Disusun oleh :
i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY “R” DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN : ASMA
DIRUANGAN FRANSISKUS KAMAR 6-2
CHARITAS HOSPITAL KM 7
PALEMBANG
Disusun oleh :
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Pembimbing,
Mengetahui, Menyetujui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Ketua Prodi DIII Keperawatan
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Penguji I :
Penguji II :
Mengesahkan,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan Karya Tulis Ilmiah yang telah saya
buat ini merupakan hasil karya saya sendiri dan benar keasliannya. Apabila
ternyata dikemudian hari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan hasil plagiat
atau penjiplakan hasil karya tulis orang lain, maka saya bersedia mempertanggung
jawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib
Universitas Katolik Musi Charitas Palembang.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak di paksakan.
(Virginia Maharani)
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat, rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan pada Pasien Ny “R” dengan Gangguan
Sistem Pernafasan : Asma di Ruangan Fransiskus kamar 6 – 2 Charitas Hospital
KM 7 Palembang tepat pada waktunya Karya Tulis Ilmiah ini dikerjakan untuk
memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma
III Keperawatan.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dan memeberikan dorongan serta dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, terutama kepada yang terhormat :
1. Dr. EF. Slamet Santoso Sarwono, MBA selaku Rektor Universitas Katolik
Musi Charitas Palembang.
2. Maria Nuraeni, S.K.M., M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Katolik Musi Charitas
3. Ns. Aprida Manurung, M.Kep selaku Ketua Program Studi Diploma III
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Musi Charitas
Palembang dan selaku Penguji I Karya Tulis Ilmiah.
4. Ns. Mk. Fitriani Fruitasari, M.Kep selaku penguji II Karya Tulis Ilmiah.
5. Ns. Sanny Frisca, M.Kep selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah dan
Ketua Dewan Penguji.
6. Dr. F. X Indra Setiadi, MARS selaku Direktur utama Charitas Hospital
KM 7 Palembang.
7. Sr. M. Xaveriani, FCh selaku Direktris Keperawatan di Charitas Hospital
KM 7 Palembang.
8. Sr. M. Stefi, FCh selaku kepala ruangan, pembimbing praktik dan perawat
ruangan Fransiskus Charitas Hospital KM 7 Palembang.
9. Ns. Yosep Dwi Aryanto, S.Kep selaku CI Ruangan Fransiskus Charitas
Hospital KM 7 Palembang.
vi
10. Staf Perpustakaan dan karyawan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Katolik Musi Charitas Palembang.
11. Teruntuk kedua orang tua saya Bapak Jukori dan Ibu Suminah dan seluruh
keluarga yang telah senantiasa memberikan dukungannya baik materi,
mental, jasmani dan rohani.
12. Segenap rekan-rekan satu almamater angkatan 2017.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk lebih
menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis berharap semoga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Virginia Maharani
vii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Ruang Lingkup Masalah ............................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 3
D. Metode Penulisan ......................................................................... 4
E. Sistematika Penulisan ................................................................... 4
viii
E. Pelaksanaan ................................................................................... 63
F. Evaluasi ......................................................................................... 68
G. Patoflow Diagram Kasus............................................................... 71
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian .................................................................................... 73
B. Diagnosa Keperawatan ................................................................. 77
C. Rencana Keperawatan ................................................................... 78
D. Pelaksanaan .................................................................................. 79
E. Evaluasi ......................................................................................... 81
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 83
B. Saran ............................................................................................. 84
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 86
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR DIAGRAM
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit asma berasal dari kata “Asthma” diambil dari bahasa yunani
yang berarti “sukar bernapas”. Asma merupakan penyakit peradangan kronik
yang terjadi pada jalan nafas. Penyebabnya bisa karna alergi (seperti polutan,
suhu dingin, panas, bau menyengat, asap, dan parfum), latihan fisik, stress
atau perasaan marah, rhinosinusitis, obat-obatan, infeksi virus pada jalan
napas, dan refleks gastroesofageal. Faktor resiko yang terjadi pada asma
mencakup kesehatan keluarga, alergi, dan terpapar secara langsung pada zat
iritan atau alergi dalam waktu yang lama (seperti rumput, serbuk sari, jamur,
debu, atau binatang). Serangan asma sering terjadi pada malam hari disertai
gejala yang sering muncul dipsnea, batuk (di sertai ada atau tidaknya mukus),
mengi (Smeltzer, 2013 : 65-69).
Pada penderita asma akan mengalami komplikasi berikut ini
pneumothoraks, pneumomediastinum dan emfisema sub kutis, dan asidosis.
Menurut perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 2016 ada
417.918 kematian akibat asma pada tingkat dunia dan 24,8 juta jiwa yang
diukur dengan Diability Adjusted Life Years (DALY). Menurut National
Center Health Statistic (NCHS) tahun 2018 prevalensi asma berdasarkan usia
adalah usia 18-44 sebanyak 7.2%, usia 45-64 sebanyak 8.3, usia 65-74
sebanyak 8.6%, usia 75 dan over sebanyak 6.7% (National Central Health
Statistic : National Health Interview Survey, 2018).
Angka kejadian asma yang ada di Indonesia berdasarkan Data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018) mencapai 5.1%. Penyakit asma masuk
kedalam penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia dan diperkirakan akan
meningkat sebesar 20% pada usia 10 tahun mendatang. Jika tidak terkontrol
dengan baik. Prevalensi penyakit asma berdasarkan Data dari Dinas Kesehatan
Kota Palembang (DINKES, 2015) 74% pada juli 2015.
1
2
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Agar penulis mampu memahami konsep teori dan melakukan pengkajian
dan mengevaluasi Asuhan Keperawatan pada pasien Ny “R” dengan
gangguan diagnosa asma di Ruang Fransiskus kamar 6 - 2 Charitas
Hospital KM 7 Palembang ditujukan secara langsung kepada pasien
dengan menggunakan metode pendekatan proses keperawatan
2. Tujuan khusus
penulis diharapkan mampu :
a. Memahami konsep medik : pengertian, anatomi fisiologi, etiologi,
klasifikasi penyakit, patofisiologi, tanda dan gejala, komplikasi,
pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan Asma.
b. Melakukan pengkajian pada pasien Ny “R” dengan Diagnosa asma di
Ruang Fransiskus kamar 6 - 2 Charitas Hospital KM 7 Palembang.
c. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien Ny “R” dengan
Diagnosa asma di Ruang Fransiskus kamar 6 - 2 Charitas Hospital KM
7 Palembang.
d. Menyusun rencana tindakan pada pasien Ny “R” dengan Diagnosa
asma di Ruang Fransiskus kamar 6 - 2 Charitas Hospital KM 7
Palembang.
e. Melakukan implementasi rencana tindakan yang telah disusun dalam
bentuk pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien Ny “R” dengan
Diagnosa asma di Ruang Fransiskus kamar 6 - 2 Charitas Hospital KM
7 Palembang.
f. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang diberikan pada pasien Ny
“R” dengan Diagnosa asma di Ruang Fransiskus kamar 6 - 2 Charitas
Hospital KM 7 Palembang.
4
D. Metode Penulisan
Penulisan pada karya tulis ilmiah menggunakan metode deskriptif yaitu
pencarian fakta dengan interprestasi yang tepat pada peristiwa saat ini.
Mengambil satu kasus dengan cara pengambilan data sebagai berikut ini :
1. Wawancara
Penulis melakukan wawancara langsung kepada pasien dengan
mengajukan pertanyaan yang bersifat terbuka, sehingga terjadi interaksi
antara perawat dengan pasien.
