Disusun oleh:
NANDA RIZKY AGUSTIN
NIM. P17320117043
2020
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL KTI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
BANDUNG
Disusun Oleh :
NANDA RIZKY AGUSTIN
NIM. P17320117043
Menyetujui,
Bandung, 15 Mei 2020
Menyetujui
Ketua Jurusan Keperawatan Bandung
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Bandung
i
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES BANDUNG
Disusun Oleh :
NANDA RIZKY AGUSTIN
NIM. P17320117043
Yati Tursini, S.Pd.,S.Kep.,Ners.,M.Kes Sansri Diah K.D, S.Pd, S.Kp, M.Kes., AIFO Yosep Rohyadi, S.Kp., M.kep
NIP. 195712111979122001 NIP. 196512041988032001 NIP. 196611111990031001
Menyetujui
Ketua Jurusan Keperawatan Bandung
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Bandung
ii
HALAMAN DAN MOTTO PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan. Maka apabila engkau telah
selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).
Hidup ini bukan ajang perlombaan untuk membuktikan siapa yang lebih pantas,
(Rehatajadulu)
Semua tentang waktu, mungkin tidak sekarang tapi bisa jadi nanti.
(Nanda Rizky A)
Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan untuk kedua orangtua saya tercinta,
kedua kakak saya, kedua keponakan saya, serta seluruh keluarga besar yang tiada
henti-hentinya memberikan semangat, dukungan, serta do’a sehingga saya bisa
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat waktu.
Juga untuk orang yang saya sayangi Annisa Amalia, Bunga, Nesya, Zeani, Salira,
Gisti, Widya, Dinda, Sivtya, Ulloh dan seluruh teman-teman Kelas AKUT yang sudah
menemani saya sampai sejauh ini, selalu memberikan semangat ketika saya merasa
lelah, selalu memberikan hal positif, dan yang tiada hentinya menghiasi hidup saya
dengan tawa canda kalian.
Terima kasih untuk dosen pembimbing yang tidak pernah lelah untuk membimbing
saya dari awal pembuatan karya tulis ini hingga akhir, dan selalu memberikan
dukungan juga motivasi dalam penyelesaian karya tulis ini.
Terima kasih untuk semuanya.
iii
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bandung
Jurusan Keperawatan Bandung
Program Studi Diploma III Keperawatan Bandung
Bandung, Mei 2020
Nanda Rizky Agustin. P17320117043
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh angka kejadian PPOK di Indonesia sebanyak 4,8
juta pada tahun 2011. Angka kejadian PPOK di Jawa Barat mencapai 3.941 jiwa pada
tahun 2012 sedangkan di Bandung sekitar 1.081 jiwa pada tahun 2017. PPOK
merupakan penyakit yang ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran nafas
yang tidak sepenuhnya reversible. Hambatan aliran udara ini bersifat progresif dan
berhubungan dengan respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang beracun
atau berbahaya. Penyebab, tanda gejala, komplikasi, dan pencegahan komplikasi
perlu diketahui oleh penderita PPOK untuk mencegah terjadinya keparahan, salah
satu faktor yang mempengaruhi adalah gambaran pengetahuan penderita PPOK.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan PPOK pada
penderita PPOK. Metode penelitian yang digunakan adalah study literature review.
Peneliti menelaah 6 artikel terkait gambaran pengetahuan dan PPOK. Penelitian
tersebut berasal dari Emi tahun 2014, Kristiana tahun 2015, Bayu tahun 2013, Fadhil
tahun 2013, Adelima tahun 2019, dan Maria tahun 2012. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa faktor yang sering ditemukan dalam mempengaruhi
pengetahuan adalah faktor pendidikan dan faktor pengalaman. Selain itu, masih
banyak penderita PPOK yang belum mengetahui secara betul mengenai PPOK
tersebut, hal ini berpengaruh terhadap gaya hidup dan kepatuhan pengobatan.
