Anda di halaman 1dari 62

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Bab ini akan membahas tentang hasil studi kasus asuhan

keperawatan pada pasien penyakit jantung koroner. Asuhan keperawatan

dilakukan pada Ny.H pada tanggal 06-08 Agustus 2019 di Rumah Sakit

Fatima Parepare. Asuhan keperawatan ini mencakup lima tahap proses

keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, rencana

asuhan keperawatan, implementasi, dan evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian

a. Identitas Pasien

Nama : Ny. H

Umur : 49 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Sidrap

Status : Menikah

Suku : Bugis

Agama : Islam

Pendidikan : D3

Pekerjaan : IRT

Ruang Perawatan : Bangsal Yusuf 3, kamar 9.2

Diagnosa Medis : Penyakit Jantung Koroner (PJK)


b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Nn. T

Umur : 21 Tahun

Hubungan dengan pasien : Keponakan

2. Riwayat Kesehatan Pasien

a. Kesehatan Pasien

1) Keluhan utama saat dikaji

Nyeri dada

2) Riwayat penyakit sekarang

Pasien mengatakan nyeri pada dada sebelah kiri tembus

punggung sejak 3 hari yang lalu. Nyeri bertambah apabila

melakukan aktivitas dan kurang beristirahat, nyeri dirasakan

selama 10-15 menit, pasien mengatakan nyeri seperti ditekan,

skala nyeri 6. Wajah pasien tampak meringis, pasien tampak

memegang daerah dada yang nyeri . Pasien mengeluh sulit

untuk bernafas, pasien mengeluh lemas.

3) Riwayat penyakit terdahulu

Menurut pasien, ada riwayat penyakit asma tapi sudah

berobat teratur.

4) Riwayat penyakit keluarga

Menurut pasien dalam keluarga tidak ada yang menderita

penyakit DM, tapi ada riwayat penyakit asma yang diderita

oleh ibunya.
5) Genogram

49

Keterangan :

Lakilaki :

Perempuan :

Meninggal :

Pasien :

Tinggal serumah :
3. Pola fungsi kesehatan

a. Pola pemeliharaan kesehatan

1) Sebelum sakit

Pasien mengatakan tinggal dilingkungan yang bersih dan aman,

dirumah pasien mandi 2x sehari, menggosok gigi pada pagi

hari dan malam hari dan ganti pakaian setiap selesai mandi,

cuci rambut 2x sehari. Pasien sering mengontrol kesehatannya

dipoliknik dr. A untuk sakit asmanya. Pasien mengatakan tidak

pernah menggunakan tembakau, napza, ataupun alcohol.

2) Selama sakit

Pasien mandi 1x sehari dengan menggosok gigi pada pagi hari

dan malam hari ketika akan tidur dan ganti pakaian setiap 1x

sehari dibantu oleh perawat dan keluarga. Pasien mengeluh

nyeri pada dada sebelah kiri dan sulit bernapas. Pasien

dianjurkan untuk badrest, terpasang infus RL 12 tetes/menit

pada tangan sebelah kanan, terapi yang diberikan adalah

ranitidine, sohobion, diazepam, alprazolam, donperidon,

nitrocaf retard, minraspi. Pasien mengatakan tidak terlalu

paham tentang penyakit yang dideritanya sekarang.

b. Pola nutrisi-metabolik

1) Sebelum sakit

Pasien mengatakan dirumah makan 3x sehari dengan menu

nasi, ikan dan sayuran. Pasien mengatakan makanan favoritnya


adalah bakso dan alergi telur, dirumah pasien kuat minum air

putih sebanyak ±2500 cc / hari, pasien mengatakan tidak

terlalu suka minuman yang terlalu manis. Pasien mengatakan

tidak memiliki makanan pantangan, pasien mengatakan tidak

ada pembatasan diet. Nafsu makan pasien baik, pasien tidak

memiliki gangguan menelan atau mengunyah makanan. Pasien

mengatakan tidak mengalami perubahan BB selama 6 bulan

terakhir.

2) Selama sakit

Pasien makan mengikuti menu yang disajikan dirumah sakit 3x

sehari, hanya habis ½ porsi makan karena merasa mual. Pasien

mengatakan kurang nafsu makan. Pasien minum air putih

sebanyak ± 2000cc / hari. Pasien tidak menggunakan alat bantu

makan atau minum.

c. Pola eliminasi

1) Sebelum sakit

Pasien mengatakan dirumah BAB setiap pagi dengan

konsistensi padat, dan BAK sebanyak 4-5x sehari, BAK lancar.

Pasien mengatakan tidak menggunakan obat pencahar, tidak

ada keluhan BAB/BAK.

2) Selama sakit
Pasien mengatakan selama 2 hari dirawat pasien hanya BAB 1x

dengan konsistensi lunak. BAK 4-5x perhari, warma urine

kuning pekat dan berbau pesing.

d. Pola aktivitas dan latihan

1) Sebelum sakit

Setiap setiap hari hanya mengurus kegiatan dalam rumah

tangga,aktivitas dilakukan secara mandiri, pasien memulai

aktivitasnya sejak pukul 05.00 s/d pukul 18.00 WITA. Pasien

mengatakan dadanya akan terasa nyeri saat melakukan aktivitas

berat ataupun ringan. Pasien mengatakan biasanya berolahraga

jogging selama 10-15 menit perhari bersama suaminya. Waktu

luang dipakai untuk duduk nonton tv bersama suami dan anak-

anak.

2) Selama sakit

Pasien saat ini tidak bisa beraktivitas karena sedang sakit.

pasien hanya menghabiskan waktu ditempat tidur. Pasien

dianjurkan untuk badrest. Pasien mampu miring kanan dan kiri.

e. Pola tidur dan istirahat

1) Sebelum sakit

Pasien biasanya tidur siang pukul 14.00-14.50 wita, dan tidur

pada malam hari pukul 21.00-05.00 wita. Sebelum tidur pasien

menonton tv. Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan

tidur.
2) Selama sakit

Pasien mengatakan selama sakit pasien sulit tidur karena rasa

nyeri pada dadanya. Pasien mengatakan selama sakit sering

tidur siang sekitar 1 jam, dan pada malam hari tidur pada pukul

20.00- 06.00 wita.

f. Pola kognitif dan persepsi/sensori

1) Sebelum sakit

a) Kognitif

Pasien mampu berbicara menggunakan bahasa Indonesia,

pasien mampu membaca dengan baik, pasien mampu

berkomunikasi dengan baik, pasien mampu mendengar

dengan baik.