2. Observasi
Penulis mengadakan pengamatan langsung terhadap pasien untuk
memperoleh data objektif.
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik secara langsung, yang meliputi inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi.
4. Studi kepustakaan
Penulis dalam menyusun asuhan keperawatan serta konsep dasar tentang
asuhan keperawatan pada pasien dengan asma adalah dari beberapa buku
sumber yaitu Ilmu Penyakit Paru, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular,
Keperawatan Medikal Bedah, Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam,
Anatomi Fisiologi, Patofisiologi, Nanda, NIC, NOC, Asuhan Keperawatan
Gerontik.
5. Studi Dokumentasi
Untuk melengkapi data penulis mendapatkan data dan informasi dari
status kesehatan pasien serta pemeriksaan diagnostik yang dilakukan di
rumah sakit.
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan Asuhan Keperawatan ini terdiri dari lima bab,
yaitu :
5
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, Ruang Lingkup
Penulisan, Tujuan Penulisan, dan Sistematika Penulisan.
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan kesenjangan yang ada antara teori yang ada dengan
kenyataan yang ditemukan pada pengkajian keperawatan, diagnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan
evaluasi keperawatan.
BAB V PENUTUP
Bab ini akan menjelaskan mengenai kesimpulan dan saran yang telah penulis
buat
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Anatomi Fisiologi
Anatomi Sistem Pernafasan
a. Hidung
Hidung atau rongga nasal merupakan jalan masuk udara yang
terdiri atas rongga berukuran besar yang tidak beraturan dibagi
menjadi dua lubang yang sama besar oleh suatu septum. Bagian
posterior tulang septum dibentuk oleh lempeng perpendikular tulang
etnoid dan vomer. Dibagian anterior, nasal terdiri atas kartilago hialin.
Fungsi respirasi pada hidung, hidung adalah saluran respirasi
pertama yang dilalui udara yang diinspirasi (dihirup). Hidung memiliki
fungsi untuk menghangatkan, menyaring udara, melembabkan dan
pembau (penciuman).
b. Faring
Faring dibagi 3 bagian nasofaring, orofaring, dan laringofaring.
Memiliki panjang 12 - 14cm dan memanjang dari dasar tengkorak
hingga vertebra servikalis ke- 6. Berada pada belakang hidung, mulut,
dan laring dengan lebar pada bagian atas. Nasofaring bagian dari
nassal faring terletak dibelakang hidung dan diatas palatum modle.
Pada dinding lateral, terdapat dua saluran auditori.
Orofaring bagian aoral faring terletak dibelakang mulut,
memanjang sari bagian bawah palatum molle hingga bagian vertebra
servikalis ke-3. Laringofaring pada bagian laringofaring memanjang
dari atas orofaring dan berlanjut ke bawah esofagus. Faring memiliki
fungsi sebagai saluran respiratori dan makanan. Organ yang terlibat
dalam sistem pencernaan dan respirasi udara akan masuk melalui
bagian nasal dan hidung, pada makanan melalui bagian oral dan laring.
Sebagai penghangat dan pelembab karena udara akan dihangatkan
dan dilembapkan saat masuk faring. Sebagai pengecap karena ujung
saraf olfaktorius dan indra pengecap di epitalium oral dan bagian
faringeal. Sebagai perlindungan karena jaringan limfatik faring dan
tonsil laring menghasilkan antibodi dalam berespons terhadap antigen.
8
respiratorik. Tiap ujung dinding alveolus merupakan satu sel tebal dan
dikelilingi oleh jaringan kapiler kecil. Luas total area membran
respiratorik untuk pertukaran gas diparu hampir sama dengan area
lapangan tenis.
Darah vena tiba diparu setelah beredar ke dalam semua jaringan
tubuh, serta berisi darah yang kaya akan karbon dioksida dan rendah
oksigen. Karbon dioksida berdifusi dari vena yang memiliki
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah hingga tercapai ekuilibirium
dengan udara alveolus.
Dengan cara yang sama, oksigen juga berdifusi dari alveolus ke
darah. Respirasi internal merupakan pertukaran gas oleh difusi antara
darah didalam kapiler dan sel tubuh. Pertukaran gas tidak terjadi pada
dinding arteri yang membawa darah dari jantung ke jaringan karena
dindingnya terlalu tebal. Pada tekanan oksigen darah yang terjadi
didasar kapiler sama seperti tekanan yang ada pada darah yang keluar
dari paru-paru.
Darah yang masuk ke jaringan telah bersih dari karbon dioksida
dan oksigen pekat saat masuk melalui paru sehingga tekanan oksigen
di paru lebih tinggi dari pada tekanan oksigen dijaringan. Hal ini
menciptakan gradien konsentrasi antara darah kapiler dan jaringan,
oleh karena itu terjadi pertukaran gas. Oksigen akan berpindah dari
aliran darah ke dinding kapiler didalam jaringan. Karbon dioksida
berdifusi dari sel ke cairan ekstraseluler, kemudian ke dalam alirah
darah menuju ujung vena kapiler.
Maka pada saat pertukaran gas akan mengalami perbedaan tekanan
parsial pada membran semipermeabel. Perpindahan gas terjadi melalui
difusi, yaitu perpindahan gas dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah hingga tercapai ekuilibrium. Pengangkutan gas dialiran darah.
Oksigen dibawa ke darah dalam hemoglobin sekitar 98,5%
(oksihemoglobin) dan larutan dalam air plasma (1,5).
12
3. Etiologi
Berikut ini merupakan penyebab dari asma (Wijaya & Putri, 2013 : 188-
197).
a. Asma ekstrinsik atau alergi
Asma yang disebabkan karana menghirup udara yang mengandung
alergen (zat penyebab alergen). misalnya alergen terhadap polusi,
debu, bulu-bulu halus, serbuk sari, dan binatang.
b. Asma instrinsik atau idopatik
Asma yang belum ditemukan pencetusnya dengan jelas, tetapi
didukung oleh faktor non spesifik misalnya flu, latihan fisik, emosi
yang bisa menimbulkan serangan asma. Timbul pada usia 40tahun
setelah memiliki riwayat infeksi sinus atau cabang trakeobronchial.
c. Asma campuran
Asma yang terjadi dikarenakan adanya penyebab dari asma ekstrinsik
dan asma instrinsik
Sedangkan menurut Black & Hawks (2014 : 277-287) menyebutkan
bahwa asma yang terjadi dalam keluarga menunjukkan bahwa asma adalah
gangguan yang diturunkan. Faktor lingkungan misalnya infeksi virus,
13
alergen, dan polutan. Faktor lain sebagi pemicu asma ialah stress, tertawa,
dan menangis, olahraga, perubahan suhu dan bau yang menyengat.
4. Klasifikasi Penyakit
Berikut ini pengklasifikasian asma berdasarkan dari berat penyakitnya
(Wijaya & Putri, 2013 : 188-197).
a. Tahap I Intermiten
Pada tahap intermiten gejala terjadi biasanya 1 kali dalam
seminggu dan ekserbasi singkat. Pada klien dengan kondisi intermiten
akan mengalami serangan 2 kali dalam sebulan dan biasanya serangan
akan terjadi pada malam. PEF atau FEV1 ≥80 % nilai prediksi dan <
20% nilai variabilitas.
Penggunaan obat dilakukan untuk mengurangi gejala intermiten
pemakaian hanya pada saat kapan perlu dilakukan inhalasi jangka
pendek. Lamanya pengobatan lihat dari derajat ekserbasi yang dialami.
Pemberian kortikosteroid melalui oral biasanya yang [aling
dibutuhkan.
b. Tahap II Persisten ringan
Pada tahap persisten ringan gejala timbul ≥ 1 kali dalam seminggu
tetapi < 1 kali sehari. Biasanya klien akan mengalami gangguan pada
aktivitas dan tidur. Pada malam hari serangan muncul > 2 kali dalam
sebulan.
PEF atau FEV1 > 80% nilai prediksi dan 20-30% nilai Variabilitas.
Penggunaan obat sehari-hari untuk mengontrol serangan yang harian.
Perlunya penggunaan bronkodilator sertai dengan obat-obatan
antiinflamasi untuk mengatasi serangan yang terjadi pada klien
diwaktu malam hari.
c. Tahap III Persisten sedang
Gejala persisten sedang merupakan gejala yang timbul harian.
Sehingga mengganggu aktivitas dan tidur klien. Serangan yang terjadi
pada malam hari > 1 kali seminggu. Penggunaan inhalasi untuk setiap
hari. PEV atau FEV1 > 60% - <80% nilai prediksi.
14
> 30% niali variabilitas. pada klien dengan persisten sedang untuk
penggunaan obat inhalasi bronkodilator kortikosteroid dilakukan setiap
hari dalam jangka panjang.
d. Tahap IV Persisten berat
Gejala persiten berat merupakan gejala secara terus menerus.
Ekserbasi yang sering dan terjadi pada malam hari. Klien akan
mengalami aktifitas fisik yang sangat terbatas oleh asma. PEV atau
FEV1 ≤ 60 % nilai prediksi. > 30% nilai variabilitas.
5. Patofisiologi
Ada dua pengaruh genetik yang sering ditemukan pada penyakit asma,
yaitu kemampuan sesorang untuk mengalami asma (atopi) dan
kecenderungan untuk mengalami hipereaktivitas jalan nafas yang tidak
bergantung pada atopi. Lokasi kromosom 11 yang berkaitan pada atopi
mengandung gen abnormal yang mengode bagian reseptor imunoglobin
(Ig) E. Dari faktor lingkungan dan faktor keturunan juga bisa
menimbulkan reaksi asmatik yang disertai dengan adanya bronkospasme.
Pada penyakit asma dinding bronkus akan mengadakan reaksi yang
berlebihan terhadap berbagai rangsangan sehingga terjadi spasme otot
polos yang periodik dan menimbulkan kontraksi jalan napas berat.
Antibodi Imunoglobin (Ig) E yang melekat pada sel-sel mast yang
mengandung histamin dan resptor membran sel akan menyebabkan asma
intrinsik. Ketika terpajan suatu antigen, seperti polen, antibodi Ig E akan
berikatan dengan antigen ini.
Saat pajanan selanjutnya dengan antigen tersebut sel mast akan
mengalami degranulasi dan melepaskan mediator. Sel-sel mast pada
jaringan interstisial paru akan terangsang untuk ikut melepaskan histamin
dan leukotrien. Histamin terikat pada tempat-tempat reseptor didalam
bronkus sehingga menyebabkan pembengkakan pada otot polos. Membran
mukosa mengalami inflamasi, iritasi, dan pembengkakan.
15
sianosis sental sekunder akibat hipoksia berat. Reaksi yang parah dan
berlangsung secara terus menerus atau status asmatikus bisa terjadi dan
pada saat ini kondisi dapat mengancam kehidupan.
7. Komplikasi
Akibat yang terjadi bagi penderita asma (Wijaya & Putri, 2013 : 188-
197).
a. Pneumothorak
Pneumothorak merupakan terjadinya penimbunan udara atau gas yang
ada pada rongga pleura.
b. Pneumomediastum dan emfisema subkutis
Pneumomediastum adalah udara atau gas yang terdapat berada didalam
rongga mediastinum. Sedangkan emfisema subkutis adalah
terdapatnya udara yang ada dibawah jaringan subkutis.
c. Atelektasis
Atelektasis yaitu kolapsnya paru atau alveoulus karena tidak dapat
menampung udara sehingga tidak dapat ikut serta dalam pertukaran
gas.
d. Kegagalan jantung atau gangguan irama jantung
e. Sumbatan saluran nafas yang meluas atau gagal nafas
f. Asidosis
Asidosis adalah penumpukan asam di dalam darah.
8. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan (Rab, 2017 : 377-391).
a. Pemeriksaan Sputum atau mukus,
Dilakukan untuk melihat apakah adanya infeksi, dan
mengidentifikasi adanya patogen.
b. Pemeriksaan Darah,
Pada pemeriksaan darah rutin diharapkan terjadi peningkatan pada
eosinofil, sedangkan leukosit dapat meningkat atau normal.
Pemeriksaan pada kulit dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan
18
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan dilihat dari tingkat keparahan
yang terjadi karena sesak napas yang dialami pada pasien akan
menimbulkan perasaan ketakutan dan kecemasan pada pasien maupun
pada keluarga. Maka perlu adanya pendekatan untuk melakukan asuhan
keperawatan dan penatalaksanaan baik itu keperawatan maupun medis
(Smeltzer, 2013 : 65-69).
19
b. Barthel Indeks
Tabel 2.1 Barthel Indeks
Penilaian :
0-20 = Ketergantungan
21-61 = Ketergantungan Berat / Sangat Tergantung
62-90 = Ketergantungan Berat
91-99 = Ketergantungan Ringan
100 = Mandiri
9. Berjalan mundur
Jumlah
Keterangan :
4 : Mampu Melakukan Aktivitas Dengan Lengkap
3 : Mampu Melakukan Aktivitas Dengan Bantuan
2 : Mampu Melakukan Aktivitas Dengan Bantuan Maksimal
1 : Tidak Mampu Melakukan Aktivitas
Nilai :
41-54 : Mampu Melakukan Aktivitas
28-41 : Mampu Melakukan Sedikit Bantuan
14-27 : Mampu Melakukan Bantuan Maksimal
14 : Tidak Mampu Melakukan
Adapun pengkajian status kognitif / afektif yaitu pemeriksaan
status mental sehingga dapat memberikan gambaran perilaku dan
kemampuan mental dan fungsi intelektual. Pengkajian ini meliputi Short
Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ), Mini-Mental State Exam
25
Interprestasi
Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 : fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6-8 : fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9-10 : fungsi intelektual kerusakan berat
Negara
Provinsi
Kabupaten
Registrasi 3 Sebutkan 3 nama objek (kursi,
meja, kerja) kemudian ditanyakan
kepada klien. menjawab
1.Kursi
2.Meja
3.Kertas
Skor :
24 – 30 : Normal
17 – 33 : Probable Gangguan Kognitif
0 – 16 : Definitif Gangguan Kognitif
Skor Uraian
A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih / tidak bahagia dimana saya tidak dapat
menghadapinya
2 Saya galau / sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih atau galau
0 Saya tidak merasa sedih
B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat
membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang ke depan
1 Saya merasa merasa berkecil hati
0 Saya merasa tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan
C. Rasa kegagalan
3 Saya merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
2 Bila melihat kehidupan ke belakang, semua yang dapat saya lihat
hanya ke gagalan
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Saya tidak merasa gagal
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa Bersalah
3 Saya merasa seolah-olah sangat buruk atau tak berharga
28
Interpretasi
Skor 0-9 : Not Depressed (Tidak Depresi/Normal)
Skor 10-19 : Mild Depression (Depresi Ringan)
Skor 20-30 : Severe Depression (Depresi Sedang/Berat)
menyenangkan ?
12. Apakah anda merasa tidak beharga seperti perasaan anda Ya / tidak
saat ini ?
13. Apakah anda merasa anda penuh semangat ? Ya / tidak
14. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada Ya / tidak
harapan ?
15. Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya Ya / tidak
dari pada anda ?
Total
Interpretasi :
Skor 0-4 : Not Depressed (Tidak Depresi/Normal)
Skor 5-9 : Mild Depression (Depresi Ringan)
Skor 10-15 : Severe Depression (Depresi Sedang / Berat)
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa menurut (NANDA, 2015-2017)
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus
berlebih
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi
d. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
e. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makan
3.No. Diagnosa Keperawatan
Perencanaan NOC NIC
Tabel 2.8 Perencanaan
1. Ketidakefektifan pola Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1. Monitor frekuensi pernapasan
napas berhubungan dengan waktu 3X24 jam ketidakefektifan pola napas tidak terjadi. dan oksigen
hiperventilasi Dengan Standar Outcome : 2. Lakukan auskultasi suara
Status pernafasan (kode 0415 hal 556) nafas
1. Frekuensi pernapasan 3. Berikan posisi untuk
2. Irama pernapasan meringankan sesak nafas
3. Saturasi oksigen 4. Kolaborasi dengan tim medis
4. Suara auskultasi nafas untuk pemberian
5. Kepatenan jalan nafas bronkodilator dan nebulizer
6. Penggunaan otot bantu nafas
7. Pernafasan cuping hidung
8. Batuk
Ketidakefektifan bersihan
2. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1. Ajarkan teknik cara batuk
jalan nafas berhubungan
waktu 3 X 24 jam ketidakefektifan bersihan jalan nafas efektif
dengan mukus berlebih
tidak terjadi 2. Lakukan fisioterapi dada
Dengan Standar Outcome : 3. Auskultasi suara nafas
Status Pernafasan : Kepatenan Jalan Nafas (kode 0410) 4. Kolaborasi dengan tim medis
1. Frekuensi pernapsan pemberian bronkodilator dan
2. Irama pernapasan nebulizer
3. Kemampuan untuk mengeluarkan sekret
4. Batuk 31
5. Penggunaan otot bantu nafas
3. Gangguan pertukaran gas Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1. Monitor kecepatan, irama,
berhubungan waktu 3 X 24 jam gangguan pertukaran gas tidak terjadi kedalaman, dan kesulitan
ketidakseimbangan Dengan Standar Outcome : bernafas
ventilasi-perfusi Status Pernafasan : Ventilasi (kode 0403) 2. Catat pergerakan dada, catat
1. Frekuensi pernapasan ketidaksimetrisan,
2. Irama pernafasan penggunaan otot bantu nafas
3. Kedalaman inspirasi 3. Monitor suara nafas tambahan
4. Penggunaan otot bantu nafas seperti ngorok atau mengi
5. Suara nafas tambahan 4. Monitor pola nafas
6. Pengembangan dinding dada tidak simetris (bradipneu, takipneu,
hiperventilasi, pernafasan
kusmaul)
4. Intoleran aktivitas Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1. Bantu aktivitas fisik secara
berhubungan dengan waktu 3 X 24 jam intoleran aktivitas tidak terjadi teratur (mis ambulasi, dan
ketidakseimbangan antara Dengan Standar Outcome : kebersihan diri)
suplai dan kebutuhan Status Perawatan Diri (0313) 2. Berkordinasi dengan keluarga
oksigen 1. Mandi sendiri dalam melakukan aktivitas
2. Berpakaian sendiri sesuai dengan umur
3. Makan sendiri 3. Berikan kesempatan keluarga
4. Mempertahankan kebersihan diri untuk terlibat dalam aktivitas
5. Ke toilet sendiri dengan cara yang tepat 32
5. Ketidakseimbangan nutrisi Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1. Kolaborasi dengan ahli gizi
: kurang dari kebutuhan waktu 3 X 24 jam ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari dalam menentukan asupan
tubuh berhubungan dengan kebutuhan tubuh tidak terjadi kalori harian yang diperlukan
kurang asupan makan Dengan Standar Outcome : untuk mempertahankan berat
Status Nutrisi : Asupan Nutrisi (kode 1009) badan
1. Asupan kalori 2. Ajarkan konsep nutrisi yang
2. Asupan protein baik pada klien
3. Asupan lemak 3. Tanyakan pada klien makanan
4. Asupan karbohidrat yang disukai
5. Asupan serat 4. Timbang berat badan secara
6. Asupan vitamin rutin
7. Asupan mineral 5. Observasi klien selama dan
8. Asupan zat besi setelah pemberian
9. Asupan kalsium makan/makanan ringan
10. Asupan natrium
33
34
35
4. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan melakukan tindakan yang sesuai dengan apa yang
ditelah di catumkan dalam perencanaan. Bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan klien secara optimal.
5. Evaluasi
Hasil yang diharapkan atas keberhasilan penatalaksanaan keperawatan
sesuai dengan tujuan yang telah dicantumkan dalam perencanaan diatas.
6. Discharge Planning
a. Berikan penjelasan mengenai pentingnya mengurangi aktivitas sehari-
hari untuk mencegah kelelahan.
b. Berikan penjelasan betapa pentingnya untuk tetap mongkonsumsi obat
yang telah diberikan oleh dokter sesuai dengan resep.
Asma Intrinsik / Idiopatik
7. Patoflow Teori
Diagram 2.1 Patoflow Diagram Teori Reaksi Antigen Dan Antibodi
Melalui Hidung
Sampai Bronkus
Mempengaruhi Otot Polos Dan
Kelenjar Pada Jalan Nafas Peningkatan Mk. Intoleran Aktivitas
Beraktivitas
Terjadi Hipereaktifitas
Pada Bronkus Dispnea
Reaksi Edema
inflamasi Mukosa Pada
Bronkus Peningkatan
Kemampuan Bernapas
Respirasi
Penumpukan Sekret / Meningkat Kelelahan
Mk. Mukus
Ketidakefektifan
Pada Jalan Nafas
35
37
Retensi
Karbondioksida
Mk. Gangguan
Asidosis Respiratori Pertukaran gas
Gagal Nafas
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
Nama Mahasiswa Yang Mengkaji : Virginia Maharani NIM : 1731016
Program Studi : Diploma III Keperawatan
Rumah Sakit : Charitas Hospital KM 7 Tgl. Pengkajian : 2 – 3 - 2020
Ruang / Kamar : Fransiskus / 6 – 2 Waktu Pengkajian : 7.00 WIB
Tgl Masuk RS : 28 – 2 – 2020 Auto Anamnase : √
Allo Anamnese : √
1. Identifikasi
a. Klien
Nama Initial : Ny “R”
Tempat / Tgl lahir : Palembang , 10 – 2 – 1929
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Jumlah Anak : 4 orang
Agama / Suku : Islam / melayu
Warga Negara : WNI
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pedagang
Alamat Rumah : Jln. Radial
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny. L
Alamat : Jln. Radial
Hubungan dengan klien : Anak
39
c. Data Medik
Dikirim oleh : UGD
Diagnosa Medik : Asma Attack + Hipertensi
Saat Masuk : Asma + Hipertensi
Saat Pengkajian : Asma + Hipertensi
2. Keadaan Umum
a. Keadaan Sakit
Keadaan umum pasien tampak sakit sedang, kondisi pasien lemah
dan sesak nafas. Pasien dalam posisi duduk, dengan penggunaan alat
medik oksigenasi nasal kanul 3 liter permenit. Dan terpasang infus RL
20 tetes permenit di vena metacarpal dextra.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak napas
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada tanggal 28 febuari 2020 pukul 21.30 WIB pasien dibawa ke
Charitas Hospital KM 7 Palembang dengan keluhan sesak nafas.
Pasien mengatakan sejak 20 febuari sampai sekarang mengalami
batuk berdahak bewarna kuning kental sebanyak ±45ml dan pilek.
Selama 7 hari SRMS pasien tidak memeriksakan dirinya kedokter
sehingga tidak dilakukan tindakan lebih lanjut.
Pasien mengatakan asmanya kambuh akibat kelelahan karena
seharian berada diluar (dari pukul 06.00 – 14.00) untuk berjualan
dipinggir jalan. Sehingga menghirup polusi udara yang tidak sehat
(asap kendaraan, dan debu). Sebelum di bawa kerumah sakit pasien
sempat meminum obat asma ( 1 pil neo napacin) setelah meminum
obat pasien berbaring tetapi sesaknya tak kunjung membaik.
Pasien meminta bantuan ke tetangga terdekat untuk membawanya
kerumah sakit. Pasien mengatakan merasa tidak nyaman dengan
kondisinya saat ini.
40
3) Pengukuran
Pada pengukuran tinggi badan pasien 165 cm, dan berat badan 56
kg. Dengan IMT 23. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
berat badan pasien normal.
4) Genogram
X X X x x 91
X X X
= Laki=laki
[
= Perempuan
x = Meninggal
x
= Pasien
= Serumah
Kesimpulan :
42
Pada tahun 2009 pasien pertama kali dibawa ke rumah sakit bunda
dengan keluhan sesak napas. Tetapi minta untuk rawat jalan.
pada bulan agustus 2020, asmanya kembali kambuh dan dibawa ke
rumah sakit bunda setelah diberikan obat inhaler untuk mengatasi
sesaknya pasien kembali pulang kerumahnya.
a. Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan tidak rutin untuk memeriksakan diri ke dokter.
Pada saat asmanya kambuh pasien hanya meminum obat asma
yang dibeli diwarung. Pada saat asmanya kambuh pasien hanya
mau rawat jalan. Pasien mengatakan lingkungan tempat tinggalnya
banyak asap baik dari rokok, kendaraan, dan bakaran sampah.
Sehingga pintu dan jendela rumah pasien jarang dibuka.
b. Keadaan sejak sakit
1) Data subjektif
Pasien mengatakan patuh untuk selalu mengkonsumsi obat
asma.
2) Data objektif
Keadaan rambut bersih dan tidak berminyak, keadaan kulit
kepala tidak berketombe, kulit bersih, rongga mulut tidak ada
43
2. Pemeriksaan fisik
Pada pasien keadaan rambut bewarna putih, dan tipis. Keadaan
kulit elastis. Palpebrae an edema. Conjungtiva ananemis. Sclera
an icteric. Hidung simetris. Mukosa hidung lembab. Rongga
mulut bersih tidak ada sisa makanan. Gusi tidak ada
pembengkakan. Gigi geligi atas 4 bawah 6. Gigi palsu tidak
ada. Pasien tidak mampu mengunyah makanan keras. Lidah
tidak ada stomatitis. Tonsil TI/TI. Kelenjar getah bening tidak
ada pembesaran. Kelenjar parotis tidak ada pembesaran.
Kelenjar thyroid tidak ada pembesaran.
Inspeksi abdomen bentuk simetris. Tidak ada bayangan vena.
Tidak ada benjolan masa. Auskultasi abdomen peristaltik 10
X / menit. Palpasi abdomen tidak ada nyeri tekan. Tidak ada
massa. Hidrasi kulit elastis. Tidak ada pembesaran hepar. Tidak
ada pembesaran kelenjar limfe, hasil perkusi terdengan
tympani.
Pada kulit spider naevi negatif. Uremic frost negatif. Edema
negatif. Icteric negatif. Tidak ada tanda-tanda radang.
C. Pola Eliminasi
1. Data subyektif
a. Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan bab 1 – 2 kali dalam sehari dengan
konsistensi padat bewarna kuning kecoklat-coklatan dan
tidak ada hambatan dalam BAB. BAK 4-5 sehari dan tidak
ada hambatan dalam BAK.
b. Keadaan sejak sakit
Pasien mengatakan sejak sakit, pasien tidak mengalami
keluhan dalam BAB. Selama dirawat di rumah sakit pasien
BAB 1 kali menggunakan pispot belum bisa kekamar
mandi karna masih sesak. Keluarga mengatakan pasien
45
2. Data obyektif
a. Observasi
Aktivitas harian makan dibantu orang, mandi dibantu
orang, berpakaian dibantu orang, kerapian dibantu orang,
BAB dan BAK bantuan alat dan orang, mobilisasi ditempat
tidur bantuan orang, ambulasi bantuan orang dan alat.
Postur tubuh membungkuk dan membutuhkan tongkat,
gaya jalan tidak seimbang, anggota gerak tidak ada yang
cacat. Tracheostomi tidak ada.
Setelah dilakukan pengkajian gerontik yaitu barthel indeks
didapatkan hasil yaitu makan dengan bantuan aktivitas
ketoilet dengan bantuan. Berpindah dari kursi roda atau
sebaliknya, termasuk duduk ditempat tidur, dengan
bantuan. Kebersihan diri mencuci muka, menyisir rambut,
dan menggosok gigi dengan bantuan. Mandi dengan
bantuan. Berjalan dipermukaan datar dengan bantuan. Naik
turun tangga dengan bantuan. Berpakaian dengan bantuan.
Mengontrol defekasi dengan bantuan. Mengontrol
berkemih dengan bantuan. Ditemukan hasil pengkajian
barthel indeks yaitu ketergantungan berat.
b. Pemeriksaan fisik
JVP 2,5 cmH2O kesimpulan normal. CRT kembali seperti
semula dalam 2 detik. Bentuk thorax simetris. Stridor
negatif, dyspnea d’effort positif. Sianosis negatif. Palpasi
vokal fremitus kanan – kiri sama kuat. Hasil perkusi redup.
Batas paru hepar ICS 4 sampai ICS ke 6. Suara nafas
wheezhing. Suara ucapan jelas. Suara tambahan wheezing.
ictus cordis ICS 5 dilinea media clavikularis sinistra
47
2. Data Obyektif
a. Observasi
Ekspresi wajah mengantuk negatif. Banyak menguap
negatif. Palpebrae inferior bewarna gelap positive. Posisi
semi fowler.
49
2. Data obyektif
a. Observasi
Kontak mata saat bicara penuh. Rentang perhatian fokus.
Suara dan cara bicara jelas dan baik. Postur tubuh tidak
tegap dan sudah membungkuk.
51
b. Pemeriksaan fisik
Kelainan bawaan yang nyata tidak ada. Bentuk abdomen
simetris. Tidak ada bayangan vena. Tidak ada benjolan
massa. Tidak ada lesi kulit. Tidak ada penggunaan protesa.
2. Data obyektif
a. Observasi
Pasien berperilaku sesuai dnegan jenis kelaminnya dan
menggunakan pakaian selayaknya perempuan.
b. Pemeriksaan fisik
Palpasi mamae tidak ada benjolan. Bentuk puting
menonjol. Prolapsus uteri tidak ada.
2. Data obyektif
a. Observasi
b. Pemeriksaan fisik
Tekanan darah berbaring 160/ 100mmhg. SPO2 90 %.
53
(Virginia Maharani)
DAFTAR OBAT YANG DIBERIKAN PADA PASIEN
No. Klasifikasi obat Dosis Dosis Cara Mekanisme kerja dan fungsi obat Kontra indikasi Side effect obat
misalnya umum pasien pemberian
Antibiotik ybs obat
Analgetik
54
1. Ceftriaxone 1g 1x1g IV Untuk mengobati berbagai macam infeksi Hipersensitifitas Diare, demam,
bakteri. terhadap menggigil, kejang,
cepnalospirin dan hipoglikemia, dan
penicilin. edema.
2. Ventolin + Nacl 2.5 mg 2.5 mg Inhalasi Mengatasi sesak nafas akibat Hipersensitif, alergi Jantung berdebar,
+2 +2 menyempitnya saluran pernapasan seperti terhadap zat aktif. sakit kepala, nyeri,
ml/cc ml/cc serangan asma. kram otot.
3. Retaphyl 300mg 2 x 1/2 PO Untuk meringankan dan mengatasi Hipersensitif terhadap Gangguan sistem
serangann asthma. teofolin dan senyawa saraf pusat, mual,
golongan seantin. muntah, sulit BAK
55
4. OBH 15 ml 3x PO Untuk meredakan batuk yang disertai flu. Penderita dengan Mual, muntah,
15ml ggn. jantung, dm, peradangan
Dan fungsi hati lambung.
yang berat dan
hipersensitif
terhadap
komponen obat
ini.
56
57
HASIL LABORATORIUM
Hasil
Unit / Nilai
No Jenis Pemeriksaan Out Of Within
Satuan Rujukan
Range Range
1. Leukosit 2-3 / LPB 1-4
2. Eritrosit 1-2 / LPB 0-2
3. Epithel positif positif
4. Jamur negatif negatif
58
HASIL RADIOLOGI
Nama : Ny “R”
Medical No : 00-16-14-42
Tanggal Lahir : 10-02-1929
Alamat : Jalan Radial
Dokter Pengirim : Dr. Irwan Stiawan, Sp. PD
Tanggal : 29-2-2020 / 09.15
Keterangan Klinis : Asma Asttack
Kepada Yth Ts dr
pada pemeriksaan foto thorax
didapatkan :
Besar dan bentuk normal. Trakea ditengah. Hilius kanan – kiri tidak menebal.
Tampak infiltrat dilapangan bawah kedua paru dan tengah paru kiri. Sinus pleura
kanan – kiri tajam. Diafragma kanan – kiri normal. Tulang – tulang tidak tampak
kelainan.
Kesan :
Infiltrat dilapangan bawah kedua paru dan tengah paru kiri
59
B. ANALISA DATA
Nama / Umur : Ny. R / 91 Tahun
Ruang / Kamar : Fransiskus / 6 – 2
Tabel 3.3 Analisa Data
Data
Etiologi Masalah
Subyektif Obyektif
Pasien mengatakan Dahak bewarna Mukus berlebih Ketidakefektifan
batuk berdahak, Pasien kuning kental dan bersihan jalan nafas
mengatakan sesak, lengket
Pasien mengatakan tidak Sebanyak ± 45 ml
nyaman dengan batuk Gelisah
berdahak yang RR 28 x / menit
dialaminya saat ini. SPO2 90%
Pasien mengatakan Terdengar suara
dahak yang keluar pada mengi / wheezing
saat batuk ditampung di saat bernapas
sputum pot. (ekspirasi)
DS :
Pasien mengatakan batuk berdahak, Pasien mengatakan sesak,
Pasien mengatakan tidak nyaman dengan batuk berdahak
yang dialaminya saat ini. Pasien mengatakan dahak yang
keluar pada saat batuk ditampung di sputum pot.
DO :
Sekret bewarna kuning kental dan lengket
Sebanyak ± 45 ml
Gelisah
RR 28 x / menit
SPO2 90%
Terdengar suara mengi / wheezing saat bernapas (ekspirasi)
62
DS :
Pasien mengatakan hanya menghabiskan 3-4 sendok bubur
tetapi lauk-pauknya habis,
pasien mengatakan tidak mampu mengunyah makanan keras,
pasien hanya memakan-makanan yang diberikan oleh rumah
sakit.
DO :
Tampak lemas
Mukosa bibir pucat
Bising usus 10x/m
Tersisa setengah piring bubur didalam piring pasien tetapi
lauknya habis
D. RENCANA TINDAKAN
E. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
No.
Tgl Waktu Pelaksanaan Keperawatan Nama Jelas
DP
2/3/2020 I 7.00 1. Monitor pernafasan dan oksigenasi Virginia
Hasil : Maharani
RR 28 x / menit
Spo2 90%
I 8.10 2. Mengevaluasi kemampuan batuk efektif Virginia
yang telah diajarkan Maharani
Respon :
9.00 Setelah melakukan batuk efektif dengan
mengulanginya sebanyak 3x dahak
pasien keluar bewarna kuning kental dan
lengket sebanyak ± 50 ml
I 9.30 Virginia
3. Memberikan terapi bronkodilator dan Maharani
nebulizer sesuai dengan kolaborasi
Retaphyl 150mg (PO)
Sabutamol 2mg (PO)
OBH 15ml (PO)
I 10.00 Respon :
Pasien mengatakan sesaknya sedikit
berkurang setelah dilakukan pemberian
I 10.30 obat
Virginia
4. Memberikan terapi bronkodilator dan Maharani
nebulizer sesuai dengan kolaborasi
Ventolin + nacl : 2.5 mg + 2ml/cc
11.00 (inhalasi)
Respon :
Pasien mengatakan sesaknya sedikit
berkurang setelah dberikan obat dan uap.
II 11.30 Dan membantu mengeluarkan dahak Virginia
Maharani
5. Observasi sebelum dan sesudah
pemberian makan
Respon :
Pasien mengatakan semenjak sakit tidak
12.00 nafsu makan
Hasil :
66
Respon :
Pasien sudah menghabiskan 1 porsi
bubur beserta lauk-pauk yang diderita
11.30 dari rumah sakit
Hasil :
II 12.00 Bising usus 3x/m
Virginia
6. Anjurkan keluarga untuk memberikan Maharani
makan sedikit tetapi sering
Respon :
Pasien mengatakan pagi tadi sudah
I 13.00 menghabiskan snack, dan sarapan bubur
yang diberikan oleh rumah sakit. Virginia
Maharani
7. Melakukan auskultasi suara nafas
Hasil :
I 14.00 Terdengar suara mengi / wheezing saat
bernapas (ekspirasi) Virginia
Maharani
8. Berikan posisi semi fowler
Hasil :
Sesak pasien tampak berkurang
I 9.30 Virginia
3. Memberikan terapi bronkodilator dan Maharani
inhalasi sesuai dengan kolaborasi
Ventolin + Nacl : 2.5 mg + 2ml/cc
(Inhalasi)
10.00 Respon :
Pasien mengatakan sudah tidak sesak
lagi
I 11.00 Virginia
4. Mengevaluasi kemampuan batuk efektif Maharani
yang telah diajarkan
Respon :
Setelah melakukan batuk efektif dengan
mengulanginya sebenyak 3x dahak
bewarna bening kental tetapi yang keluar
Virginia
I 13.00 hanya sedikit <10ml
Maharani
5. Melakukan auskultasi suara nafas
Hasil : Virginia
I 14.00 Suara tambahan tidak ada Maharani
69
F. EVALUASI KEPERAWATAN
Hari / Tanggal
Tgl Evaluasi (SOAP) Nama jelas
/ Waktu
2/3/202 14.30 S : Pasien mengatakan batuk berdahak, Virginia
0 Pasien mengatakan sesak, Pasien maharani
mengatakan tidak nyaman dengan batuk
DP I berdahak yang dialaminya saat ini.
Pasien mengatakan dahak yang keluar
pada saat batuk ditampung di sputum
pot.
O : RR 27x / menit
Spo2 92%
Gelisah
Sekret sebanyak ± 45ml bewarna
kuning kental dan lengket
Terdengar suara mengi / wheezing saat
bernapas (ekspirasi)
P : Intervensi dilanjutkan 1, 2, 3, 4, 7.
dan 8
O : RR 26x / menit
Spo2 95%
Sekret sebanyak ± 40ml bewarna
kuning kental dan lengket
Terdengar suara mengi / wheezing saat
bernapas (ekspirasi)
Gelisah
P : Intervensi dilanjutkan 1, 2, 3, 4, 7,
dan 8
14.50 S : Pasien mengatakan pagi tadi sudah Virginia
menghabiskan snack dan sarapan bubur Maharani
yang diberikan oleh rumah sakit
DP II
O : Mukosa lembab
Bising usus 3x/m
O : RR 24x / menit
Spo2 %
Sekret sebanyak <20ml bewarna kuning
kental dan lengket
72
P : Intervensi dilanjutkan 1, 2, 3, 4, 5,
dan 6
5/3/202 14.30 S : Pasien mengatakan batuk berdahak Virginia
0 bewarna bening kental. Maharani
Pasien mengatakan sudah tidak sesak
DP I lagi.
Pasien mengatakan dahak yang keluar
pada saat batuk ditampung di sputum
pot.
O : RR 20x / menit
Spo2 98 %
Sekret sebanyak <10ml bewarna bening
kental
Tidak ada suara nafas tambahan
Peningkatan
Kemampuan
Dispnea
Bernapas
Edema Mukosa
Pada Bronkus
melalui hidung
Respirasi Kelelahan
sampai ke bronkus
Meningkat
Reaksi
Terjadi Inflamasi Gangguan Mk.
Hipereaktivita Ventilasi / Ketidakseimban
s Pada Hiperventilasi gan Nutrisi :
Bronkus Kurang Asupan
Makan
Mk. Penumpukan
Ketidakefektifan Sekret
jalan nafas
71
74
Mukus Mengisi
Dasar Paru
Menghalangi
Ventilasi
Alveoli
Penurunan
Ventilasi -
Perfusi
Retensi
Karbondioksida
Asidosis
Respiratori
Gagal Nafas
72
BAB IV
PEMBAHASAN
Saat dilakukan pengkajian tanda dan gejala yang ada pada klien sesak
nafas, batuk berdahak bewarna kuning kental ± 45ml , terdengar suara
mengi / wheezing saat bernapas (ekspirasi) dan mengalami asma pada malam
hari. Tidak semua pasien pada sakit asma disertai dengan batuk berdahak dan
serangan pada malam hari. Pasien mengatakan sejak sakit merasa kesulitan
untuk melakukan aktifitas secara mandiri.
Ditandai dengan aktivitas harian makan dibantu orang, mandi dibantu
orang, berpakaian dibantu orang, kerapian dibantu orang, BAB dan BAK
bantuan alat dan orang, mobilisasi ditempat tidur bantuan orang, ambulasi
bantuan orang dan alat. Postur tubuh membungkuk dan berjalan membutuhkan
tongkat, gaya jalan tidak seimbang, anggota gerak tidak ada yang cacat. Pada
saat melakukan pengkajian untuk kebutuhan eliminasi keluarga mengatakan
pasien sempat mengalami kesulitan dalam BAK sehingga dilakukan
pemeriksaan lab urin.
Keluarga mengatakan pasien BAK yang keluar hanya sedikit. Pasien
BAK baru 2 kali dalam 8 jam. BAK dan BAB menggunakan pispot dan
dibantu anaknya, anyang-anyangan , BAK yang keluar hanya sedikit.
Kandung kemih penuh. Nyeri ketuk ginjal kana-kiri negatif.
Mulut uretra tidak dilakukan pemeriksaan. Pada aktivitas selama sakit
pasien melakukan semua kebutuhannya dibantu oleh anaknya, pasien
mengatakan jika terlalu lama mengedan nafasnya terasa sesak. Pasien
mengatakan BAK dan BAB menggunakan pispot belum bisa kekamar mandi
karna sesak. Pasien mengatakan jika turun dari tempat tidur dan melepas
oksigen napasnya kembali sesak.
Dilihat dari data obyektif aktivitas harian makan dibantu orang, mandi
dibantu orang, berpakaian dibantu orang, kerapian dibantu orang, BAB dan
BAK bantuan alat dan orang, mobilisasi ditempat tidur bantuan orang,
ambulasi bantuan orang dan alat. Postur tubuh membungkuk dan berjalan
membutuhkan tongkat, gaya jalan tidak seimbang, anggota gerak tidak ada
yang cacat. Tracheostomi tidak ada.
77
B. Diagnosa Keperawatan
Perumusan diagnosa keperawatan merupakan hasil dari pengkajian yang
telah dilakukan. Yang meliputi tanda dan gejala, penyebab, respon pasien
maupun keluarganya. Berdasarkan Diagnosa Keperawatan yang timbul
berdasarkan teori pada kasus asma. Yaitu sebagai berikut ini :
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus berlebih.
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makan
Setelah dilakukan pengkajian secara langsung kepada pasien didapatkan
empat diagnosa, yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan mukus berlebih. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan. Intoleran aktivitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen. Dan gangguan eliminasi urin berhubungan dengan infeksi saluran
kemih.
Tetapi hanya dua diagnosa yang dijadikan sebagai prioritas masalah
keperawatan. Diagnosa ini juga terdapat didalam teori, dan memiliki data
yang lengkap yang pertama pada diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan mukus berlebih. Ditandai dengan pasien
mengatakan batuk disertai dengan dahak, pasien mengatakan sesak, pasien
mengatakan merasa tidak nyaman dengan kondisinya saat ini. Setelah
dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil yaitu dahak kuning kental ± 45ml,
RR 28 x/ menit, SPO2 90 %, terdengar suara mengi/wheezing saat bernapas
(ekspirasi).
80
C. Rencana Keperawatan
Setelah melakukan perumusan pada diagnosa keperawatan, selanjutnya
penulis menyusun perencanaan yang meliputi tujuan, penentuan kriteria hasil
dan rencana tindakan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
kondisi klien.
Pada diagnosa pertama yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan mukus berlebih. Tujuannya ketidakefektifan bersihan
jalan nafas teratasi dengan standar outcome frekuensi pernapasan
dipertahankan 5 karena akan menjadi indikator. Kemampuan untuk
mengeluarkan sekret dipertahankan 5 karena akan menjadi indikator. Suara
nafas tambahan dipertahankan 5 karena akan menjadi indikator. Batuk
dipertahankan 5 karena akan menjadi indikator. Dengan intervensi dilakukan
monitor status pernafasan dan oksigenasi. Evaluasi cara melakukan batuk
81
efektif. Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau
tidak ada dan adanya suara nafas tambahan, posisikan untuk meringankan
sesak nafas. Kolaborasi pemberian bronkodilator dan nebulizer.
Pada diagnosa kedua yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan. Tujuannya
keseimbangan nutrisi teratasi dengan outcome asupan makan secara oral
dipertahankan 5 karena akan menjadi indikator. Dengan intervensi dilakukan
bantu klien untuk mendiskusikan makanan yang disukai bersama dengan ahli
gizi, observasi klien selama dan setelah pemberian makan/makanan ringan
untuk meyakinkan bahwa intake/asupan makanan cukup tercapai dan
dipertahankan, monitor perilaku klien yang berhubungan dengan pola makan,
penambahan, dan kehilangan berat badan.
