Anda di halaman 1dari 52

PROPOSAL STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PENYAKIT


JANTUNG KORONER DENGAN FOKUS STUDI
NYERI AKUT DIRUANG PERAWATAN
YUSUF 3 RUMAH SAKIT FATIMA
PAREPARE
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan
(Amd.Kep) pada Akademi Keperawatan Fatima Parepare

Disusun oleh :
Lisa Aditama
NIM : 171629

KEMEBTRIAN RISTEKDIKTI, REPUBLIK INDONESIA


AKADEMI KEPERAWATAN FATIMA PAREPARE
TAHUN 2020
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Lisa Aditama

NIM : 171629

Progam studi : DIII Keperawatan

Institusi : Akademi Keperawatan Fatima Parepare

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya tulis ilmiah yang saya tulis ini

adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan pengambilan

alihan tulisan dan pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran

saya sendiri.

Apabila dikemudia haro terbukti atau dibuktikan karay tulis ilmiah ini hasil

jiblakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Parepare, 2019

Pembuat pernyataan

Lisa Aditama
NIM : 171629
PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH
Karya tulis ilmiah oleh Lisa Aditama, NIM : 171629 , dengan judul : “

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner Dengan Fokus Studi

Nyeri Akut di Ruang Perawatan Yusuf 3 di Rumah Sakit Fatima Parepare " telah

diperiksa dan disetujui untuk diuji.

Parepare, 2020

Pembimbing I Pembimbing II

(Ns. Yunita Palinggi S.Kep., M.Kep) (Ns. Martina Malla S.Kep., M.M)
NIDN : 0922068902 NIDN : 9936000012
PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH

Karya tulis ilmiah oleh Lisa Aditama, NIM : 171629 dengan judul : “Asuhan

Keperawatan Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner Dengan Fokus Studi Nyeri Akut

Di Ruang Perawatan Yusuf 3 Rumah Sakit Fatima Parepare ” Telah dipertahankan di

depan Dosen Penguji yang dilaksanakan pada :

Hari/ Tanggal :

Pukul :

Tempat : Kampus Akademi Keperawatan Fatima Parepare

Tim Penguji : Dosen Akademi Keperawatan Fatima Parepare

1. Penguji ketua

2. Penguji Anggota I

3. Penguji Anggota II

Mengetahui,

Direktur Akademi Keperawatan Farima Parepare

Dr. Ns. Henrick Sampeangin S.Kep., M.kes


NIDN : 090110704
RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS

Nama : Lisa Aditama

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal lahir : Parepare, 01 Juli 1999

Agama : Islam

Suku : Bugis

Alamat : Lumpue

Email : Lisaaditama99@gmail.com

B. PENDIDIKAN

1. Tamat SD Negeri 28 Parepare, Tahun 2011

2. Tamat SMP Negeri 5 Parepare, Tahun 2014

3. Tamat SMA Negeri 2 Parepare, Tahun 2017

4. Tamat Akademi Keperawatan Fatima Parepare, Tahun 2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan Rahmat-nya sehingga penuls dapat menyelesaikan Karya tulis ilmiah

Studi Kasus ini dengan judul “ Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Jantung

Koroner (PJK) Dengan Fokus Studi Nyeri Akut “, sebagai salah satu syarat kelulusan

ujian akhir Program D-III Keperawatan di Akademi Keperawatan Fatima Parepare.

Dalam menyusun Proposal Karya tulis ilmiah ini penulis menyadari banyak

mengalami kesulitan dan hambatan, akan tetapi berkat dukungan, dorongan, motivasi,

bimbingan dan saran pembimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya tulis

ilmiah ini.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Karya tulis ilmiah Studi

kasus ini khususnya kepada :

1. Yayasan Sentosa Ibu yang telah menyediakan sarana dan prasarana selama

penulis menyusun Karya tulis ilmiah Studi kasus ini.

2. Dr. Ns. Henrick Sampeangin S.Kep., M.Kes selaku direktur Akademi

Keperawatan Fatima Parepare.

3. Ns. Yunita Palinggi S.Kep., M.Kep. pembimbing I yang telah meluangkan

waktunya dalam mebimbing dan mengarahkan penulis selama penyusunan

Karya tulis ilmiah Studi Kasus ini.


4. Ns. Martina Malla S.Kep., M.M selaku pembimbing II yang telah meluangkan

waktunya dalam membimbing dan mengarahkan penulis selama penyusunan

Karya tulis ilmiah Studi Kasus ini.

5. Ns. Petrus Taliabo S.Kep., M.Kes selaku pembimbing akademik.

6. Kedua orangtua tercinta bapak Supriadi/ Ibu Nurhayati yang selalu

memberikan doa, dukungan, semangat dalam menyelesaikan Karya tulis

ilmiah Studi kasus ini.

7. Teman tema mahasiswa (i) AKPER Fatima Parepare angkatan XVII yang

telah memberikan dukungan, semangat dan motivasi dalam penyusunan Karya

tulis ilmiah Studi kasus ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebut satu persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam

penyusunan Karya tulis ilmiah Studi kasus ini. Oleh karena itu segala kritik

dan saran yang membangun akan penulis terima dengan baik.

Parepare, …………… 2020

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN………………………………………………………

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN…………………………………………

LEMBAR PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH……………………………

RIWAYAT HIDUP………………………………………………………………..

KATA PENGANTAR……………………………………………………………..

DAFTAR ISI………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang…………………………………………………………….
B. Batasan Masalah……………………………………………………………
C. Rumusan Masalah…………………………………………………………….
D. Tujuan Penulisan…………………………………………………………….
E. Manfaat Penulisan……………………………………………………………

BAB II TINJAUAN TEORI

A. KONSEP PENYAKIT JANTUNG KORONER………………………


1. Definisi……………………………………………………….
2. Anatomi Fisiologi…………………………………………….
3. Etiologi…………………………………………………………
4. Patofisiologi………………………………………………………
5. Pathway…………………………………………………………………
6. Manifestasi Klinis…………………………………………………………..
7. Komplikasi…………………………………………………………………
8. Tes Diagnostik……………………………………………………….
9. Penatalaksanaan ……………………………………………………..
B. KONSEP NYERI……………………………………………………
1. Definisi…………………………………………………………………
2. Batasan Karakteristik………………………………………………..
3. Faktor Yang Berhubungan………………………………………………
C. PENGELOLAAN NYERI AKUT………………………………….
D. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN………………………..
1. Pengkajian…………………………………………………………….
2. Pemeriksaan fisik…………………………………………………….
3. Diagnosa………………………………………………………………
4. Intervensi……………………………………………………………
5. Implementasi………………………………………………………
6. Evaluasi…………………………………………………………….

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian……………………………………………………….
B. Subjek Studi Kasus………………………………………………………
C. Fokus Studi Kasus………………………………………………………
D. Definisi Operasional Studi Kasus………………………………………
E. Instrumen Studi Kasus……………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama dari kematian di

seluruh dunia. Menurut data World Health Organization (2017), pada

tahun 2015 diperkirakan sebanyak 17,7 juta orang (31% dari seluruh

kematian) meninggal karena penyakit kardiovaskular. Angka kematian di

seluruh dunia akibat penyakit kardiovaskular meningkat sekitar 400.000

orang dari tahun 2008 sampai 2015. WHO memperkirakan pada tahun

2030, hampir 23,6 juta orang akan meninggal karena penyakit

kardiovaskular, terutama karena penyakit jantung dan stroke (WHO,

2017). Diperkirakan bahwa diseluruh dunia, PJK pada tahun 2020 menjadi

pembunuh pertama tersering yakni sebesar 36% dari seluruh kematian,

angka ini dua kali lebih tinggi dari angka kematian akibat kanker.