b) Persepsi / Sensori

Pasien mengatakan pendengaran baik, tidak ada gangguan

pendengaran pada telinga kiri dan kanan. Pasien mengatakan

menggunakan alat bantu penglihatan yaitu kacamata, pasien

mampu merasakan ransangan atau sentuhan pada tubuh,

pasien dapat mencium bau atau aroma dengan baik dan tidak

ada gangguan indra penciuman. Pasien mengatakan nyeri

dada sebelah kiri timbul pada saat melakukan aktivitas, nyeri

seperti ditekan, dirasakan selama 20 menit dengan skala

nyeri 5.
2) Selama sakit

a) Kognitif

Pasien mampu mengenal dirinya dengan baik, tingkat

kesadaran pasien compos mentis, bahasa yang digunakan

bahasa Indonesia, pasien mampu berkomunikasi dengan

perawat, pasien mampu menjawab pertnyaan sesuai yang

diberikan, pasien tidak memiliki gangguan mental.

b) Persepsi / Sensori

Pasien menggunakan alat bantu penglihatan yaitu

kacamata, pasien mampu mendengar dengan baik, pasien

tidak memiliki gangguan dalam mengecap rasa, pasien

mampu merasakan ransangan atau sentuhan pada tubuh,

pasien dapat mencium bau atau aroma dengan baik. Pasien

mengeluh nyeri dada sebelah kiri tembus punggung, nyeri

timbul saat beraktivitas, nyeri berlansung selama 10-15

menit, nyeri seperti ditekan, skala nyeri 6.

g. Pola konsep diri-persepsi diri

1) Sebelum sakit

Pasien mampu mengenal dirinya sendiri, Pasien sebagai ibu

rumah tangga dan anggota masyarakat, pasien tidak memilih-

milih dalam bergaul. Pasien mengatakan dirinya mampu

melakukan tugasnya sebagai ibu rumah tangga dengan baik.

Pasien mengatakan mampu menghadapi konflik dengan baik.


2) Selama sakit

Pasien mampu mengenal dirinya, pasien tahu saat ini sedang

dirawat karena sedang sakit. Pasien mengatakan khwatir

dengan keadaannya saat ini, pasien hanya menghabiskan waktu

ditempat tidur, pasien mengatakan perannya sebagai ibu rumah

tangga menjadi terganggu selama sakit.

h. Pola peran dan hubungan dengan sesama

1) Sebelum sakit

Pasien berperan sebagai ibu rumah tangga. Pasien tinggal

serumah dengan suami dan anak. Pasien mengatakan aktif

mengikuti pengajian disekitar rumah, Pasien mengatakan

hubungan dengan orang tua, anak saudara, dan perkawinan

baik.

2) Selama sakit

Pasien mengatakan perannya sebagai ibu rumah tangga

menjadi terganggu, Pasien mengatakan tidak ada masalah

dengan keluaraga atau dengan tetangga dan anggota masyaakat

lainnya, pasien mampu berinteraksi antara anggota keluarga,

teman, tetangga, pasien lainnya maupun perawat. Selama sakit

pasien selalu dikunjungi oleh keluarga, teman-teman dan

tetangga.
i. Pola reproduksi

1) Sebelum sakit

Pasien mengatakan berumur 49 tahun dan memiliki 4 orang

anak, tidak ada kelainan pada genitalia dan pasien

membersihkan setiap kali mandi. Pasien mengatakan mengikuti

program KB berupa pil KB.

2) Selama sakit

Pasien mengatakan tidak ada kelainan pada genitalia, pasien

rajin membersihkan genitalianya.

j. Pola koping-toleransi terhadap stress

1) Sebelum sakit

Pasien mengatakan bila ada masalah tidak terlalu dipikirkan,

masalah yang dihadapi dipecahkan bersama suami dan

keluarga.

2) Selama sakit

Pasien hanya memikirkan penyakitnya, keluarga sering

betanya-tanya tentang penyakit pasien. Pasien dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah sakit, hubungan

dengan perawat dan kerabat tetap baik.

k. Pola nilai dan kepercayaan

1) Sebelum sakit

Pasien beragama islam dan melaksanakan shalat 5 waktu.


2) Selama sakit

Saat ini pasien tidak dapat shalat karena ia sedang sakit.

4. Pengkajian fisik

a. Pengukuran TB : 155 cm

b. Pengukuran BB : 63 cm

c. IMT : 26,22

Kesimpulan : Obesitas tingkat 1.

d. Pengukuran vital sign

1) Tekanan darah : 120/80 mmHg

Diukur di : Lengan kiri atas, nadi bradialis

Posisi pasien : Berbaring

2) Nadi : 90x/menit

Regular/irregular : Reguler

3) Suhu : 38,8°c

Diukur di : Axilla

4) Respirasi : 24x/menit

Regular/irregular : Regular

e. Tingkat kesadaran

1) Kualitatif : Compos Mentis

2) Kuantitatif : Eye ( Respond membuka mata) : 4

Verbal ( Respond Suara ) :5

Motorik ( Respond gerakan ) :6

Total : 15 ( Sadar Penuh)


f. Keadaan umum

Pasien masuk dirumah sakit dengan keluhan nyeri dada.

g. Pemeriksaan fisik

1) Kepala

a) Inspeksi

Rambut tampak bersih, kulit kepala bersih tidak

berketombe, pertumbuhan rambut lebat, dan wajah tampak

simetris.

b) Palpasi

Tekstur rambut baik, halus dan tidak mudah patah.

2) Mata

a) Inspeksi

Pasien mengatakan penglihatan kabur terutama bila tidak

menggunakan kacamata saat membaca, mata tidak icterik,

conjungtiva merah muda.

b) Palpasi

Tidak teraba adanya benjolan pada bola mata, TIO kiri dan

kanan sama.

3) Telinga

a) Inspeksi

Bentuk telinga simetris kiri dan kanan, conalis bersih tidak

ada serumen, tidak memakai alat bantu dengar.


b) Palpasi

Tidak teraba adanya benjolan dan tidak ada nyeri tekan

pada telinga.

4) Hidung

a) Inspeksi

Septum hidung berada ditengah, tidak ada kelainan, secret

tidak ada.

b) Palpasi

Tidak teraba adanya benjolan dan tidak ada nyeri tekan,

pasien mampu membedakan bau-bauan.

5) Mulut dan tenggorokan

a) Inspeksi

Gigi tampak bersih, tidak ada caries gigi, jumlah gigi sudah

tidak lengkap. Lidah pucat, dan tampak kotor. Tonsil

tampak normal.

6) Leher

a) Inspeksi

Tidak terdapat adanya pembesaran kelenjar tyroid.

b) Palpasi

Tidak teraba adanya benjolan pada leher dan tidak nyeri

tekan.
7) Tengkuk

a) Inspeksi

Tidak ada kaku kuduk.

