Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN GATROENTRITIS DENGAN

FOKUS STUDY PEMENUHAN CAIRAN DAN


ELIKTROLIT DIRUANG PERAWATAN
ANNA RUMAH SAKIT FATIMA
KOTA PAREPARE

Diajukan sebagai Salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Akademi

Keperawatan Fatim Parepare

Disusun Oleh:

MUHAMMAD YUSRIL NATSIR


171632

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN BUDAYA REPUBLIK INDONESIA

AKADEMI KEPERAWATAN FATIMA PAREPARE

TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit Gastroenteritis akut masih merupakan masalah kesehatan

masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan

mortalitasnya yang masih tinggi. Kejadian luar biasa Gastroentritis juga

masih sering terjadi, dengan jumlah yang masih tinggi. Pada tahun 2010

terjadi kejadian luar biasa di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang,

kematian 239 orang (2,94%). Tahun 2010 terjadi kejadian luar biasa di 24

kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang

(1,74%), sedangkan tahun 2011 terjadi Kejadian Luar Biasa Gastroenteritis

akut di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73

orang (1,74 %) (Isabel Parera, 2019).

Gatroentritis adalah gangguan fungsi penyerapan dan sekresi dari saluran

pencernaan, dipengaruhi oleh fungsi kolon dan dapat diidentifikasikan dari

perubahan jumlah, konsistensi, frekwensi, dan warna dari tinja (Immas Laila,

2019). Sedangkan menurut FKUI ( 2017 ) gatroentritis adalah pola buang air

besar yang tidak normal dengan bentuk tinja encer serta adanya peningkatan

frekwensi BAB yang lebih biasanya. Gastroentritis adalah sindrom penyakit

yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja melambat

sampai mencair, serta bertambahnya frekuensi buang air besar dari biasanya

hingga 3 kali atau lebih dalam sehari. Dengan kata lain, gastroentritis adalah
buang air besar dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan.

Kandungan air pada tinjan lebih banyak dari biasanya atau frekuensi buang

air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan 3 kali pada anak (Puri Mahayu,

2016). Di Sulawesi Selatan sendiri pravelensi gastroenteritis pada tahun 2018

terdapat 2,15% sedangkan pada tahun 2019 terdapat sekitar 4,5% (Kemeskes

RI, 2019).

Gastroenteritis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, kerancunan

makanan, dan alergi makanan. Gastroentritis disebabkan oleh infeksi bakteri

(Vibrio cholerae, Escherichia coli, Salmonella sp, Shigella sp, dan bakteri

nonpatogen bila jumlahnya berlebihan), infeksi virus (virus ECHO,

poliomielitis, virus Coxsackie, Orbivirus), keracunan makanan dan alergi

makanan.Mula-mula bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan

mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul

diare. Feses makin cair, mungkin mengandung darah atau lendir, dan feses

berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu. Akibat seringnya

defekasi, anus atau sekitarnya lecet karena feses makin lama menjadi

asam.Komplikasi yang diakibatkan oleh diare biasanya akan terjadi dehidrasi,

renjatan hipovolemik, hipokalemia, hipoglikemia, intoleransi sekunder akibat

kerusakan vili mukosa usus dan defesiensi enzim laktase, kejang dan

malnutrisi energi protein (Immas Lailatul, 2019).

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi

tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit didalam tubuh adalah

merupakan salah satu bagian dari homeostatis. Keseimbangan cairan dan


elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh,

cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat

terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel

bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan

elektrolit masuk kedalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan

intravena (IV) dan didistribusi kebagian seluruh tubuh. Keseimbangan cairan

dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan 8

elektrolit kedalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit

saling bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka

akan berpengaruh dengan yang lainnya (Daniel, 2013).

Penyebab utama kematian yang disebabkan oleh diare adalah karena

dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui feses. Dasar

dari semua diare adalah gangguan transportasi larutan usus akibat

perpindahan air melalui membran usus berlangsung secara pasif dan hal ini

ditentukan oleh aliran larutan secara aktif maupun pasif, terutama natrium,

klorida dan glukosa (Sodikin, 2017).

Kekurangan volume cairan adalah penurunan cairan intravaskuler,

interstisial, dan/atau intraselular. Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan

cairan saja tanpa perubahan pada natrium. Batasan karakteristiknya yaitu

penurunan turgor kuit, membrane mukosa kering, perubahan pada status

mental, perubahan tekanan darah, peningkatan hematokrit, peningkatan suhu

tubuh, peningkatan frekuensi nadi, haus, kelemahan (Nanda, 2010).


Menurut Hiraki Maslow kebutuhan manusia mengatur kebutuhan dasar

dalam lima tingkat prioritas. Tingkat yang paling mendasar atau pertama

mencakup kebutuhan seperti udara, air dan makanan. Tingkat kedua

mencakup kebutuhan keselamatan dan keamanan, yang mencakup

keselamatan fisik dan psikologis. Tingkat ketiga mengandung kebutuhan

dihargai dan harga diri, yang mencakup rasa percaya diri, kebergunaan,

pencapaian, dan nilai diri. Tingkat yang terakhir adalah kebutuhan untuk

aktualisasi diri, keadaan pencapaian secara menyeluruh tentang hal-hal yang

diinginkan dan mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah dan

mengatasi situasi kehidupan secara realistik (Tyas Indriati, 2015).

Gangguan volume cairan dan elektrolit merupakan salah satu kebutuhan

dasar manusia fisiologis yang harus dipenuhi, apabila penderita telah banyak

mengalami kehilangan air dan elektrolit, maka terjadilah gejala dehidrasi.

Terutama diare pada anak perlu mendapatkan penanganan yang cepat dan

tepat sehingga tidak mempengaruhi tumbuh kembang anak (Sodikin, 2017).

Berdasarkan penderita gastroenteritis yang mengalami rawat inap di

Rumah Sakit, khususnya Rumah Sakit Fatima Parepare, penulis tertarik untuk

mendapatkan gambaran penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien

gastroenteritis dalam sebuah karya tulis ilmiah dengan judul “ Asuhan

Keperawatan Gastroentritis dengan Fokus Studi Gangguan Pemenuhan Cairan

diruang Perawatan Anna RS Fatima Parepare”


B. MANFAAT PENULISAN

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan manfaat yaitu:

1. Bagi penulis

Memberi wawasan, pengetahuan, dan pengalaman dalam memberi asuhan

keperawatan serta mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama

pendidikan.

2. Rumah Sakit

Dapat menjadi masukan perawat-perawat atau staf yang ada di Rumah

Sakit untuk mengambil langkah-langkah kegiatan dalam rangka upaya

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan pada pasien gastroenteritis.

3. Pasien

Menambah pengetahuan pasien tentang penyakit yang dialaminya.

C. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Mendapatkan gambaran tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada

kasus gastroenteritis di Ruang Perawatan Anna Rumah Sakit Fatima

Parepare.

2. Tujuan Khusus

a. Mendapatkan gambaran nyata tentang pengkajian keperawatan pada

kasus gastroenteritis untuk memenuhi kebutuhan perawatan pasien.


b. Mendapatkan gambaran nyata tentang perencanaan keperawatan pada

untuk memenuhi kebutuhan perawatan pasien.

c. Mendapatkan gambaran nyata tentang pelaksanaan keperawatan pada

kasus gastroenteritis untuk memenuhi kebutuhan perawatan pasien.

d. Mendapatkan gambaran nyata tentang pendokumentasian keperawatan

pada kasus gastroenteritis untuk memenuhi kebutuhan perawatan

pasien.

e. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan

Diploma III Keperawatan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP MEDIK

1. Definisi

Gastroenteritis adalah peradangan dilambung, usus kecil dan usus

besar dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastroenteritis

dengan manifestasi diare, dengan atau tanpa disertai muntah, serta

ketidaknyamanan abdomen (Arif Muttaqim Kumala Sari Gangguan

Gastroenteritis Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah)

Gastroenteritis adalah meningkatnya frekuensi buang air besar,

konsistensi faeses menjadi cairan dan perut terasa mulas ingin buang

air besar, secara praktis dikatakan diare bila frekuensi lebih dari 3 kali

sehari, dengan konsistensi cairan (Tjokopenegoro Arjatmo. Prof. Dr.

Ilmu Penyakit Dalam Jilid II)

Diare adalah gangguan fungsi penyerapan dan sekresi dari saluran

pencernaan, dipengaruhi oleh fungsi kolon dan dapat diidentifikasikan

dari perubahan jumlah, konsistensi, frekwensi, dan warna dari tinja

(Isabel Parera, 2019)


2. Anatomi dan Fisiologi

Sistem pencernaan berurutan dengan pencernaan makanan dan

mempersiapkan untuk disabilisasi oleh tubuh. Dimana menerima

makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh

dengan jalan proses pencernaan (Pengunyahan, penelanan dan

pencampuran) dengan enzim dan zat cair, yang dimulai dari :

a. Mulut.

Jalan masuk makanan yang dilapisi oleh selaput, dimana dalam mulut

makanan dipotong-potong oleh gigi depan dan di kunyah oleh gigi

belakang (mole) menjadi bagian-bagian yang lebih kecil mudah

dicerna oleh bantuan lidah dimana di lidah ada kelenjar ludah yang
membungkus bagian-bagian dari makanan denagn enzim-enzim

pencernaan dimana di kelnjar ludah ini mengandung antibody dan

enzim yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung

setelah makanan masuk melalui bagian belakang mulut.

b. Faring

Organ yang menghubungkan rongga mulut dengan esophagus, dimana

dilengkungannya terdapat tonsil yaitu kumpulan kelenjar limfe yang

banyak mengandung limfosit yang merupakan tahanan terhadap

infeksi.

c. Esophagus

Esophagus terletak dibelakang trakeo yang menyambung dengan

lambung yang menghantarkan makanan ke lambung melalui sprinter

yang membuka dan menutup, dimana sprinter menghalangi masuknya

kembali isi lambung keesophagus.

d. Gaster (Lambung)

Pada saat makanan berada dilambung, terjadi dua proses pencernaan

yaitu mekanis dan kimiawi, mekanis disebabkan oleh otot-otot

dinding lambung yang berkontraksi dimana makanan akan diaduk dan

meremas-remas sehingga menjadi lembut, sedangkan secara kimiawi,

lambung mengeluarkan secret yaitu getah yang mengandung asam

klorida (HCL) yang mengasamakan semua makanan dan bekerja

sebagai zat antseptik dan desinfektan yang membuat banyak

mikroorganisme/yang ikut masuk bersama makanan protein.


e. Usus halus terdiri dari :

1) Duodenum merupakan organ terpenting dan bagian terpendek dari

usus kecil, secara fungsional sangat penting karena sebagaian

besar dari pencernaan kimia terjadi disini. Panjangnya bervariasi

dari 10 sampai 15 cm, terletak di ujung anterior yang berhubung

dengan perut, sedangkan ujung posterior menyentuh jejunum.

2) Jejenum, bagian ke dua dari usus halus, terletak antara duodenum

dan ileum, rata-rata panjang dalam manusia dewasa adalah sekitar

8,4 kaki atau dua setengah meter. PH medium pada bagian dari

usus bervariasi antara netral sampai sedikit basa yaitu 7 sampai 9.

3) Ileum adalah bagian akhir dari usus halus di satu sisi terhubung

dengan jejunum, sedangkan di sisi lain membuat koneksi dengan

usus melalui katup ileocecal. Berfungsi untuk menyerap nutrisi

yang tidak diserap dalam bagian sebelumnya dari usus.

f. Usus Besar

Yang menyerap air dari makanan, tempat tinggal bakteri coli dan

faeses, didalam usus besar membantu penyerapan zat-zat serta

antibiotic bisa menyebabkan gangguan pada bakteri didalam usus,

besar akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya

lendir dan air sehingga terjadi diare.

Usus besar terdiri dari:


1) Seikum

2) Kolon asendens

3) Apendiks

4) Kolon transversum

5) Kolon sigmoid.

g. Anus

Bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dengan

dunia luar yang diperkuat oleh 3 sprinter.

1) Sprinter ani, bekerja tidak menurut kehendak.

2) Sprinter levator ani, bekerja tidak menurut kehendak.

3) Sprinter ani eksternus, bekerja menurut kehendak.

3. Etiologi

a. Infeksi

1) Virus (Roravirus, Adenovirus, Korlkwark)

2) Bakteri (Skingella, salmonella, E.Coli, Vibrio)

3) Parasit (Protozoa, E.Histolytica, G.Lambilia, Balasilum coli)

4) Cacing parasit (Askaria, M. Tons, Stroingiloideus)

5) Jamur (Kandida)

b. Malabsorbsi

Karbohidrat (Intoleransi laktosa) lemak atau protein.

c. Makanan

1) Makanan basi

2) Makanan beracun
3) Alergi terhadap makanan

d. Imunodefisiensi

e. Psikologis

f. Rasa takut dan cemas.

4. Patofisiologi

Gastroenteritis bisa disebabkan oleh 5 hal yaitu faktor infeksi,

faktor malabsorbsi, faktor makanan, faktor kebersihan dan faktor

psikologis.Diare karena infeksi seperti bakteri berawal dari makanan atau

minuman yang masuk ke dalam tubuh manusia. Bakteri tertelan masuk

sampai lambung yang kemudia bakteri di bunuh oleh asam lambung.

Namun jumlah bakteri terlalu banyak maka ada beberapa yang

lolos ke duodenum dan berkembang biak. Pada kebanyakan kasus

gastroenteritis, organ tubuh yang sering terserang adalah usus. Di dalam

usus tersebut bakteri akan memproduksi enzim yang akan mencairkan

lapisan lendir yang menutupi permukaan usus, sehingga bakteri

mengeluarkan toksin yang merangsang sekresi cairan-cairan usus di

bagian kripta vili dan menghambat absorbsi cairan. Sebagai akibat dari

keadaan ini volume cairan di dalam lumen usus meningkat yang

mengakibatkan dinding usus mengembung dan tenaga dan sebagian

dinsing usus akan mengadakan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas

untuk mengalirkan cairan di usus besar.