Diharapkan bagi tenaga keperawatan medikal bedah dapat meningkatkan
pengetahuan pada penderita PPOK dengan memberikan pendidikan kesehatan
mengenai PPOK tersebut.
iv
KATA PENGANTAR
Segala Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat
KRONIS (PPOK) PADA PENDERITA PPOK 2020”. Karya tulis ilmiah ini diajukan
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh
1. Bapak Dr. Ir. Osman Syarif, MKM selaku Direktur Politeknik Kesehatan
2. Bapak Dr. Asep Setiawan S.Kp., M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan
3. Ibu Hj. Sri Ramdaniati, S.Kep. Ners. M.Kep selaku Ketua Program Studi Jurusan
4. Ibu Susi Kusniasih, S.Kep., Ners., M.Kes selaku dosen Pembimbing Akademik
v
vi
5. Bapak Yosep Rohyadi S.Kp., M.Kep selaku pembimbing yang selalu memberikan
7. Kedua orang tua serta keluarga besar yang selalu memberikan dukungan serta
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan secara satu persatu, yang telah
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini masih terdapat
kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan pembaca dapat memberi kritikan
dan saran demi terciptanya karya tulis ilmiah yang lebih baik.
Penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi pembaca. Akhir kata penulis ucapkan, semoga Allah SWT
memberikan balasan yang berlimpah atas segala sesuatu yang telah dikerjakan oleh
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK...................................................................................................................iv
KATA PENGANTAR.................................................................................................v
DAFTAR ISI..............................................................................................................vii
DAFTAR BAGAN.......................................................................................................x
DAFTAR TABEL.......................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................xii
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................8
vii
viii
2.2.7 Penatalaksanaan..................................................................................17
5.1 Kesimpulan...........................................................................................................43
5.2 Rekomendasi.........................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................45
x
DAFTAR BAGAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 …………………………………………………………………………….27
xii
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Penyakit tidak menular masih menjadi suatu kekhawatiran bagi setiap masyarakat.
ancaman bagi kesehatan masyarakat, yaitu pada penyakit tidak menular antara lain
hipertensi, asma, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), diabetes mellitus, penyakit
PPOK merupakan salah satu penyakit tidak menular yang memiliki beban
2010 mengkategorikan PPOK kedalam empat besar penyakit tidak menular yang
memiliki angka kematian yang tinggi setelah penyakit kardiovaskuler, keganasan, dan
diabetes.
The Global Initiative for Chronic Obstructive Pulmonary Diseases (GOLD) tahun
2014 mendefinisikan PPOK sebagai penyakit respirasi kronis yang dapat dicegah dan
diobati, ditandai dengan adanya hambatan aliran udara yang persisten dan biasanya
saluran napas yang disebabkan oleh gas atau partikel iritan tertentu.
1
2
ekonomi, faktor perilaku, dan faktor lingkungan (Dinkes Kota Semarang, 2013).
PPOK adalah penyakit yang ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran nafas
yang tidak sepenuhnya reversible. Hambatan aliran udara ini bersifat progresif dan
berhubungan dengan respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang beracun
Menurut GOLD (the Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease)
2018, PPOK adalah penyakit umum, dapat dicegah dan diobati yang ditandai dengan
gejala pernapasan pesisten dan keterbatasan aliran udara yang disebabkan karena
Laporan data PPOK berdasarkan WHO terdapat 600 juta orang menderita PPOK
di dunia dengan 65 juta orang menderita PPOK dengan derajat sedang hingga berat.
Lebih dari 3 juta orang meninggal karena PPOK yang setara dengan 5% dari semua
kematian secara global (WHO, 2015). Hasil laporan data Penyakit Tidak Menular
oleh Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2011, menunjukkan PPOK
termasuk dalam 10 besar penyebab kematian PTM rawat inap di rumah sakit
Indonesia dengan besar 6,74% (Kemenkes RI, 2012 dalam Riskesdas 2013).
Angka ini bisa meningkat dengan semakin banyaknya jumlah perokok karena 90%
penderita PPOK adalah perokok atau bekas perokok (PDPI, 2011). Sedangkan di
Jawa Barat, jumlah penderita PPOK mencapai 3.941 jiwa (Profile Kesehatan Jawa
3
Barat, 2012) dan angka kejadian PPOK di Kota Bandung sekitar 1081 jiwa (Dinkes
Bandung, 2017).