Di Indonesia berbagai spektRum penyakit kardiovaskular di antaranya

adalah penyakit jantung koroner, penyakit jantung bawaan, gagal jantung,

gangguan irama jantung, dan penyakit katup jantung. Saat ini penyakit

jantung koroner masih berkontribusi sebagai spektrum penyakit jantung

terbanyak di seluruh dunia dan menyebabkan tingkat morbiditas dan

mortalitas yang tinggi. Diperkirakan bahwa diseluruh dunia, penyakit

jantung koroner (PJK) pada tahun 2020 menjadi pembunuh pertama


tersering yakni sebesar 36% dari seluruh kematian, angka ini dua kali

lebih tinggi dari angka kematian akibat kanker. Di Indonesia sendiri

dilaporkan bahwa PJK (yang dikelompokkan menjadi penyakit sistem

sirkulasi) merupakan penyebab utama dan pertama dari seluruh kematian,

yakni sebesar 26,4%, angka ini empat kali lebih tinggi dari angka

kematian yang disebabkan oleh kanker (6%). Dengan kata lain, satu

diantara empat orang yang meninggal di Indonesia adalah akibat penyakit

jantung koroner[ CITATION DRd19 \n \y \l 1033 ]. Sedangkan

penderita penyakit jantung disulawesi selatan terdapat sebanyak 1,5%

yang terdiri dari Gagal jantung, dan Penyakit Jantung koroner

[ CITATION ris18 \l 1033 ]

Pada awalnya penyakit jantung koroner di monopoli oleh orang tua.

Namun, saat ini ada kecenderungan penyakit ini juga diderita oleh pasien

di bawah usia 40 tahun. Hal tersebut terjadi karena adanya pergeseran

gaya hidup, kondisi lingkungan dan profesi masyarakat yang

memunculkan “tren penyakit” baru yang bersifat degenaratif. Sejumlah

prilaku dan gaya hidup yang ditemui pada masyarakat perkotaan antara

lain mengonsumsi makanan siap saji yang mengandung kadar lemak jenuh

tinggi, kebiasaan merokok, minuman beralkohol, kerja berlebihan, kurang

berolahraga, dan stress.


Beberapa manifestasi klinik dapat ditemukan pada penderita penyakit

jantung koroner namun yang paling sering ditemukan adalah keluhan

nyeri dada yang menjalar pada rahang kiri dan lengan kiri. Nyeri dada

yang dirasakan penderita penyakit jantung koroner terjadi akibat adanya

aterosklerosis yang disebabkan oleh penebalan atau pergesaran pembuluh

darah akibat akumulasi dari lemak dan kolestrol [ CITATION Pri15 \l 1033 ] .

Menurut Henderson (1768) dalam Kabo (2008), menambahkan bahwa

gejala klinis yang terjadi pada penderita jantung koroner yaitu penderita

akan merasa tertekan saat sedang berjalan atau beraktifitas, sesudah

makan, rasa nyeri yang dirasakan berfokus pada dada sebelah kiri.

Nyeri yang dirasakan bersifat akut, karena terjadi secara tiba-tiba

tanpa mengenal kondisi. Menurut PPNI (2016) Nyeri Akut adalah

pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan

jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan

berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

Nyeri akut dapat dideskripsikan sebagai nyeri yang terjadi setelah cedera

akut, penyakit atau intervensi bedah, dan memiliki sawitan yang cepat,

dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat) serta berlangsung

singkat (kurang dari enam bulan) dan menghilang dengan atau tanpa

pengobatan setelah keadaan pulih pada area yang rusak. Pada saat terjadi

pelepasan mediator kimia seperti bradikinin, prostaglandin dan substansi,


akan merangsang syaraf simpatis sehingga menyebabkan vasokostriksi

sehingga meningkatkan tonus otot yang menimbulkan berbagai efek

seperti spasme otot yang akan menekan pembuluh darah, mengurangi

aliran darah dan meningkatkan kecepatan metabolisme otot sehingga

menimbulkan pengiriman impuls nyeri dari medulla spinalis ke otak dan

dipersepsikan sebagai nyeri [ CITATION MUCHLISIN \l 1033 ] . Nyeri akut

biasanya berlangsung singkat, pasien yang mengalami nyeri akut biasanya

menunjukkan gejala respirasi meningkat, denyut jantung dan tekanan

darah meningkat serta pallor (Mubarak et al., 2015).

Sebagai seorang perawat harus mengerti tentang karakteristik nyeri

yang khas pada penderita jantung koroner seperti lokasi, penyebab, durasi,

irama, periode berkurang atau bertambah intensitasnya, dan kualitas,

sehingga dengan cepat dapat melakukan penatalaksanaan dan membawa

pasien ke tempat pelayanan kesehatan (Helmanu, 2013 & Anas, 2014).

Oleh karena itu perawat perlu memberikan asuhan keperawatan untuk

mengatasi masalah nyeri pasien dengan melakukan berbagai intervensi

keperawatan mulai dari pengkajian nyeri, pemberian tehnik

nonfarmakologis seperti teknik relaksasi, pemberian edukasi kesehatan

kamudian kolaborasi dengan disiplin ilmu kesehatan lainnya seperti dokter

dalam pemberian obat penurun rasa nyeri. Teknik relaksasi dapat

mengatasi nyeri karena dapat merelaksasikan otot-otot skelet yang


mengalami spasme oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi

vasodilatasi pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran darah ke

daerah yang mengalami spasme dan iskemik. Teknik relaksasi mampu

merangsang tubuh untuk melepaskan opoiod endogen yaitu endorphin dan

enkefalin untuk mengurangi rasa sakit saat memicu perasaan positif.

Teknik ini mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat sehingga bisa

dilakukan kapan saja atau sewaktu-waktu.  Prinsip yang mendasari

penurunan nyeri oleh teknik relaksasi terletak pada fisiologi sistem syaraf

otonom yang merupakan bagian dari sistem syaraf perifer untuk

mempertahankan homeostatis lingkungan internal individu[ CITATION

MUCHLISIN \l 1033 ].

Berdasarkan latar belakang di atas ini maka penulis akan menyusun

laporan kasus dengan judul : “Asuhan keperawatan Pada Pasien Penyakit

Jantung Koroner Dengan Fokus Studi Nyeri Akut di Ruang Perawatan

Yusuf 3 Rumah Sakit Fatima Parepare.

B. Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan klien

yang mengalami Penyakit Jantung Koroner dengan Nyeri akut di RS

Fatima Parepare.
C. Rumusan Masalah

Bagaimana cara menerapkan Asuhan Keperawatan pada pasien

Penyakit Jantung Koroner diruang perawatan Yusuf 3 Rumah Sakit

Fatima Parepare.

D. Tujuan penulisan

1. Tujuan Umum

Menggambarkan asuhan keperawatan nyeri akut pada pasien penyakit

jantung koroner di RS Fatima Parepare.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan klien penyakit jantung

koroner dengan nyeri akut diruang perawatanyusuf 3 RS Fatima

Parepare.

b. Menetapkan diagnosis keperawatan klien penyakit jantung koroner

dengan nyeri akut diruang perawatan RS Fatima Parepare.

c. Menyusun rencana tindakan keperawatan klien penyakit jantung

koroner dengan nyeri akut diruang perawatan yusuf 3 RS Fatima

Parepare.

d. Melaksanakan tindakan keperawatan klien penyakit jantung

korone dengan nyeri akut diruang perawatan yusuf 3 RS Fatima

Parepare.

e. Melaksanakan evaluasi pada kien penyakit jantung koroner

f. diruang perawatan RS Fatima Parepare.


E. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil dari penulisan Karya Tulis Ilmia ini diharapkan

dapat menjadi referensi atau masukan bagi perkembangan ilmu dan

menambah kajian ilmu keperawatan.

2. Manfaat Praktis

a.) Bagi institusi

Manfaat penulisan proposal laporan kasus ini bagi institusi adalah

sebagai bahan tambahan referensi atau literatur yang membantu

mahasiswa.

b.) Bagi rumah sakit

Manfaat penulisan proposal laporan kasus ini bagi rumah sakit

yaitu sebagai bahan dan evaluasi asuhan keperawatan nyeri akut

pada kasus penyakit jantung koroner (PJK).

c.) Bagi penulis

Manfaat penulisan proposal laporan kasus ini bagi penulis yaitu

dapat memberikan wawasan dan pengalaman dalam memberikan

asuhan keperawatan nyeri akut pada pasien penyakit jantung

koroner (PJK).

d.) Bagi Pasien dan keluarga


Menambah pengetahuan dan pemahaman pasien dan keluarga

mengenai penyakit yang dialaminya dan cara untuk menanganinya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi

Menurut Kemenkes RI [ CITATION P2P20 \n \t \l 1033 ] Penyakit

jantung koroner adalah suatu gangguan fungsi jantung akibat otot

jantung yang kekurangan darah karenaadanya penyumbatan atau

penyempitan pada pembuluh darah koroner akibat kerusakan lapisan

pada dinding pembuluh darah yang disebabkan oleh kolestrol tinggi,

tekanan darah tinggi, diabetes, obesitas, dan kebiasaan merokok

(Aterosklerosis) .

Penyakit Jantung Koroner adalah gangguan fungsi jantung karena

adanya sumbatan atau penyempitan pada pembuluh darah koroner

sehingga otot jantung tidak mendapatkan suplai makanan dan oksigen

dengan ditandai nyeri dada [ CITATION Yos19 \l 1033 ] .


2. Anatomi Fisiologi

a. Atrium

Atrium memiliki ukuran lebih kecil dan berdinding tipis karena

merupakan ruang bertekanan rendah. Fungsi atrium, antara lain :

sebagai reservoir elastis dan meneruskan darah vena ke ventrikel,

dan sebagai booster pump, yaitu pompa penguat yang

meniingkatkan pengisian ventrikel.

Atrium yang berelkasasi akan menyebabkan penutupan katup

atrio ventrikularis sebelum terjadi kontraksi ventrikel. Secara

lansung, darah masuk ke ventrikel melewati atrium tanpa kontraksi

atrium sebesar 70-75%. Dengan kontraksi atrium. Oleh karena itu,

pompa atrium menambah efektivitas pompa ventrikel sebesar 25-


30% darah akan mengalir mengisi ventrikel dengan kontraksi

atrium. Oleh karena itu, pompa atrium menambah efektivitas

pompa ventrikel sebesar 25%. Kerja jantung akan tetap

memuaskan meskipun tanpa tambahan dari 25% kontraksi atrium.

Dengan demikian, pada penyakit dimana atrium tidak berfungsi

lagi, gejala baru akan muncul jika melakukan pekerjaan atau

melakukan aktivitas yang berat.

b. Ventrikel

Ventrikel memiliki lapisan mokardium yang lebih tebal karena

memompa jantung ke paru dan seluruh tubuh. Pada saat ventrikel

berkontraksi, katup jantung masih tertutup. Akibat tekanan dalam

ventrikel yang terus meningkat, maka katup seminularis akan

terbuka dan darah dipompa ke dalam aorta. Hal yang sama juga

terjadi pada ventrikel kanan. Saat ventrikel kanan berkontraksi,

tekanan semakin meningkat dan membuat katup pulmonalis

terbuka. Setelah itu, darah mengalir ke paru melalui arteri

pulmonalis.

c. Dinding Jantung

Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan yaitu pericardium,

miokardium, dan endokardium. Pericardium merupakan kantong

membramosa yang terdiri dari dua lapisan. Lapisan luar disebut

dengan pericardium parietalis, dan lapisan dalam disebut dengan


pericardium visceralis. Miokardium merupakan lapisan paling

tebal dari dinding jantung yang terdiri dari otot jantung dan terkait

pada tulang fibrosa jantung. Batas dinding paling dalam dari

jantung yaitu endokardium yang terdiri dari jaringan epiel dan

konektif yang berlanjut menjadi endotelyang melapisi seluruh

pembuluh darah dan membentuk sistem srikulasi.

Sel otot jnantung saling menyambung untuk membentuk serat

bercabang yang ujungnya saling berkaitan dengan struktur khusus

yang disebut diskus intekalatus. Diskus interkalatus ini tampak

sebagai suatu daerah gelap yang menyilangi serabut otot jantung.

Diskus ini terdiri dari dua membran junction yaitu desmosome dan

gap junction. Desmosome merupakan jenis junction yang meekat

dan secara mekanis mempertahankan sel bersama, terutama pada

jaringan jantung yang harus bertahan terhadap stress mekanis.

Sementara itu, struktur dari gap junction yaitu suatu hubungan

antarsel yang mempuyai tekanan listrik yang amat rendah,

sehingga potensial aksi dapat dengan mudah berjalan dari satu sel

yang lainnya tanpa suatu tahanan yang berarti. Jadi, sel

miokardium membentuk suatu sinsitium fungsional dimana jika

salah satu sel teransang, maka potensial aksi akan menyebar ke

seluruh sel dalam sinitium tersebut. Sel otot jantung terdiri dari

dua jenis, yaitu :


 Sel kontraktil, merupakan 99% sel otot jantung yang

melakukan kerja mekanis pompa. Sel ini tidak

menghasilkan potensial aksi.

 Sel autoritmik, merupakan tipe sel otot yang tidak

berkontraksi namun untuk memulai dan memberikan

konduksi sel bekerja. Sel ini terdapat pada empat

tempat yang berperan untuk konduksi jantung .

Sementara itu, sistem pengaturan jantung dibagi menjadi

empat, yaitu :

 Nodus sinoatrial (nodus SA), area khususpada dinding

atrium kanan dekat dengan vena cava superior yang

berperan sebagai pacemaker jantung.

 Nodus atrioventrikular (nodus AV) , otot jantung

khusus yang terletak pada basal atrium kanan dekat

dengan septum, serta tepat diatas perbatasan atrium dan

ventrikel.

 Berkas His ( bundle atrioventrikel ) , jalut sel khusus

yang berasal dari nodus AV dan memasuki septum

interventrikular. Pada berkas HIS, konduksi terdiri dari

cabang kanan dan cabang kiri yang berjalan ke bawah


menuju septum, serta mengelilingi ujung ventrikel dan

kembali ke atrium melalui dinding luar.

 Sel Purkinje, serat terminal kecil yang memanjang dari

berkas his dan menyebar melalui miokard ventrikel.

3. Etiologi

Etiologi penyakit jantung koroner adalah adanya suatu

penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh arteri koroner.

Penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah ini dapat

menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan

nyeri. Dan dalam kondisi yang parah, kemampuan jantung untuk

memompa darah dapat menghilang. Hal ini dapat merusak sistem

pengontrol irama jantung dan berakhir dan berakhir dengan kematian.

Penyempitan dan penyumbatan pada arteri koroner ini dapat

disebabkan oleh zat lemak kolesterol dan trigliserida yang semakin

lama semakin banyak dan menumpuk di bawah lapisan terdalam

endothelium dari dinding pembuluh arteri. Hal ini dapat menyebabkan

aliran darah ke otot jantung menjadi berkurang bahkan berhenti,

sehingga mengganggu kerja jantung sebagai pemompa darah. Efek

dominan dari jantung koroner ini adalah kehilangan oksigen dan

nutrient ke jantung karena aliran darah ke jantung berkurang.

Pembentukan plak lemak dalam arteri dapat memengaruhi


pembentukan bekuan aliran darah yang akan mendorong terjadinya

serangan jantung. Proses pembentukan plak ini yaitu dapat

menyebabkan pergeseran arteri, pergeseran tersebut dinamakan

arteriosklerosis.

4. Patofisiologi

Patofisiologi dari PJK dimulai dari adanya aterosklerosis atau

pengerasan arteri dari penimbunan endapan lipid, trombosit, neutrofil,

monosit dan makrofag di seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel

endotel) sampai akhirnya ke tunika medika (lapisan otot polos).Arteri

yang paling sering terkena adalah arteri koronaria [ CITATION Wul19 \l

1033 ]

Kondisi tersebut dapat terjadi setelah cedera yang pada sel

endotel atau dari stimulus lain, cedera pada sel endotel ini dapat

meningkatkan permeabelitas terhadap berbagai komponen plasma,

termasuk asam lemak dan triglesirida. Kolesterol dan lemak plasma

mendapatkan akses ke tunika intima karena permeabilitas lapisan

endotel yang meningkat dan pada tahap ini indikasi dini kerusakan

terdapat pada bagian lapisan lemak yang berada diarteri. Patofisiologi

nyeri dada yang bersifat akut ini berawal dari ketidakseimbangan

suplai oksigen dan nutrisi ke bagian miokard jantung berkurang yang

dapat menyebabkan terjadinya metabolisme secara anaerob yang

menghasilkan asam laktat sehingga menyebabkan terjadinya nyeri


serta fatique pada penderita penyakit jantung koroner [ CITATION Wul19

\l 1033 ]

Menurut Wardana [ CITATION iwa18 \n \t \l 1033 ]

Pembentukan energi karena menyebabkan terbentuknya asam laktat

yang dapat menurunkan pH miokardium dan bisa menyebabkan nyeri

pada dada yang berkaitan dengan angina pektoris. Pada saat

kekurangan oksigen pada jantung dan sel-sel otot jantung yang

berkepanjangan dan iskemia miokard yang tidak tertasi maka dapat

terjadi kematian pada otot jantung yang dikenal sebagai miokard

infark.

Iskemia adalah suatu keadaan kekurangan oksigen yang

bersifat sementara dan reversible. Manifestasi hemodinamika yang

sering terjadi adalah peningkatan ringan tekanan darah dan denyut

jantung sebelum timbul nyeri dada yang bersifat akut. Hal ini

merupakan respon kompensasi simpatis terhadap berkurangnya fungsi

miokardium. Angina pektoris adalah nyeri dada yang menyertai

iskemia miokardium, angina sering dipicu oleh aktifitas yang

meningkatkan kebutuhan miokardium akan oksigen, seperti latihan

fisik dan hilang selama beberapa menit dengan istirahat atau

pemberian nitrogliserin. Iskemia yang berlangsung lebih dari 30

sampai 45 menit menyebabkan kerusakan seluler yang irreversibel

dan kematian pada otot atau nekrosis inilah yang disebut infark.
Pelepasan neurotransmitter eksitatori seperti prostaglandin, bradikinin,

kalium, histamin, dan substansi P akibat menurunya pH jantung dan

kerusakan sel. Subtansi yang peka terhadap nyeri terdapat pada serabut

nyeri di cairan ekstraseluler, menyebarkan “pesan” adanya nyeri dan

menyebabkan inflamasi [ CITATION Wul19 \l 1033 ]

Serabut nyeri memasuki medulla spinalis melalui tulang

belakang melewati beberapa rute hingga berakhir di gray matter

(lapisan abu-abu) medulla spinalis. Setelah impuls-impuls nyeri

berjalan melintasi medulla spinalis, thalamus menstransmisikan

informasi ke pusat yang lebih tinggi di otak, sistem limbik; korteks

somatosensori; dan gabungan korteks. Sesaat setelah otak menerima

adanya stimulus nyeri, terjadi pelepasan neurotransmitter inhibitor

seperti opiud endonegeus (endorphin dan enkefalin), serotonin (5HT),

norepinefrin, dan asam aminobutirikgamma (GABA) yang bekerja

untuk menghambat transmisi nyeri dan membantu menciptakan efek

analgesik [ CITATION iwa18 \l 1033 ]


5. Pathway

Gaya hidup tidak sehat karena mengkonsumsi makanan


tinggi kolestrol, lemak, diabetes, dan kebiasaan merokok.

Penumpukan lemak dan kolestrol yang


berlebih pada pembuluh darah koroner.

aterosklerosis

Aliran darah ke jantung menjadi terhambat.

Ketidak seimbangan suplai o2 dan


nutrisi ke miokard jantung

Kebutuhan o2 miokardium meningkat

Terjadi metabolisme anaerob Iskemia otot jantung

Asam laktat meningkat Kelemahan otot jantung

Miokard infark

Angina pectoris dan serangan jantung


Nyeri akut

HYD: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 8 Intervensi:


jam maka diharapkan tingkat nyeri menurun dengan
Identifikasi lokasi, karakterisitk, durasi, frekuensi, kualitas,
kriteria hasil: Kemampuan meningkatkan aktivitas intensitas nyeri, Identifikasi skala nyeri. Identifikasi respond
aktivitas cukup meningkat. Keluhan nyeri menurun, nyeri, Identifikasi factor yang memperberat dan
memperingan nyeri, Berikan teknik nonfarkologis untuk
Ekspresi meringis menurun, frekuensi nadi membaik, pola
mengursngi rasa nyeri seperti teknik relaksasi,Anjurkan
napas membaik, tekanan darah membaik, nafsu makan klien memonitor nyeri secara mandiri, Ajarkan teknik
membaik. nonfarmakologis untuk mengurngi rasa nyeri, Koaborasi
pemberian analgesik, bila perlu.
Sumber:Wulandari [ CITATION Wul19 \n \t \l 1033 ], TIM POKJA PPNI [ CITATION

TIM16 \n \t \l 1033 ].

6. Manifestasi klinis

Gejala penyakit jantung koroner yaitu :

a. Timbulnya rasa nyeri di dada (Angina Pectoris)

b. Sesak nafas (Dispnea)

c. Keanehan pada iram denyut jantung

d. Pusing.

e. Rasa lelah berkepanjangan

f. Sakit perut, mual dan muntah

7. Penatalaksanaan

a. Farmakologi

Penalaksanaan farmakologi menurut Sulistia Rini [ CITATION

sul16 \n \t \l 1033 ] :

1) Analgetik yang diberikan biasanya golongan narkotik

(morfin) diberikan secara intravena dengan

pengenceran dan diberikan secara pelan-pelan.

Dosisnya awal 2,0 –2,5 mg dapat diulangi jika perlu.

2) Nitrat dengan efek vasodilatasi (terutama venodilatasi)

akan menurunkanvenous returnakan menurunkan

preload yang berarti menurunkan oksigen demam.


Aspirin sebagai antitrombotik sangat penting diberikan.

Dianjurkan diberikan sesegera mungkin (di ruang

gawat darurat) karena terbukti menurunkan angka

kematian.

3) Betablocker diberikan untuk mengurangi kontraktilitas

jantung sehingga akan menurunkan kebutuhan oksigen

miokard.

b. Non farmakologi

1) Merubah gaya hidup, memberhentikan kebiasaan merokok.

2) Olahraga dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan

memperbaiki kolateral koroner sehingga PJK dapat

dikurangi, olahraga bermanfaat karena :

a) Memperbaiki fungsi paru dan pemberian O2 ke

miokard.

b) Menurunkan berat badan sehingga lemak lemak

tubuh yang berlebih berkurang bersama-sama

dengan menurunnya LDL kolesterol.

c) Menurunkan tekanan darah

d) Meningkatkan kesegaran jasmanie

e) Diet merupakan langkah pertama dalam

penanggulangan hiperkolesterolemia.Tujuannya

untuk menjaga pola makan gizi seimbang,


makan makanan yang dapat menurunkan kadar

kolesterol dengan menerapkan diet rendah

lemak.

8. Komplikasi

Penyakit jantung koroner yang tidak tertangani dapat memicu

sejumlah komplikasi, menurut [ CITATION drT18 \l 1033 ] :

a. Angina

Angina atau nyeri dada disebabkan oleh menyempitnya arteri,

sehingga jantung tidak mendapatkan cukup darah.

b. Serangan jantung

Komplikasi ini terjadi bila arteri tersumbat sepenuhnya, akibat

dari penumpukan lemak atau gumpalan darah. Dimana

kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan pada otot jantung.

c. Gagal jantung

Gagal jantung terjadi bila jantung tidak cukup kuat memompa

darah.

d. Gangguan irama jantung (aritmia)

Kurangnya suplai darah ke jantung atau kerusakan pada

jantung akan memengaruhi impuls listrik jantung, sehingga

memicu aritmia.
9. Pemeriksaan penunjang

a. Elektrokardiografi (EKG). Untuk mengetahui gambaran

aktivitas listrik jantung. Mendeteksi pembesaran ruang jantung,

dan gangguan irama pada jantung.

b. Foto rontgen dada. Dapat melihat pembesaran jantung dan

melihat pembesaran paruparu.

c. EKG Treadmill. Berfungsi untuk melakukan pemantauan

jantung mengukur terhadap aktivitas fisik yang dijalani.

d. Ekokardiografi, merupakan USG jantung yan memproduksi

gambar jantung menggunakan gelombang suara.

Ekokardiografi dapat melihat pergerakan jantung, struktur

jantung, katup jantung.

e. Katerisasi jantung. Dilakukan dengan menyuntikkan zat warna

(kontras) ke dalam pembuluh darah koroner dan dilakukan foto

rontgen.

B. KONSEP DASAR NYERI AKUT

1. Definisi

Menurut IASP ( International Association for the Study of Pain )

tahun 2015 nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang

tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan atau yang cenderung

merusak jaringan atau seperti yang dimaksud dengan kata lain

kerusakan jaringan.
2. Batasan karakterisitik

Menurut PPNI 2017, batasan karakteristik pada diagnose keperawatan

nyeri akut adalah ekspresi wajah tampak meringis kesakitan, tampak

gelisah, perubahan selera makan, sikaptubuh melindungi nyeri,

gangguan tidur, dan melaporkan nyeri secara verbal.

3. Faktor yang

berhubungan

Faktor yang berhubungan dengan nyeri akut menurut [ CITATION

SDK16 \l 1033 ] :

b. Agen pencedera fisiologis (inflamasi, iskemia, neoplasma)

c. Agen pencedera kimiawi (terbakar, bahan kimia iritan)

d. Agen pencedera fisik (abses, amputasi, terbakar, terpotong,

mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik

berlebihan).

C. PENGELOLAAN NYERI AKUT PADA PENYAKIT JANTUNG

KORONER

Pada penderita penyakit jantung koroner nyeri dada atau biasa

disebut angina pektoris adalah suatu perasaan nyeri atau tidak enak

yang dapat megganggu pada daerah dada dan seringkali merupakan

rasa nyeri yang diproyeksikan pada dinding dada.


Dapat disimpulkan, nyeri akut pada PJK merupakan suatu rasa tidak

enak yang diproyeksikan secara subyektif pada bagian dada umumnya

bagian kiri seperti tertekan benda berat, tertindih, ditusuk dengan

respon klien tampak meringis, klien memegang area dada, dan

membungkuk dengan intensitas dari ringan sampai berat dan

frekuensi yang tidak konstan [ CITATION iwa18 \l 1033 ].

Nyeri disebabkan apabila terjadi kerusakan jaringan, sehingga

tubuh akan menghasilkan zat-zat kimia bersifat algesik, sitokin serta

produk-produk seluler yang lain, seperti metabolit eicosinoid, radikal

bebas dan lain-lain. Mediator-mediator ini dapat menimbulkan efek

melalui mekanisme spesifik. Nyeri akut pada dasarnya berhubungan

dengan respon stres sistem neuroendokrin yang sesuai dengan

intensitas nyeri yang ditimbulkan. Mekanisme timbulnya nyeri melalui

serat saraf afferent diteruskan melalui sel-sel neuron nosisepsi di kornu

dorsalis medulla spinalis dan juga diteruskan melalui sel-sel dikornu

anterolateral dan kornu anterior medulla spinalis memberikan respon

segmental seperti peningkatan muscle spasm (hipoventilasi dan

penurunan aktivitas), vasospasm (hipertensi), dan menginhibisi fungsi

organ visera (distensi abdomen, gangguan saluran pencernaan,

hipoventilasi).
Nyeri akut akan mereda dan hilang seiring dengan laju proses

penyembuhan jaringan yang sakit. Semua obat analgetika efektif untuk

menanggulangi nyeri akut ini. Selain itu nyeri dapat diatasi dengan

pemberian teknik nonfarkologi seperti teknik telaksasi napas dalam.

Teknik relaksasi napas dalam adalah suatu bentuk asuhan

keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien

bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan

inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas

secara perlahan [ CITATION MUCHLISIN \l 1033 ] . Melakukan relaksasi

untuk mengendalikan nyeri, di dalam tubuh seseorang tersebut secara

stimulan dapat meningkatkan saraf parasimpatik maka hormon

kortisol dan adrenalin yang dapat menyebabkan stres akan menurun

sehingga konsentrasi meningkat serta merasa tenang untuk mengatur

napas sampai pernapasan kurang dari 60-70 kali per menit. Kemudian

kadar PCO2 akan meningkat dan menurunkan pH sehingga akan

meningkatkan kadar oksigen dalam darah dimana pada spinal cord,

sel-sel reseptor yang menerima stimulasi nyeri periferal dihambat oleh

stimulasi dari serabut-serabut saraf yang lain. Stimulasi yang

menyenangkan dari luar juga dapat merangsang sekresi endorfin, maka

nyeri yang dirasakan menjadi berkurang. Selain teknik

nonfarmakologis, pemberian obat juga dapat diberikan untuk


mengurangi rasa nyeri seperti pemberian analgesik golongan opioid,

opioid mampu meredahkan nyeri karena bekerja dengan cara mengikat

reseptor sakit dalam sistem saraf pusat, dan bagian lain di tubuh

sehingga nyeri dapat berkurang. Setelah diberikan teknik

nonfarmakoloig dan farmakologis, pasien diberikan edukasi tentang

penyebab dan pemicu nyeri, strategi meredakan nyeri, dan memonitor

nyeri secara mandiri [ CITATION SDK16 \l 1033 ]

Menurut Wardana [ CITATION iwa18 \n \t \l 1033 ] Nyeri dapat

diukur dengan menggunakan skala numerik dan skala analog visual.

Skala numerik adalah menilai nyeri dengan menggunakan skala dari 0-

10. Skala ini sangat efektif untuk digunakan saat mengkaji intensitas

nyeri sebelum dan setelah dilakukan intervensi terapeutik, sedangkan

Skala analog visual merupakan suatu garis lurus yang mewakili

intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat pendeskripsi

verbal pada setiap ujungnya. Setiap pasien dewasa yang merasakan

nyeri dinilai dari skala 0 –  10.

 0 = tidak nyeri 2.

 1-3 = nyeri ringan (pasien dapat berkomunikasi

dengan  baik) 3.
 4-6 = nyeri sedang (pasien mendesis, menyeringai,

dapat menunjukkan lokasi nyeri, mendeskripsikan

dan dapat mengikuti perintah) 4.

 7-9 = nyeri berat (pasien terkadang tidak dapat

mengikuti  perintah tapi masih respon terhadap

tindakan, tidak dapat mendeskripsikan, tidak dapat

diatasi dengan alih posisi, nafas panjang dan

distraksi.

 10 = nyeri sangat berat.

Tabel skala intensitas nyeri.

D. Asuhan keperawatan

1. Pengkajian

Data yang harus dikaji pada penyakit jantung koroner dengan nyeri

akut menurut [ CITATION iwa18 \l 1033 ] yaitu :


a. Biodata, yang perlu dikaji adalah nama, nomor rekam medis, jenis

kelamin, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, tanggal saat

pengkajian, status, agama, alamat, pekerjaan, dan usia pasien.

b. Keluhan Utama, merupakan keluhan paling menonjol yaitu klien

mengeluh nyeri dada di anterior, prekordial, substernal yang dapat

menjalar ke lengan kiri, leher, punggung dan epigastrium. Nyeri

dada dirasakan seperti tertekan beban berat, diremas yang timbul

mendadak. Durasi serangan dapat bervariasi dan merupakan

alasan pokok klien masuk rumah sakit atau keluhan utama saat

dilakukan pengkajian oleh perawat.

c. Riwayat penyakit sekarang, merupakan informasi tentang keadaan

dan keluhan keluhan klien saat timbul serangan yang baru timbul

atau sering hilang timbul, durasi, kronologis dan frekuensi

serangan nyeri. Gejala utama yang diidentifikasi klien dengan

penyakit kardiovaskuler meliputi nyeri dada (chest pain), sesak

napas, fatigue, palpitasi, pingsan, nyeri pada ekstremitas.

d. Riwayat penyakit masa lalu, meliputi riwayat penyakit yang

pernah diderita oleh klien terutama penyakit yang mendukung

munculnya penyakit sekarang contohnya Hipertensi, penyakit

pembuluh darah, diabetes mellitus, gangguan fungsi tiroid,

rheumatoid heart disease.


e. Riwayat penyakit keluarga, informasi dapat digali tertang usia dan

status kesehatan anggota keluarga yang bertali darah. Status

kesehatan anggota keluarga meliputi riwayat penyakit yang pernah

diderita keluarga klien terutama gangguan sistem kardiovaskular

f. Riwayat psikososial, berhubungan dengan kondisi penyakitnya

serta dampaknya terhadap kehidupan sosial klien. Keluarga dan

klien akanmenghadapi kondisi yang menghadirkan situasi

kematian atau rasa takut terhadap nyeri, ketidakmampuan serta

perubahan pada dinamika keluarga. Perlu dicatat tentang jenis

pekerjaan klien serta adanya stres fisik maupun psikis yang

mempengaruhi beban kerja jantung.

g. Pengkajian, terkait hal-hal yang perlu dikaji lebih jauh pada nyeri

dada koroner menurut [ CITATION iwa18 \l 1033 ] :

1) Lokasi nyeri, pengkajian daerah mana tempat mulai nyeri,

penjalaranya, nyeri dada koroner khas mulai dari sternal

menjalar ke leher, dagu atau bahu sampai lengan kiri

bagian aula.

2) Sifat nyeri, perasaan penuh rasa berat seperti kejang

diremas, menusuk, mencekik dan rasa terbakar.

3) Ciri rasa nyeri, derajat nyeri, lamanya, berapa kali timbul

dalam jangka waktu tertentu.


4) Kronologis nyeri, awal timbul nyeri serta perkembanganya

secara berurutan.

5) Keadaan pada waktu serangan, apakah timbul saat kondisi

tertentu.

6) Faktor yang memperkuat atau meringankan rasa nyeri

misalnya sikap atau posisi tubuh, pergerakan, tekanan.

7) Karakteristik nyeri, komponen pengkajian analisis

symptom meliputi Palitatif atau provocative, Quality atau

Quantity, Region, Severity, dan Timing (PQRST) menurut

[ CITATION iwa18 \l 1033 ] :

(a) Palitatif atau provocative yang menyebabkan

timbulnya masalah, perilaku yang memperbesar

dan memperkecil masalah, posisi sewaktu

terjadi nyeri.

(b) Quality atau Quantity yaitu kualitas dan

kuantitas nyeri yang dirasakan, sejauh mana

nyeri dirasakan, aktifitas apa yang terganggu,

parah atau ringan dari nyeri sebelumnya.

(c) Region yaitu lokasi nyeri, penyebaran merambat

pada punggung atau lengan, merambat pada

leher atau merambat di kaki.


(d) Severity yaitu keparahan, nyeri dirasakan

dengan skala berapa dari 1-10, ringan, sedang,

berat, atau sangat berat.

(e) Timing yaitu waktu berlangsungnya nyeri kapan

dan sampai berapa lama, seberapa sering

berlangsung, tiba-tiba atau bertahap.

2. Pemeriksaan Fisik Fokus dada dan jantung.

a. Inspeksi

Inspeksi dada dilakukan untuk menilai pola pernapasan, bentuk

dada, dan kelainan lainnya.

1.) Pola Pernapasan :

a.) Pola pernapasan yang dinilai mencakup kecepatan, ritme,

dan volume pernapasan.

b.) Pola pernapasan normal (eupnea) adalah kecepatan 10-14

napas per menit dengan perbandingan inspeksi dan ekspirasi

yaitu satu banding tiga.

c.) Kecepatan napas di bawah normal disebut bradypnea.

Beberapa keadaan, seperti penggunaan sedatif, narkotik,

atau alkohol, dan kelainan neurologis atau metabolik, dapat

menyebabkan bradypnea. Sebaliknya, keadaan seperti

peningkatan aktivitas fisik, infeksi, dan gagal jantung


kongestif. dapat menyebabkan peningkatan kecepatan

respirasi, yang disebut sebagai hiperpnea.

d.) Pernapasan menggunakan otot tambahan, seperti otot

sternokleidomastoideus, interkostal, scalene, menunjukkan

bahwa terdapat usaha nafas eksesif yang dilakukan pasien.

b. Palpasi

Pada palpasi pemeriksaan fisik dada dilakukan pemeriksaan

taktil fremitus dan ekspansi dada. Selain itu, deteksi abnormalitas,

seperti massa atau krepitus tulang juga dapat dilakukan dalam

pemeriksaan palpasi dada.

c. Perkusi

Dada dapat dilakukan dengan mengetuk jari pada sejumlah

area di permukaan dada maupun punggung atas. Bunyi dari

ketukan ini bisa menandakan kondisi organ di bawahnya. Bunyi

ketukan akan lebih kencang dan bergaung pada bagian tubuh yang

berisi udara, dan akan lebih lemah dan redup pada bagian tubuh

yang padat atau berisi air. Dengan pemeriksaan ini, dapat

terdeteksi gangguan paru-paru, seperti efusi pleura dan

pneumothoraks, serta kelainan jantung, seperti kardiomegali.


Kegunaan perkusi antara lain adalah untuk menentukan batas-

batas jantung, adapun batas-batas normal jantung adalah :

 Kanan atas : SIC IV Linea sternalis dextra.

 Kanan bawah : SIC II Linea sternalis sinistra.

 Kiri atas : SIC II Linea sternalis sinistra.

 Kiri bawah : SIC Linea medio clavicularis sinistra.

d. Auskultasi

Auskultasi adalah metode pemeriksaan untuk mendengarkan

bunyi dari dalam tubuh dengan menempelkan stetoskop di area

tertentu. Pemeriksaan bunyi jantung dilakukan pada dada sebelah

kiri, sedangkan pemeriksaan bunyi paru-paru dilakukan pada

seluruh bagian dada. Bunyi jantung sehat memiliki irama yang

teratur, dan tidak ada bunyi tambahan. Sementara pada paru-paru

yang sehat, akan terdengar suara napas yang normal, tanpa ada

mengi, stridor, atau suara napas abnormal lainnya. Pemeriksaan

fisik thorax seperti yang telah dijelaskan di atas akan membantu

dokter dalam menilai kondisi organ-organ di dalam rongga dada,

sehingga diagnosis dapat ditegakkan. Bila masih ragu atau

mencurigai adanya kondisi tertentu, dokter dapat


merekomendasikan pemeriksaan lanjutan, seperti Rontgen dada

dan elektrokardiogram (EKG), untuk memastikan diagnosis.

3. Diagnosis

Diagnosis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan diagnose

buku TIM POKJA SDKI PPNI [ CITATION SDK16 \n \t \l 1033 ] yaitu :

Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis iskemia

jaringan miokard terhadap sumbatan arteri koronaria ditandai dengan

pasien mengatakan nyeri, wajah pasien tampak meringis.

4. Perencanaan

Dalam perencanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan nyeri

akut ini terdiri dari Standar luaran dan intervensi yang digunakan buku

TIM POKJA SIKI PPNI [ CITATION TIM16 \n \t \l 1033 ] yaitu :

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 7 jam maka diharapkan

tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil:

 Kemampuan meningkatkan aktivitas aktivitas cukup

meningkat.

 Keluhan nyeri menurun

 Ekspresi meringis menurun

 Frekuensi nadi membaik

 Pola napas membaik


 Tekanan darah membaik

 Nafsu makan membaik.

Intervensi :

a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri.

b. Identifikasi skala nyeri.

c. Identifikasi respond nyeri.

d. Identifikasi faktor yang memperberat atau memperingan

nyeri.

e. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.

f. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa

nyeri seperti tehnik relaksasi.

g. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa

nyeri.

h. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.

5. Implementasi

Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan.Terdapat

tindakan yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri sesuai

dengan intervensi yang direncanakan. Implementasi lebih ditujukkan

pada upaya perawatan dalam meningkatkan kenyamanan, upaya

pemberian informasi yang akurat, upaya mempertahankan


kesejahteraan, upaya tindakan peredaan nyeri farmakologis, dan

pemberian terapi non-farmakologis [ CITATION iwa18 \l 1033 ].

6. Evaluasi

Evaluasi keperawatan diobservasi terkait subjek, objektif, assesgment,

planning SOAP yang ditulis perawat pada catatan perkembangan

setelah dilakukan tindakan keperawatan maupun setelah batas waktu

asuhan keperawatan diberikan. Evaluasi keperawatan terhadap pasien

dengan menilai kemampuan pasien dalam merespon rangsangan nyeri,

dengan melaporkan adanya penurunan rasa nyeri. Berikut hasil yang

diharapkan setelah diberikan asuhan keperawatan menurut Wardana

[ CITATION iwa18 \n \t \l 1033 ]:

a. Pasien mampu mengenali kapan nyeri terjadi dan dapat

menggambarkan faktor penyebab nyeri.

b. Pasien mampu menggunakan jurnal harian untuk memonitor

gejala dari waktu ke waktu dan pasien mampu menggunakan

tindakan pencegahan.

c. Pasien mampu menggunakan tindakan pengurangan nyeri

tanpa analgesic dan pasien mampu menggunakan analgesik

yang direkomendasikan.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah deskriptif, dalam bentuk studi kasus .

Penelitian diarahkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan bagaimana

penerapan asuhan keperawatan pada pasien penyakit jantung koroner dengan

fokus studi nyeri akut di Rumah Sakit Fatima Parepare.

B. Subyek Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien dengan penyakit

jantung koroner dirumah sakit Fatima Parepare

2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah pasien dengan penyakit jantung koroner

di Rumah Sakit Fatima Parepare. Sampel yang diambil sebanyak 1 orang.

Dengan kriteria :

a. Kriteria inklusi

1.) Pasien usia dewasa ≥18 tahun

2.) Pasien dalam kondisi komposmentis

3.) Pasien penyakit jantung koroner dengan nyeri akut dan dengan

skala nyeri ≥5.

b. Kriteria ekslusi

1.) Pasien yang tidak sadar (koma)


2.) Pasien rawat jalan

C. Fokus studi

Asuhan keperawatan pada pasien penyakit jantung koroner dengan

fokus studi nyeri akut.

D. Definisi Operasional

1. Penyakit Jantung Koroner (PJK) ialah penyakit jantung yang terutama

disebabkan karena penyempitan arteri koronaria akibat proses

aterosklerosis atau spasme atau kombinasi keduanya.

2. Nyeri Akut merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat adanya kerusakan atau ancaman kerusakan jaringan.

3. Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada

praktik keperawatan yangdiberikan secara langsung kepada klien atau

kepada pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan, yang dilaksanakan

berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang

berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, bersifat humanistic, dan

berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah yang

dihadapi klien.

E. Intrumen Penelitian

Alat atau instrument pengumpulan data yang digunakan dalam kegiatan

penelitian adalah format pengkajian sampai pada evaluasi. Cara pengumpulan

data dimulai dari anamneses, pemeriksaan fisik, observasi, dan studi

dokumentasi.
Alat yang digunakan sebagai berikut :

1. Lembar atau format asuhan keperawatan

Pengkajian yang digunakan kepada pasien diantaranya menggunakan

format asuhan keperawatan yang meliputi : identitas, keluhan utama,

riwayat keperawatan, pola fungsi Gordon, pemeriksaan fisik, pemeriksaan

diagnostic, dan program terapi yang diberikan.

2. Alat kesehatan

Alat kesehatan yang meliputi tensimeter, dan stetoskop, thermometer, dan

EKG.

3. Lembar Standar Operasional Prosedur

F. Metode Analisis Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulis karya tulis ilmiah

ini adalah :

1. Wawancara

Wawancara digunakan untuk mendapatkan data subyektif dengan cara

mengajukan pertanyaan terbuka terhadap pasien dan keluarga. Data yang

diperlukan didapatkan dari wawancara antara lain seperti identitas pasien

dan keluarga, keluhan utama yang dirasakan yang dirasakan pasien,

riwayat penyakit sekarang tentang sejak kapan muncul, riwayat penyakit

sekarang tentang sejakmkapan keluhan muncul, riwayat dahulu mengenai

apakah pasien pernah mengalami sakit seperti ini, riwayat kesehatan

keluarga dengan cara penulis menanyakan apakah ada anggota keluarga


yang dengan cara penulis menanyakan apakah ada anggota keluarga yang

memiliki riwayat penyakit menular, sehingga penulis akan muda

mengatahui masalah keperawatan yang muncul pada pasien.

2. Observasi

Observasi dan pemeriksaan fisik dengan pendekatan inspeksi, palpasi,

perkusi, auskultasi. Penulis melakukan pengamatan lansung pada keadaan

klinis pasien dan respond pasien terhadap tindakan asuhan keperawatan

nyeri akut yang diberikan pada pasien penyakit jantung koroner.

3. Dokumentasi

Dokumentasi meliputi hasil dari pengumpulan data baik dari awal dan

hasil obsevasi, pengukuran dan wawancara klien dn keluarga klien

mengenai masalah yang timbul akibat penyakit jantung koroner. Selain

itu, dokumentasi juga meliputi hasil dari penunjang yang berupa terapi

pengobatan yang mengenai masalah dan hasil pemeriksaan penunjang

seperti EKG (rekam jantung).

G. Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Sakit Fatima Parepare. Penyakit

jantung koroner dengan fokus studi nyeri akut. Waktu penelitian pada studi

kasus ini dimulai adalah pada tanggal 06-08 agustus 2019


H. Analisa data dan penyajian data

Data yang ditemukan saat pengkajian dikelompokkan dan dianalisis

berdasarkan data subyektif dan obyektif, sehingga dapat dirumuskan

diagnose, kemudian menyusun rencana asuhan keperawatan, dan melakukan

implementasi sert evaluasi keperawatan dengan cara dinarasikan, analisis

selanjutnya membandingkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada

pasien dengan teori dan penelitian terdahulu.

Urutan dalam analisis data adalah :

1. Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi, dan

dikelompokkan menjadi data subyektif dan obyektif, dianalisis

berdasarkan data hasil pemeriksaan diagnostic, kemudian didokumentasi.

2. Penyajian data

Penyajian data didiskripsikan secara naratif meliputi :

a. Pengkajian keperawatan terdiri dari : identitas pasoen, riwayat

penyakit keluarga, pola fungsi kesehatan, pemeriksaan fisik,

terapi pengobatan dan pemeriksaan penunjang.

b. Diagosa keperawatan dengan masalah nyeri akut.

c. Rencana asuhan keperawatan/intervensi.

d. Implementasi keperawatan terdiri dari hari dan tanggal,

diagnos keperawatan dengan masalah nyeri akut, implementasi


keperawatan, dan paraf yang melakukan implementasi

keperawatan.

e. Evaluasi keperawatan terdiri dari hari dan tanggal diagnose

keperewatan, evaluasi keperawatan dan paraf mengevaluasi

tindakan keperawatan.

3. Kesimpulan

Data yang disajikan, kemudian dibahas dibandingkan dengan hasil

penelitian terdahulu dan secara tcoritis dengan perilaku

kesehatan.Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi. Data

yang dikumpulkan berkaitan dengan data pengkajian, diagnosis,

perencanaan,tindakan, dan evaluasi.

I. Etika penulisan

Sebelum melaksanakan studi kasus penelitian memandang perlu adanya

rekomendasi pihak institusi pendidikan atau pihak lain dengan mengajukan

permohonan izin kepada instansi tempat pelaksanaan studi kasus, dalam hal

ini dirumah sakit Fatima Parepare. Setelah mendapatkan persetujuan, studi

kasus ini dapat dilakukan dengan menekankan masalah etika studi kasus

meliputi :

1. Informed concent ( lembar persetujuan responden)

Informed concent diberikan kepada pasien diruangan untuk meminta

persetujuan responden dengan tujuan supaya subyek mengetahui maksud

dan tujuan serta dampak pengumpulan data, jika subyek bersedia diteliti
maka subyek harus menandatangani lembar persetujuan tersebut, jika

subyek tidak bersedia diteliti maka subyek harus tetap menghormati hak

klien.

2. Anonymity ( tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan subyek maka tidak dicantumkan identitas

dari subyek dengan tidak mencantumkan nama dalam lembar

pengumpulan data.

3. Confidentiatily (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subyek dijamin

oleh peneliti hanya kelompok data tertentu yang akan disajikan pada hasil

penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

DR. dr. Isman Firdaus Sp.JP (K), FIHA, FAPSIC, FAsCC, FESC, FSCAI. (2019, september

26). World Heart Day PERKI 2019. p. 1.

PPNI, S. (2016). Standar diagnosis keperawatan. jakarta: dewan pengurus pusat persatuan

perawat nasional indonesia.


PPNI, T. P. (2016). Standar intervensi keperawatan indonesia. jakarta: dewan pengurus pusat

persatuan perawat nasional indonesia.

Priscilla. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Dimensi Keperawatan Medikal

Bedah Gangguan Eliminasi dengan Gangguan Kardiovaskuler. jakarta: egc.

RI, P. K. (2020, april 3). kemenkes RI.

Riadi, M. (2016, APRIL 20). Relaksasi Nafas Dalam. p. 1.

rini, s. (2016, april 11). farmakologi penyakit jantung koroner. Education , pp. 2-5.

riskesdas. (2018). PREVALENSI PENYAKIT JANTUNG (DIAGNOSIS DOKTER) PADA

PENDUDUK SEMUA UMUR MENURUT PROVINSI, 2018. kemenkes RI , 79-80.

wardana, i. (2018). konsep dasar penyakit jantung koroner. poltekes denpasar , 17-23.

Willy, d. T. (2018, oktober 18). Penyakit Jantung Koroner. pp. 1-5.

Wulandari, N. K. (2019). GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PENYAKIT

JANTUNG KORONER . Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar Jurusan Keperawatan. ,

4-5.

Yosua Arematea, W. M. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT

SJANTUNG. 2.

Anda mungkin juga menyukai