8) Dada

a) Inspeksi

Bentuk dada normal, simetris kiri dan kanan, frekuensi

nafas 24x/menit irama teratur, menggunakan pernafasan

dada.

b) Palpasi

Teraba suara vocal fremitus kiri dan kanan seimbang

dilapang paru.

c) Perkusi

Terdengan sonor pada semua lapang paru.

d) Auskultasi

Terdengar vesikuler disemua lapang paru, tidak ada

terdengar suara tambahan.

9) Jantung

a) Inspeksi

Tidak tampak ictus cordis.

b) Palpasi

Ictus cordis teraba di intercosta 4 dan 5 mid clavicularis

sinistra.
c) Perkusi

Bunyi pekak pada batas jantung atas ICS 2 dan ICS 3 kiri.

Batas jantun kanan atas ICS 4 linea sternalis dextra, batas

jantung kanan bawah ICS 2 linea sternalis sinistra, batas

jantung kiri atas ICS 2 linea sternalis sinistra, batas jantung

kiri bawah linea mid clavicularis sinistra.

d) Auskultasi

Bunyi jantung I dan II regular tidak ada suara tambahan.

10) Payudara

a) Inspeksi

Bentuk simetris kiri dan kanan, papilla mammae tampak

menonjol.

b) Palpasi

Konsistensi lembek, tidak teraba adanya pembesaran

kelenjar mammae, tidak teraba adanya massa atau tumor.

11) Abdomen

a) Inspeksi

Warna kulit tampak coklat, bentuk datar, tidsk terdapat

luka, tidak tampak adanya bayangan pembuluh darah vena,

tidak tampak adanya benjolan.

b) Auskultasi

Frekuensi peristaltik usus 15x/menit


c) Palpasi

Tidak teraba adanya massa.

d) Perkusi

Terdengan tympani.

12) Ekstremitas

Ekstremitas atas :

a) Inspeksi

Ekstremitas kiri dan kanan simetris, kedua tangan dapat

digerakkan.

Terpasang infuse RL 12 tetes/menit pada tangan kanan.

b) Palpasi

Tidak ada nyeri tekan.

Ekstremitas bawah

a) Inspeksi

Ekstremitas bawah simetris kiri dan kanan.

b) Palpasi

Tidak ada edema dan benjolan.

5. Pemeriksaan diagnostik

a. Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nila rujukan


Hemoglobin 13, 7 12,0-14,0 g/d
Leocosit 8000 4.000-10.000 U/I
Erytrocit 5.040.000 4.000.000-6.000.000
U/I
Differensial LYM : 40,0 LYM : 20,0-40,0 %
MID : 5,3 MID : 2,0-12,0%
NEUT : 54,7 NEUT : 52,0-75,0%
Hematocrit 41,1 30,2-42,3%
Trombocyt 248.000 150.000-400.000 U/I
MCH 27,2 27,0-42,3 Pg
MCV 81,5 76-96 fl
MCHC 33,3 30,0-35,0 gr/dl
RDW-CV 13,5 10-17,0%
Gula darah 131 < 140 mg/dl
SGOT 18 < 31 U/L
SGPT 16 < 31 UL

b. EKG

Sinus Ritem lateral iskemik.

6. Penatalaksanaan

a. Tindakan keperawatan

Telah dilakukan pemasangan infus pada tangan kanan vena

metacarpal.

b. Tindakan pengobatan

1) Infus RL 12 tetes/menit

2) Injeksi per IV

a) Ranitidine / amp/ 12jam.

b) Sohobion / amp/hari.

3) Obat Oral

a) Diazepam 2x1 tablet

b) Alprazolam 0,5gr

c) Donperidon 3x1

d) Nitrocaf retard 2x1

e) Minraspi 1x1
4) Supusitoria

a) Dulcolax 2 sub.
2. Klasifikasi Data

Data Subyektif :

a. KU pasien tampak sakit sedang

b. Pasien mengatakan nyeri pada dada sebelah kiri tembus punggung,

nyeri dada seperti ditekan, nyeri dirasakan selama 10-15 menit.

c. Pasien mengatakan nyeri seperti ditekan.

d. Pasien mengatakan nyeri bertambah apabila melakukan aktivitas

dan kurang beristirahat.

e. Pasien mengeluh mual

Data Obyektif :

a. Wajah pasien tampak meringis

b. Skala nyeri 6.

c. Pasien tampak badrest

d. TTV :

TD : 120/80mmHg

P : 24x/menit

N : 90x/menit

S : 38,8° C

e. Infus terpasang dengan RL 12 tts/menit.


3. Analisa Data

Data Etiologi Masalah


DS : Agen pencedera Nyeri Akut
 Pasien mengatakan
fisiologis iskemia
nyeri pada dada
jaringan miokard akibat
sebelah kiri tembus
sumbatan arteri
punggung selama
koronaria.
10-15 menit.

 Pasien mengatakan

nyeri bertambah

apabila melakukan

aktivitas dan kurang

beristirahat, pasien

mengatakan

 Pasien mengatakan

nyeri seperti ditekan.

DO :

 KU pasien tampak

sakit sedang

 Wajah pasien

tampak meringis

 Skala nyeri 6
 Pasien badrest

 Terpasang infuse RL

12 tts/menit ditangan

kiri.

 Observasi TTV :

TD: 120/80 mmHg

P : 24kali/ menit

N : 90x/menit

S : 38,8°C.

4. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat diambil dari pasien Ny. H adalah

Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis iskemia

jaringan miokard akibat sumbatan arteri koronaria ditandai dengan

Pasien mengatakan nyeri pada dada sebelah kiri tembus punggung

selama 10-15 menit, Pasien mengatakan nyeri bertambah apabila

melakukan aktivitas dan kurang beristirahat, Pasien mengatakan nyeri

seperti ditekan, skala nyeri 6.


5. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa keperawatan HYD Rencana tindakan keperawatan

Intervensi Rasional
1. Nyeri akut berhubungan Setelah diberikan asuhan 1. Identifikasi lokasi, 1. Mengetahui tingkat

dengan agen pencedera keperawatan selama 3 jam karakteristik, durasi, pengalaman nyeri klien

fisiologis iskemia jaringan maka diharapkan tingkat nyeri frekuensi, kualitas, dan dan tindakan

miokard terhadap sumbatan menurun dengan kriteria intensitas nyeri. keperawatan yang akan

arteri koronaria. Ditandai hasil : dilakukan untuk

dengan :  Kemampuan mengurangi nyeri.

DS : meningkatkan

Pasien mengatakan aktivitas meningkat 2. 2. Untuk mengetahui

nyeri pada dada  Keluhan nyeri tingkat skala nyeri.

sebelah kiri tembus menurun

punggung sejak 3 hari  Ekspresi meringis


3. Identifikasi respond 3. Untuk mengetahui
yang lalu. menurun nyeri. tingkat

Nyeri bertambah  Frekuensi nadi ketidaknyamanan yang

apabila melakukan membaik dirasakan oleh pasien

aktivitas dan kurang  Pola napas membaik

beristirahat, pasien  Tekanan darah 4. Identifikasi faktor 4. Menurunkan reaksi

mengatakan nyeri membaik yang memperberat terhadap stimulus

seperti ditekan, skala  Nafsu makan atau memperingan dari luar dan

nyeri 5. membaik nyeri. meningkatkan

DO : istirahat atau

 KU pasien tampak relaksasi.

sakit sedang 5. Anjurkan memonitor 5. Untuk

 Pasien badrest nyeri secara mandiri. mempermudah

 Wajah pasien tampak proses perawatan.

meringis 6. Fasilitasi istirahat dan 6. Untuk mengurangi


 Terpasang infuse RL tidur. rasa nyeri. Dengan

12 tts/menit ditangan pemberian istirahat

kiri. maka kerja jantung

 Observasi TTV : dapat menjadi

TD: 120/80 mmHg ringan.

P : 24kali/ menit

N : 90x/menit 7. Berikan teknik 7. Untuk mengurangi

S : 38,8°C. nonfarmakologis rasa nyeri. Karena

 Skala nyeri : 5 untuk mengurangi pemberian teknik

rasa nyeri. relaksasi mampu

meransang tubuh

untuk

mengeluarkan

opiod endogen atau


hormon endorphin

dan enkafali, yang

berperan untuk

mengurangi rasa

sakit dengan cara

memicu perasaan

positif.

8. Ajarkan teknik 8. Agar pasien mampu

nonfarmakologis mengurangi rasa

untuk mengurangi nyeri secara

rasa nyeri. mandiri dengan

teknik relaksasi.

Teknik relaksasi

mudah dilakukan
dan tidak

menggunakan alat

sehingga bisa

dilakukan kapan

saja dan dimana

saja.

9. Kolaborasi 9. Karena pemberian

pemberian analgesik. analgesic golongan

opiod mampu

meringankan nyeri

dengan cara

mengeluarkan

hormone endorphin

dan enkafalin.
6. Implementasi

Hari / No

tanggal Jam DP Implementasi Paraf

Selasa, 08.00  Memberi salam

06  Memperkenalkan diri dan

Agustus menjelaskan maksud dan L

2019 tujuan. I

 Merapikan tempat tidur. S

 Mengobservasi KU dan A

keluhan pasien. A

D
 KU pasien sakit sedang.
08.30 1.1 I
 Mengidentifikasi lokasi,
T
karakteristik, durasi,
A
frekuensi, kualitas, dan
M
intensitas nyeri.
A
 Pasien mengatakan nyeri

pada dada sebelah kiri

tembus punggung, nyeri

dirasakan seperti ditekan,

selama 10-15 menit.


08.35 1.2  Mengidentifikasi skala nyeri

 skala nyeri 6.

 Wajah Pasien tampak L

meringis I

 Observasi TTV : S

A
TD:120/80mmhg
A
P : 22x/menit
D
N: 90x/menit
I
S : 38.5°C
1.3 T
 Mengidentifikasi respond
A
nyeri
M
 Pasien mengatakan nyeri
A
yang dirasakan pada dada

seperti ditekan
09.00 1.9
 Memberikan terapi analgetik

 Terapi injeksi ranitidine

amp/12 jam.

 Mengidentifikasi faktor
09.20 1.4.
yang memperberat atau

memperingan nyeri

 Pasien mengatakan nyeri

timbul saat bergerak.

 Pasien mengatakan
nyerik akan berkurang

saat berbaring atau

bersandar. L

 Menganjurkan memonitor I

nyeri secara mandiri. S

09.30 1.5  Pasien mengatakan nyeri A

nya akan timbul setiap A

10-15 menit jika D

melakukan aktivitas. I

 Memfasilitasi istirahat T

dan tidur. A

09.35 1.6  Pasien tampak M

berbaring ditempat A

tidur.

 Pasien mengatakan

aktivitasnya dibantu

oleh kleuarga dan

perawat.

 Memberikan teknik

nonfarmakologis untuk
09.40 1.7 mengurangi rasa nyeri.

 Memberikan teknik

relaksasi.
 Mengajarkan teknik

nonfarmakologis untuk

09.45 1.8 mengurangi rasa nyeri.

 Pasien tampak melakukan

teknik relaksasi. L

 Paien mengatakan Setelah I

melakukan teknik relaksasi S

pasien masih merasa nyeri. A

 Mengidentifikasi skala nyeri. A

 Skala nyeri 6. D

10.00 1.2 I
 Kolaborasi pemberian obat:
T
 Donperidone 1 tab.
11.40 1.9 A
 Minraspi 1 tab.
M
 Nitrocaf retard 1tab
A

Rabu 07 08.00  Memberi salam

agustus  Merapikan tempat tidur

2019  Mengobservasi KU pasien

 KU pasien sakit sedang

 Infus terpasang dengan RL.

 Observasi TTV:
 TD: 120/70mmHg

 P : 22x/menit

 N : 88x/menit
1.1
 S : 37°c
08.30
L
 Mengidentifikasi lokasi,
I
karakteristik, durasi,
S
frekuensi, kualitas, dan
A
intensitas nyeri.
A
 Pasien mengatakan nyeri
D
pada dada sebelah kiri
I
tembus punggung, nyeri
T
dirasakan seperti ditekan,
A
selama 10 menit.
M
 Ekspresi wajah meringis
1.2 A
menurun.

 Mengidentifikasi skala nyeri


1.3
 Skala nyeri 5.

 Mengidentifikasi respond

nyeri

 Pasien mengatakan nyeri

pada dada yang dirasakan

seperti tertekan L
1.4
08.40  Identifikasi faktor yang I
meperberat atau memperingan S

nyeri. A

 Pasien mengatakan Nyeri A

berkurang saat beristirahat D

 Nyeri timbul bila I

melakukan aktivitas T

A
09.00 1.9  Kolaborasi pemberian

analgesik. L

 Ranitidine /amp/12jam I

09.10 1.5  Menganjurkan memonitor S

nyeri secara mandiri. A

 Pasien mengatakan nyeri A

timbul selama 10-15 menit. D

 Pasien mengtakan nyeri I

yang dirasakan seperti T

ditekan. A

1.6 M
 Memfasilitasi istiraha dan
A
tidur.

 Pasien tampak berbaring

ditempat tidur
 Aktivitas pasien dibantu L

oleh keluarga I

09.20 1.7  Memberikan teknik S

nonfarmakologis A

 Memberikan teknik A

relaksasi. D

 Pasien tampak melakukan I

teknik relaksasi. T

09.25 1.8  Ajarkan teknik A

nonfarmakologis untuk M

mengurangi rasa nyeri A

 Pasien melakukan teknik

relaksasi apabila nyeri

muncul.

 Pasien mengatakan setelah

melakukan teknik

relaksasi nyeri menjadi

ringan.

 Mengidentifikasi skala nyeri.


09.40 1.2
 Skala nyeri 5.

 Kolaborasi pemberian obat


1.9
 Donperidon 3x1 L

 Minraspi 1x1 I
 Nitrocaf retard 2x1 S

 Diazepam 2x1 A

Kamis 08.00  Memberi salam

08  Memandikan pasien L

agustus  Merapikan tempat tempat I

2019 tidur S

08.30  Mengobservasi KU pasien. A

A
 Pasien tampak sakit
D
sedang
I
 Infuse terpasang dengan
T
RL
A
 Observasi TTV : M

 TD: 120/80mmhg A

 P : 20x/menit

 N : 86xpermenit

 S : 36,8°c
08.40 1.1
 Mengidentifikasi lokasi,

karakteristik, durasi,

frekuensi, kualitas, dan

intensitas nyeri.

 Pasien mengatakan nyeri

pada dada berkurang, nyeri

kadang timbul selama 5 ,

skala nyeri 3

 Ekspresi wajah meringis

menurun

1.2  Mengidentifikasi skala nyeri

 Pasien mengatakan skala

nyeri 3. L

1.3  Mengidentifiksi respond I

nyeri S

 Pasien mengatakan nyeri A

dirasakan sudah berkurang, A


nyeri kadang timbul selama D

5 menit. I

 Memfasilitasi istirahat dan T

10.00 1.6 tidur. A

 Pasien bersandar ditempat M

tidur A

 Aktivitas pasien dibantu

oleh keluarga dan perawat.

 Menganjurkan memonitor

1.5 nyeri secara mandiri.

 Pasien mengatakan nyeri

timbul selama 5 menit.

 Berikan teknik relaksasi

untuk mengurangi rasa nyeri.


10.30 1.7 L
 Menganjurkan pasien
I
melakukan teknik relakasi
S
apabila nyeri timbul.
A
 Mengajarkan teknik
A
nonfarmkologis untuk
10.40 1.8 D
mengurangi rasa nyeri.
I
 Pasien mengatakan setelah T
melakukan teknik A

relaksasi nyeri terasa M

berkurang. A

 Mengidentifikasi skala nyeri.

11.00 1.2  Skala nyeri 3.

 Kolaborasi pemberian obat


1.9
 Donperidone 3x1

 Minraspi 1x1

 Nitrocaf retard 2x1

7. Evaluasi

Hari / No

tanggal Jam Dp Evaluasi Paraf

Selasa 06 13.00 1 S:

Agustus  Pasien mengatakan nyeri

2019 pada dada sebelah kiri L

tembus punggung, nyeri I

dirasakan seperti ditekan, S

selama 10-15 menit, skala A


nyeri 6. A

 Pasien mengatakan nyeri D

timbul saat bergerak. I

 Pasien mengatakan nyeri T

akan berkurang saat A

berbaring atau bersandar. M

O: A
 Pasien tampak berbaring

ditempat tidur

 Wajah pasien tampak

meringis

 Skala nyeri 6

 Observasi TTV :

TD:120/80mmhg

P : 22x/menit

N: 90x/menit

S : 38.5°c
L
 Skala nyeri 6 I
A: S
Masalah belum teratasi A
P: A
Lanjutkan intervensi D
 Identifikasi lokasi, I
karakteristik, durasi, T

frekuensi, kualitas, A

intensitas nyeri. M

 Identifikasi skala nyeri. A

 Identifikasi respond nyeri

 Identifikasi factor yang

memperberat atau

memperingan nyeri

 Anjurkan memonitor

nyeri secara mandiri

 Berikan pembatasan

aktivitas

 Berikan teknik

nonfarmakologis untuk
L
mengurangi rasa nyeri
I
 Ajarkan teknik reknik
S
nonfarmakologis untuk
A
mengurangi rasa nyeri
A
 Kolaborasi pemberian
D
analgetik.
I

A
M

A
Rabu 07 1 13.00 S : L

agustus  KU pasien sakit sedang, I

2019 nyeri pada dada sebelah S

kiri tembus punggung, A

nyeri dirasakan seperti A

ditekan, selama 10 menit, D

skala nyeri 5. I

 Pasien mengatakan nyeri T

timbul saat bergerak. A

 Pasien mengatakan M

nyerik akan berkurang A

 saat berbaring atau

bersandar. L

 Setelah melakukan teknik I

relaksasi pasien S

mengatakan nyeri A

berkurang. A

O: D

 Pasien tampak berbaring I

ditempat tidur T

A
 Infuse terpasang dengan
M
RL
 Observasi TTV: A

TD:

120/70mmHg

P : 22x/menit

N : 88x/menit

S : 37°c

 Ekspresi wajah meringis

menurun .

 Skala nyeri 5 .

 Pasien melakukan teknik

relaksasi apabila rasa

nyeri timbul

A:
L
Masalah belum teratasi
I
P:
S
Lanjutkan intervensi :
A
 Identifikasi lokasi,
A
karakteristik, durasi,
D
frekuensi, kualitas,
I
intensitas nyeri.
T
 Identifikasi skala nyeri.
A
 Identifikasi respond nyeri M
 Identifikasi factor yang A

memperberat atau

memperingan nyeri L

 Anjurkan memonitor I

nyeri secara mandiri S

 Berikan pembatasan A

aktivitas A

 Berikan teknik D

nonfarmakologis untuk I

mengurangi rasa nyeri T

 Ajarkan teknik reknik A

nonfarmakologis untuk M

mengurangi rasa nyeri

 Kolaborasi pemberian

analgetik.

Kamis 08 1 13.00 S :

Agutus  Pasien tampak sakit L

2019 sedang, pasien I

mengatakan nyeri dada S

berkurang, nyeri kadang A

 timbul selama 5 , skala A

nyeri 3. D

I
 Pasien mengatakan T

setelah melakukan teknik A

relaksasi nyeri terasa M

berkurang A

O:
 Pasien bersandar

ditempat tidur

 Aktivitas pasien dibantu

oleh keluarga dan

perawat.

 Ekspresi wajah meringis

menurun

 Infus terpasang dengan

RL

 Pasien melakukan teknik

relaksasi nafas dalam

 Observasi TTV :

TD: 120/80mmhg

P : 20x/menit

N : 86xpermenit

S : 36,8°c

 Skala nyeri 3

A:
Masalah teratasi

P:

Pertahankan intervensi :

 Identifikasi lokasi,

karakteristik, durasi,

frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri.

 Identifikasi skala nyeri.

