Anda di halaman 1dari 123

FAKTOR-FAKTOR YANG BERKORELASI DALAM

PENYELENGGARAAN POS PEMBINAAN TERPADU PENYAKIT


TIDAK MENULAR (POSBINDU PTM) DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PASIRKALIKI KOTA BANDUNG TAHUN 2020

SKRIPSI

Diajukan untuk Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Sarjana


Keperawatan Universitas ‘Aisyiyah Bandung

ANDRI PURWANTO
NIM. 312018051

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


UNIVERSITAS AISYIYAH BANDUNG
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

ANDRI PURWANTO
NIM. 312018051

FAKTOR-FAKTOR YANG BERKORELASI DALAM PENYELENGGARAAN POS


PEMBINAAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR (POSBINDU PTM) DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PASIRKALIKI KOTA BANDUNG TAHUN 2020

Telah Disetujui Pada Ujian Sidang Skripsi Pada Program Studi Sarjana Keperawatan
Universitas ‘Aisyiyah Bandung
November 2020

Oleh :

Pembimbing Utama,

Dr. Sitti syabariyah,Skp,MS.Biomed

Pembimbing Pendamping,

Yusi Sofiyah M.Kep Ns. Sp. Kep An

i
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa LTA yang berjudul:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERKORELASI DALAM PENYELENGGARAAN POS


PEMBINAAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR (POSBINDU PTM) DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PASIRKALIKI KOTA BANDUNG TAHUN
2020

Disusun Oleh :
Andri Purwanto
NIM. 312018051

Telah disetujui dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Sidang Laporan Tugas Akhir
Program Studi Sarjana Keperawatan Universitas Aisyiyah Bandung dan dinyatakan
telah memenuhi syarat untuk diterima Bandung, Januari 2021

Penguji I

Yayat Hidayat, S.Kep.Ners.,M.Kep

Penguji II

Nandang Jamiat N., S.Kep.,M.Kep.,Ns.Sp.Kep.Kom

Ketua Penguji

Yusi Sofiyah M.Kep Ns. Sp. Kep An

ii
SURAT PERNYATAN ORIGINAL KARYA TULIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama Mahasiswa : Andri
Purwanto NIM 312018051
Program Studi : Sarjana Keperawatan

Dengan ini menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiarisme atau


penjiplakan/ pengambilan karangan, pendapat atau karya orang lain dalam
penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul:
“FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PEMANFAATAN POS PEMBINAAN TERPADU PENYAKIT TIDAK
MENULAR (POSBINDU PTM) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PASIRKALIKI KOTA BANDUNG TAHUN 2020”

Apabila suatu saat nanti saya terbukti melakukan plagiarisme, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pancabutan gelar yang telah diperoleh karena
karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan
tinggi ini.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan kesadaran sendiri dan tidak
atas tekanan ataupun paksaan dari pihak manapun demi menegakkan integritas
akademik di institusi ini.

iii
MOTTO

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula
kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu
tidak mengetahui”
(Q.S Al-Baqarah ayat 216)

“Beruntunglah orang yang sibuk hanya penilaian


Allah” (Penulis)

PERSEMBAHAN
Skripsi ini adalah persembahan kecil saya dari segala perjuangan saya hingga titik ini untuk
orang tua saya, terima kasih karena selalu menjaga saya dalam doa-doa, cinta, kasih sayang
dan dukungan setiap saat sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini hingga selesai.

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang mana atas rahmat dan hidayah-

Nya, saya telah menyelesaikan penelitian dengan judul “faktor-faktor yang

berkorelasi dalam penyelenggaraan pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular

(posbindu ptm) di wilayah kerja puskesmas pasirkaliki kota bandung tahun 2020”

dengan baik.Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat

untuk melaksanakan penelitian skripsi pada pendidikan Sarjana Keperawatan. Dalam

penyajian skripsi ini penulis menyadari masih belum mendekati sempurna, oleh

karena itu penulis sangat mengharapkan koreksi dan saran yang membangun sebagai

bahan masukan yang bermanfaat demi perbaikan dan peningkatan diri dalam bidang

ilmu pengetahuan.

Penulis menyadari bahwa proses penyusunan ini tidak lepas dari bimbingan

dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Allah SWT, yang telah memberikan jalan terbaik hingga saat ini

2. Ibu Tia Setiawati, S.Kep.,M.Kep.NS.,Sp.Kep.An sebagai ketua Universitas

‘Aisyiyah Bandung

3. Bapak Nandang Jamiat N., S.Kep.,M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.Kom selaku Ketua

Program Studi Sarjana Keperawatan Universitas ‘Aisyiyah Bandung yang telah

mendukung proses penelitian ini

4. Ibu Dr,Sitti Syabariyah,Skp.,MS.Biomed sebagai pembimbing utama yang selalu

memotivasi dan memberikan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Yusi Sofiyah M.Kep Ns. Sp. Kep An, sebagai pembimbing pendamping yang

telah memberikan bimbingan serta arahan dalam penyusunan penelitian ini.

v
6. Seluruh dosen pengajar Program Studi Sarjana Keperawatan yang sudah banyak

memberikan dukungan pembelajaran sebagai bekal dalam penyusunan skripsi ini,

serta seluruh staff kampus Universitas ‘Aisyiyah Bandung yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata semoga karya tulis ilmiah ini dapat disetujui dan dilanjutkan

untuk diteliti sehingga hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak.

Bandung, November 2020

Penulis

vi
ABSTRAK

Andri Purwanto
312018051

FAKTOR-FAKTOR YANG BERKORELASI DALAM


PENYELENGGARAAN POS PEMBINAAN TERPADU PENYAKIT
TIDAK MENULAR (POSBINDU PTM) DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PASIRKALIKI KOTA BANDUNG TAHUN 2020

V;2020; 81 halaman; 22 tabel; 3 bagan; 10 Lampiran

Pemanfaatan Posbindu dirasakan banyak memberikan dampak bagi individu dan


masyarakat, puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung, dengan jumlah kunjungan sebesar
3272 pada tahun 2018. Ada berbagai faktor yang memHubungani posbindu PTM di
wilayah kerja puskesmas Pasiekaliki Kota Bandung, adapun faktor yang diteliti
meliputi usia, gender, tingkat pendidikan , tingkat pekerjaan, tingkat pengetahuan,
derajat kesehatan, akses, fasilitas, suport kader dan suport family. Tujuan dalam
tulisan ini adalah mengatahui korelasi faktor yang berkaitan dengan pemanfaatan
posbindu. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan
analisis data bivariat menggunakan statistik nonparametik Kruskall-Willis. Populasi
dalam penelitian ini sebanyak 60.909 jiwa dengan sampel sebesar 100 responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya ada 2 variabel yang memHubungani
pemanfaatan posbindu, diantarangan adalah status pekerjaan dengan nilai p 0,004 dan
dukungan keluarga dengan nilai p 0,004. Responden yang tidak bekerja mempunyai
waktu luang lebih banyak dibanding dengan responden yang bekerja sehingga
memungkin untuk lebih aktif memanfaatkan Posbindu PTM, sedangkan bagian
keluarga merupakan kelompok yang memiliki memHubungani perilaku konsumen.
Perlu adanya penelitian variabel lain mengenai kondisi ekonomi yang berhubungan
dengan pemanfaatan Posbindu PTM khususnya diwilayah perkotaan.

Kata Kunci : posbindu, PTM, pekerjaan dan dukungan keluarga


Kepustakaan : 49 Literatur (2010-2020)

vii
ABSTRACT

Andri Purwanto
312018051

FACTORS AFFECTING THE UTILIZATION OF INTEGRATED


DEVELOPMENT POSTS OF NON-CONVERTABLE DISEASES
(POSBINDU PTM) IN THE WORKING AREA OF PUSKESMAS
PASIRKALIKI, BANDUNG CITY, 2020

vii; 2020; 100 pages; 22 tables; 3 charts; 10 Appendix

The use of Posbindu has had a lot of impact on individuals and communities,
Pasirkaliki Health Center Bandung City, the number of PTM Posbindu visits in
2018 was 3272 visits. There are various factors that influence the PTM Posbindu
in area of the Pasirkaliki Community Health in Bandung, while the factors studied
include age, gender, latest education, occupation, knowledge, health status, access,
facilities, cadre support and family support. This study aims to determine the
factors that influence the use of posbindu. This type of research is a quantitative
study using bivariate data analysis using Kruskall-Willis nonparametic statistics.
The population in this study were 60,909 people with a sample of 100 respondents.
The results showed that there were only 2 variables that affected the use of
posbindu, among them were job status with p value of 0.004 and family support
with p value of 0.004. Respondents who do not work have more free time than
respondents who work so that it is possible to be more active in utilizing Posbindu
PTM, while family members are the primary reference group that most influence
consumer behavior. There needs to be research on other variables regarding
economic conditions related to the use of Posbindu PTM, especially in urban
areas.

Keywords : Posbindu, PTM, occupation and family support


Biography : 49 literature (2010-2020)

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................v
ABSTRAK................................................................................................... vii
DAFTAR ISI................................................................................................ix

BAB I Pendahuluan....................................................................................1
A. Latar belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................5
C. Tujuan Penelitian...............................................................................6
D. Manfaat Penelitian............................................................................8

BAB II Tinjauan Teoritis...........................................................................9


A. Tinjauan Penyakit Tidak Menular....................................................9
1. Tinjauan Penyakit Tidak Menular...............................................9
2. Tinjauan Posbindu PTM..............................................................11
B. Tinjauan Posbindu.............................................................................11
1. Pengertian....................................................................................11
2. Tujuan, Sasaran dan Manfaat......................................................13
3. Langkah-langkah dalam Posbindu..............................................14
C. Faktor yang Berhubungan Denga Posbindu......................................18
D. Alur Pikir..........................................................................................23

BAB III Metode Penelitian.........................................................................26


A. Metode Penelitian.............................................................................26
B. Variabel Penelitian............................................................................26
a. Variabel dependen.......................................................................26
b. Variabel Independen...................................................................27
c. Definisi Oprasional.....................................................................28
d. Hipotesa.......................................................................................30
C. Populasi dan Sampel.........................................................................33
a. Populasi.......................................................................................33

ix
b. Sampel.........................................................................................33
D. Teknik Pengumpulan Data................................................................36
a. Sumber data.................................................................................36
b. Instrumen.....................................................................................37
c. Cara pengumpulan data...............................................................37
E. Uji Validitas dan Reliabilitas............................................................38
a. Uji Validitas................................................................................38
b. Uji Reliabilitas.............................................................................39
F. Teknik Pengolahan dan Analisis data...............................................40
a. Pengolahan Data..........................................................................40
b. Analisis .......................................................................................42

BAB IV Hasil dan Pembahasan.................................................................43


A. Analisis Univariat.............................................................................43
a. Karakteristik Usia........................................................................43
b. Karakteristik Jenis Kelamin........................................................44
c. Karakteristik Pendidikan Terakhir..............................................44
d. Karakteristik Pekerjaan...............................................................45
e. Karakteristik Pengetahuan...........................................................45
f. Status Kesehatan PTM................................................................46
g. Akses Ke Posbindu.....................................................................48
h. Fasilitas atau Sarana....................................................................48
i. Dukungan Kader Kesehatan........................................................50
j. Dukungan Keluarga.....................................................................50
k. Pemanfaatan Posbindu................................................................51
B. Uji Normalitas...................................................................................51
C. Analisis Bivariat................................................................................53
D. Pembahasan.......................................................................................55
a. Karakteristik Usia........................................................................55
b. Karakteristik Jenis Kelamin........................................................56
c. Karakteristik Pendidikan Terakhir..............................................57

x
d. Karakteristik Pekerjaan...............................................................58
e. Karakteristik Pengetahuan...........................................................59
f. Status Kesehatan PTM................................................................60
g. Akses Ke Posbindu.....................................................................61
h. Fasilitas atau Sarana....................................................................62
i. Dukungan Kader Kesehatan........................................................63
j. Dukungan Keluarga.....................................................................64

BAB V Kesimpulan dan Saran..................................................................67


A. Kesimpulan.........................................................................67
B. Saran...................................................................................68

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan di dunia merupakan tanggung jawab bersama dalam

menanggulanginya demi terwujudnya masyarakat sehat. Hal ini memicu setiap negara

menjadi lebih serius dalam menangani masalah kesehatan, baik masalah penyakit

menular maupun tidak menular. Saat ini telah terjadi pergeseran siklus epidemiologi

terhadap pola penyakit yang semula didominasi oleh penyakit-penyakit menular, dan

kemudian bergeser sebagian besarnya terhadap penyakit tidak menular.

Dari sekian penyebab utama dari penyakit tidak menular yang ada di

dunia, penyakit struke dan jantung merupakan dua penyakit terbesar.(WHO,

2014). PTM adalah penyakit atau kondisi medis yang tidak dapat ditularkan dari

satu individu ke individu lainnya. Mayoritas PTM terjadi di negara berpendapatan

rendah dan menengah. Berdasarkan data WHO, PTM merupakan penyebab dari

71% kematian di dunia atau sekitar 41 juta orang per tahun (WHO 2018).

Abdesslam, Saber, dan Wiam (2013) di negara-negara Mediterania Timur di

mana transisi multidimensi (ekonomi, demografis, epidemiologis dan geografis)

mengalami peningkatan multimorbiditas penyakit tidak menular diataranya depresi

atau penyakit mental, penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker dan penyakit

1
pernapasan dan lebih beresiko terjadi pada usia lebih tua, jenis kelamin

perempuan, pendidikan rendah dan orang berpenghasilan rendah. Tazeen,

Benjamin, Atif, Junaid, Marcel, Mohsen, Ali, dan Adnan (2013) memperkirakan

efek terhadap perekonomian dari dampak penyakit tidak menular hilangnya

produktivitas nasional yang terkait dengan 3 - 87 juta kematian yang disebabkan

oleh penyakit kardiovaskular, penyakit kanker, dan penyakit pernapasan pada

manusia berusia 30– 69 tahun di Pakistan selama 2010 – 2025 menggunakan

model pertumbuhan ekonomi. Dileepa, Palitha, Arunasalam, dan Mahendra

(2018) Sri Lanka menghadapi epidemi PTM dalam hal mortalitas dan morbiditas

yang tinggi. Selama periode 2001 hingga 2010, kematian dini yang diakibatkan

oleh PTM di Sri Lanka meningkat dari 15,8% menjadi 19,1%. Kematian tertinggi

adalah karena penyakit kardiovaskular diikuti oleh penyakit kanker dan penyakit

diabetes dan ketiganya menunjukkan tren meningkat. Mayoritas kematian PTM

terjadi di dalam tenaga kerja di negara itu dan itu berHubungan negatif terhadap

ekonomi negara. Oleh karena itu, perubahan tingkat kebijakan perlu dilakukan

harus diambil untuk mencegah dan mengendalikan PTM dan memastikan

implementasi program yang efektif .

Di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas terjadi peningkatan prevalensi

PTM dari hasil Riskesdas tahun 2013 dengan tahun 2018. Data dari Kemenkes

tahun 2013 diketahui bahwa prevalensi PTM paling besar merupakan penyakit

darah tinggi yaitu sebesar 9,5% dari jumlah penduduk dalam kurun waktu 15

tahun sebanyak 722.329 jiwa. Kedua terbanyak penyakit paru obstruktif kronis

(PPOK) sebesar 3,7% dari jumlah penduduk sebanyak 508.330 jiwa dalam kurun

waktu tiga puluh tahun terakhir diikuti diabetes mellitus

2
sebesar 2,1% dari jumlah penduduk sebanyak 722.329 jiwa . Beradasarkan data

hasil Riskesdas tahun 2018 yang dilakukan pada penduduk usia 18 tahun keatas,

diketahui telah terjadi peningkatan pada prevalensi hipertensi dari 25.8% menjadi

34.1%, prevalensi obesitas dari 14.8% menjadi 21.8%, dan prevalensi merokok

dari 7.2% menjadi 9.1%. Prevalensi diabetes melitus pada penduduk usia ≥ 15

tahun meningkat dari 6.9% menjadi 10.9%. Data Riskesdas, kasus PTM tidak

hanya terdapat pada usia dewasa, tetapi juga pada usia remaja. Diketahui bahwa

angka diabetes melitus pada usia 15-24 tahun sebesar 0.05% dan prevalensi

hipertensi usia 18-24 tahun sebesar 13.2% (Kemenkes 2018).