Apabila jumlah cairan tersebut melebihi kapasitas absorbsi usus

maka akan terjadi diare. Diare yang disebabkan karena malabsorbsi

makanan akan menyebabkan makanan atau zat yang tidak dapat diserap

akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus

meninggisehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit keadaan rongga

usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk

mengeluarkan sehingga timbul diare.

Tertelannya makanan yang beracun juga menyebabkan diare

karena akan mengganggua motilitas usus, Iritasi mukosa usus

menyebabkan hiperperistaltik sehingga mengakibatkan berkurangnya

kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare.

Sebaliknya jika peristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri akan

tumbuh berlebihan dan selanjutnya timbul diare pula.Adanya iritasi

mukosa usus dan peningkatan volume cairan dirongga usus menyebabkan

klien mengeluh perut terasa sakit.

Selain itu nyeri perut atau kram perut timbul karena metabolisme

KH oleh bakteri di usus yang menghasilkan gas H2 dan CO2 yang

menimbulkan kembung dan flatus berlebihan. Biasanya pada keadaan ini

klien akan merasa mual dan muntah dan nafsu makan menurun. Karena

terjadi ketidakseimbangan asam basa dan elektrolit. Kehilangan cairan

dan elektrolit yang berlebihan akan mengakibatkan klien jatuh pada

keadaan malnutrisi. Yang ditandai dengan berat bdan menurun, turgor


kulit kering, mata dan ubun-ubun bisa menjadi cekung (pada bayi),

selaput lendirbibir dan mulut serta kulit tampak kering.

Bila keadaan ini terus berlanjut dan klien tidak mau makan maka

akan menimbulkan gangguan nutrisi sehingga klien lemas.Dehidrasi dan

reaksi inflamasi pada mukosa usus menyebabkan peningkatan suhu tubuh

klien. Tubuh yang kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan

membuat cairan ekstraseluler dan intraseluler menurun. Dimana selain itu

air tubuh juga kehilangan Na, K dan ion karbohidrat. Bila keadaan ini

berlanjut terus makan volume darah juga berkuang. Tubuh mengalami

gangguan sirkulasi, perfusi jaringan terganggu dan akhirnya dapat

menyebabkan syok hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadi

cepat, tekanan darah menurun, klien sangat lemah bahkan sampai keadaan

menurun. Selain itu, akibat lain dari kehilangan cairan ekstrasel yang

berlebihan, tubuh akan mengalami asidosis metabolik dimana klien akan

tampak pucat dengan pernafasan yang cepat dan dalam (pernafasan

kussmaul).Faktor psikologis juga dapat menyebabkan diare karena faktor

psikologis (stres, marah, takut) dapat merangsang kelenjar adrenalin di

bawah pengendalian sistem pernafasan simpatis untuk merangsang

pengeluaran hormon yang kerjanya mengatur metabolisme tubuh.

Sehingga bila terjadi stres maka metabolisme akan terjadi peningkatan,

dalam bentuk peningkatan mortalitas usus (Hidayat, 2015).


5. Pathway

Invasi virus dan bakteri ke saluran


gastrioentinal, Toksinita
makanan, efek obat, keracunan,
bahan laut, makanan dan
minuman

Invasi pada mukosa,


memproduksi interotoksin,
dan atau

Gastroentritis

Gangguan Respond Iritasi saraf lokal


gastroentistinal sistematik

Nyeri
Mual, muntah, Peningkatan suhu
kembung, tubuh
anoreksia
Hipetermi
Asupan nutrisi
tidak adekuat

Ketidakseimbangan
butrisi kurang dari
kebutuhan
6. Manifestasi klinik.

a. Suhu badan meningkat

b. Nafsu makan berkurang

c. Tinja makin cair mungkin mengandung darah atau lendir.

d. Warna tinja berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan

empedu.

e. Anus dan sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam.

f. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare, bila telah

banyak kehilangan air, dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi, berat

badan menurun.

g. Gastroentritis terjadi karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-

muntah atau demam, tenesmus, hematoschesia, nyeri perut atau

kejang perut, karena kehilangan cairan seseorang akan merasa haus,

berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi

menonjol, suara menjadi sesak karena kekurangan bikarbonat,

mengakibatkan penurunan pH darah dan akan merangsang pusat

pernapasan sehingga frekwensi napas lebih cepat, dan lebih dalam

(kusmaul).

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan tinja makroskopis dan mikroskopis, pH dan kadar gula

jika di duga ada intoleransi gula (sugar intoleransi), biakan kuman

untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai

antibiotika (Pada diare persisten)


b. Pemeriksaan darah: darah perifer lengkap, analisis gas darah dan

elektrolit, (Terutama Na,K,Ca dan P serum pada diare yang disertai

kejang.

c. Doedent intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara

kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare klonik.

8. Penatalaksanaan.

a. Gastroenteritis cair membutuhkan pergantian cairan dan elektrolit

tanpa melihat etiologinya, tujuan terapi dehidrasi untuk mengoreksi

kekurangan cairan dan elektrolit. Secara cepat (Therapi dehidrasi)

kemudian mengganti cairan yang hilang sampai diarenya berhenti

(teori rumatan)

b. Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk

menghindarkan efek buruk pada status gizi.

c. Antibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, tidak

ada manfaatnya pada kebanyakan kasus, termasuk diare berat dan

diare dengan panas, kecuali pada disentri, suspek kolera, dengan

dehidrasi berat, diare persisten.

d. Obat-obatan

Prinsipnya pengobatan mengganti cairan yang hilang dengan cairan

yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.


9. Komplikasi

Menurut dr.Tjin Willy (2019) Muntah dan diare yang dialami

penderita gastroenteritis menyebabkan tubuh kehilangan banyak cairan

dan nutrisi. Kondisi ini dapat memicu munculnya gejala dehidrasi yang

meliputi:

a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik atau hipertonik)

b. Renjatan hipovolemik.

c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,

bradikardia, perubahan elektrokardiogram)

d. Hipoglikemia

e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi

enzim laktosa.

f. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik.

g. Malnutrisi energy protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau

kronik).

B. PENGELOLAAN GANGGUAN KETIDAKSEIMBANGAN CAIRAN

DAN ELIKTROLIT

1. Definisi

Gangguan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit elektrolit

adalah kondisi saat kadar elektrolit di dalam tubuh seseorang

menjadi tidak seimbang, baik terlalu tinggi atau terlalu rendah.

Kondisi kadar elektrolit yang tidak seimbang ini dapat


menimbulkan berbagai gangguan pada fungsi organ di dalam

tubuh. Bahkan pada kasus yang cukup berat, kondisi ini bisa

menyebabkan kejang, koma, bahkan gagal jantung.

2. Batasan karakteristik

a. Mayor

1) Ketidakcukupan asupan cairan per oral

2) Balance negative antara asupan dan haluaran

3) Penurunan berat badan

4) Kulit/membrane mukosa kering ( turgor kulit menurun )

b. Minor

1) Peningkatan natrium serum

2) Penurunan haluaran urine atau haluaran urine berlebih

3) Urine pekat atau sering berkemih

4) Penurunan turgor kulit

5) Haus, mual/anoreksia

3. Faktor yang berhubungan

Factor yang berhubungan menurut standar diagnosis keperawatan

Indonesia ( SDKI, 2016 )

1) Gagal ginjal

2) Anoreksia nervosa
3) Diabetes mellitus

4) Penyakit chron

5) Gastroenteritis

6) Pankreatis

7) Cedera kepala

8) Kanker

9) Trauma multiple

10)Luka bakar

C. PENGELOLAAN GANGGUAN KETIDAKSEIMBANGAN CAIRAN DAN

ELEKTROLIT

Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena

metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap untuk berespon

terhadap stressor fisiologi dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling

berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi dalam

bentuk kelebihan dan kekurangan (Tarwoto & Wartonah, 2006).

Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara

fisiologis, yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90%

dari total berat badan. Sementara itu, sisanya merupakan bagian padat dari

tubuh. Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh

mengandung oksigen, nutrien, dan sisa metabolisme, seperti

karbondioksida, yang semuanya disebut dengan ion.Isabel Parera (2019)


Menurut Isabel parera (2019), pengaturan keseimbangan cairan

dapat dilakukan melalui mekanisme tubuh. Mekanisme tubuh tersebut

adalah sebagai berikut :

a. Rasa dahaga Mekanisme rasa dahaga yang dialami setiap individu adalah

sebagai berikut:

1. Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada akhirnya

menimbulkan produksi angiotensin II yang dapat merangsang hipotalamus

untuk melepaskan substrat neural yang bertanggung jawab terhadap

sensasi haus.

2. Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan osmotik dan

mengaktivasi jaringan saraf yang dapat mengakibatkan sensasi rasa

dahaga. Universitas Sumatera Utara 8

b. Anti-Diuretik Hormon (ADH) ADH dibentuk di hipotalamus dan disimpan

dalam neurohipofisis dari hipofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi

ADH adalah peningkatan osmolaritas dan penurunan cairan ekstrasel.

Hormon ini meningkatkan reabsorpsi air pada duktus koligentes, dengan

demikian dapat menghemat air.

c. Aldosteron Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada

tubulus ginjal untuk meningkatkan absorpsi natrium. Pelepasan aldosteron

dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium , natrium serum, dan sistem

angiotensin renin serta sangat efektif dalam mengendalikan hiperkalemia.

s
D. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS

Keperawatan adalah pelayanan yang merupakan integral dari

pelayanan kesehatan, dalam bentuk pelayanan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual

yang diberikan kepada individu dan masyarakat baik sehat maupun sakit

melalui usaha promotif, kuratif, preventif dan rehabilitative.

1. Pengkajian Keperawatan

Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses

dinamis, pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses

keperawatan yang bertujuan untuk memberikan suatu gambaran yang terus

menerus mengenai kesehatan pasien yang memungkinkan tim perawatan

merencanakan keperawatan.

2. Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan kegiatan untuk mengumpulkan

informasi (data-data) yang lengkap dari pasien, catatan medis dan dari

profesi lain termasuk test diagnostik, data dasar pasien dapat dikumpulkan

melalui wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik (Inspeksi, palpasi,

perkusi dan auskultasi)

a. Biodata

Data lengkap dari pasien meliputi : nama lengkap, umur, jenis

kelamin, status perkawinan, suku bangsa, bahasa yang digunakan,

agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat.

b. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan oleh pasien saat dilakukan pengkajian dan

keluhan

c. Riwayat kesehatan.

1) Riwayat kesehatan sekarang

Keadaan atau keluhan yang dirasakan saat masuk rumah sakit

2) Riwayat kesehatan masa lalu

Apakah pasien menderita penyakit yang sama dan kapan mulai

terjadi, apakah pasien pernah dirawat rumah sakit atau pernah

dioperasi.

3) Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat kesehatan keluarga termasuk genogram, bertujuan untuk

mengetahui kemungkinan adanya factor penularan atau keturunan

dari generasi sebelumnya atau pun untuk mengetahui kemungkinan

terjadinya penularan keturunan terhadap generasi.

4) Riwayat psikososial meliputi

a) Pola konsep diri, pandangan pasien terhadap keadaannya.

b) Pola kognitif, pengetahuan pasien terhadap penyakit yang

dideritanya.

c) Pola interaksi, menggambarkan bagian hubungan pasien

dengan keluarga orang lain, perawat dan tenaga lain.

5) Riwayat spiritual

Yang dikaji dalam hal ini adalah bagaimana ketaatan pasien dalam

menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinannya dan bagaimana


dukungan keluarga terhadap keyakinan pasien serta ritual dan acara

keagamaan yang bisa dijalankan.

6) Pemeriksaan fisik yang berfokus pada gejala yang sering atau

utama adalah:

a) Inspeksi : Suatu proses observasi yang dialksanakan secara

sistematik.

b) Palpasi : Suatu tehnik yang menggunakan indra peraba, tangan

pada abnormalitas pada berbagai organ.

c) Perkusi : Suatu pemeriksaan dapat cara mengetuk untuk

membandingkan kiri dan kanan pada setiap daerah permukaan

tubuh dengan tujuan menghasilkan suara.

d) Auskultasi: Pemeriksaan dengan tujuan mendengarkan

suara/bunyi yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan

stetoskop.

7) Pola kebiasaan sehari-hari.

a) Pola persepsi kesehatan.

b) Pola nutrisi metabolic

c) Pola eliminasi

d) Pola aktivitas dan latihan

e) Pola kognitif dan persepsi sensori

f) Pola tidur dn istirahat.

8) Pengkajian data dasar pasien.

a) Aktifitas dan latihan


Gejala : Kelelahan, kelemahan, malaise, cepat lelah, insomnia,

tidak tidur semalaman karena diare, merasa gelisah

dan ansietas.

b) Sirkulasi

Tanda: Takikardi, TD : hipotensi, termasuk postural,

kulit/membrane mukosa: turgor kulit buruk.

c) Integritas ego

Gejala : Ansietas, ketakutan, factor stress akut/kronik.

Tanda : Menolak, perhatian menyempit, depresi.

d) Eliminasi

Gejala : Tekstur faeses bervariasi dari bentuk lunak sampai bau

atau berair.

Tanda : Menurunnya bising usus, hemoroid.

e) Makanan/cairan

Gejala : Anoreksia, mual / muntah

Penurunan berat badan.

Tanda : Penurunan lemak, kelemahan, turgor kulit jelek.

f) Nyeri/Kenyamanan

Gejala : Nyeri tekan pada kuadran kiri bawah titik nyeri

berpindah-pindah.

Tanda : Nyeri tekan pada abdomen


g) Keamanan

Gejala : Arthritis, peningkatan suhu tubuh.

Tanda : Lesi kulit mungkin ada.

h) Interaksi social

Gejala : Masalah berhubungan/peran sehubungan dengan

kondisi ketidaknyamanan aktif dalam social.

3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan merupakan kesimpulan yang ditarik dari

data yang dikumpulkan dari pasien. Diagnosa Keperawatan yang dapat

muncul pada pasien gastroenteritis menurut Persatuan Perawat Nasional

Indonesia (PPNI, 2016) antara lain:

a. Resiko Ketidakseimbangan Eliktrolit berhubungan dengan diare.

4. Perencanaan

Perencanaan adalah proses keperawatan atau lebih dikenal dengan

rencana asuhan keperawatan terhadap masalah yang ditemukan atau

berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditemukan menurut buku Standar

Intervensi Keperawatan Indonesia (SDKI, 2018).

a. Tujuan

Tujuan dilakukannya intervensi menurut Standar Luaran Keprawatan

Intervensi (SLKI, 2019) setelah dilakukan asuhan keprawatan selama

3x24 jam dengan kriteria hasil :

1) Kontrol pengeluaran feses cukup meningkat

2) Distensi abdomen menurun


3) Nyeri abdomen menurun

b. Intervensi

Merupakan rencana tindakan keperawatan menurut buku Standar

Intervensi Keprawatan Indonesia (SIKI, 2018) yaitu:

1) Identifikasi kemungkinan penyebab ketidak seimbangan elektrolit

2) Monitor kadar elektrolit serum

3) Monitor mual, muntah dan diare

4) Monitor kehilangan cairan, jika perlu

5) Monitor tanda dan gejala hipokalemia

6) Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien

7) Dokumentasikan hasil pemantauan

8) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

9) Informasikan hasil pemantauan

5. Penatalaksanaan atau Implementasi

Penatalaksanaan adalah langkah ke 4 dari proses keperawatan,

tujuan dan pelaksanaan membantu pasien dalam mencapai tujuan yang

telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan

penyakit, pendidikan kesehatan dan memfasilitasi koping, tindakan yang

dialsanakan dapat dilakukan secara mandiri (Independen), kolaborasi,

rujukan pada masalah gastroenteritis akut sesuai dengan rencana

keperawatan pada tahap pelaksanaan :

a. Anamnese dan pemeriksaan fisik.

b. Mengobservasi vital sign.


c. Mengidentifikasi kekurangan nutrisi dan menetapkan kebutuhan nutrisi

yang adekuat.

d. Mengkaji kekurangan nutrisi dan menetapkan kebutuhan nutrisi yang

adekuat.

e. Mengkaji kemampuan aktifitas pasien.

f. Memberikan informasi pada pasien atau keluarga tentang penyakitnya.

g. Melaksanakan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi.

6. Evaluasi

Perencanaan evaluasi membuat kriteria keberhasilan proses dan

keberhasilan tindakan keperawatan, keberhasilan proses dapat dinilai

dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana

proses tersebut, hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan

dengan pasien berdasarkan respon pasien terhadap tindakan keperawatan

yang diberikan.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah deskriptif,dalam bentuk studi kasus. Penelitian

diarahkan untuk mendeskriptifkan atau menggambarkan bagaimana

penerapan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami Gastroentritis di

Ruang Anna Rumah Sakit Fatima Parepare

B. Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian atau wilayah generalisasi

yang terdiri dari subyek maupun obyek yang mempunyai kuantitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

ditarik kesimpulan (Martinus Jimung, 2018).Populasi dalam penelitian ini

adalah semua pasien yang menderita Gastroentritis di rumah sakit fatima

parepare 2019.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih untuk studi tertentu dan

anggota sampel disebut subyek (Martinus Jimung, 2018).Sampel penelitian


ini adalah 1 pasien yang menderita gastroentritis di rumah sakit fatima

parepare.

C. Fokus Studi

Asuhan keperawatan dengan fokus masalah kesehatan gastroentritis dengan

fokus studi pemantauan cairan

D. Definisi Operasional

1. Gastrentritis

Gastroenteritis adalah peradangan dilambung, usus kecsil dan usus besar

dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastroenteritis dengan

manifestasi diare, dengan atau tanpa disertai muntah, serta

ketidaknyamanan abdomen (Arif Muttaqim Kumala Sari Gangguan

Gastroenteritis Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah)

2. Pemenuhan Cairan

Pemenuhan cairan adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh

membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor

fisiologis dan lingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi

kesehatan. Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan

diri, tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses

fisiologis yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungansel yang

relatif konstan tapi dinamis. Kemampuan tubuh untuk mempertahankan

keseimbangan cairan ini dinamakan homeostasis (Laila Muji, 2015)

E. Instrumen Penelitian
Alat atau instrmen pengumpulan data yang digunakan dalam kegiataan

penelitian ini adalah format pengkajian sampai pada evaluasi.cara

pengumpulan data dimuali dari anamnese,pemeriksaan fisik,observasi dan

studi dokumentasi

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Lembaran atau format asuhan keperawatan medikal bedah

Pengkajian yang dilakukan kepada pasien diantaranya menggunakan format

asuhan keperawatan medikal bedah yang meliputi : identitas,keluhan

utama,riwayat kesehatan,pola fungsional gprdon,pemeriksaan

fisik,pemeriksaan diagnostik,dan progran terapi yang diberikan.

2. Alat kesehatan

Alat kesehatan yang digunakan meliputi : tensimeter,stetoskop,termometer.

A. Metode Analisis Penelitian

1. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan

pengamatan secara langsung ke objek penelitian.

2. Wawancara

Wawancara adalah suatu percakapan dengan tujuan-tujuan tertentu. Pada

metode ini peneliti dan responden keluarga pasien berhadapan langsung

(face to face) untuk mendapatkan informasi secara lisan dengan tujuan

mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian (Lexy J.

Moleong ,2016).

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Fatima Parepare ruang (Anna)

tahun 2019.

C. Analisa Data Dan Penyajian Data

Data yang ditemukan saat pengkajian dikelompokan dan dianalisis

berdasarkan data subjektif dan data objektif, sehingga dapat dirumuskan

diagnosis keperawatan, kemudian menyusun rencana keperawatan dan

melakukan implementasi serta evaluasi keperawatan yang telah dilakukan pada

pasien dengan teori dan penelitian terdahulu. (Nursalam, 2015).

Urutan dalam analisis data adalah:

1. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dari hasil WOD

(wawancara,observasi,dokumentasi). Hasil ditulis dalam bentuk catatan

lapangan,kemudian disalin dalam bentuk transip (catatan terstruktur)

2. Mereduksi Data

Data dari hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan

dijadikan satu dalam bentuk transkip dan dikelompokan menjadi data

subjektif dan data objektif,dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan

diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.

3. Penyalinan Data

Penyajian data dideskripsikan secara naratif yang meliputi:

a. Format pengkajian keperawatan terdiri dari: identitas pasien, riwayat

penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, pola fungsi kesehatan,

pemeriksaan fisik, terapi pengobatan, dan pemeriksaan penunjang.


b. Format diagnosa keperawatan dengan defisit pengetahuan pada pasien

gastroentritis.

c. Format rencana asuhan keperawatan terdiri dari: hari dan

tanggal,diagnosa keperawatan dengan fokus studi defisitbpengetahuan.

d. Format implementasi keperawatan terdiri dari: hari dan tanggal,diagnosa

keperawatan dengan fokus studi defisit pengetahuan, implementasi

keperawatan dan paraf yang melakukan implementasi keperawatan.

e. Format evaluasi keperawatan terdiri dari: hari dan tanggal,diagnosa

keperawatan dengan fokus studi defisit pengetahuan, evaluasi

keperawatan dan paraf yang mengevaluasi tindakan keperawatan.

D. Etika Penelitian

Sebelum melakukan studi kasus, peneliti perlu memandang adanya

rekomendasi pihak institusi pendidikan atau pihak lain dengan mengajukan

permohonan izin kepada instasi tempat pelaksanaan studi kasus, dalam hal ini

Rumah Sakit Fatima Parepare. Setelah mendapatkan persetujuan, studi kasus

dapat dilakukan dengan menekankan masalah etika studi kasus yang meliputi:

1. Informed Consent (lembar persetujuan responden)

Informed consent diberikan kepada pasien di ruangan untuk meminta

persetujuan responden dengan tujuan supaya subjek mengetahui maksud

dan tujuan serta dampak pengumpulan data,jika subyek bersedia di teliti

maka subyek tidak bersedia maka peneliti harus tetap menghormati hak

pasien.

2. Anonymity (tanpa nama)


Untuk menjaga kerahasian subyek maka tidak dicantumkan identitas

subyek dengan nama dalam lembar pengumpulan data.

3.Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasian informasi yang telah dikumpulkan dari subyek dijamin oleh

peneliti.Hanya kelompok data tertentu yang akan disajikan pada hasil

penelitian (Moorhead S,ddk,2013).

Anda mungkin juga menyukai