 Identifikasi respond nyeri

 Anjurkan memonitor

nyeri secara mandiri

 Berikan pembatasan

aktivitas

 Berikan teknik

nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri

 Ajarkan teknik reknik

nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri

 Kolaborasi pemberian

analgetik.
B. PEMBAHASAN

Penulis akan fokus membahas satu masalah keperawatan yaitu nyeri

dari tahap pengkajian, penegakan diagnosis, rencana asuhan keperawatan,

implementasi dan evaluasi, serta akan dibahas pada kesenjangan antara

kasus yang dikelola dirumah sakit dengan konsep teori.

1. Pengkajian

Pada tinjauan kasus penyakit jantung koroner dengan masalah

keperawatan nyeri akut, Ny.H mengatakan nyeri pada dada sebelah

kiri tembus punggung sejak 3 hari yang lalu. Nyeri bertambah apabila

melakukan aktivitas dan kurang beristirahat, pasien mengatakan nyeri


seperti ditekan, pasien mengatakan nyeri yang dirasakan berlansung

selama 10-15 menit, skala nyeri 6. Wajah pasien tampak meringis,

pasien tampak memegang daerah dada yang nyeri .

Menurut Muttaqin (2015) Penyakit jantung koroner disebabkan

oleh terganggunya peredaran darah ke miokardium akibat adanya

penimbunan plak arterosklerosis di arteri koroner. Adanya

penyempitan dan penyumbatan arteri koronaria inilah pemicu dari

ketidakseimbangan kebutuhan oksigen sehingga terjadi peningkatan

metabolisme secara anaerob yang memproduksi asam laktat dan

menimbulkan nyeri dada yang bersifat akut. Nyeri dada atau angina

pektoris adalah suatu perasaan nyeri atau tidak enak yang menggangu

pada daerah dada dan seringkali merupakan rasa nyeri yang

diproyeksikan pada dinding dada. Nyeri koroner adalah rasa sakit

terjadi akibat iskemik miokard (kekurangan pasokan oksigen pada otot

jantung) yang suatu saat tidak mencukupi kebutuhan metabolisme

miokard. Jika terjadi kekurangan oksigen pada jantung dan sel-sel otot

jantung berkepanjangan dan iskemia miokard yang tidak tertasi maka

dapat menyebabkan terjadinya kematian otot jantung yang dikenal

sebagai miokard infark. Iskemia adalah suatu keadaan kurangnya

aliran darah ke organ tubuh tertentu, yang mengakibatkan organ

tersebut kekurangan oksigen. Iskemia menyebabkan terjadinya

defisiensi nutrisi dan oksigen pada jaringan atau organ tubuh yang

sangat diperlukan untuk membantu proses metabolisme sel. Seluruh


organ tubuh dapat mengalami kondisi ini. Jika tidak segera ditangani,

kondisi ini dapat menyebabkan kematian sel (Ruqyah Malik, 2019)

Dapat disimpulkan bahwa, nyeri akut pada penderita PJK

merupakan suatu rasa tidak enak yang diproyeksikan secara subyektif

pada bagian dada umumnya bagian kiri seperti tertekan dengan respon

klien tampak meringis, memegang area dada, dan membungkuk

dengan intensitas dari ringan sampai berat dan frekuensi yang tidak

konstan. Kualitas nyeri yang dirasakan pada penderita penyakit jantung

koroner seperti ditekan terjadi jika kurangnya aliran darah ke jantung

(Abd Kadir 2017).

Dalam pengkajian didapatkan bahwa pasien sangat menyukai

makanan yang tinggi kolestrol yaitu bakso, menurut Kemenkes RI

(2020) salah satu penyebab penyakit jantung koroner adalah dengan

mengkonsumsi makanan yang tinggi kolestrol dan lemak yang dapat

menyebabkan terjadinya penimbunan lipid. Kemudian hasil tes

diagnostik pemeriksaan EKG didapatkan hasil Sinus Ritem Lateral

Iskemik yang menunjakan bahwa jantung mengalami iskemia atau

kekurangan asupan oksigen. Iskemia terjadi karena adanya

penyumbatan pada pembuluh darah arteri yang menimbulkan gejala

nyeri dada seperti tertekan (Giasinta Angguni, 2019)

Menurut Kemal Alfajar (2016) merubah gaya dengan

mengkonsumsi makanan lebih banyak serat


Menu makanan kaya akan serat dapat menurunkan kadar kolestrol

jahat (LDL). Kemudian mengurangi konsumsi lemak jenuh,

Terlalu banyak mengonsumsi lemak jenuh dan lemak trans dapat

meningkatkan kolesterol di dalam darah.

Kemudian pada pengkajian awal didapatkan bahwa pasien

mengeluh nyeri muncul setelah melakukan aktivitas dan istirahat.

Menurut Arif Wibowo (2019) Jantung koroner yang terjadi akibat

penyumbatan lemak dan kolesterol yang tidak terkontrol akan

meyebabkan darah yang mengalir ke jantung tidak akan selancar

jantung orang-orang normal sehingga ketika melakukan aktifitas berat

akan terasa nyeri di dada. Jika penyumbatan masih dalam tahap awal,

nyeri dada bisa reda dengan istirahat. Namun jika penyumbatan tetap

dibiarkan, seiring berjalannya waktu melakukan aktifitas biasa pun

nyeri dada juga akan timbul. Ketika penyumbatan yang berbentuk plak

atau kerak pecah, itulah hal yang dinamakan dengan serangan jantung.

Serangan jantung memiliki rasa nyeri dada dengan sifat nyeri yang

sama pada jantung koroner, hanya saja serangan jantung ini

menyebabkan rasa ingin muntah, dada sebelah kiri sangat berat dan

kaku dan tidak terkait dengan aktifitas fisik.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan pada Ny.H adalah Nyeri akut berhubungan

dengan agen pencedera fisiologis iskemia jaringan miokard akibat

sumbatan arteri koronaria.


Masalah keperawatan nyeri akut dapat ditegakkan apabila terdapat

tanda dan gejala mayor serta minor. Tanda yang ditandai dengan

dengan Pasien mengatakan nyeri pada dada sebelah kiri tembus

punggung selama 10-15 menit, Pasien mengatakan nyeri bertambah

apabila melakukan aktivitas dan kurang beristirahat, Pasien

mengatakan nyeri seperti ditekan, skala nyeri 6.

3. Rencana Keperawatan

Intervensi keperawatan yang diberikan kepada Ny.H dengan

diagnosa Nyeri akut dengan agen pencedera fisiologis iskemia

jaringan miokard terhadap sumbatan arteri koronaria, intervensi yang

digunakan yaitu intervensi SIKI PPNI ( Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia Persatuan Perawat Nasional Indonesia).