Gejala PPOK antara lain batuk, sesak nafas, keterbatasan aktivitas, dan produksi
sputum yang bersifat produktif biasanya berwarna jernih, putih, kuning atau
disfungsi otot skeletal dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup penderita karena
akan membatasi kapasitas latihan dari pasien PPOK. Penurunan aktivitas pada
kehidupan sehari-hari akibat sesak nafas yang dialami pasien PPOK akan
itu, PPOK juga dapat menyebabkan infeksi pernapasan karena rentan terserang flu
dan pneumonia, masalah jantung, tekanan darah tinggi, dan bisa juga menyebabkan
depresi yang timbul akibat penurunan aktivitas pada penderita PPOK. Pasien PPOK
sering kali mengalami penurunan aktivitas, hal ini disebabkan karena pasien
mengalami sesak nafas sehingga pasien sering kali mudah lelah ketika melakukan
aktivitas dan pada akhirnya pasien menjadi cepat kesal atau frustasi karena
kondisinya tersebut.
anggota tubuh karena adanya kerusakan pada alveolar serta perubahan fisiologi
serta menimbulkan obstruksi atau penutupan awal fase ekspirasi sehingga terjadi
4
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Syafa seorang mahasiswi Universitas
Muhammadiyah Surakarta, tahun 2017. Dari data yang diperoleh penelitian tersebut
akut mayoritas berada pada umur 56 tahun ke atas sehingga ditemukan banyak
Penelitian lain yang dimuat pada Egyptian Journal of Chest Disease and
Tuberculosis dan dalam sebuah penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. Soedarso
Pontianak tentang hubungan derajat dan kualitas hidup pasien PPOK dengan
menyebutkan bahwa kualitas hidup dapat sangat terganggu pada pasien PPOK
mendapatkan pasien dengan derajat PPOK ringan dan sedang memiliki kualitas hidup
baik, sedangkan pasien dengan derajat PPOK berat dan sangat berat memiliki kualitas
Penelitian yang dilakukan oleh Li & Guang (2013) menemukan adanya hubungan
Penelitian ini dilakukan dengan cara pengukuran fungsi paru, dimana terlihat
yang berperan sebagai kunci utama terjadinya gangguan kognitif pada penderita
PPOK.
banyak komplikasi penyakit namun juga merupakan penyakit yang dapat dicegah,
gejalanya. Upaya pencegahan dan mengurangi gejala yang timbul pada penderita
pengobatan non-farmakologis yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan dan juga
oleh pasien itu sendiri (Sakhaei, 2018). Pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara
memperbaiki pola hidup seperti mencegah diri untuk merokok ataupun mengurangi
pencegahan terjadinya komplikasi atau keparahan pada penderita PPOK. Dalam hal
yang belum mengetahui dengan baik PPOK itu sendiri atau dengan kata lain,
pengetahuan pasien masih kurang. Maka, sangat penting pengetahuan PPOK bagi
dapat menyebabkan angka kesakitan dan kematian semakin tinggi serta berdasarkan
uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah, maka yang menjadi
mempengaruhi pengetahuan.
penderita PPOK.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan
segala apa yang diketahui berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh manusia
(Mubrak, 2011).
pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang terhadap objek yang merupakan kesan
yaitu :
8
9
a. Faktor pendidikan
pengetahuan.
orang tua, guru, dan media masa. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan
pengetahuan dan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat
b. Faktor pekerjaan
c. Faktor pengalaman
pengalaman seseorang tentang suatu hal, maka akan semakin bertambah pula
menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden.
10
d. Keyakinan
Keyakinan yang diperoleh oleh seseorang biasanya bisa didapat secara turun-
menurun dan tidak dapat dibuktikan terlebih dahulu, keyakinan positif dan
e. Sosial budaya
menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden
kemudian dilakukan penilaian nilai 1 untuk jawaban benar dan nilai 0 untuk jawaban
a. Baik : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 76%-100% dari seluruh
pertanyaan.
11
b. Cukup : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 56%-75% dari seluruh
pertanyaan.
c. Kurang : bila subjek mampu menjawab dengan benar 40%-55% dari seluruh
pertanyaan.
Penyakit pada paru secara garis besar dibagi dalam 2 kelompok, yaitu penyakit
paru restriksi dan obstruksi. Restriksi adalah keterbatasan kemampuan paru untuk
mengembang dan mengempis sesuai aliran udara yang masuk dan keluar.
Restriksi paru dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti adanya fibrosis, debris
2014). Sementara, obstruksi adalah sumbatan saluran napas (dalam hal ini ialah
paru). Sumbatan ini dapat disebabkan oleh fibrosis, cairan, partikel solid ataupun
benda lain yang bisa berada di dalam paru. PPOK termasuk ke dalam kelompok
PPOK adalah penyakit yang ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran
nafas yang tidak sepenuhnya reversible. Hambatan aliran udara ini bersifat progresif
dan berhubungan dengan respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang
Berdasarkan pendapat Caronia dan GOLD dapat disimpulkan bahwa PPOK adalah
sumbatan saluran napas yang bersifat progresif dan berhubungan dengan respons
Faktor paparan yang dapat menyebabkan PPOK adalah polusi udara dari hasil
rumah tangga seperti asap dapur, terutama pada dapur dengan ventilasi buruk dan
yang terkena terutama ialah wanita. Debu dan iritan lain seperti asap juga dapat
menyebabkan timbulnya penyakit ini dengan paparan yang lama dan sering. Asap
kendaraan bermotor dan asap rokok juga diduga dapat menjadi penyebab karena
membutuhkan waktu lebih lama untuk pengosongan paru. Peningkatan tahanan jalan
napas pada saluran napas kecil dan peningkatan compliance paru akibat kerusakan
dapat dinilai pengukuran Volume Ekspirasi Paksa detik pertama (FEV1) dan rasio
Patofisiologi pada pasien PPOK menurut The Global Initiative for Chronic
c. Hipersekresi mucus
d. Hipertensi pulmoner
e. Eksaserbasi
f. Gangguan sistemik
Pathway
Merokok
Faktor lingkungan
Induksi aktivasi
Peningkatan
Polusi udara makrofag dan
stress oksidatif
leukosit
Respon inflamasi
14
PPOK tidak terdiagnosis pada stadium awal tetapi pada stadium lanjut. Pada stadium
ini, kondisi pasien semakin berat. Kecurigaan PPOK dapat dimulai dari :
a. Terdapat pajanan bahan gas berbahaya, terutama asap rokok, dan polusi udara
reversible
e. Sering mendapatkan infeksi saluran napas dan membutuhkan waktu lama untuk
pulih.
PPOK ditandai dengan gejala pernapasan yang persisten dan hambatan aliran
Seseorang dengan PPOK ringan dapat tanpa keluhan atau gejala. Hal ini berbahaya
karena apabila faktor risikonya tidak dihindari maka penyakit ini semakin progresif.
a. Sesak nafas
Pada PPOK eksaserbasi akut terdapat gejala yang bertambah parah seperti:
Gejala non-spesifiknya seperti lesu, lemas, susah tidur, mudah lelah, dan depresi.
pasca TB paru.
16
(derajat PPOK) sesuai dengan ketentuan perkumpulan dokter paru Indonesia (PDPI),
dilaksanakan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya yang memilih spirometri
(PDPI, 2011).
anggota tubuh karena adanya kerusakan pada alveolar serta perubahan fisiologi
serta menimbulkan obstruksi atau penutupan awal fase ekspirasi sehingga terjadi
Komplikasi pada PPOK merupakan bentuk perjalanan penyakit yang progresif dan
2019) :
a. Gagal napas (gagal napas kronik, gagal napas akut pada gagal napas kronik) gagal
napas kronik ditandai dengan hasil analisis gas darah PO 2 < 60 mmHg, dan
b. Infeksi berulang
17
kuman, hal ini memudahkan terjadinya infeksi berulang, pada kondisi kronik ini
imunitas menjadi lebih rendah, ditandai dengan menurunnya kadar limfosit darah.
c. Kor pulmonal
Kor pulmonal adalah hipertrofi atau dilatasi akibat hipertensi pulmonal yang
disebabkan kelainan parenkim dan atau pembuluh darah paru yang tidak
dapat disebabkan oleh semakin terdesaknya pembuluh darah oleh paru yang
2.2.7 Penatalaksanaan
edukasi, melalui terapi oksigen, ventilasi mekanis, nutrisi yang cukup, dan
b. Tes fungsi paru untuk menentukan penyebab dispnea, untuk menentukan apakah
emfisema.
(bronkhitis kronis dan emfisema) tetapi sering menurun pada asma, pH normal
j. Kimia darah antara lain alfa satu antitripsin dilakukan untuk meyakinkan
berat), disritmia atrial (bronchitis), peninggian gelombang P pada lead II, III,
(EKG) latihan, tes stress membantu dalam mengkaji derajat disfungsi paru,
program latihan.
m. Spirometri
klinis, bila ditemukan sesak nafas yang kronik dan progresif, batuk disertai
produksi sputum kronik serta usia tua dengan riwayat terpajan oleh faktor-faktor
Upaya pencegahan dan mengurangi gejala yang timbul pada penderita PPOK dapat
farmakologis yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan dan juga oleh pasien itu
a. Terapi Farmakologis
1) Bronkodilator
dose inhaler (MDI) dan nebulizer. Pasien yang tidak mendapatkan nebul
untuk 2-3 dosis dan setiap 2-4 jam berdasarkan respon pasien.
2) Glukokortikoid
rumah sakit. Terapi prednisolon oral memiliki efektivitas yang sama dengan
3) Antibiotik
21
konsistensi sputum sebagai salah satu gejala dari 2 gejala atau memerlukan
ventilasi mekanik, hasil kultur yang menunjukkan bakteri gram negatif, dapat
4) Terapi pendukung
pemeriksaan lanjutan.
5) Terapi oksigen
22
saturasi target 88-92%. Ketika memulai terapi oksigen, analisa gas darah
6) Terapi ventilasi
invasive sebagai terapi pertama pada gagal nafas akut, PPOK eksaserbasi.
d. Terapi Non-farmakologis
23
bernutrisi.
Menurut Ambrosino dan Serradori (2006 dalam Khasanah, 2013) pada pasien
PPOK mengalami kelemahan otot inspirasi dan disfungsi oto yang bekontribusi
terhadap terjadinya sesak nafas. Salah satu dari latihan nafas yang efektif dalam
membantu mengatas sesak nafas adalah Pursed Lips Breathing (PLB) yang
melalui perlawanan yang diciptakan dengan bibir. Efek dari PLB adalah
ketika mengeluh sesak nafas. Posisi CKD dapat meningkatkan tekanan intra
Bagan 1
Kerangka Konsep
Keterangan:
Variabel yang akan diteliti
METODE PENELITIAN
dari kajian pustaka, tinjauan pustaka, kajian teoritis, landasan teori, telaah pustaka
(literature review), dan tinjauan teoritis. Dalam kata lain, penelitian kepustakaan
adalah penelitian yang dilakukan hanya berdasarkan atas karya tertulis, termasuk
hasil penelitian baik yang telah maupun yang belum dipublikasikan (Embun, 2012)
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder
merupakan data yang diperoleh bukan dari pengamatan langsung, akan tetapi data
tersebut diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti
terdahulu. Sumber data sekunder dapat berupa buku maupun artikel hasil penelitian
dalam jurnal yang dicari melalui situs pencarian seperti google cholar, PubMed, atau
Portal Garuda. Kata kunci yang digunakan dalam mencari hasil-hasil yang akan
keperawatan dan kesehatan yang memuat hasil penelitian terkait dengan Gambaran
25
26
1. Membaca seluruh artikel hasil penelitian yang didapatkan dari hasil pencarian data
penelitian
data pada hasil penelitian yang telah didapatkannya. Pada tahap ini juga, peneliti
melakukan analisis mengenai kualitas data sesuai dengan kemampuan peneliti dalam
Pada tahapan ini peneliti menelaah apakah hasil penelitian yang didapatkan
penelitian lainnya yang didapatkan. Peneliti juga melakukan analisis dari berbagai
segi dengan melihat data-data yang telah tersedia seperti karakteristik responden,
Tabel 4.1
Komplikasi
28
29
orang (100%).
Uji chi-square dan pearson
dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara derajat merokok
dengan derajat keparahan PPOK dan
koefisien korelasi antara keduanya.
Berdasarkan hasil uji chi-square
tersebut didapatkan nilai p = 0,033
dan uji korelasi pearson didpatkan
koefisien korelasi (r) = 0,577.
pengobatan.
2. Pasien dengan pengetahuan
tinggi tentang PPOK
Sebanyak 24 pasien memiliki
pengetahuan tinggi mengenai
PPOK, yang menyebabkan 16
pasien (66,67%) taat
dalampengobatan yang diberikan
dan 8 pasien (33,33%) tidak taat
dalampengobatan.
4.2 Pembahasan
Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasimalaya tahun 2014
menjelaskan:
bahkan aplikasi baik dari tim medis atau keaktifan pasien dalam mencari
penyakit ini.
mata
glukoma, diabetic retinopathy, dan semua penyakit pada mata yang terjadi
tua, guru, bahkan media masa. Pada penelitian ini terlihat bahwa
DM ini kurang.
saraf
nyeri sehingga ini menjadi faktor pasien tidak menyadari keluhan yang ia
kaki
Kesadaran diri yang kurang pada responden untuk mencari tahu mengenai
kaki.
sistem pencernaan
makanan yang berpotensi menimbulkan gas (kol dan ubi jalar), kopi, dan
itu mereka tidak mengetahui gejala-gejala seperti lidah terasa tebal, makan
sedikit tapi mudah kenyang, dan nafsu makan yang dapat menurun.
hasil dari “tahu” dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
beberapa faktor utama terkait dengan pengalaman dan akses sumber atau
komplikasinya.
memberikan dorongan untuk lebih mencari informasi yang tepat dalam hal
Pada hasil penelitian Bayu Krisna dkk dengan judul Hubungan Tingkat
tentang penyakit hipertensi tersebut diperoleh dari media massa, serta petugas
informasi yang disampaikan oleh orang tua, guru, media massa, atau bahkan
petugas kesehatan.
Derajat Merokok pada Penderita PPOK di Bagian Paru RSUP Dr. M. Djamil
tahun 2013, memiliki karakteristik sampel dilihat dari jenis kelamin, umur,
penelitian ini adalah laki-laki. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari
dengan persentase 11 orang (55%), dan hanya 1 orang (5%) yang berumur
dengan persentase 57,5% dari 139 sampel. Hal ini berhubungan dengan
penurunan fungsi paru yang lebih cepat menurun pada perokok aktif yang
Derajat keparahan penyakit terbanyak adalah derajat berat dan sangat berat
sebanyak 10 orang dengan persentase 50%. Hal ini sesuai dengan penelituan
terbanyak adalah derajat berat dengan persentase 64,1% dari 139 sampel.
Hal ini juga berhubungan dengan hasil penelitian terkait umur yang
keatas dengan teori yang menyatakan penurunan faal paru yang lebih cepat
pada perokok yang masih terus merokok aktif pada umur diatas 45 tahun.
42
Hasil uji statistik pada penelitian ini menggunakan uji chi-square dan
Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan tahun 2019, dijelaskan bahwa sebanyak 19
pendidikan responden yang mayoritas adalah SMA menjadi salah satu faktor
Hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2010) pada BAB II yang
akan semakin mudah untuk orang tersebut menerima informasi tentang obyek
responden yang tinggi, sehingga mudah bagi responden itu sendiri untuk
Semakin baik pengetahuan yang dimiliki maka akan semakin baik pula
pengobatan.
ketaatan pengobatan pasien PPOK (p < 0,001) dengan Old Ratio = 26.00.
Hasil dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah ada yang
yang diberikan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor pasien
dan faktor penyedia sarana kesehatan. Faktor yang berasal dari pasien salah
mengubah pola pikir dari pasien tersebut. Pola pikir yang telah berubah terkait
5.1 Kesimpulan
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin baik pula orang tersebut
suatu hal, maka semakin bertambah pula pengetahuan seseorang akan hal
tambahan pengetahuan.
Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian tersebut bahwa masih banyak responden
yang tidak menjaga gaya hidupnya seperti tetap merokok sehingga memperparah
pengetahuan baik dapat menjalankan pengobatan dengan baik pula atau dalam
45
46
5.2 Rekomendasi
Hasil penelitian terdahulu ini yang telah dianalasis dan diuraikan dapat
5.2.2 Institusi
Hasil penelitian terdahulu ini yang telah dianalisis dan diuraikan dapat
Hasil penelitian terdahulu ini yang telah dianalisis dan diuraikan dapat
Ariani, I., Masna, K., Fachri, M., Spesialis, D., Pengajar, S., Kedokteran, F., &
Muhammadiyah, U. (2014). Manajemen Perioperatif Penyakit Paru
Obstruktif Kronik ( PPOK ), 41(8), 595–600.
Dinkes Kota Semarang. (2013). Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013.
Semarang. https://dinkes.semarangkota.go.id/content/menu/7. Diakses pada 8
Mei 2020
47
48
Dinkes Kota Bandung. (2017). Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2017.
Bandung. https://dinkes.bandung.go.id/dashboard.php?page=profildinas.
Diakses pada 8 Mei 2020.
Emi, Asep Kuswandi, & Asep Setiawan. (2014). Gambaran Pengetahuan Pasien
Diabetes Mellitus tentang Pencegahan Komplikasi Diabetes Mellitus di
Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun
2014. Tasikmalaya..
Firdaus. (2014). Hubungan derajat obstruksi paru dengan kualitas hidup dengan
penderita PPOK di RSUD Dr. Soedarso Pontianak. Pontianak : Fakultas
Kedokteran Universitas Tanjungpura.
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). (2014). Global
Strategy for the Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic
Obstructive Pulmonary Disease. GOLD. USA.
________. (2015). Global Strategy for The Diagnosis, Management, And Prevention
of Chronic Obstructive Pulmonary Disease. USA: GOLD.
________. (2017). Global strategy for the diagnosis, management, and prevention of
chronic obstructive pulmonary disease. American Journal of COPD.
49
________. (2018). Global Strategy for The Diagnosis, Management, and Prevention
of Chronic Obstructive Disease. USA: GOLD.
________. (2019). Global Strategy for The Diagnosis, Management, and Prevention
of Chronic Obstructive Disease. USA: GOLD.
Intani Syafa. (2018). Evaluasi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit Paru
Obstruktif Kronik Eksaserbasi Akut di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr.
Moewandi Tahun 2016-2017. http://eprints.ums.ac.id/61313/11/NASKAH
%20PUBLIKASI-Syafa.pdf Diakses pada 17 Februari 2020.
Khasanah , Suci. (2013). Efektifitas Posisi Condong Ke Depan (CKD) dan Pursed
Lips Breathing (PLB) Terhadap Peningkatan Saturasi Oksigen Pasien
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
Kemenkes RI. (2012). Survei Kesehatan Dasar Indonesia. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Khotimah, Siti. (2013). Latihan Endurance Meningkatkan Kualitas Hidup Lebih Baik
Daripada Latihan Pernafasan Pada Pasien PPOK.
Li Jung and Guang-He Fei. (2013). The Unique Alterations of Hippocampus and
Cognitive Impairment in Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
Respiratory Research.
Naser F, Medison Irvan, & Erly. (2013). Gambaran Derajat Merokok pada Penderita
PPOK di Bagian Paru RSUP Dr. M. Djamil. Jurnal Kesehatan. 5 (2). 4-2.
Perhimpunan Dokter Paru Indoensia. (2011). PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kro-
nik), Diagnosis dan Penatalaksanaan. Revisi pertama. Jakarta : PDPI.
Singh D, Agusti A, Anzueto A, Barnes PJ, Bourbeau J, Celli BR, et al. (2019).
Global Strategy for the Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic
Obstructive Lung Disease: the GOLD science committee report 2019. The
European respiratory journal.
WHO. (2010). The World Health Report 2010. https://www.who.int/. Diakses pada
17 Februari 2020.
____. (2011). The World Health Report 2011 Burden of COPD. Geneva: WHO.
https://www.who.int/respiratory/copd/causes/en/. Diakses pada 16 Februari
2020.
Wijayakusuma. M.H., (2008), Bebas Diabetes Mellitus Ala Hembing. Jakarta: Puspa
Swara.
Zamzam, M.A., Azab, N.Y., Wahsh, R.A., Ragab, A.Z., Allam, E.M. (2012). Quality
of Life in COPD Patient.
Lampiran 1
Jadwal Penelitian
RIWAYAT HIDUP
Lampiran 3
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
BANDUNG
JURUSAN KEPERAWATAN
NIM :P17320117043
Pencegahan