paraf
No Materi Bimbingan Rekomendasi
Tanggal Pembimbing
1 14 April 2020 Konsul BAB II Perbaiki referensi yang
terbaru
Mengetahui,
Ka. Prodi Sarjana Keperawatan
Ns.Angga Wilandika,MKep
NPP. 2011180886043
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner