STASE INTEGUMENT
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS ULKUS
DEKUBITUS
NAMA/ NIM :
Disusun oleh :
DEKA DANTARA 2010306017
NIP/NIK :
BAB I
PENDAHULUAN
A. DEFINISI KASUS
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan
cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif,
bervariasi pada keadaan iklim, umur, jenis kelamin, ras dan juga sangat bergantung pada
lokasi tubuh.
Dekubitus merupakan lesi yang disebabkan oleh adanya tekanan (kekuatan yang
menekan permukaan tubuh) yang terjadi secara terusmenerus sehingga merusak jaringan
yang berada di bawahnya. Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit
normal akibat dari tekanan eksternal yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan
tidak sembuh dengan urutan dan waktu yang biasa. Gangguan ini terjadi pada individu
yang berada di atas kursi atau di atas tempat tidur, seringkali pada inkontenensia, dan
malnutrisi ataupun individu yang mengalami kesulitan makan sendiri, serta mengalami
B. ETIOLOGI KASUS
1. Insufisien
sensorik, otonom, gangguan motorik, kegemukan, kurang gizi dan diabetes. Faktor
ekstrinsik termasuk tidak lega tekanan, gesekan, trauma langsung, dan kebersihan
berisiko tinggi untuk terkena luka tekan. Imobilitas adalah faktor yang paling
merasakan sensari nyeri akibat tekanan di atas tulang yang menonjol. Bila ini terjadi
3. Kelembaban
terjadinya maserasi pada jaringan kulit. Jaringan yang mengalami maserasi akan
lebih signifikan dalam perkembangan luka tekan daripada inkontinensia urin karena
adanya bakteri dan enzim pada feses dapat merusak permukaan kulit.
pembuluh darah serta struktur jaringan yang lebih dalam yang berdekatan dengan
tulang yang menonjol. Contoh yang paling sering dari tenaga yang merobek ini
adalah ketika pasien diposisikan dalam posisi semi fowler yang melebihi 30 derajat.
Pada posisi ini pasien bisa merosot kebawah, sehingga mengakibatkan tulangnya
oklusi dari pembuluh darah, serta kerusakan pada jaringan bagian dalam seperti
5. Pergesekan ( friction)
Pergesekan terjadi ketika dua permukaan bergerak dengan arah yang
epidermis kulit. Pergesekan bisa terjadi pada saat penggantian sprei pasien yang
tidak berhati-hati.
6. Nutrisi
7. Usia
Pasien yang sudah tua memiliki risiko yang tinggi untuk terkena luka tekan
karena kulit dan jaringan akan berubah seiring dengan penuaan. Perubahan ini
berkombinasi dengan faktor penuaan lain akan membuat kulit menjadi berkurang
9. Stress emosional
Depresi dan stress emosional kronik misalnya pada pasien psikiatrik juga
10. Merokok
Nikotin yang terdapat pada rokok dapat menurunkan aliran darah dan
C. PATOLOGI KASUS
Luka dekubitus disebabkan oleh beberapa faktor yaitu imobilisasi, gaya gesek,
kelembaban kulit. Imobilisasi dan gaya gesek mengakibatkan tekanan terutama pada area
penonjolan tulang. Tekanan menyebabkan iskemia dan hipoksemia pada jaringan yang
yang mengkontribusi untuk terjadi nekrosis pada jaringan kulit. Nekrosis pada jaringan
kulit yang tidak segera ditangani akan berkembang secara bertahap hingga ke jaringan otot
dan tulang. Apabila sudah terjadi nekrosis pada otot dan tulang dapat pula bertahap pada
Kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal akibat dari tekanan eksternal
yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan tidak sembuh dengan urutan dan waktu
yang biasa. Gangguan ini terjadi pada individu yang berada di atas kursi atau di atas tempat
tidur, seringkali pada inkontenensia, dan malnutrisi ataupun individu yang mengalami
A. ASSEMENT FISSIOTERAPI
Berdasarkan luas dan beratnya kerusakan jaringan yang terkena, maka sesuai
dengan ketentuan National Pressure Ulcer Advisory Panel (NPUAP) dan AHCPR ulkus
Derajat 1 : Lesi ulkus dekubitus masih tetap berwarna merah pada kulit
terang dan berwarna merah, kebiruan atau keunguan pada kulit yang lebih gelap.
Derajat 2 : Fase ini ditandai dengan hilangnya ketebalan kulit secara parsial
melibatkan epidermis, dermis atau keduanya sekaligus. Ulkus yang timbul masih
Derajat 3 : Ulkus mulai berkembang menjadi luka yang lebih besar (full-
tapi belum melalui fasia dasar . Ulkus menyerupai kawah yang dalam dan mungkin
nekrosis jaringan atau rusaknya otot, tulang dan jaringan penyokong lainnya
Leukosit secara aktif akan memutus kematian jaringan, khususnya monosit akan
memutus pembentukan kolagen dan protein lainnya. Proses ini berlangsung hingga
khas ulkus yang masih aktif. Di samping itu juga, terdapat transudat yang creamy,
kotor, dengan aroma tersendiri. Kemudian saat terikut pula debris dalam cairan
tersebut, maka disebut eksudat. Pada fase aktif, eksudat bersifat steril. Selanjutnya,
sel dan partikel plasma berikatan membentuk necrotix coagulum yang jika
Fase proliferasi
Fase ini ditandai dengan adanya granulasi dan reepitelisasi. Jaringan granulasi
granulasi yang turut menjadi lini pertahanan terhadap infeksi. Pada fase ini tampak
B. RENCANA FISIOTERAPI
Tekanan akan menimbulkan daerah iskemik dan bila berlanjut terjadi nekrosis
jaringan kulit. Percobaan pada binatang didapatkan bahwa sumbatan total pada kapiler
masih bersifat reversibel bila kurang dari 2 jam. Seorang yang terpaksa berbaring
beberapa kali perjamnya. Selain faktor tekanan, ada beberapa faktor mekanik tambahan
2. Mengurangi Faktor terlipatnya kulit akibat gesekan badan yang sangat kurus
dengan alas tempat tidur, sehingga seakan-akan kulit “tertinggal” dari area tubuh
lainnya.
3. Mengurangi Faktor teregangnya kulit akibat daya luncur antara tubuh dengan alas
tempatnya berbaring akan menyebabkan terjadinya iskemia jaringan setempat.
C. INTERVENSI FISIOTERAPI
1. Therapeutic Ultrasound
dihitung sesuai dengan luas permukaan dan kondisi ulkus. Untuk memulai dengan
untuk perawatan karena PU adalah luka terbuka. Kantong air yang dibuat khusus
dengan sarung tangan plastik yang diisi dengan air digunakan. Untuk menghindari
infeksi, sarung tangan yang disterilkan digunakan untuk setiap aplikasi dan
ditempatkan langsung di atas PU. Gel digunakan sebagai media untuk pergerakan
kepala ultrasound yang halus. Kepala dipindahkan ke segala arah di atas PU untuk
2. Terapi LASER
terus menerus dan berdenyut sekali sehari, enam kali seminggu selama dua belas
minggu berturut-turut , dengan total 30 aplikasi. Di tepi PU, itu diterapkan dengan 4
J / cm 2 untuk waktu yang tetap dan jarak antara titik 1 cm. (Ganvir, 2016)
3. Potitioning Patient
: alih posisi/alih baring/tidur selang seling, paling lama tiap dua jam. Kelemahan
pada cara ini adalah ketergantungan pada tenaga perawat yang kadang-kadang
sudah sangat kurang, dan kadang-kadang mengganggu istirahat penderita bahkan
D. EVALUASI
1. Kasur khusus untuk lebih membagi rata tekan yang terjadi pada tubuh penderita,
misalnya, kasur dengan gelembung tekan udara yang naik turun, kasur air yang
mahal, perawatannya sendiri harus baik dan dapat rusak). (Mahmuda, 2019)
2. Pemeriksaan dan perawatan kulit dilakukan dua kali sehari (pagi dan sore), tetapi
dapat lebih sering pada daerah yang potensial terjadi ulkus dekubitus. Pemeriksaan
kulit dapat dilakukan sendiri, dengan bantuan penderita lain ataupun keluarganya.
(Mahmuda, 2019)
sakit di Indonesia masih sering menggunakan donat yang dibuat dari kasa atau
balon untuk mencegah luka tekan. Menurut hasil penelitian Sanada (1998) ini justru
dapat mengakibatkan region yang kontak dengan kasa donat menjadi iskemia.
4. Mengkaji inkontinensia
maserasi. Lakukanlah latihan untuk melatih kandung kemih (bladder training) pada
A. Kesimpulan
B. Saran
Untuk tercapainya keberhasilan perlu adanya motivasi yang kuat akan psikis pasien.