Tujuan dari dilakukannya intervensi adalah Setelah diberikan asuhan

keperawatan selama 3 jam diharapkan Kemampuan meningkatkan

aktivitas aktivitas cukup meningkat, keluhan nyeri menurun, ekspresi

meringis menurun, frekuensi nadi membaik, pola napas membaik,

tekanan darah membaik, nafsu makan membaik.

Adapun intervensi yang digunakan menurut tim pokja SIKI PPNI

tahun 2018 adalah Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas, intensitas nyeri, Identifikasi skala nyeri, Identifikasi respond

nyeri, Identifikasi faktor yang memperberat atau memperingan nyeri,

Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri, Fasilitasi istirahat dan tidur,

Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri seperti


tehnik relaksasi, Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi

rasa nyeri, Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.

4. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah tahap ketika perawat

mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan ke dalam bentuk

intervensi keperawatan untuk membantu pasien mencapai tujuan yang

telah ditetapkan (Tarwoto, 2015) .

Menurut Siti Lestari (2015) Perawat memiliki peran dalam

pengelolaan nyeri dada pada pasien dengan penyakit jantung koroner,

Intervensi keperawatan meliputi intervensi mandiri maupun

kolaburatif. Intervensi mandiri antara lain berupa pemberian relaksasi,

sedangkan intervensi kolaburatif berupa pemberian farmakologis.

Intervensi nonfarmakologis mencakup terapi agen fisik dan intervensi

perilakukognitif. Salah satu intervensi keperawatan yang digunakan

untuk mengurangi nyeri dada kiri adalah relaksasi.

Teknik relaksasi bertujuan untuk memberikan rasa nyaman dan

rileks pada pasien, dapat mengurangi intensitas nyeri, serta dapat

meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigen darah, Terapi

relaksasi merupakan suatu teknik yang berkaitan dengan tingkah laku

manusia dan efektif dalam mengatasi nyeri akut terutama rasa nyeri

Biasanya membutuhkan waktu 5- 10 menit pelatihan sebelum pasien

dapat meminimalkan nyeri secara efektif. Dimana tujuan pokok dari

relaksasi adalah membantu pasien menjadi rileks dan memperbaiki


berbagai aspek kesehatan fisik. Periode relaksasi yang teratur dapat

membantu untuk melawan keletihan dan ketegangan otot yang terjadi

dengan nyeri dan yang meningkatkan nyeri ( Sri Utami, 2016)

Relaksasi adalah teknik mengatasi kekhawatiran/kecemasan atau

stress melalui pengendoran otot-otot dan syaraf, itu terjadi atau

bersumber pada obyek-obyek tertentu”. Relaksasi merupakan suatu

kondisi istirahat pada aspek fisik dan mental manusia, sementara aspek

spirit tetap aktif bekerja. Dalam keadaan relaksasi, seluruh tubuh

dalam keadaan homeostatis atau seimbang, dalam keadaan tenang tapi

tidak tertidur, dan seluruh otot-otot dalam keadaan rileks dengan posisi

tubuh yang nyaman (Benson & Proctor, 2000 ; Roykulcharoen, 2003,

The effect of systemic relaxation technique on postoperative pain In

Thailand, , http://proquest.umi.com).

Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Sunarsih Rahayu

(2016) menyatakan bahwa intensitas nyeri sebelum intervensi pada

rentang nilai minimum 2 dan nilai maksimum 7, sedangkan intensitas

nyeri sesudah intervensi pada rentang nilai minimum 0 dan nilai

maksimum 5. Penurunan intensitas nyeri dapat diketahui melalui

pernyataan pasien tentang penurunan nyeri dada sebelum dan sesudah

intervensi, dan secara obyektif melalui tanda-tanda vital dalam batas

normal, wajah rileks. Dengan demikian dapat diartikan bahwa semakin

cepat dan intensif pemberian intervensi nyeri non farmakologis dan

farmakologis maka akan semakin cepat pula penurunan intensitas nyeri


pada penderita penyakit jantung koroner.Hasil uji statistik didapatkan

adanya pengaruh yang signifikan antara intensitas nyeri sebelum

diberikan intervensi dengan intensitas nyeri setelah diberikan

intervensi.Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat yang

disampaikan oleh Muttaqin A (2008) yaitu, semua intervensi akan

sangat berhasil bila diterapkan sebelum nyeri menjadi lebih parah dan

keberhasilan terbesar sering dicapai jika beberapa intervensi diterapkan

secara simultan. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Syahriani (2010), menyimpulkan bahwa latihan

relaksasai (intervensi non farmakologis) secara signifikan dapat

menurunkan nyeri.

Menurut Kristina Tanggu Malla (2019) memfasilitasi istirahat dan

tidur penederita penyakit jantung dapat memperingan kerja jantung

sehingga nyeri yang dirasakan bisa dapat berkurang. Memfasilitasi

istirahat dan tidur bagi penderita gangguan jantung bertujuan untuk

mengoptimalkan kapasitas fisik tubuh, memberi penyuluhan kepada

pasien dan keluarga perihal pola hidup yang benar dalam mencegah

perburukan dan membantu pasien agar dapat kembali beraktivitas fisik

sebelum mengalami gangguan jantung (Novita, 2012).Kapasitas olah

raga secara negatif mempengaruhi kemampuan pasien PJK untuk

melakukan aktivitas yang dibutuhkan dalam kegiatan sehari-hari

sehingga menurunkan kualitas hidup pasien.


Pemberian terapi analgesik juga diberikan pada penderita PJK yang

mengalami nyeri akut, pemberian terapi analgesik mampu meredahkan

nyeri karena bekerja dengan cara mengikat reseptor sakit dalam sistem

saraf pusat sehingga nyeri dapat berkurang (Gold Tampubolon, 2016).

Menurut Amrin (2016) intervensi farmakologi bertujuan untuk

meningkatkan aliran darah, baik dengan menambah suplai oksigen

maupun dengan mengurangi kebutuhan miokardium akan oksigen.

Mekanisme obat ini yaitu mengaktivasi reseptor opioid pada SSP

untuk mengurangi rasa nyeri. Aktivasi dari obat tersebut diperantarai

oleh reseptormu(μ) yang dapat menghasilkan efek analgesik di SSP

dan perifer (Nugroho, 2015) .

5. Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari, penulis

telah mengevaluasi dan hasilnya sebagai berikut : Masalah

keperawatan teratasi karena pada hari ke 3 nyeri pasien sudah

menuurun dari skala nyeri 6 menjadi skala nyeri 3, pasien mampu

memonitor nyeri secara mandiri . Penulis mengevaluasi apakah ada

kemajuan atau kemunduran dalam diagnosa keperawatan.

Pasien Ny. H mengatakan nyeri dada sering timbul saat melakukan

aktivitas nyeri yang berlansung selama 10-15 menit, namun


penerapan terapi teknik relaksasi yang dilakukan selama 15 menit

setiap hari selama 3 hari sampai hari ke tiga. Setelah diberikan terapi

teknik relaksasi terjadi penurunan skala nyeri, sebelum dilakukan

relaksasi skala nyeri 6 dan sesudah diberikan relaksasi menjadi 3.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tri Sunaryo

(2015) bahwa dengan melakukan relaksasi selama 10-15 menit dapat

mengatasi nyeri cukup lama, karena menyebabkan aktifitas saraf

simpatik dihambat yang mengakibatkan penurunan terhadap konsumsi

oksigen oleh tubuh dan selanjutnya otot-otot tubuh menjadi relaks

sehingga menimbulkan perasaan tenang dan nyaman.

Tindakan ini dilakukan selama tiga hari pada pasien, ternyata

memberikan pengaruh yang positif yaitu nyeri dada pasien menjadi

menurun. Pemberian teknik relaksasi akan meningkatkan suplai

oksigen ke jaringan sehingga menurunkan tingkat nyeri yang dialami

individu. Teknik relaksasi napas dalam dapat menurunkan intensitas

nyeri dengan mekanisme yaitu pertama dengan merelaksasikan otot-

otot yang mengalami spasme yang disebabkan prostaglandin, sehingga

terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran

darah ke daerah yang mengalami spasme dan iskemik. Mekanisme

kedua, teknik relaksasi mampu merangsang tubuh untuk melepas

opoid endogen yaitu endorphin dan enkefalin. Mekanisme ketiga,

mudah dilakukan karena tidak memerlukan alat relaksasi, lebih

melibatkan sistem otot dan respirasi serta tidak membutuhkan alat lain
sehingga mudah dilakukan kapan saja. Prinsip yang mendasari

penurunan nyeri oleh teknik relaksasi terletak pada fisiologi sistem

saraf otonom yang merupakan bagian dari sistem saraf perifer yang

mempertahankan homeostasis lingkungan internal individu. Pada saat

terjadi pelepasan mediator kimia seperti bradikinin, prostaglandin, dan

susbtansi, akan berpengaruh merangsang saraf simpatis. Hal ini

menyebabkan vasokonstriksi yang akhirnya meningkatkan tonus otot

yang menimbulkan berbagai efek seperti spasme otot yang akhirnya

menekan pembuluh darah, mengurangi aliran darah dan meningkatkan

kecepatan metabolisme otot yang menimbulkan pengiriman impuls

nyeri dari medula spinalis ke otak dan dipersepsikan sebagai nyeri

( Ardiyan Dika, 2016)

C. KETERBATAS PENELITIAN

Selama 3 hari melakukan penelitian, peneliti tidak mengalami

kesulitan dikarenakan pasien mampu beradaptasi dengan peneliti dan

mampu bekerja sama dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan.

Peneliti juga terbantu dengan kepedulian perawat terhadap hal yang

dilakukan peneliti menyangkut pelaksanaan tindakan keperawatan.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan tindakan keperawatan pada pasien penyakit

jantung koroner pada Ny. H dengan fokus studi nyeri akut , maka

penulis dapat mengambil kesimpulan dan saran yang dibuat

berdasarkan laporan kasus adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan Asuhan Keperawatan yang telah

didokumentasikan penulis dan dilakukan sejak tangga 06-08


agustus 2018 pada Ny.H dengan masalah keperawatan

Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

iskemia jaringan miokard akibat sumbatan arteri koronaria

diruang perawatan Yusuf 3 RS Fatima Parepare, dari hasil

pengkajian pada pada Ny.H. Data subyektif pada

pengkajian kasus, dari pengkajian yang didapatkan pasien

mengatakan nyeri pada dada sebelah kiri tembus punggung

sejak 3 hari yang lalu. Nyeri bertambah apabila melakukan

aktivitas dan kurang beristirahat, pasien mengatakan nyeri

seperti ditekan, skala nyeri 6. Wajah pasien tampak

meringis, pasien tampak memegang daerah dada yang nyeri .

2. Adapun masalah keperawatan yang ditemukan pada Ny.H

yaitu Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera

fisiologis iskemia jaringan miokard akibat sumbatan arteri

koronaria.

3. Intervensi keperawatan yang diberikan pada Ny.H dengan

diagnose nyeri akut adalah intervensi keperawatan tim pokja

SIKI PPNI tahun 2018 yaitu: a) Identifikasi lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, b)

Identifikasi skala nyeri, c) Identifikasi respond nyeri, d)

Identifikasi faktor yang memperberat atau memperingan

nyeri, e) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri, f)

Berikan pembatasan aktivitas, g) Berikan teknik


nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri seperti tehnik

relaksasi, h) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri, i) Kolaborasi pemberian analgetik,

jika perlu.

4. Implementasi keperawatan pada Ny.H dilakukan sesuai

dengan rencana keperawatan.

5. Evaluasi setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3

hari masalah keperawatan teratasi pada hari ke 3 nyeri

pasien sudah menurun dari skala nyeri 6 menjadi skala nyeri

3, pasien mampu memonitor nyeri secara mandiri.

B. SARAN

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah, penulis memiliki

beberapa saran yang ingin disampaikan, khususnya :

1. Bagi Perawat

Bagi perawat, agar dapat memberikan intervensi

keperawatan dengan teknik relaksasi, memberikan asuhan

keperawatan yang komprehensif pada klien dengan nyeri akut

khususnya pada pasien penyakit jantung koroner. Selain itu

perawat juga perlu mengetahui berbagai teknik relaksasi yang

ada yang sudah diteliti.

2. Bagi Rumah Sakit


Karya tulis ini dapat membuat protab untuk mengatasi

masalah nyeri akut klien khususnya pada klien penyakit jantung

koroner.

3. Bagi Pasien dan Keluarganya

Sebaiknya mengikutsertakan dalam memberikan asuhan

keperawatan yang mengalami nyeri akut, dukungan dan

keaktifan dari keluarga khususnya sangat menunjang dalam

mengatasi permasalahan pasien dan membantu intervensi

keperawatan.

4. Bagi Institusi

Institusi pendidikan dapat menggunakan metode

pembelajaran kasus lebih diperbanyak agar mahasiswa terbiasa

menghadapi kasus seperti dilapangan.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penulis selanjutnya diharapkan mampu brpikir secara kritis.

Selain itu, perlunya pengetahuan yang cukup tentang dasar teori

nyeri akut, sehingga dalam memberikan asuhan keperawatan

nyeri akut pada pasien penyakit jantung koroner dapat dilakukan

pengkajian secara lengkap untuk menentukan tujuan dan

intervensi keperawatan dengan tepat serta dapat melaksanakan

tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi yang selanjutnya

mengevaluasi sesuai dengan rencana tujuan dan kriteria hasil

yang telah ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai