Oleh:
1. RikhaSaulinaNababan2235004
2. PriskillaSindiArindita 2235005
3. DewiRindiAntikawati 2235007
4. Sirwi Laudya 2235011
5. RobertusBagasPratama 2235014
6. Arista Theresia Tambunan 2235016
7. Angel YemimaSihombing 2235021
8. Elsa Yuni Audria Sinambela 2235022
9. Puji Lestari 2235034
A. Latar Belakang
Dekubitusadalah salah satumasalahkesehatansekunder yang
dapatterjadisebagaidampaklanjuttergadapmasalahkesehatan yang
penyakit kronis, pasien yang sangat lemah, dan lumpuh dalam waktu lama, bahkan
saat ini banyak yang dialami oleh pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit. Upaya
pencegahan terjadinya luka tekanini sebaiknya dilakukan sedini mungkin sejak pasien
lansia yang
mengalamipenyakitkronissehinggahanyabisadilakukanmobilisasiditempattidur(Sulida
penekanan pada suatu area secara terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan
kompresi berkepanjangan pada jaringan lunak antara tonjolan tulang dan permukaan
yang padat. Seorang lansia mempunyai risiko untuk terjadinya dekubitus karena
penurunan fungsi kulit, penurunan derajat toleransi jaringan terhadap tekanan dan
adalahdenganmelakukandeteksidinirisiko decubitus.
Imobilisasiadalahketidakmampuan transfer atauberpindahposisiatautirah
dengangerakanatomitubuhmenghilangakibatperubahanfisiologis.
dekubitus secara global yang terjadi pada pasien rawat inap adalah bervariasi mulai
dari 2,7% dan kejadian ini mengalami peningkatan menjadi 33% pada pasien-pasien
yang rawat inap di rumah sakit. Hampir di semua unit pelayanan kesehatan terjadi
peningkatan dekubitus, khususnya di rumah sakit dan unit pelayanan jangka panjang
mengalami nyeri. Kemudian dampak lain dari dekubitus adalah peningkatan angka
kematian, masa rawat inap yang memanjang, dampak psikologis serta dampak sosial
bagi pasien dan keluarga. Dekubitus juga menjadi masalah yang tetap menjadi
tantangan bagi profesi perawat dan dijadikan sebagai tolak ukur terhadap buruknya
B. Tujuan Penulisan
a. TujuanUmum
inibertujuanuntukmelakukananalisispraktikklinikdi
stasemanajemenkeperawatanterhadapkasuskelolaan pada decubitusdenganpasiendi
b. TujuanKhusus
3. Menganalisamasalahkeperawatandengankonsepterkait decubitus
dengandiagnosa.
C. Manfaat Penulisan
a.Manfaatbagirumahsakit
Diharapkanhasil proposal
inidapatbermanfaatdalammeningkatkanpraktikpelayanankeperawatankhususnya
b.Manfaatbagipendidikan
gunakansebagaipengembanganilmubagiprofesikeperawatandalammemberikaninter
vensikeperawatankhususnyatentangcarapencegahan decubitus
dalampelayanankesehatan di rumahsakit.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Dekubitus
1. Pengertian Dekubitus
Dekubitus adalah salah satu komplikasi immobilisasi lama yang menjadi
tantangan bagi perawat. Saat ini dengan pengembangan ilmu perawatan modern,
membuktikan bahwa dekubitus seharusnya dapat dicegah (Wisnasari et al., 2021,
p. 186).
2. Penyebab dekubitus
Dekubitus disebabkan oleh penekanan terus menerus terhadap kulit tempat
adanya penonjolan tulang, sehingga daerah yang tertekan tersebut kurang
mendapatkan suplai nutrisi dan oksigen sehingga lama- lama mati atau nekrosis
(Wisnasari et al., 2021, p. 184).
3. Faktor intrinsik dekubitus
Menurut Wisnasari et al., (2021, pp. 182–183) ada beberapa faktor intrinsik
dekubitus, yaitu:
a. Proses penuaan, regenerasi sel pada sistem integument lebih lambat,
menyebabkan lapisan kulit menjadi menipis.
b. Perubahan kandungan kolagen pada kulit menyebabkan menurunnya
elastisitas kulit sehingga rentan mengalami kerusakan atau gangguan.
c. Menurunnya kemampuan sistem kardiovaskuler dan sistem arteriovenosus
menyebabkan penurunan perfusi kulit secara progresif.
d. Sejumlah penyakit yang menimbulkan penurunan fungsi kardiovaskuler atau
gangguan pada sistem pernapasan yang menyebabkan tingkat oksigenisasi
darah pada kulit menurun.
e. Status gizi yaitu underweight atau overweight.
f. Anemia.
g. Hipoalnuminemia, dapat mempermudahkan terjadinya dekubitus serta
menghambat proses penyembuhan dekubitus, sebaliknya jika ada dekubitus
maka akan menyebabkan kadar albumin darah menurun.
h. Gangguan neurologi dan gangguan pada pembuluh darah, mempermudah
terjadinya dekubitus dan memperparah dekubitus.
i. Keadaan hidrasi atau kekurangan cairan tubuh
4. Klasifikasi dekubitus
Menurut Wisnasari et al., (2021, pp. 183–184) ada beberapa klasifikasi
dekubitus, yaitu:
a. Grade 1
Kulit kemerahan (Erythema), dan muncul bila ditekan oleh jari. Menandakan
adanya gangguan sirkulasi. Kelainan terbatas pada epidermis dan dermis
saja. Pasien mulai merasakan nyeri lokal. Kondisi ini reversible, dengan
hilangkan tekanan. Penyembuhan total 5-10 hari, kenali fase ini dengan
benar, agar segera dicegah efek lanjut.
b. Grade 2
Timbul excoriasi (abrasi/lecet) kulit, blister, menyertai erythema. Pada fase
ini, dekompresi tidak memberi hasil pemulihan. Pada Grade 2 akhir, terjadi
nekrosis superfisialis. Lapisan adipose ikut terganggu, luka di fase ini masih
dapat reversible.
c. Grade 3
Ulkus sudah mencapai seluruh lapisan kulit dan meluas ke lemak
subkutaneus, tetapi sebelum sampai ke otot. Tanda- tanda inflamasi jelas,
edema, sering terjadi infeksi. Tepi ulkus irregular dan terjadi hipo hiper
plagmentasi, sering diikuti tanda- tanda sistemik seperti demam,
leukocytosis, dehidrasi dan anemia.
d. Grade 4
Luka ulkus mencapai fascia, otot dan tulang. Luka sering menggaung dan
penuh jaringan nekrotik. Pada kondisi lanjut, timbul gambaran patologis:
septic arthritis, osteomyelitis, anemia dan dehidrasi.
5. Lokasi terjadinya dekubitus
Menurut Wisnasari et al., (2021, pp. 184–186) ada beberapa lokasi terjadinya
dekubitus, yaitu:
a. Tuberositas Ischii
Terjadi akibat adanya tekanan langsung pada posisi duduk. Dapat juga terjadi
pada posisi foot rest dikursi roda yang terlalu tinggi, sehingga daerah ischium
menjadi tumpuan berat badan.
b. Trochanter mayor
Terjadi pada beberapa kondisi diantaranya pada saat berbaring lama bertumpu
pada satu sisi, kursi roda yang terlalu sempit, scoliosis, osifikasi heterotropik,
yang mengakibatkan pindahnya berat berat badan ke sisi panggul yang lain.
c. Sacrum
Terjadi pada penderita yng lama berbaring terlentang, tidak mengubah posisi
berbarng secara teratur, salah posisi pada waktu duduk dikursi roda, juga dapat
terjadi karena penderita merosot ditempat tidur dengan sandaran miring,
terlalu lama kontak dengan urin, keringat ataupun feses.
d. Tumit
Keadaan statis pada tungkal bawah dapat menimbulkan tekanan dan gesekan
tumit pada tempat tidur atau foot rest pada kursi roda
e. Lutut
Terjadi pada penderita yang lama berbaring dengan posisi terlungkup. Apabila
berbaring lama pada satu sisi makan akan terjadi dekubitus pada satu sisi
lateral.
f. Maleolus
Terjadi karena berbaring terlalu lama pada satu sisi, cedera pada waktu
pemindahan penderita, posisi foot rest yang tidak tepat. Selain hal tersebut
dapat juga terjadi akibat gesekan kedua maleolus kanan dan kiri karena
keadaan spastik otot aduktor.
g. Siku
Tubuh yang sering dipakai sebagai penekanan tubuh atau penyangga tubuh
saat seseorang mengubah posisi.
h. Jari kaki
Dapat terjadi pada posisi telungkup yang lama, sepatu yang sempit dan
sebagainya.
i. Scapulae dan processus spinosus vertebrae
Dapat terjadi akibat terlalu lama berbaring terlentang dan gesekan yang sering.
6. Tindakan keperawatan sebagai upaya pencegahan dekubitus menurut Wisnasari et
al., (2021, pp. 186) ada beberapa lokasi terjadinya dekubitus, yaitu:
a. Mengatur posisi yang tepat untuk mencegah terjadinya friksi
b. Mengubah posisi tiap 2 jam. Perubahan posisi tiap 2 jam disini termasuk
sewaktu penderita tidur. Pada kasus- kasus tertentu, jarak waktu 2 jam masih
mempunyai risiko terjadinya dekubitus.
c. Nutrisi yang baik, jika kadar hemoglobin terlalu rendah.
d. Perawatan dan kebersihan yang baik.
e. Waspada terhadap daerah- daerah yang mempunyai risiko tinggi terbentunya
dekubitus.
B. Keselamatan Pasien
1. Pengertian Keselamatan Pasien
Keselamatan pasien adalah bebas dari cedera fisik dan psikologis yang
manajemen pasien melalui dengan adanya penetapan sistem operasional,
meminimalisasi terjadinya kesalahan, mengurangi rasa tida aman pasien dalam
sistem perawatan kesehatan dan meningkatkan pelayanan optimal (Pranata et al.,
2021, p. 41).
2. Tujuan Keselamatan Pasien
Tujuan keselamatan pasien di rumah sakit yaitu terciptanya budaya keselamatan
pasien, meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat,
menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) dan tidak terjadinya pengulangan
kejadian tidak diharapkan karena terlaksananya program-program pencegahan
(Pranata et al., 2021, p. 42).
3. Prinsip keselamatan pasien
Menurut Pranata et al., (2021, pp. 44–45) prinsip keselamatan pasien, yaitu :
a. Prinsip 1 : Provide Leadership
b. Prinsip 2 : Memperhatikan keterbatasan manusia dalam perancangan proses
c. Prinsip 3 : Mengembangkan tim yang efektif
d. Prinsip 4 : Antisipasi untuk kejadian tak terduga
e. Prinsip 5 : Menciptakan atmosfer “Learning”
4. Sasaran keselamatan pasien
Menurut Pranata et al., (2021, pp. 45–48) sasaran keselamatan pasien, yaitu:
a. Ketetapan identifikasi pasien
b. Peningkatan komunikasi yang efektif
c. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (High-Alert)
d. Kepastian tepat-lokasim tepat-prosedur dan tepat pasien operasi
BAB III
KONSEP ANALISA SWOT
A. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi sebuah instansi. Metode ini terdiri dari perencanaan strategi
(opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis.
Keempat itulah yang merupakan akronim SWOT. SWOT adalah singkatan dari
perusahaan. Informasi eksternal mengeni peluang dan ancaman dapat diperoleh dari
pemindaian untuk memperoleh keliping surat kabar, riset di internet, dan analisis tren-
1. Kekuatan (Strength)
2. Kelemahan (weakness)
Kelemahan (weakness) merupakan bagian faktor internal perusahaan dalam
unsur kelemahan ini perlu ditemukan suatu unsur karakteristik perusahaan yang
3. Peluang (opportunities)
berasal dari luar perusahaan dalam peluang ini perlunya mencari unsur
karakteristik berkaitan dengan suatu peluang lingkungan sekitar atau terkait yang
4. Ancaman (threats)
Faktor ancaman meliputi berbagai unsur berkaitan dengan suatu ancaman dari
perusahaan dalam situasi yang sulit, menimbulkan masalah yang sulit untuk
B. Strategi
Strategi adalah tujuan jangka panjang dari suatu perusahaan, serta rumusan
pada pendayagunaan dan semua alokasi sumberdaya yang penting untuk mencapai
tujuan tersebut. Secara umum, strategi dapat diartikan sebagai sekumpulan pilihan
kritis untuk perencanaan dan penerapan serangkaian rencana tindakan dan alokasi
sumber daya yang penting dalam mencapai tujuan dan sasaran, dengan
kearah, cakupan dan perpektif jangka panjang keseluruhan yang ideal dari individu
Mashuri& Dwi Nurjannah, 2020) menyebutkan bahwa “strategi adalah tujuan jangka
panjang dari suatu perusahaan, serta pendayahgunaan dan alokasi semua sumber daya
yng penting untuk mencapai tujuan tersebut”. Pemahaman yang baik mengenai
konsep strategi dan konsep-konsep lain yang berkaitan, sangat menentukan suksesnya
1) Distincitive Competence
Tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat melakukan kegiatan lebih
yang tidak mudah ditiru oleh perusahaan pesaing dipandang sebagai perusahaan
organisasi.
2) Competitive Advantage
strategi yang dilakukan oleh perusahaan untuk merebut peluang pasar. Menurut
Porter ada tiga strategi yang dapat dilakukan perusahaan untuk memperoleh
lebih tinggi dibandingkan dengan pesaingnya jika dia dapat memberikan harga
jual yang lebih murah dari pada harga yang diberikan oleh pesaingnya dengan
1. Matriks SWOT
memperoleh gambaran secara jelas peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi
perusahaan, disesuaikan pada kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matriks ini
juga dapat dihasilkan 4 set kemungkinan alternatif strategis yang dapat diterapkan
a) Strategi SO (Strength-Opportunities)
b) Strategi WO (Weakness-Opportunities)
karena itu, dalam hal ini wirausahawan sangat bergantung pada bagaimana
c) Strategi ST (Strenght-Threat)
Rencana ini dipakai pemilik bisnis guna mencegah serta meminimalisir
d) Strategi WT (Weakness-Threat)