Atas hal tersebutlah salah satu upaya yang dikembangkan oleh WHO dalam

menekan angka penyakit tidak menular yaitu dengan adanya pemanfaatan program

pembinaan terpadu yang dikeluarkan oleh fasilitas layanan kesehatan setempat

(Kemenkes, 2012). Peranan masyarakat merupakan salah satu tujuan yang dilibatkan

pada pelayanan pencegahan dan pengobatan untuk menscreening penyakit tidak

menular. Hal ini perlu ditunjang dengan fasilitas serta pemaparan pengetahuan dalam

mengidentifikasi serta merumuskan suatu masalah di sekitar wilayahnya. Dalam hal

membangun komitmen pencegahan dan pengobatan penyakit tidak menular, perlu

adanya dukungan dari seluruh komponen yang ada di masyarakat yang memiliki

kepedulian terhadap adanya bahaya dari PTM (Nurizka,2017)

3
Dalam kegiatan Posbindu PTM dilakukan deteksi dini dan pemantauan

faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) secara terpadu, rutin dan periodic.

Faktor resiko tersebut diantaranya meliputi merokok, konsumsi minuman

beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, obesitas, stres,

hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol, gangguan kesehatan mata dan telinga

(kesehatan indera). Dalam hal kunjungan ke tempat pelayanan biasanya perilaku

seseorang dipengaruhi oleh 3 permasalahan yaitu predisposisi yang mrliputi

tingkatan pengetahuan, sikap seseorang, nilai-nilai, serta kepercayaan. Faktor

pemungkin yang meliputi sarana prasarana, jarak antara suatu tempat yang

ditempuh, regulasi dan keterikatan, serta faktor seperti keluarga, guru, teman-

teman, dan tokoh masyarakat (Handayani, 2012). Dari semuanya, terdapat faktor

suport keluarga dan suport tokoh masyarakat yang sangat penting dalam hal

penguat perilaku seseorang (Nurizka 2017).

Pemanfaatan Posbindu dirasakan banyak memberikan dampak bagi

individu dan masyarakat. Berdasarkan penelitian kualitatif yang dilakukan oleh

Secilia dkk pada tahun 2018 , diketahui bahwa dengan adanya Posbindu PTM

sebagai wadah untuk bertemu teman baru, mendapatkan ilmu baru dan dapat

menjadi individu yang lebih peduli dengan kesehatannya.

4
Berdasarkan data dari bidang P2PTM Kemenkes, diketahui bahwa Jawa Barat

memiliki angka Hipertensi tertinggi yaitu 65.5% dari jumlah pengunjung yang datang

ke Posbindu PTM. Selain itu angka Diabetes melitus pada pengunjung yang datang ke

Posbindu di Jawa Barat sebesar 42.6% dan merupakan peringkat ke 3. Berdasarkan

data tersebut data kunjungan ke Posbindu PTM dapat menjadi data skrinning awal

untuk deteksi kasus baru pada kasus PTM (Kemenkes 2016). Data PTM Kota

Bandung pada tahun 2019 diketahui sasaran untuk kasus hipertensi menjadi kasus

paling banyak yaitu

724.145 dan Diabetes melitus 10.337.

Distribusi Posbindu PTMuntuk wilayah Bandung sebanyak 1026 Pos

Pembinaan Terpadu yang ada di 80 binaan puskesmas (Dinas Kesehatan Kota

Bandung, 2018), puskesmas Pasirkaliki memiliki jumlah pos pembinaan terpadu

paling banyak di Kota Bandung dengan jumlah 24 Posbindu dimana terdapat di 5

kelurahan di wilayah binaan pusat kesehatan masyarakat yang terdiri dari

kelurahan Pasirkaliki, kelurahan Pamoyanan, Kelurahan Pajajaran, Kelurahan

Arjuna serta Kelurahan Husen. Berdasarkan data dari Puskesmas Pasirkaliki Kota

Bandung, jumlah kunjungan Posbindu PTM pada tahun 2019 sebanyak 3.272

kunjungan. (Profil Puskesmas Pasirkaliki, 2018). Berdasarkan data yang diperoleh

dari Profil Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung, menyebutkan bahwa adanya

ketidaksesuaian antara jumlah kunjungan yang memanfaatkan posbindu dengan

jumlah kasus masyarakat yang memiliki gejala PTM, yaitu hanya sekitar 45%

pemanfaatan dari seluruh Posbindu yang ada berdasarkan jumlah kasus PTM yang

ada di wilayah Puskesmas Pasirkaliki.

B. Rumusan Masalah

PTM merupakan salah satu masalah serius yang menjadi perhatian dunia

seiring semakin meningkatnya frekuensi penderita PTM yang menjadi penyebab

5
angka kematian terbesar saat ini. PTM berdampak terganggunya system

perekonomian yang diakibatkan dari hilangnya produktifitas nasional terkait

dengan angka kematian yang sangat tinggi. Oleh karena itu, perubahan tingkat

kebijakan perlu dilakukan langkah pencegahan dan pengendalian serta

implementasi program yang efektif. Kebijakan dari Pemerintah saat ini salah

satunya yaitu membentuk suatu usaha yang berbasis pada masyarakat yang baru

dilebarkan sayapnya oleh pemerintah dengan rekomendasi sesuai WHO dimana

pusat penanggulangan Penyakit tidak menular terdapat 3 yaitu surveilans faktor

risiko, pencegahan melalui upaya inovasi, dan promosi kesehatan, yang disebut

dengan Posbindu PTM. Kuruangnya pemanfaatan dukungan Posbindu PTM masih

dirasa kurang, karena berdasarkan data kunjungan Posbindu PTM pada tahun 2019

angka jumlah penderita PTM dengan data kunjungan PTM tidak sebanding,

jumlah kasus lebih besar daripada jumlah kunjungan PTM yaitu hanya sekitar

45% saja pengunjung dari masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pasirkalik yang

memiliki Penyakit Tidak Menular . Maka rumusan masalah dalam research ini

ialah“Apakah faktor- faktor yang memHubungani pemanfaatan pos pembinaan

terpadu penyakit tidak menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas

Pasirkaliki Kota Bandung Tahun 2020”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk Mengidentifikasi faktor apa saja yang memHubungani dan

berhubungan dengan Posbindu PTM di lingkungan binaan Pusat Kesehatan

Masyarakat Pasirkaliki Kota Bandung Tahun 2020.

6
2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi deskripsi Posbindu khusus penyakit yang tidak menular di

wilayah binaan pusat kesehatan masyarakat Pasirkaliki Kota Bandung Tahun

2020

b. Mengidentifikasi korelasi antara tingkat pendidikan dengan Posbindu khusus

penyakit yang tidak menular di wilayah binaan pusat kesehatan masyarakat

Pasirkaliki Kota Bandung Tahun 2020.

c. Mengidentifikasi korelasi antara status pekerjaan dengan Posbindu khusus

penyakit yang tidak menular di wilayah binaan pusat kesehatan masyarakat

Pasirkaliki Kota Bandung Tahun 2020

d. Mengidentifikasi korelasi antara pengetahuan dengan Posbindu khusus

penyakit yang tidak menular di wilayah binaan pusat kesehatan masyarakat

Pasirkaliki Kota Bandung Tahun 2020.

e. Mengidentifikasi korelasi antara status kesehatan dengan Posbindu khusus

penyakit yang tidak menular di wilayah binaan pusat kesehatan masyarakat

Pasirkaliki Kota Bandung Tahun 2020.

f. Mengidentifikasi korelasi antara akses dengan Posbindu khusus penyakit

yang tidak menular di wilayah binaan pusat kesehatan masyarakat Pasirkaliki

Kota Bandung Tahun 2020.

g. Mengidentifikasi korelasi antara ketersediaan sarana atau fasilitas dengan

Posbindu khusus penyakit yang tidak menular di wilayah binaan pusat

kesehatan masyarakat Pasirkaliki Kota Bandung Tahun 2020.

7
h. Mengidentifikasi korelasi antara dorongan kader kesehatan dengan Posbindu

khusus penyakit yang tidak menular di wilayah binaan pusat kesehatan

masyarakat Pasirkaliki Kota Bandung Tahun 2020.

i. Mengidentifikasi korelasi antara dorongan anggota keluarga dengan Posbindu

khusus penyakit yang tidak menular di wilayah binaan pusat kesehatan

masyarakat Pasirkaliki Kota Bandung Tahun 2020.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini dapat dirumuskan kedalam manfaat keilmuan

dan aplikatif.

a. Manfaat Ilmu Pengetahuan

Manfaat dari ilmu pengetahuan ini diharapkan menjadi tambahan wawasan yang

bermakna dalam hal program posbindu penyakit yang tidak menular sehingga

bisa dijadikan bahan diskusi dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan.

b. Manfaat Aplikatif

Nantinya, penelitian ini merupakan bahan masukan kepada masing-masing

instansi yang berkaitan baik melalui dinas kesehatan mauputun kepada

puskesmas pasirkaliki kota Bandung, sehingga bisa menjadikan perkembanagan

yang lebih aplikatif..

8
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Gambaran PTM (Penyakit Tidak Menular)

1. Gambaran Penyakit Tidak Menular/PTM

a. Gambaran Umum mengenai PTM

PTM adalah kejadian kesakitan yang dianggap tidakmampu/tidak dapat

ditularkan atau disebarkan dari seseorang kepada orang lain. PTM merupakan beban

kesehatan utama di negara-negara berkembang dan negara industry. Berdasarkan

laporan WHO mengenai PTM di Asia Tenggara terdapat lima PTM dengan tingkat

kesakitan dan kematian yang sangat tinggi. Penyakit tidak menular merupakan penyakit

yang tidak memiliki tandaklinis secara khusus sehingga menyebabkan seseorang tidak

mengetahui dan menyadari kondisi tersebut sejak permulaan perjalanan penyakit

(Kemenkes RI, 2014). Menurut Koes Irianto PTM adalah penyebab kematian terbanyak

di Indonesia keadaan dimana penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan

penting dan dalam waktu bersamaan mordibitas dan mortalitas PTM makin meningkat

merupakan beban ganda dan pelayanan kesehatan, tantangan yang harus dihadapi dalam

pembangunan bidang kesehatan di Indonesia.

b. Jenis – Jenis Penyakit Tidak Menular

Menurut Kemenkes RI (2014), jenis-jenis PTM adalah sebagai berikut :

1) Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah (PJPD)


2) Penyakit Jantung Koroner
3) Stroke
4) Hipertensi
5) Kanker
6) Diabetes Mellitus

9
7) Penyakit Paru Menahun

c. Karakteristik Penyakit Tidak Menular

Ada beberapa karakteristik penyakit tidak menular dimana terdapat 7 aspek

yang meliputi :

1) Jenis penularan yang tidak berkesinambungan

2) Panjangnya masa inkubasi

3) Adanya penyakit yang kronis

4) Diagnosis yang sulit

5) Variasi yang luas

6) Penanggulangan yang memiliki biaya yang besar

7) Multiklausal atau banyaknya fktor penyebab

Tabel 1. Perbandingan Penyakit tidak menular


dengan penyakit yang menular seperti berikut :

Penyakit Menular Penyakit Tidak Menular


Banyak ditemui di Negara Ditemui di Negara Industri
Berkembang Tidak ada rantai penularan
Rantai penularan yang jelas Perlangsungan kronik
Pelangsungan akut Etiologi tidak jelas
Etiologi mikro-organisme Biasanya multiplekausal
jelas Diagnosis sulit
Bersifat singlekausal Sulit mencari penyebabnya
Diagnosis mudah Biaya mahal
Agak mudah mencari Ada iceberg fenomena
penyebabnya Mordibitas dan mortalitasnya
Biaya relatif murah cenderung meningkat
Jelas muncul di permukaan
Mordibitas dan mortalitasnya
cenderung menurun

Dengan melihat perbedaan antara penyakit menular dengan penyakit tidak

menular

10
d. Upaya Pencegahan Penyakit Tidak Menular

Menurut (Koes Irianto. 2014) Secara garis besar upaya pencegahan penyakit tidak

menular terdapat tiga langkah pencegahan yang meliputi :

1) Langkah pencegahan primer

Langkah ini memiliki tujuan dalam mencegah penyebaran penyakit sebelum

penyakit itu berkembang biar, seperti contohnya imunisasi.

2) Langkah pencegahan sekunder

Lahkah ini merupakan langkah yang dibuat dengan menscreening secara lebih

awal, sehingga dapat dicegah da diobati.

3) Langkah pencegahan tersier

Langkan ini merupakan langkah pemulihan dalam penyakit akut yang sudah

memeiliki cacat.

B. Tinjauan Umum Pos Pembinaan Penyakit Tidak Menular

1. Definisi

Posbindu PTM adalah bentuk upaya yang berkesinambungan dari pera serta

masyarakat dalam memeriksakan kesehatannya yang dikembangakan sebagai bentuk

tahapan dalam berjaga-jaga sejak awal.

11
a) Posbindu PTM Dasar

Hal ini merupakan pemeriksaan awal dari suatu faktor risiko yang dilakukan

dengan tahapan wawancara dengan tujuan mengidentifikasi riwayat PTM dalam

keluarga dan yang telah diderita sebelumnya, pengukuran berat badan, tinggi badan,

lingkar perut, Indeks Massa Tubuh (IMT) , pemeriksaan tekanan darah serta konseling.

b) Posbindu PTM Utama

Posbindu utama merupakan tahapan diatas dari posbindu dasar, dimana hal yang

didapat selain wawancara klinis juga mendapatkan pemeriksaan yang lebih seperti

contoihnya dalam pemeriksaan gula darah yang membutuhkan layanan laboratorium.

Hal ini biasanya dilakukan dengan mou pada pihak ketiga dimana dengan forum

keluraha untuk mendapatkan dukungan dari pemerintah setempat. Selain itu klinik

swasta atau klinik yang berperan diluar APBD pemerintah perlu dijalin kerjasama

dalam hal pengembangan kegiatan posbindu, sehingga nantinya bisa mendorong upaya

pengembangan Posbindu. Dalam hal menunjang yang lainnya juga perlu dilakukan

upaya-upaya perilaku pola hidup bersih dan sehat, dimana perlu menerapkan pola

hidup sering mencuci tangan, memakan satur dan buah serta giat berolahraga.

12
2. Tujuan Posbindu PTM

a) Tujuan Umum

Terlakssananya pentcegahan dan pengendalian faktor resikoo PTM berbasis

peran serta masyarakat secara terptadu, rutien dan periodiek

b) Tujuan Khusus

(1) Terlaksananyaa deteksi dini faktor resikoo PTM

(2) Terrlaksananya peemantauan faktuor resiko PTM

(3) Terlaksananya tindak lanjutt dini faktyor resiko PTM

3. Sasarnan Posbindu Penuakit TM

Dalam hal Saasaran dalamm penyelenggara Possbindu PTM dibagi menjadi

tiga) knelompok, yaitu sasaaran utama, sasaran antara, dan saasaran paenunjang.

Pendekatan terhadap tiga sasaran harus dilakukan secara terintegrasi aatau bersama-

snaama selama proses pelaksanaan sasaran utaama Posbindu PTM adaalah kelompok

masyarakat sehat, beerisiko, dan penyandang penysakit tidak menular berusia limaa

belas tahun ke atas. Sannsaran atara merupaakan sasaran indiviidu atau ke0lompok

masayarakat yang dapat berperabn sebagai agent pengubbah faktaor resiko Penyakit

TM, dan lingnkungan yang lebih kondusif untuk menerapkan ganya hidup sehat.

Sasaran antara tersebut adalah petugas kesehatan baik Pemerinntah maupun Swasta,

tokoh panutan masynarakat, anggota orgnnanisasi masyarakat yang peduli penyakit

TN. Sasaran penunjang merupakam sasaran individu, kelompnok masyarakat/

orgaanisasi/ lenmbaga masyarakat dan profesi, lembnaaga pendidnanikan dan

13
lembagaaa pemerintaah yang berperaaan memberi dukungan baik dukungan

kebijakaan, teaknologi, ilmu pengetahuan, material maupun dana, untuk terlaksananya

Posbindu Penyakit TM dan berkelanjutannyaaa. Mereka antara lain pemimpin daerah/

wilayah, perusahaan, lembaga pendidikan, organisaaasi proooafesi dan penyandang

dana.