D. Pelaksanaan
Pada tahap ini penulis menerapkan pelaksanaan berdasarkan perencanaan
yang telah dibuat, menurut teori pada tahap pelaksanaan melakukan tindakan
yang sesuai dengan apa yang ditelah di cantumkan dalam perencanaan.
Bertujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Dan pada saat
melakukan pelaksanaan penulis berkerja sama dengan kaka perawat di
ruangan, tim medis, dan keluarga klien.
Berikut ini tindakan yang dilakukan yang pertama, ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus berlebih. Dilakukan pada
tanggal 2 Maret – 5 Maret 2020, pada tanggal 2 maret dimulai dari pukul
07.00 – 13.30 monitor pernapasan (7.00). Mengevaluasi batuk efektif yang
telah diajarkan (8.10). Memberikan terapi bronkodilator dan nebulizer sesuai
dengan kolaborasi (Retaphyl 150mg (PO), Sabutamol 2mg (PO), OBH 15ml
(PO) (9.30). Memberikan terapi bronkodilator dan nebulizer sesuai dengan
kolaborasi Ventolin + Nacl : 2.5 mg + 2ml/cc (Inhalasi) (10.30). Melakukan
auskultasi suara nafas (13.00). Berikan posisi semi fowler (13.30)
Pada 3 maret dimulai dari pukul 7.00 – 14.00 monitor pernapasan (7.00).
Memberikan terapi bronkodilator dan nebulizer sesuai dengan kolaborasi
82
Retaphyl 150mg (PO), Sabutamol 2mg (PO), OBH 15ml (PO) (9.00).
Memberikan terapi bronkodilator dan nebulizer sesuai dengan kolaborasi
Ventolin + Nacl : 2.5 mg + 2ml/cc (Inhalasi). Mengevaluasi batuk efektif
yang telah diajarkan (11.00). Melakukan auskultasi suara nafas (13.00).
Berikan posisi semi fowler (14.00).
Pada 4 maret dimulai dari pukul 13.00 – 19.30 monitor pernapasan
(13.00). Memberikan terapi bronkodilator dan nebulizer sesuai dengan
kolaborasi Retaphyl 150mg (PO) , Sabutamol 2mg (PO), OBH 15ml (PO)
(14.10). Memberikan terapi bonkodilator dan nebulizer sesuai dengan
kolaborasi Ventolin + Nacl : 2.5 mg + 2ml/cc (Inhalasi) (14.45).
Mengevaluasi batuk efektif yang telah diajarkan (16.00). Melakukan
auskultasi suara nafas (19.00). Berikan posisi semi fowler (19.30)
Pada 5 Maret dimulai dari pukul 7.02 – 14.00 monitor pernapasan (7.02).
Memberikan terapi bronkodilator dan nebulizer dengan kolaborasi Retaphyl
150mg (PO), Sabutamol 2mg (PO), OBH 15ml (PO) (9.05). Memberikan
terapi bronkodilator dan nebulizer dengan kolaborasi Ventolin + Nacl : 2.5
mg + 2ml/cc (Inhalasi) (9.30). Mengevaluasi Kemampuan batuk efektif yang
telah diajarkan (11.00). Melakukan auskultasi suara nafas (13.00). Berikan
posisi semi fowler (14.00)
Pada diagnosa yang kedua yaitu ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makan dilakukan pada
tanggal 2 Maret – 3 Maret 2020, pada tanggal 2 Maret dimulai dari pukul
12.00 – 12.30 observasi sebelum dan sesudah makan (12.00), anjurkan
keluarga untuk memberikan makan sedikit tetapi sering (12.30). Pada tanggal
3 Maret dimulai dari pukul 11.00 – 12.00 observasi sebelum dan sesudah
makan (11.00), anjurkan keluarga untuk memberikan makan sedikit tetapi
sering (12.00).
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan hasil yang diharapkan atas
keberhasilan penatalaksanaan keperawatan sesuai dengan tujuan yang telah
dicantumkan dalam perencanaan diatas. Dengan demikian dapat ditentukan
83
A. Kesimpulan
Setelah menganalisa kasus Ny “R” pada Gangguan Pernafasan : Asma.
Maka penulis dapat menarik kesimpulan pada karya tulis ilmiah sebagai
berikut ini :
1. Saya menemukan kesenjangan pada pasien yang didapatkan dari hasil
pengkajian. Yaitu keluarga mengatakan pasien sempat mengalami
kesulitan dalam BAK sehingga dilakukan pemeriksaan lab urin untuk
mengetahui lebih lanjut permasalahan pada eliminasi pasien. Dari
penyebab, tanda dan gejala, sampai komplikasi pada asma dalam teori
tidak disebutkan bahwa pasien asma akan mengalami sistem perkemihan.
Dari hasil pengkajian akhirnya dapat dirumuskan diagnosa keperawatan
yang akan diangkat oleh penulis.
2. Berdasarkan Diagnosa Keperawatan yang timbul berdasarkan teori pada
kasus asma. Yaitu sebagai berikut ini :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus
berlebih
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi
d. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
e. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makan
Setelah dilakukan pengkajian secara langsung kepada pasien didapatkan
empat diagnosa, yaitu Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan mukus berlebih, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan, intoleran aktivitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
86
B. Saran
Berdasarkan hasil penerapan asuhan keperawatan yang dilakukan, maka
penulis dapat memberikan beberapa saran antara lain:
1. Bagi Perawat
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Ny “R” dengan
gangguan sistem pernafasan : asma di ruangan Fransiskus Charitas
Hospital KM 7 Palembang sebaiknya perawat mengkaji terlebih dahulu
masalah dan kebutuhan pasien secara menyeluruh untuk menegakkan
diagnosa keperawatan yang tepat sehingga dapat memecahkan masalah
pasien sesuai dengan keluhan dan kondisi pasien. Dalam hal ini perawat
diharapkam mempunyai sikap simpati dan empati serta mempunyai
pengetahuan dan keterampilan yang cukup dalam memecahkan masalah
pasien.
2. Bagi Pasien
Diharapkan agar pasien mau dilakukan penanganan lebih lanjut jika
asmanya kambuh dan dirasa tidak kunjung membaik. Dan jangan pernah
lepas untuk mengkonsumsi obat asma serta selalu membawa obat
87
Black, Joyce, M., & Hawks, Jane, Hokanson. 2014. Keperawatan Medikal Bedah.
Salemba Medika. Jakarta (Hal : 277-287)
Smeltzer, Susan C. 2013. Keperawatan Medikal Bedah (handbook for brunner &
suddarth textbook of medical-surgical nursing). Edisi 12. Buku
Kedokteran EGC . Jakarta (Hal : 65-69)
Danusantoso, Halim. 2017. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta. Buku
Kedokteran EGC. (Hal : 327-380)
Waugh, Anne. & Grant, Allison. 2017. Dasar-Dasar Anatomi dan Fisiologi.
Singapore : Elsevier (Hal : 138-161)
Kowalak, Jennifer P., Welsh, William., & Mayer, Brenna. 2011. Buku Ajar
Patofisiologi. Jakarta. EGC (Hal : 232-238)
Masriadi. 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta. CV. Trans Info
Media. (Hal : 181-193)
Rab, Tabrani. 2017. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta. CV. Trans Info Media (Hal :
377-391)
Wijaya, Andra, Saferi., & Putri, Mariza, Yessie. 2013. Keperawatan Medikal
Bedah. Yogyakarta. Nuha Medika (Hal : 188-197)
Sunaryo, & DKK. 2016. Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta. CV. Andi
Offset (Hal : 102-113).
89
RIWAYAT HIDUP