4. Kegunaan Posbindu Penyakit Tidak Menulara

Beberapa manfaat dibentuknya Posbindu PTM antara lain sebagi berikut :

a) Membuadayakan gaya hiduppp sehaat dengan berperilaku cek kondisi

kesehatan anda secara berkala, enyahkan asap roakok, rajin aktifitas fisik, diet

yang sehat dengan kalori seimbang, istirahat yang cukup, kelola stres dalam

lingkungan yang kondusif di rutinitas kehidupannya.

b) Mawaas diari yaitu faaktor risiko PTM yang kurang menimbulkan gejala

secara bersamaan dapat terdeteksi & terkendali secara dini.

c) Metodologis & bermakna secara klinis yakni kegiatan dapat dipertanggung

jawabkan secara meadis dan diladksanakan oleh kader khusus dan

bertfanggung jawssaab yang telah mengikuti pelatihan metode deteksi dini atau

edukator PPTaM.

d) Mudah dijangkau karena diselengagarakan di lingkungan tempat tinggal

masyarakat/ lingkungan tempat kerja dengan jadwal waktu yang disepakati.

e) Murah karena dilakukan olaeh masyaraakat secara kolektif dengan biagya yang

disepakati/sesuai akemampuan masyarakat.

14
C. Faktor - Faktor yang MemHubungani Posbindu PTM

Berdasarkan model sistem kesehatan (health system model ) yang berupa model

kepercayaan kesehatan yang dikemukakan Anderson dalam Notoatmodjo (2003) faktor-

faktor yang menentukan pemanfaatan pelayanan kesehatan dibagi menjadi 3 :

a. Karakteristik Predisposisi (predisposising characteristics)

Kecenderungan individu untuk mempergunakan pelayanan kesehatan ditentukan

oleh serangkaian variabel-variabel karena adanya ciri-ciri individu yang digolongkan ke

dalam 3 kelompok :

a) Umur

Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih

matang dalam berpikir dan bekerja dari segi kepercayaan masyarakat yang lebih

dewasa akan lebih percaya dari pada orang yang belum cukup tinggi

kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman jiwa (Nursalam, 2011).

b) Kesetaraan Gender

Kesetaraan gender hal yang lumayan pentiing karena adanya penyakit muncul dari

berbagai jenis kelamin.

15
b. Struktur Sosial

a) Tingkat Pendidikan

Kurangnya pendidika aka sangat mempengaruhi akan pengetahuan pada diri

seseorang, hal ini biasanya berbanding lurus dengan tingkatan pendidikan

seseorang. Menurut Dictionory of Education yang dikutip dalam Achmad Munib

(2007), pendidikan adalah dimana seseorang mengembangkan ilmu

pengetahuannya baik secara legal dari sekolah maupun mengembangkan ilmu

pengetahuan melalui media media seperti media sosial maupun elektronik yang

dapat membuat tingkatan wawasan pada diri seseorang.

b) Tingkatan pekerjaan

Tingkatan pekerjaan sangat berkaitan dengan penghasilan masyarakat yang

didapat, baik penghasilannya sesuai dengan harapoan atau tidak yang dapat

mempengaruhi perilaku seseorang.

c) Kesukuan atau ras

Demografi, struktur social, keyakinan terhadap manfaat pelayanan kesehatan,

variable tersebut tidak serta merta berHubungan langsung terhadap pemanfaatan

jasa pelayanan kesehatan akan tetapi sebagai pendorong umtuk menimbulkan

hasrat guna memanfaatkan pelayanan kesehatan. keberadaan preedisposisi

merupakan penyebab uang memungkinkann untuk mencari tempat berobat dapat

terwujud didalam tindakannn apa bila itu dirasakan subagai suatu keeebbutuhan

(Sudarma, 2012).

16
D. Kerangka Pikir

Salah satu teori yang dapat diterapkan pada penelitian ini adalah teori “preceed-

proceed”, teori ini dikembangkan oleh Lawrence Green, yang dirintis tahun 1980. Green

dan Krauter mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan

seseorang atau masyarakat diHubungani oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku

(behavior causes) dan faktor di luar perilaku (Non-behavior causes). Perilaku itu sendiri

ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor utama yang dirangkum dalam akronim

PRECEDE, yaitu :

1) Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan,

sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

2) Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik,

tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, hukum

dan undang-undang.

3) Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku

petugas kesehatan, atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku

masyarakat.

Dalam teorinya Green dan Kreuter (2005) mengemukakan bahwa berdasarkan

penelitian kumulatif pada kesehatan dan perilaku sosial, dan hubungan ekologis antara

lingkungan dan perilaku, banyak faktor dapat diidentifikasi yang memiliki potensi untuk

memHubungani kesehatan yaitu faktor perilaku atau lingkungan atau interaksi gen

17
dengan perilaku dan lingkungan. Dalam komponen Precede, casual factors

dikelompokkan menjadi tiga, kategori dikelola sesuai dengan pendekatan pendidikan

dan ekologi untuk dilaksanakan dalam program kesehatan penduduk. Tiga

pengelompokan luas merupakan faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor

pemungkin. Sehingga kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebanagi berikut:

Faktor Predisposisi

Usia
Jenis Kelamin Tingkat Pendidikan
Status Pekerjaan Pengetahuan Status
Kesehatan

Faktor Pendukung
Akses Perilaku Pemanfaatan
Ketersediaan Fasilitas Kesehatan
Posbindu PTM

Faktor Pendorong
INPUT PROSES OUTPUT
Dorongan Kader Kesehatan Dorongan Keluarga

18
Faktor
Predisposisi:
Pengetahuan
, sikap
nilai
Presepsi

POSBINDU PTM

Kebijakan
Faktor
POSBINDU
Pendukung: Pemanfaata
PTM
Sikap dan n
perilaku POSBINDU
petugas PTM
kesehatan dan
petugas lainnya,
Kualitas hidup
teman sebaya,
meningkat
orang tua,
karyawan, dsb

Pelayanan
POSBINDU
PTM
Faktor
Pendorong
Ketersediaan
sumber daya,
keterjangkauan
, rujukan,
peraturan
keterampilan

Gambar 2.1 Kerangka Teori

19
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara menerapkan prinsip- prinsip logis terhadap

penemuan, pengesahan dan penjelasan tentang suatu kebenaran(Sugiyono, 2011).

Penelitian pada hakikatnya adalah suatu upaya untuk memahami dan memecahkan

masalah secara ilmiah, sistematis dan logis. Ilmiah dapat diartikan kebenaran

pengetahuan yang didasarkan pada fakta empiris, yang diperoleh dari penyelidikan secara

berhati- hati dan bersifat objektif (Notoatmodjo, 2014).

Penelitian ini merupakan penelitian deskriftif analitik, dengan melihat gambaran

antar variabel dan menganalisa secara analitik menggunakan statistik. Rancangan

penelitian ini menggunakan design cross sectional merupakan rancangan penelitian

dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan, atau melakukan

pemeriksaan status paparan dan status penyakit pada titik yang sama

B. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2018) variabel merupakan suatu konstruk atau sifat yang akan

dipelajari sehingga diperoleh informasi mengenai hal tersebut, kemudian dapat ditarik

kesimpulan.

Variabel dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel independen (bebas) merupakan variabel yang memHubungani atau

yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)

(Sugiyono, 2018). Variabel independen yang akan digunakan dalam penelitian ini

20
adalah tingkat pendidikan, status pekerjaan, pengetahuan, status kesehatan,

dukungan kader kesehatan dan dukungan keluarga.

b. Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang diHubungani atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2018). Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah perilaku pemanfaatan POSBINDU PTM

Faktor Predisposisi

 Usia
 Jenis Kelamin
 Tingkat Pendidikan
 Status Pekerjaan
 Pengetahuan
 Status Kesehatan

Faktor Pendukung
 Akses
Perilaku Pemanfaatan
 Ketersediaan Fasilitas
Posbindu PTM
Kesehatan

Faktor Pendorong
 Dorongan Kader
Kesehatan
 Dorongan Keluarga

Gambar. 2

Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian ini dapat dijabarkan bahwa usia, jenis kelamin, tingkat

Pendidikan, status pekerjaan, pengetahuan, status kesehatan adalah faktor predisposisi

21
yang perlu dibuktikan hubungan dengan perilaku pemanfaatan posbindu PTM. Faktor

pendukung dalam penelitian yang akan diteliti adalah akses dan ketersediaan sarana atau

fasilitas. Faktor lain yang ingin peneliti hubungkan adalah dukungan kader kesehatan,

dukungan keluarga terhadap perilaku pemanfaatan posbindu PTM.

c. Definisi Oprasional

Tabel 3.1

Tabel Definisi Oprasional

No Variabel Definisi Alat dan Hasil Ukur Skala


Oprasional Cara Ukur Ukur
1. Usia Usia Responden Kuesioner 12-16 tahun (remaja awal) Ordinal
dari awal 17-25 tahun (remaja akhir)
kelahiran sampai 26-35 tahun (dewasa awal)
pada saat 36-45 tahun (dewasa
penelitian akhir) 46-55 tahun (lansia
dilakukan awal) 56-65 tahun (lansia
akhir) 65 tahun ke atas
(manula)
(Depkes RI. 2009)
2 Jenis Pembagian jenis Kuesioner 1. Laki-laki Nominal
Kelamin seksual yang 2. Perempuan
ditentukan secara
biologis dan
anatomis yang
dinyatakandalam
jenis kelamin
laki-laki dan
jenis kelamin
perempuan
3. Pendidikan Tingkat Kuesioner 1. SD Ordinal
Pendidikan 2. SMP
Formal Terakhir 3. SMA
yang diikuti oleh 4. PT
responden
4. Pekerjaan Kegiatan utama Kuesioner 1. Tidak Bekerja Nominal
yang dilakuka 2. PNS
responden dan 3. Pensiunan
mendapat 4. Buruh
penghasilan 5. Wiraswasta/Berdagang
22
6. Lainnya
5 Pengetahuan Kemampuan Kuesioner 0: Jika Jawaban Salah Ordinal
responden untuk 1: Jika Jawaban Benar
menjawab Kategori :
pertanyaan Baik : Nilai 76-100% Cukup :
tentang Nilai 56-75% Kurang : Nilai ≤
POSBINDU 55%
PTM (Arikunto, 2010)
6. Status Kondisi Kuesioner 1 :Penderita PTM (Jika Nominal
Kesehatan kesehatan responden pernah atau
responden sedang menderita penyakit
berupa pernah tidak menular). Seperti
atau sedang Hipertensi
menderita PTM ,Diabetes, Stroke dan lain lain
dan atau tidak 2: Bukan penderita PTM (Jika
sedang menderita responden tidak pernah
berdasarkan menderita penyakit tidak
diagnosa dokter menular)
7 Akses Jarak dan waktu Kuesioner 1. Mudah (Jika jarak ≤1.5 Ordinal
tempuh serta km, dan waktu tempuh
biaya yang 10 menit
dikeluarkan 2. Tidak mudah (Jika
menuju ke jarak>1.5 km dan
Posbindu PTM waktu tempuh≥10
menit
(Ardiyantika, 2019)
8 Ketersediaan Tempat dan alat Kuesioner 1. Tersedia (Jika ada Ordinal
Fasilitas/ yang dibutuhkan alat memadai)
Sarana dalam 2. Tidak tersedia (Jika
memberikan tidak ada alat yang
pelayanan memadai)
9 Dukungan Pernyataan Kuesioner 0 : Jika jawaban Tidak Ordinal
Kader responden 1: Jika Jawaban Ya
Kesehatan tentang adanya Dengan kategori hasil
dukungan kader ukur: Baik : Jika nilai ≥
kesehatan untuk Cut off point
memanfaatkan Kurang : Jika nilai < Cut
pelayanan off point
Posbindu PTM
berupa saran, Cut off point berdasarkan uji
nasihat, atau statistic dengan nilai mean
ajakan jika data berdistribusi
normal. Jika data tidak
berdistribusi
normal maka gunakan nilai
median.

23
10 Dukungan Pernyataan Kuesioner 1 = Baik : Jika nilai ≥ Cut off Ordinal
Keluarga responden point

24
tentang adanya 0= Kurang : Jika nilai < Cut
dukunga off point
keluarga Cut off point berdasarkan uji
(orangtua, statistic dengan nilai mean
suami/istri, atau jika data berdistribusi
anak) untuk normal. Jika data tidak
memanfaatkan berdistribusi normal maka
pelayanan gunakan nilai median.
Posbindu PTM
berupa saran,
nasihat, atau
ajakan
11 Pemanfaatan Pernyataan Kuesioner 0 : Jika jawaban Tidak 1: Ordinal
POSBINDU responden Jika Jawaban Ya
PTM mengenai Dengan kategori hasil ukur:
kehadirannya
dalam kegiatan Baik : Jika nilai ≥ Cut
Posbindu pada 6 off point
bulan terakhir Kurang : Jika nilai < Cut
off point

d. Hipotesa Penelitian

1. Hipotesis Noll (H0)

a. Tidak ada hubungan antara usia dan pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit

Tidak Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung

Tahun 2020.

b. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dan pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu

Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota

Bandung Tahun 2020.

c. Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dan pemanfaatan Pos Pembinaan

Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas

Pasirkaliki Kota Bandung Tahun 2020.

25
d. Tidak ada hubungan antara status pekerjaan dan pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu

Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota

Bandung Tahun 2020

e. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dan pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu

Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota

Bandung Tahun 2020

f. Tidak ada hubungan antara status kesehatan dan pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu

Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota

Bandung Tahun 2020

g. Tidak ada hubungan antara akses dan pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit

Tidak Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota

Bandung Tahun 2020

h. Tidak ada hubungan antara sarana atau fasilitas dan dan pemanfaatan Pos Pembinaan

Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas

Pasirkaliki Kota Bandung Tahun 2020

i. Tidak ada hubungan antara dorongan kader kesehatan dan pemanfaatan Pos

Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja

Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung Tahun 2020.

j. Tidak ada hubungan antara dorongan naggota keluarga dan pemanfaatan Pos

Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja

Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung Tahun 2020.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

26
a. Ada hubungan antara usia dan pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak

Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung

Tahun 2020.

b. Ada hubungan antara jenis kelamin dan pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit

Tidak Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung

Tahun 2020.

c. Ada hubungan antara tingkat pendidikan dan pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu

Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota

Bandung Tahun 2020.

d. Ada hubungan antara status pekerjaan dan pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu

Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota

Bandung Tahun 2020.

e. Ada hubungan antara pengetahuan dan pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit

Tidak Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung

Tahun 2020.

f. Ada hubungan antara status kesehatan dan pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu

Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota

Bandung Tahun 2020.

g. Ada hubungan antara akses dan pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak

Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung

Tahun 2020

27
h. Ada hubungan antara sarana atau fasilitas dan dan pemanfaatan Pos Pembinaan

Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas

Pasirkaliki Kota Bandung Tahun 2020

i. Ada hubungan antara dukungan kader kesehatan dan pemanfaatan Pos Pembinaan

Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas

Pasirkaliki Kota Bandung Tahun 2020.

j. Ada hubungan antara dukungan keluarga dan pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu

Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota

Bandung Tahun 2020

C. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi merupakan seluruh objek yang akan dilakukan penelitian, adapun

populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang ada di wilayah kerja

Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung yang memanfaatkan program Posbindu PTM

sebesar 60.909 orang yang merupakan masyarakat diatas atau sama dengan usia 15

tahun di wilayah kerja Puskesmas Psirkaliki yang memiliki riwayat PTM.

b. Sampel

Menurut Sugiyono (2018) menyatakan, “Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sampling merupakan proses

menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik sampling

merupakan cara- cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh

28
sample yang benar- benar sesuai dengan keseluruhan objek penelitian (Sastroasmoro &

Ismail, 1995; Nursalam, 2011).Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik.

1) BesarSampel

Penentuan besar sampel dapat dilakukan dengan cara perhitungan statistic yaitu dengan

menggunakan Rumus Slovin digunakan untuk menentukan sampel dari populasi yang

telah diketahui jumlahnya yaitu sebanyak 60.909 orang.

Rumus Slovin :

𝑁
𝑛 = 𝑁. 𝑑2 + 1

N = Besar populasi

d2 =Presisi (ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 95%)

𝑛= N
𝑁. 𝑑2 + 1

n= 60.909
60.909(0.1)2 + 1

𝑛 = 60.909 = 99.83
610,09
= 100

Jadi, jumlahsampeldalampenelitianiniyaitusebanyak 100 orang.

2) Teknik PengambilanSampel

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Proportional

Random Sampling yaitu pengambilan sampel secara proporsi diakukan dengan

mengambil subyek dari setiap strata atau setiap wilayah ditentukan seimbang dengan

banyaknya subyek dalam masing-masing strata atau wilayah (Arikunto, 2006). Untuk

mendapatkan 100 sampel dari 60.909 populasi, seluruh populasi akan dibagi

29
berdasarkan kelurahan. Jumlah

30
populasi keluarahan Arjuna sebanyak 11.503 orang, populasi keluarahan Pamoyanan

sebanyak 7.197 orang, populasi keluarahan Pajajaran sebanyak 20.825 orang,

populasi kelurahan Pasrikaliki sebanyak 8131 orang dan populasi keluarahan Husen

Satranegara sebanyak 13.253 orang.

Kemudian akan dilakukan teknik Simple Random Sampling yaitu pengambilan sampel

secara acak sederhana (Notoatmodjo, 2010). Teknik sampel yang akan digunakanadalah

dengan mengundi (lottery technique).

Untuk membagi jumlah proporsi pada tiap kelurahan, menggunakan rumus menurut

Sugiyono (2007) sebagai berikut:

𝑋
n= 𝑥 N1
𝑁

Keterangan :

𝑛 = Jumlah sampel yang diinginkan setiap strata

𝑁 = Jumlah seluruh populasi usia ≥ 15 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas

Pasirkaliki

𝑋 = Jumlah populasi setiap strata

𝑁1 = Sampel

Berdasarkan rumus tersebut, jumlah sampel dari masing-masing kelurahan, yaitu:

Kelurahan Arjuna : n = 11.503 𝑥 100 = 18,88 (dibulatkan menjadi 19 orang)


60.909

Kelurahan Pamoyanan : n = 7.197 𝑥 100 = 11,81 (dibulatkan menjadi 12 orang)


60.909

Kelurahan Pajajaran : n = 20.825 𝑥 100 = 34,19 (dibulatkan menjadi 34 orang)


60.909

31
Kelurahan Pasirkaliki : n = 8.131 𝑥 100 = 13,34 (dibulatkan menjadi 13 orang)
60.909

Kelurahan Husen Sastranegara = n = 13.253 𝑥 100 = 21,75 (22 orang)


60.909

Kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan eksklusi, dimana kriteria tersebut

menentukan dapat atau tidaknya sampel tersebut digunakan. Kriteria inklusi merupakan

karakteristik umum subjek penelitian yang akan diteliti dimana subjek tersebut

mewakili populasi penelitian. Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau

mengeluarkan subjek penelitian yang tidak memenuhi syarat dari kriteria inklusi

dikarenakan oleh berbagai penyebab (Nursalam, 2014).

Kriteria inklusi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Usia ≥ 15 tahun

b. Berasal dari Kecamatan Cicendo

c. Penduduk yang mendapatkan akses untuk mengisi kuesioner online

Adapun kriteria ekslusi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

a. Tidak bersedia untuk mengisi google form

b. Mengalai gangguan kesehatan yang komplek

c. Pasien Netra dan Buta Huruf

D. Teknik Pengumpulan Data

a. Sumber Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek penelitian dan

proses pengumpulan karakteristik yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam,

32
2016). Pengumpulan data pada penelitian ini data yang akan digunakan adalah data

primer dan data sekunder. Data primer yang akan digunakan adalah kuesioner yang

diisi oleh responden berdasarkan kriteria sampel yang akan dilaksanakan pada Bulan

September 2020, dan untuk data sekunder yang digunakan adalah laporan bulanan,

data kunjungan Posbindu Tahun 2016 –2019.

b. Instrumen

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti

cepat, lengkap, sistematis, sehingga lebih mudah diolah. Instrument yang akan

digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah kuesioner berisi

sejumlah pertanyaan dan pernyataan. Instrumen penelitian dibuat dengan mereduksi

dari teori yang digunakan, dibuat dengan pertanyaan terbuka dan diberikan opsioanl

jawaban kemudian selanjutnya di uji validitas dan reliabilitasnya sebelum di gunakan

pada penelitian.

c. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan September 2020 di masing masing

Posbindu yang dilakukan oleh peneliti dan dibantu 1 orang Petugas Puskesmas sebagai

pembina POSBINDU PTM pada masing- masing kelurahan yang sebelumnya telah

diberikan informasi dan dilakukan briefing/coaching untuk menyamakan presepsi

dalam pemahaman instrumen penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan

langkah- langkah sebagai berikut:

1) Kegiatan penelitian akan dilakukan setelah mendapatkan informed consent

secara tertulis dari google form responden

33
2) Responden mengisi kuesioner berupa google form

3) Responden mengakhiri pengisian kuesioner yang telah diisi dengan

media google form.

E. Uji Validitas Dan Reliabilitas

a. Uji Validitas

Pengujian ini dilakukan untuk menguji kesahihan setiap item pernyataan dalam

mengukur variabelnya. Teknik korelasi yang digunakan untuk menguji validitas butir

pernyataan dalam penelitian ini adalah Pearson Product Moment. Apabila nilai

koefisien korelasi butir item pernyataan yang sedang diuji lebih besar dari rkritis

sebesar 0.3, maka dapat disimpulkan bahwa item pernyataan tersebut merupakan

konstruksi (construct) yang valid. Adapun hasil uji validitas kuesioner untuk variabel

yang diteliti disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.2.
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Penelitian
Variabel Instrumen R hitung R kritis Kesimpulan
1 0.594 0.3 Valid
2 0.590 0.3 Valid
3 0.554 0.3 Valid
4 0.517 0.3 Valid
5 0.384 0.3 Valid
Pengetahuan 6 0.425 0.3 Valid
7 0.382 0.3 Valid
8 0.386 0.3 Valid
9 0.503 0.3 Valid
10 0.335 0.3 Valid
1 0.675 0.3 Valid
Dukungan 2 0.840 0.3 Valid
Kader
3 0.920 0.3 Valid
Kesehatan
4 0.900 0.3 Valid

34
Variabel Instrumen R hitung R kritis Kesimpulan
5 0.845 0.3 Valid
1 0.552 0.3 Valid
2 0.736 0.3 Valid
Dukungan
3 0.761 0.3 Valid
Keluarga
4 0.765 0.3 Valid
5 0.785 0.3 Valid
1 0.756 0.3 Valid
Pemanfaatan 2 0.836 0.3 Valid
Pospindu 4 0.590 0.3 Valid
5 0.699 0.3 Valid
Sumber: Hasil Olah Data

Berdasarkan tabel 3.2 dapat diketahui hasil pengujian validitas intrumen.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat item pernyataan memiliki koefisien

validitas yang lebih kecil dari rkritia 0.3, sehingga item-item tersebut dinyatakan

tidak valid. Berdasarkan hasil tersebut, item-item pernyataan yang tidak valid

tidak dapat dijadikan alat ukur dalam penelitian sehingga tidak diikutsertakan

dalam analisis selanjutnya.

b. Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas dilakukan dengan cara menguji coba instrument sekali

saja, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode alpha cronbach.

Kuesioner dikatakan andal apabila koefisien reliabilitas bernilai positif dan lebih

besar dari pada 0.6. Adapun hasil dari uji reliabilitas adalah sebagai berikut.

35
Tabel 3.3.
Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Koefisien
Variabel R kritis Kesimpulan
Reliabilitas
Pengetahuan 0.606 0.6 Reliabel
Dukungan Kader
0.892 0.6 Reliabel
Kesehatan
Dukungan Keluarga 0.766 0.6 Reliabel
Pemanfaatan
0.675 0.6 Reliabel
Pospindu
Sumber: Hasil Olah Data

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui hasil pengujian reliabilitas instrument.

Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa bahwa nilai reliabilitas masing-masing

variabel pada kuesioner memiliki nilai lebih dari 0.6. Hasil ini menunjukkan bahwa butir-

butir peryataan pada kuesioner andal untuk mengukur variabelnya.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

a. Pengolahan Data

Dalam penelitian pengolahan data sangat penting karena data yang didapatkan dari

peneliti masih dalam bentuk mentah belum dapat digambarkan informasi apa- apa

dan belum siap untuk disajikan. Maka peneliti harus menyimpulkan data yang

diperoleh dengan sebaik-baiknya. Data sebagai hasil dari penelitian. Teknik analisa

data dalam penelitian ini dilakukan melalui dua tahap yaitu pengolahan data dan

analisa data dengan meggunakan komputer. Pegolahan data ini dapet dilakukan

dengan:

1) Editing

Editing merupakan cara yang digunakan untuk memeriksa kembali lembar observasi

yang telah diisi oleh peneliti, bila ada data yang kurang, data bisa di lengkapi

kembali
36
(Notoatmojo, 2014). Dalam tahap ini semua kuesioner dan lembar observasi yang

telah didapat dirapikan dan disusun sehingga tinggal melakukan pengolahan lanjutan.

2) Coding

Coding adalah pengkodean mengubah data dalam bentuk kalimat atau huruf menjadi

data angka atau bilangan. Pemberian label variable- variable sesuai klasifikasi yang

di inginkan oleh peneliti, yang telah memiliki batasan sesuai dengan definisi

operasional. Tahap ini dilakukan untuk mempermudah proses pemasukan data

(Notoatmojo, 2014). Dalam tahap ini kegiatan yang akan dilakukan adalah

memberikan kode pada data dengan menggunakan nomer responden yang tersedia

kemudian mengklarifikasi data sesuai kebutuhan penelitian

3) Entry data

Entry data adalah kegiatan memasukan data- data yang sudah dikumpulkan kedalam

bagan atau data base di dalam computer (Notoatmojo, 2014). Data yang telah

diberikan kode kemudian akan di masukkan dalam komputer menggunakan aplikasi

SPSS versi

21. Input data dilakukan pada sheet data view dan variabel view. Kemudian data di

simpan dalam bentuk softfilestatistic SPSS secara cermat dan teliti anpa satu data

pun yang missing.

4) Cleaning

Cleaning merupakan proses pengecekan kembali data- data yang telah dimasukan

dengan data yang telah dikumpulkan untuk memastikan tidak ada lagi kesalahan

dalam data. Terutama kesalahan dalam pengkodean data yang sudah dilakukan,

apabila terjadi kesalahan, maka akan segera diperbaiki sesuai data yang dikumpulkan

(Notoatmojo, 2014).
37
b. Analisis Data

Teknik analisa data merupakan cara mengolah data agar dapat disimpulkan atau di

inetrpretasikan menjadi informasi (Hidayat, 2017). Dalam penelitian ini analisa data

yang dilakukan adalah analisa univariat dan bivariat.

1) Univariat

Analisis univariat yang digunakan untuk mendeskripsikan setiap masing- masing

variabel yang diteliti, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Analisis ini

berguna untuk menilai kualitas data dan menentukan rencana analisis selanjutnya.

2) Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang tujuannya untuk mengetahui Hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen. Teknik analisa data yang digunakan

adalah uji anova, prinsip uji Anova adalah kita membandingkan variansi tiga

kelompok sampel atau lebih. Lebih dari sekedar membandingkan nilai mean (rata-

rata), uji anova juga mempertimbangkan keragaman data yang dimanifestasikan

dalam nilai varian.

38
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat

Analisis univariat yang digunakan untuk mendeskripsikan setiap masing- masing

variabel yang diteliti, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Analisis ini

berguna untuk menilai kualitas data dan menentukan rencana analisis selanjutnya. Pada

analisis ini, data penelitian dijelaskan melalui tabel tunggal. Data penelitian dalam

penelitian ini sangat dibutuhkan untuk mengetahui latar belakang dan tanggapan

responden pada variabel penelitian yang dapat dijadikan masukan untuk menjelaskan

hasil yang diperoleh dari penelitian. Untuk mengetahui gambaran tanggapan responden

mengenai variabel penelitian disajikan sebagai berikut:

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel 4.3
Distribusi Frekwensi Usia Responden dalam Pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit
Tidak Menular di Wilayah Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung
Usia Frekuensi Persentase
12-16 tahun 1 1%
17-25 tahun 6 6%
26-35 tahun 12 12%
36-45 tahun 25 25%
46-55 tahun 35 35%
56-65 tahun 12 12%
65 tahun ke atas 9 9%
Total 100 100%
Sumber: Data olah 2020

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan tanggapan responden berdasarkan usia.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak

39
35 responden atau 35% adalah responden yang berusia 46 sampai 55 tahun. Sedangkan

minoritas adalah responden yang berusia 12 sampai 16 tahun yaitu sebanyak 1

responden atau 1%.

b. Tanggapan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.4

Distribusi Frekwensi Jenis Kelamin Responden dalam Pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu
Penyakit Tidak Menular di Wilayah Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase


Laki-laki 15 15%
Perempuan 85 85%
Total 100 100%
Sumber: Data olah 2020

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan tanggapan responden berdasarkan jenis

kelamin. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu

sebanyak 85 responden atau 85% adalah responden yang berjenis kelamin perempuan.

Sedangkan sisanya adalah responden yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 15

responden atau 15%.

c. Tanggapan Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Tabel 4.5

Distribusi Frekwensi Tingkat Pendidikan Responden dalam Pemanfaatan Pos Pembinaan


Terpadu Penyakit Tidak Menular di Wilayah Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung

Pendidikan Frekuensi Persentase


SD 2 2%
SMP 13 13%
SMA 62 62%
PT 23 23%
Total 100 100%
Sumber: Data olah 2020

40
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan tanggapan responden berdasarkan pendidikan

terakhir. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu

sebanyak 62 responden atau 62% adalah responden yang berpendidikan terakhir SMA.

Sedangkan minoritas adalah responden yang berpendidikan terakhir SD yaitu sebanyak

2 responden atau 2%.

d. Tanggapan Responden Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 4.6

Distribusi Frekwensi Berdasarkan Jenis Pekerjaan Responden dalam Pemanfaatan Pos Pembinaan
Terpadu Penyakit Tidak Menular di Wilayah Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung

Pekerjaan Frekuensi Persentase


Tidak Bekerja 60 60%
PNS/Karyawan 11 11%
Pensiunan PNS/ABRI 2 2%
Buruh 0 0%
Wiraswasta/ pedagang 14 14%
Lainnya 13 13%
Total 100 100%
Sumber: Data olah 2020

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan tanggapan responden berdasarkan pekerjaan.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak

60 responden atau 60% adalah responden yang tidak bekerja. Sedangkan minoritas

adalah responden yang bekerja sebagai Pensiunan PNS/ABRI yaitu sebanyak 2

responden atau 2%.

41
e. Tanggapan Responden Berdasarkan Pengetahuan

Tabel 4.7

Distribusi Frekwensi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Responden dalam Pemanfaatan Pos


Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular di Wilayah Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung

Pengetahuan Frekuensi Persentase


Baik 66 66%
Cukup 29 29%
Kurang 5 5%
Total 100 100%
Sumber: Data olah 2020

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan tanggapan responden berdasarkan pengetahuan.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 66

responden atau 66% adalah responden yang berpengetahuan baik. Sedangkan minoritas

adalah responden yang berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 5 responden atau 5%.

f. Tanggapan Responden Berdasarkan Status Kesehatan PTM

Tabel 4.8

Distribusi Frekwensi Berdasarkan Status Kesehatan PTM Responden dalam Pemanfaatan Pos
Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular di Wilayah Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung

Status Kesehatan PTM Frekuensi Persentase


Ya 29 29%
Tidak 71 71%
Total 100 100%
Sumber: Data olah 2020

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan tanggapan responden berdasarkan apakah pernah

atau sedang menderita Penyakit Tidak Menular (PTM). Berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 77 responden atau 77% adalah

responden yang tidak pernah atau tidak sedang menderita Penyakit Tidak Menular (PTM).

42
Sedangkan sisanya adalah responden yang pernah atau sedang menderita Penyakit Tidak

Menular (PTM) yaitu sebanyak 29 responden atau 29%.

Tabel 4.9

Distribusi Frekwensi Berdasarkan Jenis PTM yang Diderita Responden dalam Pemanfaatan
Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular di Wilayah Puskesmas Pasirkaliki Kota
Bandung

Jenis PTM Yang Dideritas Frekuensi Persentase


Hipertensi 16 16%
Kelainan Ginjal 1 1%
Diabetes Melitus 4 4%
Titak Ada 79 79%
Total 100 100%
Sumber: Data olah 2020

Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan tanggapan responden berdasarkan jenis PTM yang

sedang di derita. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden

yaitu sebanyak 79 responden atau 79% adalah responden yang tidak menderita Penyakit

Tidak Menular. Sedangkan minoritas adalah responden yang menderita Penyakit Tidak

Menular berjenis kelainan ginjal yaitu sebanyak 1 responden atau 1%.

Tabel 4.10

Distribusi Frekwensi Berdasarkan Informasi PTM dari Pospindu Responden dalam Pemanfaatan
Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular di Wilayah Puskesmas Pasirkaliki Kota
Bandung

Mengetahui PTM dari POSPINDU Frekuensi Persentase


Ya 19 19%
Tidak 81 81%
Total 100 100%
Sumber: Data olah 2020

Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan tanggapan responden berdasarkan mengetahui

terkena penyakit tidak menular dari Posbindu. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan

bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 81 responden atau 81% adalah responden yang
43
tidak mengetahui terkena penyakit tidak menular dari Posbindu. Sedangkan sisanya adalah

44
responden yang per mengetahui terkena penyakit tidak menular dari Posbindu yaitu

sebanyak 19 responden atau 19%.

g. Tanggapan Responden Berdasarkan Akses ke Pospindu

Tabel 4.11

Distribusi Frekwensi Berdasarkan Akses ke Pospindu dalam Pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu
Penyakit Tidak Menular di Wilayah Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung

Akses Frekuensi Persentase


Mudah 87 87%
Tidak Mudah 13 13%
Total 100 100%
Sumber: Data olah 2020

Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan tanggapan responden berdasarkan akses ke

Pospindu. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu

sebanyak 87 responden atau 87% adalah responden yang menyatakan akses ke Pospindu

mudah. Sedangkan sisanya adalah responden yang menyatakan akses ke Pospindutidak

mudah yaitu sebanyak 13 responden atau 13%.

h. Tanggapan Responden Berdasarkan Ketersediaan Fasilitas atau Sarana

Tabel 4.12

Distribusi Frekwensi Berdasarkan Ketersediaan Fasilitas atau Sarana dalam Pemanfaatan Pos
Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular di Wilayah Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung

Fasilitas Sarana PTM Frekuensi Persentase


Ya 100 100%
Tidak 0 0%
Total 100 100%
Sumber: Data olah 2020

Berdasarkan tabel 4.12 menunjukkan tanggapan responden berdasarkan tempat

tinggal tersedia Posbindu PTM. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh

45
responden yaitu sebanyak 100 responden atau 100% adalah responden yang menyatakan

bahwa tersedia Posbindu PTM di tempat tinggal.

Tabel 4.13

Distribusi Frekwensi Berdasarkan Pelaksanaan Pospindu dalam Pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu
Penyakit Tidak Menular di Wilayah Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung

Pospindu Dilakukan Setiap Hari Frekuensi Persentase


Ya 89 89%
Tidak 11 11%
Total 100 100%
Sumber: Data olah 2020

Berdasarkan tabel 4.13 menunjukkan tanggapan responden berdasarkan Posbindu PTM

disekitar tempat tinggal dilakukan setiap hari. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan

bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 89 responden atau 89% adalah responden yang

menyatakan bahwa Posbindu PTM disekitar tempat tinggal dilakukan setiap hari.

Sedangkan sisanya adalah responden yang menyatakan bahwa Posbindu PTM disekitar

tempat tinggal tidak dilakukan setiap hari yaitu sebanyak 11 responden atau 11%.

Tabel 4.14

Distribusi Frekwensi Berdasarkan Alat periksa yang Memadai dalam Pemanfaatan Pos Pembinaan
Terpadu Penyakit Tidak Menular di Wilayah Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung

Memilki Alat Pemeriksaan yang Memadai Frekuensi Persentase


Ya 99 99%
Tidak 1 1%
Total 100 100%
Sumber: Data olah 2020

Berdasarkan tabel 4.14 menunjukkan tanggapan responden berdasarkan Posbindu

PTM memilki alat pemeriksaan yang memadai. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan

bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 99 responden atau 99% adalah responden yang

46
menyatakan bahwa Posbindu PTM memilki alat pemeriksaan yang memadai. Sedangkan

sisanya adalah responden yang menyatakan bahwa Posbindu PTM tidak memilki alat

pemeriksaan yang memadai yaitu sebanyak 1 responden atau 1%.

i. Tanggapan Responden Berdasarkan Dukungan Kader Kesehatan

Tabel 4.15

Distribusi Frekwensi Berdasarkan Dukungan Kader Kesehatan dalam Pemanfaatan Pos Pembinaan
Terpadu Penyakit Tidak Menular di Wilayah Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung

Dukungan Kader Kesehatan Frekuensi Persentase


Baik 77 77%
Kurang 23 23%
Total 100 100%
Sumber: Data olah 2020

Berdasarkan tabel 4.15 menunjukkan tanggapan responden berdasarkan dukungan

kader kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden

yaitu sebanyak 77 responden atau 77% adalah responden yang menyatakan bahwa kader

kesehatan memberikan dukungan yang baik. Sedangkan minoritas responden yaitu

sebanyak

23 responden atau 23% adalah responden yang menyatakan bahwa kader kesehatan

memberikan dukungan yang kurang baik

j. Tanggapan Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga

Tabel 4.17

Distribusi Frekwensi Berdasarkan Dukungan Keluarga Responden dalam Pemanfaatan Pos Pembinaan
Terpadu Penyakit Tidak Menular di Wilayah Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung

Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase


Baik 66 66%
Kurang 34 34%
Total 100 100%
Sumber: Data olah 2020

47
Berdasarkan tabel 4.17 menunjukkan tanggapan responden berdasarkan dukungan

48
keluarga. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu

sebanyak 66 responden atau 66% adalah responden yang menyatakan bahwa keluarga

memberikan dukungan yang baik. Sedangkan minoritas responden yaitu sebanyak 34

responden atau 34% adalah responden yang menyatakan bahwa keluarga memberikan

dukungan yang kurang baik.

k. Tanggapan Responden Berdasarkan Pemanfaatan Pospindu PTM

Tabel 4.18

Distribusi Frekwensi Berdasarkan Pemanfaatan Pospindu dalam Pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu
Penyakit Tidak Menular di Wilayah Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung

Pemanfaatan Pospindu Frekuensi Persentase


Baik 68 68%
Kurang 32 32%
Total 100 100%
Sumber: Data olah 2020

Berdasarkan tabel 4.18 menunjukkan tanggapan responden berdasarkan

pemanfaatan Pospindu PTM. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas

responden yaitu sebanyak 68 responden atau 68% adalah responden yang menyatakan

bahwa Pospindu PTM dimanfaatkan dengan baik. Sedangkan minoritas responden yaitu

sebanyak 32 responden atau 32% adalah responden yang menyatakan bahwa Pospindu

PTM kurang dimanfaatkan dengan baik.

B. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui sebaran data yang dimiliki

berdistribusi normal atau tidak. Data dikatakan berdistribusi normal apabila data

memusat pada nilai rata-rata. Uji normalitas dilakukan dengan taraf signifikansi 5%

atau α = 0,05 dengan Kolmogorov Smirnov. Uji normalitas ini dilakukan dengan

49
bantuan

50
software IBM SPSS Statistics Version 25. Hipotesis uji normalitas data nilai Dukungan

Kader Kesehatan, Dukungan Keluarga, dan Pemanfaatan Pospindu PTM adalah

sebagai berikut.

H0 : Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal


H1 : Data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Kriteria pengambilan keputusannya adalah H0 diterima jika hasil nilai

signifikasi dari data lebih dari atau sama dengan taraf signifikasi, atau dapat ditulis

demikian (sig.)

≥ 0,05 yang berarti data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. H 0 ditolak jika

hasil nilai signifikasi dari data kurang dari taraf signifikasi, atau dapat ditulis demikian

(sig.) < 0,05 yang berarti data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Berikut disajikan hasil pengujian normalitas menggunakan metode Kolmogorov

Smirnov.

Tabel 4.19
Hasil Uji Normalitas
Variabel P Value Nilai α Keterangan Uji
Normalitas Data
Usia 0,000 Tidak Normal
Jenis Kelamin 0,000 Tidak Normal
Pendidikan 0,000 Tidak Normal
Pekerjaan 0,000 Tidak Normal
Tingkat Pengetahuan 0,000 Tidak Normal
Status Kesehatan 0,000 0,005 Tidak Normal
Akses Ke Pospindu 0,000 Tidak Normal
Ketersediaan Fasilitas/Sarana 0,000 Tidak Normal
Dukungan Kader Kesehatan 0,000 Tidak Normal
Dukungan Keluarga 0,000 Tidak Normal

Berdasarkan Tabel 4.19 dapat dilihat bahwa pada masimg-masing variabel nilai

signifikasinya masing-masing yaitu 0.000. Perbandingan nilai signifikasi dan taraf

51
signifikasinya adalah 0.000 < 0,05 yang berarti H0 ditolak bahwa data berasal dari populasi

52
yang tidak berdistribusi normal. Kesimpulannya dapat diasumsikan bahwa data variabel

tersebut tidak berdistribusi normal. Berdasarkan metode penelitian dikatakan apabila data

tidak berdistribusi normal maka uji yang pas digunakan adalah dengan mneggunakan uji

non parametrik, sehingga dalam uji statistik yang dilakukan dalam penelitian ini

mengunakan uji non parametrik kruskal willis.

C. Analisis Bivariat

Untuk mengetahui apakan variabel independen berHubungan terhadap variabel

dependen secara signifikan atau tidak, maka dilakukan uji kesamaan varians nilai rata-

rata dengan menggunakan metode Anova Satu Arah (One-Way Anova). Metode Anova

Satu Arah merupakan analisis parametrik dimana terdapat asumsi yang harus terpenuhi

terlebih dahulu, yaitu normalnya distribusi masing-masing kelompok data yang

kemudian akan diolah. Karena kita tidak selalu dapat membuat asumsi itu, dan memang

dalam beberapa contoh data tidak dapat dibuat asumsi, maka kita dapat menganalisis

data dengan metode yang dikenal sebagai metode nonparametrik atau metode tanpa

distribusi. Uji Kruskal-Wallis dapat dipakai untuk menguji Hubungan variabel

independen terhadap variabel dependen selain dengan metode parametrik Anova Satu

Arah. Pengujian tersebut merupakan alternatif lain pengujian parametrik yang paling

berguna apabila peneliti ingin menghindari asumsi-asumsi dan persyaratan-persyaratan

yang membatasi, yang semuanya itu diperlukan dalam dalam pengujian parametrik

(Siegel, Sidney. Alih Bahasa: Zanzawi Sayuti dan Landung Simatupang. Statistik

Nonparametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial, Jakarta, 1997: 159). Dikarenakan data pada

variabel penelitian tidak berdistribusi normal sehingga metode yang digunakan untuk

mengetahui Hubungan Antara variabel


53
independen terhadap variabel dependen menggunakan metode uji Kruskal-Wallis sebagai

berikut:

Tabel 4.20
Hasil Uji Bivariat Dengan Menggunakan Anova Kruskal-Wallis

Variabel Dependen P Value Nilai α Keterangan


Usia 0,431 Tidak Ada Hubungan
Jenis Kelamin 0,061 Tidak Ada Hubungan
Pendidikan 0,375 Tidak Ada Hubungan
Pekerjaan 0,004 Ada Hubungan
Tingkat Pengetahuan 0,363 Tidak Ada Hubungan
Status Kesehatan 0,828 0,005 Tidak Ada Hubungan
Akses Ke Pospindu 0,739 Tidak Ada Hubungan
Ketersediaan Fasilitas/Sarana 0,932 Tidak Ada Hubungan
Dukungan Kader Kesehatan 0,124 Tidak Ada Hubungan
Dukungan Keluarga 0,004 Ada Hubungan

Berdasarkan tabel 4.20, dapat diketahui bahwa hasil statistik bivariat dengan

menggunakan Anova Kruskal Wallis, dari 10 variabel yang diuji hanya variabel Pekerjaan

dan Dukungan Keluarga yang memiliki Hubungan dengan pemanfaatan Pospindu PTM

dengan nilai p untuk status pekerjaan responden adalah 0,004 dan nilai p untuk variabel

dukungan Keluarga adalah 0,004. Dengan demikia berdasarkan kaidah pengambilan

keputusan untuk status pekerjaan dan Dukungan keluarga adalah Ho ditolak, karena nilai p

< α, sehingga disimpulkan ada Hubungan antara status [pekerjaan dan dukungan keluarga

dengan pemanfaatan Pospindu PTM.

Sedangkan untuk variabel lainnya nilai p > α, maka tidak ada Hubungan antara usia,

jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengetahuan, status kesehatan, akses ke Pospindu,

ketersediaan fasilitas sarana, dan dukungan kader kesehatan terhadap Pemanfaatan

Pospindu PTM.

54
D. Pembahasan

a. Hubungan Usia dengan Pemanfatan Pospindu PTM

Usia merupakan salah satu karakteristik individu yang dapat mempermudah atau

mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu. Hasil penelitian menunjukan bahwadari 100

responden, usia rata-rata berkisar antara 46-55 tahun dengan komposisi sebesar 35%.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa p value > p tabel (0,431>0,005), sehingga secara

statistik disimpulkan bahwa tidak ada Hubungan antara usia dengan pemanfaatan

posbindu PTM. Penelitian ini juga sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Ika

Mardiyati (2019) yang menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan

pemanfatan pospindu PTM. Ketidakbermaknaan hubungan diasumsikan dapat terjadi

akibat praktik kunjungan rendah ke Posbindu dilakukan oleh semua usia.

Menurut Hurlock (2012) usia dengan dewasa awal merupakan masa puncak

perumbuhan fisik yang prima dan usia tersehat dari populasi manusia secara keseluruhan

(healthiest people in population) sehingga perlu adanya pemeriksaan kesehatan untuk

mencegah resiko terjadinya penyakit tidak menular Semakin tua seseorang maka daya

tahan tubuh seseorang akan semakin menurun dan pada usia lansia derajat penyakit yang

dialami akan semakin berat maka kecenderungan pada usia lansia akan semakin banyak

membutuhkan pelayanan kesehatan demi kesembuhan penyakit tersebut. Hasil di atas

juga sejalan dengan penelitian lainnya yang menyatakan adanya Hubungan usia untuk

memanfaatkan pelayanan kesehatan (Anggraeni, 2012).

Hasil penelitian yang dilakukan menemukan bahwa rentang usia bagi kalangan

lansia atau yang diatas 46 tahun memang menduduki urutan pertama, namun distribusi

frekwensinya hanya 35%, artinya banyak sebaran usia lainnya yang tidak datang ke

55
layanan posbindu PTM karena dimungkinkan lainnya merupakan usia-usia produktif.

Penelitian ini menunjukan, berapapun usia responden, tidak memHubungani perilaku

pemanfaatan Posbindu PTM. PTM. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Dewi Eka Handayani (2012) di Posbindu Lansia kecamatan ciomas tahun

2012 menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara umur 60-69 tahun dan umur lebih

dari 70 tahun dengan pemanfaatan Posbindu PTM.

b. Hubungan Jenis Kelamin dengan Pemanfatan Pospindu PTM

Jenis kelamin merupakan variabel penting karena distribusi beberapa penyakit

bervariasi menurut jenis kelamin. Hasil penelitin menunjukkan bahwa sebesar 85% dari

100 respnden merupakan berjenis kelamin perempuan. Hasil uji statistik meunjukkan

bahwa p value > 0,05 ( 0,061>0,05), artinya secara statistik jenis kelamin tidak

berHubungan terhadap pemanfaatan Pospindu PTM. Hal ini juga berbanding lurus

dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari & Savitri (2018) dengan judul fakto-faktor

yang berhhubungan dengan pemanfaatan posbindu penyakit tidak menular (PTM) di

Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Setiabudi Kota Jakarta Selatan. Tidak didapatkan

adanya hubungan antara jenis kelamin dengan pemanfaatan posbindu PTM, karena baik

responden laki-laki maupun perempuan sama-sama cenderung memiliki pemanfaatan

yang rendah atau tidak memanfaatkan Posbindu PTM. Sehingga jenis kelamin pada

penelitian ini bukan merupakan faktor responden tidak memanfaatkan posbindu,

melainkan ada alasanalasan lain yang menyebabkan mereka tidak memanfaatkan

Posbindu PTM. Penelitian ini juga menunjukkan responden yang memiliki akses sulit,

tidak aktif memanfaatkan Posbindu disebabkan oleh keterbatasan waktu, perlu biaya, dan

tidak ada yang mengantar. Jika dilihat berdasarka hasil penelitian, disebutkan pula bahwa

rata-rata responden hanya 29%


56
yang memiliki penyakit PTM Pospindu, sehingga 71% diantaranya tidak memiliki

penyakit PTM, hal ini yang memHubungani baik usia laki-laki maupun perempuan tidak

begitu memberikan Hubungan yang signifikan, karena penelitian menunjukkan 71%

tidak mengalami keluhan penyakit PTM.

Jenis kelamin dapat memHubungani dalam pengambilan keputusan untuk

melakukan pencarian pengobatan (Yuniar, 2013). Jika melihat hasil penelitian ini

kebanyakan responden berjenis kelamin perempuan. Hal ini dikarenakan perempuan

membutuhkan pelayanan kesehatan khusus seperti pelayanan kesehatan kehamilan dan

penyakit-penyakit spesifik yang mengharuskan perempuan memanfaatkan pelayanan

kesehatan. Menurut rahmawati (2014) menyebutkan bahwa jenis kelamin tidak

memHubungani orang untuk dapat memanfaatan pelayanan kesehatan . Baik laki-laki

maupun perempuan memiliki risiko yang sama untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan

di puskesmas dan faktor perilaku atau kebiasaan setempat yang bisa membedakan orang

itu akan memanfaatkan pelayanan kesehatan atau tidak.

c. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pemanfatan Pospindu PTM

Berdasarkan penelitian menyebutkan bahwa tingkat pendidikan responden

didominasi oleh lulusan SMA. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai p lebih besar

dari 0,05 (0,375>0,05) ini berarti bahwa tidak ada Hubungan antara tingkat pendidikan

dengan pemanfaatan posbindu PTM. Hal ini sama seperti yang dilakukan marnah (2016)

yang menyebutkan bahwa tingkat pendidikan tidak memHubungani dalam pemanfaatan

pelayanan kesehatan tetapi banyak faktor lainnya yang dapat memHubungani

pemanfaatan pelayanan kesehatan, salah satunya adalah era global.

57
Era global dapat meningkatkan pengetahuan secara instan melalui kemudahan

akses layanan internet. Pendidikan di masa yang akan datang, bukan hanya sekolah satu-

satunya penentu tingkat pengetahuan akan tetapi jaringan informasi yang memungkinkan

berinteraksi dan berkolaborasi.13 Walaupun demikian, tingkat pendidikan juga dapat

memHubungani pemanfaatan pelayanan kesehatan dikarenakan dengan pendidikan yang

tinggi maka seseorang akan mempunyai pengetahuan yang tinggi dibandingkan dengan

seseorang yang berpendidikan rendah.14 Sehingga orang dengan pendidikan yang lebih

tinggi diharapkan mampu memahami pentingnya untuk memelihara kesehatan diri atau

orang sekitarnya.

d. Hubungan Status Pekerjaan dengan Pemanfaatan Pospindu PTM.

Hasil uji statistik dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nipai P lebih kecil dari

nilai 0,05 ( 0,004<0,05). Hal ini dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini faktor

status pekerjaan memHubungani pemanfaatan posbindu PTM. Hal ini sama seperti yang

dilakukan oleh Ivong (2017) yang menyebutka terdapat hubungan antara status pekerjaan

degan pemanfaatan posbindu PTM di Desa. Hal ini dapat diartikan pula bahwa pekerjaan

seseorang mempunyai korelasi dengan keaktifan kunjungan posbindu PTM. Hasil

penelitian juga menunjukka bahwa sekitar 60% masyarakat tidak bekerja, dalam

penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat yang tidak bekerja lebih aktif kedalam

pemanfaatan PTM di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung. Responden

yang tidak bekerja mempunyai waktu luang lebih banyak dibanding dengan responden

yang bekerja sehingga memungkin untuk lebih aktif memanfaatkan Posbindu PTM. Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Puji Lestari dan Soeharyo

Hadisaputro (2011) yang meneliti beberapa faktor yang berperan terhadap keaktifan

kunjungan lansia ke posyandu


58
di kabupaten Bantul. Penelitian tersebut menemukan adanya hubungan yang signifikan

antara pekerjaan lansia dengan keaktifan lansia mengunjungi posyandu dengan nilai

p=0,002.

e. Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfatan Pospindu PTM

Pengetahuan merupakan salah satu faktor instrinsik yang memHubungani

motivasi. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo 2020). Tingkat pengetahuan

seseorang tidak selalu memotivasi perilaku logika, artinya pengetahuan yang baik

(masyarakat yang tahu tentang pengertian, tujuan, bentuk pelayanan dan sasaran) tidak

selalu memimpin perilaku yang benar dalam hal ini pengetahuan tentang posbindu yang

baik belum tentu mau berkunjung ke posbindu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-

rata tingkat pengetahuan responden sebesar 66% memiliki tingkat pengetahuan baik,

namun sisanya menyebar sampai ke tingkat pengetahuan yang kurang baik. Sedangkan

hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai p > 0,05. Artinya dalam penelitian ini secara

statistik tidak ada Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pemanfaatan pospindu

PTM.

Pengetahuan mengenai Posbindu menjadi salah satu faktor yang menentukan

seseorang datang ke Posbindu. Jika pengetahuan masyarakat mengenai Posbindu kurang,

maka masyarakat tersebut akan cenderung lebih memilih untuk berdiam saja di rumah

karena tidak mengetahui tentang Posbindu. Walaupun secara keseluruhan sudah baik

tingkat pengetahuannya, akan tetapi 29% dinyatakan cukup dan sisanya 5% dinyatakan

kurang. Hal inilah yang menyebabkan tidak adanya Hubungan yang bermakna antara

pengetahuan dengan pemanfaatan pospindu di penelitian ini. diartikan bahwa

pengetahuan
59
responden pada penelitian ini belum dapat memberikan penilaian kerentanan, keparahan,

manfaat, hambatan dan efikasi diri, sehingga berHubungan pada pemanfaatan posbindu

ptm yang rendah.

f. Hubungan Status Kesehatan dengan Pemanfatan Pospindu PTM

Persepsi masyarakat tentang kesehatan masih belum sesuai dengan konsep yang

sebenarnya. Persepsi sehat diperlihatkan oleh individu yang merasa dirinya sehat

meskipun secara medis belum tentu mereka betul-betul sehat. Sedangkan, masyarakat

mengganggap dirinya sakit pada saat mereka sudah tidak mampu lagi untuk melakukan

aktivitas dan terbaring lemah. Pada saat masyarakat tidak dapat lagi melakukan aktivitas

yang menggangga dirinya sakit disaat itulah masyarakat baru memanfaatkan. Hasil

penelitian dala penelitian ini menunjukka bahwa nilai p= 0,882 ini menunjukkan bahwa

nilai p lebih besar dari 0,05, hal ini berarti dalam penelitian ini tidak ada Hubungan antara

status kesehatan dengan pemanfaatan pospindu PTM. Sebagian besar responden berstatus

bukan penderita PTM. Hal ini yang menyebabkan masyarakat cenderung tidak mau

memanfaatkan karena merasa dirinya sehat. Padahal, Posbindu PTM tidak hanya

difokuskan kepada mereka yang sedang menderita PTM untuk mengontrol kesehatannya

dan mencegah komplikasi tetapi juga kepada mereka yang sehat untuk screening ataupun

deteksi dini penyakit tidak menular.

Pada orang dengan faktor resiko adalah mengembalikan kondisi berisiko ke

kondisi normal. Pada orang dengan penyandang PTM adalah mengendalikan faktor risiko

pada kondisi normal untuk mencegah timbulnya komplikasi PTM. Sebagian besar

responden yang merupakan penderita PTM dan tidak memanfaatkan posbindu

dikarenakan mereka lebih memilih memeriksakan kesehatannya di puskesmas yang

ditangani langsung oleh


60
dokter. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian dari Fauziyah Purdiyani (2016) yang

menyatakan ada hubungan antara status kesehatan responden dengan pemanfaatan

Posbindu PTM wilayah kerja Puskesmas Cilongok , dengan nilai p value 0,000.

Persepsi masyarakat tentang kesehatan sudah sesuai dengan konsep sehatsakit

yang sebenarnya, tetapi masyarakat belum melakukan kunjungan dalam rangka

mendapatkan pelayanan kesehatan. Beberapa individu lebih memilih melakukan

pengobatan sendiri ataupun mencari pengobatan yang dianggap lebih baik daripada harus

berkunjung ke Pospindu PTM.

g. Hubungan Akses Layanan dengan Pemanfatan Pospindu PTM

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu

sebanyak 87 responden atau 87% adalah responden yang menyatakan akses ke Pospindu

mudah. Sedangkan sisanya adalah responden yang menyatakan akses ke Pospindutidak

mudah yaitu sebanyak 13 responden atau 13%. Hasil uji syatistik menyebutkan bahwa

nilai p sebesar 0,739, dimana lebih besar dari 0,05. Artinya dalam penelitian ini memang

tidak ada Hubungan antara akses layanan dengan pemanfaatan posbindu. Ada beberapa

masyarakat yang memiliki akses yang sulit yaitu sebesar 13%, sehingga tidak memiliki

ketertarikan untuk datang ke posbindu. Walaupun pernyataan responden sebesar 87%

menyatakan akses mudah namun tidak semua responden ikut serta dalam kegiatan di

posbindu.

Jika dilihat berdasarkan hasil penelitian ini, karakteristik usia lansia juga cukup

besar uyaitu berkisar antara 35% dari 100 responden, sedangkan rata-rata usia tersebut

tinggal dalam pemukiman yang akses posbindunya mudah. Keterbatasan lansia untuk

pergi
61
sendiri didaerah tersebut merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tidak adanya

Hubungan antara akses lokasi dengan pelayanan posbindu PTM.

h. Hubungan Ketersediaan Fasilitas dengan Pemanfatan Pospindu PTM

Tidak dapat dipungkiri bahwa ketersediaan sarana kesehatan yang baik akan

berHubungan terhadap keaktifan lansia dalam berkunjung ke posbindu. Ketersediaan

sarana kesehatan yang dinyatakan kepada responden berdasarkan pada pedoman

puskesmas santun usia lanjut bagi petugas kesehatan yaitu adanya kartu menuju sehat,

ruang/tempat penyelenggaraan posbindu, meja dan kursi untuk kader dan petugas

kesehatan, peralatan tulis menulis, timbangan, meteran, stetoskop, tensimeter,

thermometer, alat laboratorium sederhana ditambah dengan adanya PMT (Pemberian

Makanan Tambahan) (Depkes RI, 2003).

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa uji statistik terhadap

ketersediann fasilitas dengan pemanfaatan pospindu PTM memiliki nilai P=0,932. Hal ini

diartikan bahwa nilai P yang lebih dari 0,05, sehingga secara statistik dinyataka tidak ada

Hubungan antara ketersediaan fasilitas dengan pemanfaatan pospindu PTM. Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Liansyah pada tahun 2017 yang

menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara fasilitas kesehatan dengan

pemanfaatan posbindu dengan nilai p= 0,42> 0,05. Jika melihat dari faktor akses, dalam

penelitian ini ditunjukkan bahwa mereka yang memiliki akses dekat masih jarang untk

pergi ke pospindu, hal ini sejalan juga dengan hasil penelitian yang menunjukkan tidak

ada hubungan anara status kesehatan dengan kegiatan posbindu, artinya walaupun dalam

penelitian ini menyebutkan bahwa semua alat dan fasilitas sudah lengkap namun tidak

62
semua warga untuk datang ke posbindu karena banyak juga warga yang memilih sarana

fasilitas kesehatan lainnya namun mengetahui akan keberadaa pospindu PTM.

i. Hubungan Dukungan Kader Kesehatan dengan Pemanfatan Pospindu PTM

Dalam teori yang dikemukakan oleh Lawrence Green menyatakan bahwa kader

kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung yang berperan dalam perilaku

kesehatan karena merupakan faktor penyerta yang berperan bagi menetap atau lenyapnya

suatu perilaku. Berdasarkan Diretorat Bina Peran Serta Masyarakat Depkes RI

memberikan batasan bahwa kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan

ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela. Peran kader dalam kegiatan

posbindu yaitu berperan aktif dalam kegiatan posbindu dan mengajak masyarakat untuk

aktif dalam kegiatan tersebut. Bila kader tidak memberikan informasi kepada masyarakat

maka mereka tidak akan memanfaatkan pelayanan posbindu. Kader selain mempunyai

tugas dan fungsi juga harus mampu berkomunikasi dengan baik dan mampu mengajak

dan memotivasi kelompok maupun masyarakat. Kader harus juga dapat membina semua

yang terkait dengan pelaksanaan posbindu, tetapi memantau perkembangan penyakitnya

(Depkes RI, 2005). Untuk meningkatkan citra diri kader maka harus diperhatikan dan

meningkatkan kualitas diri sebagai kader.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik nilai p=0,124 atau lebih besar

dari 0,05, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada Hubungan antara kader kesehatan

dengan pemanfaatan posbindu PTM. Hasil ini tidak sama atau tidak sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Sari pada tahun 2018 dengan nilai p Value sebesar 0,04

yang berarti ada Hubungan antara kader kesehatan dengan pemanfaatan pospindu PTM.

Hal ini dikarenakan sudah adanya kader kesehatan yang aktif dalam melakukan

63
penyuluhan-penyuluhan mengenai pemanfaatan pospindu PTM ke berbagai kalangan

namun terutama pada kalangan lansia yang telah mendapatkan penyuluhan dari kader

kesehatan mengenai pospindu PTM, akan tetapi tidak memanfaatkan posbindu PTM.

Beberapa kejadian ini dikarenakan kesadaran dan faktor yang mendukung dalam

menumbuhkan kesadaran lansia tentang manfaat dari pemanfaatan pospindu PTM di

wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung.

j. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemanfatan Pospindu PTM

Dukungan keluarga dapat memperkuat setiap individu, menciptakan kekuatan

keluarga, memperbesar penghargaan terhadap diri sendiri, mempunyai potensi sebagai

strategi pencegahan yang utama bagi seluruh keluarga dalam menghadapi tantangan

kehidupan sehari-hari serta mempunyai relevansi dalam masyarakat yang berada dalam

lingkungan yang penuh dengan tekanan. Salah satu permasalahan yang dihadapi

masyarakat antara lain adalah kurangnya dukungan dan kepedulian dari anggota keluarga

dan masyarakat terhadap pemeriksaan kesehatan secara rutin, sehingga berdampak pada

tingkat kunjungan masyarakat ke posbindu PTM. Lingkungan masyarakat merupakan

salah satu faktor yang memHubungani terhadap pembentukan dan perkembanganperilaku

individu, baik lingkungan fsik maupun lingkungan sosio-psikologis, termasukdidalamnya

adalah belajar (Pertiwi, 2013).

Anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer yang paling

memHubungani perilaku konsumen. Terdapat dua keluarga dalam kehidupan konsumen,

yakni keluarga orientasi dan prokreasi. Keluarga orientasi memberikan orientasi kepada

seseorang terhadap agama, politik, ekonomi dan ambisi pribadi. Berbeda dengan keluarga

prokreasi yang memberikan Hubungan langsung kepada seseorang, keluarga orientasi

memberikan
64
Hubungan yang signifikan meskipun seseorang tersebut tidak lagi berinteraksi banyak

dengan anggota keluarga orientasinya. Keluarga orientasi terdiri dari orang tua dan

saudara kandung, sedangkan keluarga prokreasi yakni pasangan suami istri dan anak

(Setiadi,2005).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai p=0,004 dan lebih kecil dari 0,05

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada Hubungan antara dukungan keluarga degan

pemanfaatan posbindu PTM di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung. Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian Haniek Try Umayana dan Widya Hary Cahyati

dengan hasil p value = 0,0001 (<0,05), yang artinya ada hubungan antara dukungan

keluarga dengan keaktifan penduduk pada kegiatan posbindu PTM di Kota Semarang.

Keluarga sebagai motivator kuat bagi penduduk untuk mengikuti kegiatan

posbindu PTM apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi, mengantar atau

mengingatkan jadwal posbindu PTM. Keberadaan anggota keluarga memainkan peranan

penting dalam mencegah atau paling tidak menunda orang menderita sakit kronis ke

lembaga pelayanan kesehatan. Besarnya keterlibatan dan sifat pelayanan yang diberikan

keluarga tergantung pada sumber-sumber ekonomi, struktur keluarga, kualitas hubungan,

kebutuhan lainnya dan tenaga yang tersedia (Wetle, 1997 dalam Lestari 2011).

65
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah penulis mengadakan pembahasan pada bab sebelumnya mengenai faktor-

faktor yang memengaruhi pemanfaatan pospembinaan terpadu penyakit tidak menular

(Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung Tahun 2020., maka

penulis dalam bab ini akan mencoba menarik suatu kesimpulan dan memberikan saran

berdasarkan atas uraian yang telah penulis kemukakan dalam bab sebelumnya.

a. Berdasarkan pemaparan pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa mayoritas

responden yaitu sebanyak 68 responden atau 68% adalah responden yang menyatakan

bahwa Pospindu PTM dimanfaatkan dengan baik. Sedangkan minoritas responden yaitu

sebanyak 32 responden atau 32% adalah responden yang menyatakan bahwa Pospindu

PTM kurang dimanfaatkan dengan baik..

b. Berdasarkan pemaparan pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa status

pekerjaan berpengaruh terhadap pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak

Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung Tahun

2020..

c. Berdasarkan pemaparan pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa

pengetahuan tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit

Tidak Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung

Tahun 2020.

66
d. Berdasarkan pemaparan pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa status

kesehatan tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit

Tidak Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung

Tahun 2020.

e. Berdasarkan pemaparan pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa akses tidak

berpengaruh terhadap pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular

(Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung Tahun 2020.

f. Berdasarkan pemaparan pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa

ketersediaan sarana atau fasilitas tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan Pos Pembinaan

Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki

Kota Bandung Tahun 2020.

g. Berdasarkan pemaparan pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa dorongan

kader kesehatan berpengaruh terhadap pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit

Tidak Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung

Tahun 2020.

h. Berdasarkan pemaparan pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa dorongan

anggota keluarga berpengaruh terhadap pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit

Tidak Menular (Posbindu PTM) di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung

Tahun 2020.

67
5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :

1. Bagi Instansi Pendidikan

Diharapkan dapat menjadikan tambahan referensi di perpustakaan, dan pengembangan

ilmu pengetahuan bagi tenaga kesehatan lainnya terutama referensi mengenai program

Posbindu PTM beserta faktor yang mempengaruhi dan penelitian lebih lanjut yang

dikembangkan oleh mahasiswa.

2. Bagi Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung

Perlu adanya suntukan dukungan kembali kepada kader kesehatan agar dapat lebih

mendorong pemanfaatan Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung

dengan melakukan upaya-upaya penyuluhan aktif yang dipantau oleh pemegang program

puskesmas.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor ekonomi, dikarenakan

programPosbindu PTM di wilayah perkotaan sudah kurang diminati, masyarakat lebih

baik memilih layanan kesehatan yang berbayar karena adanya leluasa waktu.

68
DAFTAR PUSTAKA

Abdessalam, dkk. (2013). Multi-Morbidity of non Communicable Diseases and


Equity in WHO Eastern Mediterranean. International Journal For
Equity In Health. 1 & 12.
ADA. (2010). Diagnostic and Classification of Diabetes mellitus Diabetes Care
USA.
Andersen R, J Kravits, OW Anderson. Equity In Health Services. Cambridge:
Ballinger Publishing Co. 1975.
Anggraeni, Ratih.(2019).Mutu Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Yogyakarta:
CV BUDI UTAMA.
Anggraini. Merry T dan Afiana R. Hubungan Kepuasan Pasien dengan Minat
Pasien dalam Pemanfaatan Ulang Pelayanan Kesehatan pada Praktek
Dokter Keluarga. UNIMUS. 2012; Vol. 1 (2) : 54-77.
Ardiyantika, Nuvri. (2019). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan
berobat penderita hipertensi di posbindu ptm desa sidorejo kecamatan
geneng kabupaten ngawi. (Tesis). Universitas Bahkti Husada Mulia,
Madiun.
19 Juni 2020. Diperoleh dari http://repository.Universitas-
bhm.ac.id/615/1/1.pdf
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI, 2018.
Riset Kesehatan Dasar RIKESDAS 2018.
18 Juni 2020.
Badan Riset Kemenkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar RIKESDAS 2013. Jakarta
Bakti Husada
Cancerhelps.(2014). Bebas kanker Itu Mudah Jakarta: F Media (Impint Agro Media
Pustaka)
Deni Iskandar, Y. I. (2020). Study On Rational Antihypertensive Drug Prescribing
In One Of Bandung’s Primary Health Care Center. Jurnal Ilmiah Farmako
Bahari, 1-8.
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Dileepa, dkk. (2018). Increase in premature mortality due to non-communicable
diseases in Sri Lanka during the first decade of the twenty-first Century.
BMC Public Health. Vol 18 : 584.
E. Sri (2020). Hasil Analisis Teknik Data Mining dengan Metode Naive Bayes
untuk Mendiagnosa Penyakit Kanker Payudara. Jurnal Sistem Komputer
dan Informatika, (pp. 130-133).
GOLD. (2018). Globat strategy for the diagnosis, management, and prevention of
chronic obstructive pulmonary disease update 2018 report. Barcelona:
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease, Inc.
Green, Kreuter. (2008). Health Program Planning an educational and ecological
approach. Fourth Edition.. New York: Mc. Graw Hill
Handayani DE. Pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu Oleh Lanjut Usia Di
Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor Tahun 2012 Dan Faktor Yang
Berhubungan. 2012. (Skripsi) Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.2012
Handayani, Dewi Eka. 2012. Pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu Oleh Lanjut
Usia di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor Tahun 2012 dan Faktor yang
Berhubungan. Skripsi. Universitas Indonesia, 2012, Depok
Irianto, Koes. (2014). Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular.
Bandung: ALFABETA CV.
Irwan. (2012). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. DIY : CV Budi Utama.

K. R. ( 2019). Pengendalian Kadar Kolesterol Sebagai Upaya Penekanan


Penyakit Jantung Koroner Pada Anggota Aisyiyah Desa Kebanggan Kec
Sumbang. Seminar Nasional , 206-209.
Kemenkes RI. 2014. Petunjuk Teknis Surveilans Faktor Risiko Penyakit Tidak
Menular Berbasis Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU).
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Data dan Informasi
Kesehatan Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Petunjuk Teknis Pos
Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (POSBINDU PTM).Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Lestari P., Soeharyo H., & Kris P. Beberapa Faktor yang Berperan terhadap
Keaktifan Kunjungan Lansia ke Posyand. Jurnal Media Medika
Indonesiana, 2011
Liansyah, W. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan
Posbindu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Beji [Internet]; 2014
[Diakses oleh: Rahmah, tanggal: 10 februari 2017]. Tersedia di http://
lib.ui.ac.id
Lingga, Lanny. (2013). All About Stroke Hidup Sebelum dan Pasca Stroke. PT
Gramedia. Jakarta
Marnah., Husaini dan Bahrul I. Analisis Prilaku Masyarakat dalam Pemanfaatan
Pelayanan Kesehatan Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) di
Kecammatan Paminggir. Jurnal Berkala Kesehatan. UNILA. 2016; Vol.
1 (2) : 130-138.
Mustofa, Amirul, dkk. (2020). Administrasi Pelayanan Kesehatan Masyarakat.
Surabaya: CV.Jakad Media Publishing.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Prinsip-Prinsip
Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Prinsip-Prinsip Dasar.
Jakarta: Rineka Cipta, 2018.
Notoatmojo, S. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan (edisi revisi). Jakarta: PT
Rineka Cipta.

Rachmat, Hapsara.(2018). Percepatan Pembangunan Kesehatan di


Indonesia.Gadjah MadaUniversity. Yogyakarta: Press.
Rachmawati. St., Darmawansyah dan Muh YA. Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Pemanfaatan Kesehatan di Puskesmas Tamalanrea Kota
Makassar. UNHAS. 2014; Vol. 5 (4) : 79-104.
Rika Maya Sari , L. H. (2013). Malaria Cases And The Accessibility To Health
Facility In Bengkulu Province. Akses Pelayanan Kesehatan, 158-164.
Rosyid, Nur Fahrun dkk. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Lansia
di RW VII Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir Surabaya,
2009.
Sari, E. Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Lansia Mengenai Posbindu di RW
07 Desa Kertawangi KecamatanCisuruaKabupaten Bandung Barat
[Internet];2017 [Tersedia di http://Universitasayani.ac.id
Septriliyana, R Noucie, dkk. Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Lansia
Mengenai Posbindu Di Rw 07 Desa Kertawangi Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2011. Jurnal Kesehatan Kartika, 2011.
Setiadi, Nugroho J. Perilaku Konsumen. Bandung: Prenada Media, 2005.
Soeroto AY, Suryadinata H. (2014). Penyakit paru obstruktif kronik. Indonesian
Journal of CHEST Critical and Emergency Medicine. 1(2):83– 8.
Sudarma, Momon.(2012) Sosiologi Untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung:
ALFABETA.
Susanti, S. (2017). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap Deteksi Dini.
Artikel Penelitian, (pp. 38-44).
Swarjana & Ari. (2017). Ilmu Kesehatan Masyarakat – Konsep, Strategi dan
Praktik. Yogyakarta: CV Andi Offset
Tazeen, dkk. (2013). Non-Communicable Diseases and Injuries in Pakistan :
Strategic Priorities. Lancet Published Online. Vol 381.
Thomas C. Timmreck. 2005. Epidemiologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
WHO. (2014) Global Status report on noncommunicable Disease
2014. World Health, p.176.2014.
Utami, Wahyu (2013). Kategori Umur menurut Depkes RI. 18 Juni 2020. Diperoleh
dari . https://www.scribd.com/doc/151484440/Kategori-Umur-Menurut-
Depkes-RI

WHO (2018). Noncommunicable diseases. 18 Juni 2020. Diperoleh dari


https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/noncommunicable-
diseases
Wihastuti, Andri. ( 2016). Patofisiologi Dasar Keperawatan Penyakit Jantung
Koroner : Inflamasi Vaskuler. Malang: UB Media.
Yuniar. Akses Pelayanan Kesehatan dan Kejadian Malaria di Provinsi
Bengkulu Tahun 2013. Media Litbangkes. 2013; Vol. 23 (4) : 158-164.
Zebua Manahati. (2018). Pemasaran Produk Jasa Kesehatan. Yogyakarta: CV Budi Utama
LAMPIRAN 1

KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERKORELASI DALAM PENYELENGGARAAN
POS PEMBINAAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR (POSBINDU
PTM) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PASIRKALIKI KOTA BANDUNG
TAHUN 2020

PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER


1. Isilah identitas anda terlebih dahulu
2. Baca dan pahami baik-baik setiap pertanyaan yang ada
3. Pilihlah jawaban yang sesuai
4. Untuk kerjasama dan perhatiannya, peneliti mengucapkan terima kasih

A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Umuree Responden :
2. Alameat Responden :
RT/RW :
Kelurahan :
3. Jenis Keaalamin : 1. Laki-Laaki 2. Pearempuan
B. PENDIDIKAN
1. Sebutkan pendidikan formal terakhir Anda ?
C. PEKERJAAN
1. Sebutkan pekerjaan Anda sekarang ?

D. PENGETAHUAN
1. Apaskah Asnda pernsah mesndengar Posbinsdu pensyakit tidsak mesular ?
a. Ya b. Tidak
2. Apsakah Posbinsdu dibentusk untusk detekssi aswal penysakit tidsak
msenular ?
a. Ya b. Tidak
3. Apakash orasng ysang seshat merspakan salsah sastu sassran Posbsindu
PTM ?
a. Ya b. Tidak
4. Apaksah Posbisndu PTM dilakuksan setsiap sebulasn seksali ?
a. Ya b. Tidak
5. Apaskah pengukursn bersat badsn dan pemseriksaan teksanan
darah smeruspakan kegiatans apas yasng rutins dilakuksan di
Pssbisndu PTM ?
a. Ya b. Tidak
6. Apakahs pensyakit tidak menular merupsakan pensyakit
yang mudah dikestahui atau dsitemukan pasda sesseorang?

a. Ya b. Tidak
7. Apakah penysakit tisdak msenular dapat menimbulkan
komplikasi satau penyaskit lainnya?
a. Ya b. Tidak
8. Apaskah hipertesnsi dsan diabetes melistus meruspakan salsah
satu jenis penyaksit tidask msenular ?
a. Ya b. Tidak
9. Apaskah meroskok meruspakan salsah satu pensyebab penyaksit tidask mesnular ?
a. Ya b. Tidak
10. Apsakah dengan rsajin berolahssaga dsapat menurskan kemunsgkinan
tesrkena pesnyakit tissdak mensular ?
a. Ya b. Tidak

E. STATUS KESEHATAN
1. Apakash Anda pernsahs atau sedasng mensderita Pensyakit Tsidak
Menular (PTM) ?
a. Ya b. Tidak
2. Jika ya, aspa jeniss PTM syang sesdang Asnda derita ?
a. Hipesensi
b. Diabetes Melitus
c. Obessistas
d. Penysakit Jantung dan Pembuluh darah
e. Kelasnan Ginjal
f. Lainsnya
3. Apsakah Asnda mengetsahui dsiri Ansda terksena pesnyakit tisdak
menuslar dari Posbisdu ?
a. Ysa b. Tidak (Fasilitas Kesehatan Lainnya)

F. KETERSEDIAAN FASILITAS
1. Apakah diseksitar temspat tisnggal ansa tersesdia POsSBINDU PTM?

a. Ya b. Tidak
2. Apakah POSBINssDU PTM disekitar anda dilakuksan setsiap hari?
a.Ya b. Tidak
3. Apaksah PsOSBINDU PTM tesrsebut memsilki alat pemeriksaan yang
memsadai (memilki tensi seter, timbangan, alat ukur tinggi badan, dll) ?
a.Ya b. Tidak

G. AKSES
1. Berspa ksira-kira jarak POSBIsNDU PTM dari rumah anda?
a. ≤ 1.5KM b. > 1.5 KM
2. Berapsa lamas wakstu yansg anad butuhskan mesnuju POSBINDU PTM?
a. ≤ 10 Menit b. > 10 Menit
H. Dukungan kader kesehatan
1. Apsakah kadser kessehatan persnah mesmberikan inforsmasi tesntang aspa itu

a. Ya b. Tidak
2. Apakah kader kesehatan pernah memberikan
informasi/pssenyuluhan tentasng adanya psgram Posbinsdu
PTM ?
a. Ya b. Tidak
3. Apakssah kader kesehatan pernsah melakskan penyulsuhan tentsang
bahaya
penyakit tidak menular ?
a. Ya b. Tidak
4. Apakah kader kesehsatan pernah melakssukan penyulushan tsentang
faktor
risiko penyaakit tidassk menular ?
a. Ya b. Tidak

5. Apaakah kader kaesehatan pernaah menyaggarakan kegiatan untauk


mencegah faktaor risaikao penyakit tidak meanular ?
a. Ya b. Tidak
I. DUKUNGAN KELUARGA
1. Apaakah keluarga Anda pernaah meamberikan infoarmasi tenatang apa itu

a. Ya b. Tidak
2. Apakah keluaarga Anda apernah membaerikan informasi
tentang adaanya aprogram Posbindu PTM ?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah keluaraga Anda pearnah menyaarankan untuk berkunjung ke

a. Ya b. Tidak
4. Apakaah keluaarga Anda pernah mengaantar Anda ke tempat Posbindu PTM
?
a. Ya b. Tidak
5. Apakah anagaagota keluargaa Andaaa meamanfaaatkan Posbianadu PTM ?
a. Ya ab. Tidak
J. PEMANFAATAN POSBINDU
1. Apakah Anda pernah meamanfaatkan Posbindu PTM di wilayah kerja

a. Ya b. Tidak
2. Jika Ya, apakah Anda rutian menagunjungi Posbindu PTM setiap
bulannya (Sebelum masa Pandemi COVID-19)?
a. Ya b. Tidak
3. Jenis pelaaayanan apa saja yang Anda dapatkan di Posbindu PTM ?
□ Pengukuran beraat badan
□ Pengukuran tinggi badan
□ Pengukuraan lingkar perut
□ Pemerikasaan tekanan darah
□ Pemeriksaaan gula darah

□ Pemeriksaan koleasterol
□ Pengukuraan Arus Puncak Ekspirasi (APE)
□ Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam asetat 14 (IVA)
□ Pemeriaksaan Clinical Breasat Examination (CBE)
□ Penyulauhan/Koanseling
4. Apakaah Andaa merasakan Posbaindu PTM beramanfaat ?
a. Ya b. Tidak
5. Apakaah Anda merasaakan perubahan dalam
keasehatan setelah mengikuti Posbindu PTM ?
a.Ya b. Tidak
Lampiran 2

DOKUMENTASI KEGIATAN PENGUMPULAN DATA

Gambar Media Pengumpulan data dengan google form.

Kegiatan Posbindu di Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung


Lampiran 3

Lampiran Output SPSS

Validitas & Reliabilitas

Correlations

Correlations
Pengetahuan
Pengetahuan1 Pearson Correlation .594**
Sig. (1-tailed) .000
N 100
Pengetahuan2 Pearson Correlation .590**
Sig. (1-tailed) .000
N 100
Pengetahuan3 Pearson Correlation .554**
Sig. (1-tailed) .000
N 100
**
Pengetahuan4 Pearson Correlation .517
Sig. (1-tailed) .000
N 100
Pengetahuan5 Pearson Correlation .384**
Sig. (1-tailed) .000
N 100
**
Pengetahuan6 Pearson Correlation .425
Sig. (1-tailed) .000
N 100
**
Pengetahuan7 Pearson Correlation .382
Sig. (1-tailed) .000
N 100
**
Pengetahuan8 Pearson Correlation .386
Sig. (1-tailed) .000
N 100
**
Pengetahuan9 Pearson Correlation .503
Sig. (1-tailed) .000
N 100
Pengetahuan1 Pearson Correlation .335**
0 Sig. (1-tailed) .000
N 100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).


*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).

Reliability

Case Processing Summary


N %

Cases Valid 100 100.0


a
Excluded 0 .0
Total 100 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
AlphaN of Items
.60610

Correlations

Correlations
DKH
DKH1 Pearson Correlation .675**
Sig. (1-tailed) .000
N 100
**
DKH2 Pearson Correlation .840
Sig. (1-tailed) .000
N 100
DKH3 Pearson Correlation .920**
Sig. (1-tailed) .000
N 100
**
DKH4 Pearson Correlation .900
Sig. (1-tailed) .000
N 100
**
DKH5 Pearson Correlation .845
Sig. (1-tailed) .000
N 100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Reliability

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 100 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 100 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
AlphaN of Items
.8925

Correlations
Correlations
DK
**
DK1 Pearson Correlation .552
Sig. (1-tailed) .000
N 100
**
DK2 Pearson Correlation .736
Sig. (1-tailed) .000
N 100
DK3 Pearson Correlation .761**
Sig. (1-tailed) .000
N 100
DK4 Pearson Correlation .765**
Sig. (1-tailed) .000
N 100
**
DK5 Pearson Correlation .785
Sig. (1-tailed) .000
N 100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).


*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).

Reliability

Case Processing Summary


N %

Cases Valid 100 100.0


a
Excluded 0 .0
Total 100 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
AlphaN of Items
.7665

Correlations
Correlations
PP
**
PP1 Pearson Correlation .756
Sig. (1-tailed) .000
N 100
**
PP2 Pearson Correlation .836
Sig. (1-tailed) .000
N 100
**
PP4 Pearson Correlation .590
Sig. (1-tailed) .000
N 100
PP5 Pearson Correlation .699**
Sig. (1-tailed) .000
N 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Reliability

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 100 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 100 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
AlphaN of Items
.6754

Normalitas

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Pemanfaatan
Dukungan Kader Dukungan POSPINDU
Kesehatan Keluarga PTM
N 100 100 100
a,b
Normal Parameters Mean 4.3600 3.7100 3.4600
Std. Deviation 1.38914 1.56538 .93657
Most Extreme Differences Absolute .447 .255 .398
Positive .323 .205 .282
Negative -.447 -.255 -.398
Test Statistic .447 .255 .398
c c
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000 .000c

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

Uji Kruskal-Wallis Test

NPar Tests

Notes
Output Created
Comments
Input Data D:\Skripsi Andri\Data Anova (1).sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 100
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all
cases with valid data for the variable(s)
used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/K-W=A BY K(1 4)
/MISSING ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00,016

Elapsed Time 00:00:00,041


a
Number of Cases Allowed 112347
a. Based on availability of workspace memory.

Kruskal-Wallis Test
Ranks

Pemanfaatan POSPINDU PTM N Mean Rank


Usia Baik 3 26,17
Kurang 10 44,55

3 18 52,15

4 69 50,60

Total 100

a,b
Test Statistics

Usia
Chi-square 2,753
df 3
Asymp. Sig. ,431
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
Pemanfaatan POSPINDU
PTM

NPar Tests
Notes
Output Created
Comments
Input Data D:\Skripsi Andri\Data Anova (1).sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 100
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all
cases with valid data for the variable(s)
used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/K-W=B BY K(1 4)
/MISSING ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00,000


Elapsed Time 00:00:00,014
a
Number of Cases Allowed 112347
a. Based on availability of workspace memory.

Kruskal-Wallis Test
Ranks

Pemanfaatan POSPINDU PTM N Mean Rank


Jenis Kelamin Baik 3 24,33
Kurang 10 47,20
3 18 54,12

4 69 49,79

Total 100
Test Statisticsa,b

Jenis Kelamin
Chi-square 7,382
df 3
Asymp. Sig. ,061
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Pemanfaatan
POSPINDU PTM

NPar Tests

Notes
Output Created
Comments
Input Data D:\Skripsi Andri\Data Anova (1).sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 100
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all
cases with valid data for the variable(s)
used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/K-W=C BY K(1 4)
/MISSING ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00,000


Elapsed Time 00:00:00,010

Number of Cases Alloweda 112347


a. Based on availability of workspace memory.

Kruskal-Wallis Test
Ranks

Pemanfaatan POSPINDU PTM N Mean Rank


Pendidikan Baik 3 73,17
Kurang 10 46,50

3 17 51,26

4 68 48,46

Total 98

Test Statisticsa,b
Pendidikan

Chi-square 3,107
df Asymp. 3
Sig. ,375

a. Kruskal Wallis Test


b. Grouping Variable:
Pemanfaatan POSPINDU PTM

NPar Tests
Notes
Output Created
Comments
Input Data D:\Skripsi Andri\Data Anova (1).sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 100
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all
cases with valid data for the variable(s)
used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/K-W=D BY K(1 4)
/MISSING ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00,016


Elapsed Time 00:00:00,015
a
Number of Cases Allowed 112347
a. Based on availability of workspace memory.

Kruskal-Wallis Test

Ranks

Pemanfaatan POSPINDU PTM N Mean Rank


Pekerjaan Baik 3 61,83
Kurang 10 44,75

3 17 68,74

4 68 44,85

Total 98
a,b
Test Statistics

Pekerjaan
Chi-square 13,287
df 3
Asymp. Sig. ,004
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
Pemanfaatan POSPINDU PTM

NPar Tests

Notes
Output Created
Comments
Input Data D:\Skripsi Andri\Data Anova (1).sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 100
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all
cases with valid data for the variable(s)
used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/K-W=E BY K(1 4)
/MISSING ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00,031

Elapsed Time 00:00:00,026


a
Number of Cases Allowed 112347

a. Based on availability of workspace memory.


Kruskal-Wallis Test

Ranks

Pemanfaatan POSPINDU PTM N Mean Rank


Pengetahuan Baik 3 33,00
Kurang 10 56,25
3 17 54,09

4 68 48,09

Total 98

a,b
Test Statistics

Pengetahuan
Chi-square 3,189
df 3
Asymp. Sig. ,363
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Pemanfaatan
POSPINDU PTM

NPar Tests
Notes
Output Created
Comments
Input Data D:\Skripsi Andri\Data Anova (1).sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 100
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all
cases with valid data for the variable(s)
used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/K-W=F BY K(1 4)
/MISSING ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00,032


Elapsed Time 00:00:00,020
a
Number of Cases Allowed 112347
a. Based on availability of workspace memory.

Kruskal-Wallis Test

Ranks

Pemanfaatan POSPINDU PTM N Mean Rank


Status Kesehatan Baik 3 51,83
Kurang 10 55,10
3 17 47,03

4 68 49,19

Total 98
Test Statisticsa,b

Status Kesehatan
Chi-square ,889
df 3
Asymp. Sig. ,828
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Pemanfaatan
POSPINDU PTM

NPar Tests
Notes
Output Created
Comments
Input Data D:\Skripsi Andri\Data Anova (1).sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 100
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all
cases with valid data for the variable(s)
used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/K-W=G BY K(1 4)
/MISSING ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00,000

Elapsed Time 00:00:00,004


a
Number of Cases Allowed 112347
a. Based on availability of workspace memory.

Kruskal-Wallis Tesst
Ranks

Pemanfaatan POSPINDU PTM N Mean Rank


Akses Baik 3 43,00
Kurang 10 52,80

3 17 51,65

4 68 48,76

Total 98

a,b
Test Statistics

Akses
Chi-square 1,257
df 3
Asymp. Sig. ,739
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
Pemanfaatan POSPINDU
PTM

NPar Tests
Notes
Output Created
Comments
Input Data D:\Skripsi Andri\Data Anova (1).sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 100
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all
cases with valid data for the variable(s)
used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/K-W=H BY K(1 4)
/MISSING ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00,000


Elapsed Time 00:00:00,011
a
Number of Cases Allowed 112347
a. Based on availability of workspace memory.

Kruskal-Wallis Test
Ranks

Pemanfaatan POSPINDU PTM N Mean Rank


Ketersediaan Fasilitas atau Baik 3 50,00
Sarana Kurang 10 50,00

3 17 50,00

4 68 49,28

Total 98
a,b
Test Statistics

Ketersediaan
Fasilitas atau
Sarana
Chi-square ,441
df 3
Asymp. Sig. ,932
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Pemanfaatan
POSPINDU PTM

NPar Tests

Notes
Output Created
Comments
Input Data D:\Skripsi Andri\Data Anova (1).sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 100
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all
cases with valid data for the variable(s)
used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/K-W=I BY K(1 4)
/MISSING ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00,000

Elapsed Time 00:00:00,004


a
Number of Cases Allowed 112347
a. Based on availability of workspace memory.
Kruskal-Wallis Test
Ranks

Pemanfaatan POSPINDU PTM N Mean Rank


Dukungan Kader Kesehatan Baik 3 55,33
Kurang 10 63,50

3 17 47,65

4 68 47,65

Total 98

Test Statisticsa,b

Dukungan Kader
Kesehatan
Chi-square 5,764
df 3
Asymp. Sig. ,124
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Pemanfaatan
POSPINDU PTM
NPar Tests
Notes
Output Created 12-Okt-2020 09:24:39
Comments
Input Data D:\Skripsi Andri\Data Anova (1).sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 100
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all
cases with valid data for the variable(s)
used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/K-W=J BY K(1 4)
/MISSING ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00,015


Elapsed Time 00:00:00,026
a
Number of Cases Allowed 112347
a. Based on availability of workspace memory.

Kruskal-Wallis Test

Ranks

Pemanfaatan POSPINDU PTM N Mean Rank


Dukungan Keluarga Baik 3 66,17
Kurang 10 72,70

3 17 45,03

4 68 46,47

Total 98
a,b
Test Statistics

Dukungan
Keluarga
Chi-square 13,459
df 3
Asymp. Sig. ,004
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Pemanfaatan
POSPINDU PTM
Lampiran 4 : Pengesahan Kode Etik Penelitian
Lampiran 5 : Izin Penelitian
LAMPIRAN 6 : Riwayat Hidup

RIWAYAT HIDUP

PENDIDIKAN FORMAL

1. 1993 - 1999 SDN GUMURUH

2. 1999 -2002 SLTP KARTIKA XI- 2

3. 2002 - 2005 SMA KARTIKA III – I

4. 2005 - 2008 AKADEMI KEPERAWATAN

AISYIYAH BANDUNG

PENGALAMAN KERJA

1. 2009 - 2013 RUMAH SAKIT AL – ISLAM BANDUNG

2. 2014 – 2017 KLINIK LABORATORIUM PRAMITA BANDUNG

3. 2017 SAMPAI SEKARANG DI DINAS KESEHATAN

KOTA BANDUNG
Kode/no FM-UNISABDG-PDK-038
BADAN PENJAMINAN MUTU Tanggal Berlaku 28 September 2020
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG Revisi 0
JL. KH. Ahmad Dahlan (Banteng Dalam) No. 6 Bandung Tanggal Revisi 0

KEGIATAN BIMBINGAN TUGAS AKHIR


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

Nama Pembimbing : Dr. Sitti Syabariyah, S.Kp.,MS.Biomed


*Bimbingan minimal dilakukan selama 12 kali sebelum ujian sidang pada masing-masing pembimbing

Paraf
No Hari/ Materi Bimbingan Rekomendasi
Tanggal Pembimbing
1 30 April 2020 Konsultasi BAB I, II, III Acc Sidang Proposal

2 22 Juni 2020 Konsul perbaikan revisi Lanjutkan etik Studi


Post Sidang Proposal Penelitian

3 28 Juli 2020 Konsul upload hasil Buat kesimpulan uji


uji Validitas validitas dalam bentuk
word

4 29 Juli 2020 Konsul kesimpulan Lanjutkan


uji validitas dalam pengambilan data
bentuk word dengan instrument
tersebut
5 17 Agustus Konsul BAB IV Lanjutkan penelitian
2020 menggunakan metode
anova, ikuti arahan
dari tujuan awal dari
studi
penelitian
6 18 Agustus Konsultasi hasil analisis Kuatkan
2020 data tidak signifikan dipembahasannya,
tidak berpengaruh mengapa hasil penelitian
berbeda dengan
penelitian yang lainnya
dari hasil tidak signifikan
7 22 Agustus Konsultasi analisis Parametrik dan non
2020 metode penelitian one parametrik tergantung uji
way anova dan two normalitas data, gunakan
away anova uji parametrik jika data
berdistribusi normal, buat
uji normalitas
Kode/no FM-UNISABDG-PDK-038
BADAN PENJAMINAN MUTU Tanggal Berlaku 28 September 2020
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG Revisi 0
JL. KH. Ahmad Dahlan (Banteng Dalam) No. 6 Bandung Tanggal Revisi 0

8 03 September Konsultasi Sudah Acc lanjutkan


2020 lembar/dokumen penelitian kembali
persetujuan hasil revisi
Proposal
9 14 Oktober Konsultasi ulang BAB …
2020 IV Beserta hasil
pembahasan

Mengetahui,
Ka. Prodi Sarjana Keperawatan

Ns.Angga Wilandika,MKep
NPP. 2011180886043
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Kode/no FM-UNISABDG-PDK-038
BADAN PENJAMINAN MUTU Tanggal Berlaku 28 September 2020
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG Revisi 0
JL. KH. Ahmad Dahlan (Banteng Dalam) No. 6 Bandung Tanggal Revisi 0

KEGIATAN BIMBINGAN TUGAS AKHIR


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

Nama Pembimbing : Yusi Sofiah M.Kep Ns.Sp.Kep.An


*Bimbingan minimal dilakukan selama 12 kali sebelum ujian sidang pada masing-masing pembimbing

Hari/ Paraf
No Materi Bimbingan Rekomendasi
Tanggal Pembimbing
1 14 April 2020 Konsul BAB II Perbaiki referensi yang
terbaru

2 27 April 2020 Konsul perbaikan BAB II Lanjut sidang Ujian


Proposal Skripsi

3 01 September Konsul perbaikan proposal Lanjutkan uji etik studi


2020 setelah sidang Ujian penelitian
Proposal untuk
melanjutkan proses etik
studi penelitian
4 23 September konsultasi mengenai infom Lanjutkan Studi Penelitian
2020 consen etik Studi Penelitan BAB IV

5 21 Oktober Konsul hasil BAB IV Proses telaah Dosesn


2020 Pembimbing

6 27 Oktober Menanyakan hasil telaah Masih Proses telaah


2020 BAB IV Dosesn Pembimbing

7 29 Oktober Menganalisa hasil telaah Referensi dari materi cari


2020 BAB IV dari dosen dengan tahun yang baru,
Pembimbing perbaiki tata cara
penulisan.
8 9 November Konsul Revisi terakhir Proses telaah dosen
2020 Skripsi.Pengajuan untuk Pembimbing
maju siding Skripsi
Kode/no FM-UNISABDG-PDK-038
BADAN PENJAMINAN MUTU Tanggal Berlaku 28 September 2020
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG Revisi 0
JL. KH. Ahmad Dahlan (Banteng Dalam) No. 6 Bandung Tanggal Revisi 0

9 14 November Konsul hasil dari telaah ACC ,ya Silahkan di urus


2020 revisi terakhir Skripsi untuk prosedur pengajuan
siding Skripsi

Mengetahui,
Ka. Prodi Sarjana Keperawatan

Ns.Angga Wilandika,MKep
NPP. 2011180886043
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner

Anda mungkin juga menyukai